Aliran Naturalisme
Naturalisme berasal dari bahasa Latin yaitu nature artinya alam, tabiat, dan pembawaan. Zahara
(1987: 31) mengatakan Aliran ini dinamakan juga negativisme ialah aliran yang meragukan
pendidikan untuk perkembangan seseorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang baik.
Ciri utama aliran ini ialah dalam mendidik seseorang kembalilah kepada alam agar pembawaan
seseorang yang baik itu tidak di rusak oleh pendidik. Dengan kata lain pembawaan yang baik itu
supaya berkembang secara spontan. Hampir senada dengan aliran Nativisme.
Menurut Ngalim Purwanto (2000:59) Pada hakikatnya semua anak (manusia) itu dilahirkan
adalah baik. Pemikiran tersebut juga sependapat dengan Undang Ahmad (2013:147) yang
menjelaskan dalam buku Filsafat Manusia bahwa sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya
adalah berpembawaan baik. Bagaimana hasil perkembangannya yang kemudian sangat
ditentukan oleh pendidikan yang diterimanya atau yang memengaruhinya. Jika pengaruh itu baik
akan menjadi baiklah ia, akan tetapi jika pengaruh itu jelek akan jelek pula hasilnya. Jadi Aliran
ini berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam (manusia dan
lingkungan). sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak saat
kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas.
Aliran ini mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan
pembawaan, kemampuan- kemampuannya, dan kecenderungan- kecenderungannya. Tetapi
seperti telah diketahui, bahwa gagasan naturalisme yang menolak campur tangan pendidikan,
sampai saat ini ternyata tidak terbukti, sebaliknya pendidikan makin lama makin diperlukan.
4. Aliran Konvergensi
Konvergensi berasal dari bahasa Inggris dari kata convergenry, artinya pertemuan pada satu titik.
Zahara Idris (1987:33) mengatakan bahwa aliran ini mempertemukan atau mengawinkan dua
aliran yang berlawanan di atas antara nativisme dan empirisme. Perkembangan seseorang
tergantung kepada pembawaan dan lingkungannya. Dengan kata lain pembawaan dan
lingkungan mempengaruhi perkembangan seseorang. Pembawaan seseorang baru berkembang
karena pengaruh lingkungan. Hendaknya pendidik dapat menciptakan lingkungan yang tepat dan
cukup kaya atau beraneka ragam, agar pembawaan dapat berkembang semaksimal mungkin.
Menurut William Stern (Purwanto, 2000:60) ahli ilmu jiwa sekaligus pelopor aliran konvergensi
berbangsa Jerman ini mengatakan bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan
perkembangan manusia.
Akan tetapi, Ngalim Purwanto mengatakan dalam bukunya tentang pendapat W.Stern itu belum
selesai. Dalam aliran ini terdapat dua aliran, yaitu aliran yang dalam hukum konvergensi ini lebih
menekankan kepada pengaruh pembawaan daripada pengaruh lingkungan, dan di pihak lain
mereka yang lebih menekankan pengaruh lingkungan atau pendidikan, sehingga belum tepat
kiranya hal itu diperuntukkan bagi perkembangan manusia.
Maka dari itu Ngalim Purwanto (2000:61) memberikan saran dengan jelas kepada pendidik
dalam mencari jalan untuk mengetahui pembawaan seseorang dan kemudian mengusahakan
lingkungan atau pendidikan yang baik dan sesuai. Perkembangan manusia bukan hasil belaka
dari pembawaan dan lingkungannya melainkan manusia harus diperkembangkan dan
memperkembangkannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor pembawaan dan faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat
penting, keduanya tidak dapat dipisahkan sebagaiman teori nativisme teori ini juga mengakui
bahwa pembawaan yang dibawa anak sejak lahir juga meliputi pembaeaan baik dan pembawaan
buruk. Pembawaan yang dibawa anak pada waktu lahir tidak akan bisa berkembang dengan baik
tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan pembawaan tersebut.
Dari beberapa uraian diatas, teori yang cocok dapat diterima sesuai dengan kenyataan adalah
teori konvergensi, yang tidak mengekstrimkan faktor pembawaan, faktor lingkungann atau
alamiah yang mempengaruhi terhadap perkembangan anak, melainkan semuanya dari faktor-
faktor tersebut mempengaruhi terhadap perkembangan anak.
d. Aliran Naturalisme.
Aliran ini mempunyai kesamaan dengan teori nativisme bahkan kadang-kadang disamakan.
Padahal mempunyai perbedaan-perbedaan tertentu. Ajaran dalam teori ini mengatakan bahwa
anak sejak lahir sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri baik bakat minat, kemampuan, sifat,
watak dan pembawaan-pembawaan lainya. Pembawaan akan berkembang sesuai dengan
lingkungan alami, bukan lingkungan yang dibuat-buat. Dengan kata lain jika pendidikan
diartikan sebagai usaha sadar untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti mengarahkan,
mempengaruhi, menyiapkan, menghasilkan apalagi menjadikan anak kearah tertentu, maka
usaha tersebut hanyalah berpengaruh jelek terhadap perkembangan anak. Tetapi jika pendidikan
diartikan membiarkan anak berkembang sesuai dengan pembawaan dengan lingkungan yang
tidak dibuat-buat (alami) maka pendidikan yang dimaksud terakhir ini berpengaruh positif
terhadap perkembangan anak.
