Anda di halaman 1dari 10

ALIRAN-ALIRAN DALAM PENDIDIKAN

(NATIVISME, EMPIRISME, NATURALISME, DAN


KONVERGENSI)

DOSEN PEMBIMBING : AHMAD RIFA’I, M.Pd.I.

Disusun Oleh:
Nurul Kharimah
Rif’ah
Rismilawati
Rusdiati
Siti Maisyarah
Siti Mardiyah
Syarimah

SEKOLAH ILMU TINGGI AL-QUR’AN (STIQ) AMUNTAI

PRODI PGMI SEMESTER I

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


PEMBAHASAN
ALIRAN-ALIRAN DALAM PENDIDIKAN
(Nativisme, Empirisme, Naturalisme, dan Konvergensi)
Pendidikan beerasal dari kata pendadogi (pendidikan) dan pedagogue (Ilmu
pendidikan).Secara istilah pendidikan memilki pengertian bahwa pendidikan memilki
makna sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-
pontensi pembawaan baik jasmani dan rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di
dalam masyarakat dan kebudayaan.

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang


harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha
pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga
mencangkup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan, dan kemampuan
individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan social yang memuaskan , pendidikan
bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang tetapi
untuk kehidupan anak yang sekarang mengalami perkembangan menuju ke tingkat
kedewasaannya .

Dalam hal ini pendidikan berkembang dan menciptakan berbagai aliran-aliran


seperti yang ada dibawah ini..

1. Nativisme

1.1 Pengertian

Nativisme berasal dari kata nativus dan nativisme. Nativus berarti lahir
sedangkan nativisme ialah pembawaan. Jadi, Nativisme secara bahasa berarti
pengajaran yang melihat dari bakat atau potensi anak yang telah dibawa sejak lahir.

Nativisme secara istilah yaitu teori pengajaran yang mendidik dengan


mengasah bakat dalam diri anak tanpa dipengaruhi faktor-faktor lain seperti faktor
lingkungan. Dan penilaian perilaku anak didik di nilai dari silsilah keluarganya.
Navitisme adalah pandangan bahwa keterampilan-keterampilan atau
kemampuan-kemampuan tentang masalah fitrah manusia bersifat alamiah atau sudah
tertanam dalam otak sejak lahir

1.2 Asal Usul

Tokoh perintis atau orang yang pertama kali memberikan gagasan tentang
aliran ini ialah Arthur Schopenhaur, Jerman (1788-1860) yang berpendapat bahwa bayi
lahir dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Dalam hubungannya dengan
pendidikan dan perkembangan manusia ia berpendapat bahwa hasil akhir pendidikan
dan perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperolehnya sejak
kelahirannya. Lingkungan tidak berpengaruh sama sekali terhadap pendidikan dan
perkembangan anak itu. Adapun hasil pendidikan itu 100% bergantung pada
pembawaan anak didik sendiri. Karena itu aliran ini berpendapat bahwa pembawaan
adalah Mahakuasa dalam pendidikan.

Lingkungan termasuk di dalamnya pendidikan, tidak berdaya sama sekali


dalam mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Ia berkata “yang jahat akan
menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baik”.Tidak dapat hal itu diubah oleh
kekuatan pendidikan. Pendidikan tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik
tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri.Anak akan kembali ke bakatnya,

Aliran nativisme tidak dapat menghasilkan tujuan yang diharapkan berhubung


dengan perkembangan anak didik. Dengan kata lain,aliran nativisme merupakan aliran
pesimisme (murung) dalam pendidikan. Berhasil tidaknya perkembangan
anaktergantung tinggi rendahnyadan jenis pembawaan yang dimilki anak didik.
Mendidik diartikan oleh aliran nativisme sebagai “membiarkan anak tumbuh
berdasarkan pembawaannya”

2. Empirisme

Suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal
dari pengalaman manusia
Teori ini mengatakan bahwa hasil pendidikan dan perkembangan bergantung pada
pengalaman-pengalaman yang diperoleh anak didiknya selama hidupnya. Pengalaman
itu diperolehnya di dunia luar dirinya berdasarkan perangsang yang tersedia baginya.
Perangsang itu dapat tersedia dengan sendirinya atau disediakan oleh apa pun ataupun
siapapun juga.

