Anda di halaman 1dari 21

Psikol

PERKEMBANGAN
ogi
AWAL-AHIR
NANA
TEORI, PRINSIP DAN METODE PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

NG
A. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN
Teori psikologi perkembangan peserta didik memiliki banyak teori seperti
KOSI
yang di ungkapkan oleh para ahli berikut ini diantaranya yaitu1 :
1.    Teori Nativisme ( Teori yang Berorientasi pada Biologi )

M,
  Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan)
yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa

M.Pd.I
sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran nativisme ini, bertolak
dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga
faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa aliran
nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang
dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan
dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya ; kalau ayahnya pintar, maka
kemungkinan besar anaknya juga pintar.
Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah
dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir
pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir.
Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak
didik itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik

1
Bahruddin dan Wahyuni, Esa Nur. 2010. Teori Belajar & PEmbelajaran. Ar-Ruz
Media :Yogyakrta. Hal.. 100
1
menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak 
didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri dalam proses
belajarnya.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan
tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut
pandangan ini menyatakan bahwa jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia
akan menjadi jahat, sebaliknya apabila mempunyai pembawaan baik, maka dia
menjadi orang yang baik. Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat
dirubah dari kekuatan luar.
Tokoh utama (pelopor) aliran nativisme adalah Arthur Schopenhaur
(Jerman 1788-1860). Tokoh lain seperti J.J. Rousseau seorang ahli filsafat dan
pendidikan dari Perancis. Kedua tokoh ini berpendapat betapa pentingnya inti
privasi atau jati diri manusia. Meskipun dalam keadaan sehari-hari, sering
ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-
bakat yang ada pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan
satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang
dapat memengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju
kedewasaan.
2.    Teori Empirisme ( Teori Lingkungan )
Aliran empirisme, bertentangan dengan paham aliran nativisme.
Empirisme (empiri = pengalaman), tidak mengakui adanya pembawaan atau
potensinya di bawah lahir manusia. Dengan kata lain bahwa anak manusia itu
lahir dalam keadaan suci dalam pengertian anak bersih tidak membawa apa-apa.
Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik besar
pengaruhnya pada faktor lingkungan.
Dalam teori belajar mengajar, maka aliran empirisme bertolak
dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam per-
kembangan peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh anak dalam
kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-
stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang
dewasa dalam bentuk program pendidikan.

2
Tokoh perintis aliran empirisme adalah seorang filosof Inggris bernama
John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak
lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empirik yang
diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan
perkembangan anak. Dengan demikian, dipahami bahwa aliran empirisme ini,
seorang pendidik memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar
peserta didiknya.
Menurut Redja Mudyahardjo bahwa aliran nativisme ini berpandangan
behavioral, karena menjadikan perilaku manusia yang tampak keluar sebagai
sasaran kajaiannya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama
sebagai hasil belajar semata-mata. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
keberhasilan belajar peserta didik menurut aliran empirisme ini, adalah
lingkungan sekitarnya. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan dari
pihak pendidik dalam mengajar mereka.
3.    Teori Konvergens
Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju
satu titik pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu
baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan
peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi telah ada pada
masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh lingkungan yang sesuai
dengan kebutuhan untuk perkembangannya, maka kemungkinan itu lalu menjadi
kenyataan. Akan tetapi bakat saka tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhan perkembangan tersebut, tidak cukup, misalnya tiap anak manusia yang
normal mempunyai bakal untuk berdiri di atas kedua kakinya, akan tetapi bakat
sebagai kemungkinan ini tidak akan menjadi menjadi kenyataan, jika anak
tersebut tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia.
Perintis aliran konvergensi adalah William Stern (1871-1939), seorang
ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan
di dunia  disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Bakat yang dibawa
anak sejak kelahirannya tidak berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan
lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Jadi seorang anak yang
memiliki otak yang cerdas, namun tidak didukung oleh pendidik yang