3. Sekolah Kerja
George Kerschensteiner (1854-1932) menulis karangan tentang arbeitsshule. Ia seorang guru
ilmu pasti yang diangkat sebagai inspektur di Munchen. Pada tahun 1898 ia mengembangkan
cita-cita pendidikan, bagi kerschensteiner, tujuan hidup manusia yang tertinggi adalah mengabdi
kepada negara. Berhubungan dengan itu kewajiban sekolah yang terpenting ialah menyiapkan
peserta didik untuk sesuatu pekerjaan. Jadi yang menjadi pusat tujuan pengajaran adalah kerja
untuk menatap masa mendatang. Melalui bekerja, manusia menuju ke lingkungan kebudayaan
masyarakatnya. Peserta didik bekerja berkelompok sesuai dengan bagian masing-masing,
sehingga menimbulkan tanggung jawab.
4. Pengajaran Proyek
Proyek pengajaran berarti kegiatan, sedangkan belajar mengandung arti kesempatan untuk
memilih, merancang, berlatih, memimpin dan sebagainya. Dalam hal ini penting ialah bahwa
peserta didik telah aktif memecahkan persoalan, maka wataknya akan terbentuk. Demikian
konsep pemikiran WH Kilpatrick di dalam pengajaran proyek.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, ada salah seorang putera Indonesia yang bernama
Raden mas Soewardi Soerjaningrat. Ia gemar menulis dengan menggunakan bahasa Belanda
yang halus dan mengandung sindiran terhadap pemerintah Belanda, tulisannya bejudul “Alks ik
een Nederlander was” yang artinya Andai saja saya seorang Belanda. Dari tulisannya yang
dianggap tajam oleh pemerintah Belanda inilah ia dibuang di Negeri Belanda.
Ketika berada di tempat pembuangan beliau merasa bebas dalam menyatakan pendapat-
pendapatnya, sedang di tanah air sendiri yang dikuasai oleh pemerintah penjajah Belanda justru
kebebasannya terganggu. Dari kecintaannya terhadap pendidikan yang sekaligus merupakan
perwujudan dari cita-citanya, maka pacta tanggal 3 juli 1922 di Yogyakarta didirikanlah suatu
taman kanak-kanak yang diberi nama Taman Indriya. Kemudian berkembang lagi dan semakin
luas hingga seluruh lembaganya diberi nama perguruan Kebangsaan Taman Siswa.
Pada jaman penjajahan Belanda, Taman Siswa bersikap “noncooperative” dan menolak
pemberian subsidi. Di dalam melaksanakan konsep pendidikannya Taman Siswa memiliki asas-
asas sebagai berikut:
Asas merdeka untuk mengatur dirinya sendiri. Hendaknya setiap peserta didik dapat berkembang
menurut kodrat dan bakatnya,namun mereka dididik dengan sistem among atau tut wuri
handayani.
Kemanusiaan
Harus ada cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap seluruh makhluk Allah SWT.
Kodrat Hidup
Kebangsaan
Tidak boleh bersifat chauvinistic ( menyombongkan kehebatan bangsa sendiri) dan tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan umum manusia.
Kebudayaan
Kebudayaan nasional harus dipelihara. Pendidik harus mengajak peserta didik meresapi jiwa
bangsa yang terwujud dalam kebudayaannya.
Kemerdekaan Kebebasan
Ki Hajar Dewantara juga menentukan semboyan bagi kaum pendidik, antara lain: ing ngarso
sung tulodho, artinya jika pendidik berada di muka dia berkewajiban memberi teladan kepada
para peserta didiknya. Ing madya mangun karso artinya: jika di tengah membangun semangat,
berswakarya, dan berkreasi pada peserta didik. Tut wuri handayani artinya jika di belakang
pendidik mengikuti dan mengarahkan peserta didik agar berani berjalan di depan dan sanggup
bertanggung jawab.
Perlu juga diketahui bahwa ruang pedidikan INS terdiri atas empat tingkatan yaitu:
Ruang rendah Sekolah Dasar 7 tahun.
Ruang antara tahun (sambungan ruang rendah). Siswa tamatan HIS atau Schakel tidak langsung
dapat diterima pada ruang dewasa, tetapi harus masuk ruang antara lebih dahulu.
Ruang dewasa 4 tahun (sambungan ruang antara atau ruang tengah).
Pada semua tingkatan ruang, diberikan 50% mata pelajaran umum dan 50% pelajaran kejuruan
(Zahara Idris 1984:21). Menurut S Purbakawatja (1970:212) M. Syafei menunjukan sifatnya
sebagai pendidik yang secara demokratis ingin memberi kesempatan kepada anak tumbuh dan
berkembang menurut garis masing-masing.
Sistem ini tidak mendapat tanggapan yang diharapkan dari daerah lain karena terlalu banyak
menuntut pengorbanan dari pendidiknya. Mereka harus berani hidup sangat sederhana dan
mungkin dalam kekurangan. Keuntungan dari pendidikannya hanya dirasakan secara perorangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruandalam
dunia pendidikan.
Macam-macam Aliran - Aliran Pendidikan.
c. Aliran konvergensi merupakan aliran pendidikan yang berpendapat bahwa kepribadian manusia
tergantung pada pendidikan, pembawaan, dan lingkungan.
d. Aliran Naturalisme, aliran ini mempunyai kesamaan dengan teori nativisme bahkan kadang-
kadang disamakan.