Aliran ini juga disebut dengan nama aliran Tabularasa.Dunia luar umunya disebut
lingkungan. Lingkungan terbagi menjadi lingkungan hidup (manusia,hewan,dan
tanaman) dan lingkungan mati (benda-benda mati). Semua saling mempengaruhi dan
menimbulkan situasi.Ada situasi kebudayaan, ekonomi, sosial, politik dan keagamaan.
Tiap lingkungan memilki situasinya sendiri. Pendidikan dan usaha kegiatannya adalah
merupakan salah satu lingkungan anak didik. Menurut teori empirisme, pendidik
adalah mahakuasa dalam membentuk anak didik, menjadi apa yang diinginnya.
Pendidik dapat berubah sesuka hatinya, seperti ahli patung, yan memahat patung dari
kayu, batu atau bahan llainnya menurut kesukaannya. Mendidik menurut aliran
empirisme adalah membentuk manusia menurut kehendak pendidik. Teori ini bersikap
optimisme dalam pendidikan.

Kata Empirisme berasal dari kata Empiri yang berarti pengalaman.

Tokoh yang pertama kali mengemukakan aliran ini adalah John Locke (1632-
1704), seorang filsuf Inggris yang beroendapat bahwa anak lahir sebagai kertas kosong
atau sebagai meja berlapis lilin yang tidak ada tulisan diatasnya.Jadi John Locke
berpendapat bahwa anak dilahirkan ke dunia ini tanpa pembawaan.

3. Naturalisme

2.1 Pengertian

Naturalisme berasal dari kata “Nature”yang berarti alam atau alami.Secara


istilah Naturalisme dalam aliran pendidikan memilki makna bahwa di antara segalanya
pengajaran yang paling alami ialah dari pengajaran kedua orang tua yaitu Ayah dan
Ibu.

2.2 Asal Usul

Tokoh yang pertama kali mengemukakan aliran naturalism ialah J.J Rousseau
(Seorang filfusuf bangsa Perancis,1712-1778). Rousseau berpendapat dalam bukunya
Emile bahwa “Semua adalah baik pada waktu baru dating dari tangan Sang Pencipta,
tetapi semua menjadi buruk ditangan manusia”. Berbeda dengan Schopenhauer,
Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru lahir mempunyai pembawaan
yang baik,tidak ada seorang anak pun yang terlahir dengan buruk.

Namun, pembawaan yang baik sejak lahir tersebut menjadi rusak(buruk) oleh
tangan manusia. Artinya,pendidikan malahan dapat merusak pembawaan anak yang
baik waktu dilahirkan tadi. Jadi aluran naturalisme tidak memandang perlu adanya
pendidikan itu bagi pengembangan bakat dan kemampuan anak.

Aliran ini juga disebut negativisme, karena berpendapat bahwa pendidik hanya
wajib membiarkan pertumbuhan anak didik saja dengan sendirinya, diserahkan
selanjutnya pada alam. Jadi, dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang
dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan baik itu tidak
rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu.

Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba
dibuat-buat atau bersifat “artificial” sehingga kebaikan anak anak yang diperoleh
secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat berkembang dengan spontan dan bebas
kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaannya,kemampuan-
kemampuannya, dan kecenderungan-kecenderungannya. Pendidikan menurut
Rousseauharus dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berarti dapat
membawa anak kembali kea lam untuk mempertahankan segala yang baik sebagai yang
telah diberikan Sang Pencipta.

Tujuan dan prinsipnya


Di dalam aliran Naturalisme terdapat lima tujuan yaitu :

a) Pemeliharaan diri
b) Mengamankan kebutuhan hidup
c) Meningkatkan anak didik
d) Memelihara hubungan sosial dan politik
e) Melewati waktu luang

4. Konvergensi

Teori Konvergensi ingin menggabungkan dua macam teori atau aliran yang 180°
berlawanan, yaitu teori empirisme dan teori nativisme.
Tokoh yang pertama kali mengemukakan teori ini adalah Wiliam Stern (seorang
ahli pendidik bangsa Jerman, 1871-1939) yang berpendapat bahwa anak lahir dengan
pembawaan baik maupun pembawaan buruk.
Ia berpendapat bahwa anak dilahirkan ke dunia itu dengan pembawaan baik
maupun buruk. Ia berpendapat bahwa teori empirisme dan teori nativisme itu masing
masing terlalu berat sebelah atau terlalu ekstrem. Kedua-duanya mendukung kebenaran
tapi juga ketidakbenaran. Menurut teori konvergensi baik pembawaan maupun
lingkungan kedua-duanya mempunyai pengaruh terhadap hasil perkembangan anak
didik. Hasil perkembangan dan pendidikan bergantung pada kecilnya pembawaan serta
situasi lingkungannya.
Pada hakikatnya kemampuan anak berbahasa dengan kata-kata adalah juga hasil
dari konvergensi. Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbahasa, karena itu
semua manusia mampu berbahasa. Pada hewan tidak ada pembawaan berbahasa
dengan kata-kata (Verbal Communication); karena itu tidak terdapat seekor hewan pun
yang dapat berbahasa verbal dengan penuh pengertian seperti pada makhluk manusia.
Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam pembawaanbahasanya. Karena
itu tiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya, misalnya
bahasa Jawa,bahasa Sunda, bahasa Inggris dsb.
Kemampuan dasar dua anak yang tinggal dalam satu lingkungan yang mempelajari
bahasa yang sama juga tidak sama hasilnya. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan
kuantitas pembawaan dan perbedaan situasi lingkungan, biarpun lingkungan kedua
anak tersebut menggunakan bahasa yanag sama.
Wiliam Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu bergantung dari
pembawaan dan lingkungan seakan-akan dua garis yang menuju satu titik.

