Anda di halaman 1dari 203

UPAYA MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION


BERBANTUAN PETA KONSEP
PADA MATA PELAJARAN
FISIKA

SKRIPSI

DEWI NOVITA SARI


NIM. TF161150

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
UPAYA PENINGKATAN LITERASI SAINS SISWA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
BERBANTUAN PETA KONSEP PADA
MATA PELAJARAN FISIKA

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk memperoleh gelar
Strata 1 (S1) Sarjana Pendidikan

DEWI NOVITA SARI


NIM : TF161150

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020

i
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
Jl.lintas Jambi-Muaro Bulian KM. 16 Simpang Sungai Duren Kab. Muaro Jambi
36363
Telp/Fax : (0741) 583183 – 584118 website : www.iainjambi.ac.id
PERSETUJUAN SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Kode Kode Formulir Berlaku tgl No. Tgl. Halaman


Dokumen Revisi Revisi
- 1 Dari 2

Hal : NOTA DINAS


Lampiran :
Kepada
Yth Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di Jambi
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan
perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi
saudara :
Nama : Dewi Novita Sari
NIM : TF.161150
Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Literasi Sains Siswa melalui Model
Pembelajaran Group Investigation berbantuan Peta Konsep pada Mata
Pelajaran Fisika.
Sudah dapat di ajukan kembali kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan
Tadris Fisika UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Pedidikan Guru Fisika.

ii
Dengan ini kami berharap agar Skripsi atau tugas akhir saudara tersebut diatas agar
segera di munaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih

iii
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
Jl.lintas Jambi-Muaro Bulian KM. 16 Simpang Sungai Duren Kab. Muaro Jambi
36363
Telp/Fax : (0741) 583183 – 584118 website : www.iainjambi.ac.id
PERSETUJUAN SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Kode Kode Formulir Berlaku tgl No. Tgl. Halaman


Dokumen Revisi Revisi
- 1 Dari 2

Hal : NOTA DINAS


Lampiran :
Kepada
Yth Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di Jambi
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan
perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi
saudara :
Nama : Dewi Novita Sari
NIM : TF.161150
Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Literasi Sains Siswa melalui Model
Pembelajaran Group Investigation berbantuan Peta Konsep pada Mata
Pelajaran Fisika.
Sudah dapat di ajukan kembali kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan
Tadris Fisika UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Pedidikan Guru Fisika.

iv
Dengan ini kami berharap agar Skripsi atau tugas akhir saudara tersebut diatas agar
segera di munaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih

v
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN

Jalan Lintas Jambi-Muaro Bulian KM. 16 Simpang

Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36363 Telp/Fax : (0741)


583183 - 584118 website : www.iainjambi.ac.id

PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul ”Upaya Meningkatkan Literasi Sains Siswa Melalui


Model Pembelajaran Group Investigations Berbantuan Peta Konsep Pada Mata
Pelajaran Fisika” yang telah dimunaqasahkan oleh Sidang Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan(FTK) UIN STS Jambi pada:
Hari : Selasa Tanggal : 21 April 2020
Jam : 09.00 – 10.00 WIB
Tempat : Di rumah
(secara online) Nama
:DewiNovit
a Sari
NIM : TF.161150
Judul :Upaya Meningkatkan Literasi SainsSiswa Melalui Model
Pembelajaran
Group Investigations Berbantuan PetaKonsep Pada Mata Pelajaran Fisika.

vi
PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI

No Nama Tandatangan Tanggal


Boby Syefrinando, M.Si
1 (Ketua Sidang) 30 Mei 2020

Dr. H. Salahuddin, M.Si


2 (Sekretaris Sidang) 29 Mei 2020

Drs. Rizalman, M.Pd


3 (Pembimbing I) 21 Mei 2020

Dr. Sukarno, M.Pd.I


4 (Pembimbing II) 29 Mei 2020

Rahmi Putri Wirman, M.Si


5 (Penguji I) 19 Mei 2020

Nova Kafrita, M.Pd


6 (Penguji II) 15 Mei 2020

telah diperbaiki sebagai mana hasil sidang di atas dan telah diterima sebagai
bagian dari persyaratan Pengesahan Perbaikan Skripsi.

Mengetahui, Dekan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Dr. Hj. Fadlillah


NIP. 19670711 1992 03 2 004

vii
PERNYATAAN ORISINILITAS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip dari
hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,
kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebahagian skripsi bukan hasil
karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian tertentu,
saya bersedia menerima sangsi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku.

Jambi, 3 Februari 2020

Materai 6000

viii
Dewi Novita Sari
NIM TF.161150

ix
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk keluarga teruma kedua orang tua
tercinta. Ayah handa Abdul Wahab dan ibunda Nuriah yang selalu mendo’akan
dan telah memberikan semua kasih sayang, cinta, waktu, materi yang selalu
tercukupi dalam pendidikan kepada anak semata wayang nya ini. Teruntuk
Ayahanda semoga apa yang ku dapat hari ini bisa membayar sedikit dari
takhingganya keringat jerih payah mu dan untuk ibundaku semoga dengan
pencapaian ku ini bisa membalas sedikit dari ribuan Doa dan seluruh cinta
tulusmu, meskipun itu semua tidak bakal bisa ku bayar dalam bentuk apapun, dan
antara doamu Tuhan Kabulkan dengan terselesainya perkuliahanku, terimakasih
tak hingga ku ucapkan semoga selalu dalam lindunganNya dan keluarga kecil kita
bisa berkumpul diantara orang-orang beriman. Aamiin.
Skripsi ini juga ku persembahkan untuk kedua dosen pembimbingku yang
telah mencurahkan tenaga dan fikiran demi selesainya skripsi ku ini beliau adalah
bapak Drs.Rizalman, M.Pd selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr.Sukarno,
M.Pd.I terimakasih yang luar biasa ku ucapkan tidak lagi sebatas dosen
pembimbing namun sudah seperti orang tua ku sendiri, semoga selalu diberikan
keberkahan disetiap langkah didunia dan di Akhirat, Aamiin.
Serta aku persembahkan untuk orang yang tidak kalah pentingnya dalam
hidupku, M.akbar Yani S.H yang selalu ada disampingku menemaniku,
menyemangatiku, membantuku, dalam bentuk do’a dan materi. Serta Sahabat
(Afdila Miranda, Nurlaini, dan Nurhikmah) yang selalu memberikan semangat
untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sahabatku di bangku perkuliahan
terkhusus Fisika A dan Fisika B angkatan 2016, yang selalu mendukung disetiap
langkahku semoga kesuksesan dan keridhoan selalu mengikuti langkah kita
semua, dan semoga keikhlasan dan dukungan mereka menumbuhkan semangat
aku untuk terus maju.Semoga pengorbanan dan cinta kasih yang telah diberikan
membuahkan rahmat dan berkah dari Allah SWT. Aamiin.

ix
MOTTO

‫َو َم ْن َجا َهدَ فَإِنَّ َما يُ َجا ِهد ُ ِلنَ ْفسِه‬

Artinya, "Barang siapa yang bersungguh sungguh, sesungguhnya kesungguhan


tersebut untuk kebaikan dirinya sendiri" (Qs. Al-Ankabut: 6)

x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, TuhanYang Maha'Alim
yang kita tidak mengetahui kecuali apa yang diajarkannya, atas iradahnya hingga
skripsi ini dapat dirampungkan. Salawat dan salam atas Nabi SAW pembawa bagi
manusia.
Penelitian ini risalah pencerahan dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
syarat akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada fakultas
Tarbiyah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa penyelesaian skripsi ini tidak banyak melibatkan pihak yang telah
memberikan motivasi baik moril maupun materil, untuk itu melalui kolom ini
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Kedua Orang Tua Ayahanda dan Ibundaku tercinta yang tak hentinya memberi
support hingga penulis sampai ke titik sekarang ini.
2. Bapak Prof. Dr. H Su’aidi asy’ari MA,Ph.D selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
3. Ibu DR. Hj Fadlillah selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Boby Syefrinando selaku Ketua Prodi sekaligus Pembimbing Akademik
dan Bapak Ir.Shalahuddin Selaku Sekprodi
5. Bapak Drs.Rizalman, MP.d selaku dosen Pembimbing I dan Bapak
Dr.Sukarno, M.Pd.I sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan watu dan
mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan Penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Bapak H.Ambok Pera Afrizal, MA selaku kepala sekolah MAN 2 Kota Jambi
yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam memperoleh data
dilapangan.
7. Sahabat-sabahat mahasiswa Fisika angkatan 2016 lokal A dan B Serta kakak
tingkat dan adik-adik sekalian.

xi
Akhirnya semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan amal
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu.

Jambi, 3 Februari 2020

Dewi Novita Sari


NIM TF.161150

xii
ABSTRAK

Nama : Dewi Novita Sari


Jurusan : Tadris Fisika
Judul : Upaya Meningkatkan Literasi Sans Siswa melalui model
pembelajaran Group Investigation Berbantuan Peta Konsep Pada
mata pelajaran fisika
Penelitian ini membahas tentang model pembelajaran Group Investigation pada
mata pelajaran Fisika untuk meningkatkan Literasi Sains Fisika di Sekolah
Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Jambi. Fokus penelitian ini yaitu pada aspek
Literasi Sains siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana peningkatan literasi sains siswa setelah kegitan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran berbantuan peta konsep di MAN 2 Kota
Jambi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan
selama2 siklus, tiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian berjumlah 24 siswa. Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan tes. Hasil penelitian ini
menunjukkan kualitas Literasi Sains siswa pada mata pelajaran Fisika melalui
model pembelajaran group investigation berbantuan peta konsep meningkat di
setiap siklus. persentase ketuntasan hasil literasi sains siswa dari prasiklus ke
siklus I meningkat sebanyak 47% kemudian dari siklus I ke siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 79,6%. dan untuk peningkatan N-Gain indikator literasi
sains prasiklus I ke siklus I pada aspek proses meningkat sebanyak 0,57 dengan
kategori sedang, kemudian untuk aspek konten meningkat sebanyak 1,45 dengan
kaegori tinggi, dan pada aspek konteks meningkat sebanyak 0,22 yang masih
berada pada kategori rendah. Kemudian peningkatan N-Gain dari prasiklus ke
siklus II pada aspek proses meningkat sebanyak 0,67 berada pada kategori sedang
kemudian pada aspek konten meningkat sebanyak 1,37 yang berada pada kategori
tinggi dan pada aspek konteks meningkat sebanyak 0,5 yang berada pada kategori
sedang.

xiii
Kemudian berdasarkan Lembar observasi aktivitas siswa dan guru yang
menunjukkan aktivitas siswa dari 70% ke 86% dan aktivitas guru dari 69% ke
83%. Berdasarkan temuan penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan hasil
Literasi Sains siswa Kelas XI MIA I MAN 2 Kota Jambi meningkat dengan baik
setelah menggunakan model pembelajaran group investigation berbantuan peta
konsep.
Kata Kunci : Fisika, Literasi Sains, Group Investigation, Peta konsep

xiv
ABSTRAC
Name : Dewi Novita Sari
Study Program : Physics education
Title : Efforts to Improve Student Literacy through
learningmodels Investigating Assisted Group Concept
Maps in physics subjects
This study discusses the learning model of Group Investigation in Physics
subjects to improve Physics Science Literacy in Madrasah Aliyah Negeri 2 School
of Jambi City. The focus of this research is on aspects of students' Literacy. The
purpose of this study is to find out how to increase students' scientific literacy
after learning activities using a concept map assisted learning model in MAN 2,
Jambi City. This research is a type of classroom action research (CAR) carried out
for 2 cycles, each cycle consisting of 4 stages, namely: planning, implementing,
observing, and reflecting. Research subjects numbered 24 students. Data
collection techniques are done through observation and tests. The results of this
study indicate the quality of students' Literacy in Physics through group
investigation learning models aided by concept maps increases in each cycle. the
percentage of completeness of students' scientific literacy results from pre-cycle to
cycle I increased by 47% then from cycle I to cycle II increased by 79.6%. and for
the increase in N-Gain indicator of prasiklus I science literacy to cycle I in the
process aspect increased by 0.57 with the medium category, then for the aspect of
content increased by 1.45 with a high category, and in the context aspect increased
by 0.22 which is still in the low category. Then the increase in N-Gain from pre-
cycle to cycle II in the aspect of the process increased by 0.67 in the medium
category then in the aspect of the content increased by 1.37 in the high category
and in the context aspect increased by 0.5 in the medium category.
Keywords: Physics, Science Literacy, Group Investigations, Concept Maps

xv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


NOTA DINAS ..................................................................................................... ii
PENGESAHAN .................................................................................................. vi
PERNYATAAN ORISINILITAS ...................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................... ix
MOTTO............................................................................................................... x
KATA PENGANTAR ........................................................................................ xi
ABSTRAK ....................................................................................................... xiii
ABSTRAC ........................................................................................................ xv
DAFTAR ISI .................................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xx
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xxi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

B. Fokus Penelitian .............................................................................................. 1

C. Rumusan Masalah ........................................................................................... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 7

1. Tujuan penelitian ................................................................................. 7


2. Manfaat penelitian ............................................................................... 7
E. Batasan Masalah.............................................................................................. 8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat belajar dan Pembelajaran ................................................................... 9

xvi
B. Pembelajaran Fisika disekolah ....................................................................... 11

C. Hasil Belajar.................................................................................................. 13

1. Ranah kognitif ................................................................................... 15


2. Ranah Afektif .................................................................................... 16
3. Ranah Psikomotorik ........................................................................... 16
D. Literasi Sains ................................................................................................. 19

E. Model Pembelajaran ...................................................................................... 23

F. Model Pembelajaran Group Investigation(GI) ............................................... 24

1. Kelebihan Model Pembelajaran Group Investigation.......................... 25


2. Keuntungan Model Pembelajaran Group Investigation....................... 25
3. Kelemahan Model Pembelajaran Group Investigation ........................ 26
G. Peta Konsep. ................................................................................................. 27

H. Penelitian yang relevan .................................................................................. 28

I. Kerangka berfikir .......................................................................................... 31

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian .......................................................................................... 34

1. Tempat penelitian .............................................................................. 34


2. Subjek penelitian................................................................................ 34
B. Sasaran Penelitian ......................................................................................... 34

C. Rencana Tindakan ......................................................................................... 34

1. Tahapan penelitian ............................................................................. 34


2. Prosedur penelitian............................................................................. 36
3. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 37
a.Tes .................................................................................................... 37
b.Observasi .......................................................................................... 38
4. Instrumen Penelitian .......................................................................... 38

xvii
a. Instrumen Tes Literasi Sains ............................................................. 38
b. Lembar Observasi ............................................................................ 39
5. Teknik Analisis Data.......................................................................... 39
6. Indikator Keberhasilan Tindakan ....................................................... 41
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi penelitian .............................................................. 42

B. Data Umum Madrasah ................................................................................... 43

C. Visi dan Misi Madrasah ................................................................................. 43

1. Visi .................................................................................................... 43
2. Misi ................................................................................................... 43
Struktur Organisasi Madrasah ............................................................................ 44

D. Deskripsi Pelaksanaan ................................................................................... 44

1. Penelitian Prasiklus ............................................................................ 44


3. Penelitian Siklus I .............................................................................. 47
4. Penelitian Siklus II ............................................................................. 58
E. Interprestasi Hasil Analisis Data .................................................................... 69

1. Lembar observasi .................................................................................... 69


2. Hasil Tes ................................................................................................. 70
F. Pembahasan .................................................................................................. 72

BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan ................................................................................................... 80

B. Saran ............................................................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xviii
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Indikator Pengukuran Literasi Sains ................................................ 22

TABEL 3.1 Kriteria Nilai N-Gain ...................................................................... 40

TABEL 3.2 Kriteria Presentase N-Gain ............................................................. 41

TABEL 4.1 Data Pergantian Nama Madrasah .................................................... 42

TABEL 4.2 Identitas Marasah ............................................................................ 43

TABEL 4.4 Hasil Prasiklus ................................................................................ 48

TABEL 4.5 Hasil Prasiklus Literasi Sains .......................................................... 45

TABEL 4.6 Distribusi Frekuensi Pretes ............................................................. 46

TABEL 4.7 Jadwal Perencanaan Siklus I ........................................................... 48

TABEL 4.8 Hasil Tes Literasi Sains Siswa Siklus I............................................ 53

TABEL 4.9 Distribusi Frekuensi Siklus I ........................................................... 54

TABEL 4.10 Rata-Rata N-Gain Individu siswa siklus I. ..................................... 56

TABEL 4.11 Rata-rata indikator literasi sains dari pretest - siklus I ................... 57

TABEL 4.12 Jadwal Perencaan Siklus II. ........................................................... 59

TABEL 4.13 Hasil Tes Literasi Sains Siklus II .................................................. 64

TABEL 4.14 Distribusi Frekuensi Siklus II ........................................................ 65

TABEL 4.16 Rata-Rata N-Gain individu siswa siklus II .................................... 67

TABEL 4.17 Rata-rata indikator literasi sains dari pretest - siklus II ................. 69

TABEL 4.18 Rata-rata keseluruhan indikator literasi sains dari pretest –


siklus……………………………………………………………73

xix
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 Kerangka Berfikir....................................................................... 33

GAMBAR 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ........................................... 35

GAMBAR 4.1 Struktur organisasi Madrasah ..................................................... 44

GAMBAR 4.2 grafik Distribusi Frekuensi Pretes .............................................. 46

GAMBAR 4.2 grafik Distribusi Frekuensi Siklus I ............................................. 54

GAMBAR 4.2 grafik Distribusi Frekuensi Siklus II............................................ 66

GAMBAR 4.2 Grafik Aktivitas Siswa ............................................................... 71

GAMBAR 4.3 Grafik Aktivitas Guru ................................................................. 71

GAMBAR 4.4 Grafik Hasil Tes Literasi Sains Siswa ......................................... 72

xx
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 4.1 Beaground Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Jambi .................. 87

LAMPIRAN 4.2 Keadaan Gedung MAN 2 Kota Jambi ..................................... 90

LAMPIRAN 4.3 Hasil Prasiklus ........................................................................ 91

LAMPIRAN 4.4 Lembar Aktivitas Siswa Siklus I ............................................. 92

LAMPIRAN 4.5 Lembar Aktivitas Guru Siklus I ............................................... 93

LAMPIRAN 4.6 Hasil Tes Literasi Sains siswa Siklus I .................................... 95

LAMPIRAN 4.7 Lembar Aktivitas Siswa Siklus II ............................................ 96

LAMPIRAN 4.8 Lembar Aktivitas Guru Siklus II ............................................. 97

LAMPIRAN 4.9 Hasil Tes Literasi Sains siswa Siklus II ................................... 99

LAMPIRAN 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................ 100

LAMPIRAN 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II. .......................... 112

LAMPIRAN 7 Kisi-Kisi Soal Pretest............................................................... 119

LAMPIRAN 8 Soal Pretes ............................................................................... 125

LAMPIRAN 9 Kunci jawaban Pretest ............................................................. 130

LAMPIRAN 10 Kisi-Kisi Instrumen Tes Literasi Sains Siklus I ...................... 133

LAMPIRAN 11 Soal Tes Literasi Sains Siklus 1.............................................. 146

LAMPIRAN 12 Kisi-Kisi Instrumen Tes Literasi Sains Siklus II ..................... 151

LAMPIRAN 13 Soal Tes Literasi Sains Siklus II ............................................. 158

LAMPIRAN 14 Surat Izin Penelitian ............................................................... 161

LAMPIRAN 15 Surat pernyataan Telah Melakukan Penelitian ........................ 162

LAMPIRAN 16 Dokumentasi Penelitian.......................................................... 163

LAMPIRAN 17 Hasil Validasi Instrumen ........................................................ 171

xxi
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini negara Indonesia sedang berada di era globalisasi yang
berkembang begitu pesat, seiring dengan perkembangan tersebut maka semakin
besar pula tuntutan kedepannya terutama pada Dunia Pendidikan. Indonesia
merupakan negara yang tingkat pendidikannya relative rendah dibandingkan
negara-negara lainnya terutama dibidang literasi sains. Berdasarkan hasil studi
literasi sains yang diadakan oleh PISA (Programme for International Student
Assessment 2015), tergambar bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam bersaing
di tingkat Internasional masih harus lebih ditingkatkan. Dalam beberapa periode
tahun terakhir ini Indonesia menempati peringkat bawah di antara negara-negara
peserta studi literasi lainnya, Indonesia pertama kali mengikuti PISA pada tahun
2000. Indonesia berada di urutan ke 38 dari 41 negara yang terlibat dengan rata-
rata 377. Pada hasil PISA mengenai literasi membaca, Indonesia mendapat
peringkat ke 39 membaca skor 371. Selanjutnya Pada tahun kedua di
selenggarakannya PISA yaitu 2003 yang diikuti oleh 40 negara, literasi membaca
Indonesia mendapat skor 382. Hal ini menunjukkan peningkatan literasi membaca
kala itu. Tahun-tahun selanjutnya di laksanakan pada tahun 2003, 2006, 2009,
2012, dan 2015. Jumlah negara yang turut serta pun semakin bertambah. Tahun
2015, negara yang mengikuti PISA ada 72 negara. Dari hasil tes, literasi membaca
Indonesia mengalami puncak pada tahun 2009 yaitu dengan skor 402,namun
tahun 2012 mengalami penurunan skor menjadi 396 dan tahun 2015 mengalami
kenaikan 1 skor menjadi 397.
Hasil tes PISA pada tahun 2015 Indonesia masih berada di 10 besar
peringkat terbawah yaitu peringkat 62 dari 72 negara dengan rata-rata skor 395.
Hal yang menarik adalah dari ketiga aspek literasi yaitu membaca, kemampuan
matematika, dan kemampuan sains meningkat dari tahun sebelumnya yaitu tahun
2012. Tingkat literasi Indonesia dinilai relatif rendah terlihat dari skor PISA yang
masih di bawah rata-rata negara OECD. Skor PISA Indonesia bahkan kalah dari
negara Vietnam. Kemudian laporan terakhir tes PISA tahun 2018 yang rilis pada
2

tanggal 3 Desember 2019 hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan


membaca Indonesia berada pada peringkat 6 dari bawah yakni peringkat 74
dengan skor rata-rata 371. Kemudian kemampuan Matematika Indonesia
menduduki peringkat ke 7 dari bawah atau 73 dengan skor rata-rata 379 dan
begitupun dengan kemampuan sains Indonesia yang mana berada pada peringkat
6 dari bawah atau peringkat 73 dari 80 negara dengan skor rata-rata 396 dari
standar skor yang telah ditetapkan yaitu 500 (OECD PISA: 2018)
Literasi sains adalah suatu pengetahuan mengenai sains yang menjadikan
pengetahuan ilmiah sebagai landasan berfikir dan mampu merumuskan tentang
hubungan antara fenomena alam dan manusia yang diakhiri dengan penarikan
kesimpulan. Brown dan Reveles (2005) berpendapat bahwa literasi sains adalah
sebagai pengetahuan dan pemahaman tentang konsep sains seseorang yang
dibutuhkan untuk suatu proses dalam mengambil keputusan dan berpartisipasi
dalam kepentingan umum. Oleh karena itu, literasi sains menjadi fokus tujuan
utama dalam pendidikan sains (American Association for the Advancement of
Science [AAAS], 1993; National Research Council [NRC], 1996; DeBoer, 2000).
Literasi sains ini penting karena dapat membantu sikap siswa dalam
menyikapi dan mengambil keputusan yang berkaitan dengan persoalan sains
dalam kehidupannya. Seperti yang dikatakan Brown dan Reveles (2005)
menyebutkan bahwa literasi sains itu penting karena dengan literasi sains siswa,
dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sains mereka untuk dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai individu dan warga negara.
Kemampuan sains yang sudah dimiliki peserta didik bisa untuk diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan kejadian-kejadian yang terjadi
dikehidupan sehari-hari karena bisa membuat siswa dapat menyikapi serta berfikir
secara logis mengenai persoalan sains yang terjadi di kehidupannya. Salah satu
bidang sains yang diajarkan disekolah yaitu fisika.
Fisika merupakan ilmu pengetahuan alam yang sangat banyak digunakan
sebagai dasar dari ilmu-ilmu lainnya, fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala
alam secara keseluruhan baik itu yang sifatnya makroskopik (berukuran besar)
maupun mikroskopik (berukuran kecil). Seperti yang dikatakan Young &
3

Freedman (2002) Dalam perkembangannya teori fisika sangat membutuhkan


kreativitas di setiap tahap perkembangannya. Maka dari itu, ilmu fisika
merupakan salah satu mata pelajaran utama di SMA/MA. Fisika merupakan salah
satu mata pelajaran utama, mata pelajaran Fisika merupakan yang banyak ditakuti
oleh siswa karena presepsi-presepsi negatif yang sudah memasuki fikiran mereka,
padahal fisika tidak selalu terpaku pada rumus-rumus seperti sebagian banyak
orang berfikir dan juga tidak selalu tentang teori yang mesti dihafal akan tetapi
fisika berisi banyak konsep yang harus dipahami secara mendalam. Didalam
kegiatan belajar mengajar mempunyai banyak solusi untuk mencapai tuuan
pembelajaran, salah satu solusi yang baik menurut peneliti dengan menggunakan
pendekatan koperatif tipe group investigation
Pendekatan Koperatif tipe group investigation adalah siswa benar-benar
dibimbing untuk memahami dan juga mengerti, dengan cara ketika diberikan
suatu topik permasalahan mereka tidak dianjurkan untuk menyelesaikan sendiri-
sendiri melainkan harus kerja sama satu sama lain mengenai masalah maupun
pertanyaan yang diberikan dan siswa benar-benar dituntut untuk aktif dalam
mencari informasi maupun memberikan informasi. Seperti pendapat Johnson
Dalam (Etin; 2005) yang mendefinisikan bahwa “belajar kooperatif adalah
pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa
bekerjasama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya
dalam kelompok tersebut”. Group investigation sangat tepat karena seorang guru
tidak boleh menganggap semua siswa dikelasnya sama, karena setiap siswa
memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbeda-beda, dengan adanya group
investigation akan memungkinkan siswa untuk berkalaborasi antar satu sama lain
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena Group Investigation
diklasifikasikan sebagai metode investigasi kelompok karena tugas-tugas yang
diberikan sangat beragam, mendorong siswa untuk mengumpulkan dan
mengevaluasi informasi dari beragam sumber, komunikasinya bersifat bilateral
(Huda: 2011). Model pembelajan group Investigation pada penelitian ini
diaplikasikan menggunakan peta konsep, didalam group investigation memiliki
4

langkah presentasi didalam presentasi tersebut siswa menyampaikan materi


menggunakan peta konsep untuk membantu efektivitas pembelajaran.
Peta konsep merupakan inti pokok dari penjabaran yang disatukan, guna
mempermudah siswa dalam mengingat dan membantu siswa agar mengerti akar
dari sesuatu yang dipelajari. Sejalan dengan yang dikatakan Trianto (2009), dalam
buku Mendesain Pembelajaran Inovativ Progresif, menyatakan bahwa peta konsep
adalah lusustrasigrafis konkret yang mengidentifikasi bagaimana sebuah konsep
tunggal dihubungkan dengan konsep-konsep lain pada katagori sama. Peta konsep
digunakan karena dianggap lebih efektif untuk memperkuat daya ingat sekaligus
cara untuk lebih memahami apa saja yang sudah dilalui secara runtut dan benar
(Corebima: 2007).
Merujuk pada uraian diatas dapat dipahami bahwa literasi sains, group
investigation serta peta konsep merupakan satu komponen bagi penunjang SDM
unggul, oleh karena itu banyak peneliti memfokuskan diri terhadap hal-hal
tersebut misalnya Hasil penelitian terdahulu tentang profil literasi sains siswa
SMP di kota Purwokerto yang menunjukkan bahwa literasi sains siswa dalam
aspek konten, konteks, maupun proses masih tergolong rendah (Nofiana: 2017).
Rendahnya literasi sains menyebabkan siswa menjadi kurang tanggap terhadap
perkembangan dan permasalahan yang ada di sekitar lingkungan terutama yang
berkaitan dengan fenomena alam, keunggulan lokal daerah, maupun permasalahan
yang ada di lingkungan sekitar, penelitian tentang penerapan pembelajaran
berbasis keunggulan lokal m endapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan literasi
sains pada aspek konten, konteks, maupun proses sains siswa (Nofiana 2017).
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan peningatan kualitas literasi sains
dengan menggunakan cara atau model pembelajaran yang berbeda dari yang
dilakukan peneliti sebelumnya. Yaitu menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation.
Penelitian mengenai Group investigation pernah dilakukan oleh Wijayanti
(2012) yang hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kualitas proses
pembelajaran baik siswa yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing maupun
Group Investigation tergolong baik. Model pembelajaran kooperatif tipe Group
5