3
mengarahkannya, maka kecerdasakan anak tersebut tidak berkembang. Ini berarti
bahwa dalam proses belajar peserta didik tetap memerlukan bantuan seorang
pendidik untuk mendapatkan keberhasilan dalam pembelajaran.
Ketika aliran-aliran pendidikan, yakni nativisme, empirisme dan
konvergensi, dikaitkan dengan teori belajar mengajar kelihatan bahwa kedua
aliran yang telah disebutkan  (nativisme-empirisme) mempunyai kelemahan.
Adapun kelemahan yang dimaksudkan adalah sifatnya yang ekslusif dengan
cirinya ekstrim berat sebelah. Sedangkan aliran yang terakhir (konvergensi) pada
umumunya diterima seara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami
tumbuh-kembang seorang peserta didik dalam kegiatan belajarnya. Meskipun
demikian, terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor mana yang paling
penting dalam menentukan tumbuh-kembang itu.
Keberhasilan teori belajar mengajar jika dikaitkan dengan aliran-aliran
dalam pendidikan, diketahui beberapa rumusan yang berbeda antara aliran yang
satu dengan aliran lainnya. Menurut aliran nativisme bahwa seorang peserta tidak
dapat dipengaruhi oleh lingkungan, sedangkan menurut aliran empirisme bahwa
justreru lingkungan yang mempengaruhi peserta didik tersebut. Selanjutnya
menurut aliran konvergensi bahwa antara lingkungan dan bakat pada peserta didik
yang terbawa sejak lahir saling memengaruhi.
Al-Qur’an dan hadist sendiri  sebagai acuan dasar pendidikan Islam dalam
menerangkan teori belajar mengajar telah memberikan konsep terhadap pemikiran
yang terdapat aliran nativisme, empirisme dan konvergensi. Dalam  hal ini, Al-
Qur’an menegaskan bahwa pembawaan seorang anak (peserta didik) sejak
lahirnya disebut fitrah, dan fitrah ini adalah dasar keagamaan yang dimiliki oleh
setiap orang. Fitrah menurut Al-Qur’an di samping dapat menerima pengaruh dari
dalam (keturunan) juga dapat menerima pengaruh dari luar (lingkungan). Untuk
mengembankan fitrah ini, maka sangat pendidikan kedudukan pendidikan di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
4.    Teori Interaksionisme
            Teoritikus yang terkenal adalah Piaget. Menurut, cara-cara berpikir
tertentu sangat sederhana bagi seorang dewasa, tidaklah sesederhaana pemikiran
yang dilakukan seorang anak. Terdapat batas-batas tertentu pada anak atas materi

4
yang dapat diajarakan pada satu waktu tertentu dalam masa kehidupan anak
tersebut.
Teori Piaget menganggap perkembangan sepanjang waktu sebagai
sebuah kemajuan tingkat. Ia percaya bahwa semua orang muda melalui empat
tingkat perkembangan  kognitif yang sama dalam masa perkembangannya 2.
Selanjutnya, mereka melalui tingkat-tingkat yang sama dengan cara yang sungguh
sama.
Empat tingkat perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget yaitu :
a.       Masa Bayi (Bakita) : Tingkat Sensomotori
Periode perkembangan pada tingkat ini didasarkan pada informasi yang diperoleh
dari indera (sensori) dan dari tindakan atau gerakan tubuh (motor) bayi. Prestasi
terbesar bayi adalah kesadaran bahwa lingkungan benar-benar di luar
jangkauannya, baik yang bayi mampi rasakan ayau tidak.
Prestasi besar kedua periode sensormotor adalah mukainya tindakan dengan
tujuan terarah yang logis. Memikirkan mengenai benda yang akrab atau disenangi
oleh bayi.
b.      Masa Anak-anak Awal : Tingkat Pra-Operasional
Itelegensi sensormotor sangat tidak efektif unyuk perencanaan ke depan atau
mengingat informasi. Untuk itu anak memerlukan apa yang disebut Piaget sebagai
operasi, atau tindakan yang dilakukan secara mental atau berani.
Menurut Piaget, langkah awal tindakan berpikir adalah interalisasi tindakan. Pada
akhir tingkat sensormotor anak dapat menggunakan banyak skema tindakan.
c.       Tingkat Operasional Konkrit
Pada masa ini anak-anak bergerak maju berpikir secara logis. Piaget
menggunakan kata operasional konkrit untuk mendiskripsikan tingkat pemikiran
siap pakai ini. Krakter dasar tingkat ini adalah bahwasannya siswa mengetahui :
 Stabilitas logis dunia fisik
 Fakta bahwa elemen-elemen dapat diubah atau ditransformasikan dan
tetap banyak menjaga banyak karakter aslinya
 Bahwa perubahan-perubahan ini di balik
d.      Tingkat Operasional Formal
2
Woolfolk, Anita E dan Nicolich, Lorrain McCune. Mengembangkan Kepribadian & Kecerdasan
Anak-Anak (Psikologi PEmbelajaran I). Hal. 60
5
Pada tingkat operasional formal, semua karakter operasi terdahulu terus menguat.
Pemikiran formak adlah mampu membalik, internal, dan mampu terorganisir
dalam sistem, bagian-bagian saling bergantung. Operasi formal mencakup apa
yang biasa kita kenal sebagai alasan ilmiah. Hipotesa dapat dibuat dan eksperimen
mentak berguna untuk mengujinya, dengan variabel yang diisolasi atau dikontrol.
Untuk jelasnya dibawah ini adalah tabel perkembangan kognitif versi Piaget3

Tingkat Usia yang sesuai karakter


Mulai menggunakan
imitasi (meniru), memori,
dan pikiran mulai
mengetahui bahwa objek
Sensomotor 0-2 tahun
tidak sirna ketika hilang,
berubahnya dari tindakan
refleks menuju tindakan
yang terarah
Mulai berkembangan
bahasa dan kemampuan
berpikir dengan bentuk
simbolis
Pra-Operasional 2-7 tahun Mampu memikirkan
operasi secara logis
Memiliki kesulitan
mengetahui sufut pandang
orang lain
Mampu memecahkan
masalah-masalah konkrit
Operasional Konkrit 7-11 tahun dengan cara logis
Memahami hukum
perlindungan
Mampu memecahkan
masalah abstrak dengan
cara logis
Operasional Formal 11-15 tahun Pemikiran menjadi lebih
ilmiah
Mengembangkan terhadap
isu-isu sosial

3
Woolfolk, Anita E dan Nicolich, Lorrain McCune. Mengembangkan Kepribadian & Kecerdasan
Anak-Anak (Psikologi PEmbelajaran I). Hal. 68
6
5.    Teori Psikodinamika
            Teori Psikodinamika adalah teori yang berupaya menjelaskan hakekat dan
perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang sangat diutamakan dalam teori ini
adalah motivasi, emosi, dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini
mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik
dari aspek-spek psikologi tersebut. Yang umumya terjadi pada masa kanak-kanak
dini. Para teoritisi psikodinamik percaya bahwa perkembangan merupakan suatu
proses aktif dan dinamis yang sangat dipengaruhi oleh dorongan-dorongan atau
impuls-impuls individual yang dibawa sejak lahir serta pengalaman-pengalaman
sosial dan emosional mereka. Perkembangan seorang anak terjadi pada
serangkaian tahap. Pada masing-masing tahap anak mengalami konflik-konflik
internal yang harus diselesaikan sebelum memasuki tahap berikutnya. Teori
Psikodinamik dalam psikologi perkembangan banyak dipengaruhi oleh Sigmund
Freud dan Eric Erikson.
            Kelemahan teori ini adalah tidak dapat dibuktikan secara empirc. Teori ini
menitik beratkan pada perkembangan sosio-afektif. Bila dala teori ini seksualitas
menduduki tempat yang utama perlu diketahui juga bahwa libido dan agresi
(sebagai pernyataan nafsu mati) lalu berjalan bersama-sama. Jadi kalau seksualitas
ditekan karena norma pendidikan orang tua, maka agresi akan ditekan juga. Hal
ini mempunyai pengaruh yang menentukan bagi perkembangan kepribadian anak.
Mengenai perkembangan pada anak sendiri dapat di jelaskan beberapa
macam perkembangan sebagai berikut, yaitu :
A.   Perkembangan Psikoseksual / Psikoanalitis
Sigmund Freud berfikir bahwa kepribadian orang dewasa ditentukan oleh
cara-cara mengatasi konflik antara sumber-sumber kesenangan oral, anal, alat
kelamin, serta tuntutan-tuntutan realitas. Bila konflik ini tidak diatasi, individu
dapatmengalami perasaan yang mendalam pada tahapan perkembangan
sikoseksual tertentu4.
Teroi Psikoanalitis dari Freud menekankan pentingnya pengalaman masa
kanak-kanak awal dan motivasi dibawah sadar dalam mempengaruhi perilaku.
Freud berpikir bahwa dorongan seks dan instink dan dorongan agresif adalah
4
Woolfolk, Anita E dan Nicolich, Lorraine McCune. 2004. Mengembangkan Kepribadian &
Kecerdasan Anak-Anak (Psikologi Pembelajaran I). Inisiasi Press : Jakarta. 150
7
penentu utama dari perilaku, atau bahwa orang bekerja menurut prinsip
kesenangan. Teorinya menyatakan bahwa kepribadian tersusun dari tiga
komponen, yaitu: id, ego dan superego.
 Id, merupakan aspek biologis kepribadian karena berisikan unsur-unsur
bilogis, termasuk di dalamnya dorongan-dorongan dan impuls-impuls
instinktif yang lebih dasar .
 Ego, merupakan aspek psikologis kepribadian karena timbul dari
kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata
dan menjadi perantara antara kebutuhan instinktif organisme dengan
keadaan lingkungan .
 Superego, adalah aspek sosiologis kepribadian karena merupakan wakil
nilai-niali tradisional dan cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan
orangtua kepada anak-anaknya melalui berbagai perintah dan larangan.
Perhatian utama superego adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar
atau salah, sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral
yang diakui oleh masyarakat.
Sedangkan dalam perkembangan psikoseksual anak
sendiri Freudmengemukakan bahwasannya, perkembangan anak dibagi dalam
beberapa tahap atau fase, yaitu5:
     a. Fase oral (0-11 bulan)
 Selama masa bayi, sumber kesenangan anak berpusat pada aktifitas oral :
mengisap, mengigit, mengunyah, dan mengucap serta  ketergantungan
yang sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa
aman.
 Masalah  yang diperoleh pada tahap ini  adalah menyapih dan makan.
      b. Fase anal (1-3 tahun)
 Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak terhadap dirinya
sendiri,sangat egoistik, mulai   mempelajari struktur tubuhnya.
 Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan anak adalah latihan
kebersihan.

5
Tim Penulis Buku Psikologi Pendidikan. 1993.  Psikologi Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta. 130
8
 Anak senang menahan feses, bahkan bermain-main dengan fesesnya sesuai
dengan keinginanya.
 Untuk itu  toilet training adalah waktu yang tepat  dilakukan dalam
periode ini.
 Masalah yang yang dapat diperoleh pada tahap ini adalah bersifat obsesif
(gangguan pikiran) dan bersifat impulsif yaitu dorongan membuka diri,
tidak rapi, kurang pengendalian diri.
c. Fase phalik/oedipal ( 3-6 tahun )
 Kehidupan anak berpusat  pada genetalia dan area tubuh yang sensitif.  
 Anak mulai suka pada lain jenis.
 Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin.
 Anak  mulai memahami identitas gender ( anak sering meniru ibu atau
bapak dalam berpakaian).
d. Fase laten (6-12 tahun)
 Kepuasan anak mulai terintegrasi, anak akan menggunakan energi fisik
dan psikologis untuk mengeksplorasi  pengetahuan dan pengalamannya
melalui aktifitas fisik maupun sosialnya.
 Pada awal fase laten ,anak perempuan lebih menyukai teman dengan jeni
skelamin yang sama, demikian juga sebaliknya.
 Pertanyaan anak semakin banyak, mengarah pada sistem reproduksi (Ortu
harus bijaksana dan merespon)   
 Oleh karena itu apabila ada anak tidak pernah bertanya tentang seks,
sebaiknya ortu waspada ( Peran ibu dan bapak sangat penting dlm
melakukan pendekatan dengan anak).
e. Fase genital (12-18 tahun)
 Kepuasan anak akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta
yang matang terhadap lawan jenis.
B. Perkembangan Psikososial ( Erik Erikson  )
Eric Erikson merupakan penganut teori psikodinamika atau psikosialis dari
Freud. Erikson menerima dasar-dasar orientasi umum dari Freud, namun
menambahkan dasar dasri orientasi teorinya mengenai tahapan perkembangan
psikososial.
9
Secara umum, Tahapan perkembangan psikosoial ini menekankan
perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia. Masing-masing
tahap terdiri dari tugas yang khas yang menghadapkan individu pada suatu
permasalahan atau krisis bilamana tidak dapat melampaui denagn baik. Semakin
individu tersebut mampu melampaui krisis, maka akan semakin sehat
perkembangannya. Adapun delapan tahapan perkembangan psikososial sepanjang
siklus kehidupan manusia dijelaskan sebagai berikut :
a.    Percaya versus tidak percaya (0-1 tahun)
 Pada tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik
ortumaupun orang yang mengasuhnya ataupun perawat yang merawatnya.
 Kegagalan pada tahap ini apabila terjadi kesalahan dalam mengasuh atau
merawat maka akan timbul rasa tida percaya.
b. Tahap otonomi versus rasa malu dan ragu (1-3 tahun)
 Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tukem seperti dalam
motorik  kasar,halus  : berjinjit , memanjat,  berbicara dll.
 Sebaliknya perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa
dirinya terlalu dilindungi  atau tidak diberikan natau kebebasan anak  dan
menuntut tinggi harapan anak.
c. Tahap inisiatif vesrus rasa bersalah (3 – 6 tahun ).
 Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara
aktif dalam melakukan aktifitasnya melalui kemampuan indranya.
 Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan
sesuatu  sebagai prestasinya.
 Apabila dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan timbul rasa
bersalah pada diri anak.
d. Tekun versus rasa rendah diri (6-12 tahun)
 Anak akan belajar untuk bekerjasama  dan bersaing dalam kegiatan
akademik maupun dalam pergaulan melalui permainan yang dilakukan
bersama.
 Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan sehingga
anak pada usia ini rajin dalam melakukan sesuatu.

10
 Apabila dalam tahap ini anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkunganya
dan anak tidak berhasil memenuhinya maka akan timbul rasa inferiorty
( rendah diri).
 Reinforcement dari ortu atau orang lain  menjadi begitu penting untuk
menguatkan perasaan berhasil dalam melakukan sesuatu.
e. Tahap identitas dan kebingungan identitas ( 12-20 tahun)
 Pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri anak khususnya dalam fisik
dan kematangan usia, perubahan hormonal, akan menunjukkan identitas
dirinya seperti siapa saya kemudian.
 Apabila kondisi tidak sesuai dengan suasana hati maka dapat
menyebabkan terjadinya kebingungan dalam peran.
f. Keakraban versus keterkucilan (20-30 tahun)
 Individu menghadapi tugas perkembangan relasi intim dengan orang lain.
 Saaat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab
dengan oranglain, maka keintiman akan tercapai, namun bila tidak maka
akan terjadi isolas.
  g. Bangkit versus tetap-mandeg ( 40-50 tahun )
 persoalan utama pada fase ini adalah mmbantu generasi muda
mengembangkan/mengarahkan kehidupaan yang lebih berguna.
h. Keutuhan dan keputusasaaan ( 50 tahun keatas)
 pada tahun-tahun terakhir kehidupan, kita menoleh kebelakang dan
mengevaluasi apa yang telah kita lakukan dengan kehidupan kita.
 Jika manusia usia lanjut menyelesaikan hanya tahap sebelumnya secara
negatif, pandangan retrospektif cenderung akan menghasilkan rasa
bersalah atau kemurangan yang disebut erikson sebagai despair (putus asa)

B.     PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN MENURUT AHLI


a.      Menurut Hurlock
6 prinsip perkembangan menurut Hurlock (1991). Prinsip-prinsip ini merupakan
ciri mutlak dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak,
kesepuluh prinsip tersebut adalah :
1.      Adanya perubahan
11
Manusia tidak pernah dalam keadaan statis dia akan selalu berubah dan
mengalami perubahan mulai pertama pembuahan hingga kematian tiba. Perbuhan
tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titik puncak kemudian mengalami
kemunduran.
Selama proses perkembangan seorang anak ada beberapa ciri perubahan
yang mencolok, yaitu ;
 Perubahan ukuran, Perubahan fisik yang meliputi : tinggi, berat, organ
dalam tubuh, perubahan mental. Perubahan mental meliputi : memori, penalaran,
persepsi, dan imajinasi.
 Perubahan proporsi, Misalnya perubahan perbandingan antara kepala dan
tubuh pada seorang anak.
 Hilangnya ciri lama, Misalnya ciri egosentrisme yang hilang dengan
sendirinya berganti dengan sikap prososial.
 Mendapatkan ciri baru, Hilangnya sikap egosentrisme anak akan
mendapatkan ciri yang baru yaitu sikap prososial.
2.      Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya
Lingkungan tempat anak menghaiskan masa kecilnya akan sangat
berpengaruh kuat terhadap kemampuan bawaan mereka. Bukti-bukti ilmiaih telah
menunjukkan bahwa dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dari
perilaku anak sepanjang hidupnya, terdapat 4 bukti yang membenarkan pendapat
ini.
1. Hasil belajar dan pengalaman merupakan hal yang dominan dalam
perkembanga anak
2. Dasar awal cepat menjadi pola kebiasaan, hal ihi tentunya akan
berpengaruh sepanjang hidup dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak 
3. Dasar awal sangat sulit berubah meskipun hal tersebut salah
4. Semakin dini sebuah perubahan dilakukan maka semakin mudah bagi
seorng anak untuk mengadakan perubahan bagi dirinya.
3.      Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Perkembangan seorang anak akan sangat diperngaruhi oleh proses
kematangan yaitu terbukanya karateristik yang secara potensial sudah ada pada
individu yang berasal dari warisan genetik individu. Seperti misalnya dalam

12
fungsi filogentik yaitu mmerangkak, duduk kemudian berjalan.Sedangkan arti
belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar
ini anak anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan.
Hubugan antara kematangan dan hasil belajar ini bisa dicontohkan pada saat
terjadinya masa peka pada seorang anak, bila pembelajaran itu diberikan pada saat
masa pekanya maka hasil dari pembelajaran tersebut akan cepat dikuasai oleh
anak, demikian pula sebaliknya.

4.      Pola perkembangan dapat diramalkan


Dalam perkembangan motorik akan mengikuti hukum chepalocaudal yaitu
perkembangan yang menyebar keseluruh tubuh dari kepala ke kaki ini berarti
bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian kepala
kemudian badan dan terakhir kaki. Hukuk yang kedua yaitu proxmodistal
perkembangan dari yang dekat ke yang jauh. Kemampuan jari-jemari seorang
anak akan didahului oleh ketrampilan lengan terlebih dahulu.
5.      Pola perkembangan mempunyai karateristik yang dapat diramalkan
Karateristik tertentu dalam perkembangan juga dapat diramalkan, ini
berlaku baik untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti
pola perkembangan yang sama dari saatu tahap menuju tahap berikutnya. Bayi
berdiri sebelum dapat berjalan. Menggambar lingkaran sebelum dapat
menggambar segi empat. Pola perkembangan ini tidak akan berubah sekalipun
terdapat variasi individu dalam kecepatan perkembangan.
Pada anak yang pandai dan tidak pandai akan mengikuti urutan
perkembangan yang sama seperti anak yang memiliki kecerdasan rata-rata.
Namun ada perbedaan mereka yang pandai akan lebih cepat dalam
perkembangannya dibandingkan dengan yg memiliki kecerdasan rata-rata,
sedangkan anak yang bodoh akan berkembanga lebih lambat.
Perkembangan bergerak dari tanggapan yang umum menuju tanggapan
yang lebih khusus. Misalnya seorang bayi akan mengacak-acak mainan sebelum
dia mampu melakukan permainan itu dengan jari-jarinya. Demikian juga dengan
perkembangan emosi, anak akan merespon ketekutan secara umum pada suatu hal

13
yang baru namun selanjutnya akan merepon ketakutan secara khusus pada hal
yang baru tersebut.
Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak dari
pembuahan hingga kematian, namun hal ini terjadi dalam berbagai kecepatan,
kadang lambat tapi kadang cepat. Perbedaan kecepatan perkembangan ini terjadi
pada setiap bidang perkembangan dan akan mencapai puncaknya pada usia
tertentu. Seperti imajinasi kreatif akan menonjol di masa kanak-kanak dan
mencapai puncaknya pada masa remaja. Berkesinambungan memiliki arti bahwa
setiap periode perkembangan akan berpengaruh terhadap perkembangan
selanjutnya.
6.      Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan
Walaupun pola perkembangan sama bagi semua anak, setiap anak akan
megikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatanya sendiri.
Beberapa anak berkembang dengan lancar, bertahap langkah demi langkah,
sedangkan lain bergerak dengan kecepatan yang melonjak, dan pada anak lain
terjadi penyimpangan. Perbedaan ini disebabkan karena setiap orang memiliki
unsur biologis dan genetik yang berbeda. Kemudian juga faktor lingkungan yang
turut memberikan kontribusi terhadap perkembangan seorang anak. Misalnya
perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kemampuan
bawaan, suasana emosional, apakah seorang anak didorong untuk melakukan
kegiatan intelektual atau tidak.
Selain itu meskipun kecepatan perkembangan anak berbeda tapi pola
perkembangan tersebut memiliki konsistensi perkembangan tertentu. Pada anak
yang memiliki kecerdasan rata-rata akan cenderung memiliki kecerdasan yang
rata-rata pula ketika menginjak tahap perkembangan berikutnya. Perbedaan
perkembangan pada tiap individu mengindikasikan pada guru, orang tua, atau
pengasuh untuk menyadari perbedaan tiap anak yang diasuhnya sehingga
kemampuan yang diharapkan dari tiap anak seharusnya juga berbeda. Demikian
pula pendidikan yang diberikan harus bersifat perseorangan.
7.      Setiap tahap perkembangan memiliki bahaya yang potensial
Pola perkembangan tidak selamanya berjalan mulus, pada setiap usia mengandung
bahaya yang dapat mengganggu pola normal yang berlaku. Beberapa hal yang

14
dapat menyebabkan antara lain dari lingkungan dari dari anak itu sendiri. Bahaya
ini dapat mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis dan sosial.
Sehingga pola perkembangan anak tidak menaik tapi datar artinya tidak ada
peningkatan perkembangan6. Dan dapat dikatakan bahwa anak sedang mengalami
gangguan penyesuaian yang buruk atau ketidakmatangan.
Peringatan awal adanya hambatan atau berhentinya perkembangan tersebut
merupakan hal yang penting karena memungkinkan pengasuh (Orangtua, guru dll)
untuk segera mencari penyebab dan memberikan stimulasi yang sesuai.
b.      Menurut Dr. H. Syamsul Yusuf
Dalam bukunya Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja menjelaskan
adanya 6 prinsip dalam perkembangan yaitu:
1. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never
ending process). Perkembangan berlangsung secara terus-menerus yang
dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya sampai
mencapai kematangan atau masa tua.
2. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi. Setiap aspek
perkembangan individu, baik fisik, emosi, inteligensi maupun sosial, satu
sama lainnya saling mempengaruhi.
3. Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu. Perkembangan terjadi
secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap
perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya
yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya.
4. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan. Perkembangan fisik dan
mental mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang
berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat).
5. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas. Para ahli telah banyak
mengadakan penelitian dan menetapkan fase-fase perkembangan yang
sesuai dengan umur masing-masing pada umumnya untuk dijadikan
pedoman dalam mempelajari perkembangan individu.
6. Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan / fase perkembanga.
Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan

6
http://psikologi-artikel.blogspot.com/2010/03/konsep-dan-prinsip-psikologi
15
berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan: bayi,
kanak-kanak, anak, remaja, dewasa, dan masa tua7.

C. Metode Psikologi Perkembangan


Metode Pendekatan Umum
Dalam buku Desmita (Psikologi Perkembangan) ada beberapa pendekatan
dalam psikologi perkembangan yang bersifat pendekatan umum, yaitu8:
1.      Metode Cross-sectional
Pendekatan Cross-sectional adalah suatu pendekatan yang dipergunakan
untuk melakukan penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka
waktu yang relative singkat. Dalam pendekatan ini penelitian dilakukan terhadap
orang-orang atu kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda-beda. Suatu
studi kros-sektional yang umum dapat mencakup sekelompok anak berusia 5
tahun, 8 tahun, dan 11 tahun; kelompok lain dapat mencakup kelompok anak
remaja dan orang dewasa, berusia 15 tahun, 25 tahun dan 45 tahun. Kelompok-
kelompok yang berbeda tersebut dapat dibandingkan dalam halkeberagaman
variable terikat, sepeti IQ, memori, relasi teman sebaya, kedekatan dengan orang
tua, perubahan hormone, dan lain-lain. Semua ini dapat dilakukan dalam waktu
yang relative singkat. Dengan mengambil kelompok orang dari tingkat umur yang
berbeda ini akhirnyaakan dapat ditemukan gambaran mengenai proses
perkembangan satu atau beberapa aspek kepribadian seseorang. Melalui
pendekatancross-sectional dapat diperoleh pengertian yang lebih baik akan factor
yang khas atau yang kurang khas bagi kelompok-kelompok yang
diperbandingkan.
Keuntungan utama dalam pendekatan cross-sectional ini adalah bahwa
para peneliti tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk menunggu
individu bertumbuh. Adapun kelemahan pendekan ini adalah bahwa pendekatan
ini tidak member informasi tentang bagaimana individu berubah atau tentang
stabilitas karakteristiknya. Naik turunya perkembangan dapat menjadi tidak jelas.

7
Syamsul Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002
8
Desmita, Psikologi Perkembangan, Cetakan kelima (2009). Hal.. 60
16
2.      Metode Longitudinal
Pendekatan longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang
dilakukan dengan cara menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama, misalnya
mengikuti perkembangan sesorang dalam jangka waktu tertentu, seperti selama
masa kanak-kanak atau selama masa remaja. Dengan pendekatan ini diteliti
beberapa aspek tingkah laku pada satu atau dua orang yang sama dalam waktu
beberapa tahun. Dengan begitu akan diperoleh gambaran aspek perkembangan
secara menyeluruh.
Pendekatan ini pun mempunyai kelebihan dan kelemahan. Diantara kelebihan
pendekatan ini adalah :
a. Sampel lebih sedikit, sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa
terhadap pertumbuhan dan perkembangan setiap individu.
b.  Memungkinkan mengetahui gangguan-gangguan dalam perkembangan,
baik secara pribadi maupu dalam kelompok.
c. Memungkinkan melakukan analisa terhadap hubungan antara proses
pertumbuhan, baik aspek kematangan maupun pengalaman, karena data
yang diperoleh berasal dari anak yang sama.
d. Memberikan kesempatan untuk menganalisa efek lingkungan terhadap
perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan ini adalah :
a) Membutuhkan waktu yang yang lama dan biaya yang besar.
b) Memerlukan banyak peneliti yang kemungkinan memiliki pengalaman
yang berbeda-beda.
c) Kemungkinan terjadinya gangguan dalam selang waktu penelitian yang
sedang dilakukan, misalnya bila orang pindah tempat atau meninggal.
3.      Metode Cross-cultural
Pendekatan cross-cultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang
mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang berpengaruh
terhadap perkembangan anak. Pendekatan ini banyak digunakan untuk
mengetahui perbedan-perbedaan atau persamaan-persamaan perkembangan anak
pada latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini adalah karena dengan
pendekatan ini akan diperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang proses

17
perkembangan seseorang. Melalui pendekatan ini bisa dijelaskan hipotesa-
hipotesa yang ada melalui faktor-faktor yang diperoleh, misalnya tentang besar
kecilnya pengaruh dari faktor sosial, ekonomi, pola pengasuhan dan gaya hidup
terhadap cirri-ciri kepribadian dan perkembangan-perkembangan kogniotif.
Pendekatan ini dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang berbeda latar
belakang kebudayaanya, baik melalui percobaan, maupun tes pengumpulan data
melalui observasi, wawancara dan pengumpulan data lainya untuk diolah dan
dianalisa persamaan dan perbedaanya. Dengan pendekatan ini suatu hipotesa
mengenai tes, misalnya yang bebas-budaya (cultural-free) atau norma-norma
yang dianggap universal (misalnya kemampuan berbicara) dapat dibuktikan
kebenaranya. Demikian pula mengenai urutan-urutan dalam perkembangan
pentahapan dalam perkembangan, apakah merupakan norma yang universal atau
berlaku pada suatu kelompok keturunan tertentu, dapat diselidiki dengan
pendekatan lintas budaya ini.
Dengan demikian pendekatan lintas-budaya (cross-cultural) mengenai
urutan-urutan dalam perkembangan, pentahapan dalam perkembangan, apakah
merupakan norma yang universal atau berlaku pada suatu kelompok keturunan
tertentu, dapat diselidiki dengan latar belakang kebudayaan yang sangat berbeda.
B.    Metode Pendekatan Khusus
Dalam buku “Psikologi Perkembangan” karya Desmita, terdapat beberapa
metode yang digunakan untuk mengetahui gejala-gejala yang timbul dalam
psikologi perkembangan yang bersifat khusus, diantaranya9 :
1.      Metode Observasi
Adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengamati semua tingkah laku
yang terlihat dalam jangka waktu tertentu atau pada tahap perkembangan tertentu.
Metode ini dibedakan menjadi dua :
a.       Observasi Alami
Adalah pencatatan data mengenai tingkah laku yang terjadi sehari-hari
secara alamiah/wajar. Jadi para peneliti melakukan semua pencatatan terhadap
kehidupan anak tanpa mengubah suasana atau mengontrolnya. Misalnya :

9
Desmita, op.cit. Hal.. 65
18
observasi yang dilakukan terhadap kehidupan anak dari jam sekian hingga sekian,
dan mencatat apa saja yang dilakukan.
b.      Observasi Terkontrol
Dilakukan bilamana lingkungan tempat anak berada diubah sedemikian
rupa sesuai dengan tujuan peneliti, sehingga bermacam- macam reaksi tingkah
laku anak diharapkan akan timbul. Misalnya seorang anak yang ingin diketahuai
reaksi dan sikapnya terhadap lingkungan pergaulanya, akan diobservasi pada
lingkungan sosial yang sudah direncanaka. Demikian juga untuk mengetahui
sebab-sebab seorang anak yang agresif, ia dimasukkan kedalam ruangan main
yang sudah disusun sedemikian rupa (misalnya ruangan yang ada bermacam
boneka atau mainan) sehingga reaksi-reaksi dan perubahan-perubahan yang akan
diperlihatkan anak timbul karena rangsangan khusus dari lingkunganya. Observasi
yang terkontrol ini bisa dilakukan terhadap sekelompok anak yang sama umurnya
atau sama jenis kelaminya dan pada waktu tertentu.
Kedua jenis observasi ini bisa dilakukan dengan alat-alat modern serta
dengan kuantifikasi secara statistic dan pengolahan-pengolahan dengan computer.
Jenis observasi yang kedua dianggap lebih objektif dan hasilnya lebih akurat dari
pada yang pertama. Karena itu observasi terkontrol dapat dilakukan untuk tujuan-
tujuan experimental dengan pendekatan dan metode yang sesuai dengan lapangan
psikologi experimental. Misalnya untuk menyelidiki timbulnya phobia anak-anak
terhadap anjing dapat dilakukan dengan observasi terkontrol dan dengan metode-
metode yang ditinjau dari sudut experimental, seperti dengan membagi
sekelompok anak sebagai kelompok pengontrol.
2.      Metode Eksperimen
Adalah metode penelitian dalam psikologi perkembangan dengan
melakukan kegiatan-kegiatan percobaan pada anak. Penggunaan metode ini dalam
penelitian terhadap anak-anak tidaklah mudah, karena anak-anak sangat
sugestible, mudah dipengaruhi, bertingkah laku semaunya, sering sulit diberikan
pengertian, dan sukar diketahui dengan jelas apa yang  dimaksudkan oleh anak
itu. Dan biasanya diadakan percobaan ulang untuk mendapatkan hasil untuk
dicocokkan dengan hasil yang pertama.
3.      Metode Klinis

19
Adalah suatu metode penelitian yang khusus ditujukan kepada anak-anak
dengan cara mengamat-amati, mengajak bercakap-cakap dan tanya jawab. Cara
ini diterapkan dalam rangka untuk memperoleh kesimpulan adanya kelainan jiwa
untuk selanjutnya, dapat diberikan pengobatan. Biasanya dilakukan melalui
percakapan, pemberian tugas, bermain. Umumnya metode ini digunakan di rumah
sakit bagi pasiennya yang dilakukan oleh para psikiater.
4.      Metode Tes
Adalah metode yang digunakan untuk mengadakan pengukuran tertentu
terhadap objeknya. Tes merupakan instrument penelitian yang penting dalam
psikologi kontenporer, yang digunakan untuk mengukur segala jenis kemampuan,
minat, sikap dan hasil kerja. Tes terstandar memiliki dua cirri penting. Pertama,
para pakar psikologi biasanya menjumlahkan semua skor individu untuk
menghasilkan satu skor tunggal, atau serangkaian skor, yang mencerminkan
sesuatu tentang individu. Kedua,para pakar psikologi membandingkan skor
individu dengan skor sejumlah besar kelompok sama untuk menentukan
bagaimana individu menjawab dalam kaitnya dengan orang lain.
5.      Metode Pengumpulan Data
Ini dapat dikerjakan dengan mengumpulkan segala sesuatu yang
merupakan karya/kegemaran anak-anak, antara lain: Surat-surat,catatan
harian(diary, karangan, perangko, lukisan, foto, dll. Dari bahan-bahan tersebut
sangat bermanfaat untuk dipelajari dan selamjutnya dianalisis serta diambil
kesimpulan10.
DAFTAR PUSTAKA

Addimasyqi, Ibn Katsir. Tafsir Ibn Katsir. Beirut. Dar al Ma’rifah. 1997.
Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Rineka
Cipta. 2005.
Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2005.
Akbar, Reni dan Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak, Mengenal Sifat, Bakat,
dan Kemampuan Anak. Jakarta: Grasindo. 2011.
10
Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Edisi Revisi)” Cet.ke-2 (2005),
Hal.. 1
20
Al Ghazaly. Al Munqidz Min al Dhalaal. Beirut. Maktabah Sya’biyyah. Tth.
Al Haddad, Abdullah. Sabiilul Iddikaar. Surabaya. Cahaya Ilmu. Tth.
Ali, Muhammad dan Muhammad Asrori, Psikologi Remaja (Perkembangan
Peserta Didik), Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Amstrong, Thomas. Sekolah Para Juara. Primagama :Bandung. 2003.
Asrori, Mohammad, Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV. Prima, 2008.
Assyaukani. Fathul Qadir.Beirut. Dar al Kutub al Ilmiyyah.
B. Hurlock, Elizabeth. Perkembangan Anak. Jakarta. Erlangga. 1980.
Bahruddin dan Wahyuni, Esa Nur. Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakrta.:
Ar-Ruz Media.2010.
Daulay, Agus Salim, Diktat, Psikologi Perkembangan, STAIN PSP, 2010.
Desmita, Psikologi Perkembangan Cetakan kelima, Bandung: Rosdakarya, 2009.
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung : Remaja Rosda
karya. 2004.
Fatimah, Enung, Psikologi Perkembangan, (Perkembangan Peserta Didi),
Bandung: VP. Pustaka Setia, 2006.
Haditono Siti Rahayu, Psikologi Perkembanga, Yogyakarta : Gajah Mada
University Press. 2006.
Hurlock, Elizabeth B., Developmental Psychologi A. Life-Span Approach,
Diterjemahkan: Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1991.
Izzaty, Rita Eka, dkk. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
2008.

21

Anda mungkin juga menyukai