Karena itu teori W. Stern disebut dengan teori Konvergensi(memusat pada satu titik).
Jadi menurut teori Konvergensi ialah
a) Pendidikan mungkin diberikan ;
b) Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan itu
sendiri;
c) Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan pada lingkungan anak
didik untuk mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah pembawaan
yang buruk.
Pada teori Konvergensi ini ada uga pandangan bahwa anak tidak boleh dipandang
bersifat pasif atau tidak ada peranannya di dalam proses interaksi antara pendidikan
dan pembawaan. Apabila anak dipandang sebagai subyek yang bersifat pasif maka
tidak mungkin anak memilki atau diberikan rasa bertanggung jawab.
Anak pada waktu dilahirkan dibekali dengan beranekaragaman kemampuan
dan pembawaan. Maka pendidik wajib meninsafkannya bahwa pada mereka terdapat
berbagai pembawaan yang harus mereka ketahui sendiri,dimana ada pembawaan yang
baik maupun pembawaan yang baik. Ia hidup disuatu lingkungan tertentu dimana dapat
dijumpai berbagai pengaruh baik dan pengaruh buruk. Pendidik wajib menimbulkan
kesediaan dan semangat pada anak didik agar dengan kekuatan dan oto-aktivitas
sendiri mengembangkan bakat dan pembawaan baik dan menyuburkan perkembangan
bakat dan pembawaan buuruk.
Ia harus mencari lingkungan yang sesuai. Misalnya dalam pergaulan dengan
teman, ia harus mampu memilih teman yang menguntungkan untuk perkembangannya
dan menjauhi teman yang merugikannya. Pendidik dalam menolng dengan kegiatan
bimbingan dan konseling agar timbul keinginan sang anak untuk berbuat baik pada
dirinya sendiri.
Sebenarnya istilah pembawaan tidak hanya berupa potensi atau kemampuan
waktu lahir saja , tetapi juga situasi atau kondisi pembawaan tersebut dalam suatu
waktu. Misalnya anak dengan situasi sedih, mungkin mendapatkan hasil yang kurang
jika dibandingkan dengan hasil yang diperolehnya dalam keadaan biasa atau tidak
sedih.
Kata lingkungan mengandung arti atau meliputi banyak hal seperti: penyidik,
pendidikan, situasi umum (politik,ekonomi,sosial,budaya dll), suasan keluarga
sekolah,masyarakat, adat istiadat dsb.
Dengan singkat, lingkungan berarti segala hal yang berada diluar anak yang
dapat mempengaruhi perkembangannya.ada bagian lingkungan yang tidak dapat
diubah atau dirubah (misanya iklim), ada pula bagian lingkungan yang dapat dirubah
atau dipengaruhi seperti makanan,pakaian,rumah dsb.
Bahkan ada juga bagian yang tidak sengaja ditujukan untuk kepentingan usaha
pendidikan dan karena itu merupakan bagian dari sarana pendidikan (misalnya
penyediaan buku bacaan, mainan dsb)
Pendidik adalah bagian dari lingkungan yang sangat penting peranannya dalam
membantu anak mengembangkan kemampuan dan potensi nya agar bermanfaat bagi
kehidupannyasehari hari pada saat sekarang maupun persiapan pada kehidupan yang
akan dating.
Interaksi antar pembawan dan lingkungan (termasuk pendidikan), ini akan
mencapai hasil yang diharapkan apabila anak sendiri harus memainkan peranan dan
partisipasi aktif di dalam mencernakan segala pengalaman yang diperlehnya sebagai
interaksi antara pembawaan yang dimilkinya dengan lingkungan tersebut.
PENUTUP
Kesimpulan :
Dapat kita simpulkan bahwa dalam aliran pendidikan terbagi menjadi beberapa
macam, yaitu Nativisme yang menggunakan metode pembelajarannya sesuai bakat
yang dimilki siswa, Naturalisme yang menggunakan metode pembelajaran kembali kea
lam, Empirisme yang metode pembelajarannya menggunakan metode gabungan dari
empirisme dan nativisme yaitu mendukung anak didik dengan faktor lingkungan dan
factor bawaan atau bakat.

Anda mungkin juga menyukai