Investigations yang berorientasi konstruktivis akan lebih menguntungkan bagi


siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi maupun motivasi berprestasi
rendah karena pada prinsipnya memberikan kebebasan kepada siswa untuk
membangun konsep atau pengetahuannya berdasarkan pengetahuan awal yang
telah didapatkan melalui pengalaman siswa akan lebih senang diberikan
kebebasan menghadapi tantangan dengan kompetesi bersama teman-temannya
melalui diskusi tentang konsep awal yang dimilikinya untuk memecahkan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan awal mereka dijadikan
dasar untuk mengembangkan pembelajaran, hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukaan oleh Ausubel dalam (Dahar: 1988).
Kemudian catatan dalam bentuk peta konsep juga sangat baik digunakan
seperti hasil penelitian Holbrook (2009) menyatakan pembelajaran sains selama
ini kurang relevan dan populer di mata para siswa.Hal ini disebabkan karena
kurikulum lebih banyak menempatkan materi subyek terlebih dahulu namun tidak
pada pengaplikasiannya. Dengan adanya catatan dalam bentuk peta konsep akan
mampu menambah kemampuan berfikir siswa serta menambah semangat siswa
untuk menghubungkan konsep-konsep awal yang dimiliki dengan temuan-temuan
yang mereka cari secara bersama.
Berdasarkan hasil observasi di beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA)
di kota Jambi yang dilakukan di bulan September menyimpulkan bahwa tingkat
Literasi Sains siswa masih relatif rendah. Hal ini berdasarkan nilai rata-rata yang
diperoleh oleh peneliti yaitu 31,9. Yang mana hasil ini apabila dilihat dari kategori
rendah, sedang dan tinggi, masih berada pada kategori rendah (Rizalman,
Sukarno, Sari: 2020). Observasi dilakukan Salah satunya adalah di Madrasah
Aliyah Negeri 2 Kota Jambi yang merupakan salah satu sekolah unggul yang
berada di sukarejo Kota Jambi, Berdasarkan observasi yang bersumber dari guru
mata pelajaran Fisika menyebutkan bahwa Literasi Sains di MAN 2 Kota Jambi
memang belum familiar dan proses pembelajaran belum mengarah kepada
indikator pencapaian literasi sains, untuk penerapan model pembelajaran pada
mata pelajaran fisika juga belum terealisasi dengan baik, dikarenakan terbatas jam
pembelajaran sehingga memang difokuskan kepada materi yang ingin
6

disampaikan oleh guru, sehingga apabila ingin menerapkan model pembelajaran


harus dipersiapkan dan direncanakan dengan matang sesuai dengan jam
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil observasi diatas salah satu upaya untuk meningkatkan
kualitas literasi sains siswa, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang
tepat, yang mana model pembelajaran yang akan diterapkan pada penelitian ini
adalah Model pembelajaran koperatif tipe group investigation yang akan dibantu
dengan peta konsep. Proses pembelajaran fisika di MAN 2 Kota Jambi belum
menerapkan model pembelajaran group investigation, padahal Group
investigation merupakan model pembelajaran yang sangat memungkinkan untuk
meningkatkan literasi sains siswa, model pembelajaran group investigation
merupakan kelompok kecil yang memungkin siswa aktif secara keseluruhan,
kemudian langkah group investigation mengarah kepada aspek literasi sians yaitu
perencanaan, pengelompokan, penyeledikan, pengorganisasian, presentasi dan
evaluasi. Oleh karena itu peneliti mengangkat judul upaya meningkatkan literasi
sains siswa melalui model pembelajaran group investigation berbantuan peta
konsep pada mata pelajaran fisika.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab bagaimana upaya meningkatkan
literasi sains siswa melalui model pembelajaran group investigation berbantuan
peta konsep.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini yaitu terhadap Literasi Sains terhadap aspek konteks,
konten dan proses.
C. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini tetap terarah dan sistematis maka peneliti merumuskan
masalah yang akan dikaji sebagai berikut yaitu bagaimana upaya meningkatan
literasi sains siswa melalui model pembelajaran group investigation berbantuan
peta konsep pada pembalajaran fisika ?
7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan penelitian
Untuk menjawab bagaimana upaya meningkatan literasi sains siswa
melalui model pembelajaran group investigation berbantuan peta konsep pada
pembalajaran fisika.
2. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai berikut :
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi sekolah untuk menghadapi
tuntutan perkembangan dimasa yang akan datang.
b. Memberikan sumbangan ilmiah dalam ilmu Pendidikan terhadap
SMA/MA dengan menggunakan metode catatan berbasis peta
konsep dan model pembelajaran group investigasion untuk
meningk at literasi sains siswa dalam pembelajaran fisika.
c. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan upaya peningkatan literasi
sains siswa serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.
2. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung
tentang cara meningkatkan kemampuan literasi sains siswa
menggunakan model pembelajaran group investigation berbantuan
peta konsep.
b. Bagi pendidik dan calon pendidik
Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran
tentang cara meningkatkan literasi sains khususnya melalui model
pembelajaran group investigation berbantuan peta konsep.
c. Bagi anak didik
8

Anak didik sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat


memperoleh pengalaman langsung dan menambah wawasan siswa
sesuai dengan tujuan dari penelitian.
d. Bagi sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program
pembelajaran serta menentukan metode dan media pembelajaran
yang tepat untuk meningkatkan literasi sains siswa.
E. Batasan Masalah
Agar pembahasan ini tidak meluas dan tidak lari dari tujuan utama maka
sangatlah penting dilakukan pembatasan masalah oleh karna itu peneliti
membatasi masalah ini hanya terfokus pada ada tidaknya peningkatan literasi
sains siswa pada aspek proses, konten dan konteks sains dengan menggunakan
model pembelajaran group investigation berbantuan peta konsep pada mata
pelajaran Fisika, materi gelombang bunyi Kelas XI MIA 1 di MAN 2 Kota
Jambi.
9

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap karena adanya
latihan dan pengalaman (Oemar Hamalik: 2010) sedangkan menurut Hamzah B.
Uno (2011) belajar ialah proses perubahan tingkah laku seseorang setelah
memperoleh informasi yang disengaja. Adapun pengertian belajar menurut
Daryanto & Muljo Rahardjo (2012) adalah suatu proses interaksi antara berbagai
unsur yang berkaitan. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta
belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, dan situasi belajar yang
memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.
Menurut Sardiman (2011) mendefinisikan belajar dalam dua bagian, yaitu
pengertian secara luas dan sempit. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan
sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya, dalam arti
sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan
yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Sedangkan menurut Gagne yang dikutip Eveline dan Hartini (2011),
mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan perilaku yang relative menetap
yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang
direncanakan. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan tersebut dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan,
kemampuan, daya reaksi, daya penerimaan, dan lain-lain (Sudjana: 2005).
Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
pasal 1 Dalam, yang dimaksud dengan pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Sedangkan pengertian pembelajaran menurut Martinis & Bansu (2012)
kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efisien terhadap komponen-
komponen yang berkaitan dengan pembelajaran, sehingga menghasilkan nilai
tambah terhadap adalah komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku.
10

Dari berapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran


merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru yang bertujuan agar peserta
didik belajar. Kegiatan atau upaya guru memegang peranan penting sebab gurulah
yang membuat perencanaan, persiapan bahan, sumber, alat, dan faktor pendukung
pembelajaran lainnya, serta memberikan sejumlah pelayanan dan perlakuan
kepada siswa.
Belajar dan pembelajaran bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan
yang mana yaitu mencerdaskan kehidupan Bangsa dan Negara dalam
Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang standar proses disebutkan bahwa
tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran,
menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-
alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran
(standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa. Upaya merumuskan tujuan
pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa.
Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan
pembelajaran, yaitu:
1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar
mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan
belajarnya secara lebih mandiri.
2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar.
3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran.
4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.
Seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran,
saat ini telah terjadi pergeseran dalam perumusan tujuan pembelajaran. Popham
dan Baker (2005) mengemukakan pada masa lampau guru diharuskan menuliskan
tujuan pembelajarannya dalam bentuk bahan yang akan dibahas dalam pelajaran,
dengan menguraikan topik-topik atau konsep-konsep yang akan dibahas selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada masa lalu ini
tampak lebih mengutamakan pada pentingnya penguasaan bahan bagi siswa dan
pada umumnya yang dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran yang
11

berpusat pada guru (teacher-centered). Namun seiring dengan pergeseran teori


dan cara pandang dalam pembelajaran, tujuan pembelajaran yang semula lebih
memusatkan pada penguasaan bahan, selanjutnya bergeser menjadi penguasaan
kemampuan siswa atau biasa dikenal dengan sebutan penguasaan kompetensi atau
performansi.
Dalam praktik pendidikan di Indonesia, pergeseran tujuan pembelajaran
ini terasa lebih mengemuka sejalan dengan munculnya gagasan penerapan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Selanjutnya, Popham dan Baker (2005)
menegaskan bahwa seorang guru profesional harus merumuskan tujuan
pembelajarannya dalam bentuk perilaku siswa yang dapat diukur yaitu
menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut sesudah mengikuti
pelajaran. Dalam sebuah perencanaan pembelajaran tertulis (Written plan/RPP),
untuk merumuskan tujuan pembelajaran tidak dapat dilakukan secara
sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa kaidah atau kriteria tertentu.
Popham dan Baker (2005) menyarankan dua kriteria yang harus dipenuhi dalam
memilih tujuan pembelajaran, yaitu:
1. Preferensi nilai guru yaitu cara pandang dan keyakinan guru mengenai apa
yang penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana cara
membelajarkannya.
2. Analisis taksonomi perilaku sebagaimana dikemukakan oleh Bloom di
atas, dengan menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan dapat
menentukan dan menitikberatkan bentuk dan jenis pembelajaran yang
akan dikembangkan, apakah seorang guru hendak menitikberatkan pada
pembelajaran kognitif, afektif ataukah psikomotor.
B. Pembelajaran Fisika disekolah
Fisika merupakan matapelajaran wajib yang ada di Sekolah Menengah
Atas jurusan IPA karena pembelajaran Fisika merupakan bagian dari pelajaran
ilmu pengetahuan alam, fisika sangat penting untuk Tujuan dasar setiap ilmu
adalah mencari pengetahuan yang bersifat umum dalam bentuk teori, hukum,
kaidah, asas yang dapat diandalkan. Dengan suatu analisa yang tepat dan dapat
12

dipercaya akan didapatkan suatu kesimpulan yang tergeneralisasi dalam wujud


hukum, teori, konsep, atau masalah baru yang perlu dipertanggung jawabkan.
Fisika sebagai ilmu merupakan landasan pengembangan teknologi,
sehingga teori-teori fisika membutuhkan tingkat kecermatan dan pemahaman
yang tinggi. Oleh karena itu fisika berkembang dari ilmu yang bersifat kualitatif
menjadi ilmu yang bersifat kuantitatif.Sifat kuantitatif ini dapat meningkatkan
daya prediksi dan kontrol fisika (Mundilarto: 2010). Fisika memiliki karakterisitik
bangun ilmu yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, hukum postulat, dan teori.
Sebagai ilmu dasar, fisika memenuhi metodologi keilmuan Tujuan pembelajaran
fisika yaitu untuk menguasai konsep-konsep fisika sendiri dan mampu
menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan
Yang Maha Esa.
Ilmu pengetahuan alam secara klasikal dibagi menjadi dua bagian, yaitu
(1) ilmu-ilmu fisik (physical sciences) yang objeknya zat, energi, dan transformasi
zat dan energi, (2) ilmu-ilmu biologi (biological sciences) yang objeknya adalah
makhluk hidup dan lingkungannya (Kemble: 1966). Pembelajaran fisika yang
harus dikuasi siswa yang utama ialah pemahaman konsep, prinsip dan juga
hukum-hukum yang ada, barulah kemudian siswa diharapkan untuk mampu
menjelaskan serta memahami dengan kata-kata sendiri yang mana maknanya
sama seperti apa yang disampaikan guru sesuai dengan kemampuan siswa itu
sendiri. Namun kebanyakan yang terjadi disekolah-sekolah pembelajaran fisika
yang aktif kebanyakan guru sedangkan siswa pasif sehingga siswa menjadi
ngantuk dan proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif, sudah saat
pembelajaran fisika disekolah diterapkan metode yang menjadikan siswa aktif
mencari informasi sehingga mampu menarik kesimpulan berdasarkan penelitian
yang sudah di amati. Selanjutnya belajar fisika yang harus dikembangkan adalah
kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri (Depdiknas: 2003).
13

Hamid dalam (Sulistyono; 1998) mengungkapkan secara garis besar


pembelajaran fisika merupakan proses belajar yang bersifat untuk menentukan
konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum alam, serta untuk dapat menimbulkan
reaksi, atau jawaban yang dapat dipahami dan diterima secara objektif, jujur dan
rasional. Pada hakikatnya mengajar fisika merupakan suatu usaha untuk memilih
strategi mendidik dan mengajar yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, dan upaya untuk menyediakan kondisi-kondisi dan situasi belajar
Fisika yang kondusif, agar murid secara fisik dan psikologis dapat melakukan
proses eksplorasi untuk menemukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum
alam serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, hasil belajar Fisika
merupakan kesadaran murid untuk memperoleh konsep dan jaringan konsep
Fisika melalui eksplorasi dan eksperimentasi, serta kesadaran murid untuk
menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupannya sehari-hari.
C. Hasil Belajar
Pengertian hasil belajar dari segi bahasa yaitu terdiri dari dua kata ‘hasil’
dan ‘belajar’. Dalam KBBI hasil memiliki beberapa arti: 1) Sesuatu yang
diadakan oleh usaha, 2) pendapatan; perolehan ; buah. Belajar adalah perubahan
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Secara umum
hasil belajar ialah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar (Abdurrahman: 1999). Anak-anak yang berhasil dalam belajar ialah
berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Adapun
yang dimaksud dengan belajar ialah “Perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara satu individu dengan individu lainnya dan antara
individu dengan lingkungan”(Muhammad: 2000). Lebih luas lagi Subrata (1995)
mendefenisikan belajar adalah membawa kepada perubahan, perubahan itu pada
pokoknya adalah didapatkanya kecakapan baru yang terjadi karena usaha dengan
sengaja.
Dari beberapa defenisi di atas terlihat para ahli menggunakan istilah
“perubahan” yang berarti setelah seseorang belajar akan mengalami perubahan.
Kemudian Mardianto (2012) memberikan kesimpulan Belajar adalah suatu usaha,
14

yang berarti perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, sistematis,


dengan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik maupun mental.
Belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri antara lain
perubahan tingkah laku diharapkan kearah positif dan kedepan, mengadakan
perubahan sikap, dari sikap negatif menjadi positif, dari sikap tidak hormat
menjadi hormat, perubahan kebiasaan dari kebiasaan buruk, menjadi kebiasaan
baik. Kebiasaan buruk yang dirubah tersebut untuk menjadi bekal hidup seseorang
agar ia dapat membedakan mana yang dianggap baik di tengah-tengah
masyarakat, mana yang harus dihindari dan mana pula yang harus dipelihara,
perubahan pengetahuan tentang berbagai bidang ilmu, misalnya tidak tahu
membaca menjadi tahu membaca, tidak dapat menulis jadi dapat menulis, tidak
dapat berhitung menjadi tahu berhitung dan lain sebagainya, perubahan dalam hal
keterampilan, misalnya keterampilan bidang olahraga, bidang kesenian, bidang
tekhnik dan sebagainya.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah
proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik
pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih
baik dari sebelumnya (Purwanto: 2002). Hasil belajar merupakan salah satu
indikator dari proses belajar. Hasil belajar adalah perubahan perilaku uyang
diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Salah satu indikator tercapai
atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang
dicapai oleh siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), dapat dipahami bahwa yang
dimaksud dengan hasil belajar merupakan suatu proses untuk melihat sejauh mana
siswa dapat menguasai pembelajaran setelah mengikuti kegiatan proses belajar
mengajar, atau keberhasilan yang dicapai seorang peserta didik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran yang ditandai dengan bentuk angka, huruf, atau simbol
tertentu yang disepakati oleh pihak penyelenggara pendidikan. Dari beberapa teori
di atas tentang pengertian hasil belajar, maka hasil belajar yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah hasil belajar (perubahan tingkah laku: kognitif, afektif dan
psikomotorik) setelah selesai melaksanakan proses pembelajaran.
15

Menurut Sudjana (2005) hakikat hasil belajar adalah perubahan tingkah


laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, hasil
belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari
dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil
belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada
faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan
belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional, menggunakan hasil belajar dari Bloom .
Purwanto (2008) yang secara garis besar membaginya dalam tiga ranah
yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam
kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kawasan kognisi meliputi
kegiatan sejak dari penerimaan stimulus, penyimpanan dan pengolahan dalam
otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika
diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Menurut Bloom secara hirarki
tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana
yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi.Enam
tingkatan itu adalah pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3),
analisis (C4), sintesis (C5)dan evaluasi (C6).
1. Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat
kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus- rumus dan lain
sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
2. Pemahaman (comprehension) yakni kemampuan seseorang untuk
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat melalui
penjelasan dari kata- katanya sendiri.
3. Penerapan (application) yaitu kesanggupan seseorang untuk menggunakan
ide- ide umum, tata cara atau metode- metode, prinsip- prinsip, rumus-
16

rumus, teori- teori, dan lain sebagainya dalam situasi yang baru dan
kongkret.
4. Analisis (analysis) yakni kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu
bahan atau keadaan menurut bagian- bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan diantara bagian- bagian tersebut.
5. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir memadukan bagian bagian
atau unsur- unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang baru dan
terstruktur.
6. Evaluasi (evaluation) yang merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam
ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penelitian disini adalah
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu
situasi, nilai atau ide, atas beberapa pilihan kemudian menentukan pilihan
nilai atau ide yang tepat sesuai kriteria yang ada.
2. Ranah Afektif
Menurut Kratwohl (Purwanto; 2008) membagi belajar afektif
menjadi lima tingkat, yaitu penerimaan (merespon rangsangan),
partisipasi, penilaian (menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan),
organisasi (menghubungkan nilai – nilai yang dipelajari), dan internalisasi
(menjadikan nilai – nilai sebagai pedoman hidup). Hasil belajar disusun
secara hirarkis mulai dari tingkat yang paling rendah hingga yang paling
tinggi. Jadi ranah afektif adalah yang berhubungan dengan nilai – nilai
yang kemudian dihubungkan dengan sikap dan perilaku.
3. Ranah Psikomotorik
Beberapa ahli mengklasifikasikan dan menyusun hirarki dari hasil
belajar psikomotorik. Hasil belajar disusun berdasarkan urutan mulai dari
yang paling rendah dan sederhana sampai yang paling tinggi hanya dapat
dicapai apabila siswa telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah.
Simpson (Purwanto: 2008) mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik
menjadi enam yaitu, persepsi (membedakan gejala), kesiapan
(menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan), gerakan terbimbing
(meniru model yang dicontohkan), gerakan terbiasa (melakukan gerakan
17

tanpa model hingga mencapai kebiasaan), gerakan kompleks (melakukan


serang serangkaian gerakan secara berurutan), dan kreativitas
(menciptakan gerakan dan kombinasi gerakan baru yang orisinil atau asli).
Ketiga ranah di atas menjadi obyek penilaian hasil belajar. Kemudian
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi
setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Manusia memiliki potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan
diubah perilakunya yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Berdasarkan uraian diatas hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku
individu yang mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hasil belajar juga merupakan suatu perubahan tingkah laku dari belum bisa
menjadi bisa dan dari yang belum tahu menjadi tahu.
Hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor Menurut Slameto (2010)
menerangkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
a. Faktor intern meliputi :
1. Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.
2. Faktor psikologis terdiri dari inteligensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kesiapan.
3. Faktor kelelahan baik kelelahan secara jasmani maupun kelelahan
secara rohani.
b. Faktor ekstern meliputi:
1. Faktor keluarga terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi
antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
2. Faktor sekolah terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
3. Faktor masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
18

Prinsip penilaian hasil belajar kurikulum 2013 berbeda dari kurikulum


sebelumnya ada beberapa hal penting sebagai berikut :
1. Sahih maksudnya penilaian didasarkan pada data yang memang
mencerminkan kemampuan yang ingin diukur
2. Objektif, adalah penilaian yang didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas dan tidak boleh dipengaruhi oleh subjektivitas penilai (guru);
3. Adil, suatu penilaian yang tidak menguntungkan atau merugikan siswa
hanya karena mereka (bisa jadi) berkebutuhan khusus serta memiliki
perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, penilaian dikatakan memenuhi prinsip ini apabila guru yang
merupakan salah satu komponen tidak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran;
5. Transparan, di mana kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
yang digunakan dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan;
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, mencakup segala aspek kompetensi
dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai. Dengan
demikian akan dapat memantau perkembangan kemampuan siswa;
7. Sistematis, Penilaian yang dilakukan oleh guru harus terencana dan
dilakukan secara bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku;
8. Akuntabel, penilaian yang proses dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya;
9. Edukatif, penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan pendidikan
siswa.
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria
(PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada
kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar
minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan
karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik
peserta didik.Standar penelian K13 lebih kepada prinsip kejujuran yang
19

mengedepankan Knowlage, skill dan attitude salah satunya adalah penilaian


otentik yang mana penilaian yang mencakup tiga hal tersebut.
D. Literasi Sains
Literasi adalah satu pengetahuan atau kemampuan yang luas untuk
memecahkan suatu permasalahan yang mendasar pada suatu hal yang bersifat
ilmiah atau real, literasi selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari karena literasi
ini sendiri sangat berguna dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat maka dari
itulah sangat penting adanya upaya meningkatkan literasi. seperti pendapat
National institude for literasi literasi adalah sebagai kemampuan individu untuk
membaca,menulis,berbicara, menghitung, memecahkan masalah pada tingkat
keahlian yang dibutuhkan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Kemudian
dalam Tes literasi yang dilakukan oleh PISA dalam rentang tiga tahun sekali ada
yang namanya literasi sains, literasi sains ini merujuk pada semua kemampuan
yang terkandung dalam literasi itu sendiri.
Literasi sains (Science Literacy) berasal dari gabungan dua kata Latin,
yaitu literatus yang berarti huruf, melek huruf, atau berpendidikan dan scientia
yang artinya memiliki pengetahuan. Paul de Hart Hurt dalam (Adisendjaja; 2007)
adalah orang pertama yang menggunakan istilah literasi sains, menurut Hurt
scienci literacy berarti tindakan memahami sains dan mengaplikasikannya bagi
kebutuhan masyarakat (Toharudin dkk: 2011).
Literasi ilmiah (scientific literacy) menurut NSES (1996) adalah
pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses yang
diperlukan untuk pengambilan keputusan pribadi, partisipasi dalam hal
kenegaraan dan budaya, dan produktivitas ekonomi. Literasi ilmiah berarti bahwa
seseorang dapat bertanya, menemukan, atau menentukan jawaban atas pertanyaan
yang berasal dari rasa ingin tahu tentang pengalaman sehari-hari.Ini berarti bahwa
seseorang memiliki kemampuan untuk menggambarkan, menjelaskan, dan
memprediksi fenomena alam dari argumen tersebut dengan tepat.
Literasi sains didefinisikan pula sebagai kapasitas untuk menggunakan
pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan
berdasarkan fakta dan data untuk memahami alam semesta dan membuat
20

keputusan dari perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia. literasi sains
menurut C.E de Boer (1991), orang yang pertama menggunakan istilah literasi
sains adalah Paul de Hurt dari Stanford University. Menurut
Hurt, science literacy berarti tindakan memahami sains dan mengaplikasikannya
bagi kebutuhan masyarakat.
Literasi sains yaitu sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan
ilmiah, kemampuan mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan, menarik kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti yang ada sehingga dapat memahami dan membantu
peserta didik untuk membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia
dengan alam PISA pada tahun 2003 (OECD, 2003). Selanjutnya pada 2006 PISA
menguatkankan penjelasan mengenai literasi sains dalam domain kompetensi
adalah kemampuan untuk mengidentifikasi isu ilmiah, menjelaskan fenomena
secara ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah itu dalam kehidupan sehari-hari.
Dan yang pada tahun 2015 PISA menyempurnakan defenisi dari litersi sains
bahwa literasi sains adalah kemampuan untuk menjelaskan fenomena ilmiah,
merancang dan mengevaluasi penelitian ilmiah, serta menginterpretasikan data
dan bukti ilmiah.
Literasi sains penting karena dengan literasi sains siswa, dapat
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sains mereka untuk dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai individu dan warga negara
(Brown dan Reveles: 2005). Selain itu Brown dan Reveles (2005) mendefinisikan
literasi sains sebagai pengetahuan dan pemahaman tentang konsep sains seseorang
yang dibutuhkan untuk suatu proses dalam mengambil keputusan dan
berpartisipasi dalam kepentingan umum. Oleh hal tersebut literasi sains menjadi
fokus tujuan utama dalam pendidikan sains (American Association for the
Advancement of Science [AAAS], 1993; National Research Council [NRC], 1996;
DeBoer, 2000).Dalam science for all Americans (1990) yang menyatakan bahwa
untuk proyek dua ribu enam puluh satu pembelajaran sains sebaiknya berfokus
pada pencapaian literasi sains. Dengan demikian literasi sains merupakan
kemampuan yang dianggap penting, karena dengan literasi sains dapat membantu
seseorang untuk mengambil keputusan.
21

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan


literasi sains harus dihubungkan dengan fenomena yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari yang nantinya fenomena tersebut akan dianalisis dan ditelaah melalui
kegiatan ilmiah yang berakhir dengan penarikan kesimpulan berdasarkan konsep
yang utuh, pembelajaran yang dilakukan harus memiliki aktivitas sains melalui
kegiatan ilmiah yang akan sekiranya mampu diteliti serta diselesaikan oleh siswa,
sehingga apabila kegiatan berlansung secara baik dan benar akan dapat melatih
literasi sains siswa dengan baik.
Hasil riset PISA juga mengungkapkan adanya variasi perolehan prestasi
literasi sains berdasarkan tiga aspek.
1. Aspek peranan sekolah terbukti berpengaruh terhadap capaian nilai sains
siswa, tercatat para siswa yang mendapat nilai tinggi untuk literasi sains
karena adanya peranan kepala sekolah, yaitu menunaikan
tanggungjawabnya atas tata kelola sekolah yang baik, murid-muridnya
tercatat mencapai nilai yang lebih tinggi dalam hal sains. Jika proporsi
kepala sekolah yang memonitor prestasi murid-murid dan melaporkannya
secara terbuka lebih tinggi, maka angka pencapaian PISA mereka terbukti
lebih tinggi. Disisi lain, proporsi kepala sekolah yang mengeluhkan
kekurangan materi pelajaran lebih tinggi dari negara-negara lain, yaitu
sebesar 33% di Indonesia, 17% di Thailand dan 6% di negara-negara
OECD lainnya.
2. Aspek prestasi sains antara siswa dari sekolah swasta dengan sekolah
negeri menunjukkan perbedaan capaian nilai yang signifikan. Sekitar 4
dari 10 siswa di Indonesia bersekolah di sekolah swasta, secara signifikan
jumlah ini lebih tinggi dari rata-rata negara OECD dan negara tetangga
seperti Thailand dan Vietnam. Murid-murid Indonesia di sekolah negeri
mencatat nilai 16 poin lebih tinggi di bidang kompetensi sains,
dibandingkan rekan-rekannya di sekolah swasta, dengan
mempertimbangkan latar belakang status sosial ekonomi mereka.
3. Aspek latar belakang sosial ekonomi, dari hasil PISA 2015 menunjukkan,
1 dari 4 responden sampel PISA Indonesia memiliki orangtua dengan
22

pendidikan hanya tamat SD atau tidak tamat SD. Jumlah ini merupakan
terbesar kedua dari seluruh negara peserta. Namun jika dibandingkan
dengan siswa-siswa di negara lain yang memiliki orang tua berlatar
belakang pendidikan sama, maka pencapaian sains murid-murid Indonesia
masih lebih baik dari 22 negara lainnya. Tercatat skor sains Indonesia
dalam PISA 2015 adalah 403, jika latar belakang sosial ekonomi negara-
negara peserta disamakan, maka pencapaian skor sains Indonesia berada di
angka 445 dan posisi Indonesia naik sebanyak 11 peringkat.
Hal yang terpenting dari survei benchmarking internasional seperti PISA
ini adalah bagaimana kita melakukan tindak lanjut berdasar diagnosa yang
dihasilkan dari survei tersebut. Peningkatan capaian yang terjadi harus terus
ditingkatkan dengan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Bila laju
peningkatan tahun 2012-2018 dapat dipertahankan, maka pada tahun 2030
capaian kita akan sama dengan capaian rerata negara-negara OECD. Perlu optimis
untuk terus bekerja keras. Adapun indikator pengukuran literasi sains adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.1 indikator pengukuran literasi sains
NO KOMPONEN INDIKATOR PENILAIAN
1. Siswa mampu mengidentifikasi kata-kata kunci
mengidentifikasi
1 untuk mencari imformasi ilmiah tentang topic
pertanyaan ilmiah
yang diberikan.
Menjelaskan 1. Mendeskripsikan .
2 fenomena secara 2. Manafsirkan.
ilmiah 3. Memprediksi.
1. Menilai informasi ilmiah
2. Menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah.
3. Memilih alternative kesimpulan yang terkait
Menggunakan bukti
3. bukti yang diberikan.
ilmiah
4. Memberikan alasan untuk setuju atau menolak
kesimpulan .
5. Membuat refleksi berdasarkan implikasi social
23

dari kesimpulan ilmiah.

E. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu gambaran yang harus direncanakan
oleh guru yang nantinya dijadikan pedoman ketika berlansungnya kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran, model pembelajaran sendiri
mencangkup pola interaksi siswa dengan guru melalui pendekatan strategi,
motode serta teknik pembelajaran yang diterapkan didalam kelas.Arends
(Suprijono: 2013) menyampaikan bahwa dalam suatu model pembelajaran
ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan guru, akan tetapi menyangkut
tahapan-tahapan, prinsip-prinsip reaksi guru dan siswa serta sistem penunjang
yang disyaratkan.
Menurut Joice& Weil (Isjoni: 2013) model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan tujuan pembelajaran,
tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan
pengelolaan kelas. Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang
sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum,
mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya.
Sedangkan Istarani (2011) model pembelajaran adalah seluruh rangkaian
penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah
pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang
digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar.
Menurut Amri (2013) Model pembelajaran kurikulum 2013 memiliki
empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri
tersebut yaitu:
1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai).
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
24

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu


dapat tercapai. Dalam pembelajaran yang efektif dan bermakna peserta
didik dilibatkan secara aktif, karena peserta didik adalah pusat dari
kegiatan pembelajaran serta pembentukan kompetensi dan karakter.
Sangat banyak model yang bisa digunakan dalam pembelajaran fisika
salah satunya yaitu model pembelajaran koperatif tipegroup invertigation
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Hertiavi (2009) Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada kerja sama dalam penggunaan kelompok
kecil dengan tujuanmemaksimalkan kondisi belajar sehingga mencapai tujuan
belajar. Menurut Istikomah (2006), hal-hal yang harus dipenuhi dalam
pembelajaran kooperatif adalah:
a. Siswa yang tergabung dalam kelompok harus merasa bahwa mereka
bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus
dicapai.
b. Siswa menyadari bahwa masalah yang dihadapi adalah masalah
kelompok, dan berhasil tidaknya kelompok menjadi tanggung jawab
bersama.
c. Siswa harus mendiskusikan masalahnya dengan seluruh anggota
kelompoknya untuk mencapai hasil maksimal
F. Model Pembelajaran Group Investigation(GI)
Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan salah
satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang menggunakan kelompok-
kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4 sampai dengan 5 peserta
didik, masing-masing anggota kelompok heterogen menurut tingkat prestasi, jenis
kelamin, dan suku, peserta didik memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan
penyelidikan atas topik yang dipilih, yang selanjutnya mereka menyiapkan dan
mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas dan diakhiri dengan melakukan
evaluasi dan umpan balik. Peserta didik pada model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation dituntut untuk lebih aktif dalam mengembangkan sikap dan
pengetahuannya tentang fisika yang nantinya akan menambah ilmu literasi sains
25

siswa tersebut sesuai dengan kemampuan masing masing dalam mengkonstruksi


pengetahuannya sendiri. Komunikasi dan interaksi kooperatif di antara sesama
teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila dilakukan dalam kelompok
kecil sehingga sikap-sikap kooperatif bisa terus bertahan. Model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation akan lebih efektif jika guru memahami
komponen penting dalam pembelajaran kooperatif.
Menurut (Slavin: 2011). Dalam model pembelajaran Group Investigation
guru hanya bertindak sebagai narasumber dan fasilitator. Guru mengawasi
jalannya investigasi kelompok yang terjadi, untuk melihat apakah mereka dapat
mengelola tugasnya, dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam
interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas yang
berkaitan dengan pembelajaran media pembelajaran.
1. Kelebihan Model Pembelajaran Group Investigation
a) Mengupayakan adanya interaksi antar siswa dalam sebuah kelompok
dalam menginvestigasi suatu masalah.
b) Menekankan pada pencapaian tujuan bersama
c) Menciptakan interdependensi positif di kalangan anggota kelompok
d) Memperhitungkan kemampuan masing-masing anggota kelompok
secara adil
e) Tidak membatasi kreativitas siswa
2. Keuntungan Model Pembelajaran Group Investigation
Setiawan dalam (Habsari: 2010) menyebutkan bahwa keuntungan bagi
peserta didik menggunakan model pembelajaran Group Investigation adalah:
a) Keuntungan pribadi: dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas;
memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif; rasa percaya diri
lebih meningkat, dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu
masalah, mengembangkan antusiasme.
b) Keuntungan sosial: meningkatkan belajar bekerjasama, berkomunikasi
baik dengan teman sendiri atau dengan guru, belajar menghargai orang
lain, dan meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan.
26

c) Keuntungan akademis: peserta didik terlatih untuk bertanggungjawab


dengan jawaban yang diberikan, bekerja secara sistematis
mengembangkan dan melatih keterampilan fisika dalam berbagai bidang,
merencanakan dan mengkoordinasikan pekerjaannya, mengecek
kebenaran yang mereka buat, selalu berpikir tentang cara atau strategi
yang digunakan sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.
3. Kelemahan Model Pembelajaran Group Investigation
a) Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Group
Investigation membutukan waktu yang lama
b) Siswa yang belum terbiasa akan mengalami kesulitan
c) Langkah-langkah model pembelajaran Group Investigation.
Langkah-langkah kooperatif yang terdiri dari enam langkah atau fase
sesuai seperti yang telah dikemukakan oleh Shara, dkk (Dalam Trianto, 2009:80).
Fase 1 : Memilih topik
Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu masalah umum
yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya, siswa diorganisasikan
menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok -
kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya
heterogen secara akademis maupun etnis.
Fase2 : Perencanaan
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan
tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik pelajaran yang telah dipilih
pada fase pertama.
Fase3 : Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di
dalam fase kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam
aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa
kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar
sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
menawarkan bantuan bila diperlukan.
Fase 4 : Analisis dan sintesis
27

Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada


fase ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan
disajikan dengan cara menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan
kepada seluruh kelas.
Fase 5 : Presentasi
Hasil final beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil
penyelidikannya dengan cara presentasi kelas.
Fase 6 : Memberikan penghargaan
Kegiatan guru dalam fase 6 adalah mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Dapat disimpulkan bahwa, langkah-langkah model cooperative learning
tipe group investigatioan ada 6 tahap : (1) pengelompokan, (2) perencanaan, (3)
penyelidikan, (4) pengorganisasian, (5) presentasi dan (6) evaluasi. Model
pembelajaran group investigation pada penelitian ini akan diaplikasikan
berbantuan dengan peta konsep.
G. Peta Konsep.
Peta konsep merupakan suatu teknis grafis yang dapat membantu kita
untuk mengekplorasi seluruh kemampuan otak sesuai dengan apa yang kita
butuhkan untuk keperluan berfikir dan belajar. Metode peta konsep yang berupa
hasil visualisasi dari simbol atau gambar yang dapat digunakan sebagai suatu
catatan tertulis dan hasilnya akan mudah diingat dalam pikiran. Metode peta
konsep cocok diterapkan pada kelas eksperimen, karena Target dari metode ini
diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Dalam membuat peta konsep,
siswa diberikan kebebasan untuk menjelajahi ruang seluas-luasnya, namun siswa
dibatasi pada materi yang disampaikan (Sarmidi: 2012).
Peta konsep merupakan inovasi yang baik dikembangkan untuk membantu
anak lebih cepat dalam mengingat serta menghasilkan pembelajaran bermakna
dalam kelas. Pembelajaran menitik beratkan pada bagaimana proses belajar siswa
dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Dahar R (2011)
menyatakan bahwa peta konsep dikembangkan untuk menggali kedalam struktur
kognitif pelajaran dan untuk mengetahui baik bagi siswa maupun guru, melihat
28

apa yang diketahui siswa. Kemudian Sugiyanto (2013) menyatakan bahwa peta
konsep menggunakan pengingat visual sensorik dalam suatu pola dari ide-ide
yang berkaitan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan, peta ini
dapat membangkitkan ide-ide orsinil dan memicu ingatan dengan mudah jauh
lebih mudah daripada pencatatan tradisional. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa peta konsep merupakan suatu metode pembelajaran yang
meminta siswa untuk mengaitkan konsep-konsep yang saling berhubungan dalam
bentuk gambar atau diagram dan memiliki hubungan yang mengaitkan antara
konsep-konsep tersebut.
Ciri-ciri Peta Konsep Dahar dalam (Holil; 2008) mengemukakan ciri-ciri
peta konsep sebagai berikut:
a. Peta konsep ialah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan
proposisi-proposisi dari suatu bidang studi. Jadi dengan membuat peta
konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan
mempelajarinya lebih bermakna.
b. Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu
bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang
memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antar konsep-
konsep.
c. Cara menyatakan hubungan antar konsep-konsep tidak semua
mempunyai bobot yang sama. Ini berarti, bahwa ada beberapa konsep
yang lebih umum dari pada konsep-konsep yang lain, Bila dua atau
lebih konsep yang digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih
inklusif, terbentuklah hirarki pada peta konsep itu.
H. Penelitian yang relevan
Penelitian mengenai literasi sains sudah banyak dilakukan oleh beberapa
peneliti terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Ika maryani: 2010) yang
berjiudul Pembelajaran Kooperatif Gi (Group Investigation) Berbantuan Media
Laboratorium Virtual Dilengkapi Handout Untuk Meningkatkan Kualitas Proses
Dan Hasil BelajarTujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas
proses pembelajaran kimia dalam tingkat reaksi materi pelajaran dengan
29

menggunakan pembelajaran kooperatif Metode GI (Group Investigations) dibantu


oleh media laboratorium virtual diselesaikan dengan handout, kemudian untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia di laju reaksi
subjek dengan pembelajaran kooperatif menggunakan GI (Group Investigation)
metode yang dibantu oleh media laboratorium virtual yang dilengkapi oleh
selebaran. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan
dalam dua siklus. subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA
Muhammadiyah I Surakarta di Yogyakarta 2009/2010. Data diperoleh dengan
observasi, wawancara dengan guru, tes, kuesioner, dan dokumentasi.
Menggunakan teknik deskriptif kualitatif untuk menganalisis data. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif menggunakan GI
(Investigasi Kelompok) metode dibantu oleh media laboratorium virtual
diselesaikan oleh handout dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran kimia
pada materi laju reaksi yang dibuktikan dengan adanya peningkatan dari 37.50%
ke 62,50% dan aspek frekuensi siswa yang bertanya pada proses pembelajaran
pada siklus I adalah 23,75% kemudian menjadi 31,25% pada siklus II.
Penelitian yang dilakukan oleh Yusakhiril Lukman (2013) dengan judul
Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Blended Learning Terhadap
Literasi Sains Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Sma Negeri 5 Malang, model
yang digunakan adalah pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis blended learning
Pembelajaran ini terdiri dari pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Desain penelitian yang
digunakan adalah non randomized control group pretest posttest. Hasil penelitian
menunjukkan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis blended learning
Berpengaruh meningkatkan kemampuan literasi sains dan hasil belajar siswa kelas
XI SMA Negeri 5 Malang.
Penelitian yang dilakukan oleh Azimi 2017 dengan judul Pengembangan
media pembelajaran IPA berbasis Literasi Sains pada Siswa Sekolah Dasar
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran IPA berbasis
literasi sains untuk siswa sekolah dasar. Uji coba produk dilakukan menggunakan
pretes-postes one group design melalui dua tahap, yaitu uji skala terbatas dan
30

luas.Teknik analisis data dilakukan dengan deskriptif persentase, analisis respons,


dan uji N-gain. Hasil uji validasi terhadap kelayakan media pembelajaran IPA
berbasis literasi sains berada pada kategori “sangat layak” dengan skor 88,40%.
Pada uji skala terbatas, siswa memperoleh skor 89,12 ˃ 75,00 berdasarkan hasil
praktikum, skor 82,63 ˃ 65,00 berdasarkan nilai belajar, N-gain skor sebesar 0,67
˃ 0,30, kemampuan literasi sains 11,60 ˃ 11,00 poin masuk dalam kategori level
2, dan Aktif dalam proses pembelajaran dengan skor 2,93 ˃ 2,51. Pada uji skala
luas siswa memperoleh skor 93,04 ˃ 75,00 pada hasil praktikum, skor 86,37 ˃
65,00 pada nilai belajar, N-gain skor sebesar 0,69 ˃ 0,30, kemampuan literasi
sains 19,92 ˃ 11,00 poin masuk dalam kategori level 2, dan sangat aktif dalam
proses pembelajaran dengan skor 3,48 ˃ 2,51. Berdasarkan perhitungan tersebut,
penerapan media pembelajaran IPA berbasis literasi sains efektif dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran skala terbatas dan luas. Hasil uji kepraktisan
media pembelajaran IPA berbasis literasi sains berada pada kategori praktis
dengan respons positif 86,75% untuk uji skala terbatas dan 87,88% untuk uji skala
luas. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran
materi benda dan sifatnya dengan menggunakan media pembelajaran IPA berbasis
literasi sains di SD efektif dan praktis
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Dewi Cahyani (2018) yang
berjudul Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Melalui Pembelajaran Model
Group Investigation (GI) Pada Materi Ekosistem Siswa Kelas X di MAN 3
cirebon. Penelitian ini dilator belakangi oleh rendahnya literasi sains siswa MAN
3 Cirebon dengan rata-rata sebesar 57 dari KKM 70. Untuk meningkatkan literasi
sains siswa, peneliti menawarkan solusi alternatif berupa penerapan model
pembelajaran Group Investigation (GI). Berdasarkan hasil rekapitulasi observasi
aktivitas siswa pada penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI)
termasuk kriteria baik. Hasil rekapitulasi angket menunjukkan respons siswa
terhadap penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) adalah kuat
sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa memberi tanggapan positif terhadap
penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI).
31

Penelitian yang dilakukan oleh Mufida Nofiana 2018 yang berjudul Upaya
peningkatan literasi sains siswa melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi sains siswa dalam aspek konten,
konteks, maupun proses masih tergolong rendah. Rendahnya literasi sains
menyebabkan siswa menjadi kurang tanggap terhadap perkembangan dan
permasalahan yang ada di sekitar lingkungan terutama yang berkaitan dengan
fenomena alam, keunggulan lokal daerah, maupun permasalahan yang ada di
lingkungan sekitar. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sebuah strategi untuk
meningkatkan literasi sains siswa menggunakan model pembelajaran berbasis
keunggulan lokal. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan subyek
penelitian adalah siswa kelas 10 SMA Negeri 1 Sokaraja. Prosedur penelitian
dilakukan melalui empat tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan, pengolahan/
analisis data, dan pelaporan. Penelitian tentang penerapan pembelajaran berbasis
keunggulan lokal mendapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan literasi sains pada
aspek konten, konteks, maupun proses sains siswa. Sebelum diterapkan
pembelajaran berbasis keunggulan lokal, kemampuan literasi sains siswa pada
aspek konten dan konteks sains termasuk dalam kategori sangat rendah dengan
persentase aspek konten 12,78% dan aspek konteks 28,75%, sedangkan
penguasaan aspek proses sains adalah 68,2%. Setelah dilakukan pembelajaran
berbasis keunggulan lokal aspek konten sains meningkat menjadi 70,62% dan
termasuk dalam kategori baik, konteks sains meningkat menjadi 43,87% dan
termasuk dalam kategori rendah, serta aspek proses sains meningkat menjadi 77,
18% dan termasuk kategori baik. Meskipun peningkatan tersebut belum
signifikan, namun dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis
keunggulan lokal dapat meningkatkan kemampuan konten, konteks, dan proses
sains siswa.
I. Kerangka berfikir
Hasil observasi awal yang telah dilakukan dibeberapa Sekolah Menengah
Atas di Kota Jambi dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi siswa masih
berada dikategori rendah, hal ini disebabkan banyak hal salah satunya mereka
belum terbiasa dengan istilah Literasi Sains kemudian proses pembelajaran yang
32

telah berlansung tidak begitu menunjang peningkatan literasi sains siswa, seperti
kurangnya pembelajaran dalam bentuk kelompok, kurangnya praktikum
menggunakan laboratorium, sehingga siswa benar-benar terpaku pada apa yang
dijelaskan guru semata.
Salah satu upaya untuk meningkatkan Literasi Sains siswa yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran Group Investigation, model pembelajaran
Group Investigation merupakan model pembelajaran yang didalamnya terdapat
kelompok-kelompok kecil yang sangat memungkinkan untuk siswa lebih aktif
dalam pembelajaran, model pembelajaran Group Investigation ini memiliki 6
tahapan yaitu (1) pengelompokan, (2) perencanaan, (3) penyelidikan, (4)
pengorganisasian, (5) presentasi dan (6) evaluasi, yang tentunya ini sangat
menunjang keberhasilah Literasi Sains siswa, pada penelitian ini model
pembelajaran Group Investigtion penerapannya dibantu dengan Peta Konsep.
Peta konsep digunakan agar siswa lebih cepat dalam mengingat serta
menyimpulkan apa yang dipelajari berdasarkan konsep yang benar, karena
disekolah yang dilakukan observasi, peneliti menemukan beberapa faktor yang
menyebabkan guru tidak menerapkan model pembelajaran yang efektif salah
satunya yaitu keterbatasan waktu dalam pembelajaran, karena pembelajaran fisika
sendiri hanya mendapat 2 jam/pertemuan, dan ada juga 2 jam tersebut dipenggal
menjadi 1 jam/pertemuan dalam hari berbeda. Hal ini yang menjadikan peneliti
berfikir untuk menggunakan peta konsep agar pembelajaran berlansung cepat,
tepat dan lengkap.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam bentuk lembar observasi dan
tes yang telah mencakup aspek konten, konteks dan proses berdasarkan keteapan
yang telah ditetapkan oleh PISA soal-soal tes yang digunakan sudah melewati uji
kelayakan oleh para ahli sehingga bisa digunakan untuk mengukur tingkat literasi
sains siswa.
33

Berikut kerangka berfikir dalam penelitian ini :

Masalah :
1. Kemampuan Literasi Sains siswa di Indonesia masih di bawah standar
Internasional
2. Terbatasnya penerapan Model pembelajaran

Solusi :
Penerapan Model Pmbelajaran Group Investigation berbantuan peta konsep
pada mata pelajaran Fisika

Uji kelayakan Oleh validator

Pretest

Kegiatan Pembelajaran

Tahapan Pembelajaran : Indikator pencapaian Literasi Sains :


 Model Pembelajaran Group Investigation 1. Aspek Proses
 Peta Konsep 2. Aspek Konten
3. Aspek Konteks

Posttest

Analisis

Kesimpulan

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir


34

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di MAN 2 Kota Jambi kelas XI semester
genap.
2. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA MAN 2 Kota Jambi
Alasan pengambilan subjek penelitian sebanyak satu kelas karena jumlah
populusi siswa sedang (tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit) ,agar
penelitian ini fokus terhadap hasil yang dicapai siswa.
B. Sasaran Penelitian
Tingkat keberhasilan literasi sains dikatakan berhasil apabila siswa sudah
mencapai minimal rata-rata nilai KKM di MAN 2 Kota Jambi
C. Rencana Tindakan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), Menurut (Arikunto, 2015) PTK merupakan pendekatan
untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar dengan melakukan ke arah
perbaikan pendekatan, metode dan strategi pembelajaran sehingga dapat
memperbaiki proses dan hasil pendidikan pembelajaran.
1. Tahapan penelitian
Desain penelitian tindakan kelas pada penelitian ini mengacu rancangan
model Kemmis & Taggart, dimana masing-masing siklus pada penelitian ini
terdiri dari empat tahapan yaitu, (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat tahapan tersebut merupakan satu siklus
atau putaran, artinya sesudah tahap ke-4 kembali lagi ketahap pertama dan
seterusnya.
35

PERENCANAAN

REFLEKSI SIKLUS I PELAKSANAAN

PENGAMATAN

PERENCANAAN

REFLEKSI
SIKLUS II PELAKSANAAN

PENGAMATAN

?
Gambar 3.1 prosedur penelitian tindakan kelas
( sumber: suharsimi arikumto dkk 2009)

a. Perencanaan (planning)
Yaitu mengembangkan rencana tindakan secara kritis untuk
meningkatkan apa yang telah terjadi.
b. Tindakan (acting)
Yaitu tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang
merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana.
c. Pengamatan (Observation)
Yaitu kegiatan pengumpulan data yang berupa proses perubahan
dalam proses belajar mengajar.
d. Refleksi (Reflektion)
Yaitu mengingat dan merenungkan suatu tindakan seperti yang
telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses,
masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis.
36

2. Prosedur penelitian
A. Siklus 1
a. perencanaan
1. Membuat rencana pembelajaran.
2. Mempersiapkan alat-alat pendukung yang diperlukan dikelas
sesuai dengan rencana pembelajaran.
3. Membuat lembar kerja siswa.
4. Membuat lembar observasi siswa.
5. Mendesain alat evaluasi berupa soal tes dan kunci jawaban.
6. Pelaksanaan tindakan
b. Pelaksanaan tindakan
Langkah yang dilakukan setelah perencanaan selesai ialah
pelaksanaan tindakan, Dalam pelaksanaan ini pembelajaran dilaksanakan
sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat pada tahap perencanaan,
Secara umum tahap dari pelaksaan tindakan adalah sebagai berikut :
1. Memotivasi siswa untuk belajar
2. Melaksanakan kegiatan inti sesuai dengan rencana pembelajaran
(RPP)
3. Melakukan evaluasi
4. Menganalisis hasil evaluasi
5. Merefleksikan pelaksanaan tindakan untuk menentukan perbaikan
tindakan pembelajaran pada siklus berikutnya.
c. Obsevasi dan Evaluasi
Observasi adalah cara yang digunakan untuk mendapatkan sebuah
penilaian dengan melalui pengamatan secara lansung dan sistematis.
Observasi dilakukandengan menggunakan lembar observasi siswa dan
lembar observasi aktivitas guru, hasil dari obserbas tersebutlah yang
menjadi penentu apa saja yang harus dilakukan untuk seklus berikutnya.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
dilakukan tindakan, dan evaluasi dilakukan setelah proses kegiatan belajar
mengajar pada setiap akhir siklus dengan memberika tes akhir untuk
37

mengetahui apakah ada peningkatan sesuai dengan standar yang telah


ditetapkan.
d. Analisis dan refleksi
Refleksi adalah memikirkan sesuatu dari hasil observasi peneliti
dapat mengamati apakah usaha yang dilakukan dapat meningkatkan
kemampuan literasi sains siswa dengan menggunakan model pembelajaran
group investigation di bantu peta konsep dalam pembelajaran fisika. Data
tes dianalis dengan perhitungan data penilaian terhadap hasil observasi
mengenai aktivitas hasil belajar siswa dan data mengenai hasil belajar
siswa persiklus, apabila hasil belum sesuai yang diharapkan atau masalah
yang ada belum terselesaikan maka terus dilakukan perbaikan di siklus
berukutnya.Dan jika sudah mencapai hasil yang diharapkan pada siklus
berikutnya maka tidak perlu dilakukan siklus selanjutnya.
B. Siklus II
Sama seperti siklus pertama siklus kedua juga terdiri dari empat
tahap, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi, peneliti
melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus pertama. Apabila hasil
analisis dan refleksi belum tercapai atau masalah yang ada belum
terselesaikan maka dilakukan perbaikan pada siklus ke dua dengan tahapan
yang sama seperti siklus pertama. Dan apabila sudah tercapai tujuan yang
diharapkan maka tidak lagi dilakukan siklus berikutnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi beberapa cara
yaitu :
a. Tes
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, itelegensia, kemampuan,
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok menurut Webster’s
Collegiate dalam (Arikunto: 2012). Kemudian Sudijono (2013) Mengatakan
bahwa tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran
dan penilaian. Selanjutnya Riduan (2015) mengatakan bahwa tes adalah istrumen
38

pengumpulan data yang berisi serangkaian pertanyaan atau latihan yang


digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, serta
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Teknik ini
akan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data hasil tingkat literasi sains
siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Pada penelitian ini tes akan
diadakan setiap akhir siklus untuk mengetahui tingkat literasi sains siswa.
b. Observasi
Observasi adalah proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis,
logis, objektif, dan rasional, mengenai beberapa kegiatan yang bertujuan untuk
menguimpulkan data mengenai informasi dan untuk mengukur perilaku siswa
maupun guru didalam kelas (Arifin: 2012).
Observasi awal dilakukan pada penelitian ini sebelum dilaksanakan
penelitian yang mana bertujuan untuk mengetahui tingkat rata-rata literasi sains
siswa. Observasi awal ini dilakukan menggunakan tes yang diajukan kepada siswa
dan wawancara umum yang ditujukan kepada guru mata pelajaran fisika yang
nantinya akan menjadi tolak ukur disaat penelitian berlansung.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
tingkat keberhasilan penelitian baik itu fenomena alam maupun sosial yang telah
diamati. Adapun instrument penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Instrumen Tes Literasi Sains
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen
tes literasi sains. Soal tes dibuat mencakup aspek konten, konteks dan proses.
Tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan literasi sains siswa sesudah
menggunakan model pembelajaran Group Investigation di bantu peta konsep
di MAN 2 Kota Jambi. Adapun soal tes literasi yang digunakan berbentuk
essay dengan materi gelombang bunyi yang memenuhi indikator kemampuan
literasi sains.
Sebelum soal kemampuan literasi sains digunakan, maka terlebih
dahulu dilakukan validasi soal yang akan digunakan pada penelitian.
Validitas atau keshahihan menunjukkan sejauh mana alat ukur yang kita
39

gunakan mampu mengukur apa yang akan kita ukur. Uji validitas pada
instrument tes pada penelitian ini sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu
yaitu oleh (Indrawati: 2017) peneliti hanya menguji soal untuk pretest guna
mengetahui hasil sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran
Group Investigation. Uji validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah
validitas butir soal. Uji validitas butir soal berfungsi untuk memperoleh soal-
soal yang bermutu sebelum soal tersebut digunakan. Penilaian ini dilakukan
oleh para pakar (experts judgment) yang ahli pada bidangnya. Uji validasi ini
dilakukan dengan penelaahan dan pengkajian masalah oleh validator yakni
oleh dosen yang telah dipilih.
b. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai lembar pengamatan yang
digunakan untuk mengukur bagaimana proses berlansungnya pembelajaran
menggunakan model pembelajaran yang diterapkan, serta mengetahui
terlaksana atau tidaknya tujuan dari pembelajaran yang semestinya. Proses
observasi ini menggunakan instrument keterlaksaan pembelajaran yang akan
di isi oleh observer.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik analisis deskriptip
kuantitatif dengan pengolahan data tunggal yaitu dengan menentukan distribusi
frekuensi kemudian dilakukan perhitungan presentasi peningkatan pada setiap
siklus analisis data pada penelitian iniyang digunakan untuk mengamati penilaian
hasil tes yang diperoleh siswa pada masing-masing siklus digunakan rumus yang
dikemukakan Oleh Purwanto (2008) dengan menggunakan Persamaan berikut :
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

Nilai rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan persamaan yang


dikemumukakan oleh Sudjana(1992) sebagai berikut :
∑Na
x = N

Keterangan :
40

x = Nilai rata-rata
Na = jumlah nilai ulangan siswa
N = jumlah siswa keseluruhan
Untuk mengalisis data yang diperoleh dalam penelitian ini harus
memenuhi beberapa, komponen, indikator penilaian seperti: Siswa mampu
mengidentifikasi kata-kata kunci untuk mencari informasi ilmiah tentang topik
yang diberikan, mendeskripsikan, menafsirkan, memprediksi, menilai informasi
ilmiah dan mampu Menarik kesimpulan.
Uji N-Gain pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar
dan seberapa besarkah tingkat kepercayaan peserta didik sebelum dilakukannya
perlakuan dan sesudah dilakukannya perlakuan. Formulasi N-Gain skor yang
didefinisikan oleh Hakkedalam maltzer: 2002) yaitu:

𝑆𝑝𝑜𝑠−𝑆𝑝𝑟𝑒
N-Gain (g) =𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑆𝑝𝑟𝑒

Penentuan kriteria nilai n-gain yang dikemukakan oleh Hake (1999), yaitu :

Tabel 3.1 kriteria nilai N-Gain


NO Persentase (%) Tafsiran
1 < 0,3 Rendah
2 0,3 – 0,7 Sedang
3 > 0,7 Tinggi
(Sumber Hakke 1999)
Kemudian dijadikan dalam bentuk persentase sebagai berikut :
𝑆𝑝𝑜𝑠−𝑆𝑝𝑟𝑒
N-Gain (g) =𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑆𝑝𝑟𝑒 𝑥 100
41

Penentuan nilai N-gain dalam presentase sebagai berikut :


Tabel 3.2 kriteria persentase N-Gain
NO Persentase (%) Tafsiran
1 < 40 Tidak efetif
2 40 -55 Kurang efektif
3 56 – 75 Cukup Efektif
4 > 76 Efektif
(Sumber Hakke,1999)
Keterangan :
Spos : Skor Postest
SPre : Skor Prettest
SMaks : Skor Maksimal
Untuk mengihitung presentase tingkat keberhasilan literasi sains siswa
yaitu dengan bersama rumus persentase :
𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎2 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (𝑃) = 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑢𝑗𝑖𝑎𝑛

6. Indikator Keberhasilan Tindakan


Indikator keberhasilan tindakan pada penelitian ini yaitu adanya
peningkatan presentase pencapaian literasi sains siswa dari prasiklus ke siklus I
dari pra-suiklus ke siklus berikutnya sehingga mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) sekolah yaitu sebesar 75.
42

BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi penelitian
Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Jambi berada dikomplek perguruan JL.
Adityawarman Thehok berasal dari komplek PGAN Jambi yang luasnya mencapai
4,3 Ha. MAN 2 Kota jambi ini dahulunya dikenal dengan MAN Model Jambiyang
selanjutnya berubah jadi MAN 2 Kota Jambi berdasarkan P.Ma No 681 tahun
2016. Perubahan nama diresmikan pada tanggal 28 April 2018 oleh KaKanwil
Prov. Jambi Bapak H. Muhammad pada masa kepemimpinan H.Ambok Pera
Aprizal, MA.
Sebelum ditetapkan MAN 2 Kota Jambi ini mengalami beberapa
perubahan nama, lebih lengkapnya akan dijelaskan pada table berikut :
Tabel 4.1 data pergantian nama Madrasah
No Tahun Nama Madrasah
1 1960 – 1964 PGAN 4 JAMBI
2 1965 – 1978 PGAN 6 JAMBI
3 1978 – 1990 PGAN JAMBI
4 1990 – 1998 MAN JAMBI
5 1998 – 2018 MAN MODEL JAMBI
6 2018 – sekarang MAN 2 KOTA JAMBI
(Sumber website http://man2kotajambi.mdrsh.id/)
43

B. Data Umum Madrasah


Tabel 4.2 Identitas Madrasah
NO IDENTITAS MADRASAH
1 Nama Madrasah MAN 2 Kota Jambi
2 Alamat JL. Adityawarman Thehok
3 Kelurahan Thehok
4 Kecamatan Jambi Selatan
5 Kab/Kota Jambi
6 Provinsi Jambi
7 Telpon/HP 0741-41213
8 Status Sekolah Negeri
9 KBM Pagi dan Siang
10 Tahun Berdiri Sekolah 1960
11 Luas Tanah Bangunan 4,3 Ha
(Sumber website http://man2kotajambi.mdrsh.id/)
C. Visi dan Misi Madrasah
1. Visi
“Menjadi madrasah terdepan dalam mewujudkan generasi berakhlak mulia,
unggul, berbudaya, dan berwawasan lingkungan”.
2. Misi
a. Menyediakan sarana dan prasarana ibadah yang memadai.
b. Meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan – kegiatan keagamaan.
c. Meningkatkan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan adab islami.
d. Menumbuh kembangkan prilaku islami sehingga siswa dapat menjadi
teladan bagi teman dan masyarakatnya.
e. Menerapkan system penerimaan siswa baru yang selektif untuk
memperoleh siswa/I yang berpotensi.
f. Meningkatkan kualitas dan efektifitas Pelaksanaan Belajar Mengajar
(PBM) yang berbasis IT.
g. Meningkatkan pelaksanaan pengembangan diri sehingga siswa
berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya.
44

h. Meningkatkan layanan dan bimbingan, terkait dengan peningkatan


jumlah lulusan yang diterima pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
favorit.
i. Menciptakan lingkungan madrasah yang bersih, sehat, dan hijau sebagai
upaya dalam pelestarian dan pengelolaan lingkungan hidup.
j. Membiasakan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) dan disiplin
dalam semua kegiatan dilingkungan madrasah.
k. Melaksanakan keterampilan berbasis nilai – nilai kearifan lokal, seperti
seni budaya khas Jambi.
Struktur Organisasi Madrasah

Gambar 4.1 Struktur organisasi Madrasah


(Sumber website http://man2kotajambi.mdrsh.id/)
D. Deskripsi Pelaksanaan
1. Penelitian Prasiklus
Penelitian Prasiklus atau observasi awal dilakukan oleh peneliti dengan
tujuan melihat bagaimana keadaan nyata di lapangan. Observasi awal dilakukan
dengan cara berkomunikasi bersama guru bidang studi dan memberikan soal tes
45

umum yang berkaitan dengan literasi sains. Berikut data analisis hasil evaluasi
prasiklus di MAN 2 Kota Jambi

Tabel 4.4 Hasil Tes Prasiklus


KK Nilai
No NAMA Proses Konten Konteks Keterangan
M Postest
1 AP 75 50 0 2 3 Tidak Tuntas
2 AR 75 70 0 6 1 Tidak Tuntas
3 BMF 75 40 3 1 0 Tidak tuntas
4 DE 75 30 2 0 1 Tidak Tuntas
5 DCN 75 70 1 4 2 Tidak Tuntas
6 FAN 75 70 0 7 0 Tidak Tuntas
7 IU 75 50 3 1 1 Tidak tuntas
8 JJ 75 80 4 2 2 Tuntas
9 MM 75 60 1 4 1 Tidak Tuntas
10 MN 75 0 0 0 0 Tidak Tuntas
11 NRD 75 60 1 3 2 Tidak Tuntas
12 NW 75 60 2 0 4 Tidak Tuntas
13 NZ 75 70 1 2 4 Tidak Tuntas
14 NA 75 60 4 1 1 Tidak Tuntas
15 NC 75 50 3 2 0 Tidak Tuntas
16 OD 75 40 1 1 2 Tidak Tuntas
17 RF 75 0 0 0 0 Tidak Tuntas
18 RA 75 50 1 3 1 Tidak Tuntas
19 RAW 75 70 1 3 3 Tidak Tuntas
20 RS 75 60 4 0 2 Tidak Tuntas
21 RN 75 20 1 1 0 Tidak Tuntas
22 SA 75 70 2 4 1 Tidak Tuntas
23 VV 75 70 1 2 4 Tidak Tuntas
24 YA 75 30 1 1 1 Tidak Tuntas
Jumlah 1.244 37 50 36
Siswa Tuntas 1
Siswa Tidak Tuntas 23
Belum Mencapai KKM
Persentase Tuntas 4.17%
Presentase Tidak Tuntas 95.83%
RATA-RATA 51.8 3,7 5 3,6
46

2. Analisis data prasiklus


Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pretes
NO Nilai (xi) Frekuensi X
1 70-83 8 76,5
2 56-69 5 62,5
3 42-55 4 48,5
4 28-41 4 34,5
5 14-27 1 20,5
6 0-13 2 6,5
Jumlah 24 249

9 Frekuensi
8
7
6
5
4
3
Nilai tengah

2
1
0
6,5 20,5 34,5 48,5 62,5 76,5

Gambar 4.2 grafik Distribusi Frekuensi Pretes

Presentase nilai Pretes sebagai berikut :


𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎2 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (𝑃) = 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑢𝑗𝑖𝑎𝑛
1.244
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (𝑃) = 100%
24
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (𝑃) = 5.18%
47

3. Penelitian Siklus I
a. Perencanaan
Tahap Perencanaan yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan
meganalisis kurikulum untuk mengetahui standar kompetensi (SK) dan
kopetensi dasar (KD) pada mata pelajaran Fisika yang akan disampaikan
kepada siswa. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan RPP agar
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan apa yang diinginkan. Selain
membuat RPP Peneliti juga menyiapkan lembar observasi guru yang
berguna untuk memonitor bagaimana situasi dan kondisi ketika diterapkan
model pembelajaran yang ditetapkan.Selain RPP dan juga lembar
Observasi peneliti juga teah menyiapkan lembar tes yang berisi soal untuk
Post Test.
Tabel 4.7 Jadwal Perencanaan Siklus I
No Hari/tanggal Pertemuan Materi
Kamis
1 Pertemuan I Dasar Gelombang Bunyi
6 Februari 2020
Jum’at
2 Pertemuan II Efek Dopler dan Pipa Organa
7 Februari 2020

b. Pelaksanaan (Tindakan)
Pada siklus I tindakan yang dilakukan peneliti yaitu membahas
materi gelombang bunyi yang kegiatan belajar mengajarnya menggunakan
model pembelajaran Group investigation berbantuan prta konsep yang
dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Adapun prosedur pelaksanaannya
sebagai berikut :
1) Pendahuluan
a) Memberisalam
b) Mengecek kehadiransiswa.
c) Mempersilahkan siswa mengawali pembelajran dengandoa.
d) Guru memberi apersepsi dan motifasi tentang materi yang
berkaitan dengan karakteristik bunyi,cepat rambat bunyi,efek
48

doppler, dan telinga sebagai penerimabunyi.


e) Guru memberitahukan tujuan pembelajaran
Kemudian mulai masuk ke tahap penerapan model pembelajaran
yang terdiri dari 6 Fase sebagai berikut :
2) Fase 1 (Pengelompokan)
a) Guru membagi kelompok setiap kelompok terbagi menjadi 4-5
orang siswa dan guru membagikan pokok bahasan yang berbeda
b) Guru memberikan sub topik
3) Fase 2 (Planning)
Guru Dan siswa merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan
tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik pelajaran yang telah
dipilih pada fase pertama (Pengelompokan)
4) Fase 3 (Penyelidikan)
a) Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di
dalam fase kedua.
b) Guru mengarahkan siswa untuk mencari bahan ajar yang susuai
dengan materi kelompok yang diberikan.
c) Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
menawarkan bantuan bila diperlukan
5) Fase 4 (Pengorganisasian)
a) Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh
pada fase ketiga
b) Merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan
disajikan dengan cara menarik sebagai bahan untuk
dipresentasikan kepada seluruh kelas
6) Fase 5 (Presentasi)
Setiap kelompok maju mempersentasikan hasil makalah yang
mereka buat dengan bentuk peta konsep dan setiap siswa di dalam
kelompok diharuskan untuk aktif.
7) Fase 6 (Evaluasi)
Guru memberikan penghargaan atas semua yang dilakukan baik
49

upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok


8) Penutup
a) Peserta didik kembali ke tempat dudukmasing-masing
b) Guru dan peserta didik merangkum kegiatan pembelajaran yang
telah dipelajari.
c) Do’a
c. Pengamatan
1) Observasi aktivitas siswa
Observasi aktivitas siswa pada siklus I pada penelitian ini berdasar
kepada indikator penilaian literai sains maka dapat dilihat aktivitas siswa
pada komponen literasi pertama yaitu mengidentifikasi pertanyaan ilmiah
dengan indikator siswa mampu mengidentifikasi kata-kata kunci
untukmencari informasi ilmiah tentang topik yang diberikan mendapat
skor 10 dari skor maksimal 15, kemudian pada komponen yang kedua
yaitu menjelaskan fenomena secara ilmiah indikator pertama yaitu
mendeskripsikan mendapat skor 8 dari skor maksimal 10, selanjutnya pada
indikator yang kedua yaitu menafsirkan mendapat skor 8 dari skor
maksimal 10, selanjutnya pada indikator yang ke tiga yaitu memprediksi
mendapat skor 7 dari skor maksimal 10 dan ada komponen yang terakhir
yaitu menggunakan bukti ilmiah yang indikatornya terdiri dari yang
pertama yaitu menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah mendapat
skor 7 dari skor maksimal 15, yang kedua indikator siswa mampu memilih
alternativ kesimpulan terkait bukti yang diberikan mendapat skor 8 dari
skor maksimal 10, selanjutnya yang ketiga ada indikator yaitu memberikan
alasan untuk setuju atau menolak kesimpulan mendapat skor 8 dari 10,
kemudian indikator yang terakhir yaitu membuat refleksi berdasarkan
implikasi sosial dari kesimpulan ilmiah mendapat skor 7 ari skor maksimal
10 dan setelah di rata-ratakan aktivitas siswa pada siklus I penelitian ini
hanya mencapai 70%.
Itulah pemaparan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I
untuk melihat secara lebih rinci hasil observasi yang telah dilakukan
50

terhadap siswa di kelas selama proses pembelajaran berlansung pada siklus


I dapat dilihat berdasar tabel 4.7 yang ada pada lampiran 4.4.
2) Observasi aktivitas guru
Adapun aktivitas guru pada siklus I pada ditahapan pendahuluan
ada 5 aspek yang diamati oleh observer yaitu aspek yang diamati pertama,
guru mengucap salam pembuka dan mengkondisikan siswa terlihat bahwa
sudah berjalan dengan sangat baik sehingga mendapat point 4, selanjutnya
pada aspek yang kedua yaitu guru memotivasi siswa untuk berpartisipasi
aktif selama proses pembelajaran aspek ini dilihat sudah berjalan baik
dengan point 3, selanjutnya aspek yang ketiga yaitu guru menyampaikan
tujuan pembelajaran juga dilihat sudah berjalan baik dengan point 3,
selanjutnya ada aspek yang keempat yaitu guru melakukan apersepsi
dengan memberikan pertanyaan kepada siswa aspek ini terlihat pada
kategori cukup baik dengan point 2, kemudian ada aspek yang kelima
yaitu guru menginformasikan dan menegaskan kepada siswa tentang jenis-
jenis penilaian yang akan dilakukan selama proses pembelajaran
berlansung terlihat berjalan cukup baik dengan point 2.
Pada tahapan Kegiatan inti ada 13 aspek yang diamati oleh
observer yaitu yang pertama guru membagikan materi kepada siswa aspek
ini berjalan sangat baik dengan mendapat point 4, kemudian yang kedua
yaitu guru menyampaikan gambaran umum tentang materi yang akan
dipelajari, aspek ini juga sudah berjalan dengan sangat baik yaitu
mendapat poin 4, selanjutnya aspek yang ketiga yaitu guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya aspek ini juga suah berjalan
sangat baik dengan point 4, kemudian aspek yang keempat yaitu guru
mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar aspek ini juga sudah
berjalan dengan sangat baik yang mendapat point 4, yang kelima guru
mengingatkan siswa tentang ketentuan dalam model pembelajaran
kooperatif group investigation, aspek ini sudah berjalan baik dengan point
3.
51

Selanjutnya yang keenam yaitu, guru menginstrusikan siswa untuk


membahas materi penguasan secara berkelompok dengan menyuruh siswa
untuk mengidentifikasi toipk/ masalah yang sedang dipelajari, memilih
masalah untuk kajian kelas, mengumpulkan informasi tentang masalah
yang akan dikaji dari berbagai sumber belajar, aspek ini sudah berjalan
sangat baik dengan point 4, kemudian yang ketujuh yaitu, guru berkeliling
untuk memonitor kinerja siswa dalam belajar kelompok aspek ini sudah
berjalan baik dengan point 3, yang kedelapan guru mendorong siswa aktif
dalam proses pembelajaran, aspek ini sudah berjalan cukup baik dengan
point 2, selanjutnya yang kesembilan yaitu guru memberikan kesempatan
untuk masing-masing kelompok untuk bertanya, menyanggah dan
menjawab pertanyaan, aspek ini sudah berjalan dengan baik yaitu
mendapat point 3, selanjutnya yang kesepuluh yaitu guru menguatkan
kesimpulan yang diperoleh siswa dari hasil kerja kelompok siswa aspek ini
sudah berjalan baik dengan point 3, selanjutnya yang kesebelas yaitu
setelah presentasi guru menginstruksikan siswa untuk kembali ke tempat
aspek ini juga sudah berjalan dengan baik yaitu mendapat point 3,
selanjutnya yang ke dua belas yaitu guru membagikan soal tes dan
menginstruksikan agar siswa mengerjakan tes secara individu aspek ini
juga sudah berjalan dengan baik dengan point 3 ,dan yang ketiga belas
guru membantu pelaksanaan tes, aspek ini sudah berjalan sangat baik
dengan point 4.
Terakhir kegiatan penutup, ada tiga aspek yang diamati pada
kegiatan penutup yaitu yang pertama Guru memberikan kesimpulan
tentang materi yang baru saja dibahas aspek ini mendapat point 4 karen
sudah berjalan sangat baik, selanjutnya yang kedua yaitu guru
menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan
berikutnya dan memberikan penugasan untuk siswa aspek ini sudah
berjalan baik sehingga mendapat point 3, selanjutnya yang terakhir yaitu
Guru menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan
52

berikutnya dan memberikan penugasan untuk siswa aspek ini sudah


berjalan sangat baik sehingga mendapat point 4.
Dari hasil pengamatan observer diatas setelah dianalisis aktivitas
guru pada siklus pertama mendapat rata-rata 69%.untuk lebh jelas hasil
observasi aktivitas guru pada siklus I akan dijelaskan pada tabel yang
terdapat pada lampiran 4.5.
3) Hasil Postest Siklus I
Selain lembar observasi aktivitas siswa dan guru, teknik
pengumpulan data penelitian ini yaitu tes, berikut perolehan Nilai Tes
Evaluasi Siklus 1 tingkat Literasi Sains Siswa dengan Menggunakan
Model pembelajaran Group Investigation Berbantuan peta konsep pada
siklus I.
53

Tabel 4.7 hasil tes literasi sains siklus I


Nilai
No NAMA KKM Proses Konten Konteks Keterangan
Postest
1 AP 75 70 4 6 4 Tidak Tuntas
2 AR 75 75 4 7 4 Tuntas
3 BMF 75 75 6 6 3 Tuntas
4 DE 75 75 5 8 2 Tuntas
5 DCN 75 70 3 7 4 Tidak Tuntas
6 FAN 75 75 5 8 1 Tuntas
7 IU 75 80 4 6 6 Tuntas
8 JJ 75 90 5 7 6 Tuntas
9 MM 75 75 7 4 4 Tuntas
10 MN 75 60 3 7 2 Tidak Tuntas
11 NRD 75 80 5 8 3 Tuntas
12 NW 75 70 6 6 2 Tidak Tuntas
13 NZ 75 75 4 7 4 Tuntas
14 NA 75 90 6 8 4 Tuntas
15 NC 75 75 5 7 3 Tuntas
16 OD 75 75 3 7 5 Tuntas
17 RF 75 75 7 4 4 Tuntas
18 RA 75 70 5 5 4 Tidak Tuntas
19 RAW 75 70 4 8 2 Tidak Tuntas
20 RS 75 75 5 5 5 Tuntas
21 RN 75 75 4 7 4 Tuntas
22 SA 75 70 3 7 4 Tidak Tuntas
23 VV 75 70 4 5 5 Tidak Tuntas
24 YA 75 75 5 8 2 Tuntas
Jumlah 1.790 112 158 87
Siswa Tuntas 16
Siswa Tidak Tuntas 8
Belum Mencapai KKM
Persentase Tuntas 66,7%
Presentase Tidak Tuntas 33,3%
RATA-RATA 74,45 5,6 7,9 4,35
54

d. Analisis Data Siklus 1


Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Siklus I
NO Nilai (xi) Frekuensi X
1 86-90 2 88
2 81-85 0 83
3 76-80 2 78
4 71-75 12 73
5 66-70 7 68
6 60-65 1 63
Jumlah 24 453

Frekuensi
14

12

10

0
63 68 73 78 83 88

Nilai Tengah

Gambar 4.3 Grafik distribusi frekuensi siklus I

Presentasi nilai rata-rata siklus I sebagai berikut :


𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎2 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (𝑃) = 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑢𝑗𝑖𝑎𝑛
1.790
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (𝑃) = 100%
24
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (𝑃) = 7,45%
55

Kemudian dapat dilihat peningkatan setelah diberlakukan model


pembelajaran group investigation berbantuan peta konsep dengan rumus berikut :
𝑆𝑝𝑜𝑠−𝑆𝑝𝑟𝑒
N-Gain (g) =𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑆𝑝𝑟𝑒
74.5−51.8
N-Gain (g) = 100−51.8
22.7
=48.2

= 0,47
Jadi berdasarkan kategori perolehan N-gain yang ditetap hake 1999 setelah
diberlakukan model pembelajaran pada siklus 1 dapat disimpulkan nilai
peningkatan N-gain masih berada pada kategori sedang dengan angka kurang dari
0,7 dan lebih dari angka 0.3
Kemudian dihitung dalam persentase yaitu :
𝑆𝑝𝑜𝑠−𝑆𝑝𝑟𝑒
N-Gain (g) =𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑆𝑝𝑟𝑒 𝑥 100%
𝑆𝑝𝑜𝑠−𝑆𝑝𝑟𝑒
N-Gain (g) = 𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑆𝑝𝑟𝑒 𝑥 100%
74.5−51.8
N-Gain (g) = 100−51.8 𝑥 100%
22.7
= 𝑥 100%
48.2

= 47%
Dari hasil persentase terlihat bahwa ada peningkatan setelah diberlakukan
model pembelajaran Group Investigation berbantuan peta konsep sebanyak 47%
berdasarkan ketetapan presentase N-Gain jika peningkatan dari hasil Pretest ke
Postest 40-55% maka masih berada pada kategori kurang efektif.
56

Tabel 4.9 Rata-Rata N-Gain individu siswa siklus I


Nilai
NO Nama Siswa N-Gain Kriteria
Pretest Postest
1 AP 50 70 0,4 Sedang
2 AR 70 75 0,166 Rendah
3 BMF 40 75 0,583 Sedang
4 DE 30 75 0.643 Sedang
5 DCN 70 70 0 Rendah
6 FAN 70 75 0,166 Rendah
7 IU 50 80 0,6 Sedang
8 JJ 80 90 0,5 Sedang
9 MM 60 75 0,375 Rendah
10 MN 0 60 0,6 Sedang
11 NRD 60 80 0,5 Sedang
12 NW 60 70 0,25 Rendah
13 NZ 70 75 0,166 Rendah
14 NA 60 90 0,75 Tinggi
15 NC 50 75 0,5 Sedang
16 OD 40 75 0,583 Sedang
17 RF 0 75 0,75 Tinggi
18 RA 50 70 0,4 Sedang
19 RAW 70 70 0 Rendah
20 RS 60 75 0,375 Rendah
21 RN 20 75 0,687 Sedang
22 SA 70 70 0 Rendah
23 VV 70 70 0 Rendah
24 YA 30 75 0,643 Sedang
57

Tabel 4.10 Persentase N-GAIN Literasi Sains praiklus ke siklus 1

Pelaksanaan Presentase Proses Persentase Konten Persentase Konteks

Pretest 3,7 5 3,6


Postest 5,6 7,9 4,35
N-gain 0,57 1,45 0,22
Kriteria Sedang Tinggi Rendah

e. Refleksi Siklus 1 (Pertama)


Berdasarkan hasil refleksi diri peneliti, hasil pengamatan observer, dan
didukung oleh data dokumentasi berupa pada pembelajaran siklus I, aktivitas
siswa yang masih berada pada kriteria cukup dan hasil belajar siswa yang belum
mencapai ketuntasan klasikal yang diharapkan, yaitu ≥75%. Setelah tindakan
observasi siklus I, maka terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu:.
1) Keterampilan guru dalam mengelola kelas perlu ditingkatkan karena masih
ada siswa yang ramai dan tidak konsentrasi saat temannya presentasi
didepan
2) Kemampuan guru memberikan apersepsi masih kurang bervariasi
3) Siswa Kurang memperhatikan proses pembelajaran sehingga mereka
hanya akan paham dengan materi kelompok masing-masing tidak dengan
materi pada kelompok lain.
4) Siswa sudah terbiasa dengan presentasi kelompok yang begitu formal
sehingga membutuhkan waktu lama dalam penyampaian materi pada
setiap kelompok.
5) Siswa belum terlihat menyimpulkan hasil pembelajaran.
6) Siswa masih kesulitan dalam mengerjakan soal essay karena mereka tidak
fokus membaca soal tersebut melainkan hanya terpaku pada jumlah soal
dan uraian artikel sains yang lumayan panjang. Padahal soal tersebut
dibuat berdasarkan indikator pencapaian pembelajaran.
58

7) Guru harus benar-benar konsisten dan mengajarkan bergerak cepat dalam


proses penyampaian materi karena kediaan waktu yang terbatas pada
setiap pertemuan
8) Hasil Literasi Sains siswa dengan menggunakan model pembelajaran
Group investigation berbantuan Peta konsep menunjukkan bahwa
ketuntasan klasikal sebesar 7.45% dengan peningkatan literasi sains
sebanyak 47% dari hasil pretes dan berdasarkan lembar aktivitas siswa
guru menunjukkan belum tercapainya ketuntasan atau peningkatan yang
diinginkan yang mana lembar aktivitas siswa pada siklu I menunjukkan
rata-rata 70% dan aktivitas guru masih berada pada angka 64% sehingga
diperlukan pertemuan berikutnya. Peningkatan indikatoe literasi sains
masih ada yang berada pada kategori rendah yaitu pada aspek konteks.
Untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus 1 dan
untuk meningkatkan hasil Literasi Sains siswa dengan menggunakan model
pembelajaran group investigation berbantuan peta konsep maka perlu dilanjutkan
pada siklus II dengan melakukan perbaikan pada hal- hal berikut:
1) Guru perlu memperbaiki keterampilan dalam mengelola kelas agar siswa
dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
2) Guru perlu meningkatkan kemampuan memberikan apersepsi dengan
memberipelajaran di papan tulis agar siswa memahami tujuan serta
indikator dari materi yang akan dipelajari.
3) Menegur dengan tegas ketika ada siswa yang gaduh serta dapat diatasi
dengan pendekatan membimbing siswa.
4) Meningkatkan hasil Literasi Sains siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Group investigation berbantuan peta konsep.
4. Penelitian Siklus II
a. Perencanaan
Tahapan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus pertama, pada
siklus II peneliti merancang pokok-pokok pembelajaran dan menyiapkan materi
lanjutan dari siklus I, yang tersusun pada rencana pembelajaran yang disiapkan
serta lembar observasi untuk mengetahui hasil dari upaya peningkatan literasi
59

sains siswa menggunakan model pembelajaran Group Investigation berbantuan


peta konsep pada mata pelajaran fisika.
Tabel 4.12 Jadwal perencanaan siklus II

No Hari/tanggal Pertemuan Materi


Kamis
1 13 Februari 2020 Pertemuan I Gelombang

Jum’at
2 Pertemuan II Intensitas Gelombang Bunyi
14 Februari 2020

b. Pelaksanaan (Tindakan)
Pada siklus II ini tindakan yang dilakukan peneliti yaitu materi gelombang
bunyi pada siklus I dengan sub materi gelombang, dan Intensitas gelombang
bunyi, pelaksanaan siklus ini dilakukan dua kali pertemuan, dengan prosedur
pelaksanaannya adalah :
1) Pendahuluan
a) Memberi salam
b) Mengecek kehadiransiswa.
c) Mempersilahkan siswa mengawali pembelajran dengandoa.
d) Guru memberi apersepsi dan motifasi tentang materi yang berkaitan
dengan gelombang kejut dan intensitas gelombang bunyi.
e) Guru memberitahukan tujuan pembelajaran
f) Kemudian mulai masuk ke tahap penerapan model pembelajaran yang
terdiri dari 6 Fase sebagai berikut :
2) Fase 1 (Pengelompokan)
a) Guru membagi kelompok setiap kelompok terbagi menjadi 4-5 orang
siswa dan guru membagikan pokok bahasan yang berbeda
b) Guru memberikan sub topik
3) Fase 2 (Planning)
Guru Dan siswa merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan
tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik pelajaran yang telah dipilih
pada fase pertama (Pengelompokan)
60

4) Fase 3 (Penyelidikan)
a) Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam
fase kedua.
b) Guru mengarahkan siswa untuk mencari bahan ajar yang susuai
dengan materi kelompok yang diberikan.
c) Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
menawarkan bantuan bila diperlukan
5) Fase 4 (Pengorganisasian)
a) Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada
fase ketiga
b) Merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan
dengan cara menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada
seluruh kelas
6) Fase 5 (Presentasi)
Setiap kelompok maju mempersentasikan hasil makalah yang
mereka buat dengan bentuk peta konsep dan setiap siswa di dalam
kelompok diharuskan untuk aktif.
7) Fase 6 (Evaluasi)
Guru memberikan penghargaan atas semua yang dilakukan baik
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
8) Penutup
a) Peserta didik kembali ke tempat dudukmasing-masing
b) Guru dan peserta didik merangkum kegiatan pembelajaran yang telah
dipelajari.
c) Do’a
c. Pengamatan
1) Observasi Aktivitas Siswa
Hasil observasi siswa berdasarkan indikator literasi sains pada mata
pelajaran Fisika dengan menggunakan model pembelajaran Group
Investigation berbantuan peta konsep pada siklus II dapat dilihat aktivitas
siswa pada komponen literasi pertama yaitu mengidentifikasi pertanyaan
61

ilmiah dengan indikator siswa mampu mengidentifikasi kata-kata kunci


untuk mencari informasi ilmiah tentang topic yang diberikan mendapat skor
13 dari skor maksimal 15, kemudian pada komponen yang kedua yaitu
menjelaskan fenomena secara ilmiah indikator pertama yaitu
mendeskripsikan mendapat skor 10 dari skor maksimal 10, selanjutnya
pada indikator yang kedua yaitu menafsirkan mendapat skor 9 dari skor
maksimal 10, selanjutnya pada indikator yang ke tiga yaitu memprediksi
mendapat skor 9 dari skor maksimal 10 dan ada komponen yang terakhir
yaitu menggunakan bukti ilmiah yang indikatornya terdiri dari yang
pertama yaitu menilai informasi ilmiah mendapat skor 8 dari skor
maksimum 10 kemudian menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah
mendapat skor 10 dari skor maksimal 15, yang ketiga indikator siswa
mampu memilih alternativ kesimpulan terkait bukti yang diberikan
mendapat skor 10 dari skor maksimal 10, selanjutnya yang keeempat yaitu
memberikan alasan untuk setuju atau menolak kesimpulan mendapat skor 9
dari 10, kemudian indikator yang terakhir yaitu membuat refleksi
berdasarkan implikasi sosial dari kesimpulan ilmiah mendapat skor 8dari
skor maksimal 10 dan setelah di rata-ratakan aktivitas siswa pada siklus II
penelitian rata-rata hasil observasi aktivitas siswa telah mencapai 86%.
Itulah pemaparan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II untuk
melihat secara lebih rinci hasil observasi yang telah dilakukan terhadap
siswa di kelas selama proses pembelajaran berlansung pada siklus I dapat
dilihat berdasar tabel 4.8 yang ada pada lampiran 4.7.
2) Observasi aktivitas guru siklus II
Adapun aktivitas guru pada siklus II pada tahapan pendahuluan ada
5 aspek yang diamati oleh observer yaitu aspek yang diamati pertama,
guru mengucap salam pembuka dan mengkondisikan siswa terlihat bahwa
sudah berjalan dengan sangat baik sehingga mendapat point 4, selanjutnya
pada aspek yang kedua yaitu guru memotivasi siswa untuk berpartisipasi
aktif selama proses pembelajaran aspek ini dilihat sudah juga berjalan
sangat baik dengan point 4, selanjutnya aspek yang ketiga yaitu guru
62

menyampaikan tujuan pembelajaran juga dilihat sudah berjalan sangat baik


dengan point 4, selanjutnya ada aspek yang keempat yaitu guru melakukan
apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa aspek ini terlihat
pada kategori sangat baik baik dengan point 4, kemudian ada aspek yang
kelima yaitu guru menginformasikan dan menegaskan kepada siswa
tentang jenis-jenis penilaian yang akan dilakukan selama proses
pembelajaran berlansung terlihat berjalan sangat baik dengan point 4.
Pada tahapan kegiatan inti ada 13 aspek yang diamati oleh observer
yaitu yang pertama guru membagikan materi kepada siswa aspek ini
berjalan sangat baik dengan mendapat point 4, kemudian yang kedua yaitu
guru menyampaikan gambaran umum tentang materi yang akan dipelajari,
aspek ini juga sudah berjalan dengan sangat baik yaitu mendapat poin 4,
selanjutnya aspek yang ketiga yaitu guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya aspek ini juga suah berjalan sangat baik dengan point
4, kemudian aspek yang keempat yaitu guru mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok belajar aspek ini juga sudah berjalan dengan sangat
baik yang mendapat point 4, yang kelima guru mengingatkan siswa
tentang ketentuan dalam model pembelajaran kooperatif group
investigation.
Aspek ini sudah berjalan sangat baik dengan point 4, selanjutnya
yang keenam yaitu, guru menginstrusikan siswa untuk membahas materi
penguasan secara berkelompok dengan menyuruh siswa untuk
mengidentifikasi toipk/ masalah yang sedang dipelajari, memilih masalah
untuk kajian kelas, mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan
dikaji dari berbagai sumber belajar, aspek ini sudah berjalan sangat baik
dengan point 4, kemudian yang ketujuh yaitu, guru berkeliling untuk
memonitor kinerja siswa dalam belajar kelompok aspek ini sudah berjalan
sangat baik dengan point 4, yang kedelapan guru mendorong siswa aktif
dalam proses pembelajaran, aspek ini sudah berjalan sangat baik dengan
point 4, selanjutnya yang kesembilan yaitu guru memberikan kesempatan
untuk masing-masing kelompok untuk bertanya, menyanggah dan
63

menjawab pertanyaan, aspek ini sudah berjalan dengan sangat baik yaitu
mendapat point 4, selanjutnya yang kesepuluh yaitu guru menguatkan
kesimpulan yang diperoleh siswa dari hasil kerja kelompok siswa aspek ini
sudah berjalan sangat baik dengan point 4, selanjutnya yang kesebelas
yaitu setelah presentasi guru menginstruksikan siswa untuk kembali ke
tempat aspek ini juga sudah berjalan dengan sangat baik yaitu mendapat
point 4, selanjutnya yang ke dua belas yaitu guru membagikan soal tes
dan menginstruksikan agar siswa mengerjakan tes secara individu aspek
ini juga sudah berjalan dengan sangat baik dengan point 4, dan yang ketiga
belas guru membantu pelaksanaan tes, aspek ini sudah berjalan sangat baik
dengan point 4.
Terakhir kegiatan penutup, ada tiga aspek yang diamati pada
kegiatan penutup yaitu yang pertama Guru memberikan kesimpulan
tentang materi yang baru saja dibahas aspek ini mendapat point 4 karena
sudah berjalan sangat baik, selanjutnya yang kedua yaitu guru
menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan
berikutnya dan memberikan penugasan untuk siswa aspek ini sudah
berjalan sangat baik sehingga mendapat point 4, selanjutnya yang terakhir
yaitu Guru menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan pada
pertemuan berikutnya dan memberikan penugasan untuk siswa aspek ini
sudah berjalan sangat baik sehingga mendapat point 4.
Dari hasil pengamatan observer diatas setelah dianalisis aktivitas
guru pada siklus II mendapat rata-rata 83%.untuk lebih jelas hasil
observasi aktivitas guru pada siklus I akan dijelaskan pada tabel yang
terdapat pada lampiran 4.8.
3) Hasil Postest Siklus II
Selain lembar observasi aktivitas siswa dan guru, teknik
pengumpulan data penelitian ini yaitu tes, berikut perolehan Nilai Postest
Evaluasi Siklus 1 tingkat Literasi Sains Siswa dengan Menggunakan
Model pembelajaran Group Investigation berbantuan peta konsep pada
siklus II, tabel lengkapnya bisa dilihat pada lampiran 4.9.
64

Tabel 4.12 Hasil tes literasi sains Siswa Siklus II


Nilai
No NAMA KKM Proses Konten Konten Keterangan
Postest
1 AP 75 75 4 3,5 0 Tuntas
2 AR 75 75 2 3,5 2 Tuntas
3 BMF 75 85 2 3 3,5 Tuntas
4 DE 75 80 2 3 3 Tuntas
5 DCN 75 75 4,5 2 1 Tuntas
6 FAN 75 75 2 2 3,5 Tuntas
7 IU 75 90 1 5 3 Tuntas
8 JJ 75 90 1 4 4 Tuntas
9 MM 75 80 4 1 3 Tuntas
10 MN 75 70 2 3 2 Tidak Tuntas
11 NRD 75 90 3 4,5 1,5 Tuntas
12 NW 75 75 1,5 3 2 Tuntas
13 NZ 75 80 2 4,5 1,5 Tuntas
14 NA 75 90 4,5 2 2,5 Tuntas
15 NC 75 80 1,5 4 2,5 Tuntas
16 OD 75 85 2 2,5 4 Tuntas
17 RF 75 80 3 3 2 Tuntas
18 RA 75 75 2 3 2,5 Tuntas
19 RAW 75 75 2 4 1,5 Tuntas
20 RS 75 80 4 3 1 Tuntas
21 RN 75 80 4 2 2 Tuntas
22 SA 75 75 1,5 4 2 Tuntas
23 VV 75 75 3 3 1 Tuntas
24 YA 75 80 4 5 2 Tuntas
Jumlah 1.915 59,5 77,5 53
Siswa Tuntas 23
Siswa Tidak Tuntas 1
Sudah Mencapai KKM
Persentase Tuntas 95.83%
Presentase TidakTuntas 4.17%
RATA-RATA 7,98% 5,95 7,75 5,3
65

d. Analisis Data Siklus II


Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Siklus II
NO Nilai (xi) Frekuensi X
1 90-93 4 91,5
2 86-89 0 87,5
3 82-85 2 83,5
4 78-81 8 79,5
5 74-77 9 75,5
6 70-73 1 71,5
Jumlah 24 489

Frekuensi
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1 Nilai Tengah
0
71,5 75,5 99,5 83,5 87,5 91,5

Gambar 4.4 Grafik distribusi frekuensi siklus


II
Presentasi nilai rata-rata siklus II sebagai berikut :
𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎2 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (𝑃) = 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑢𝑗𝑖𝑎𝑛
1.915
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (𝑃) = 100%
24
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (𝑃) = 7.98 %
Kemudian dapat dilihat peningkatan setelah diberlakukan model
pembelajaran group investigation berbantuan peta konsep dengan rumus berikut :
𝑆𝑝𝑜𝑠−𝑆𝑝𝑟𝑒
N-Gain (g) =𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑆𝑝𝑟𝑒
66

79,79−0,47
N-Gain (g) = 100−0.47
79.32
=99,53

= 0,796
Jadi berdasarkan kategori perolehan N-gain yang ditetap hake 1999 setelah
diberlakukan model pembelajaran pada siklus II dapat disimpulkan nilai
peningkatan N-gain sudah berada pada kategori tinggi dengan angka lebih dari
dari 0,7 yaitu 0,796
Kemudian dihitung dalam persentase yaitu :
𝑆𝑝𝑜𝑠−𝑆𝑝𝑟𝑒
N-Gain (g) =𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑆𝑝𝑟𝑒 𝑥 100%
79,79−0,47
N-Gain (g) = x100%
100−0.47
79.32
= 99,53 x100%

= 79.6%
67

Tabel 4.14 Rata-Rata N-Gain individu siswa siklus II


Nilai
NO Nama Siswa % N-Gain Kriteria
Pretest Postes
1 AP 50 75 0,5 Sedang
2 AR 70 75 0,166 Rendah
3 BMF 40 85 0,75 Tinggi
4 DE 30 80 0,71 Tinggi
5 DCN 70 75 0,166 Rendah
6 FAN 70 75 0,166 Rendah
7 IU 50 90 0,8 Tinggi
8 JJ 80 90 0,5 Sedang
9 MM 60 80 0,5 Sedang
10 MN 0 70 0,7 Sedang
11 NRD 60 90 0,75 Tinggi
12 NW 60 75 0,37 Sedang
13 NZ 70 80 0,5 Sedang
14 NA 60 90 0,75 Tinggi
15 NC 50 80 0,6 Sedang
16 OD 40 85 0,75 Tinggi
17 RF 0 80 0,8 Tinggi
18 RA 50 75 0,5 Sedang
19 RAW 70 75 0,166 Rendah
20 RS 60 80 0,5 Sedang
21 RN 20 80 0,75 Tinggi
22 SA 70 75 0,166 Rendah
23 VV 70 75 0,166 Rendah
24 YA 30 80 0,71 Tinggi

Tabel 4.15 Presentase N-Gain indikator literasi sains pretes - siklus II

Pelaksanaan Presentase Proses Persentase Konten Persentase Konteks

Pretest 3,7 5 3,6


Postest 5,95 7,75 5,3
N-gain 0,67 1,375 0,5
68

Kriteria Sedang Tinggi Sedang

Dari hasil perhitungan nilai individu siswa pada siklus II dapat dilihat
peningkatan yang terjadi dari siklus prasiklus ke siklus II sebesar 0,79 yang mana
pada ketetapan hakke 1999 sudah berada pada kategori efektif. Maka perlakuan
pada penelitian ini diakhiri pada siklus II.
e. Refleksi Siklus II
Dalam Penelitian Tindak Kelas (PTK) Tahapan refleksi dilakukan setelah
melewati tahap pelaksanaan tindakan dan tahap observasi, kegiatan ini bertujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan yang terjadi pada siklus II dari
siklus sebelumnya yaitu siklus I. Hal ini terlihat dari upaya meningkatkan literasi
sains siswa yang sudah memenuhi indikator literasi sains berupa tes. data yang
ada dapat diketahui bahwa siklus dua sudah berada pada kategori baik yaitu
dengan persentase 79,6%. dan berdasarkan lembar observasi siswa dan guru yang
mana lembar observasi siswa pada siklus II menunjukkan angka 86% dan lembar
aktivitas guru menunjukkan angka 80% Berdasarkan hasil refleksi tersebut
penelitian pada siklus II dikatakan sudah berhasil karena sudah memenuhi
indikator keberhasilan tindakan maka pemberian tindakan pada penelitian diakhiri
pada siklus II.
Dari beberapa uraian di atas kemudian data dalam penelitian ini dianalisis
serta disimpulkan, berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa dan pengerjaan
instrument tes sebagai berikut :
1. Hasil observasi siswa pada siklus I diperoleh rata-rata persentase sebesar
70%, sedangkan pada siklus II diperoleh persentase sebesar 86%. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan aspek literasi sains siswa yang
menggunakan model pembelajaran group investigation berbantuan peta
konsep pada mata pelajaran fisika.
2. Hasil observasi aktivitas mengajar guru pada siklus I diperoleh rata-rata
persentase sebesar 69%, sedangkan pada siklus II diperoleh persentase
sebesar 83%. Hal ini juga menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
69

guru dalam memanejemen kelas sehingga mampu meningkatkan


keefektifan belajar siswa.
3. Sedangkan hasil pengumpulan data yang diperoleh dengan teknik tes
evaluasi Literasi Sains siswa meningkat dari pra siklus dengan rata-rata
5,18 belum mencapai KKM, siklus 1 dengan rata-rata 7,45 yang belum
juga mencapai KKM namun sudah ada peningkatan sebesar 0,47 yang
jika dipersentasekan 47%, jika ditinjau dari ketetapan hakke 1999
mengenai N-Gain peningkatan dalam persentase 47% masih berada pada
kategori kurang sehingga harus dilanjutkan siklus berikutnya yaitu siklus
II, pada siklus II mendapat rata-rata 79,8 atau 7,98% dan peningkatan
dari siklus sebelumnya adalah 7,96% dengan kriteria sudah mencapai
KKM yang maksimal, dan dibuktikan dengan lebih dari 75% siswa telah
dinyatakan tuntas hal ini membuktikan adanya peningkatan dalam upaya
meningkatkan literasi sains siswa dengan menggunakan model
pembelajaran group investigation berbantuan peta konsep pada mata
pelajaran fisika.
E. Interprestasi Hasil Analisis Data
Dari hasil analisis data yang dilakukan maka diperoleh informasi bahwa
pada pelaksanaan siklus I dari hasil observasi yang dilakukan selama proses
pembelajaran menunjukan aktivitas belajar siswa serta aktivitas guru yang belum
begitu optimal. Namun terjadi peningakatan pada aktivitas belajar dan aktivitas
guru setelah dilakukan perbaikan-perbaikan pada siklus II. Adapun data yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan sebagai pedoman bagi observer dalam
melakukan pengamatan terhadap keaktifan siswa dan aktivitas mengajar guru
selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil yang diperoleh dari lembar
observasi digunakan peneliti dan observer sebagai bahan untuk melakukan
refleksi terhadappelaksanaan tindakan yang telah dilakukan dan sebagai acuan
untuk melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya. Hasil observasi yang
diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
70

Aktivitas Siswa

100%

80%

60% Aktivitas Siswa

40%

20%

0%
Siklus I Siklus II

Gambar 4.5 Grafik Aktivitas Siswa

Aktivitas Guru

90%
80%
70%
60%
50% Aktivits Guru
40%
30%
20%
10%
0%
Siklus I Siklus II

Gambar 4.6 Grafik Aktivitas Guru

Sebagaimana ditunjukkan pada table dan grafik diatas terjadi peningkatan


aktivitas siswa dan guru dari siklus I ke siklus II. Dibuktikan dengan hasil
aktivitas siswa pada siklus I dengan angka 70% meningkat menjadi 86% dan pada
aktivitas guru dari 69% ke 83% Hal ini menunjukan bahwa penggunaan model
pembelajaran Group investigation berbantuan peta konsep efektif meningkatkan
aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru di MAN 2 kota Jambi.
71

2. Hasil Tes
Selain hasil observasi peningkatan literasi sains siswa setelah
menggunakan model pembelajaran Group Investigation berbantuan peta konsep
juga dapat dilihat dari hasil tes yang menggunakan instrument Literasi Sains
berdasarkan table dan grafik berikut :

Hasil Tes siswa

8
7
6
5
4 Rata-rata
3
2
1
0
Prasiklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.7 Grafik Hasil tes literasi sains Siswa

Berdasarkan tabel dan Grafik diatas dapat dilihat peningkatan aspek


literasi sains siswa dari prasiklus ke siklus 1 dengan dengan persentase hasil
peningkaan yaitu 47% yang mana berdasarkan ketentuan persentase N-Gain
menurut hakke 1999 masih berada pada kategori kurang yaitu pada kategori 40-
55. dan dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebanyak 79.6% dan
persentase tersebut menunjukkan kategori Efektif dengan pertase lebih dari 76%.
dan dapat dilihat peningkatan aspek proses, konten, dan konteks sains yang dijelas
pada tabel berikut.
Tabel 4.17 persentase peningkatan indikator pencapian literasi sains
Indikator Proses sains Konten sains Konteks sains
Siklus I 0,57 1,45 0,22
Siklus II 0,67 1,37 0,5
72

Kriteria Sedang Tinggi Sedang


Berdarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ketiga aspek literasi dapat
dicapai dengan baik setelah diterapkan model pembelajaran Group investigations
berbantuan peta konsep pada mata pelajaran fisika.
F. Pembahasan
Berdasarkan penelitian hasil observasi dan hasil tes terlihat adanya
peningkatan dari aktivitas siswa pada siklus I ke siklus II yaitu dari 70% ke 86%
begitu juga dengan aktivitas guru yang mengalami peningkatan dari 69% ke 83%
hal ini menunjukkan bahwa efektivitas pembelajaran bisa tercapai menggunakan
model pembelajaran group investigation berbantuan peta konsep. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh ika mariani pada tahun 2010, yang
berjudul Pembelajaran kooperatif Gi (Group Investigation)berbantuan media
Laboratorium Virtual Dilengkapi Handout untuk meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar, bedanya hanya pada bantuan yang digunakan, dan hasil dari
penelitian beliau menunjukkan adanyanya peningkatan kualitas proses dan hasil
belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran Group Investigation.
Group investigation berbantuan peta konsep mampu meningkatkan literasi
sains hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil tes siswa yang meningkat dari
prasiklus ke seklus I sebanyak 47% dari rata-rata prasiklus 51,8 ke siklus I
dengan rata-rata 74,5 untuk indikator pencapaian literasi sians pada aspek proses
meningkat dari prasiklus ke siklus I sebanyak 0,57 dengan kategori sedang, pada
aspek konten meningkat sebanyak 1,45 dengan kategori tinggi kemudian pada
aspek konteks meningkat sebanyak 0,22 yaitu dengan kategori rendah. Karena
karena pada siklus I juga belum mencapai KKM yang diinginkan maka dilakukan
lanjutan siklus yaitu siklus II, setelah dilakukan perhitungan maka dapat dilihat
kenaikan yang terjadi dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 79,6% dari rata-rata
siklus I 74,5 ke siklus II 79,8, kemudian pada indikator literasi sains prasiklus ke
siklus II sebanyak 0,67 dengan kategori sedang, pada aspek konten meningkat
sebanyak 1,37 dengan kategori tinggi kemudian pada aspek konteks meningkat
sebanyak 0,5 yaitu dengan kategori sedang, sehingga dapat dikatakan bahwa
73

penerapan model pembelajaran Group Investigation berbantuan peta konsep


mampu meningkatkan literasi siswa.
Hasil ini sejalan dengan penelitian dewi cahyani (2018) yang
menyimpulkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka terlihat
bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) dapat
memberikan pengaruh yang baik terhadap peningkatan literasi sains siswa. Hal ini
disebabkan karena penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) dapat
membantu siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran dikelas sehingga mudah
memahami atas teori-teori yang mereka pelajari dengan apa yang mereka temukan
Literasi sains siswa bisa ditingkatkan meskipun tidak secara spontan
ataupun lansung, model pembelajaran yang digunakan sangat mempengaruhi
tercapai atau tidaknya indikator literasi sains, pengembangan sikap ilmiah siswa
sangat berperan penting dalam hasil yang dicapai, sikap ilmiah ini disebutkan
dalam PISA 2015 yang menyebutkan bahwa keyakinan dalam literasi sains
seseorang mencakup sikap-sikap tertentu, diantaranya terdapat keyakinan,
orientasi motivasi, rasa percaya diri, nilai-nilai, dan tindakan utama. (OECD,
2016). Pengukuran terhadap pencapaian literasi sains berdasarkan standar PISA
yakni proses sains, konten sains, dan konteks aplikasi sains. Proses sains merujuk
pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau
memecahkan masalah, seperti mengidenifikasi dan menginterpretasi bukti serta
menerangkan kesimpulan, termasuk juga mengenal jenis pertanyaan yang dapat
dan tidak dapat dijawab oleh sains, mengenal bukti apa yang diperlukan dalam
suatu penyelidikan sains, serta mengenal kesimpulan yang sesuai dengan bukti
yang ada. Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci yang diperlukan untuk
memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui
akitivitas manusia, dalam kaitan ini PISA tidak secara khusus membatasi cakupan
konten sains hanya pada pengetahuan yang menjadi materi kurikulum sains
sekolah, namun termasuk pula pengetahuan yang dapat diperoleh melalui sumber-
sumber lain .seperti yang dikatakan Toharudin., et al,(2011) Situasi atau konteks
adalah area aplikasi konsep-konsep sains yang dikelompokkan menjadi tiga area
sains yaitu kehidupan dan kesehatan, bumi dan lingkungan dan teknologi.
74

Sikap ilmiah akan muncul sendirinya ketika adanya penerapan


Pembelajaran menggunakan model pembelajaran aktif dan tepat sebagaimana
yang diungkapkan Atiyah, et al. (2016) dalam pengetahuan yang dibangun sendiri
oleh oleh siswa (Student Centered), sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan
mediator. Guru tidak perlu mentransfer semua pengetahuan kepada siswa tetapi
mengajak siswa untuk berfikir dan mencari jawaban sendiri atas permasalahan
yang diberikan oleh guru maupun siswa itu sendiri melalui diskusi kelas. Model
pembelajaran koperative tipe group investigation proses dan tahapannya
mengarah kepada lahirnya siswa yang memiliki sikap ilmiah yang mampu berfikir
kritis hal ini bisa dilihat dari tahapan pembelajaran group investigation yaitu :
Pengelompokan, perencanaan, penyelidikan, pengorganisasian, presentasi dan
evaluasi, Tahapan tersebut sesuai dengan defenisi literasi sains itu sendiri menurut
OECD (2013) mendefinisikan literasi sains sebagai (1) pengetahuan ilmiah
individu dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan tersebut untuk
mengidentifikasi masalah, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena
ilmiah, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang berhubungan dengan isu
sains; (2) memahami karakteristik utama pengetahuan yang dibangun dari
pengetahuan manusia dan inkuiri; (3) peka terhadap bagaimana sains dan
teknologi membentuk material, lingkungan intelektual dan budaya; (4) adanya
kemauan untuk terlibat dalam isu dan ide yang berhubungan dengan sains.Oleh
karena itu model pembelajaran group investigation mampu meningkatkan literasi
sains siswa, ditambah lagi dengan penenerapan group investigation pada
penelitian ini berbatuan peta konsep.

Peta konsep merupakan upaya mengingat dengan cara yang cepat


berdasarkan konsep-konsep dasar dari pembelajaran, literasi sains bisa
ditingkatkan melalui penerapan peta konsep karena dengan mengimplementasikan
peta konsep akan memancing siswa untuk berfikir kreatif namun tetap terarah.
Penelitian peningkatan literasi sains menggunakan peta konsep juga telah
dibuktikan oleh Syam Hadinugraha (2012) yang berjudul Menggambar Peta
Pikiran dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa yang
75

hasil penelitiannya menyimpulkan Penerapan metode mind mapping dalam


pembelajaran IPA telah berhasil dalam membantu peningkatan literasi sains siswa
SMP kelas VII. Peta konsep sendiri memiliki kelebihan Novak dan Gowin dalam
(Haris; 2005) mengemukakan kelebihan peta konsep bagi guru dan siswa,
Kelebihan peta konsep bagi guru adalah:
1. Pemetaan konsep merupakan cara belajar yang mengembangkan proses
belajar yang bermakna, yang akan meningkatkan pemahaman sis-wa dan
daya ingat belajarnya.
2. Dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berfikir siswa, yang pada
gilirannya akan menimbulkan sikap kemandirian belajar yang lebih pada
siswa.
3. Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik, yang
akan memudahkan belajar
4. Dapat membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara lebih
komprehensif dalam setiap komponen konsep- konsep dan mengenali
miskonsepsi.
Selain kelebihan peta konsep memiliki manfaat yaitu, menyelidiki apa
yang telah diketahui siswa, mengungkap miskonsepsi yang salah, dan sebagai alat
evaluasi (Dahar: 2006). Dari kelebihan serta manfaat peta konsep sudah
tergambar jelas apabila peta konsep diterapkan akan berpeluang besar sebagai
alternative permasalahan yang terjadi kepada siswa terutama pada aspek berfikir
kritis, dan dengan diterapkannya model pembelajaran yang dikalaborasikan
dengan peta konsep tentunya indikator pencapaian literasi sains akan mudah untuk
dicapai yang mana indikator tersebut sangat relevan dengan langkah model
pembelajaran Group investigation, serta dengan tujuan dan manfaat dari peta
konsep.
Setelah mengetahui bagaimana langkah, kemudian kelebebihan serta
manfaat dari Group investigation dan peta konsep dan juga indikator pencapaian
literasi sains, dapat dilihat sangat dekat hubungannya dengan hakekat sains yaitu
sebagai berikut :
1. Hakikat Sains sebagai Produk
76

Produk adalah hasil atau keluaran yang diperoleh dari suatu pengumpulan
data yang disusun secara lengkap dan sistematis.Sains sebagai produk adalah
kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik dari para ahli saintis sejak
berabad-abad berupa fakta, data, konsep, prinsip, dan teori-teori.Jadi hasil yang
berupa fakta yaitu dari kegiatan empiric (berdasarkan fakta), sedangkan data,
konsep, prinsip dan teori dalam Sains merupakan hasil kegiatan analitik.
2. Hakikat Sains sebagai Proses
Sains sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli
saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-
temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. Proses yang
dimaksud adalah bagaimana cara berfikir dalam memecahkan suatu masalah yang
ada di lingkungan. Pengetahuan sains disusun dan diperoleh melalui metode
ilmiah.Untuk itu diperlukan sejumlah keterampilan sains yang sering disebut
science processes skills, meliputi :
a. Mengenal dan merumuskan masalah.
b. Mengumpulkan data.
c. Melakukan percobaan atau penelitian.
d. Melakukan pengamatan.
e. Melakukan pengukuran.
f. Menyimpulkan.
g. Mengkomunikasikan pegetahuan atau melaporkan hasil penemuan.
Didalam penyelidikan suatu ilmiah terbagi menjadi tujuh tahapan, diantaranya :
a. Observasi/ pengamatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan
panca indra.
b. Prediksi yaitu memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan
kecenderungan atau pola hubungan yang terdapat pada data yang telah
diperoleh.
c. Interpretasi yaitu penafsiran terhadap data-data yang telah diperoleh dari
hasil pengamatan.
d. Merencanakan dan melaksanakan penelitian eksperimen.
Tahap- tahap penelitian:
77

1) Menetapkan masalah penelitian.


2) Menetapkan hipotesis penelitian.
3) Menetapkan alat dan bahan yang digunakan.
4) Menetapkan langkah- langkah percobaan serta waktu yang dibutuhkan.
e. Mengendalikan variabel yaitu mengukur variabel sehingga ada perbedaan
pada akhir eksperimen karena pengaruh variabel yang diteliti. Variabel
terdiri atas tiga yaitu:
1) Varibel bebas yaitu factor yang menjadi penyebab terjadinya
perubahan.
2) Variabel terikat yaitu factor yang dipengaruhi.
3) Variabel control yaitu variabel yang dibuat tetap.
f. Hipotesis yaitu suatu pernyataan berupa dugaan sementara tentang
kenyataan-kenyataan yang ada di alam melalui perkiraan.
g. Kesimpulan yaitu hasil akhir dari proses pengamatan.
3. Sains Sebagai Sikap Ilmiah
Dalam Sains mengandung cara kerja, sikap, dan cara berfikir. Dalam
memecahkan masalah atau persoalan, seorang ilmuan berusaha mengambil sikap
tertentu yang memungkin usaha mencapai hasil yang diharapkan.Sikap ini
dinamakan sikap ilmiah.Sikap-sikap tersebut antara lain:
a. Objektif terhadap fakta atau kenyataan
b. Tidak tergesa-gesa di dalam mengambil kesimpulan atau keputusan.
c. Berhati terbuka
d. Dapat membedakan antara fakta dan pendapat
e. Bersikap tidak memihak suatu pendapat tertentu tanpa alasan yang
didasarkan atas fakta.
f. Tidak mendasarkan kesimpulan atas prasangka.
g. Tidak percaya akan takhayul
h. Tekun dan sabar dalam memecahkan masalah.
i. Bersedia mengkomunikasikan dan mengumumkan hasil penemuannya
untuk diselidiki, dikritik dan disempurnakan.
j. Dapat bekerjasama dengan orang lain.
78

k. Selalu ingin tahu tentang apa, mengapa, dan bagaimana dari suatu
masalah atau gejala yang dijumpainya.
Pada penelitian ini model pembelajaran yang diterapkan yaitu group
investigation berbantuan peta konsep dan langkah-langkah, kelebihan dan manfaat
yang ada pada Group investigation dan peta konsep berdasarkan pemaparan diatas
fokus kepada aspek proses hakikat sains, meskipun ketiga hakikat tersebut selalu
berkaitan namun setelah di telaah group investigation dan peta konsep lebih
mengarah kepada hakikat proses sains yang mana berdasarkan penelitian mampu
peningkatkan literasi sains siswa di MAN 2 Kota Jambi.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk
meningkatkan literasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran group
investigation berbantuan peta konsep penelelitian ini dilakukan di Di Madrasah
Aliyah Negeri Kota Jambi. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengikuti tahapan-
tahapan model pembelajaran group investigation berbantuan peta konsep dan
indikator pencapaiannya berlandasan indikator literasi sains. Setelah dilakukan
analisis data terlihat literasi sains siswa meningkat dengan adanya peningkatan
literasi sains siswa, siswa menjadi lebih aktif, kemudian responsiif terhadap
fenomena-fenomena yang dikaitakan dalam pembelajaran dan menjadikan siswa
lebih mudah dalam mengingat serta memunculkan ide-ide kreatif yang bersumber
dari pengamplikasian langkah Group Investigation berbantuan peta konsep.
Dengan meningkatnya literasi sains siswa mampu meningkatkan cara
berfikir, dan hasil belajar siswa pun menjadi meningkat, dari yang tadinya mereka
tidak peka terhadap kejadian atau fenomena ilmiah yang terjadi namun setelah
mereka paham bahwa ternyata fisika tidak selalu tentang rumus, dengan mereka
paham terhadap konsep dan akar dari semua yang mereka pelajari maka rumus
yang ada dalam fisika akan nampak dengan sendiri tanpa perlu menghafal untuk
mencari jawaban. Hasil dari penelitian ini dengan menggunakan model
pembelajaran group investigation berbantuan peta konsep mampu meningkatkan
literasi sains siswa, tidak hanya itu dengan pengaplikasian model pembelajaran ini
juga mampu meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar yang dapat
dilihat dari peningkatan aktivitas siswa dan aktivitas guru di dalam kelas.
79

Dalam penerapan model pembelajaran group investigation berbantuan peta


konsep pasti ada yang harus diperhatikan tidak hanya sebatas membagi kelompok
dan menunggu siswa presentase, namun pengawasan guru sangat diperlukan agar
tahapan-tahapan pembelajaran bisa berjaan sebagaimana semestinya. Guru harus
menyiapkan perencanaan yang matang agar waktu tidak banyak terbuang sia-sia
karena waktu kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Fisika lumayan singkat,
kemudian pembagian kelompok pada group investigation juga sebaiknya diatur
oleh guru dengan melihat kemampuan siswa, didalam kelompok tersebut
kemampuan siswa harus saling melengkapi agar penyampaian materi bisa sampai
dengan baik kepada teman-teman yang lain.
Kemampuan siswa dalam berbicara dan menulis harus seimbang karena
masih banyak siswa yang sulit untuk menyampaikan materi sekali gus menata
peta konsep yang ingin mereka sampaikan dipapan tulis, sehingga dalam tahapan
presentasi membutuhkan waktu yang agak panjang karena mereka membuat peta
konsepnya terlebih dahulu barulah mereka menyampaikan isi konsep tersebut.
Hal ini sebenarnya tidak buruk namun akan lebih efektif apabila siswa lebih bisa
aktif dalam menulis konsep sekalian menerangkan isi konsep tersebut.
80

BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Fisika sudah seharusnya menjadi matapelajaran yang diminati, presepsi-
presepsi negatif tentang fisika sendiri bisa dihilangkan meskipun tidak spontan
dan perlu adanya pemberlakuan khusus terutama dari tenaga pendidik terlebih
dahulu seperti penerapan model yang mampu menarik minat bakat serta tidak
membosankan bagi siswa. Penerapan model pembelajaran group investigation
pada penelitian ini memperlihatkan bahwa efektifitas proses belajar mengajar
dapat dicapai hal ini dapat disimpulkan dari observasi aktivitas siswa pada siklus I
dengan rata-rata 70% kemudian meningkat pada siklus II dengan rata-rata 86%,
peningkatan juga terlihat dari observasi akivitas guru yang mana pada siklus I
memperoleh rata-rata 69% kemudian pada siklus II memperoleh rata-rata 83%
selain berasarkan lembar observasi peningkatan juga dapat dilihat berdasarkan
data hasil tes literasi sains siswa terjadi peningkatan dari prasiklus dengan rata-
rata 51,8 yang masih belum mencapai KKM kemudian dilanjutkan pada siklus I
dengan rata-rata 74,5 dan masih juga belum mencapai KKM namun terjadi
penigkatan sebanyak 47% peningkatan ini berdasarkan ketetapan hakke 1999
masih berada pada kategori kurang.
Karena masih belum mencapai KKM maka dilanjutkan dengan siklus
kedua yang memperoleh hasil rata-rata 79,8 persentase peningkatan dari siklus I
ke siklus II sebanyak 79,6% dan peningkatan ini sudah dianggap efektif yaitu
dengan angka lebih dari 76 begitu juga untuk peningkatan N-Gain indikator
pencapian literasi sains yaitu aspek proses meningkat dari prasiklus ke siklus I
yaitu sebanyak 0,57 dengan kategori sedang kemudian pada aspek konten
meningkat sebanyak 1,45 dengan kategori tinggi dan untuk konteks meningkat
0,22 dengan kategori rendah. Peningkatan N-Gain indikator literasi sains dari
prasiklus ke siklus I pada aspek proses sains meningkat sebanyak 0,67 dengan
kategori sedang, kemudian pada aspek konten meningkat sebanyak 1,375 dengan
kategori tinggi dan untuk konteks sains meningkat sebanyak 0,5 dengan kategori
sedang.
81

Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan


literasi sains siswa menggunakan model pembelajaran group investigation
berbantuan peta konsep mampu meningkatkan literasi sains siswa, baik itu pada
indikator pencapaian prose, konten, dan konteks sains.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas serta untuk lebih meningkatkan tingkat
literasi sains siswa, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Diharapkan guru lebih menekankan pembelajaran ke aspek literasi
sains.
2. Diharapkan guru bisa memenage waktu yang singkat umumnya pada
mata pelajaran fisika agar bisa menerapkan model pembelajaran
sehingga proses belajar mengajar tidak monoton.
3. Diharapkan guru bisa menggunakan moel pembelajaran group
Investigation dalam proses pembelajaran dan mengkaitkan proses
pembelajaran dengan aspek ilmiah berdasarkan kehidupan sehari-hari
sehingga literasi sains siswa secara perlahan bisa lebih meningkat.
83

LAMPIRAN 4.1 Beaground Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Jambi

A. Keadaan Pendidik dan kependidikan Madrasah


1. Keadaan Guru
Tenaga pengajar di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Jambi mempunyai tugas
utama dalam mengelola pelajaran untuk disampaikan kepada siswa dan siswi.Selain
itu guru-guru di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Jambi tahun 2018 juga harus
menjalankan tugas piket dan sebagai wali kelas. Ketentuan yang menunjukkan bahwa
tenaga dalam satu lembaga pendidikan harus mempunyai ijazah guru untuk menjadi
tenaga pengajar.
Guru adalah pelaksana dan pengembang program kegiatan dalam proses
belajar mengajar. Seorang guru mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk membina
dan mengembangkan anak-anak didiknya.Adapun guru-guru yang ada di Madrasah
Aliyah Negeri 2 Kota Jambi berjumlah 98 orang. Dari segi sumberdaya mengajar
mereka rata-rata mempunyai kualifikasi sebagai guru, baik dari lembaga pendidikan
umum maupun dari pendidikan agama. Dengan demikian sumber daya mengajar di
Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Jambi telah mempunyai persyaratan baik dari segi
pendidikan umum mapun pendidikan agama tabel lengkap mengenai daftar jumlah
tenaga pendidik bisa dilihat pada lampiran 4.1
Tabel 4.3 Daftar jumlah tenaga pendidik MAN 2 Kota Jambi
No Status Jumlah
1 PNS 58
2 GTT 40
Jumlah = 98 tenaga
pendidik
(Sumber website http://man2kotajambi.mdrsh.id/)
2. Keadaan Siswa
Dalam pengamatan saya selama berada di MAN 2 Kota Jambi,saya melihat
adanya suatu hubungan baik dalan menjalankan kerja sama, contohnya dalam bidang
84

akademisi siswa sangat disiplin serta taat pada tata tertib yang di berlakukan oleh
pihak sekolah, bahkan dalam bidang keorganisasian siswa yang terdapat di MAN 2
Kota Jambi sangat aktif dan boleh saya bahasakan hampir semua siswa yang
memilki potensi atau bakat dapat disalurkan melalui kegiatan Ekstra maupun intra
sekolah, seperti Pramuka, Drum Band, PMI, OSIM, Olahraga dan lain sebagainya.
Adapun jumlah siswa yang terdapat di MAN 2 Kota Jambi kelas X berjumlah
381 siswa kelas XI berjumlah 433 siswa kemudian kelas XII berjumlah 355.
B. Keadaan Srana dan Prasrana Madrasah
Adapun sarana prasarana yang terdapat di MAN 2 Kota Jambi adalah sebagai
berikut:
1. Tanah dan Halaman
MAN 2 Kota Jambi berdiri diatas tanah sertifikat hak milik Departemen
Agama RI dengan nomor sertifikat: 38 luas tanah: 35.385 m. Luas bangunan 6771 m.
Sekitarnya dikelilingi oleh pagar beton. Di sebelah Barat berbatasan dengan
pemukiman penduduk, sebelah utara berbatasan dengan gedung MTS Negeri 2,
sebelah timur dan Selatan berbatasan dengan jalan Umum.
2. Gedung Madrasah
Bangunan gedung MAN 2 Kota Jambi saat ini pada umumnya dalam keadaan
baik dan terpelihara, seluruhnya dangan konstruksi beton. Gedung ini terdiri dari 36
ruang kelas dengan luas 8 x 8 m2 dengan kondisi baik, kemudian ada 5
bengkel/keterampilan dengan luas10 x 8 m2 dalam kondisi baik, 2 ruangan
Laboratorium IPA dengan luas 10 x 8 m2 dalam kondisi baik, 2 ruangan labor bahasa
dengan luas 8 x 8 m2 dengan kondisi bangunan baik, 1 perpustakaan dengan luas 20 x
8 m2 dalam kondisi baik, 1 ruangan guru dengan luas bangunan 13 x 20 m2 dengan
kondisi baik, 1 ruang kepala sekolah dengan luas 2.5 x 2.5 m2 dengan kondisi
bangunan baik, 1 ruang kepala TU dengan luas 2.5 x 2.5 m2 dengan kondisi bangunan
baik.
Kemudian memiliki 1 ruang bendahara dengan luas 2.5 x 2.5m dengan
kondisi baik, kemudian ada 1 ruangan staf administrasi dengan luas 5 x 6m2dan
85

kondisi baik, selanjutnya ada 1 ruang operator komputer dengan luas 36m2 , kemudian
ada 1 ruang BK dengan luas 32m2dalam kondisi, kemudian 2 ruang UKS dengan luas
32m2dalam kondisi baik, ada 1 ruang koperasi dengan luas 48m2dalam kondisi baik,
selanjutnya ada 1 buah aula PSBB dengan luas bangunan 450m2dalam kondisi baik,
kemudian ada 16 kamar asrama putri dengan luas bangunan 10 x 8m2dalam kondisi
sangat baik.
Kemudian 21 kamar wisma engan luas 4 x 4m2dalam kondisi baik, ada 4 unit
WC guru seluas 1,5m2dengan kondisi layak pakai, kemudian ada 10 WC siswa
dengan luas 1,5m2dengan kondisi layak pakai, selanjutnya ada 4 ruang kelas diklat
PSBB dengan luas 8 x 8m2dalam kondisi baik, kemudian ada 1 ruang makan PSBB
dengan luas 100m2dalam kondisi baik, ada 1 unit kantin siswa dengan luas 8 x
10m2dalam kondisi baik, kamudian ada 1 unit masjid seluas 332m2dalam kondisi
sangat baik, ada 5 unit sarana olahraga dengan kondisi baik, ada 1 ruang OSIM
dengan luas 3 x 8m2dalam kondisi baik, kemudian ada 2 unit pos satpam dengan luas
2x3m2 dalam kondisi baik, dan yang terakhir ada 2 Tempat parkir seluas 120m2alam
keadaan baik.
Itulah keadaan srana dan prasrana yang ada di MAN 2 Kota jambi yang
disajikan lengkap pada lampiran 4.2.
86

Daftar Jumlah Tenaga Pendidik Madrasah

No Nama Keterangan
1 Ambok Pera Afrizal, MA PNS
2 Dra. Hj Lili Rosita, S.Pd PNS
3 Dra Rosmawati PNS
4 Mistriza Elvy, S.Pd PNS
5 Drs. Syaiful Bahri PNS
6 Drs. Basyir, M.Pd.I PNS
7 Drs. Hj. Marwen PNS
8 Drs. Panji, M.Pd PNS
9 Drs. Hj Muslim, S.Pd, M.Pd.I PNS
10 Drs. Ahadiyanto, M.Si PNS
11 Drs. Herry Santoso PNS
12 Dra. Nurnas, M.Pd.I PNS
13 Dra. Hj. Nurhayati PNS
14 Drs. Siti Maryam, M.Pd PNS
15 Sapar Marwan, S.Pd, M.Pd PNS
16 Harbon Kosassih, M.Pd PNS
17 Ali Imron, S.Pd, M.Pd.I PNS
18 Dr. Michrunnisa Ramli M.Pmat PNS
19 Yenni, S.Pd, M.Pd PNS
20 Dra. Juslina Ernawati, M.Pd PNS
21 Heryani, S.Pd PNS
22 Hj. Dian Saptarini, S.Pd PNS
23 Butet Noperita, S.Pd PNS
24 Tridiawati, S.Pd PNS
25 Yokmi, S.Pd PNS
26 Awaludin, S.Pd, M.Si PNS
27 Tri Astutiek, ST, M.Pd PNS
28 Zaimarni, S.Pd, M.Si PNS
29 Rahwamawati, S.Pd PNS
30 Nurjamal, S.Pd, M.Pd PNS
31 Latipah Hanum Lubis, M.Pd PNS
32 Nurasiah, S.Pd PNS
33 Dr. Darma Putra, M.Pkim PNS
34 Siti Ropiah, SP, M.Si PNS
35 Andi Neha, M.Fil.I PNS
36 Dr. Doddy Prabencana, M.Pd.I PNS
87

37 M. Ichsan Amin, S.Ag PNS


38 Durrah, S.Ag PNS
39 Ismail Fahmi, S.Ag PNS
40 M.Adong, S.Ag PNS
41 Gogor Hestiwono, S.Pd PNS
42 Al Wardah Mardiah, S.Sos PNS
43 Marini Ariesta, S.Sos PNS
44 Brianti Amazona, S.Pd PNS
45 Deni Nusfa, S.Pd PNS
46 Sri Raihana, S.Pt PNS
47 Fidya Nova Frismayanti, SE PNS
48 Dra. Jaudah PNS
49 Dra. Irwinda PNS
50 Drs. Sawang PNS
51 Dra. Herni Suryaningsih PNS
52 Roslina, S.Ag PNS
53 Budhi Harsono, SH PNS
54 Rini Mariani, S.Pd PNS
55 Rahayu Eulandari. S, S.Pd.I PNS
56 Vinda Nur Rahmawati, S.Pd PNS
57 Zamrizal, S.Pd. I. MA PNS
58 Hj. Rahmawati, S.Ag PNS
59 Drs. Ali Hasbi Pulungan GTT
60 M.Basid, S.Sos.I GTT
61 Deddy Purwandi, S.Pd GTT
62 Sri Wahyuningsih, S.Pd GTT
63 Leni Marlina, S.Kom GTT
64 Sastria Hedrayani, S.Pd GTT
65 Tri Iskawati, S.Pd.I GTT
66 Keristinah, S.Kom GTT
67 Widya Andriyani,S.Pd GTT
68 Lasmira, S.Pd GTT
69 Rika Maryati. A, S.Pd GTT
70 Rahmi Fitriani, S.Ag GTT
71 Dra. Defita Ridayani GTT
72 Mutamimah, S.Pd.I GTT
73 Faiza, S.Ag GTT
88

74 Ida Agustia Wati, SH GTT


75 Ifit Mandalia. S.Pd GTT
76 M.Riko Apriyanto, S.Pd GTT
77 Eni Astuti, S.Pd GTT
78 Hijrah, S.Pd.I GTT
79 Syamsu Akmal, S.Pd.I GTT
80 Martha Wahyudi, S.Pd GTT
81 May Suryeti, S.Pd GTT
82 Ary Triandiah, S.Pd GTT
83 Syamsiah HS, S.Pd.I GTT
84 Ambok Maik, S.Pd GTT
85 Yunita, S.Pd GTT
86 Sukmawati, S.Pd GTT
87 Suprapno, M.Pd GTT
88 Yuvi Septyan Aswad, S.Pd GTT
89 Drs. H. Nawawi GTT
90 Ridwan, S.Hum GTT
91 Syah Albani, A.Md, S.Pd GTT
92 Desi Parwanti, S.Pd GTT
93 Novita Sari, S.Pd GTT
94 Afriani Ramadhan, M.Pd.I GTT
95 Oktarian Saputra, S.Pd GTT
96 Yoos Tefiana, S.Pd GTT
97 Drs. A Muhid, M.Pd.I GTT
98 Junika Wulandari Putri, S.Pd GTT
89

LAMPIRAN 4.2 Keadaan gedung MAN 2 Kota Jambi

Fasilitas Sarana dan Prasarana Jumlah Ukuran Luas Kondisi


Ruang Kelas 36 rg 8 x 8 m2 Baik
Bengkel/ Ruang keterampilan 5 rg 10 x 8 m2 Baik
Laboratorium IPA 2 rg 10 x 8 m2 Baik
Laboratorium Bahasa 2 rg 8 x 8 m2 Baik
Perpustakaan 1 rg 20 x 8 m2 Baik
Ruang Guru 1 rg 13 x 20 m2 Baik
Ruang Kepala Madrasah 1 rg 5 x 5 m2 Baik
Ruang Kepala TU 1 rg 2,5 x 2,5 m2 Baik
Ruang Bendahara 1 rg 2,5 x 2,5 Baik
Ruang Staf Administrasi 1 rg 5 x 6 m2 Baik
Ruang Operator Komputer 1 rg 36 m2 Baik
Ruang BK 1 rg 32 m2 Baik
Ruang UKS 2 rg 32 m2 Baik
Ruang Koperasi 1 rg 48 m2 Baik
Aula PSBB 1 unit 450 m2 Baik
Asrama Siswa (Pr) 16 Kamar 10 x 8 m2 Sangat Baik
Wisma 21 Kamar 4 x 4 m2 Baik
WC Guru 4 Unit 1,5 m2 Layak Pakai
WC Siswa 10 Unit 1,5 m2 Layak Pakai
Ruang Kelas Diklat PSBB 4 rg 8 x 8 m2 Baik
Ruang Makan PSBB 1 Unit 100 m2 Baik
Kantin Siswa 1 Unit 8 x 10 m2 Baik
Masjid 1 Unit 332 m2 Sangat Baik
Sarana Olahraga 5 Unit Baik
Ruang OSIM 1 rg 3 x 3 m2 Baik
Pos Satpam 2 Unit 2 x 3 m2 Baik
Tempat Parkir 2 Unit 120 m2 Baik
(Sumber : Website http://man2kotajambi.mdrsh.id/)
90

LAMPIRAN 4.3 Hasil Prasiklus

Nilai Postest
No Nama Keterangan
1 Amelia Putri 50 Tidak Tuntas
2 Andik Ramatiah 70 Tuntas
3 Bima Miftahul Fatwa 40 Tidak tuntas
4 Daliyah Elsyafira 30 Tidak Tuntas
5 Dwi Cahyaningsih 70 Tuntas
6 Fradisca adde Nur 70 Tuntas
7 Inayah Uzma 50 Tidak tuntas
8 Jesti Jannati 80 Tuntas
9 M. Mauluddin 60 Tidak Tuntas
10 M. Nabil 0 Tidak Tuntas
11 Nanda Rosa Defani 60 Tidak Tuntas
12 Navalia Wardani 60 Tidak Tuntas
13 Nia Zulkarnain 70 Tidak Tuntas
14 Niken Amelia 60 Tidak Tuntas
15 Nurifah Cahya 50 Tidak Tuntas
16 Opinur Destiana 40 Tidak Tuntas
17 Rafly Fadhil 0 Tidak Tuntas
18 Rahmah Aufathiya 50 Tidak Tuntas
19 Rahmayani Anwar 70 Tidak Tuntas
20 Reni Septiani 60 Tidak Tuntas
21 Rizqi Nurandika 20 Tidak Tuntas
22 Sabrina Azzahra 70 Tidak Tuntas
23 Veronika Vitadela 70 Tuntas
24 Yudha Andrean 30 Tidak Tuntas
Jumlah 1.244
Siswa Tuntas 1 Belum Mencapai
Siswa Tidak Tuntas 23 KKM
RATA-RATA 51.8
91

LAMPIRAN 4.4 Lembar Aktivitas Siswa Siklus I

Rentang
NO KOMPONEN INDIKATOR PENILAIAN Skor
Skor
1 mengidentifikasi 1. Siswa mampu
pertanyaan mengidentifikasi kata-
ilmiah kata kunci untuk
mencari imformasi 10 1 - 15
ilmiah tentang topic
yang diberikan.
2 Menjelaskan 1. Mendeskripsikan . 8 1 - 10
fenomena secara 2. Manafsirkan. 8 1 - 10
ilmiah 3. Memprediksi. 7 1 - 10
3. Menggunakan 1. Menilai informasi
7 1 - 10
bukti ilmiah ilmiah
2. Menarik kesimpulan
berdasarkan bukti 7 1 - 15
ilmiah.
3. Memilih alternative
kesimpulan yang
terkait bukti yang 8 1 - 10
diberikan.
4. Memberikan alasan
untuk setuju atau 8 1 - 10
menolak kesimpulan .
5. Membuat refleksi
berdasarkan implikasi
social dari kesimpulan 7 1 - 10
ilmiah.
JUMLAH 70% 100%
92

LAMPIRAN 4.5 Lembar Aktivitas Guru Siklus I

Skor
No Aspek yang diamati
1 2 3 4

A Pendahuluan
1. Guru mengucap salam pembuka dan
mengkondisikan siswa 4

2. Guru memotivasikan siswa untuk 3


berpartisipasi aktif selama proses
pembelajaran
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3
pada pertemuan hari ini.

4. Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan 2


memberikan pertanyaan pada siswa
5. Guru menginformasikan dan menegaskan
kepada siswa tentang jenis-jenis penilaian
2
yang akan dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung

B Kegiatan inti

1. Guru membagikan materi kepada siswa 4

2. Guru menyampaikan gambaran umum


4
tentang materi yang akan dipelajari

3. Guru memberikan kesempatan kepada


4
siswa untuk bertanya
93

4. Guru mengingatkan siswa tentang ketentuan 3


dalam model pembelajaran kooperatif group
investigation (GI)
5. Guru menginstrusikan siswa untuk membahas 4
materi penguasan secara berkelompok dengan
menyuruh siswa untuk mengidentifikasi toipk/
masalah yang sedang dipelajari, memilih
masalah untuk kajian kelas, mengumpulkan
informasi tentang masalah yang akan dikaji dari
berbagai sumber belajar.
6. Guru berkeliling untuk memonitor kinerja 3
siswa dalam belajar kelompok

7. Guru mendorong siswa aktif dalam proses 2


pembelajaran
8. Guru memberikan kesempatan untuk masing- 3
masing kelompok untuk bertanya, menyanggah
dan menjawab pertanyaan
9. Guru menguatkan kesimpulan yang 3
diperoleh siswa dari hasil kerja kelompok siswa

10. Setelah presentasi guru menginstruksikan siswa 3


untuk kembali ke tempat
11. Guru membagikan soal tes dan 3
menginstruksikan agar siswa mengerjakan tes
secara individu
12. Guru membantu pelaksanaan tes 4

C Penutup
1. Guru memberikan kesimpulan tentang 4
materi yang baru saja dibahas
2. Guru menginformasikan kegiatan yang akan 3
dilakukan pada pertemuan berikutnya dan
memberikan penugasan untuk siswa
3. Guru menginformasikan kegiatan yang akan 4
dilakukan pada pertemuan berikutnya dan
memberikan penugasan untuk siswa

Rata-rata = 69
Rata-rata persentase = 69%
94

LAMPIRAN 4.6 Hasil tes literasi sains Siswa Siklus I

Nilai Tes
No Nama Evaluasi Keterangan
Siklus I
1 Amelia Putri 70 Tidak Tuntas
2 Andik Ramatiah 75 Tuntas
3 Bima Miftahul Fatwa 75 Tuntas
4 Daliyah Elsyafira 75 Tuntas
5 Dwi Cahyaningsih 70 Tidak Tuntas
6 Fradisca adde Nur 75 Tuntas
7 Inayah Uzma 80 Tuntas
8 Jesti Jannati 90 Tuntas
9 M. Mauluddin 75 Tuntas
10 M. Nabil 60 Tidak Tuntas
11 Nanda Rosa Defani 80 Tuntas
12 Navalia Wardani 70 Tidak Tuntas
13 Nia Zulkarnain 75 Tuntas
14 Niken Amelia 90 Tuntas
15 Nurifah Cahya 75 Tuntas
16 Opinur Destiana 75 Tuntas
17 Rafly Fadhil 75 Tuntas
18 Rahmah Aufathiya 70 Tidak Tuntas
19 Rahmayani Anwar 70 Tidak Tuntas
20 Reni Septiani 75 Tuntas
21 Rizqi Nurandika 75 Tuntas
22 Sabrina Azzahra 70 Tidak Tuntas
23 Veronika Vitadela 70 Tidak Tuntas
24 Yudha Andrean 75 Tuntas
Jumlah 1.790
Siswa Tuntas 16 Belum Mencapai
Siswa Tidak Tuntas 8 KKM
RATA-RATA 74,5
95

LAMPIRAN 4.7 Lembar Aktivitas Siswa Siklus II

Rentang
NO KOMPONEN INDIKATOR PENILAIAN Skor
Skor
1 mengidentifikasi 1. Siswa mampu
pertanyaan ilmiah mengidentifikasi kata-
kata kunci untuk
mencari imformasi 13 1 - 15
ilmiah tentang topic
yang diberikan.
2 Menjelaskan 2. Mendeskripsikan . 10 1 - 10
fenomena secara 3. Manafsirkan. 9 1 - 10
ilmiah 4. Memprediksi. 9 1 - 10
3. Menggunakan 1. Menilai informasi
8 1 - 10
bukti ilmiah ilmiah
2. Menarik kesimpulan
berdasarkan bukti 10 1 - 15
ilmiah.
3. Memilih alternative
kesimpulan yang
terkait bukti yang 10 1 - 10
diberikan.
4. Memberikan alasan
untuk setuju atau 9 1 - 10
menolak kesimpulan .
5. Membuat refleksi
berdasarkan implikasi
social dari kesimpulan 8 1 - 10
ilmiah.
JUMLAH 86% 100%

LAMPIRAN 4.8 Lembar Aktivitas Guru Siklus II

Skor
No Aspek yang diamati
1 2 3 4

A Pendahuluan
96

1. Guru mengucap salam pembuka dan


mengkondisikan siswa 4

2. Guru memotivasikan siswa untuk


berpartisipasi aktif selama proses 4
pembelajaran
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4
pada pertemuan hari ini.

4. Guru melakukan kegiatan apersepsi


4
dengan memberikan pertanyaan pada siswa
5. Guru menginformasikan dan menegaskan
kepada siswa tentang jenis-jenis penilaian
yang akan dilakukan selama proses 4
pembelajaran berlangsung

B Kegiatan Inti

6. Guru membagikan materi kepada siswa 4


7. Guru menyampaikan gambaran umum
4
tentang materi yang akan dipelajari
8. Guru memberikan kesempatan kepada
4
siswa untuk bertanya
9. Guru mengorganisasikan siswa kedalam
4
kelompok belajar
10. Guru mengingatkan siswa tentang
3
ketentuan dalam model pembelajaran
kooperatif group investigation (GI)
11. Guru berkeliling untuk memonitor kinerja
4
siswa dalam belajar kelompok
12. Guru mendorong siswa aktif dalam proses
4
pembelajaran
13. Guru memberikan kesempatan untuk 4
masing-masing kelompok untuk bertanya,
menyanggah dan menjawab pertanyaan
14. Guru menguatkan kesimpulan yang 4
diperoleh siswa dari hasil kerja kelompok
siswa
97

15. Setelah presentasi guru menginstruksikan 4


siswa untuk kembali ke tempat
16. Guru membagikan soal tes dan 4
menginstruksikan agar siswa mengerjakan
tes secara individu
17. Guru membantu pelaksanaan tes 4

C Penutup
4. Guru memberikan kesimpulan tentang 4
materi yang baru saja dibahas
5. Guru menginformasikan kegiatan yang 4
akan dilakukan pada pertemuan berikutnya
dan memberikan penugasan untuk siswa
6. Guru menginformasikan kegiatan yang 4
akan dilakukan pada pertemuan berikutnya
dan memberikan penugasan untuk siswa

Rata-rata = 83
Rata-rata persentase = 83%

LAMPIRAN 4.9 Hasil tes Literasi sains siswa Siklus II

Nilai Tes
No Nama Evaluasi Keterangan
Siklus II
1 Amelia Putri 75 Tuntas
2 Andik Ramatiah 75 Tuntas
3 Bima Miftahul Fatwa 85 Tuntas
4 Daliyah Elsyafira 80 Tuntas
5 Dwi Cahyaningsih 75 Tuntas
6 Fradisca adde Nur 75 Tuntas
7 Inayah Uzma 90 Tuntas
8 Jesti Jannati 90 Tuntas
9 M. Mauluddin 80 Tuntas
10 M. Nabil 70 Tidak Tuntas
11 Nanda Rosa Defani 90 Tuntas
12 Navalia Wardani 75 Tuntas
13 Nia Zulkarnain 80 Tuntas
14 Niken Amelia 90 Tuntas
98

15 Nurifah Cahya 80 Tuntas


16 Opinur Destiana 85 Tuntas
17 Rafly Fadhil 80 Tuntas
18 Rahmah Aufathiya 75 Tuntas
19 Rahmayani Anwar 75 Tuntas
20 Reni Septiani 80 Tuntas
21 Rizqi Nurandika 80 Tuntas
22 Sabrina Azzahra 75 Tuntas
23 Veronika Vitadela 75 Tuntas
24 Yudha Andrean 80 Tuntas
Jumlah 1.915
Siswa Tuntas 23 Sudah Mencapai
Siswa Tidak Tuntas 1 KKM
RATA-RATA 7.97

LAMPIRAN 5 Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus I

Satuan Pendidikan : MAN 2 KOTA JAMBI


Kelas/semester : XI MIA /2
Materi Pokok : Gelombang Bunyi
Alokasi Waktu : 5 x 45 menit
A. Kegiatan Inti KI 1:
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2:
Mengembangkan prilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif, dan
proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaualan dunia.
KI 3:
Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
99

bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4:
Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah kongkrit dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya dari sekolah secara
mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
NO
KD Indikator
1 1.1 Menyadari kebesaran 1.1 Mengenali dan mengagumi kebesaran Tuhan
Tuhan yang menciptakan dan melalui pengamatan gejala-gejala alami
mengatur alam jagad raya gelombang bunyi dan aplikasi gelombang bunyi
melalui pengamatan dalam teknologi.
fenomenal alam fisis dan
pengukurannya
2 2.1 Menunjukan prilaku 2.1 Melakukan kegiatan pengamatan peserta
ilmiah (memiliki rasa ingin didik dapat terbuka, jujur,hati-
tahu; bertanggung jawab; hati,aktif,disiplin, kerjasama dan
terbuka; kritis; kreatif; bertanggung jawab.
inovatif dan peduli
lingkungan) dalam aktivitas
sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam
melakukan percobaan,
melaporkan, dan berdiskusi.
3 3.1 Menerapakan konsep dan Siklus 1
prinsip gelombang bunyi 1. menjelaskan karakteristik gelombang bunyi
2. menggunakan persamaan cepat rambat
gelombang pada zat gas, zat padat, dan zat
cair untuk penyelesaian masalah.
3. Menggunakan efek doppler untuk
penyelesaian masalah
4. Menjelaskan telinga sebagai penerima bunyi
5. Menjelaskan fenomena dawai
6. Menjelaskan fenomena pipa organa
7. Menjelaskan intensitas gelombang
8. Menjelaskan taraf intensitas bunyi
100

C. TujuanPertemuan
Setelah proses mencari informasi, menanya, berdiskusi, peserta didik
dapat memahami pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural tentang
gelombang bunyi.

Melalui mengamati gejala-gejala alami gelombang bunyi dan aplikasi


gelombang bunyi dalam teknologi peserta didik dapat menyadari
kebesaran Tuhan.

Sesuda melakukan Kegiatan Mengamati dan mencoba Peserta Didik dapat


terbuka, jujur,hati- hati,aktif,disiplin, kerjasama dan bertanggung jawab.

1.7 Melalui kegiatan diskusi peserta didik dapat :


1. Menjelaskan apa itu gelombang bunyi
2. Menentukan cepat rambat gelombang bunyi
3. Menjelaskan efek doppler
4. Menjelaskan sumber bunyi
5. Mendefinisikan cepat rambat gelombang transversal pada dawai
6. Memahami resonansi pada dawai
7. Menentukan hubungan antara frekuensi nada dasar dan nada atas lainya
pada pipa organa terbuka/tertutup
8. .Menerapkan konsep gelombang bunyi pada pembuatan seruling dan gitar.

D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengertian gelombang bunyi
Gelombang adalah getaran yang merambat, baik melalui medium
ataupun tidak melalui medium. Perambatan gelombang ada yang
memerlukan medium, seperti gelombang tali melalui tali dan ada pula
yang tidak memerlukan medium yang berarti bahwa gelombang tersebut
dapat merambat melalui vakum ( hampa udara) , seperti gelombang listrik
magnet dapat merambat dalam vakum.
Bunyi atau suara adalah gelombang longitudinal yang merambat
melalui medium, yang dihasilkan oleh getaran mekanis dan merupakan
101

hasil perambatan energi. Sumber bunyi sebagai sumber getar


memancarkan gelombang gelombang longitudinal ke segala arah.
Gelombang bunyi merupakan gelombang mekanis longitudinal.
Hal ini berarti bahwa bunyi memerlukan medium untuk merambat.
Medium perambatan bunyi dapat berupa zat padat ataupun fluida (zat alir,
meliputi zat cair dan gas).
Menurut Ruwanto(2007)menuyimpulkan bahwa,”gelombang
bunyi dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu gelombang infrasonik,
gelombang audio (audiosonik) dan gelombang ultrasonik”.
a) Gelombang Infrasonik
Gelombang infrasonik adalah gelombang bunyi yang frekuensinya
kurang dari 20 Hz. Gelombang ini tak dapat dideteksi oleh telinga
manusia. sebagai contoh sumber-sumber gelombang infrasonic yaitu
gempa bumi ( aktivitas seismik ) dan aktivitas gunung berapi (aktivitas
vulkanik ). Gelombang infrasonik dari aktivitas seismik ataupun vulkanik
juga mampu dideteksi oleh binatang – binatang di sekitarnya. Oleh karena
itu biasanya sebelum terjadinya bencana berupa gunung meletus ataupun
gempa bumi, binatang-binatang itu lebih dulu bermigrasi atau berpindah
dari lokasi tersebut. Meskipun tak mampu mendeteksinya, ternyata
manusia memiliki reaksi tertentu terhadap adanya gelombang infrasonic.
Beberapa penelitian para ahli menunjukkan bahwa seseorang yang berada
di sekitar gelombang infrasonik akan cenderung merasa cemas, gelisah,
ngeri dan merasakan sesuatu keanehan emosi.
Contoh Soal :
Sebuah gelombang pada permukaan air dihasilkan dari suatu
getaran yang frekuensinya 30 Hz. Jika jarak antara puncak dan lembah
gelombang yang berturutan adalah 50 cm, hitunglah cepat rambat
gelombang tersebut!
Penyelesaian :
102

Diketahui : f = 30 Hz , ½ λ = 50 cm
λ = 100 cm = 1 m
Ditanya : v = ..?
Jawab : v = λ.f = 1.30 = 30 m/s
b) Gelombang audio
Gelombang audio merupakan gelombang bunyi yang frekuensinya
20 Hz hingga 20.000 Hz. Gelombang audio ini misalnya dihasilkan oleh
alat musik, percakapan, tumbukan antar benda, serta semua getaran bunyi
yang bunyinya mampu didengar manusia.
c) Gelombang ultrasonic
Gelombang ultrasonik merupakan gelombang bunyi dengan
frekuensi diatas 20.000 Hz. Gelombang bunyi ini juga tak mampu
terdengar oleh manusia. Beberapa binatang mampu mendeteksi
gelombang ultrasonic ini, seperti, anjing, tikus, lumba-lumba dan
kelelawar. Ada banyak manfaat gelombang ultrasonic misalnya di bidang
medis dan industry. Di bidang medis gelombang ini dapat digunakan
untuk mencitrakan janin yaitu dengan ultrasonografi (USG ) dan juga
untuk membersihkan gigi. Di bidang industri , gelombang ini dapat
digunakan untuk melakukan uji tak rusak atau Non Destructive Testing
(NDT)
2. Sumber Gelombang Bunyi
Sumber gelombang bunyi adalah sesuatu yang bergetar. Hampir
semua benda yang bergetar menimbulkan bunyi. Misalnya dawai gitar
atau biola tampak bergetar sewaktu dibunyikan. Bunyi yang dihasilkan
oleh getaran dawai menyerupai superposisi dari gelombang- gelombang
sinusoidal berjalan. Gelombang berdiri pada dawai dan gelombang bunyi
yang merambat di udara mempunyai kandungan harmonik (tingkatan di
mana terdapat frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi dasar) yang
serupa. Kandungan harmonik bergantung pada cara dawai itu digetarkan.
103

3. Resonansi
Resonansi merupakan keadaan yang terjadi pada suatu benda
ketika pada benda itu datang gaya periodik yang frekuensinya sama
dengan frekuensi alamiah benda tersebut. Akibat keadaan resonansi,
benda akan bergetar dengan amplitudo terbesar yang mungkin dapat
terjadi karena gaya periodik itu. Resonansi dapat juga berarti bergetarnya
suatu benda karena getaran benda lain. Fenomena resonansi dapat juga
ditunjukkan dengan gelombang longitudinal (bunyi) dapat ditimbulkan
oleh garpu tala. Resonansi memegang peranan penting dalam instrument
musik. Dawai tidak dapat menghasilkan nada yang nyaring jika tidak
dilengkapi dengan ruang resonansi. Ruang resonansi ini dapat beresonansi
dengan dawai yang bergetar di dekatnya. Tanpa ruang resonansi, gitar dan
biola tidak akan menghasilkan nada yang nyaring dan merdu.
Sumber pada terompet adalah getaran bibir peniupnya. Jika
terompet tidak dilengkapi dengan ruang resonansi yang berupa pipa
dengan bentuk tertentu, getaran bibir saja tidak akan menghasilkan nada
yang nyaring dan merdu. Instrumen musik gamelan juga menggunakan
ruang resonansi yang terletak di bagian bawah. Demikian juga angklung
bambu yang sangat terkenal dari jawa barat.
4. Efek Doppler pada Bunyi
Bila seorang pendengar bergerak menuju sebuah sumber bunyi
yang stasioner, maka titi nada (frekuensi) bunyi yang terdengar adalah
lebih tinggi daripada bila pendengar tersebut berada di dalam keadaan
diam. Bila pendengar bergerak menjauhi sumber stationer tersebut, maka
dia akan mendengarkan titi nada yang lebih rendah daripada bila
pendengar tersebut berada di dalam keadaan diam. Doppler (1842)
menyatakan bahwa “sumber dan pengamat bergerak sepanjang garis yang
menghubungkan sumber dan pengamat medium melalui dimana bunyi
berjalan. Untuk menganalisis Efek Doppler pada gelombang bunyi, kita
104

perlu menentukan hubungan antara pergeseran frekuensi, kecepatan


sumber dan kecepatan pendengar relatif terhadap medium (biasanya
udara) yang dilalui gelombang bunyi tersebut. Dengan demikian seorang
pengamat yang bergerak menuju sumber bunyi yang diam akan
mendengar frekuensi yang lebih tinggi daripada frekuensi sumber bunyi
yang sebenarnya Sebaliknya seseorang pengamat yang bergerak menjauhi
sumber bunyi akan mendengar frrekuensi yang lebih rendah daripada
frekuensi sumber bunyi yang sebenarnya.
Efek Doppler adalah efek yang penting di dalam cahaya. Laju
cahaya begitu besar sehingga hanya sumber astronomik atau sumber
atomik , yang mempunyai kecepatan- kecepatan tinggi dibandingkan
dengan sumber makroskopik bumi, yang memperlihatkan efek Doppler
yang sangat nyata. Efek astronomik terdiri dari pergeseran panjang
gelombang yang diamati dari cahaya yang dipancarkan oleh elemen-
elemen yang ada pada elemen astronomik yang bergerak dibandingkan
terhadap panjang gelombang yang diamati dari elemen- elemen yang
sama ini di bumi.
Konsekuensi dari efek Doppler yang mudah diamati adalah
pelebaran (penyebaran frekuensi) radiasi yang dipancarkan dari gas-gas
yang panas. Pelebaran ini berasal dari kenyataan bahwa atom-atom atau
molekul-molekul yang memancarkan cahaya bergerak di dalam semua
arah dan laju yang berbeda-beda relatif terhadap alat pengamat sehingga
penyebaran frekuensi akan dideteksi
5. Pemanfaatan Gelombang Bunyi
Beberapa pemanfaatan gelombang bunyi:
a. Dapat digunakan untuk mengukur kedalaman laut serta lokasi dan jarak
objek dalam air gelombang Bunyi yang digunakan adalah ultrasonik.
b. Digunakan untuk mendeteksi janin dalam rahim, biasanyamenggunakan
105

bunyi infrasonik.
c. Digunakan mendeteksi keretakan suatu logam dan lain-lain.
d. Diciptakannya Pengeras Suara termasuk manfaat dari bunyi audiosonik.
e. Digunakan utuk kita mendengar suara, musik dan untukmemperlancar
komunikasi.
f. Menentukan jarak dari sesuatu tempat.
g. Pemecahan batu karang dalam usus
Manfaat gelombang bunyi (gelombang ultrasonic)

a. Pemanfaatan untuk Sonar (Sound Navigation Ranging)


Sonar merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menentukan
letak benda di bawah laut dengan menggunakan metode pantulan
gelombang. Pantulan gelombang oleh suatu permukaan atau benda
sehingga jenis gelombang yang lebih lemah terdeteksi tidak lama setelah
gelombang asal disebut gema. Gema merupakan bunyi yang terdengar
tidak lama setelah bunyi asli. Perlambatan antara kedua gelombang
menunjukkan jarak permukaan pemantul.
Penduga gema (echo sounder) ialah peralatan yang digunakan
untuk menentukan kedalaman air di bawah kapal. Kapal mengirimkan
suatu gelombang bunyi dan mengukur waktu yang dibutuhkan gema
untuk kembali, setelah pemantulan oleh dasar laut. Selain kedalaman laut,
metode ini juga dapat digunakan untuk mengetahui lokasi karang, kapal
karam, kapal selam, atau sekelompok ikan.
b. Pencitraan Medis
Bunyi ultrasonik digunakan dalam bidang kedokteran dengan
menggunakan teknik pulsa-gema. Teknik ini hampir sama dengan sonar.
Pulsa bunyi dengan frekuensi tinggi diarahkan ke tubuh, dan pantulannya
dari batas atau pertemuan antara organ-organ dan struktur lainnya dan
106

luka dalam tubuh kemudian dideteksi. Dengan menggunakan teknik ini,


tumor dan pertumbuhan abnormal lainnya, atau gumpalan fluida dapat
dilihat. Selain itu juga dapat digunakan untuk memeriksa kerja katup
jantung dan perkembangan janin dalam kandungan. Informasi mengenai
berbagai organ tubuh seperti otot, jantung, hati, dan ginjal bisa diketahui.
Frekuensi yang digunakan pada diagnosis dengan gelombang
ultrasonik antara 1 sampai 10 MHz, laju gelombang bunyi pada jaringan
tubuh manusia sekitar 1.540 m/s, sehingga panjang gelombangnya adalah:
λ = v/f = (1.540 m/s) / (106 s-1) = 1,5 × 10-3 = 1,5 mm.
Panjang gelombang ini merupakan batas benda yang paling kecil
yang dapat dideteksi. Makin tinggi frekuensi, makin banyak gelombang
yang diserap tubuh, dan pantulan dari bagian yang lebih dalam dari tubuh
akan hilang.
Pencitraan medis dengan menggunakan bunyi ultrasonik
merupakan kemajuan yang penting dalam dunia kedokteran. Metode ini
dapat menggantikan prosedur lain yang berisiko, menyakitkan, dan
mahal. Cara ini dianggap tidak berbahaya.
c. Terapi Medis menggunakan Bunyi Ultrasonik
Dalam dunia kedokteran, gelombang ultrasonik digunakan dalam
diagnosa dan pengobatan. Diagnosa dengan menggunakan gelombang
ultrasonik berupa USG (ultrasonografi), dapat digunakan untuk
mengetahui janin di dalam kandungan. Pengobatan meliputi
penghancuran jaringan yang tidak diinginkan dalam tubuh, misalnya batu
ginjal atau tumor, dengan menggunakan gelombang ultrasonik
berintensitas tinggi (setinggi 107 W/m2) yang kemudian difokuskan pada
jaringan yang tidak diinginkan tersebut. Selain itu bunyi ultrasonik juga
digunakan untuk terapi fisik, yaitu dengan memberikan pemanasan lokal
pada otot yang cedera.
d. Penerapan dalam Bidang Industri
107

Dalam dunia industri, dengan menggunakan bor-bor ultrasonik


dapat dibuat berbagai bentuk atau ukuran lubang pada gelas dan baja.
e. Mengetahui Keadaan Bagian dalam Bumi
Pergeseran tiba-tiba segmen-segmen kerak bumi yang dibatasi
zona patahan dapat menghasilkan gelombang seismik. Ini memungkinkan
para ahli geologi dan geofisika untuk memperoleh pengetahuan tentang
keadaan bagian dalam Bumi dan membantu mencari sumber bahan bakar
fosil baru. Ada empat tipe gelombang seismik, yaitu gelombang badan P,
gelombang badan S, gelombang permukaan Love, dan gelombang
permukaan Rayleigh.

Alat yang digunakan untuk mendeteksi gelombang-gelombang ini


disebut seismograf, yang biasanya digunakan untuk mendeteksi adanya
gempa bumi. Seperti semua gelombang, laju gelombang seismik
bergantung pada sifat medium, rigiditas, ketegaran, dan kerapatan
medium. Grafik waktu perjalanan dapat digunakan untuk menentukan
jarak stasiun seismograf dari episenter gempa bumi.

E. Model dan Metode Pembelajaran

Pert Model Metode


Pembelajaran
I Group
1. Ceramah
Investigation
2. Diskusi
3. Tanya jawab
II Group
Investigation 4. Presentasi

F. Langkah-langkah pembelajaran

Rincian Kegiatan Waktu


108

Pendahuluan

1. Memberi salam
2. Mengecek kehadiran siswa.
3. Mempersilahkan siswa mengawali pembelajran dengan doa. 5 menit
4. Guru memberi apersepsi dan motifasi tentang materi yang berkaitan
dengan karakteristik bunyi,cepat rambat bunyi,efek doppler, dan
telinga sebagai penerima bunyi.
5. Guru memberitahukan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti

Tahap Langkah/Kegiatan Pembelajaran

Pengelompokan
1. Guru memberikan sub topik
2. Guru membagi kelompok setiap kelompok terbagi
menjadi 4-5 orang siswa dan guru membagikan pokok
Fase 1 bahasan yang berbeda 10 Menit

Planning
3. Guru Dan siswa merencanakan prosedur pembelajaran,
tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan
Fase 2 subtopik pelajaran yang telah dipilih pada fase 20 Menit
pertama.

Penyelidikan
109

4. Siswa menerapkan rencana yang telah mereka


kembangkan di dalam fase kedua.
Fase 3 5. Guru mengarahkan siswa untuk mencari bahan ajar yang
susuai dengan materi kelompok yang diberikan.
6. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
menawarkan bantuan bila diperlukan 30 menit

Pengorganisasian
7. Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang
diperoleh pada fase ketiga
Fase 4 30 menit
8. merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas
dan disajikan dengan cara menarik sebagai bahan untuk
dipresentasikan kepada seluruh kelas

Presentasi
Fase 5 9. Setiap kelompok maju mempersentasikan hasil diskusi
dalam bentuk peta konsep dan setiap siswa di dalam
kelompok diharuskan untuk aktif.
60 menit

Evaluasi
Fase 6 10. Guru memberikan penghargaan atas semua yang 5 menit
dilakukan baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok

Penutup
1. Peserta didik kembali ke tempat duduk masing-masing
2. Guru dan peserta didik merangkum kegiatan pembelajaran
yang telah
Berlansung dalam bentuk peta konsep.
20 menit
110

3. Guru memberikan post test kepada peserta didik

4. Doa penutup. 45 Menit


111

LAMPIRAN 6. Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus II

Satuan Pendidikan : MAN 2 KOTA JAMBI


Kelas/semester : XI MIA /2
Materi Pokok : Gelombang Bunyi
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
G.Kegiatan Inti KI 1:
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2:
Mengembangkan prilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif, dan
proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaualan dunia.
KI 3:
Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4:
Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah kongkrit dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya dari sekolah secara
mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
H. Kompetensi Dasar dan Indikator
NO
KD Indikator
1 1.1 Menyadari kebesaran 1.1 Mengenali dan mengagumi kebesaran Tuhan
Tuhan yang menciptakan dan melalui pengamatan gejala-gejala alami
mengatur alam jagad raya gelombang bunyi dan aplikasi gelombang bunyi
melalui pengamatan dalam teknologi.
fenomenal alam fisis dan
pengukurannya
112

2 2.1 Menunjukan prilaku 2.1 Melakukan kegiatan pengamatan peserta


ilmiah (memiliki rasa ingin didik dapat terbuka, jujur,hati-
tahu; bertanggung jawab; hati,aktif,disiplin, kerjasama dan
terbuka; kritis; kreatif; bertanggung jawab.
inovatif dan peduli
lingkungan) dalam aktivitas
sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam
melakukan percobaan,
melaporkan, dan berdiskusi.
3 3.1 Menerapakan konsep dan Siklus 1
prinsip gelombang bunyi 1. menjelaskan gelombang kejut
2. intensitas gelombang
3. pemecahan masalah dengan menggunakan
persamaan intensitas gelombang
4. Mengetahui skala kebisingan
5. mengetahui intensitas gelombang bunyi pada
kehidupan sehari-hari
6. mengetahui bahaya intensitas taraf gelombang
bunyi

I. TujuanPertemuan

Setelah proses mencari informasi, menanya, berdiskusi, peserta didik dapat


memahami pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural tentang intensitas
gelombang bunyi. Melalui mengamati gejala-gejala alami intensitas gelombang
bunyi dan aplikasi intensitas gelombang bunyi serta bahaya yang disebabkan oleh
intensitas gelombang bunyi pada taraf tertentu. Sesudah melakukan Kegiatan
Mengamati dan mencoba Peserta Didik dapat terbuka, jujur,hati- hati,aktif,disiplin,
kerjasama dan bertanggung jawab.

1.8 Melalui kegiatan diskusi peserta didik dapat :


a. menjelaskan gelombang kejut
b. intensitas gelombang
c. pemecahan masalah dengan menggunakan persamaan intensitas
gelombang
d. Mengetahui skala kebisingan
e. mengetahui intensitas gelombang bunyi pada kehidupan sehari-hari
113

f. mengetahui bahaya intensitas taraf gelombang bunyi

J. MATERI PEMBELAJARAN

1. Pengertian intensitas gelombang bunyi

Secara sederhana, Taraf intensitas bunyi bisa diartikan dengan tingkat kebisingan

suatu bunyi pada pendengaran manusia. Bunyi yang mempunyai taraf intensitas yang

tinggi akan memekakkan telinga kita seperti bunyi ledakan bom atau pesawat

terbang. Namun ada juga bunyi yang sangat pelan sampai sampai tidak terdengar

oleh telinga kita.

Secara fisika, Taraf intensitas bunyi merupakan perbandingan nilai logaritma

antara intensitas bunyi yang diukur (I) dengan intensitas ambang pendengaran (Io).

Intensitas ambang pendengaran (Io) yaitu intensitas bunyi terkecil yang masih

mampu didengar oleh telinga, Besarnya ambang pendengaran berkisar pada 10 -


12
W/m2. Satuan dari Taraf Intensitas bunyi adalah desiBell (dB).

Berikut tabel taraf intensitas beberapa sumber bunyi


114

RUMUS TARAF INTENSITAS BUNYI

Taraf intensitas dari sebuah sumber bunyi dirumuskan dengan :

TARAF INTENSITAS DARI n BUAH SUMBER BUNYI IDENTIK Jika terdapat

sebanyak n buah sumber bunyi yang identik (mempunyai intensitas bunyi sama),

besar Taraf intensitas totalnya dirumuskan dengan persamaan :


115

PERBANDINGAN TARAF INTENSITAS PADA RADIUS YANG BERBEDA

Taraf intensitas bunyi pada jarak yang berbeda dari sumber bunyi akan berbeda,

dirumuskan dengan :

Intensitas terkecil yang masih dapat menimbulkan rangsangan pendengaran pada

telinga manusia adalah sebesar 10-12Wm-2 pada frekuensi 1.000 Hz dan disebut

intensitas ambang Pendengaran. Intensitas terbesar yang masih dapat diterima telinga

manusia tanpa rasa sakit adalah sebesar 1 Wm-2. Jadi, batasan pendengaran terendah

pada manusia adalah 10 -12 Wm-2 dan batasan pendengaran tertinggi pada manusia

adalah 1 Wm-2.

K. Model dan Metode Pembelajaran

Pert Model Metode


Pembelajaran
I Group 5. Ceramah
Investigation
6. Diskusi
7. Tanya jawab
II Group
Investigation 8. Presentasi
116

L. Langkah-langkah pembelajaran

Rincian Kegiatan Waktu


Pendahuluan

1. Memberi salam
2. Mengecek kehadiran siswa.
3. Mempersilahkan siswa mengawali pembelajran dengan doa.
5 menit
4. Guru memberi apersepsi dan motifasi tentang materi yang berkaitan
dengan karakteristik bunyi,cepat rambat bunyi,efek doppler, dan telinga
sebagai penerima bunyi.
5. Guru memberitahukan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti

Tahap Langkah/Kegiatan Pembelajaran

Pengelompokan
117

6. Guru memberikan sub topik


7. Guru membagi kelompok setiap kelompok terbagi
menjadi 4-5 orang siswa dan guru membagikan
pokok bahasan yang berbeda (Kelompok pada siklus 5 Menit
Fase 1
I)

Planning
8. Guru Dan siswa merencanakan prosedur
pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang
Fase 2 konsisten dengan subtopik pelajaran yang telah
dipilih pada fase pertama. 20 Menit

Penyelidikan
9. Siswa menerapkan rencana yang telah mereka
kembangkan di dalam fase kedua. 25 Menit
Fase 3 10. Guru mengarahkan siswa untuk mencari bahan ajar
yang susuai dengan materi kelompok yang diberikan.
11. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok
dan menawarkan bantuan bila diperlukan

Pengorganisasian
12. Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang
diperoleh pada fase ketiga
Fase 4 13. merencanakan bagaimana informasi tersebut
diringkas dan disajikan dengan cara menarik sebagai
bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas
15 menit

Fase 5
Presentasi
118

14. Setiap kelompok maju mempersentasikan hasil


diskusi dalam bentuk peta konsep dan setiap siswa di
dalam kelompok diharuskan untuk aktif.
45 menit

Evaluasi
Fase 6 15. Guru memberikan penghargaan atas semua yang 5 menit
dilakukan baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok

Penutup
a. Peserta didik kembali ke tempat duduk masing-masing
b. Guru dan peserta didik merangkum kegiatan pembelajaran yang 60 menit
telah berlansung.
c. Guru memberikan post test kepada peserta didik
d. Doa penutup
119

LAMPIRAN 7 Kisi-Kisi Soal Pretest

KISI-KISI SOAL PRETEST

UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA

Satuan Pendidika : MAN 2 Kota Jambi

Kelas/Semester : XI/ II

Mata Pelajaran : Fisika

Materi Pokok : Suhu dan Kalor

Indikator Indikator Soal Soal dan No. Soal


Kemampuan
Literasi Fisika
Menjelaskan Menjelaskan konsep
Fenomena Ilmiah suhu melalui istilah
kontak termal dan
kesetimbangan termal
120

1. Berdasarkan gambar diatas, jika benda A dan B tidak berada dalam kontak termal dan benda
ketiga C merupakan termometer. Apakah benda A dan B berada dalam kesetimbangan termal
satu sama lain?
A. Benda A dan B berada dalam keseimbangan termal satu sama lain, karena dari hasil
pembacaan termometer bernilai sama.
B. Benda A dan B tidak berada dalam kesetimbangan termal satu sama lain.
C. Benda A dan B berada dalam kontak termal.
D. Benda A dan B tidak mengalami pertukaran energi.
E. Benda A mengalami pertukaran energi.
Menjelaskan Menjelaskan konsep 2. Berdasarkan gambar diatas, dua benda yang berbeda ukuran, massa dan suhu diletakkan secara
Fenomena Ilmiah kalor kontak termal, maka
A. Energi berpindah dari benda yang lebih besar .
B. Tidak ada pertukaran energi antar benda.
C. Energi berpindah dari benda yang lebih kecil massanya.
D. Energi berpindah dari benda yang suhunya lebih rendah ke suhu yang lebih tinggi.
E. Terdapat pertukaran energi antar kedua benda.
Setiap bahan/zat memiliki karakteristik koefisien rata-rata pemuaian masing-masing. Sebagai contoh,
Mengidentifikasi Menjelaskan faktor ketika suhu dari batang kuningan dan batang baja dengan panjang yang sama dinaikkan dengan
isu /pertanyaan pemuaian padakeping jumlah yang sama dari suatu keadaan awal, batang kuningan akan lebih memuai dibandingkan dengan
ilmiah bimetal batang baja karena kuningan memiliki koefisien muai rata-rata yang lebih besar dibandingkan baja.
Mekanisme sederhana yang disebut strip bimetal menggunakan prinsip ini.

Figur 1 Untuk Soal 3 dan 4


121

Menggunakan bukti Menentukan 3. Perhatikan tabel berikut!


ilmiah pertambahan ukuran Zat Konduktivitas termal (kal/ms ℃) Panjang (m)
benda akibat Baja 0,0046 5
pemuaian Kuningan 0,01 4
Perak 0,42 2

Berdasarkan tabel informasi diatas, pernyataan manakah yang benar barikut ini!
1. Konduktor yang paling baik adalah perak, karena perak mempunyai konduktivitas termal
paling besar.
2. Konduktor yang paling baik adalah baja, karena baja mempunyai konduktivitas paling kecil.
3. Zat yang memiliki laju konduksi paling kecil adalah baja.
4. Kuningan memiliki laju konduksi yang paling besar.
a. 1 dan 4
b. 1,2, dan 3
c. 4 dan 2
d. 1 dan 3
e. 3 dan 2
122

4. Perhatikan tabel berikut!


Zat Titik Kalor Kalor Massa (kg)
didih didih Jenis (J/kg
(℃ ) (J/Kg) K)
Alkohol 78 853x 103 2400 12
Raksa 357 272x103 140 7,5
Air 100 2256x103 4180 2
Timah 1750 870x103 130 4

Dari data diatas, jika diketahui suhu mula-mula dari ketiga zat adalah 0℃, zat manakah yang
membutuhkan kalor paling kecil untuk mencapai titik didih?

A. Timah
B. Raksa
C. Air
D. Alkohol
E. Air dan Raksa
123

Menjelaskan Menjelaskan konsep 5.


fenomena ilmiah perpindahan kalor
secara konveksi
124

Mengidentifikasi isu Mengindetifikasi 6. Artikel


ilmiah/pertanyaan contoh kehidupan
ilmiah sehari-hari pada
konsep kalor

Sumber:http://geoenviron.blogspot.co.id
Berdasarkan artikel diatas, perubahan suhu di Indonesia disebabkan oleh faktor?
A. Posisi Indonesia yang terletak di daerah lintang rendah menyebabkan suhu rata-rata
tahunan yang rendah.
B. Ketinggian suatu daerah dari permukaan laut, semakin tinggi suatu tempat, semakin tinggi
suhunya.
C. Adanya perbedaan tinggi tempat dari permukaan laut, semakin tinggi suatu tempat,
semakin rendah suhunya.
D. Dipengaruhi oleh beragam jenis tanaman yang tumbuh didalamnya.
E. Adanya perbedaan tinggi suatu tempat tidak mempengaruhi tinggi rendahnya temperatur
125

Menjelaskan Menganalisis 7. Telah diketahui bahwa tekanan udara diatas permukaan air menentukan titik didih air. Makin
fenomena ilmiah perpindahan kalor kecil tekanan, makin rendah titik didih air. Asumsikan bahwa di Bulan tidak terdapat atmosfer.
dengan cara konduksi Pernyataan manakah yang paling tepat dibawah ini!
A. Di bulan tidak terdapat atmosfer, sehingga tekanan udara diatas permukaan air adalah
nol dan titik didih semakin rendah.
B. Titik didih di bulan semakin tinggi, dengan tekanan udara nol.
C. Air akan mendidih jika dituang dipermukaan bulan, karena titik didih tinggi.
D. Tekanan udara semakin besar, sehingga air yang mendidih akan menjadi uap.
E. Tekanan udara diatas permukaan semakin tinggi.

Mengidentifikasi isu Mengidentifikasi 8. Perhatikan tabel analisis data berikut!


ilmiah/pertanyaan konsep kalor dan
ilmiah perubahan wujud zat No. Massa (10-3kg) Waktu (s) Kalor (J)
1. 20 8 800
2. 30 13 1300
3. 40 17 1700
Kalor Jenis air adalah 4200 JK-℃–1
Manakah diantaranya kesimpulan yang tepat dari analisis data tersebut!
A. Semakin kecil massa benda maka semakin banyak kalor yang diserap
B. Semakin besar massa benda maka semakin banyak kalor yang diserap
C. Semakin besar massa benda maka semakin banyak kalor jenis yang diserap
D. Semakin kecil massa benda maka semakin sedikit kalor jenis yang diserap
E. Semakin besar kalor yang diserap menunjukkan massa benda yang sebanding
126

Menjelaskan Menganalisis 9. Telah diketahui bahwa tekanan udara diatas permukaan air menentukan titik didih air. Makin
fenomena ilmiah perpindahan kalor kecil tekanan, makin rendah titik didih air. Asumsikan bahwa di Bulan tidak terdapat atmosfer.
dengan cara konduksi Pernyataan manakah yang paling tepat dibawah ini!
A. Di bulan tidak terdapat atmosfer, sehingga tekanan udara diatas permukaan air adalah
nol dan titik didih semakin rendah.
B. Titik didih di bulan semakin tinggi, dengan tekanan udara nol.
C. Air akan mendidih jika dituang dipermukaan bulan, karena titik didih tinggi.
D. Tekanan udara semakin besar, sehingga air yang mendidih akan menjadi uap.
E. Tekanan udara diatas permukaan semakin tinggi.

Mengidentifikasi isu Mengidentifikasi 10. Perhatikan tabel analisis data berikut!


ilmiah/pertanyaan konsep kalor dan
ilmiah perubahan wujud zat
No. Massa (10-3kg) Waktu (s) Kalor (J)
1. 20 8 800
2. 30 13 1300
3. 40 17 1700

Kalor Jenis air adalah 4200 JK-℃–1


Manakah diantaranya kesimpulan yang tepat dari analisis data tersebut!
A. Semakin kecil massa benda maka semakin banyak kalor yang diserap
B. Semakin besar massa benda maka semakin banyak kalor yang diserap
C. Semakin besar massa benda maka semakin banyak kalor jenis yang diserap
D. Semakin kecil massa benda maka semakin sedikit kalor jenis yang diserap
E. Semakin besar kalor yang diserap menunjukkan massa benda yang sebanding.
127
128

LAMPIRAN 8 Soal Pretest

SOAL PRETEST DAN POSTTES

SUHU DAN
KALOR MAN 2

KOTA JAMBI

Mata Pelajaran : Fisika Waktu : 60 menit


Pokok Bahasan : Suhu dan Kalor Nama :

Petunjuk umum mengerjakan soal

1. Berdoalah sebelum mengerjakan soal dibawah ini!


2. Bacalah perintah soal dengan seksama.
3. Tulislah nama pada lembar soal sesuai dengan tempat yang ditentukan.
4. Kerjakan soal berikut ini dengan jujur.
5. Periksa kembali jawaban Anda sebelum dikumpulkan.

Soal

Gambar untuk soal no 1 dan 2

1. Berdasarkan gambar diatas, jika benda A dan B tidak berada dalam


kontak termal dan benda ketiga C merupakan termometer. Apakah
benda A dan B berada dalam kesetimbangan termal satu sama lain?
A. Benda A dan B berada dalam keseimbangan termal satu sama
lain, karena dari hasil pembacaan termometer bernilai sama.
129

B. Benda A dan B tidak berada dalam kesetimbangan termal satu sama


lain.
C. Benda A dan B berada dalam kontak termal.
D. Benda A dan B tidak mengalami pertukaran energi.
E. Benda A mengalami pertukaran energi.
2. Berdasarkan gambar diatas, dua benda yang berbeda ukuran, massa
dan suhu diletakkan secara kontak termal, maka
A. Energi berpindah dari benda yang lebih besar.
B. Tidak ada pertukaran energi antar benda.
130

C. Energi berpindah dari benda yang lebih kecil massanya.


D. Energi berpindah dari benda yang suhunya lebih rendah ke suhu yang
lebih tinggi.
E. Terdapat pertukaran energi antar kedua benda.

Gambar untuk soal 3 dan 4

3. Berdasarkan gambar 1(a) diatas apa yang menyebabkan hal itu terjadi?
A. Koefisien muai panjang yang berbada yakni baja memiliki koefisien
muai lebih besar.
B. Koefisien muai baja lebih kecil dibanding kuningan sehingga
keping bimetal akan melengkung ke arah baja.
C. Koefisien pemuaian baja lebih kecil dibanding kuningan
sehingga bimetal akan melengkung ke arah kuningan.
D. Koefisien kuningan lebih kecil daripada baja.
E. Kedua benda mempunyai koefisien muai yang sama.
4. Berdasarkan gambar 1(b) strip bimetal pada termostat digunakan sebagai?
A. Menyambungkan hubungan listrik pada suhu 30℃
B. Mengikat hubungan listrik
C. Memutus listrik pada suhu 25℃
D. Memutus hubungan listrik pada suhu 30℃ dan
menyambungkan hubungan listrik pada suhu 25℃
E. Menghubungkan aliran arus listrik
5. Perhatikan tabel berikut!
Zat Konduktivitas Panjang
termal (kal/ms ℃) (m)
131

Baja 0,0046 5
Kuningan 0,01 4
Perak 0,42 2
Berdasarkan tabel informasi diatas, pernyataan manakah yang benar barikut

ini!

1. Konduktor yang paling baik adalah perak, karena perak


mempunyai konduktivitas termal paling besar.
132

2. Konduktor yang paling baik adalah baja, karena baja


mempunyai konduktivitas paling kecil.
3. Zat yang memiliki laju konduksi paling kecil adalah baja.
4. Kuningan memiliki laju konduksi yang paling besar.
A. 1 dan 4
B. 1,2, dan 3
C. 4 dan 2
D. 1 dan 3
E. 3 dan 2

6. Perhatikan tabel berikut!

Zat Titik Kalor Kalor Massa (kg)


didih didih Jenis (J/kg
(℃ ) (J/Kg) K)
Alkohol 78 853x 103 2400 12
Raksa 357 272x103 140 7,5
Air 100 2256x103 4180 2
Timah 1750 870x103 130 4

Dari data diatas, jika diketahui suhu mula-mula dari ketiga zat adalah 0℃, zat manakah yang
membutuhkan kalor paling kecil untuk mencapai titik didih?

Timah
Raksa
Air
Alkohol
Air dan Raksa
133

Pertanyaan:

Berdasarkan gambar diatas, apa yang dimaksud dengan


perpindahan kalor secara konveksi?
A. Pemanasan secara kontak langsung, terjadi karena molekul-
molekul udara yang dekat dengan permukaan bumi akan
menjadi panas setelah bersinggungan.
B. Pemanasan secara vertikal dan penyebaran panasnya terjadi
akibat adanya gerakan udara secara vertikal, sehingga udara
di atas yang belum panas ini menjadi panas karena pengaruh
udara dibawah sudah terlalu panas.
C. Penyebaran panas secara berputar-putar dan penyebaran
panasnya menyebabkan udara yang sudah panas bercampur
dengan udara yang belum panas.
D. Penyebaran panas secara horizontal yang mengakibatkan
perubahan fisik udara disekitar yaitu udara menjadi panas.
E. Penyebaran panas secara vertikal dan horizontal.

8. Artikel
Letak astronomis Indonesia terletak pada 95º-141ºBT Dan 6ºLU-11ºLS
Serta dilalui oleh garis Khatulistiwa sehingga sangat mempengaruhi
keadaan suhu udara rata-rata setiap hari sepanjang tahunnya. Posisi
Indonesia yang terletak pada daerah lintang rendh menyebabkan suhu rata-
rata tahunan yang tinggi, yaitu kurang lebih 26ºC perbedaan suhu juga
dipengaruhi oleh ketinggian suatu daerah dari permukaan laut, semakin
tinggi suatu tempat maka semakin rendah suhunya. Perbedaan suhu ini
mempengaruhi berbagai habitat beragam jenis tanaman yang tumbuh
didalamnya Wilayah Indonesia merupakan kepulauan sehingga luas wilayah
perairan sangat luas hal ini sangat mempengaruhi kondisi suhu di
wilayahnya. Karena kondisi tersebut mengakibatkan tidak terjadi perbedaan
suhu yang besar antara suhu maksimum dan minimum tahunannya
Sumber:http://geoenviron.blogspot.co.id

Berdasarkan artikel diatas, perubahan suhu di Indonesia disebabkan


oleh faktor?
A. Posisi Indonesia yang terletak di daerah lintang rendah
menyebabkan suhu rata-rata tahunan yang rendah.
B. Ketinggian suatu daerah dari permukaan laut, semakin tinggi
suatu tempat, semakin tinggi suhunya.
C. Adanya perbedaan tinggi tempat dari permukaan laut,
semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhunya.
134

D. Dipengaruhi oleh beragam jenis tanaman yang tumbuh didalamnya.


E. Adanya perbedaan tinggi suatu tempat tidak mempengaruhi tinggi
rendahnya temperatur
9. Telah diketahui bahwa tekanan udara diatas permukaan air menentukan titik
didih air. Makin kecil tekanan, makin rendah titik didih air. Asumsikan
bahwa di Bulan tidak terdapat atmosfer.
Pernyataan manakah yang paling tepat dibawah ini!
A. Di bulan tidak terdapat atmosfer, sehingga tekanan udara diatas
permukaan air adalah nol dan titik didih semakin rendah.
B. Titik didih di bulan semakin tinggi, dengan tekanan udara nol.
C. Air akan mendidih jika dituang dipermukaan bulan, karena titik didih
tinggi.
D. Tekanan udara semakin besar, sehingga air yang mendidih akan
menjadi uap.
E. Tekanan udara diatas permukaan semakin tinggi.
10. Perhatikan tabel analisis data berikut!
No. Massa (10-3kg) Waktu (s) Kalor (J)
1. 20 8 800
2. 30 13 1300
3. 40 17 1700
Kalor Jenis air adalah 4200 JK-℃–1
Manakah diantaranya kesimpulan yang tepat dari analisis data tersebut!
A. Semakin kecil massa benda maka semakin banyak kalor yang diserap
B. Semakin besar massa benda maka semakin banyak kalor yang diserap
C. Semakin besar massa benda maka semakin banyak kalor jenis yang
diserap
D. Semakin kecil massa benda maka semakin sedikit kalor jenis yang
diserap
E. Semakin besar kalor yang diserap menunjukkan massa benda yang
sebanding.
135

LAMPIRAN 9 Kunci Jawaban Fretest

Kunci Jawaban & Pedoman Penskoran Soal Uji Coba

Kunci Jawaban Pedoman Penskoran

Mata Pelajaran : Fisika

Materi Pokok : Suhu dan Kalor

Kelas/Semester : XI / 1

No. Jawaban Skor


Butir maksimum
Soal
1. Jawab: A 1

Penjelasan berdasarkan gambar dan artikel, bahwa


Benda A dan B berada dalam keseimbangan termal
satu sama lain, karena dari hasil pembacaan
termometer bernilai sama.

2. Jawab: B 1

Berdasarkan petunjuk artikel dan gambar, menunjukkan


bahwa tidak ada pertukaran energi antar benda.

3. Jawab: B 1

Berdasarkan keterangan dari gambar, Koefisien muai


baja lebih kecil dibanding kuningan sehingga keping
bimetal akan melengkung ke arah baja.

4. Jawab: D 1

Dari keterangan gambar, strip bimetal pada termostat


digunakan sebagai Memutus hubungan listrik pada
suhu 30℃ dan menyambungkan hubungan listrik
pada suhu 25℃
5. Jawab: D 1
Yang merupakan konduktor paling balik adalah perak. Di
antara zat yang lainnya, perak mempunyai nilai
konduktivitas termal paling besar. Dan zat yang memiliki
laju konduksi paling kecil adalah Baja.
Baja: Q/t = k/l
136

= 0,0046/5 = 0,00092
Kuningan: Q/t = k/l
= 0,01/4 = 0,0025
Perak : Q/t = k/l
= 0,42/2= 0,21

6. Jawab: B 1
Untuk menentukan zat yang membutuhkan kalor paling
kecil mencapai titik didih dengan menggunakan
persamaan Q= m c ∆T
Yang membutuhkan kalor paling kecil untuk mencapai
titik didih adalah Raksa
7. Jawab: B 1

Berdasarkan keterangan gambar bahwa, pemanasan


secara vertikal dan penyebaran panasnya terjadi akibat
adanya gerakan udara secara vertikal, sehingga
udara di atas yang belum panas ini menjadi panas
karena pengaruh udara dibawah sudah terlalu panas.
8 Jawab: C 1

Berdasarkan artikel, Adanya perbedaan tinggi tempat


dari permukaan laut, semakin tinggi suatu tempat,
semakin rendah suhunya.

9 Jawab: A 1

Tekanan udara diatas permukaan air menentukan titik


didih air. Makin kecil tekanan, maka titik didih air
semakin rendah pula. Di bulan tidak ada atmosfer,
sehingga tekanan di atas permukaan air adalah nol.
10 Jawab: B 1

Dibuktikan dengan rumus


Nc
Q=
∆T
Semakin besar massa benda maka semakin banyak
kalor yang diserap

b. Pedoman Penskoran
Pedoman penskoran pada soal berbentuk pilihan ganda
menggunakan rumus sebagai berikut.
137

S = (Rx1)-(Wx0)

Dimana:

S = skor yang dicari

R = jumlah jawaban benar

W = jumlah jawaban salah


138
136

LAMPIRAN 10 Kisi-Kisi Instrumen Tes Literasi Sains Siklus I


KISI-KISI INSTRUMEN PENILAIAN LITERASI SAINS FISIKA PESERTA DIDIK
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI/1 (satu)
Kompetensi Dasar :
3.10 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam teknologi.
4.10 Melakukan percobaan tentang gelombang bunyi dan/atau cahaya, berikut presentasi hasil dan makna fisisnya misalnya sonometer dan kisi difraksi.
Materi Pokok : Gelombang Bunyi

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


PERCOBAAN GELOMBANG BUNYI
Seorang peserta didik melakukan percobaan sederhana untuk mengetahui perambatan gelombang bunyi. Jenis Pengetahuan : prosedural
Langkah-langkah yang diberikan dalam pedoman prosedur percobaan adalah sebagai berikut:
Kompetensi : menjelaskan fenomena secara ilmiah
1) