Anda di halaman 1dari 119

ANALISIS KETERAMPILAN MENGAJAR MAHASISWA

TADRIS FISIKA
(Studi Kasus Video Pembelajaran
Mahasiswa PPL Daring)

SKRIPSI

OLEH:
RATIH
NIM.TF.161174

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021
ANALISIS KETERAMPILAN MENGAJAR MAHASISWA
TADRIS FISIKA
(Studi Kasus Video Pembelajaran
Mahasiswa PPL Daring)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (SI)
dalam Program Studi Tadris Fisika

OLEH:
RATIH
NIM.TF.161174

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021

i
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
Jl. Jambi – Muara Bulian Km. 16 Simpang Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36363
Telp/Fax : (0741)583183 – 584118 website : www.iainjambi.ac.id
PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku tgl No. Tgl. Halaman
Revisi Revisi

In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 2021 1 dari 2

Hal : Nota Dinas


Lampiran :-
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi di
Tempat
Assalamu’alaikum wr.wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi saudara:
Nama : Ratih
NIM : TF.161174
Judul Skripsi : Analisis Keterampilan Mengajar Mahasiswa Tadris Fisika
(Studi Kasus Video Pembelajaran Mahasiswa PPL Daring)
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi
Tadris Fisika UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Tadris Fisika.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir Saudara tersebut di atas
dapat segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Jambi, April 2021
Pembimbing I

Dr. Tanti, M.Si


NIP. 198112232009122004

ii
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
Jl. Jambi – Muara Bulian Km. 16 Simpang Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36363
Telp/Fax : (0741)583183 – 584118 website : www.iainjambi.ac.id
PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku tgl No. Tgl. Halaman
Revisi Revisi

In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 2021 1 dari 2

Hal : Nota Dinas


Lampiran :-
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
di
Tempat
Assalamu’alaikum wr.wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi saudara:
Nama : Ratih
NIM : TF.161174
Judul Skripsi : Analisis Keterampilan Mengajar Mahasiswa Tadris Fisika (Studi
Kasus Video Pembelajaran Mahasiswa PPL Daring)

Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi
Tadris Fisika UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Tadris Fisika.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir Saudara tersebut di atas dapat
segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Jambi, April 2021
Pembimbing II

Dr. Sukarno, M.Pd.I


NIP. 19790405200511014

iii
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul ” Analisis Keterampilan Mengajar Mahasiswa Tadris


Fisika (Studi Kasus Video Pembelajaran Mahasiswa PPL Daring)” yang telah
dimunaqasahkan oleh Sidang Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN STS
Jambi pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 02 Juni 2021
Jam : 10.00 – 11.00
Tempat : Di Rumah (Secara Online)
Nama : Ratih
NIM : TF.161174
Judul : Analisis Keterampilan Mengajar Mahasiswa Tadris Fisika (Studi
Kasus Video Pembelajaran Mahasiswa PPL Daring)
Telah diperbaiki sebagai mana hasil sidang di atas dan telah diterima
sebagai bagian dari persyaratan Pengesahan Perbaikan Skripsi.

PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI


No Nama Tandatangan Tanggal
1 Boby Syefrinando, M.Si
3 Juni 2021
(Ketua Sidang)
2 Dr. Ir. H. Salahuddin,
3 Juni 2021
M.Si (Sekretaris Sidang)
3 Rahmi Putri Wirman, M.Si
(Penguji I) 3 Juni 2021

4 Lousiana Muliawati, M.
3 Juni 2021
Pd. (Penguji II)
5 Dr. Tanti, M.Si
3 Juni 2021
(Pembimbing I)
6 Dr. Sukarno, M,Pd. I
4 Juni 2021
(Pembimbing II)
Mengetahui Dekan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Dr. Hj. Fadlillah, M.Pd


NIP. 196707111992032004

iv
KEMENTRIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
AlamatFakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Jl. Jambi - Ma Km.16 Simp. Sei. Duren Kab. Muaro Jambi 36363

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun


sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya hasil karya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip


dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas dan sesuai
dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi bukan


hasil karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, saya bersedia menerima sangsi sesuai dengan peraturan dan perundang-
undang yang berlaku.

Jambi, April 2021

Ratih
NIM. TF.161174

v
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin....
Dengan mengharap ridho Allah SWT, Skripsi ini penulis persembahkan kepada
yang tercinta:

Ayahanda MISNO dan Ibunda tercinta WARNIATI

Yang telah mengasuh dan membesarkan,


Mendidik dan menyekolahkan sampai kejenjang perguruan tinggi,

Sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan

Dan dapat meraih gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Islam Negeri

SulthanThaha Saifuddin Jambi.

Keluarga tercinta, Adikku tersayang Wardia Wati


Dan abang terbaik Masdi jaya S.Pd dan Samsul Komar yang selalu setia
mendampingi,

memberi semangat, motivasi, materil dan spiritual

sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan sampai pada jenjang


pendidikan sarjana.

Dan saudara-saudara, sahabat-sahabat seperjuangan khususnya Fisika B, dan


orang-orang yang selalu support saya.

Tekakhir kepada Actor Lee Min Ho terimakasih atas Dramamu yang selalu
menemani dikala down.

Tak ada yang dapat penulis berikan selain do’a dan terimakasih yang tulus

Dan iklas dan hanya Allah SWT saja yang dapat membalasnya

Amin Ya Robbal’Alamin

vi
MOTO

َّ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ ُ ُْ
ِ‫ل الل ْحد‬
ِ ‫ن المهدِ إ‬
ِ ‫مم‬
ِ ‫أطلبِ العل‬

Artinya: Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat (HR. Bukhori).

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan


rahmat dan nikmat-Nya kepada penulis terutama dalam rangka menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada Nabi
Muhammmad SAW yang telah menuntun dan membawa manusia dari zaman
jahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat akademik
guna mendapatkan gelar Sarjana Program Studi Tadris Fisika pada Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini mendapat banyak masukan-masukan
maupun arahan dan bimbingan dari berbagai pihak terutama dari dosen
pembimbing dan rekan-rekan penulis lainnya. Maka dengan kerendahan hati
penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D, selaku rektor UIN Shlthan
Thaha Saifuddin Jambi
2. Ibu Dr. Hj. Fadillah, M.Pd selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Shultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Boby Syefrinando, S.Si, M.Si selaku Ketua Prodi Tadris Fisika
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Shultan Thaha Saifuddin Jambi
4. Ibu Dr. Tanti M.Si selaku pembimbing 1 yang telah meluangkan waktu dan
mencurahkan pemikiran demi mengarahkan Penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak Dr. Sukarno, M.Pd.I selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
membantu dan memberikan pengarahan serta petunjuk dalam menyusun
skripsi ini.
6. Adik-adik Mahasiwa Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Shultan Thaha Saifuddin Jambi.

viii
7. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi dan do’a tiada
henti hingga menjadi semangat pada diri penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
8. Sahabat-sahabat Mahasiswa Tadris Fisika Angkatan 2016 yang telah menjadi
teman diskusi selama penyusunan skripsi ini.
Penulis panjatkan do’a kepada Allah SWT semoga segala bantuan,
penggorbanan dan jasa baik yang diberikan kepada penulis secara langsung
maupu tidak langsung semoga menjadi amal shaleh dari beliau-beliau mendapat
balasan atau ganjaran yang setimpal dari Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis bagi
para pembaca pada umumnya. Aamiin Yaa Robbal Alamiin.

Jambi, April 2021

Ratih
TF. 161174

ix
ABSTRAK

Nama : Ratih
Prodi : Tadris Fiska
Judul : Analisis Keterampilan Mengajar Mahasiswa Tadris Fisika (Studi
Kasus Video Pembelajaran Mahasiswa PPL Daring)
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui keterampilan dasar mengajar
mahasiswa tadris fisika (studi kasus video pembelajaran mahasiswa PPL daring).
Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriftif dengan pendekatan kuantitaf.
Penelitian dilakukan di Universitas Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang
sedang melakukan PPL Daring. Teknik pengumpulan data penelelitian ini ialah
mengumpulkan video mahasiswa PPL daring pada masa pandemi covid – 19.
Setelah video didapatkan kemudian di analisis sesuai dengan pendemon
keterampilan dasar mengajar mengajar mahasiswa tadris fisika untuk setiap aspek
diberikan skor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: mahasiswa tadris fisika
memiliki (1) Keterampilan membuka pelajaran dengan kategori baik dengan
persentase 68.58%. (2) Keterampilan menjelaskan termasuk kategori sangat baik
dengan persentase 88.28%. (3) Keterampilan bertanya termasuk kategori cukup
dengan persentase 32.72%, karena indikator pemberian acuan/petujuk belum
maksimal. (4) Keterampilan memberikan penguatan termasuk kategori kurang
dengan persentase 34.48%, indikator variasi pengunaan kurang optimal. (5)
Keterampilan mengadakan variasi termasuk kategori baik dengan persentase
77.62%, tetapi indikator variasi dalam cara mengajar dan variasi alat-alat atau
bahan belum tercapai secara optimal. (6) Keterampilan mengelola kelas termasuk
kategori cukup dengan persentase 47.59%, tetapi kurang optimal dalam indikator
membagi perhatian. (7) Keterampilan menutup pelajaran termasuk kategori
kurang dengan persentase 21.38%, karena kurang optimal pada indikator
mengevaluasi, merangkum inti pelajaran. (8) Keterampilan membimbing diskusi
termasuk kategori sangat kurang dengan persentase 6.62%, karena dalam kegiatan
diskusi mahasiswa tidak melakukan/membuat untuk mengadakan diskusi
sehingga indikator pencapain kurang optimal.
Kata Kunci: Keterampilan Mengajar Mahasiswa, PPL Daring, Video
Pembelajaran

x
ABSTRACT

Name : Ratih
Major : Physic Education
Tittle : Analysis of Teaching Skills for Physics Tadris Students (Case Study
of Online PPL Student Learning Videos)
The purpose of this Research was to determine the basic skills of teaching physics
education students (case study of online PPL student learning videos). This type
of research is descriptive research with a quantitative approach. The research was
conducted at the Islamic University of Sulthan Thaha Saifuddin Jambi which is
currently conducting online PPL. The data collection technique for this research
was to collect videos of PPL students online during the Covid-19 pandemic. After
the video was obtained, it was analyzed according to the demonstrators' basic
teaching skills to teach physics tadris students for each aspect, a score was given.
The results showed that: physics tadris students had (1) good category opening
skills with a percentage of 68.58%. (2) Explanation skills are in the very good
category with a percentage of 88.28%. (3) The questioning skill is in the sufficient
category with a percentage of 32.72%, because the indicators of giving references
/ references are not maximal. (4) Skills to provide reinforcement are in the poor
category with a percentage of 34.48%, the indicator of variation in use is less than
optimal. (5) The skill of conducting variations is in a good category with a
percentage of 77.62%, but indicators of variation in teaching methods and
variations in tools or materials have not been achieved optimally. (6) Class
management skills are in the moderate category with a percentage of 47.59%, but
not optimal in terms of dividing attention indicators. (7) Skill to close the lesson is
in the poor category with a percentage of 21.38%, because it is less than optimal
in evaluating indicators, summarizing the essence of the lesson. (8) The skill of
guiding discussion is in the very poor category with a percentage of 6.62%,
because in discussion activities students do not do / make discussions so that the
achievement indicators are less than optimal.
Keyword: Teaching Skill of Student, PPL Daring, Learning Video

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... I

NOTA DINAS ................................................................................................. II

PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................ IV

PERSEMBAHAN ........................................................................................... V

MOTTO .......................................................................................................... VI

KATA PENGANTAR .................................................................................... VII

ABSTRAK ...................................................................................................... IX

ABSTRACT ..................................................................................................... X

DAFTAR ISI ................................................................................................... XI

DAFTAR TABEL .......................................................................................... XIII

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... XIV

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. XV

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 7
C. Batasan Masalah................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Deskripsi Teori ..................................................................................... 9


B. Penelitian Relevan ................................................................................ 43
C. Kerangka Pikir ..................................................................................... 45

xii
BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian .................................................................................. 46


B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 47
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .......................................... 47
D. Instrumen Penelitian............................................................................. 48
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 54


B. Pembahasan Penelitian ......................................................................... 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 76
B. Saran .................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 78

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tahap Keterampilan Dasar Mengajar ................................................... 59

Tabel 4.2 Jumlah Mahasiswa Aspek Keteramipilan Membuka Pelajaran ............ 61

Tabel 4.3 Jumlah Mahasiswa Aspek Keterampilan Menjelaskan………… ….. 62

Tabel 4.4 Jumlah Mahasiswa Aspek Keterampilan Beryanya .............................. 63

Tabel 4.5 Jumlah Mahasiswa Aspek Memberi penguatan……………………….65

Tabel 4.6 Jumlah Mahasiswa Aspek Keterampilan Mengadakan Variasi……….66

Tabel 4.7 Jumlah Mahasiswa Aspek Keterampilan Mengelola Kelas…………...67

Tabel 4.8 Jumlah Mahasiswa Aspek Keterampilan Menutup Pelajaran…………68

Tabel 4.9 Jumlah Mahasiswa Aspek Membimbing Diskusi……………………..70

Tabel 4.10 Skor Rata-rata Keterampilan Mengajar Mahasiswa…………………71

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Pengamatan Video Pembelajaran ............................................................ 60

Gambar 4.1 Persentase Jumlah Mahasiwa tiap kategori ....................................... 60

Gambar 4.2 Persentase Aspek Keterampilan Membuka Pelajaran ....................... 62

Gambar 4.3 Persentase Keterampilan Menjelasakan ............................................ 62

Gambar 4.4 Persentase Keterampilan Bertanya………………………………….64

Gambar 4.5 Persentase Keterampilan Memberi penguatan……………………...65

Gambar 4.6 Persentase Keterampilan Mengadakan Variasi……………………..67

Gamabar 4.7 Persentase Keterampilan Mengelola Kelas………………………..68

Gambar 4.8 Persentase Keterampilan Menutup Pelajaran……………………….69

Gambar 4.9 Persentase Membimbing Diskusi…………………………………..70

Gambar 4.10 Persentase Rata-rata Keterampilan Mahasiswa Tadris Fisika…….73

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian .................................................................... 85

Lampiran 2. Penilaian Keterampilan Mengajar ............................................... 92

Lampiran 4 data hasil keterampilan dasar mengajar ........................................ 94

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sekolah adalah tempat terjadinya proses kegiatan belajar mengajar, di
sekolah juga tempat menumbuhkembangkan pemikiran dan kemampuan yang
dimiliki oleh siswa. Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya sekolah harus dapat
menyiapakan sarana dan prasarana di sekolah tersebut. Salah satu yang sangat
penting dan perlu diperhatikan oleh pihak sekolah sekolah adalah pendidik atau
guru di sekolah tersebut. Untuk menjadi pendidik yang baik tentunya haruslah
sesuai dengan latar belakang jururusan pendidikan guru tersebut. Seorang guru
mempunyai peranan penting, karena guru yang selalu bersama-sama dan
melakukan interaksi dengan siswa saat terjadi proses belajar mengajar berlansung
di kelas. Menurut pendapat Syahril (2018), ‘‘good teaching should be well-
organized and involve active learning by the students as well as immediate
feedback’’, artinya pengajaran yang baik harus terorganisasi dengan baik dan
melibatkan pembelajaran aktif oleh siswa serta umpan balik langsung untuk
mencapai pembelajaran yang asik dan nyaman tentulah seorang guru harus
menguasai materi pelajaran dan menguasai keadaan kelas.
Menurut Abor (2017), seorang guru harus menguasai keterampilan
mengajar yang merupakan profesi dasar bagi seorang guru dengan kata lain untuk
memastikan dan menentukan mengajar yang efektif, maka perhatian harus
diarahkan kepada bidang studi kompetensi guru, sekali harus disadari kompetensi
dimaksud bukan satu-satunya faktor keberhasilan. Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa seorang guru memahami fungsi dan penggunaannya akan
berusaha mewujudkan dan didalam proses pembelajaran, sehingga hal ini akan
mampu menumbuhkan motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran tanpa
menggangu materi pelajaran.

1
2

Sebagai pendidik keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh guru


maupun calon guru. Keterampilan mengajar menjadi sangat penting karena dapat
membantu tugas guru dalam proses belajar mengajar. Keterampilan dasar
mengajar pada dasarnya merupakan bentuk perilaku (kemampuan) atau
keterampilan yang bersifat khusus dan mendasar yang harus dimiliki guru sebagai
modal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajaran secara profesional
(Sukirman, 2009). Dengan dikuasainya keterampilan mengajar maka guru akan
mudah melaksanakan perannya sebagai pengelola pembelajaran dan memudahkan
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang
telah ditetapkan.
Pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar yang kompleks yaitu
dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran, dan melibatkan berbagai
aspek yang saling berkaitan. Dalam proses pembelajaran yang kompleks tersebut,
keterampilan dasar sangat diperlukan oleh seorang pendidik, karena keterampilan
mengajar dapat membantu pendidik dalam proses penyampaian materi saat
pembelajaran. Keterampilan mengajar juga merupakan kunci dasar dalam
mendidik. Keterampilan dasar mengajar ialah salah satu usaha untuk menciptakan
suasana belaja yang kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik. Keterampilan
mengajar adalah kemampuan atau kompetensi yang cukup kompleks sebagai
integrasi dari berbagai kompetensi pendidik secara utuh dan menyeluruh dalam
melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik. Seperti halnya pada metode,
strategi, tehnik dan model sudah termasuk dalam keterampilan dasar mengajar
(Susanto, 2013).
Menurut Mulyasa (2009), keterampilan mengajar merupakan kemampuan
kompetensi pedagogik guru yang merupakan keterampilan yang harus dikuasai
guru. Misalnya kemampuan atau keterampilan guru dalam memandu kegiatan
pembelajaran. Oleh karena itu, keterampilan mengajar merupakan perilaku yang
mendorong pembelajaran siswa secara langsung atau tidak langsung untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Adediwura, 2007). Jika seorang tidak melakukan
sesuatu dengan cara tertentu, tidak ada yang bisa mengajar orang lain, oleh karena
3

itu metode pengajaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap semua situasi
dalam proses pengajaran.
Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang calon pendidik
adalah Teaching Basic Skill (Keterampilan Dasar Mengajar) yang terdiri dari:
Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran (Set induction and Closure),
Keterampilan Bertanya (Questioning), Keterampilan Memberikan Penguatan
(Reinforcement), Keterampilan Memgadakan Variasi (Variation Stimulus),
Keterampilan Menjelaskan Pelajaran (Eksplaining), Keterampilan Mengelola
Kelas (Class Room Management), Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok
Kecil (Guiding Small Discussion), serta Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil
dan Perorangan Teaching Small Discussion and Personal (Muzakkir, 2012).
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) adalah kemampuan atau
keterampilan yang bersifat khusus (most specific instructional behaviors) yang
harus dimiliki oleh calon guru, agar dapat melaksanakan tugasnya dalam mengajar
secara efektif, efisien dan professional Dengan demikian keterampilan dasar
mengajar berkenaan dengan beberapa keterampilan atau kemampuan yang bersifat
mendasar dan harus dikuasai oleh tenaga pengajar dalam melaksanakan tugas
mengajarnya. Dalam mengajar ada dua yang kemampuan pokok yang harus
dikuasai oleh seorang tenaga pengajar yaitu: (1) menguasai materi atau bahan ajar
yang akan diajarkan, (2) menguasai metodologi atau cara untuk
membelajarkannya. .
Berdasarkan hasil observasi di kampus khususnya prodi tadris Fisika,
belum dilakukan tingkat keterampilan dasar mengajar dalam keterampilan
pembelajaran daring. Oleh karena itu peneliti tertarik/tertantang untuk melakuan
penelitian terkait tentang analisis keterampilan mengajar mahasiswa tadris Fisika
di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi karena setiap seorang
guru atau calon guru sangat perlu atau penting menguasai bangaimana
keterampilan mengajar yang baik dan menarik di sekolah. Untuk itu terkait kasus
ini belam ada atau belum pernah dilakukan penelitian terkait analis keterampilan
mengajar ini di kampus terutama untuk tadris Fisika. Penelitian ini diharapkan
4

dapat menambah ilmu pengetahuan serta dapat menjadi acuan penelitian


sejanjutnya yang sejenis.
Pendidikan guru pada Fakultas Tarbiyah Prodi Fisika antara lain
bertujuan: (1) Menghasilkan Sarjana Pendidikan Fisika yang professional, islami
dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat global, serta adaptif terhadap
perkembangan teknologi, (2) Menghasilkan karya penelitian dalam bidang
kependidikan fisika yang berkualitas, (3) Melaksanakan pengabdian kepada
masyarakat dalam bidang kependidikan fisika, (4) Menyiapkan sarjana pendidikan
fisika yang berjiwa entrepreneurship, (5) Mewujudkan jalinan kerjasama dengan
lembaga lain baik daerah, nasional maupun internasional untuk pengembangan
pendidikan fisika. https.//tadris-fisika.ftk.uinjambi.ac.id/visi-misi-dan-tujuan/
Melalui kegiatan PPL kependidikan di sekolah, mahasiswa mendapat
kesempatan yang luas untuk mengasah keterampilan dasar mengajar yang mereka
miliki. Sebagai seorang calon guru Fisika, tingkat penguasaan keterampiran dasar
mengajar diperlukan sebagai model awal menjadi calon guru yang profesional dan
berkompeten dibidangnya. Selain itu juga untuk mewujudkan proses pembelajaran
yang efektif dengan output yang lebih baik.
Menurut Zainal (2010), tujuan dari PPL itu adalah untuk melatih calon
guru agar memiliki kemampuan memperagakan kinerja dalam situasi nyata dalam
kegiatan belajar mengajar maupun tugas-tugas keguruan lainnya. Secara khusus
kegiatan PPL bertujuan agar calon guru dapat: (1) mengenal lingkungan fisik dan
non-fisik (administratif, akademik, dan sosial-psikologis) sekolah, (2) memiliki
berbagai keterampilan dasar mengajar, (3) menerapkan berbagai kemampuan
profesional keguruan secara utuh dan terpadu dalam situasi nyata, (4)
mengembangkan kompetensi pembelajaran bidang studi yang menjadi bidangnya.
Berdasarkan tujuan di atas, untuk mendapatkan suatu keterampilan dalam
mengajar tentu ada syarat-syarat yang dipenuhi terlebih dahulu oleh calon guru
yaitu: kesiapan yang bersifat fisik meliputi (1) kondisi tubuh yang sehat, (2)
kesiapan mental (3) kerapian dan keserasian yang selalu terlihat jelas. Kesiapan
yang bersifat non fisik, (1) menguasai bahan secara baik, (2) menguasai
metodologi pembelajaran.
5

PPL Daring merupakan aktivitas kegiatan PPL yang terdiri dari daring
dan luring. Konsep ini hadir sebagai alternative dalam menjawab tuntutan
perubahan pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Proses kegiatan PPL Daring
dilakukan secara interatif menggunakan teknologi berbasis jaringan
internet/online. PPL daring merupakan skema baru yang dikembangkan untuk
merespon perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dalam upaya
mitigasi Covid-19. Kondisi pandemi yang saat ini terjadi diseluruh negara di
dunia, termasuk di Indonesia, menyebabkan perlunya langkah bijak untuk
mengantisipasi virus tersebut agar tidak menyebar luas. Salah satunya salah
satunya langkah yang dilakukan khususnya dalam bidang pendidikan adalah
dengan menyelenggarakan pembelajaran daring. Pelaksanaan pembelajaran daring
tentunya membutuhkan keterampilan dan persiapan khusus karena memiliki
karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran luring. Keterampilan dalam
merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran daring menjadi
penting bagi mahasiswa untuk menghadapi berbagai tantangan di dunia
pendidikan.
Pembelajaran Daring adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis
elektronik. Salah satu yang digunakan adalah media smartphone dan komputer.
Dengan dikembangkannya di jaringan smartphone komputer memungkinkan
untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga dikembangkan ke
jaringan komputer yang lebih luasyaitu internet. Penyajian pembelajaran daring
berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Pembelajaran daring ini tidak
memiliki batasan akses, yang memungkinkan pembelajaran bisa dilakukan banyak
waktu (Suherey, 2020).
Pembelajaran secara daring memiliki kelebihan sebagai berikut:
(1) tersedianya fasilitas e-moderating dapat berkomunikasi secara mudah melalui
fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu
dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu, (2) pengajar dan siswa
dapat menggunakan bahan ajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, (3)
siswa dapat belajar (me-review) bahan ajar setiap saat dan dimana saja apabila
diperlukan mengigat bahan ajar tersimpan di komputer, (4) bila siswa memerlukan
6

tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat


melakukan akses internet, (5) baik pengajar maupun siswa dapat melakukan
diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak,
(6) berubahnya peran siswa dari yang pasif menjadi aktif, (7) relative lebih efisien
misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah
konvensional dapat mengaksesnya (Suherey, 2020).
Meskipun pelaksanaan PPL ini berbeda dari sebelumnya karena
dilakukan secara Daring diharapkan mahasiswa dapat mengikuti dan
menyelesaikan seluruh rangkaian PPL kali ini dengan baik. Salah satu tujuan
pelaksanaan PPL yakni membentuk mahasiswa sebagai calon guru professional.
Meskipun pelaksanaannya terdapat beberapa keterbatasan karena dilakukan secara
daring, diharapkan tujuan tersebut bisa tercapai. Untuk itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terkait ini karena belum adanya penelitian terkait tentang,
analisis keterampilan mengajar mahasiswa tadris fisika studi kasus video
pembelajaran mahasiswa PPL daring di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi terkhusus pada prodi pendidikan Fisika.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang
berjudul ‘‘Analisis Keterampilan Mengajar Mahasiswa Tadris Fisika (Studi
Kasus Video Pembelajaran Mahasiswa PPL Daring)’’. Hal ini bertujuan
mengidentifikasi dan mendeskripsikan keterampilan mengajar mahasiwa tadris
fisika dalam studi kasus pada video pembelajaran. Hal ini juga bermanfaat untuk
dijadikan sebagai gambaran dan pertimbangan dalam memperbaiki proses
kegiatan belajar mengajar yang efektif untuk menunjang proses pembelajaran agar
dapat berjalan dengan baik dan menyenangkan khususnya pada bidang studi
fisika.
7

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang dapat diidentifikasikan
sebagai permasalahan dalam keterampilan dasar mengajar mahasiswa fisika
adalah. Bagaimana kemampuan keterampilan mengajar yang dimiliki mahasiswa
tadris fisika, pada saat melakukan PPL Daring.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi yang telah diuraikan di atas, agar tidak
menyimpang dari permasalahan serta mengingat keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan, peneliti membatasi masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengambilan data di lakukan melalui analisis video pembelajaran mahasiswa
PPL daring.
2. Aspek keterampilan mengajar yang dilihat (a) keterampilan membuka dan
menutup pembelajaran, (b) keterampilan memberi penguatan, (c)
keterampilan mengadakan variasi, (d) keterampilan menjelaskan, (e)
keterampilan bertanya, (f) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,
(g) keterampilan mengelola kelas dan (h) keterampilan mengajar kelompok
kecil/perorangan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian kajian latar belakang dan batasan masalah, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, bagaimana kemampuan
keterampilan mengajar mahasiswa tadris fisika?
8

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, adapun tujuan dari
penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mendeskripsikan keterampilan
mengajar mahasiswa tadris fisika.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa
pihak diantaranya:
a. Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan serta dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya yang
sejenis khususnya pada bidang studi fisika.
2. Untuk dunia pendidikan, khususnya guru, penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai gambaran dan timbangan dalam memperbaiki proses
kegiatan belajar mengajar yang efektif untuk menunjang proses
pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik dan menyenangkan
khususnya pada bidang studi fisika.
b. Manfaat Praktis
1. Untuk peneliti, dapat menambahkan pengalaman peneliti mengenai
pembelajaran serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah peneliti
dapatkan selama perkuliahan.
c. Bagi Jurusan Pendidikan FISIKA UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
1. Memberikan informasi mengenai keterampilan mengajar mahasiswa tadris
fisika (studi kasus video pembelajaran mahasiswa PPL daring).
BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR


A. Landasan Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian belajar yaitu
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Seseorang dikatakan belajar jika
dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan satu
perubahan tinglah laku. Menurut Cronbach ‘‘learning is how by change in
behavior as result of experience’’ artinya belajar adalah suatu aktivitas yang
ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut
Harold Spears ‘‘learning is to ovserve, to read, to imitate, to try samething
themselves, to listen, to follow direction’’ yang artinya belajar adalah mengamati,
membaca, meniru, mencoba sendiri tentang sesuatu, mendengarkan, mengikuti
petunjuk (Sagala, 2003).
Menurut (Desrianti dkk, 2013) belajar adalah proses atau usaha seseorang
untuk melakukan perubahan, baik itu perubahan tingkah laku secara keseluruhan
maupun perubahan aspek lainnya. Perubahan tersebut merupakan hasil interaksi
antara manusia dan lingkungan. Dalam hal ini, seseorang mengubah perilaku
buruk menjadi perilaku yang lebih baik. Menurut Safitri (2016), karena
pengalaman dan pelatihan, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah
laku. Artinya tujuan kegiatan adalah untuk mengubah perilaku, baik yang
berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, atau sikap, bahkan mencakup semua
aspek organisme atau manusia. Belajar adalah proses perubahan kepribadian
manusia, dan perubahan ini memanifestasikan dirinya dalam bentuk peningkatan
kualitas dan kuantitas perilaku, seperti peningkatan keterampilan, pengetahuan,
sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, kemampuan berpikir, dan
kemampuan lainnya.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif atau tinjauan mutu ialah
proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara
menafsirkan dunia di sekeliling siswa, belajar dalam pengeryian ini difokuskan

9
10

pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan
masalah-masalah yang sekarang dan nanti dihadapi siswa (Sagala, 2003).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu perubahan tingkah laku penampilan dengan serangkaian aktivitas seperti
membaca, mengamati, mendengar dan lainnya sebagai hasil dari pengalaman.
Proses pembelajaran melibatkan aspek intelektual, emosional dan sosial
siswa, guru harus menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa terlibat dalam
kegiatan pembelajaran. Kondisi tersebut antara lain memberikan pekerjaan rumah,
melakukan diskusi, mengajukan dan menjawab pertanyaan, serta mendorong
siswa untuk berani mengungkapkan pendapatnya. Dengan cara ini, guru dapat
mencapai tujuan pembelajaran, dan siswa dapat menguasai kemampuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Belajar diartikan sebagai proses, metode, dan
perilaku menjadi seorang pembelajar. Orang yang belajar disebut belajar.
Kemudian, belajar sendiri berarti mencoba memperoleh kecerdasan atau
pengetahuan, berlatih, mengubah perilaku, atau reaksi yang disebabkan oleh
pengalaman (Slameto, 2003).
Dalam Premendiknas RI NO. 52 Tahun 2008 tentang standar proses
disebutkan bah tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata
pelajaran, menata urutan topik-topik mengalokasikan waktu, petunjuk dalam
memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan
ukuran (standar) untuk mengukur prestasi siswa. Menurut Ahmad dkk, (2009)
tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut: a) Tercapainya perubahan perilaku
atau kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. b) Tujuan
ditetapkan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik, yang menarik
untuk di garis bawahi yaitu pemikiran k eempat dari David kapel bahwa penentu
tujuan pembelajaran harus dicapai dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung
implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran segyogyanya di buat secara
tertulis (written plan).
Upaya untuk merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan
manfaat tertentu bagi guru dan siswa. Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4
(empat) manfaat belajar, yaitu: (1) dapat dengan mudah menyampaikan tujuan
11

kegiatan mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melaksanakan kegiatan


belajar dengan lebih mandiri, (2) lebih mudah bagi guru untuk memilih dan
menyusun bahan ajar, (3) membantu guru lebih mudah menentukan kegiatan
pembelajaran dan media pembelajaran, (4) memudahkani penelitian untuk guru.
Menurut Sukmadinata (2012), mengidentifikasi 4 manfaat dari tujuan
pembelajaran yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan
belajar mengajar kepada siswa, sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan
pembelajarannya secara lebih baik, dan mandiri (2) memudahkan guru memilih dan
menyusun bahan aja, (3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan
media pembelajaran, (4) memudahkan guru mengadakan penilaian.
Manfaat belajar menurut Lestari (2010) adalah: (1) dengan belajar dapat
menumbuhkan kebiasaan pada diri orang tersebut, (2) belajar dapat memotivasi
orang tersebut dan dapat membuat seseorang sukses, (3) dapat menjadikan orang
yang diperlukan bagi lingkungan kita, (4) dapat menambah skill kita.
Menurut Aprida dkk (2017), jika dilihat dari sisi ruang lingkupnya, tujuan
pembelajaran pembelajaran dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: (1) tujuan
yang dirumuskan secara spesifik oleh guru yang bertolok dari materi pelajaran
yang disampaikan, (2) tujuan pembelajaran umum, yaitu: tujuan pembelajaran
yang sudah tercantum dalam garis-garis besar pedoman pembelajaran yang
dituangkan dalam rencana pengajaran yang disiapkan oleh guru. Tujuan khusus
yang dirumuskan oleh seorang guru harus memenuhi syarat-syatrat yaitu: (1)
secara spesifik menyatan perilaku yang akan dicapai, (2) membatasi dalam keadan
mana pengetahuan perilaku diharapkan dapat terjadi (kondisi perubahan perilaku),
(3) secara spesifik menyatakan kriteria perubahan perilaku dalam arti
menggambarkan standar minimal perilaku yang dapat diterima sebagai bahan
yang dicapai. Seterusnya menurut Teori Koneksionisme Thorndike tujuan belajar
adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang
dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu interaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat juga berupa pikiran,
prasaan atau gerakan/tindakan (Miswar, 2017).
12

Menurut Sadirman (2008) tujuan belajar adalah sebagai berikut: (1)


Memperoleh pengetahuan ‘‘hasil ini ditandai dengan kemampuan berpikir.
Kepemilikan ilmu tidak terlepas dari kemampuan berpikir. Dengan kata lain,
tanpa pengetahuan material kita tidak dapat mengembangkan kemampuan
berpikir, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan, (2)
Pengembangan konsep dan keterampilan ‘‘mengembangkan konsep atau
merumuskan konsep juga membutuhkan keterampilan. Padahal, banyak
keterampilan yang bisa dilatih untuk mendidik keterampilan ini, (3) Pembentukan
sikap ‘‘guru harus lebih bijak dan berhati-hati dalam metode saat menumbuhkan
sikap psikologis, perilaku dan kepribadian siswa. Untuk itu, kita perlu memiliki
kemampuan untuk membimbing motivasi dan berpikir, serta tidak lupa
mencontohkan kepribadian guru itu sendiri’’.
2. Kompetensi Profesi Keguruan
Menurut Hidayat (2006), profesi adalah sebuah pilihan yang sadar
dilakukan oleh seorang, sebuah pekerjaan yang secara khusus dipilih, dan
dilakukan dengan konsisten, ditekuni sehingga orang akan menyebut kalau dia
memang berprofesi di bidang itu. Sedangkan profesionalisme yang mempunyai
profesi tersebut ialah semangat, paradigma, tingkah laku, ideologi, pemikiran, dan
semangat terus menerus untuk terus lebih baik agar dapat meningkatkan kualitas
profesi mereka.
Menurut Sonny (1998), profesi merupakan pekerjaan yang dilakukan
sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang
tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam. Dengan
demikian, orang yang profesional ialah orang yang menekuni pekerjaanya dengan
purna-waktu, dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian dan
keterampilan yang yang tinggi serta mempunyai komitmen pribadi yang
mendalam atas pekerjaan itu.
Menurut Satori (2007), profesi ialah suatu jabatan atau pekerjaan yang
menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya. Artinya suatu profesi tidak
bisa dilakukan oleh sembarang orang. Orang yang menjalankan sesuatu profesi
harus mempunyai keahlian khusus dan memiliki kemampuan yang didapatkan
13

dari pendidikan khusus bagi profesi tersebut. Profesi memiliki beberapa ciri-ciri
sebagai berikut: (1) standar untuk kerja, (2) lembaga pendidikan khusus untuk
menghasilkan pelaku profesi tersebut dengan standar kualitas akademik yang
bertanggung jawab, (3) organisasi profesi, (4) etika dan kode etik profesi (5)
sistem imbalan, (6) pengakuan dari masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tentang Guru
Dan Dosen, 2005 pasal 10 ayat 1 menyatakan kompetensi guru yang sebagai
mana yang dimaksud dalam pal 8 yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi. Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai kompetensi guru
yaitu:
a. Kompetensi Pedagogik
Menurut Wahyu (2015), kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam
mengelola pembelajaran peserta didik, yang meliputi: (1) memahami peserta
didik, (2) perancang dan pelaksanaan pembelajaran, (3) evaluasi pembelajaran
dan, (4) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam
mengelola proses pembelajaran peserta didik. Selain itu kompetensi pedagogik
juga ditunjukkan dalam membantu, membimbing dan memimpin peserta didik.
Menurut Hendayana (2007), kompetensi pedagogik adalah kemampuan
mengelola pembelajaran yang meliputi: (1) pemahaman terhadap peserta didik,
(2) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (3) evaluasi pembelajaran dan (4)
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Kompotensi pedagogik merupakan kemampuan seorang pendidik
dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang
dimilikinya kompetensi pedagogik ini meliputi:
14

a. Pemahaman wawasan akan landasan filsafat pendidikan.


b. Memahami potensi dan keberagaman siswa, sehingga dapat direncanakan
strategi yang tepat dan baik untuk proses pembelajaran.
c. Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan
standar kompetensi dasar.
d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
e. Mampu melakukan evaluasi hasil belajar, dan
f. Mampu mengembangkan minat dan bakat peserta didik dengan kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya (Putri, 2014). Dapat disimpulkan bahwa
kompetensi pedagogik merupakan kemampuan seorang pendidik secara
menyeluruh dalam melaksanakn tugas pokoknya yaitu mendidik atau
mengajar.
Kompetensi pada dasarnya menunjukkan kemampuan atau kesanggupan
untuk bekerja. Kemampuan juga merupakan salah satu atau lebih ciri dari
seseorang yaitu seseorang yang memiliki ketrampilan, kemampuan, wibawa,
ketrampilan, pengetahuan dan dapat melakukan apa yang dibutuhkan (Fitriani,
2017). Sedangkan kemampuan seorang pendidik merupakan sekumpulan
kualifikasi atau kemampuan pendidik dalam menunjang kualitas pekerjaannya.
Oleh karena itu, pendididik adalah yang dengan memiliki kemampuan tertentu
(pengetahuan, keterampilan, dan perilaku) yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikendalikan oleh pendidik dalam menjalankan tugas profesionalnya.
Gliga dalam Suciu (2010) mengemukakan bahwa konsep kemampuan
mengajar cenderung digunakan sebagai makna standar profesi minimum yang
biasanya dianggap sebagai hukum, yang akan meningkatkan dan melengkapi
peran profesi guru. PP RI No. 19 Tahun 2005 mengemukakan bahwa kemampuan
mengajar adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang meliputi
pemahaman peserta didik, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar dan mewujudkan seluruh potensi peserta didik. Kemampuan
mengajar adalah kemampuan guru untuk mengatur dan mengelola pembelajaran
15

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi proses pembelajaran dan hasil
belajar.
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Pendidik dan
Dosen, kompetensi yang harus dimiliki pendidik adalah kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian kompetensi profesional dan sosial yang diperoleh melalui
pendidikan profesi (Ifrianti, 2018). Secara umum keempat kapabilitas ini saling
terkait dan saling mendukung. Namun kemampuan mengajar ini memegang
peranan penting dalam proses pembelajaran karena berkaitan langsung dengan
tugas pokok menjadi seorang pendidik yaitu kemampuan melakukan dan
mengelola proses pembelajaran.
Manfaat kompetensi pedagogik bagi guru: (1) Guru dapat memahami
mengenai karakter, sifat, daya pikir, perkembangan psikis dan fisik, para peseta
didik. (2) Membantu para tenaga mengajar dalam memahami dan menentukan
tujuan arah pembelajaran yang ingin dicapai. (3) Menjadi tolak ukur keberhasilan
seorang tenaga pengajar dalam melaksanakan tugas dalam pendidikan. Menurut
Kurniasih (2017), manfaat kompetensi pedagogik yaitu: (memanusiakan manusia,
dan menjadikan seseorang menjadi dewasa demi kebahagiaan dalam menjalani
kehidupan, (2) agar peserta didik atau anak menjadi seseorang yang mampu
memahami dan menjalani kehidupan dan kelak dapat menghidupi diri sendiri,
dapat hidup dapat lebih bermakna dikemudian hari serta, (3) mengembangkang
kepribadian siswa yang kearah yang lebih baik.
Tujuan kompetensi pedagogik menurut Kurniasih (2017), memanusiakan
manusia, dan menjadikan seseorang lebih dewasa untuk kebahagian meraka dalam
menjalani kehidupan dimasa yang akan datang, dan menjadikan seorang
menjalani hidup dengan penuh bahagia. Dengan kata lain, tujuan kompetensi
pedagogik masih berkaitan dengan hakikat pendidikan diri sendiri sebagai
perubahan yang mampu membuat peserta didik mengembangkan potensi diri/
keahliannnya.
Proses belajar-mengajar merupan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Guru merupakan
jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa
16

dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan
atau pekerjaan sebagai guru. Untuk menjadi seorang guru diperlukan syarat-syarat
khusus, apalagi sebagai guru yang profesional harus menguasai betul seluk-beluk
pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan yang yang perlu
dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Undang-Undang No.
14 Tahun 2005 tentang guru menjelaskan pengertian guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan fermal, pendidikan dasar, pendidikan menengah.
Komponen yang berkaitan dengan masalah pembelajaran diantanya adalah
menguasai materi ajar, pengelolaan program belajar-mengajar maupun
pengelolaan kelas. Dalam proses belajar-mengajar, yang pertama kali dilakukan
adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang didalammnya terdapat
kegiatan merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, lahngkah
berikutnya ialah menentukan materi pelajaran sesuai dengan tujuan tersebut.
Selanjutnya menentukan metode mengajar apa yang dapat melibatkan siswa
secara aktif, kemudian menentukan alat peraga pengajaran yang dapat digunakan
untuk memperjelas dan mempermudah penerimaan materi pelajaran oleh siswa
serta dapat menunjang tercapainya tujuan tersebut (Andriawati, 2013).
Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tentang Guru Dan Dosen,
2005, kompetensi guru meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Banyak faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yang dicapai siswa yaitu faktor internal seperti
kemampuan, minat, motivasi dan bakat. Factor eksternal seperti guru, orang tua,
sarana-prasarana sekolah serta lingkungan belajar.
Meskipun guru secara sungguh-sungguh telah berupaya merancang dan
melaksankan kegiatan pembelajaran dengan baik, namun masalah-masalah belajar
tetap akan dijumpai guru. Hal ini merupakan kegiatan dinamis sehingga guru
perlu secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada
siswa di kelas. Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah
bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai anak didik
17

secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit untuk dirasakan oleh guru.
Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala
keunikanya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang
yang berbeda. Jadi kompetensi yang paling diperlukan oleh seorang guru agar
dapat mengatasi permasalahan dalam proses belajar mengajar tersebut agar
mendapatkan hasil belajar yang baik adalah kompetensi pedagogik (Andriawati,
2013).
a. Kompetensi Kepribadian
Menurut Anas (2017), kompetensi kepribadian adalah kemampuan
seorang guru dan memiliki sifat-sifat pribadi seperti: kasih sayang kepada anak
didik, lemah lembut, rendah diri, menghormati ilmu, adil, konsekuen perkataan
sesuai perbuatan, sederhana. Kepribadian adalah sesuatu sikap atau tingkah laku
yang dimiliki oleh seorang dalam melaksanakan suatu kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya untuk menentukan suatu tujuan. Para guru tipe kepribadian
intelektual-kognitif memberikan evaluasi yang lebih tinggi untuk motip
terhubung dengan menghindari kritik dari pihak yang berwenang.
Menurut Rakip (2009), kompetensi kepribadian adalah kemampuan atau
kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru yang kelak harus
memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpencar dalam perilaku sehari-hari.
Kompetensi kepribadian menggambarkan pada kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, dan berwibawa
sehingga menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi
kepribadian ialah pribadi yang mantap sehingga mampu menjadi sumber panutan
bagi pererta didik. Kompetensi kepribadian menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 19 pasal 28 ayat 3 butir B dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap dan stabil
dewasa arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berahlak
mulia.
Menurut Sayuwaktini (2015), kompetensi kepribadian merupakan
kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, berakhlak mulia dan berwibawa, dan dapat menjadi teladan bagi
18

siswa. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan seseorang yang


mencerminkan kepribadian seseorang yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
beribawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak baik. Menurut
Permendiknas No.16/2007, kemampuan dalam standar kompetensi ini mencakup
lima kompetensi utama, yakni:
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa dan
berwibawa.
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Ciri-ciri kepribadian guru ialah pandangan masyarakat dan individu
terhadap profesi guru, individu, kecenderungan profesi guru, serta pilihan profesi
yang mempengaruhi kepribadian profesional guru dan status dalam masyarakat.
Dengan demikian ciri kepribadian guru dapat mempengaruhi pilihan profesi,
manajemen kelas dan hubungan interaktif dengan siswa. Evektivitas mengajar
ditentukan oleh beberapa faktor, seperti lingkungan, kepribadian guru,
kepribadian siswa, metode yang digunakan untuk pendidikan sesuai dengan
kepribadian dua aktor (siswa dan guru) dan lain-lain.
Tujuan kompetensi kepribadian yang perlu dimiliki guru antara lain: (1)
berimana dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini guru harus
beragama dan taat dalam menjalankan ibadahnya, (2) tenggang rasa dan toleran.
guru perlu mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi
perbedaan yang ditemuinya dalam kegiatan belajar mengajar dengan peserta didik
maupun masyarakat, (3) kreatif dan inovatif dalam bekerja. Guru mampu
melakukan perubahan-perubahan dalam mengembangkan profesinya sebagai
pendidik (Eka, 2014).
19

b. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan seorang pendidik dalam
berinteraksi dengan peserta didik, orang tua, rekan seprofesinya dan bahkan
dengan lingkungan masyarakatnya baik secara langsung maupun tidak lansung
(Feralys, 2015). Kompetensi sosial ini juga merupakan kemampuan seorang
pendidik dalam berkomunikasi secara efektif dan efesien. Pendidik juga individu
yang merupakan bagian dari masyarakat, sehingga pendidik juga membutuhkan
orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam menjalankan perannya sebagai
sorang pendidik. Jadi berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik, orang
tua, rekan seprofesi maupun lingkungan masyarakat itu sangat penting bagi
seorang pendidik.
Menurut Sudarlan (2016), kompetensi sosial adalah kemampuan yang
diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain.
Kompetensi sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan
melaksanakan tanggung jawab sosial. Rifadin (2016) menjelakan kompetensi
sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk
mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang
akan datang.
Guru yang profesional juga memiliki kompetensi sosial yang dapat
diandalkan. Kompetnsi ini Nampak dalam kemampuannya untuk berinteraksi dan
berhubungan dengan orang lain secara efektif (siswa, rekan guru, kepala sekolah,
dan masyarakat pada umumnya). Menurut permindiknas No. 16/2007,
kemampuan data standar kompetensi ini mencangkup empat kompetensi utama
yakni: (1) bersikap inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin ras, agama, kondisi fisik, latar belakang keluarga,
dan status sosial ekonomi, (2) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan sesame pendidik, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat, (3) beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik
20

Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya, (4) berkomunikasi dengan


komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk
lain.
Menurut Mulyasa (2007), ada tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki
guru agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik disekolah
maupun di masyarakat yakni: (1) memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik
sosial maupun agama, (2) memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3)
memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi, (4) memiliki pengetahuan tentang
estetika, (5) memiliki apresiasi dan kesadaran sosial, (6) memiliki sikap yang
benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan dan (7) setia setiap harkat dan
martabat manusia.
Manfaat kompetensi sosial guru menurut Rubin (2012), ia akan diteladani
oleh siswa-siswanya. Sebab selain kecerdasan intelektual, emosional, dan
spiritual, siswa juga perlu diperkenalkan dengan kecerdasan sosial (sosial
intelligence). Hal tersebut bertujuan agar siswa memiliki hati nurani, rasa perduli,
empati dan dan simpati pada sesama. Sedangkan pribadi yang memiliki
kecerdasan sosial ditandai dengan adanya hubungan yang kuat dengan Allah,
memberi manfaat kepada lingkungan, santun, peduli sesama, jujur dan bersih
dalam berperilaku. Dari pernyataan Rubin (2012), bahwa manfaat kompetensi
sosial guru mengarahkan siswa untuk memiliki kecerdasan sosial yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di tengah lingkungan sosial.
Kompetensi sosial guru dalam proses pembelajaran, setiap guru
mempunyai kemampuan, kemampuan itu dipengaruhi dari individu, atau bawaan
dari lahir dan factor lingkungan. Oleh karena itu kemampuan guru diperlukan
dalam tugasnya sebagai pengajar untuk membuat peserta didik melaksanakan
proses pembelajaran secara lebih aktif. Interaksi dalam proses pembelajaran
merupakan kata kunci menuju keberhasilan proses pembelajaran, ada dua bentuk
komunikasi agar tecipta interaksi antara guru dan siswa dalam proses
pembelajaran yaitu: (1) komunikasi verbal dan (2) komunikasi non verbal.
Timbulnya interaksi dalam proses pembelajaran ditentukan faktor: guru, siswa,
21

tujuan pembelajaran, materi/isi pelajaran, metode penyajian, media yang


digunakan, serta situasi dan kondisi kelas dan sistem evaluasi.
Hubungan kompetensi sosial guru dengan hasil belajar. Kompetensi sosial
ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
secara lisan atau tulisan, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional, bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, orang tua/wali
bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Sedangkan hasil belajar adalah
hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukan
dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi
pelajaran pada satu pokok bahasan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial
guru sangat diperlukan dalan kegiatan proses pembelajaran untuk mencapai hasil
belajar yang diinginkan. Kompetensi sosial dipelukan karena guru dapat
berkomunikasi lansung dengan siswa, dengan sesama guru orangtua/wali siswa
untuk membahas hasil belajar siswa. Apabila sasaran komunikasi tersebut dapat
dilakukan dengan baik maka secara tidak lansung kompetensi sosial akan
mempengaruhi hasil belajar siswa akan menjadi lebih baik.
c. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan seorang pendidik dalam
mengimplementasikan hal-hal yang berkaitan dengan keprofesionalan sebagai
seorang pendidik, mulai dari membuka pelajaran sampai dengan menutup kembali
pelajaran dengan tidak meninggalkan sub fungsi sebagai ciri dari
keprofesionalannya dalam mendidik peserta didik. Secara umum kemampuan
profesioanal yang harus dimiliki seorang pendidik adalah kemampuan
penguasaan, materi, kemampuan mengelola program belajar mengajar,
kemampuan merencanakan proses belajar mengajar, kemampuan dalam
melaksanakan proses belajar mengajar, kemampuan dalam menggunakan media
dan sumber belajar serta kemampuan melaksanakan evaluasi dan penilaian hasil
belajar (Sohibun, 2017). Dapat dikatakan bahwa kompetensi profesional yaitu
kemampuan seorang pendidik dalam penguasaan materi pembelajaran secara luar
atau menyeluruh dan mendalam yang memungkinkan pendidik dapat
22

membimbing serta mengarahkan peserta didik untuk memenuhi standar


kompetensi yang telah ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan
Menurut Suharini (2009), kompetensi profesional merupakan
kemampuan menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapakan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara mendalam dan luas. Untuk
menerapkan kompetensi ini ke dalam pembelajaran, ada beberapa kriteria yang
harus diperhatikan oleh seorang guru menurut Junawi (2012), yaitu: (1)
memahami tujuan pelajaran, (2) mengenali karakteristik peserta didik, (3)
membuat tujuan pelajaran, (4) mengenali subjek dan setiap materi, (5)
mengembangkan alat ukur awal, (6) menyaring kegiatan-kegiatan belajar beserta
sumbernya.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkaitan dengan
penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang
mencakup penguasaan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum
tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Contoh kompetensi
profesional guru Fisika seperti:
1. Mampu mengembangkan dan menggunakan media, alat dan sumber-
sumber lainya.
2. Mampu menguasai materi-materi Fisika,
3. Mampu mengorganisasikan dan melaksankan program pembelajaran.
Proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik jika didukung oleh
kompetensi profesional yang dimiliki guru (Meliani, 2007), hal ini karena proses
belajar mengajar dan hasil belajar sebagian besar ditentukan oleh peranan dan
kemampuan guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya
sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.
Dalam hubungannya dengan kegiatan dan hasil belajar siswa, kompetensi
guru sangat berperan penting. Proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa
bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur da nisi kurikulumnya, akan
23

tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan
membimbing para siswa. Guru yang profesional akan lebih mampu mengelola
keadaan kelasnya, sehingga belajar para peserta didik menjadi optimal.
Agar tujuan pendidikan tercapai, yang dimulai dengan lingkungan belajar
yang kondusif dan efektif, maka guru harus melengkapi atau meningkatkan
kompetensinya. Kriteria kompetensi guru yang harus dimiliki yaitu: (1)
kompetensi kongnitif, merupakan kompetensi yang berkaitan dengan intelektual,
(2) kompetensi efektif, yaitu kemampuan dibidang sikap, menghargai pekerjaan
dan sikap dalam menghargai hal-hal yang berhubungan dengan tugas profesinya,
(3) konpetensi psikomotorik, yaitu kemampuan guru dalam berbagai keterampilan
atau perilaku.
3. Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan akal,
ide, pikiran, dan kreatifitas dalam mengerjakan, menggubah maupun membuat
sesuatu lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan
tersebut. Suatu keterampilan hendaknya terus dikembangkan dan dilatih serta
diasah sehingga dapat bertambah kemampuan seseorang tersebut menjadi ahli
atau profesional dalam salah satu bidang tersebut. Keterampilan mengajar
merupakan kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus dimiliki oleh
seorang pendidik baik ia sebagai guru ataupun sebagai dosen dalam kegiatan
belajar mengajar agar belajar secara efektif dan efisien. Menurut Wijayani (2017),
keterampilan dasar mengajar merupakan kemampuan yang bersifat khusus dan
keterampilan mengajar yang mutlak yang harus dimiliki oleh guru agar dapat
melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien, dan profesional.
Mengajar merupakan usaha yang dilakukan untuk menyampaikan dan
memahamkan ilmu kepada siswa. Mengajar diartikan sebagai proses penyampaian
informasi atau pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik (Ardi, 2014).
Proses penyampaian tersebut sering juga dianggap sebagai proses mentranfer
pengetahuan. Mengajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses menanamkan
pengetahuan, nilai, dan keterampilan kepada siswa melalui kegiatan belajar untuk
membantu siswa dalam menjawab tantangan hidupnya yang efektif dan efisien.
24

Mengajar juga memiliki prinsip-prinsip umum yang dijadikan sebagai


pengangan oleh seorang pendidik dalam melaksanakan kegiatan mengajar. (1)
Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki peseta didik, (2)
Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis. (3) Mengajar
harus memerhatikan perbedaan individu setiap peserta didiknya. (4) Kesiapan
peserta didik dalam belajar sangat penting untuk dijadikan landasan dalam belajar.
(5) Tujuan belajar harus diketahui oleh peserta didik. (6) Mengajar harus
mengikuti prinsip psikologi tentang belajar (Wijayani, 2014).
Keterampilan dasar mengajar merupan kemampuan seorang pendidik
dalam menyampaikan informasi atau pengetahuan secara professional kepada
peserta didik, secara bermakna dan efektif dan menyeluruh (Rhamayanti, 2018).
Jadi keterampilan atau kemampuan mengajar yang harus dimiliki oleh peserta
didik, dan dengan memiliki keterampilan mengajar, pendidik dapat mengelola
proses pembelajaran dengan baik yang terealisasikan dalam hasil belajar peserta
didik.
Keterampilan dapat menunjukkan pada aksi khusus yang ditampilan atau
pada sifat dimana keterampilan ini dilaksanakan. Banyak kegiatan dinggap
sebagai suatu kegiatan, terdiri dari dari beberapa keterampilan dan derajat
penguasaan yang dicapai oleh seorang menggambarkan tingkat keterampilannya.
Hal ini terjadi karena kebiasaan yang sudah diterima umum untuk dapat
menyatakan satu atau kebiasaan yang sudah diterima umum untuk menyatakan
bahwa satu atau beberapa pola gerak atau perilaku yang diperluas bisa disebut
keterampilan, misalnya menulis, berjalan, berlari, dan lain-lainnya (Fauzi, 2010).
Keterampilan merupakan proses yang kompleks dimana satu sama lain
saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif,
dan menyenangkan diperlukan berbagai keteterampilan diantaranya adalah
keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar merupakan kompetensi
profesional yang cukup kompleks, sebagai komponen yang utuh dari berbagai
kompetensi guru secara utuh menyeluruh. Mulyasa (2013), mengungkapkan ada
delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas
pembelajaran, yaitu keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan
25

memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan,


keterampilan bertanya, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,
keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan. Penguasaan terhadap keterampilan mengajar tersebut harus utuh dan
terintegrasi dengan baik, sehingga diperlukan latihan yang sistematis, misalnya
melalui pembelajaran micro teaching mahasiswa dilatih dan dipraktekan dalam
melakukan keterampilan dasar mengajar.
Menurut Setiani (2015), guru yang paripurna adalah guru yang menguasai
keterampilan dasar mengajar secara baik. Guru sebagai pendidik harus menguasai
keterampilan dasar mengajar dalam melaksanakan tugasnya, maka guru dituntut
untuk menguasai seluruh keterampilan yang ada dalam keterampilan mengajar.
Menurut Saud (2012), keterampilan guru dalam proses belajar mengajar antara
lain: (1) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (2) keterampilan
menjelaskan, (3) keterampilan bertanya, (4) keterampilan memberikan penguatan,
(5) keterampilan mengadakan variasi, (6) keterampilan mengelola kelas, (7)
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
a. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran (Set Induction and
Closure)
Keterampilan membuka pelajaran adalah seberapa jauh kemampuan guru
dalam memulai interaksi belajar mengajar untuk suatu jam pelajaran tertentu
(Sadirman, 2011). Menurut Herliyanti dkk (2008), membuka pelajaran atau
setiducton adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran
untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat
pada pengalaman belajar yang disajikan. Inti persoalan membuka pelajaran terkait
dengan usaha guru dalam menarik perhatian siswa, memotivasi, memberi acuan
tentang rujukan, pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja serta
pembagian waktu, dan mengaitkan pelajaran yang telah dipelajari dengan topik
baru. Menyiapkan mental murid agar mereka siap memasuki persoalan yang akan
dibicarakan/dibahas, dan membangkitkan minat dan perhatian siswa yanga akan
dibicarakan dalam kegiatan belajar mengajar.
26

Tujuan membuka pelajaran adalah untuk memusatkan perhatian siswa


kepada pelajaran yang akan dipelajarinya dan dengan begitu siswa akan
berkonsentrasi selama proses pembelajaran berlansung. Mulyasa, (2013)
memaparkan tujuan membuka pembelajaran yaitu: (1) menumbuhkan perhatian
dan motivasi untuk berpartisipasi di dalam pembelajaran, (2) memahami batas-
batas yang yang akan dipelajari dan dikerjakan, (3) mengetahui gambaran yang
jelas tentang strategi pendekatan pembelajaran, (4) mengetahui hubungan antara
pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan apa yang akan
dipelajari, (5) menggabungkan fakta, keterampilan, konsep-konsep yang tercakup
di dalam suatu peristiwa, (6) mengetahui tingkat keberhasilannya dalam
mempelajari materi.
Menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru
untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup
pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa
yang telah di pelajari oleh siswa, mengetahui tinggkat pencapain siswa dan tingkat
keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Adapun inti kegiatan menutup
pelajaran yaitu (1) merangkum atau meringkas inti pokok pelajaran, (2)
mengonsolidasikan perhatian peserta didik pada masalah pokok pembahasan agar
informasi yang diterimanya dapat membangkitkan minat dan kemampuannya
terhadap pelajaran yang selanjutnya, (3) mengorganisasikan semua pelajaran yang
telah dipelajari sehingga memerlukan kebutuhan yang berarti dalam memahami
materi pelajaran, (4) pembelajaran tindak lanjut berupa saran-saran serta ajakan
agar materi yang baru dipelajari (Zainal, 2011).
Aktivitas-aktifitas yang seharusnya dilakukan untuk mencapai tujuan
penutup pelajaran adalah: (1) meninjau kembali materi yang diberikan dengan
cara merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan. Kegiatan meninjau
kembali mengacu pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, (2)
melakukan evaluasi terhadap penguasaan materi dengan mendemontrasikan
keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengekspresikan
penfdapat siswa sendiri, dan memberikan latihan tertulis, (3) memberikan tindak
lanjut dengan mengadakan remedial atau pegayaan. Tindak lanjut merupakan
27

kegiatan yang harus dilakukan peserta didik setelah pembelajaran dilakukan


(Zainal, 2012).
Manfaat membuka dan menutup pelajaran. Kegiatan membuka dan
menutup pelajaran yang dilakukan secara profesional akan memberikan pengaruh
positif dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1. Membangkitkan motivasi belajar siswa.
2. Siswa mempunyai kejelasan mengenai tugas-tugas dan langkah-langkah
yang harus dikerjakan.
3. Siswa memahami hubungan antara bahan-bahan atau pengalaman yang
telah dimilikinya dengan hal baru yang akan dipelajarinya.
4. Siswa mengetahui tingkat keberhasilan dari bahan yang telah dipelajari
sementara guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang
telah dipelajari (Banawi, 2016).
b. Keterampilan Memberikan Penguatan (Reinforcement)
Penguatan adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun
nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap
tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik
(feedback) bagi si penerima (siswa) atau perbuatannya sebagai suatu tindak
dorongan ataupun koreksi (Roro dkk 2018). Keterampilan dasar penguatan adalah
respon tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa berbentuk verbal maupun
non verbal (Sanjaya, 2006). Untuk kegiatan proses pembelajaran, penghargaan
mempunyai arti tersendiri. Semua penghargaan ini tidak berwujud materi,
melainkan dalam bentuk kata-kata, senyuman anggukan, dan sentuhan. Pada
dasarnya antara keterampilan memberi penguatan dan keterampilan bertanya
saling terkait satu sama lainnya.
Inti sari dari penguatan adalah respons terhadap tingkah laku positif yang
dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Penguatan tidak boleh dinggap sepele dan sembarangan, tetapi harus mendapat
perhatian serius. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengajar atau
membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi
belajar mengajar.
28

Pada prinsipnya keterampilan penguatan dikelompokkan menjadi dua


jenis yaitu penguatan verbal dan penguatan nonverbal. (1) Penguatan verbal,
diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakan kata-kata, pujian,
penghargaan, persetujuan dan sebagainya, misalnya: bagus sekali, betul, pintar,
saya senang dan sebagainya. (2) Penguatan non verbal, berupa mimik dan gerakan
tubuh. Berupa mimik dan gerakan tangan dengan pendekatan, dan menggunakan
sentuhan digosok-gosok punggungnya. Menggunakan simbol atau benda, seperti
anak disuruh mengerjakan PR di papan tulis, kemudian diberikan tanda betul
(Zainal, 2011). Penguatan hendaknya dilakukan dengan kehangatan dan
keantusiasan, dilakukan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa bahwa
dia patut diberi penguatan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif
berupa canda yang menghina, ejekan yang kasar akan mematahkan semangat
siswa dalam belajar. Jika seorang siswa tidak dapat memberikan jawaban yang
diharapkan, guru jangan lansung menyalahkan, tetapi bisa melontarkan
pertanyaan kepada siswa lain.
Manfaat keterampilan memberikan penguatan yaitu memberikan respon
positif (penguatan) terhadap perilaku belajar siswa baik melalui kata-kata verbal
maupun non verbal seperti dengan isyarat-isyarat tertentu, secara lansung maupun
tidak lansung akan mempengaruhi terhadap kepercaan siswa. Adapun tujuan
memberikan penguatan yaitu: (1) meningkatkan perhatian murid, (2)
melancarkan/memudahkan proses belajar, (3) membangkitkan dan
mempertahankan motivasi, (4) mengontrol/mengubah sikap yang mengganggu
kelas kea rah yang positif dan produktif, (5) mengarahkan pada cara berpikir
kreatif, produktif dan penuh inisiatif (Widya, 2017).
c. Keterampilan Mengadakan Variasi (Variation Stimulus)
Keterampilan mengadakan variasi ialah keterampilan dalam membuat
perubahan-perubahan cara (inovasi) dalam kegiatan proses pembelajaran (Razi,
2018). Keterampilan menggunakan variasi adalah suatu kererampilan mengajar
yang harus dikuasai guru dengan tujuan menghilangkan kebosanan siswa dalam
menerima materi yang diberikan guru dan terciptanya inovasi dalam pembelajaran
29

yang membuat siswa menjadi senang dalam belajar dan menjadikan siswa aktif
dan kreatif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Variasi stimulus merupakan suatu kegiatan guru dalam kontek proses
interaksi pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan peserta didik,
sehingga dalam proses situasi pembelajaran senantiasa menunjukkan ketekunan
dan penuh partisipasi (Zainal, 2011). Jadi inti tujuan proses pembelajaran variasi
adalah menumbuhkembangkan perhatian dan minat peserta didik agar belajar
lebih baik.
Menurut Sanjaya (2006), keterampilan dasar variasi adalah keterampilan
guru untuk mengajar agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak
membosankan, sehingga siswa menunjukan sikap antusias dan ketekunan, penuh
gairah berpartisifasi aktif dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran.
Keterampilan mengadakan variasi ada tiga macam yaitu: variasi cara mengajar
guru, variasi dalam menggunakan media atau alat pengajaran, dan variasi pola
interaksi dalam kegiatan siswa.
1. Variasi cara mengajar guru, contohnya:
a. Penggunaan variasi yaitu: suara dari keras menjadi lembut, dari tinggi
menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat.
b. Pemusatan perhatian seperti: perhatikan baik-baik! jangan ribut! Dan lain-
lain.
c. Kesenyapan atau kebisuan, pada saat menjelaskan tiba-tiba guru diam
sejenak untuk menarik perhatian.
d. Mengadakan kontak pandang yaitu menjelajah keseluruh kelas dan melihat
mata seluruh siswa.
e. Gerakan kepala dan ekspresi wajah seperti mengantuk, menggeleng,
tersenyum, menaikan alis mata dan sebagainya.
f. Pergantian posisi dan gerak di dalam kelas, agar bisa mengontrol tingkah
laku siswa (Sanjaya, 2006)
2. Variasi dalam menggunakan media dan alat pengajaran
a. Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids). Contohnya: grafik,
bagan, poster, gambar film dan slide.
30

b. Variasi alat atau bahan yang dapat didengar (audio aids). Contohnya:
rekaman suara, suara radio, musik deklamasi puisi, dan sosiodrama.
c. Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dan digerakan (motorik).
Contihnya: peragaan siswa, model, patung, topeng dan boneka.
d. Variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio-visual
aids). Contohnya: televisi, radio, slide projektor yang diiringi penjelasan
guru.
3. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa, bertujuan agar tidak menimbulkan
kebosanan dan kejemuan siswa serta menghidupkan suasana kelas kondusif.
Adapun lima jenis pola interaksi yaitu:
a. Pola guru-murid, yaitu komunikasi sebagai aksi satu arah.
b. Pola guru-murid-murid, yaitu ada balikan bagi guru, siswa saling belajar
satu sama lain.
c. Pola melingkar yaitu setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan
pendapat atau jawaban, tidak diperkenakan berbicara dua kali apabila setiap
siswa mendapat giliran (Usman, 2009).

Mulyasa (2015), menyebutkan bahwa manfaat dan tujuan mengadakan


variasi yaitu: (1) meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar
yang relevan, (2) memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik
terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran, (3) memupuk perilaku positif
peserta didik terhadap pembelajaran, (4) memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya.
Menurut Sukirman (2012), terdapat beberapa poin penting yang menjadi tujuan
dan manfaat dari variasi stimulus dalam kegiatan pembelajaran yaitu: (1)
terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa, (2)
menghilangkan kejenuhan dan kebosanan sebagai akibat dari sifat yang bersifat
rutinitas, (3) meningkatkan perhatian dan motivasi siswa, (4) mengembangkan
sifat keingintahuan siswa terhadap hal-hal baru, (5) menyesuaikan model
pembelajaran dengan cara belajar siswa yang berbeda-beda dan meningkatkan
kadar aktivitas belajar siswa
31

d. Keterampilan Menjelaskan (Explaining)


Menjelaskan adalah mendeskrifsikan secara lisan tentang sesuatu benda,
data dan fakta sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Pemberian
penjelasan merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kegiatan seorang
pendidik. Dapat pula diartikan sebagai penyajian informasi secara lisan yang
dikelola secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu
dengan yang lainnya. Ciri utama keterampilan menjelaskan adalah penyampaian
informasi yang terencana dengan baik, disajikan dengan bener, serta urutan yang
cocok (Zainal, 2012). Interaksi didalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan
pembicaraan baik oleh mahasiwa itu sendiri, mahasiswa dan peserta didik,
maupun antar peserta didik. Ada beberapa komponen dalam keterampilan
menjelaskan pelajaran yaitu:
1. Menganalisis dan Merencanakan
Penjelasan yang diberikan pendidik perlu direncanakan dengan baik
terutama yang berkenan dengan isi pesan dan menerima pesan. Yang berkenaan
dengan isi pesan atau materi meliputi: (a) penganalisaan masalah secara
keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang diantara unsur-unsur yang dikaikan
dan generalisasi yang sesuai dengan apa yang telah dihubungkan (dikaitkan)
dalam penjelasan itu, (b) hendaknya diperhatikan hal-hal atau perbedaan-
perbedaan pada setiap anak yang akan menerima pesan. Karena tidak semua
peserta didik mampu menerima pesan yang disampaikan secara cepat, karena
tingkat kognitif peserta didik yang berbeda-beda. Maka dari itu, hal tersebut
haruslah sangat diperhatikan oleh pendidik agar semua peserta didik mampu
menerima pesan yang disampaikan, (c) penggunaan contoh dan ilustrasi dalam
memberikan penjelasan, sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada
hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari yang lebih menarik dan efisien.
2. Pemberian Tekanan
Dalam pemberian penjelasan, pendidik harus memusatkan perhatian
peserta didik kepada masalah-masalah pokok dan mengurangi informasi yang
tidak begitu penting (Irawati, 2020). Karena dengan cara tersebut, akan
32

memudahkan peserta didik dalam belajar, pusatkan perhatian peserta didik


pada pembahasan yang dibicarakan, agar tidak melenceng hingga
menghabiskan waktu yang terlalu banyak, sedangkan materi bahasan belum
sesuai untuk dibahas.
3. Pemberian Balikan
Pendidik hendaknya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidakjelasan ketika penjelasan itu
sedang berlangsung (Muzakkir, 2012). Agar peserta didik mengungkapkan
argumennya, baik itu berupa pemahaman yang dimiliki atau mungkin
ketidaktahuannya tentang sesuatu yang berkaitan dengan materi pembahasan,
karena hal ini akan memunculkan ide-ide yang baru mungkin saja belum pernah
dijelaskan sebelumnya.
Tujuan utama keterampilan menjelaskan (1) membimbing siswa untuk
dapat memahami dan konsep, hukum, dalil, fakta dan prinsip secara opjektif dan
menalar, (2) melibatkan murid untuk bepikir agar dapat memecahkan masalah-
masalah atau pertanyaan, (3) untuk memberikan balikan pada siswa mengenai
tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahansiswa, (4) membimbing
murid untuk mendapat penalaran mereka dalam berpikir, (5) membimbing siswa
untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti
dalam memecahkan masalah (Juharti, 2019).
e. Keterampilan Bertanya (Questioning skill)
Keterampilan bertanya adalah suatu ucapan yang dilontarkan pendidik
kepada peserta didik sebagai stimulus agar peserta didik merespon dan
menunjukkan respons umpan balik balik atau balikan dari pserta didik.
Keterampilan bertanya dalam proses pembelajaran dapat dikatan sebagai
keterampilan yang dapat membantu peserta didik dalam proses belajar, yaitu
memperoh pengetahuan atau informasi serta meningkatkan kemampuan berpikr.
Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban/balikan dari orang lain (Arifin, 2016). Keterampilan
bertanya merupakan keterampilan yang pasti dilakukan dalam setiap proses
pembelajaran. Keterampilan bertanya berguna untuk mengukur pemahaman siswa
33

terhadap materi yang telah diajarkan sehigga siswa dalam proses pembelajaran
selalu dituntut untuk bertanya apa yang belum dipahami/dimengerti oleh siswa
tersebut, sehingga pendidik mempunyai peran yang sangat penting dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh siswa secara baik dan menyeluruh
sehingga siswa itu paham dengan apa yang dipelajarinya.
Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari sesorang
yang dikenal. Bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan
berfikir (Sunhaji, 2009). Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan
peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik
perlontaran yang tepat pula akan memberikan dampak positif terhadap siswa
yaitu: (1) meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, (2)
membangkitkan minat dan rasa igin tahu siswa terhadap suatu masalah yang
sedang dihadapi atau dibicarakan, (3) mengembangkan pola dan cara berfikir aktif
dari siswa sebab berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya, (4)
menunjukkan proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu
siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik, (5) memusatkan perhatian siswa
terhadap masalah yang sedang dibahas.
Menurut Sunhaji (2009), dasar pertanyaan yang baik adalah: (1) jelas dan
mudah dimengerti oleh siswa, (2) berikan informasi yang cukup untuk memjawab
pertanyaan siswa, (3) difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu, (4)
berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berfikir sebelum menjawab
pertanyaan, (5) bagikan semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata,
(6) berikan respons yang ramah dan menyenangkan sehingga timbut keberanian
siswa untuk menjawab atau bertanya, (7) tuntunlah jawaban siswa sehingga
mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar dalam menjawab
pertanyaan.
Tujuan dari keterampilan bertanya yaitu sangat membantu peserta didik,
baik dalam mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah suatu soal,
meningkatkan rasa ingin tahu serta perhatian siswa, dan mengembangkan
kemampuan berpikir peserta didik. Selain itu juga keterampilan bertanya juga
bermanfaat untuk pendidik yaitu, proses pembelajaran dengan keterampilan
34

bertanya akan menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna (Banawi,


2016).
f. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai
pengelaman atau informasi, pengembilan kesimpulan, atau pemecahan masalah
(Usman, 2009). Pengertian diskusi kelompok dalam kegiatan belajar memgajar
tidak jauh beda dari pengertian di atas siswa berdiskusi dalam kelompok-
kelompok di bawah pimpinan guru atau temannya untuk berbagi informasi,
pemecahan masalah, atau pengambilan keputusan tersebut berlangsung dalam
suasana terbuka. Setiap siswa bebas mengemukakan ide-idenya tanpa merasa ada
tekanan dari teman atau gurunya, dan siswa harus mentaati peraturan yang
ditetapkan sebelumnya.
Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan yang harus ada dalam
proses belajar mengajar. Akan tetapi tidak setiap guru dan calon guru mampu
membimbing para siswanya untuk berdiskusi tanpa mengalami latihan. Oleh
karena itu, keterampilan ini perlu diperhatikan agar para guru dan calon guru
mampu melaksanakan tugas ini dengan baik. Ada beberapa komponen yang perlu
diperhatikan dalam keterampilan membimbing yaitu (1) memusatkan perhatian
peserta didik pada tujuan dan topik diskusi, (2) memperluas masalah, intinya
merangkum kembali permasalahan supaya jelas, (3) menganalisi pendapat peserta
didik yang memiliki dasar yang kuat, (4) meluruskan alur berfikir peserta didik,
(5) memberikan kesempatan peserta didik berpartisipasi dalam diskusi, (6)
menutup diskusi, membuat rangkuman, menindaklanjuti diskusi dan menilai hasil
diskusi (Zainal, 2011). Manfaat diskusi kelompok kecil yaitu untuk belajar
berpendapat ketika diskusi, meningkatkan rasa tangung awab secara bersama dan
meningkatkan kekompakan serta sikap saling tolong menolong.
g. Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas merupakan suatu tindakan dari seorang
pendidik dalam mengatur suasana kelas, agar kelas tersebut dapat memberikan
suasana belajar yang nyaman bagi para peserta didiknya, serta tidak merasa bosan
35

ketika belajar di dalam kelas. Pengelolaan kelas menjadi perhatian yang sangat
serius bagi pelaku pendidikan. Menariknya karena segala proses pembelajaran
berlansung di kelas. Perilaku yang ditampilkan seorang pendidik dalam
berinteraksi dengan peserta didiknya menjadi lebih penting dalam proses
pembelajaran. Pengelolaan kelas adalah keterampilan pendidik untuk menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar.
1. Keterampilan ini Meliputi beberapa tindakan seperti:
a. Menunjukkan sikap tanggap sehingga peserta didik merasakan bahwa
pendidik hadir bersama dengan mereka dan tahu apa yang sedang mereka
perbuat. Kesan ini ditunjukkan dengan memandang kelas secara seksama,
gerak mendekati, memberikan pertanyaan, dan memberi reaksi terhadap
gangguan serta kekacauan peserta didik (Zainal, 2012). Hal ini sering terjadi
dalam kelas, bahkan ada diantara pendidik yang tidak mampu mengontrol,
tetapi yang seharusnya terjadi bahwa pendidik secara tidak lansung
memberikan teguran sekaligus pembelajaran, baik melalui pandangan,
ekspresi, pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang disampaikan
kepada peserta didik yang membuat kekacauan dalam kelas.
b. Membagi perhatian, pengelolaan kelas yang efektif tidak ditandai dengan
pembagian perhatian yang efektif pula. Perbuatan membagi perhatian
dikerjakan secara visual dan verbal. Perhatian visual, yaitu pendidik dapat
mengubah pandangannya dalam memperhatikan kegiatan pertama
sedemikian rupa sehingga dapat melirik kegiatan kedua, tanpa kehilangan
perhatian pada kegiatan pertama. Perhatian verbal, yaitu pendidik dapat
memberi komentar, penjelasan, pertanyaan, dan terhadap aktivitas peserta
didik saat memimpin dan terlibat supervise pada aktivitas peserta didik lain.
c. Memusatkan perhatian kelompok, kegiatan peserta didik dalam belajar dapat
dipertahankan apabila dari waktu ke waktu pendidik mampu memusatkan
perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang dilakukan dengan cara
menyiagakan peserta didik dan menuntut tanggung jawab peserta didik.
Banyak hal mampu mengubah kondisi kelas yang awalnya tenang, namun
36

akhirnya kacau hanya karena beberapa orang saja atau dengan aktivitas lain
yang dilakukan karena kebosanan, untuk menghindari hal itu terjadi, maka
salah satu yang dilakukan adalah memberikan tanggung jawab kepada
beberapa orang untuk membantu pendidik agar situasi dalam proses
pembelajaran tetap berjalan kondusif (Irawati, 2020).
d. Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas, teguran dengan verbal yang evektif
harus memenuhi syarat seabagi berikut: tegas dan jelas tertuju kepada
peserta didik yang mengganggu dan tingkah laku yang dihentikan,
menghindari peringatan yang kasar atau yang mengandung penghinaan, dan
menghindari ocehan yang berkepanjangan (Zainal, 2012). Ini dilakukan
untuk memberi efek jera kepada peserta didik yang biasanya membuat ulah
dalam kelas sehingga tidak kondusif, dengan harapan bahwa peserta didik
tersebut bisa mengubah sikap yang buruk menjadi lebih baik.
e. Memberi penguatan, dapat dilakukan kepada peserta didik yang suka
mengganggu jika pada suatu saat tertangkap melakukan perbuatan yang
negarif, dapat pula peserta didik yang bertingkah laku yang wajar dan
dengan demikian menjadi contoh atau teladan tentang tingkah laku yang
positif bagi peserta didik yang suka mengganggu. (Usman, 2009).
Maksudnya bahwa, jika ada salah satu peserta didik yang memiliki akhlak
yang baik, maka bisa dijadikan sebagai contoh bagi peserta didik yang lain
untuk menjadi lebih baik pula, terutama pada peserta didik yang nakal, suka
mengganggu, bahkan yang selalu membuat keributan dan kerusuhan.
2. Pengendalian Kondisi Belajar yang Optimal
Keterampilan menyelenggarakan kegiatan pembelajaran ditentukan oleh
unsur tampilan pendidik, tampilan peserta didik, dan tampilan kelas. Supaya
kondisi pembelajaran optimal, maka tiga unsur tersebut harus diciptakan oleh
seorang pendidik. (a) Tampilan pendidik dalam pembelajaran dipengaruhi oleh
kemampuan pemdidik dalam menyelenggarakan pembelajaran pada kegiatan
awal, inti, dak akhir serta kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar.
Tampilan peserta didik dalam pembelajaran dapat dibetuk apabila pendidik
menguasai metode dan strategi yang sesuai dengan perkembangan peserta didik
37

secara beragam. (b) Tampilan kelas dalam pembelajaran dapat diciptakan oleh
pendidik, salah satunya dengan menyediakan lembar kerja peserta didik
Latuconsina, (2013). Ketiga hal tersebut menjadi bagian dari terciptanya kondisi
belajar yang optimal, sehingga menjadi bagian yang penting untuk dilaksanakan
dalam proses pembelajaran.
Memodifikasi tingkah laku, beberapa tingkah laku yang digunakan untuk
mengorganisasikan tingkah laku adalah: merinci tingkah laku yang menimbulkan
gangguan, memilih norma yang realistis untuk tingkah laku yang menjadi tujuan
dalam program remedial, bekerjasama dengan rekan, memilih tingkah laku yang
akan diperbaiki, memvariasikan pola penguatan yang tersedia (Zainal, 2012).
Tentunya dalam memodifikasi tingkah laku peserta didik atau bahkan beberapa
peserta didik itu tidaklah mudah, namun seorang pendidik harus selalu melakukan
usaha-usaha yang memungkinkan bisa berhasil, karena segala yang diusahakan
itu akan ada hasil yang baik, apalagi ini berkaitan dengan akhlak. Menemukan dan
memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. Cara yang dilakukan
adalah mengawasi peserta, menghilangkan ketennagan dengan cara humor,
mencari suasana lain, menghindarkan sesuatu yang bisa saja menggaggu jalannya
pembelajaran. Tujuan dari keterampilan mengelola kelas yaitu memelihara
suasana kelas yang kondusif dan meningkatkan keaktifan peserta didik dalam
aktivitas yang ada di kelas serta dapat bertanggung jawab terhadap tingkah
lakunya.
h. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Menurut Mulyasa (2015), keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan pendidik
memberikan perhatian kepada setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang
lebih akrab antara pendidik dengan peserta didik maupun antara peserta didik.
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara
3-8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran
kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan pendidik memberikan perhatian
terhadap setiap peserta didik serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara
pendidik dan peserta didik dengan peserta didik.
38

1. Keterampilan Mengadakan Pendekatan Secara Pribadi


Menjadi salah satu prinsip pengajaran kelompok kecil dan perseorangan
adalah terjadinya hubungan yang akrab dan sehat antara pendidik dengan peserta
didik dan peserta didik denganpeserta didik yang lain (Rhamayanti, 2018). Hal
itupun bisa diciptakan jika ada komunikasi yang baik diantara mereka, sehingga
dalam pembelajaran tidak ada rasa canggung dan rasa saling menutupi satu sama
lain, sehingga seorang pendidik juha mampu mengontrol dan memahami setiap
peserta didik.
2. Kegiatan Mengorganisasi
Selama kegiatan kelompok kecil atau perseorang berlangsung, pendidik
berperan sebagai organisator yang mengatur dan memonitor kegiatan dari awal
sampai akhir dalam hal ini, pendidik memerlukan keterampilan, yaitu:
memberikan orientasi umum tentang tujuan dan tugas yang akan dilakukan,
memvariasikan kegiatan yang mencakup penyedian ruangan, peralatan, dan cara
melaksanakannya, membentuk kelompok yang tepat, mengoordinasikan kegiatan,
membagi perhatian kepada berbagai tugas dan kebutuhan peserta didik, serta
mengakhiri kegiatan dengan laporan hasil yang dicapai oleh peserta didik (Usman,
2009).
3. Keterampilan Membimbing dan Memudahkan Belajar
Keterampilan ini dilakukan agar pendidik membantu peserta didik untuk
maju tanpa mengalami frustasi. Peran seorang pendidik dalam hal ini memang
sangat penting, bukan hanya sekedar mengajar saja, melaikan diberikan sebuah
tugas untuk mampu memberikan pemahaman dan pendidik peserta didik agar
mengalami perubahan menjadi lebih baik dari sebelumnya atau bahkan
mempertahankan yang baik-baiknya.
4. Kegiatan Merencanakan dan Melaksanakan Pembelajaran
Seorang pendidik harus memiliki perencanaan kegiatan belajar-mengajar
yang tepat bagi setiap peserta didik dan kelompok, serta mampu
melaksanakannya. Untuk membuat perencanaan yang tepat, pendidik dituntut
mampu mendiagonis kemampuan akademis peserta didik, memahami gaya
belajar-mengajar, minat peserta didik, dan sebagainya (Usman, 2009). Karena
39

seorang pendidik harus memahami hal tersebut dalam proses pembelajaran untuk
mengetahui bagaimana karakteristik dari peserta didik yang diajarnya, sehingga
mampu menjadi kreatif dan menggunakan rencana yang baik untuk hasil yang
lebih baik pula.
Menurut Banawi (2016), tujuan keterampilan mengajar perorangan yaitu:
(1) memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar kepada peserta didik, (2)
mengembangkan daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada peserta didik, (3)
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar lebih aktif, (4)
membentuk hubungan yang lebih akrap atara pendidik dan peserta didik maupun
atar peserta didik. Tujuan dari mengajar kelompok kecil yaitu membimbing
peserta didik dalam memecahkan masalah secara demokratis, serta meningkatkan
sikap saling membantu terhadap sesama.
4. Pembelajaran Fisika
Pembelajan fisika pada hakikatnya mengedepankan tiga hal yakni sikap,
produk, dan proses. Sikap yang dimaksud adalah dengan pemikirannya orang
bertindak dan bersikap, sehingga akhirnya dapat melakukan kegiatan-kegiatan
ilmiah. Produk merupakan kumpulan pengetahuan yang merupakan fakta, konsep,
prinsip, hokum, dan teori mengenai gejala alam. Proses merupakan langkah-
langkah yang harus ditempuh untuk memperoleh pengetahuan atau mencari
penjelasan mengenai gejala-gejala alam (Suastara dkk, 2014). Oleh karena itu,
pembelajaran fisika harus mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan siswa
terkait dengan sikap, produk, dan proses.
Hakikat pembelajaran fisika menuntut siswa untuk aktif mengkonstruksi
konsep dan teori. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran fisika yakni agar
siswa memiliki kemampuan antara lain: mengembangkan pengalaman untuk dapat
merumuskan masalah; mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan;
merancang instrumen percobaan; mengumpulkan; mengelola dan menafsirkan
data serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (BSNP,
2007).
40

Pembelajaran fisika bukan hanya memahami konsep-konsep fisika,


tetapi juga siswa belajar berpikir konstruktif melalui fisika sebagai keterampilan
dasar mengajar, sehingga pemahaman siswa terhadap hakikat fisika menjadi utuh
(Idiatmoko dkk, 2015). Selain itu, dalam pembelajaran fisika konsep-konsep
fisika bisa saja dikuasai dengan baik oleh siswa jika terciptanya proses belajar
mengajar yang efektif. Konsep belajar mengajar yang efektif hanya akan terjadi
jika siswa terlibat secara aktif dalam proses persepsi terhadap hal atau masalah
yang akan memberikan stimulus (Bajongga, 2014).
Suparno dalam Hardyanti (2017) juga menjabarkan bahwa dalam
pengajaran fisika terdapat lima tujuan umum yaitu: 1) siswa harus mengetahui dan
mengerti dalam memanfaatkan metode ilmiah, 2) siswa harus menguasai materi
dan konsep fisika, 3) dalam menyeleseikan persoalan, siswa dapat senantiasa
bersikap ilmiah, 4) siswa mengetahui dan kesadaran akan manfaat mempelajari
fisika baik secara pribadi dan kelompok dan 5) siswa menyadari akan manfaat
fisika dalam kehidupan dan karir masa depan.
Tujuan pembelajaran fisika juga dijabarkan dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa, bahan kajian ilmu pengetahuan alam, antara
lain, fisika, biologi, dan kimia dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan alam
sekitarnya. Berikut tujuan dari pembelajaran fisika (Depdiknas, 2003) adalah
sebagai berikut: 1) Pengakuan terhadap keimanan dan keindahan penciptaan
Tuhan Yang Maha Esa. 2) Mengembangkan perilaku ilmiah yang dilandasi bukti
empiris dalam mewujudkan sikap ilmiah melalui kegiatan diskusi dan
bekerjasama. 3) Melaksanakan kegiatan ilmiah dengan landasan metode ilmiah
dalam mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta berlatih untuk
memberikan gambaran dari kegiatan ilmiah dengan cara mempresentasikan
laporan secara lisan dan tertulis. 4) Mengembangkan pengetahuan dengan metode
ilmiah dengan landasan berpikir induktif dan deduktif dalam menjelaskan
berbagai peristiwa melalui kegiatan merumuskan masalah, mengajukan dan
menguji hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan, dan mengolah data,
serta mengkomunikasikan hasil percobaan. 5) Menguasai konsep dan prinsip
41

fisika dalam menjelaskan peristiwa alam secara kualitatif dan kuantitatif, serta
sebagai pengetahuan dasar dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. 6)
Membentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan serta meningkatkan rasa
percaya diri, sehingga dapat pengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia strategi merupakan keahlian
mengatasi masalah (Dagun 2005). Dalam hal ini dapat dijelaskan mengatasi
beberapa masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah untuk
target pencapaian keberhasilan siswa. Strategi pembelajaran adalah upaya yang
dilakukan oleh perancang dalam menentukan teknik penyampaian pesan,
penentuan metode dan media alur isi pelajaran, serta interaksi pengajar dan
peserta didik, metode pengajaran yang digunakan disesuaikan dengan bahan, dan
kondisi siswa dengan melihat kegiatan yang dilakukan.
Strategi pembelajaran yang bermanfaat guna menyeleksi serta
mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan belajar dalam suatu pelajaran. Teori
tentang strategi pembelajaran meliputi situasi belajar dan komponen
belajar/mengajar. Inti yang sangat penting dalam strategi pembelajaran adalah
model pembelajaran yang digunakan pengajar dalam menyusun kurikulum,
mengatur materi pengajaran dan memberi petunjuk dalam pembelajaran.
Cara guru dalam melakukan suatu kegiatan pembelajaran mungkin
memerlukan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran lainnya.
Akan tetapi guru yang kreatif dan profesional, dan menyenangkan dituntut untuk
memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode
pembelajarn yang efektif, hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Menurut Mulyasa (2005),
terdapat lima pendekatan pembelajaran yang perlu dipahami guru untuk dapat
mengajar dengan baik yaitu:
1. Pendekatan kompetensi
Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, kompetensi menunjuk
kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhu spesifikasi tertentu
dalam proses pembelajaran. Kompetensi merupakan indikator yang menunjuk
kepada perbuatan yang bisa diamati, dan sebagai konsep yang mencakup
42

aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, serta tahap-tahap


pelaksanaan secara utuh.
2. Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang
menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam
memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, seperti dalam
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan kemampuan yang
menunjukkan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dapat
dilihat melalui partisipasi dalam kegiatan pembelajaran berikut: (1)
kemampuan bertanya, (2) kemampuan melakukan pengamatan, (3)
kemampuan mengidentifikasi dan mengklasifikasi hasil pengaman, (4)
kemampuan menggunakan alat dan bahan untuk memperoleh pengalaman
secara lansung, (5) kemanpuan merencanakan suatu kegiatan penelitian, (6)
kemampuan menggunakan dan menerapkan konsep yang telah dikuasai dalam
suatu situasi baru.
3. Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajran yang
berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui
pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar.
4. Pendekatan kontekstual merupan konsep pembelajaran yang menekankan pada
keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik
secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan
menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pendekatan tematik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran untuk
mengadakan hubungan yang erat dan serasi antara berbagai aspek yang
mempengaruhi peserta didik dalam proses belajar dan berpusat pada sebuah
pokok atau persoalan. Pendekatan ini sangat menuntut kreatifitas guru dalam
memilih dan mengembangkan tema pembelajaran, serta menyorotinya dari
berbagai aspek.
43

B. Penelitian Relevan
Penjelasan lebih lanjut mengenai deskripsi di atas akan dijabarkan pada
pembahasan sub bab ini yang akan menjabarkan mengenai penelitian yang relevan
dengan penelitian ini guna memberikan penguatan terkait deskripsi teoritik di atas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Habibi (2017) dengan judul ‘‘Analisis
Keterampilan Mengajar Dasar Mengajar Guru Kimia Yang Mengikuti MGMP Di
MAN Kota Tegal’’ penelitian ini berdasarkan survey guru kimia di MAN Kota
Tegal dalam menerapkan keterampilan membuka dan menutup pembelajaran,
keterampilan bertanya, dan keterampilan mengadakan variasi masih kurang.
Padahal keterampilan dasar mengajar guru merupakan keterampilan yang sangat
penting ditetapkan dalam pembelajaran. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
keterampilan dasar mengajar kimia yang mengikuti MGMP MIPA di MAN Kota
Tegal. Data penelitian ini diperoleh melalui lembar observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Hasil penelitian di MAN Kota Tegal tentang keterampilan dasar
mengajar guru kimia yang mengikuti MGMP MIPA menunjukan bahwa
prosentase skor rata-rata dalam ketiga keterampilan dasar mengajar (keterampilan
membuka dan menutup, keterampilan bertanya, dan keterampilan mengadakan
variasi) sebasar 54% dengan kategori kurang sekali. Keterampilan yang dinilai
yaitu keterampilan membuka pelajaran sebesar 61% (cukup), keterampilan
bertanya sebesar 56% (kurang), keterampilan mengadakan variasi sebesar 53%
(kurang sekali), dan menutup pelajaran 44% (kurang sekali). Kemudian
berdasarkan hasil wawancara ditetapkan bahwa sebagian besar keterampilan dasar
guru kimia masih kurang, selama proses pembelajaran guru masih menerapkan
keterampilan dasar mengejar.
Penelitian yang dilakuakn oleh Siswanto pada tahun 2010 dengan judul
‘‘Tingkat Penguasaan Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Prodi Pendidikan
Akuntansi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta’’
menunjukkan tingkat Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Prodi Pendidikan
Akutansi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta: (1)
Keterampilan Membuka Pelajaran adalah Terampil, (2) Keterampilan Penguasaan
dan Penyampaian Materi adalah Terampil, (3) Keterampilan Melakukan Interaksi
44

dan Skenario Pembelajaran adalah Terampil, (4) Keterampilan Penguasaan


Bahasa, Penampilan dan Alokasi Waktu adalah Terampil, (5) Keterampilan
Melakukan Evaluasi adalah Terampil, (6) Keterampilan Menutup Pelajaran adalah
Terampil.
Penelitian lain yang berfokus pada mahasiswa yaitu Mulyatun pada tahun
2014 yang berjudul ‘‘Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa calon
Guru Kimia (Studi Pada Praktik Pengalaman Lapangan Mahasiswa Tadris
Kimia)’’. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa Keterampilan dasar mengajar
Mahasiswa Tadris Kimia pada pelaksanaan PPL secara keseluruhan adalah baik
dengan persentase penilaian mencapai 69,59%. Keterampilan dasar mengajar
mahasiwa Tadris Kimia yang paling menonjol adalah keterampilan memberi
penguatan (74,14) sedangkan keterampilan yang paling rendah adalah
keterampilan mengadakan variasi (64,86%). Keterampilan mengadakan variasi
dalam pembelajaran mahasiswa Tadris Kimia masih kurang, dikarenakan
mahasiswa masih mengalami kesulitan memilih metode dan strategi yang sesuai
relevan dengan kompetensi dasar. Metode dan strategi pembelajaran yang dipilih
pada umumnya bersifat ceramah aktif, dominasi guru menonjol, sedikit sekali
kegiatan yang mengajak siswa merumuskan hipotesis, bereksperimen,
mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan berdasarkan
bukti. Penelitian yang dilakukan Mulyatun dan penulis memiliki kesamaan yaitu
mengenai analisis keterampilan dasar mengajar. Sementara itu perbedaanya
penelitian ini menganalisis studi kasus mahasiwa Tadris Kimia.
45

C. Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan, maka kerangka berpikir
dalam penelitian adalah:
Gambar Kerangka Pikir 2.1

Guru

Profesional

Kompetensi Kompetensi Kompetensi Kopetensi


Pedagogik Profesional Sosial Kepribadian

Keterampilan Mengajar

Keterampilan
Keterampilan
Mengadakan
Mengelola Kelas
Variasi
Keterampilan
Membuka dan
Keterampilan
Menutup Keterampilan
Mengajar Kelompok
Pembelajaran Memberi
Kecil dan
Penguatan
Keterampilan Perorangan/Keteram
Bertanya pilan Membimbing
Keterampilan Diskusi Kelompok
Menjelaskan Kecil

Hasail Belajar

Gambar Kerangka Pikir 2.1


BAB III

METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah letak dimana penelitian akan dilakukan untuk
memperoleh data atau informasi yang diperlukan dan berkaitan dengan
permasalahan penelitian ini dilakukan di Jurusan Pendidikan Tadris Fisika
Universitas Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi yang sedang melaksanakan
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Tahun Ajaran 2020/2021.
B. Desain Penelitian
Sesuai dengan metodologi penelitian dan latar belakang permasalahan
yang didapatkan sebelumnya, maka pendekatan dari penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif dengan jenis pendekatan penelitianya deskriptif kuantitatif,
karena dalam penelitian mendeskripsikan keadaan yang terjadi pada saat sekarang
secara matematis dan faktual dengan tujuan untuk memaparkan serta
menyelesaikan penyelesaian dari masalah yang diteliti. Menurut Rukajat (2018),
penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan fenomena
yang terjadi secara nyata realistik, aktual, dan nyata pada saat ini. Karena
penelitian ini untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki. Menurut Faridah (2016), penelitian yang bersifat
deskriptif tidak ada aturan yang mengikat seperti pada pada penelitian ekperimen.
Pada penelitian ini juga tidak diperlukan pengujian hipotesis ataupun mencari
hubungan antara variabl jadi penelitian ini hanya mengumpulkan data untuk
menggambarkan fenomena yang terjadi.
Dari pemaparan di atas dapat dipahami bahwa metode deskriptif
kuantitatif dalam penelitian ini adalah metode yang digunakan dalam
menyelesaikan suatu penelitian ilmiah dengan tujuan untuk mengidentifikasi
kopetensi mahasiwa tadris fisika dalam keterampilan mengajar pada mahasiswa
tadris fisika.

46
47

C. Populasi
Menurut Sugiono (2016), mengatakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Menurut Arikunto (2010), mengatakan bahwa populasi
merupakan keseluruhan dari subjek penelitian. Apabila seorang individu ingin
meneliti semua elemen yang ada pada wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Tadris Fisika Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
D. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang dipilih untuk sumber data (Sukardi, 2011). Menurut Sugiyono
(2012), menyatakan bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Sudjana (2004),
sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat dijangkau serta memiliki sifat
yang sama dengan pupulasi yang diambil sampelnya tersebut.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah sample random
sampling yaitu mahasiswa Tadris Fiska yang telah selesai mengontrak mata kuliah
PPL. Simple random sampling adalah teknik pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu (Sugiono, 2016). Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada
penelitian ini adalah mengumpulkan video pembelajaran mahasiswa PPL selama
masa Covid-19.
E. Definisi Konseptual
Keterampilan merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan akal
pikiran, ide dan kreatifitas dalam, mengubah maupun membuat suatu menjadi
lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.
Suatu keterampilan hendaknya harus dikembangkan dan dilatih serta diasah
sehingga dapat bertambah kemampuan seseorang tersebut menjadi ahli atau
profesional dalam satu bidang tersebut. Mengajar merupakan usaha yang
48

dilakukan untuk menyampaikan dan memahamkan ilmu. Mengajar diartikan


sebagai penyampaian informasi atau pengetahuan dari pendidik kepada peserta
didik (Wijayani, 2014). Proses penyampain tersebut sering juga dinggap sebagai
proses mentranfer pengetahuan. Mengajar juga dapat diartikan sebagai suatu
proses menanamkan pengetahuan, nilai, dan keterampilan kepada siswa melalui
kegiatan belajar untuk membantu siswa dalam menjawab tantangan hidupnya
yang efektif dan efesien.
Keterampilan dasar mengajar dalam penelitian ini meliputi: keterampilan
membuka dan menutup pelajaran, keterampilan bertanya, ketetampilan memberi
penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan,
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas,
dan keterampilan mengajar kelompok kecil/perseorangan (Usman, 2009).
F. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang di amati (Sugiono, 2016). Berdasarkan teknik
pengumpulan data, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
instrument pelaksanaan pembelajaran berbasis keterampilan mengajar.
Kisi Kisi Instrumen 3.1
No Aspek Yang Indikator Karakteristik
Dinilai
1 Keterampilan a. Menarik Perhatian - Gaya mengajar guru
- Menggunakan media
membuka
pelajaran
pelajaran - Pola interaksi yang
bervariasi

b. Menimbulkan - Menimbulkan rasa


ingintahu
motivasi
- Memperhatiakn minat
siswa
- Mengemukakan
soal/pertanyaan

- Mengemukakan tujuan
c. Memberi acuan
pembelajaran
- Mengingatkan masalah
49

pokok yang dibahas

d. Memberikan kaitan - Membuat kaitan atau


hubungan di antara materi-
materi yang akan dipelajari
dengan pengelaman dan
pengetahuan yang dikuasai
siswa
2 Keterampilan a. Kejelasan - Menggunakan bahasa yang
menjelaskan baik dan benar
(melaksanakan - Suara terdengar keseluruh
bagian kelas
kegiatan inti)
- Volume suara berbariasi

b. Penggunaan - Memberikan contoh yang


contoh/ilustrasi sesuai dengan pengertisn
yang dijelaskan

c. Pengorganisasian - Menjelaskan butir-butir


yang penting
d. Balikan
- Menerima umpan balik
dari siswa
e.
3 Keterampilan a. Pengungkapan - Guru mengajukan
bertanya pertanyaan secara pertanyaan secara jelas dan
jelas dan singkat singkat dengan
menggunakan kata-kata
yang dapat dipahami siswa
sesuai tahap
perkembangannya

b. Memberikan - Sebelum memberikan


acuan/petunjuk pertanyaan guru perlu
memberikan acuan berupa
pertanyaan berisi informasi
yang lerevan dengan
jawaban yang diharapkan
siswa

c. Pemindahan giliran - Setiap pertanyaan yang


diajukan guru perlu
dijawab oleh lebih dari
satu siswa kareana
jawaban siswa belum
50

benar atau memadai. Oleh


karena itu, guru perlu
memberikan
kesempatan/giliran secara
merata

d. Penyebaran - Guru perlu menyebarkan


giliran menjawab
pertanyaan secara acak.
Guru berusaha agar semua
siswa mendapatkan
kesempatan/giliran secara
merata

e. Pemberian waktu - Setelah mengajukan


berpikir pertanyaan, guru perlu
memberikan waktu
beberapa detik untuk
berpikir sebelum
menunjuk salah satu siswa
untuk menjawab

f. Pemberian tuntunan - Apa bila jawaban siswa


salah, guru hendaknya
memberikan tuntunan
kepada siswa agar dapat
menemukan jawaban
sendiri yang benar
4 Keterampilan a. Penguatan secara - Pemberian kata-kata
mengadakan verbal (kata-kata) seperti memuji dengan
penguatan kata baik, bagus dan tepat

b. Penguatan secara - Secara verbal dalam


verbal (kalimat) bentuk kalimat biasanya
dengan kalimat
jawabanmu tepat, itu suatu
pertanyaan yang baik

c. Penguatan secara - Gestural, misalnya


gestural menaikan jempol,
anggukan menyetujui,
senyum ataupun tepuk
tangan
d. Penguatan secara - Kontak, misalnya tepuk
kontak pundak, jabat tangan, atau
menggangkat tangan siswa
51

5 Keterampilan a. Variasi gaya - Volume suara


mengadakan mengajar - Mimik dalam menjelaskan
variasi materi pembelajaran
- Menarik perhatian siswa
dengan kesenyapan atau
kebisuan guru
- Jarak pandang dengan
siswa
b. Variasi model dan - Variasi pendekatan model-
metode model pembelajaran
- Variasi metode
pembelajaran dan streategi
pembelajarn
c. Variasi dalam - Bersifat audio, visual,
penggunaan media motoric
6 Keterampilan a. Meninjau kembali - Merangkum inti pelajaran
menutup penguasaan
pelajaran
b. Inti pelajaran - Merancang untuk
mengadakan review pada
pembelajaran yang akan
datang
c. Mengevaluasi - Demontrasi keterampilan
- Mengeksplorasi pendapat
siswa dan memberikan
soal-soal tertulis
d. Penilaian dan - Pratikan mendorong siswa
refleksi mengungkapakan dan
menyimpulkan apa yang
telah dipelajari
- Pratikan melaksanakan
tindak lanjut dengan
memberikan arahan,
kegiatan, tugas sebagai
bagian dari
remedi/pengayaan
7 Keterampilan a. Bersikap tangkap - Memandang dengan
mengelola kelas seksama
- Gerak mendekati
- Teguran
b. Membagi perhatian
- Memperhatikan sikap dan
tempat duduk siswa

- Memulai pelajran setelah


nampak siswa siap belajar
52

c. Petunjuk yang jelas - Kepada individu dan


seluruh kelas

8 Keterampilan a. Memusatkan
membimbing perhatian anggota
diskusi kelompok
b. Menjelaskan kan
masalah,
menganalisis
pendapat anggota
kelompok
c. Meningkatkan
konstribusi anggota
kelompok,
membagi partisipasi
anggota kelompok
d. Menutup diskusi

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian deskriptif merupan proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari analisis video, sehingga
dapat dan mudah dipahami dan temuan dapat diinformasikan kepada orang lain
(Sugiono, 2016). Teknis analisis data pada penelitian ini diantarannya:
1. Penilaian video pembelajaran mahasiwa PPL. Dengan rumus penilaian

𝐴
 Nilai = P = x 100
𝐵

 Analisis data dilakukan untuk melihat keterampilan dasar mengajar


mahasiwa. Hasil lembar pengamatan mengenai keterampilan mengajar
mahasiswa akan diberi penilaian dengan skala 1 samapi 5.

Keterangan A : jumlah total skor per aspek yang diperoleh siswa

B : jumlah skor maksimum tiap aspek


53

Berdasarkan skor/nilai yang diperoleh selanjutnya di lakukan kategori susuai


aspek pada table 3.2
Tabel 3.2 Skala Katetegori Kemampuan Kompetensi
Persentase Kategori

81 – 100 Sangat Baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup

21 – 40 Kurang

0 – 20 Sangat Kurang

H. Penarikan kesimpulan atau verifikasi


Yaitu merupakan rangkaian analisis data puncak. Meskipun begitu,
kesimpulan juga membutuhkan verifikasi selama penelitian berlangsung.
Verifikasi dimaksudkan untuk menghasilkan kesimpulan yang valid. Oleh karena
itu, ada baiknya sebuah kesimpulan ditinjau ulang dengan cara memverifikasi
kembali catatan-catatan selama penelitian dan mencari pola, tema model,
hubungan dan persamaan untuk diambil sebuah kesimpulan (Sugiyono, 2005).
BAB lV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Data Analisis Keterampilan Mengajar Mahasiswa PPL Daring
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut ini akan dipaparkan
hasil penelitian tentang Analisis Keterampilan Mengajar Mahasiswa Tadris Fisika
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Data diambil dengan
cara mengumpulkan Video pembelajaran Mahasiwa PPL Daring yang telah
menyelesaikan mata kuliah PPL. Kemudian Vidio tersebut dianalisis dengan
pedoman intrumen keterampilan mengajar yang sudah jadi. Lalu diberikan skor
sehingga didapatlah data seperti dibawah ini.
a. Komponen Keterampilan Dasar Mengajar Secara Umum
Berdasarkan hasil pengukuran dan analisis keterampilan mengajar yang
telah dilakukan secara umum maka didapatlah hasil pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Jumlah Keseluruhan Mahasiswa Setiap Kategori

NO Kategori Rentang Skala Nilai Jml Mahasiswa Persentase


1 Sangat Baik 81-100 0 0%

2 Baik 61-80 4 13,79%

3 Cukup 41-60 16 55,17%

4 Kurang 21-40 9 31,03%

5 Sangat 0-20 0 0%
Kurang
Dari tabel di atas dapat kita ketahuan bahwa keterampilan mengajar
mahasiswa Fisika saat melaksanakan PPL daring, kategori sangat baik dengan
rentang nilai 80 – 100 adalah 0. Selanjutnya kategori baik dengan rentang nilai 61
– 80 adalah 4 orang dari jumlah total 29 dengan persentase sebesar 13,79%.
Kemudian kategori cukup dengan rentang nilai 41 – 60 adalah 16 orang dari
jumlah total 29 dengan persentase sebesar 55,17%. Sedangkan untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 21-40 adalah 9 orang dari jumlah total 29 dengan

54
persentase 31,03%. Sedangkan untuk kategori sangat kurang adalah 0% yang
berarti tidak ada mahasiswa yang mendapatkan nilai 0 – 20. Hal ini dapat
dideskripsikan dalam diagram di bawah ini.

60%
55,17%

50%

40%

31,03%
30%

20%
14%

10%

0% 0%
0%
Sangata Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Gambar 4.1. Grafik Persentase Jumlah Mahasiswa Tiap kategori

Dari diangram di atas dapat kita pamami/amati bahwa kategori


keterampilan mengajar mahasiswa tadris Fisika PPL daring sebagian besar adalah
kategori cukup, karena kurang dari setengah berkategori cukup, yaitu sebesar
55,17%. Posisi kedua setelah kategori cukup adalah kategori kurang yaitu sebesar
31,03%. Posisi ketiga yaitu kategori baik dengan persentase 14%. Analisis lebih
lanjut dapat dilihat pada table di bawah, yaitu melihat keterampilan mengajar
mahasiswa fisika tiap aspek dengan cara menghitung rata-rata nilai pada tiap
aspek dengan kemudian dikategorikan berdasarkan rentang nilai yang dapat lalu,
di cari persentase dari tiap kategori.
b. Keterampilan Membuka Pelajaran
Membuka pelajran ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
dalam kegiatan pembelajran untuk menciptakan menciptakan pra kondisi bagi
peserta didik agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipe-
lajarinya, sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap
kegiatan pembelajaran (Zainal, 2012). Berdasarkan hasil pengukuran dan analisis
yang dilakukan mahasiswa dalam aspek keterampilan menjelaskan diperoleh
20,68% kategori sangat baik dan 41,37% kategori baik 37,93% kategori cukup.
Tabel 4.2 Jumlah Mahasiswa Pada Aspek Keterampilan Membuka Pelajaran

No Kategori Rentang Skala Nilai Jml Mahasiswa Persentase

1 Sangat Baik 81 – 100 6 Orang 20,68%


2 Baik 61 – 80 12 Orang 41,37%
3 Cukup 41 – 60 11 Orang 37,93%
4 Kurang 21 – 40 0 Orang 0%
5 Sangat 0 – 20 0 Orang 0%
Kurang

Dari tabel di atas dapat diketahui keterampilan mengajar mahasiswa Fisika


dalam melaksanakan PPL daring di aspek keterampilan membuka pelajaran.
Kategori sangat baik dengan rentang nilai 81 – 100 adalah sebanyak 6 orang dari
jumlah total 29 dengan persentase 20,68.%. Selanjutnya kategori baik dengan
rentang nilai 61 – 80 adalah 12 orang dari jumlah total 29 dengan persentase
sebesar 41,37%. Kemudian kategori cukup dengan rentang nilai 41 - 60 adalah
sebanyak 11 orang dari jumlah total 29 dengan persentase sebesar 37,93%.
Sedangkan untuk kategori kurang dan sangat kurang adalah 0% yang berarti tidak
ada mahasiswa yang mendapatkan nilai 20 – 40 begutu pula dengan sangat
kurang, tidak ada mahasiswa yang nilai 0 – 20.
50,00%
41,37%
37,93%
40,00%

30,00%
20,68%
20,00%

10,00%
0% 0%
0,00%
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Gambar Grafik 4.2 Persentase Aspek Keterampilan Membuka Pelajaran

c. Keterampilan Menjelaskan
Pemberian penjelasan dalam kegiatan belajar ialah suatu aspek yang sangat
penting dalam kegiatan seoang pendidik. Berdasarkan hasil pengukuran dan
analisis yang dilakukan mahasiswa dalam kegiatan menjelaskan diperoleh 42,39%
kategori sangat baik dan 58,62% kategori baik.

Tabel 4.3 Jumlah Mahasiwa Aspek Keterampilan Menjelaskan

NO Kategori Rentang Skala Nilai Jml Mahasiswa Persentase

1 Sangat Baik 81 - 100 12 Orang 42,39 %

2 Baik 61 - 80 17 Orang 58,62 %

3 Cukup 41 – 60 0 Orang 0%

4 Kurang 21- 40 0 Orang 0%

5 Sangat 0 - 20 0 Orang 0%
Kurang
Dari tabel di atas dapat diketahui keterampilan mengajar mahasiswa Fisika
dalam melaksankan PPL daring di aspek keterampilan menjelaskan (melaksankan
kegiatan inti). Kategori sangat baik dengan rentang nilai 81 – 100 adalah sebanyak
12 orang dari dari jumlah total dengan persentase sebesar 42,39%. Selanjutnya
kategori baik dengan rentang nilai 61 – 80 adalah 17 orang dari jumlah total 29
dengan persentase sebesar 58,62%. Sedangkan kategori cukup, kurang, dan
sangat kurang adalah 0% berarti tidak ada mahasiswa yang mendapatkan nilai 41
– 60 dan 21 – 40 berarti juga tidak ada mahasiswa yang mendapat nilai 0 – 20.

70,00%
58,62%
60,00%
50,00% 42,39%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0% 0% 0%
0,00%
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Gambar Grafik 4.3 Persentase Aspek Keterampilan Menjelaskan

d. Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya dapat diartikan dengan kecakapan atau
kemampuan seseorang dalam meminta keterangan atau penjelasan dari orang lain
atau pihak yang menjadi lawan bicaranya. Berdasrkan hasil pengukuran dan
analisis yang dilakukan mahasiswa pada aspek bertanya diperoleh 3,44% kategori
sangat baik 6,89% kategori baik 10,34% kategori cukup dan 79,31% kategori
kurang.

Tabel 4.4 Jumlah Mahasiswa Aspek Keterampilan Bertanya

No Kategori Rentang Skala Nilai Jml Mahasiswa Persentase

1 Sangat Biak 81 - 100 1 Orang 3,44 %

2 Baik 61 - 80 2 Orang 6,89%

3 Cukup 41 - 60 3 Orang 10,34 %

4 Kurang 21 - 40 23 Orang 79,31 %

5 Sangat 0 - 20 0 Orang 0%
Kurang
Dari tabel di atas dapat diketahui keterampilan mengajar mahasiswa Fisika
dalam melaksanakan PPL daring di aspek keterampilan bertanya. Kategori sangat
baik dengan rentang nilai 81 – 100 adalah sebanyak 1 orang dari jumlah total 29
dengan persentase 3, 44%. Selanjutnya kategori baik dengan rentang nilai 61 – 80
adalah 2 orang dari jumlah total 29 dengan persentase 6,89%. Kemudian kategori
cukup dengan rentang nilai 42 – 60 adalah 3 orang dengan persentase 10,34%.
Berikutnya kategori kurang dengan rentang nilai 21 – 40 adalah 25 orang dari
total 29 dengan persentase 79,31%. Terakhir kategori sangat kurang adalah 0
berarti tidak ada mahasiswa yang mendapatkan nilai 0 -20.

90,00%
79,31%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00% 10,34%
3,44% 6,89%
10,00% 0%
0,00%
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Gambar Grafik 4.4 Persentase Aspek Keterampilan Bertanya

e. Keterampilan Memberi Penguatan


Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat
verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku
pendidik terhadap tingkah laku peserta didik, yang bertujuan memberikan
informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya
sebagai suatu dorongan atau koreksi (Usman, 2009). Berdasarkan hasil
pengukuran dan analisis yang dilakukan mahasiswa pada aspek memberikan
penguatan diperoleh 3,44% kategori sangat baik 10,34% kategori baik 13,79%
kategori cukup dan 72,42% kategori kurang.
Tabel 4.5 Jumlah Mahasiwa Aspek Keterampilan Memberikan Penguatan

No Kategori Rentang Skala Nilai Jml Mahasiswa Persentase

1 Sangat Baik 81 - 100 1 Orang 3,44 %

2 Baik 61 – 80 3 Orang 10,34 %

3 Cukup 40 – 60 4 Orang 13,79 %

4 Kurang 21 – 40 21 Orang 72,41 %

5 Sangat 0 – 20 0 Orang 0%
Kurang
Dari tabel di atas dapat diketahui keterampilan mengajar mahasiswa Fisika
dalam melaksankan PPL Daring di aspek keterampilan memberikan penguatan.
Kategori sangat baik dengan rentang nilai 81 – 100 adalah sebanyak 1 orang dari
jumlah total 29 dengan persentase sebesar 3,44%. Selanjutnya kategori baik
dengan rentang nilai 61-80 adalah 3 orang dari jumlah total 29 dengan persentase
sebesar 10,34%. Kemudian kategori cukup dengan rentang nilai 40 – 60 adalah 4
orang dari jumlah total 29 dengan persentase sebesar 13,79%. Sedangkan untuk
kategori kurang adalah 21 orang dengan persentase 72,41% dan sangat kurang
adalah 0% berarti tidak ada mahasiswa yang mendapat nilai 0 – 20.

80,00% 72,41%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00% 13,79%
10,34%
10,00% 3,44%
0%
0,00%
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Gambar Grafik 4.5 Persentase Aspek Keterampilan Memberikan Penguatan


f. Keterampilan Mengadakan Variasi
Keterampilan mengadakan variasi merupakan keterampilan dalam
membuat perubahan-perubahan cara (inovasi) dalam kegiatan proses
pembelajaran (Razi, 2018). Berdasarkan hasil pengukuran dan analisis yang
dilakukan keterampilan mengadakan variasi diperoleh 37,93% kategori sangat
baik 55,17% kategori baik dan 6,89% kategori cukup.

Tabel 4.6 Jumlah Mahasiwa Aspek Keterampilan Mengadakan Variasi

No Kategori Rentang Skala Nilai Jml Mahasiswa Persentase

1 Sangat Baik 81 – 100 11 Orang 37,93 %

2 Baik 61 - 80 16 Orang 55,17 %

3 Cukup 41 - 60 2 Orang 6,89 %

4 Kurang 21 - 40 0 Orang 0%

5 Sangat 0 - 20 0 Orang 0%
Kurang
Dari tabel di atas dapat diketahui keterampilan mengajar mahasiswa Fisika
dalam melaksankan PPL daring di aspek keterampilan mengadakan variasi.
Kategori sangat baik dengan rentang nilai 81 – 100 adalah sebanyak 11 orang dari
jumlah total 29 dengan persentase sebesar 37,93%. Selanjutnya kategori baik
dengan rentang nilai 61 – 80 adalah 16 orang dari jumlah total 29 dengan
persentase sebesar 55,17%. Kemudian kategori cukup dengan rentang nilai 41 –
60 adalah 2 orang dari jumlah total 29 dengan persentase sebesar 6,89%.
Sedangkan untuk kategori kurang dan sangat kurang adalah 0% yang berarti tidak
ada mahasiswa yang mendapatkan nilai 20 – 40 begitu pula dengan sangat kurang,
60,00% 55,17%

50,00%
37,93%
40,00%

30,00%

20,00%

10,00% 6,89%
0% 0%
0,00%
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Krang

Gambar Grafik 4.6 Persentase Aspek Keterampilan Mengadakan Variasi

g. Keterampilan Mengelola kelas


Pengelolaan kelas merupakan keterampilan pendidik untuk menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil pengukuran dan
analisis yang dilakukan mengelola kelas diperoleh mahasiswa 55,17% kategori
cukup 27,58% kategori kurang dan 17,24% kategori sangat kurang.

Tabel 4.7 Jumlah Mahasiwa Aspek Keterampilan Mengelola Kelas

No Kategori Rentang Skala Nilai Jml Mahasiswa Persentase

1 Sangat Baik 81 – 100 0 Orang 0%

2 Baik 61 – 80 0 Orang 0%

3 Cukup 41 – 60 16 Orang 55,17 %

4 Kurang 21 – 40 8 Orang 27,58 %

5 Sangat 0 - 20 5 Orang 17,24 %


Kurang
Dari tabel di atas dapat diketahui keterampilan mengajar mahasiswa Fisika
dalam melaksankan PPL daring di aspek keterampilan mengelola kelas. Kategori
sangat baik dengan rentang nilai 81 – 100 adalah 0 orang dari jumlah total 29
dengan persentase sebesar 0% dan kategori baik dengan rentang nilai 61 – 80
adalah 0 orang dari jumlah total 29 dengan persentase 0% berarti tidak ada
mahasiswa yang mendapat nilai 61 – 100. Selanjutnya kategori cukup dengan
rentang nilai 41 – 60 adalah 16 orang dari jumlah total 29 dengan persentase
55,17%. Sedangkan untuk kategori kurang dengan rentang nilai 21 – 40 adalah 8
orang dengan persentase 27,58 dan sangat kurang adalah 5 orang dengan
persentase 17,24.

60% 55,17%
50%

40%

30% 27,58%

20% 17,24%

10%
0% 0%
0%
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Gambar Grafik 4.7 Persentase Aspek Keterampilan Mengelola Kelas

h. Keterampilan Menutup Pelajaran


Kegiatan menutup pelajaran ialah pemberian gambaran menyeluruh
tentang apa yang dipelajari siswa (Zainal, 2011). Berdasarkan hasil pengukuran
dan analisis yang dilakukan mahasiswa pada keterampilan menutup pelajaran
diporoleh 3,44% kategori baik 6,89% kategori cukup 13,79% kategori kurang dan
75,86% kategori sangat kurang.

Tabel 4.8 Jumlah Mahasiwa Aspek Keterampilan Menutup Pelajaran

No Kategori Rentang Skala Nilai Jml Mahasiswa Persentase

1 Sangat Baik 81 - 100 0 Orang 0%

2 Baik 61 – 80 1 Orang 3,44 %

3 Cukup 41 – 60 2 Orang 6,89 %

4 Kurang 21 - 40 4 Orang 13,79 %


5 Samgat 0 - 20 22 Orang 75,86 %
Kurang
Dari tabel di atas dapat diketahui keterampilan mengajar mahasiswa Fisika
dalam melaksankan PPL daring di aspek keterampilan mengelola kelas. Kategori
sangat baik dengan rentang nilai 81 – 100 adalah 0 berarti mahasiswa tidak ada
yang mendapatkan nilai 81 – 100. Selanjutnya kategori baik dengan rentang nilai
61 – 80 adalah 1 orang dari jumlah total 29 dengan persentase 3,44%. Kemudian
kategori cukup dengan rentang nilai 41 – 60 adalah 2 orang dari jumlah total 29
dengan persentase 6,89%. Sedangkan kategori kurang kurang adalah 4 orang
dengan persentase 13,79% dan sanagt kurang adalah 22 orang dengan persentase
75,86%.

80% 75,86%
70%
60%
50%
40%
30%
20% 13,79%
10% 6,89%
0% 3,44%
0%
Sangat Baik Baik Cukup Krang Sangat Kurang

Gambar Grafik 4.8 Persentase Aspek Keterampilan Menenutup Pelajaran

i. Keterampilan Membimbing Diskusi


Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur melibatkan sekelompok
orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau
informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah (Usman, 2009).
Berdasarkan hasil pengukuran dan analisis yang dilakukan mahasiswa pada
keterampilan menutup pelajaran diporoleh 3,44% kategori baik 6,89% kategori
cukup 3,44% kategori kurang dan 86,20% kategori sangat kurang.
Tabel 4.9 Jumlah Mahasiwa Aspek Keterampilan Membimbing Diskusi

No Kategori Rentang Skala Nilai Jml Mahasiswa Persentase

1 Sangat Baik 81 – 100 1 Orang 3,44 %

2 Baik 61 – 80 2 Orang 6.89 %

3 Cukup 41 - 60 1 Orang 3,44 %

4 Kurang 21 - 40 0 Orang 0%

5 Sangat 0 - 20 26 Orang 86,20 %


Kurang
Dari tabel di atas dapat diketahui keterampilan mengajar mahasiswa Fisika
dalam melaksankan PPL daring di aspek keterampilan membimbing diskusi.
Kategori sangat baik dengan rentang nilai 81 – 100 adalah sebanyak 1 orang dari
jumlah total 29 dengan persentase 3,44%. Selanjutnya kategori baik adalah
sebanyak 2 orang dari jumlah total 29 dengan persentase 6.89%. Kemudian
kategori cukup adalah sebanyak 1 orang dengan persentase 3,44%. Sedangkan
kategori kurang adalah 0% dan sangan kurang adalah sebanyak 26 orang dari
jumlah total 29 dengan persentase 86,20%.

100,00%
86,20%
80,00%

60,00%

40,00%

20,00%
3,44% 6,89% 3% 0%
0,00%
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Gambar Diagram 4.9 Persentase Aspek Keterampilan Membimbing Diskusi


j. Skor Keseluruhan Keterampilan Mengajar Mahasiswa Tadris Fisika
Berdasarkan dari hasil analisis keseluruhan keterampilan-keterampilan
dasar mengajar maka didapatlah hasil rata-rata di bawah ini.
Tabel 4.10 Skor rata-rata keterampilan mengajar mahasiwa tadris Fisika

No Aspek Skor Kategori

1 Keterampilan Membuka 68,58 Baik


Pelajaran
2 Keterampilan Menjelaskan 88,28 Sangat Baik

3 Keterampilan Bertanya 32,72 Kurang

4 Keterampilan Memberikan 34,48 Kurang


Penguatan
5 Keterampilan Mengadakan 77,62 Baik
Variasi
6 Keterampilan Mengelola Kelas 47,59 Cukup
7 Keterampilan Menutup 21,38 Kurang
Pelajaran
8 Keterampilan Membimbing 8,62 Sangat Kurang
Diskusi
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata skor keterampilan
mengajar mahasiswa aspek keterampilan membuka pelajaran dalam melaksanakan
PPL daring adalah 68,58 dengan kategori baik yang berarti mahasiswa tadris
fisika sudah bagus dan baik dalam melaksanakan kegiatan membuka pelajaran.
Kemudian keterampilan menjelaskan mahasiswa tadris fisika berada dalam
kategori sangat baik, dengan persentasenya adalah 88,28. Dalam kaitannya dalam
belajar-mengajar, menjelaskan yang berarti mengorganisasikan materi pelajaran
dalam tata urutan yang tersusun secara sistematis, sehingga dengan mudah
dipahami siswa sehingga definisi ini dapat dipahami bahwa keterampilan
menjelaskan mutlak harus dimiliki oleh calon guru. Keterampilan bertanya
mahasiswa tadris fikika berada pada kategori kurang dengan persentasenya 37,72
keterampilan bertanya yang dalam hal ini mahasiswa belum memaikan peranan
penting, hal ini dikarenakan pertanyaan yang tidak tersusun dengan baik dan
mahasiswa kurang dan jarang ditemukan melontarkan pertanyaan yang
memberikan dampak positip terhadap siswa. Dan kurang membangkitkan minat
dan rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu masalah yang sedang dibicarakan.
Selanjutnya keterampilan memberikan penguatan berada dalam kategori kurang
dengan persentase 34,48 yang berarti belum sempurna atau baik dalam
memberikan penguatan merupakan bentuk respon bersifat verbal (pengungkapan
dengan kata-kata lansung seperti bagus, pintar, tepat sekali dan sebagainya)
maupun nonverbal (biasanya dengan gerak, isyarat, pendekatan) dan mahasiswa
kurang menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan
merupakan dorongan bagi siiswa untuk meningkatkan perhatiannya.
Kemudian keterampilan mengadakan variasi berada pada kategori baik
dengan persentase 77,62%. Berarti mahasiswa fisika dalam mengadakan
keterampilan variasi dalam membuat perubahan-perubahan cara inovari dalam
pembelajran sudah cukup baik. Sedangkan keterampilan mengelola kelas berada
pada kategori cukup dengan persentase 47,59%. Berarti dalam kaitannya dalam
pembelajaran mahasiswa fisika dalam melaksankan kegiatan dalam mengelola
kelas sudah cukup, tetapi masih ada juga indikator pencapaian dalam belajar
mengajar belum optimal seperti: mengatasi ganguan luar. Dan keterampilan
menutup pelajaran berada pada kategori kurang dengan persentase sebesar
21,38%. Berarti mahsisswa tadris fisika dalam keterampilan menutup pelajaran
masih dikatakan rendah karena kurang mengajak mahasiswa terlibat aktip dalam
menutup pelajaran contohnya seperti: tidak merangkum inti pelajaran dan
mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah mereka pelajari.
Terakhir keterampilan membimbing diskusi berada pada kategori sangat kurang
dengan persentase 6,62%. Dalam keterampilan membimbing diskusi mahasiswa
kurang mengajak atau melaksakan kegiatan diskusi sehingga tidak terampil
memotivasi siswa agar mendapatkan kesempatan untuk semua siswa untuk
berpartisipasi dalam diskusi, mendengarkan dan merumuskan hasil-hasil diskusi
kelompok. Hal ini dapat dideskripsikan dalam diagram di bawah ini.
100
88,28
90
77,62
80
68,58
70
60
47,59
50
40 34,48
32.72
30
21,38
20
10 8.62

0
KMP KM KB KMP KMV KMK KMP KMD

Gambar Grafik 4.10. Rata-rata keterampilan mengajar mahasiwa fisika

Keterangan:
(1). KMP (Keterampilan Membuka Pelajaran).
(2). KM (Keterampilan Menjelaskan).
(3). KB (keterampilan Bertanya).
(4). KMP (Keterampilan Memberikan Penguatan).
(5). KMV (Keterampilan Mengadakan Variasi).
(6). KMK (Keterampilan Mengelola Kelas).
(7). KMP (Keterampilan Menutup Pelajaran).
(8). KMD (Keterampilan Membimbing Diskusi).
Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa aspek keterampilan menutup
pelajaran dan keterampilan membimbing diskusi mendapat skor paling rendah
dari keenam aspek yang lain, dimana menutup pelajaran yaitu menentukan tingkat
pemahaman yang dilakukan dan itu belum dikuasai oleh mahasiswa secara baik
dan keterampilann membimbing diskusi menuntut mahasiswa untuk
membimbing/mengarahkan diskusi agar tetap menuju masalah yang dibahas, serta
terampil mendengarkan dan merumuskan hasil-hasil diskusi kelompok dalam hal
ini mahasiswa tidak ada yang melakukan kegiatan diskusi kelompok.
B. Pembahasan Penelitain
Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif kuntitatif. Lamanya waktu
penelitian terhitung mulai tanggal 22 Januari – 12 Maret 2021. Penelitian ini
dilakukan di UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan Video pembelajran mahasiswa PPL Daring. Penelitian ini juga
bertujuan untuk mengetahui keterampilan mengajar mahasiswa tadris fisika ketika
melaksankan PPL secara online.
Hasil dari analisis data tingkat keterampilan tiap aspek menunjukkan
bahwa tingkat keterampilan mengajar pada aspek (1) Membuka pelajaran
persentasenya 68,58% termasuk kategori baik, rata-rata, (2) Keterampilan
menjelaskan dengan persentase 88,28% termasuk kategori sangat baik, (3)
Selanjutnya rata-rata keterampilan bertanya dengan persentase 32,72% termasuk
kategori kurang, (4) kemudian keterampilan memberikan penguatan dengan
34,48% termasuk kategori kurang, (5) keterampilan mengadakan variasi 77,62%
termasuk kategori baik, (6) dan keterampilan mengelola kelas 47,59 termasuk
kategori cukup, (7) kemudian keterampilan menutup pelajaran 21,38 termasuk
kategori kurang dan (8) terakhir keterampilan membimbing diskusi 6,62 termasuk
kategori sangat kurang.
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) adalah kemampuan atau
keterampilan yang bersifat khusus (most specific in structional behaviors) yamg
harus dimiliki oleh guru, dosen agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara
efektif, efisien dan profesional.
1. Keterampilan Membuka Pelajaran
Membuka pelajran (set indiction) merupan suatu usaha yang dilakukan oleh
seorang pendidik dalam kegiatan pembelajran untuk menciptakan pra kondisi bagi
peserta didik agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan
dipelajarinya, sehingga usaha itu dapat memberikan efek yang positif terhadap
kegiatan pembelajaran. Kriteria keterampilan membuka pelajaran mahasiswa
fisika adalah baik, dengan persentase 68,58% kegiatan membuka pelajaran sangat
baik apabila melaksankan kegiatan seperti menarik perhatian siswa dengan gaya
mengajar atau dalam menggunakan alat-alat bantu mengajar, menimbulkan
motivasi dengan memperhatikan minat dan bakat siswa dan menunjukkan sikap
antusias dan keingintahuan, memberikan acuan dengan mengemukakan tujuan
pembelajaran. Dan membuat kaitan dengan mengajukan pertanyaan tentang
materi sebelumnya ataupun mengaitkan pengetahuan yang lama dengan akan
dipelajari/disajikan.
Inti untuk persoalan membuka pelajaran yang harus dikuasai masiswa yaitu
usaha guru menarik perhatian siswa dan, memotivasi, memberi acuan tentang
tujuan, pokok persoalan pembelajaran yang sedang dibahas, membuat kaitan
pembelajaran dengan topik baru, dan menangani situasi kelas dengan baik (Hani,
2015).
2. Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan mahasiswa calon guru fisika berada dalam
kategori sangat baik dengan persentase 88,28%. Keterampilan menjelaskan
dikatakan termasuk kategori sangat baik apabila melaksankan indikator secara
menyeluruh dengan baik seperti menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Dalam kaitannya dalam kegiatan belajar mengajar, menjelaskan merupan
mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana dan
sistematis, sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Dengan ini dapat
dipahami bahwa keterampilan menjelaskan mutlak harus dimiki oleh calon guru.
Keterampilan menjelaskan adalah suatu keterampilan yang harus dimiliki
setiap mahasiswa untuk menyajikan bahan ajar yang diorganisasikan secara
sistematis sebagai suatu kesatuan yang berarti, sehingga mudah dipahami para
peserta didik (Darmadi, 2009). Intinya keterampilan menjelaskan dalam kegiatan
belajar sangat penting bagi peserta didik, untuk itu mahasiswa dituntut memili
kemampuan dalam menjelaskan serta pemahaman dalam menguasai materi/teori
dengan baik dalam menyampaikannya pada peserta didik, sehingga siswa bisa
termotivasi untuk belajar dalam hal apapun dari penjelasan yang menurut siswa
itu baik dalam mencerna penjelasan.
3. Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya secara sederhananya dapat diartikan dengan
kecakapan atau kemampuan seorang dalam memita keterangan atau penjelasan
dari orang atau pihak yang akan menjadi lawan bicara, persentase keterampilan
bertanya mahasiswa tadris fisika adalah 32,72% dengan kategori termask kurang,
karena tidak melaksankan secara optimal keseluruhan indikator penyebaran,
seperti menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak kepada siswa
secara baik. Keterampilan bertanya yang baik memaikan peranan penting, hal ini
dikarenakan pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran
pertanyaan yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa, yaitu:
meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan
membangkitakan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu yang sedang dibicarakan.
Menurut Darmadi (2009), mengatakan bahwa keterampilan bertanya yaitu
sejumlah cara yang digunakan oleh kita sebagai guru untuk mengajukan
pertanyaan kepada para peserta didik dengan memperhatikan karakteristik dan
latar belakang peserta didik. Untuk meningkatkan keterampilan bertanya peserta
didik guru perlu menghindari hal-hal berikut: (1) jangan mengulang-ulang
pertanyaan jika siswa tidak mampu menjawabnya, hal ini dapat menyebabkan
menurunnya perhatian dan partisipasi siswa (2) jangan mengulang-ulang jawaban
siswa (3) jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum siswa
memperoleh kesempatan untuk menjawabnya (4) usahakan agar siswa tidak
menjawab pertanyaan secara serentak.
4. Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan merupan segala bentuk respon apakah bersipat verbal
(diungkapkan dengan kata-kata lansung seperti: bagus, pintar, ya, betul, tepat
sekali dan sebagainya), maupun nonverbal (biasanya dilakukan dengan gerak,
isyarat, pendekatan dan sebagainya) adalah bagian dari modifikasi tingkah laku
guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi
atau umpan balik (feed back) bagi siswa atas perbuatannya sebagai suatu tindak
dorongan atau koreksi. keterampilan memberikan penguatan kategori sangat baik
dengan rentang skala nilai 81 – 1- baik dengan rentang nilai 61 – 81 cukup dengan
rentang nilai 41 – 60 kurang 21 – 40 dan sangat kurang dengan rentang nilai 0 –
20, persentase keterampilan memberi penguatan persentase adalah 34,48%
termasuk kedalam kategori kurang. Keterampilan memberi penguatan dikatan
termasuk kategori sangat baik apabila melakasankan secara keseluruhan indikator
dengan baik. Dan pada keterampilan memberikan penguatan mahasiswa tidak
menggunakan variasi jenis penguatan, rata-rata hanya menggunakan satu jenis
saja, bahkan ada yang tidak sama sekali menggunakan penguatan secara verbal
atau pun non verbal.
Kegiatan memberi penguatan merupakan bentuk tindak lanjut dari
keterampilan menjelaskan. Keterampilan menjelaskan menuntut guru agar lebih
fleksibel dalam memberikan penguatan berupa respon atau pujian kepada peserta
didik saat proses pembelajaran berlansung. Penguatan adalah tanggapan guru
terhadap guru tehadap perilaku siswa yang memungkinkan yang dapat
membesarkan hati siswa agar lebih terpacu dalam interaksi belajar-mengajar
(Siswanto, 2010).
5. Keterampilan Mengadakan Variasi
Keterampilan mengadakan variasi stimulus merupakan suatu kegiatan guru
dalam konteks proses interaksi pembelajaran yang tunjuannya untuk mengatasi
kejenuhan siswa, sehingga dalam situasi belajar mengajar, siswa menunjukkan
ketekunan, antusias serta penuh partisipasi. Keterampilan mengadakan variasi
kategori sangat baik dengan rentang nilai 81 – 100 baik dengan rentang nilai 61 –
80 cukup dengan rentang nilai 41- 60 kurang dengan rentang nilai 21 – 40 dan
sangat kurang dengan rentang nilai 0 -20, keterampilan mengadakan variasi
persentase adalah 77,52% termasuk kedalam kategori baik. Kegiatan keterampilan
mengadakan variasi dikatakan termasuk kategori sangat baik jika melaksanakan
secara keseluruhan indikator dengan nampak dan baik. Dilihat dari keterampilan
mengadakan variasi, semua subjek termasuk kategori baik. Kebanyakan dari
mereka kurang optimal pada saat pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak
guru. Indikator media sudah tercapai, tetapi kurang optimal variasi alat atau bahan
yang dapat didengar. Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan siswa sudah
tercapai.
Keterampilan megadakan variasi merupakan bentuk keterampilan dalam
konteks interaksi pembelajaran. Keterampilan mengadakan variasi menuntut calon
guru agar lebih tanggap dan lebih melakukan respon yang cepat ketika terjadi
perubahan intensitas meliputi gaya gaya mengajar, pola dalam penggunaan media
belajar, pola intekaksi peserta didik, dan pemberian stimulisasi. Oleh karena itu,
keterampilan mengadan variasi perlu dimiliki oleh calon guru sebagai bentuk
senjata untuk melaksanakan pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan
sehingga dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar peserta didik (Putra, dkk
2017).
6. Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan seorang pendidik
untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. kategori
sangat baik dengan skala rentang nilai 81 – 100 baik dengan rentang nilai 61 – 80
cukup dengan rentang nilai 41 – 60 kurang dengan rentang nilai 21 – 40 dan
sangat kurang dengan rentang nilai 0 – 20, keterampilan mengelola kelas
persentasenya adalah 47,59 termasuk kedalam kategori cukup.
Menurut (Agus 2006), pengelolaan kelas merupakan segala sesuatu yang
dilakukan guru agar anak-anak berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran,
bagaimanapun cara dan bentuknya. Itu artinya calon guru berupaya menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses pembelajaran berlansung.
7. Keterampilan Membimbing Diskusi
Diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yan informal dengan berbagai
pengalaman atau informasi, pengambilan, atau pemecahan masalah. Keterampilan
membimbing diskusi dengan kategori sangat baik dengan skala rentang nilai 81 –
100 baik dengan rentang nilai 61 – 80 cukup dengan rentang nilai 41 – 60 kurang
dengan rentang nilai 21 – 40 dan sangat kurang dengan rentang nilai 0 – 20,
keterampilan membimbing diskusi persentasenya adalah 6,62% termasuk kedalam
kategori sangat kurang.
Dalam keterampilan ini mahasiswa dituntut harus terampil memotivasi
seluruh siswa agar memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi (tidak terlalu
didominasi pembicaraan, dan tidak terlalu pasif). Keterampilan membimbing
diskusi menuntut mahasiswa calon guru untuk membimbing/mengarahkan diskusi
agar tetap agar tetap menuju masalah yang dibahas, serta terampil mendengargan
dan merumuskan hasil-hasil diskusi kelompok masing-masing (Mulyatun, 2014).
8. Keterampilan Menutup Pelajaran
Kegiatan menutup pelajaran merupakan pemberian gambaran secara
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa. Keterampilan menutup
pelajaran dengan kategori sangat baik dengan skala rentang nilai 81 – 100 baik
dengan rentang nilai 61 – 80 cukup dengan rentang nilai 41 – 60 kurang dengan
rentang nilai 21 – 40 dan sangat kurang dengan rentang nilai 0 – 20, persentase
keterampilan menutup pelajaran adalah 21,38 termasuk kedalam kategori kurang.
Untuk meningkatkan keterampilan menutup pelajaran pertama yang harus
dilakukan oleh calon guru yaitu memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa,
dan guru memberikan kesimpulan serta tambahan jawaban dari siawa mengenai
materi yang dipelajari. Hal ini telah menunjukkan bahwa guru telah memberikan
kesimpulan pada saat menutup pelakaran. Kegiatan selanjutnya, yaitu guru
bertanya kepada siswa mengenai materi yang telah dipelajarinya, dan juga
memberikan pekerjaan rumah pada siswa dan juga memberikan nasihat kepada
siswa. Hal ini telah menunjukkan bahwa guru telah mengevaluasi siswa di akhir
pelajaran. Kegiatan terakhir yang tertulis pada saat menutup pelajaran yaitu
berdo’a dan memberikan salam pada akhir pembelajran (Sani, 2009).
Dampak keterampilan dasar mengajar ini terhadap keberhasilan mahasiwa
saat bertugas juga perlu dicermati dari yang sebelumnya tidak pernah mengajar
dan kemudian dituntut untuk bagaimana cara untuk berinteraksi dengan siswa dan
mempelajari langakah-langkah cara mengajar dengan baik dan mempersiapkan
bahan ajar apa saja yang diperlukan saat memulai pembelajaran. Seperti RPP,
media/alat yang bisa menunjang siswa untuk bisa lebih giat belajar/memotivasi
siswa dalam belajar. Dalam kaitanya dengan kegiatan belajar aspek keterampilan
menjelaskan termasuk kategori sangat baik, mahasiwa dalam keterampilan
menjelaskan tidak mengalami kesulitan menjelaskan itu artinya siswa memiliki
peluang untuk menerima pelajaran dengan baik oleh mahasiswa PPl daring Uin
Shuthan Thaha Saifuddin Jambi. Keterampilan menutup pelajaran dan
membimbing diskusi teramsuk kategori sangat kurang, karena kegiatan
pelaksanaan PPL dilakukan secara online jadi mahasiswa tidak mengajak siswa
untuk berdiskusi dan mendorong siswa untuk lebih aktip dalam kegiatan belajar.
Untuk itu perlu dilakukan lagi bagaimana cara melaksanakan kegiatan
keterampilan dasar mengajar agar menjadi terlaksana dengan baik.
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian kuntitatif deskriptif yang telah
dilakukan, dengan menganalisis keterampilan mengajar mahasiswa fisika dalam
melaksankan kegiatan PPL Daring, dapat disimpulkan sebagai berikut. (1)
Mahasiswa tadris fiska memiliki keterampilan dalam membuka pelajaran dengan
kategori baik, tetapi indikator menimbulkan motivasi dan memberi acuan/kaitan
belum dicapai secara optimal, (2) Mahasiswa tadris fisika memiliki keterampilan
menjelaskan dengan kategori sangat baik, akan tetapi masih ada indikator menarik
penggunaan metode dan penguasaan kompetesi belum dicapai secara optimal, (3)
Mahasiswa tadris fisika memiliki keterampilan bertanya termasuk katogori
kurang, karena indikator pemberian acuan/petunjuk, pemindahan giliran dan
penyebaran giliran belum maksimal, (4) Mahasiswa memiliki keterampilan
memberikan penguatan termasuk akan tetapi termasuk kategori kurang, karena
kurang optimal pada indikator variasi dalam penggunaan, (5) Mahasiswa fisika
memiliki keterampilan mengadakan variasi termasuk kategori baik, tetapi
indikator variasi dalam cara mengajar dan variasi alat/ bahan belum tercapai
secara optimal, (6) Mahasiswa memiliki keterampilan mengelola kelas dengan
kategori kurang optimal pada indikator dalam membagi perhatian, (7) Mahasiswa
memiliki keterampilan menutup pelajaran dengan kategori kurang, karena belum
tercapai secara optimal pada indikator mengevaluasi, (8) Mahasiswa memiliki
kemampuan membimbing diskusi dengan kategori sangat kurang, karena ada
kekurangan dalam setiap pencaian indikator yang belum atau bahkan tidak
digunakan.

76
77

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis tuliskan yaitu:
1. Kepada maahasiswa PPL tadris fisika UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi hendaklah lebih mendalami dan meningkatkan lagi keterampilan
mengajar terutama dalam keterampilan bertanya, dan keterampilan
memberikan penguatan, keterampilan menutup pelajaran serta
keterampilan membimbing diskusi. Terus belajar dan berlatih menguasai
keterampilan membuka pelajaran, keterampilan menjelaskan dan
keterampilan mengadakan variasi.
2. Kepada mahasiswa tadris fisika agar meningkatkan keterampilan
mengajar dalam melaksankan kegiatan PPL baik itu online maupun ofline
agar bisa tercapainya kemampuan dalam pelatihan dasar mengajar dengan
baik dan benar. Sehingga dapat memberikan informasi untuk penelian
yang dilakukan oleh mahasiswa lain nantinya.
3. Kepada mahasiswa UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang selanjutnya
tertarik untuk meneliti tentang bagaimana keterampilan dasar mengajar
mahasiswa hendaklah mendalami meningkatkan lagi keterampilan
mengajar terutama keterampilan bertanya, keterampilan memberikan
penguatan, keterampilan menutup pelajaran dan keterampilan
membimbing diskusi agar terpenuhi dengan baik dengan memerhatikan
apa-apa saja yang perlu untuk dilakukan dengan baik agar semua
keterampilan dalam pembelajaran tersebut menjadi lebih memuaskan.
Seperti pada penelitian ini yang termasuk kategori sangai baik yaitu
keterampilan menjelaskan karena, mahasiswa PPL sudah melaksanakan
kegiatan dalam menjelaskan dengan baik.
78

DAFTAR PUSTAKA

abor, A. (2017). Psikologi Pendidikan. Pt.Tiarawanca.

Agus, N. (2006). Mengelola Kelas Untuk Keberhasilan. 01.

Ahmad, J. J. N. H. Y. (2009). Pendekatan Pengajaran , Gaya Belajar Dan Jenis


Penilaian Dalam Mata Pelajaran Sains Sukan Di Sekolah Menengah (
Teaching Approach , Learning Style And Types Of Evaluation In Sport
Science Subject At Secondary Schools ). 34(2), 81–91.

Anas. (2017). Analisis Konsep Kompetensi Kepribadian Guru Pai. 2, 35–60.

Andriawati, E. (2013). Pengaruh Kmpetensi Pedagogik Guru Terhadap Hasil


Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Sma.

Aprida. (2017). Belajar Dan Pembelajaran. 03(2), 333–352.

Aquami. (2018). 13. Hubungan Kompetensi Guru Dan Peran Orang Tua
Terhadap Hasil Belajar Siswa Di Min Se-Kota Palembang, Jurnal Ilmiah
Pgmi, Vol. 4. No. 1.

Ashsiddiqi, M. H. (2012). Kompetensi Sosial Guru Dalam Pembelajaran Dan


Pengembangannya. Xvii(14), 61–67.

Basuki, H. T. (2017). Analisis Keterampilan Dasar Mengajae Guru Dalam


Pembelajaran.

Cut Fitriani, Murniati Ar, N. U. (2017). Kompetensi Profesional Guru Dalam


Pengelolaan Pembelajaran Di Mts Muhammadiyah Banda Aceh. Jurnal
Magister Administrasi Pendidikan, Vol. 5. No. 2.

Dewi Immaniar Desrianti, Untung Rahardja, R. R. (2013). Ilearning Metode


Belajar Efektif Untuk Sekolah Tinggi. 7(40), 308–334.

Faridah. (2016). Analisis Bepikir Kreatif Peserta Didik Dalam Penulisan Karya
Ilmiah Pada Pembelajaran Biologi.
79

Feralys, N. M. (2015). 12. Kompetensi Guru Dalam Peningkatan Prestasi Belajar


Pada Smp Negeri Dalam Kota Banda Aceh. Jurnal Administrasi Pendidikan,
Vol. 3. No. 1.

Getteng, A. R. (2013). Menuju Dosen Profesional Dan Ber-Etika (Cet.Iii;


Yogyakarta: Graha Dosen, H. 11.

Hani, U. (2015). Teknik-Teknik Yang Dilakukan Guru Dalam Membuka Pelajaran


Di Kelas Iv Sd Negeri 57 Palembang.

Herliyanti, T. N., & Miranda, D. (2008). Keterampilan Mengajar Guru Dalam


Pembelajaran Di Ra Kebun Ilmu Kecamatan Sanggau Ledo.

Idiatmoko, N. A. A. S. A. (2015). Unnes Scince Education Jurnal. 4(3).

Ifrianti, S. (2018). Membangun Kompetensi Pedagogik Dan Keterampilan Dasar


Mengajar Bagi Mahasiswa Melalui Lesson Study. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Dasar, Vol. 5. No. 1.

Irawati, H. (2020). Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Calon


Guru Biologi Di Pendidikan Biologi Fkip Uad. 9(1), 34–41.
Https://Doi.Org/10.20961/Inkuiri.V9i1.41378

Juharti. (2019). Pengaruh Keterampilan Menjelaskan Terhadap Motivasi Belajar


Siswa Kompetensi Keahlian Adminitrasi Perkantoran Di Smk Negeri 4
Pangkep.

Latuconsina, N. (2013). Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran. Makassar:


Alauddin University Press.

Miswar. (2017). Jurnal Basicedu Teori Pembelajaran Cbsak Sebagai Sebuah


Teori Alternatif. 1, 32–41.

Mulyasa. (2015). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif


Dan Menyenangkan.

Mulyatun. (2014). Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Calon


80

Guru Kimia ( Studi Pada Praktik Pengalaman Lapangan Mahasiswa Tadris


Kimia ). 4, 79–90.

Muzakkir. (2012). Microteaching: Teori Dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran.


Makassar: Alauddin University Pers.

Putri Balqis, N. U. (2014). Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Meningkatkan


Motivasi Belajar Siswa Pada Smp N 3 Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol. 2. No. 1.

Razi, A. (2018). Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Calon Guru


Kimia Berbasis Model Core Teaching Standards Pada Mata Kuliah Ppl
Universitas Muhammadiyah Pontianak. 6(1).

Rhamayanti, Y. (2018). Pentingnya Keterampilan Dasar Mengajar Bagi


Mahasiswa Praktek Pengalaman Lapangan (Ppl) Prodi Pendidikan
Matematika. 3, 65–72.

Roro, M. (2018). Abstrak. Keterampilan Dasar Mengajar Disekolah Dasar, 199–


210.

Rukajat. (2018). Pendekatan Penelitian Kuantitatif.

Sadirman. (2011). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Press,


Jakarta.

Sagala, S. (2003). Konsep Dan Makna Pembelajaran (P. 17). Pt Alfabeta.

Sani, M. (2009). Kegiatan Menutup Pelajaran.

Sanjaya, W. (2006). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi, Kencana, Jakarta.

Silaban, B. (2014). Hubungan Antara Penguasaan Konsep Fisika Dan Kreativitas


Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Materi Pokok Listrik
Statis. 20(1), 65–75.
81

Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta.

Sohibun, Y. F. (2017). 14. Peranan Mata Kuliah Profesi Kependidikan Dan


Microteaching Terhadap Kompetensi Profesional Mahasiswa Ppl Fisika,
Tadris: Jurnal Keguruan Dan Ilmu Tarbiyah, Vol. 2. No. 1.

Sudarlan, R. (2016). Pengaruh Kompetensi Sosial Dan Kompetensi Kepribadian


Terhadap Kinerja Dosen Di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri
Samarinda. 12(1), 3329–3338.

Sugiono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dam R&D.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kuantitatif (P. 60). Cv. Alfabeta.

Suharini, E. (2009). Studi Tentang Kompetensi Pedagogik Dan Profesional Bagi


Guru Geografi Di Sma Negeri Kabupaten Pati. 6, 6.

Suherey, T. J. P. (2020). Sosialisai Penggunaan Aplikasi Zoom Meeting Dan


Gogle Classroom Pada Guru Di Sdn 17 Mata Air Padang Selatan. Sosialisasi
Penggunaan Aplikasi Zoom Meeting Dan Google Classroom Pada Guru Di
Sdn 17 Mata Air Padang Selatan, 3, 1–4.

Sukirman, D. (2009). Microteaching. 175.

Sunhaji. (2009). Strategi Pembelajaran : Konsep Dasar, Metode, Dan Aplikasi


Dalam Proses Belajar Mengajar, Grafindo Litera Media, Yogyakarta.

Syahril. (2018). Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Guru.

Uep, E. S. Dan. (2016). 16. Keterampilan Mengajar Guru Dan Motivasi Belajar
Siswa Sebagai Determinan Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan Dan
Manajemen Perkantoran, Vol. 1. No. 1.

Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tentang Guru Dan Dosen. (2005).

Usman, & Azer, M. (2009). Menjadi Guru Profesional, Pt. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
82

Widya, A. (2017). Keterampilan Dasar Mengajar Memberi Penguatan Pada


Siswa Sekolah Dasar. April.

Wijayani. (2017). Analisis Keterampilan Mengajar Mahasiswa Jurusan


Pendidikan Biologi Universitas Bornoe Tarakan Sebagai Calon Guru
Melalui Kegiatan Ppl. April, 149–159.
Https://Doi.Org/10.22219/Jpbi.V3i2.4311

Wijayani, N. A. (2014). Manajemen Kelas Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Wisnu, I. K., Wijaya, B., Suastra, I. W., Muderawan, I. W., Studi, P., & Ipa, P.
(2014). Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Keterampilan
Berpikir Kreatif Dan Keterampilan Proses Sains. 4(1).

Zainal, A. (2011). Micro Teaching: Disertai dengan Program Pengalaman


Lapangan, Rajawali, Jakarta.

Zainal, A. (2012). Microteaching disertai dengan Pedoman Pengalaman


Lapangan. Cet. IV; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
83

LAMPIRAN 1
Jadwal Penelitian

Gambar tabel penelitian

No Kegiatan Bulan
Februari April Desember Januari Februari
2020 2020 2020 2021 2021
1 2 3 4 1 2 3 1 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan x
judul
2 Pembuatan x X
proposal
3 Pengajuan x
Dosen
Pembimbing
4 Bimbingan x x x
Proposal
5 Seminar x
Proposal
6 Pengajuan x
Riset
7 Pelaksanaan x
riset
LAMPIRAN 2

INTRUMEN KETERAMPILAN MENGAJAR

No Aspek Yang Indikator Karakteristik Hasil


Dinilai Ya Tidak

1 Keterampilan a. Menarik Gaya mengajar.


membuka perhatian
Menggunakan media
pelajaran
pelajaran.
Pola interaksi yang
bervariasi.

b. Menimbulkan Menimbulkan rasa


motivasi ingi tahu
Memeperhatikan
minat siswa.
Mengemukakan
pertanyaan.
c. Meberi acuan Mengemukakan
tujuan pembelajaran.
Mengingatkan
masalah pokok yang
dibahas.
d. Memberikan Membuat kaitan atau
kaitan hubungan diantara
materi-materi yang
akan dipelajari
dengan pengalaman

78
79

dan pengetahuan
yang dikuasai siswa.
2 Keterampilan a. Kejelasan Menggunakan
menjelaskan bahasa yang baik dan
(melaksanakan benar.
kegiatan inti) Suara terdengar
keseluruh bagian
kelas.
b. Penguatan Memberikan contoh
contoh/ilustrasi yang sesuai dengan
pengertian yang
dijelaskan.
c. Pengorganisasian Menjelaskan butir-
butir yang penting.
d. balikan Menerima umpan
balik dari siswa.
3 Keterampilan a. pengungkapan Guru mengajukan
bertanya pertanyaan secara pertanyaan secara
jelas dan singkat jelas dan singkat
dengan
menggunakan kata-
kata yang dapat
dipahami siswa
sesuai tahap
perkembangannya.
80

b. memberikan Sebelum
acuan/petunjuk memberikan
pertanyaan guru
perlu memberikan
acuan berupa
pertanyaan berisi
informasi yang
relevan dengan
jawaban yang
diharapkan siswa.
c. pemindahan Setiap pertanyaan
giliran yang diajukan guru
perlu dijawab oleh
lebih dari satu siswa
karena jawaban
siswa belum benar
atau memadai. oleh
karena itu, guru perlu
memberikan
kesempatan giliran
secara merata.
d. penyebaran Guru perlu
menyebarkan giliran
menjawab
pertanyaan secara
acak. Guru berusaha
agar semua siswa
mendapatkan
kesempatan/giliran
merata.
81

4 Keterampilan a. penguatan secara Pemberian kata-kata


mengadakan verbal (kata-kata) seperti memuji
penguatan dengan kata kata,
bagus dan tepat.
b. penguatan secara Secara verbal dalam
verbal (kalimat) bentuk kalimat
biasanya dengan
kalimat jawabanmu
tepat, itu suatu
pertanyaan yang baik
sekali.
c. penguatan secara Gestural, misalnya
gestural menaikan jempol,
senyum ataupun
tepuk tangan.
d. penguatan secara Kontak, misalnya
kontak tepuk pundak, jabat
tangan, atau
mengangkat tangan
siswa.
5 Keterampilan a. variasi gaya Volume suara.
mengadakan mengajar
variasi Mimik dalam
menjelaskan materi
pembelajaran.
Menarik perhatian
siswa dengan
kesenyapan atau
kebisuan guru.
Jarak pandang
82

dengan siswa.
b. variasi model Variasi pendekatan
atau metode model-model
pembelajaran.
Variasi metode
pembelajaran dan
strategi
pembelajaran.
c. variasi dalam Bersifat audio,
penggunan media visual, motorik.

6 Keterampilan a. bersikap tangkap Memandang dengan


mengelola seksama.
kelas Gerak mendekati/
teguran.
b. membagi Memperhatikan
perhatian sikap dan tempat
dudu siswa.
Memulai pelajaran
setelah Nampak
siswa siap untuk
belajar.
c. petunjuk yang Kepada individu dan
jelas seluruh
kelas/individu.
7 Keterampilan a. meninjau kembali Merangkum inti
menutup pelajaran.
83

pelajaran b. inti pelajaran Merancang untuk


mengadakan review
pada pembelajaran.
c. mengevaluasi Demontrasi
keterampilan
Mengeksplorasi
pendapat siswa dan
memberikan soal-
soal tertulis.
d. penilain dan Pratikan mendorong
pratikan refleksi siswa
mengungkapkan dan
menyimpulkan apa
yang telah dipelajari.
Pratikan
melaksanakan tindak
lanjut dengan
memberi arahan,
kegiatan, tugas
sebagai bagian dari
remedi/pengayaan.
8 Keterampilan a. Memusatkan
membimbing perhatian anggota
diskusi kelompok.
b.Menjelaskan
masalah,
menganalisis
pendapat anggota
kelompok.
84

c. Meningkatkan
konstribusi
anggota
kelompok,
membagi
partisipasi
anggota kelomok.
d.Menutup diskusi

JUMLAH NILAI=

Keterangan:
1. Nilai Pelaksanaan Pembelajaran = Jumlah jawaban “ya” X 100
43
2. Predikat

Persentase Kategori
80-100 Sangat Baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat Kurang


85

Lampiran 3
Penilaian Keterampilan Mengajar

No Nama Nilai Nilai Nilai Rata-Rata kategori


Mahasiswa I II III
1 An W 20 28 35 84/3 =28 Kurang

2 ADL 25 33 40 98/3 = 32,66 Kurang

3 Je s 61 68 70 199/3 = 66,33 Baik

4 IPS 28 32 42 103/3 = 34,33 Kurang

5 Hafz 23 35 42 100/3 = 33,33 Kurang

6 Nay S 38 42 47 127/3 = 44,33 Cukup

7 Nur L 35 42 47 124/3 = 41,33 Cukup

8 Nov A 25 25 33 83/3 = 27,66 Kurang

9 Ni P 30 31 42 100/3 = 34,33 Kurang

10 De K 40 42 49 131/3 = 43,66 Cukup

11 Mel E 30 33 40 103/3 = 34,33 Kurang

12 PWN 48 49 49 146/3 = 48,66 Cukup

13 Ryy 45 47 56 148/3 = 44,33 Cukup

14 Rio D 38 40 47 125/3 = 41,66 Cukup

15 Shi L 35 40 49 124/3 = 41,33 Cukup

16 Tia S 35 40 52 127/3 = 42,33 Cukup

17 Ti H 67 66 73 206/3 = 68,66 Baik

18 Ely 35 40 47 122/3 = 40,66 Krang

19 Wah 70 70 75 215/3 = 71,66 Baik

21 Za P 40 40 47 127/3 = 42,33 Cukup


86

21 Me B 40 42 47 129/3 = 43 Cukup

22 Yolda 47 50 58 153/3 = 51 Cukup

23 Roby 47 48 52 147/3 =49 Cukup

24 Tr N 40 41 45 126/3 = 42 Cukup

25 At S 56 58 65 179/3 =59,66 Cukup

26 Hid T 45 47 60 152/3 = 50,66 Cukup

27 Wah (i) 50 52 54 156/3 = 52 Cukup

28 Wah 32 35 38 105/3 = 35 Kurang

29 Ar S 65 69 73 207/3 = 69 Baik
87

LAMPIRAN 4

DATA HASIL KETERAMPILAN MENGAJAR

Rata-
Nama KMP Kategori KM Kategori KB Kategori KMPeng Kategori KMV Kategori KMK Kategori KMPP Kategori KMD Kategori rata Kategori

AnW 55.55 Cukup 80 Baik 25 Kurang 25 Kurang 71.42 Baik 20 SK 0 SK 0 SK 34.62 Kurang
ADL 66.66 Baik 80 Baik 25 Kurang 25 Kurang 71.42 Baik 20 SK 0 SK 0 SK 36.01 Kurang
Je S 88.88 SB 100 SB 50 Cukup 75 Baik 100 SB 60 Cukup 20 SK 0 SK 61.74 Baik
IPS 55.55 Cukup 80 Baik 25 Kurang 25 Kurang 85.71 SB 40 Kurang 0 SK 0 SK 38.91 Kurang
Haf 66.66 Baik 80 Baik 25 Kurang 25 Kurang 57.14 Cukup 40 Kurang 40 Kurang 0 SK 41.73 Cukup
Nay S 77.77 Baik 80 Baik 25 Kurang 25 Kurang 85.71 SB 40 Kurang 20 SK 0 SK 44.19 Cukup
Nur L 77.77 Baik 80 Baik 25 Kurang 25 Kurang 85.71 SB 40 Kurang 20 SK 0 SK 44.19 Cukup
Nov A 44.44 Cukup 80 Baik 25 Kurang 25 Kurang 71.42 Baik 20 SK 0 SK 0 SK 33.23 Kurang
Ni P 66.66 Baik 80 Baik 25 Kurang 25 Kurang 71.42 Baik 20 SK 20 SK 0 SK 38.51 Kurang
DeK 44.44 Cukup 100 SB 25 Kurang 50 Cukup 71.42 Baik 60 Cukup 20 SK 0 SK 46.36 Cukup
Mel E 55.55 Cukup 80 Baik 25 Kurang 25 Kurang 51.14 Cukup 40 Kurang 0 SK 0 SK 34.59 Kurang
PWN 77.77 Baik 80 Baik 25 Kurang 25 Kurang 71.42 Baik 60 Cukup 40 Kurang 0 SK 47.40 Cukup
Ryy 88.88 SB 100 SB 50 Cukup 25 Kurang 85.71 SB 40 Kurang 20 SK 0 SK 51.20 Cukup
Rio D 77.77 Baik 80 Baik 25 Kurang 25 Kurang 71.42 Baik 60 Cukup 20 SK 0 SK 44.90 Cukup
Shi L 77.77 Baik 100 SB 25 Kurang 25 Kurang 85.71 SB 40 Kurang 0 SK 0 SK 44.19 Cukup
Ti S 77.77 Baik 80 Baik 25 Kurang 25 Kurang 71.42 Baik 60 Cukup 40 Kurang 0 SK 47.40 Cukup
Ti H 100 SB 100 SB 25 Kurang 25 Baik 85.71 SB 60 Cukup 80 Baik 0 SK 59.46 Cukup
Ely 55.55 Cukup 100 SB 25 Kurang 25 Kurang 71.42 Baik 60 Cukup 20 SK 0 SK 44.62 Cukup
Wah 88.88 SB 100 SB 74 Baik 100 SB 100 SB 60 Cukup 60 Cukup 0 SK 72.86 Baik
Za P 66.66 Baik 80 Baik 25 Kurang 25 Kurang 85.71 SB 60 Cukup 0 SK 0 SK 42.80 Cukup
88

Me B 66.66 Baik 80 Baik 25 Kurang 25 Kurang 71.42 Baik 20 SK 0 SK 0 SK 36.01 Kurang


Yolda 55.55 Cukup 100 SB 25 Kurang 50 Cukup 71.42 Baik 60 Cukup 20 SK 75 Baik 57.12 Cukup
Roby 55.55 Cukup 80 Baik 25 Kurang 50 Cukup 71.42 Baik 60 Cukup 40 Kurang 0 SK 47.75 Cukup
Tr N 55.55 Cukup 80 Baik 25 Kurang 25 Kurang 71.42 Baik 60 Cukup 20 SK 0 SK 42.12 Cukup
At S 66.66 Baik 100 SB 25 Kurang 25 Kurang 100 SB 60 Cukup 20 SK 100 SB 62.08 Baik
Hid T 88.88 SB 100 SB 25 Kurang 75 Baik 71.42 Baik 60 Cukup 20 SK 0 SK 55.04 Cukup
Wah (i) 44.44 Cukup 100 SB 75 Baik 50 Cukup 71.42 Baik 60 Cukup 20 SK 75 Baik 61.98 Baik
wah 55.55 Cukup 80 Baik 25 Kurang 25 Kurang 71.42 Baik 40 Kurang 0 SK 0 SK 37.12 Kurang
Ar S 88.88 SB 100 SB 100 SB 25 Kurang 100 SB 60 Cukup 60 Cukup 0 SK 66.74 Baik
Rata-
rata 68.58 88.28 32.72 34.48 77.62 47.59 21.38 8.62 47.41 Cukup

Keterangan:
(1). KMP (Keterampilan Membuka Pelajaran).
(2). KM (Keterampilan Menjelaskan).
(3). KB (keterampilan Bertanya).
(4). KMP (Keterampilan Memberikan Penguatan).
(5). KMV (Keterampilan Mengadakan Variasi).
(6). KMK (Keterampilan Mengelola Kelas).
(7). KMP (Keterampilan Menutup Pelajaran).
(8). KMD (Keterampilan Membimbing Diskusi).
Keseluruhan rata-rata keterampilan mengajar tiap aspek di ambil dari lembar pengamatan nilai yang didapatlan mahasiswa
saat melakukan PPL secara daring.
89

LAMPIRAN 5
90
91
92
93
94
95
96

DAFTAR

RIWAYAT HIDUP (CURICULUM VITAE)

Nama : Ratih

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/tgl lahir : Pulau Tengah, 09 Agustus 1997

Alamat : Pulau tengah, Kec. Jangkat, Kab. Merangin,

Provinsi Jambi

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat Email : ratihpermasari97@gmail.com

No Kontak : 085368626894

Pengalaman-pengalaman Pendidikan Formal

1. SD N 136 Merangin : 2010


2. SMP N 39 Merangin : 2013
3. SMK N 4 Kota Jambi : 2016
4. UIN STS Jambi : Sekarang

Pengalaman Organisasi

1. Hmj Fisika
2. PMII

Motto

Anda mungkin juga menyukai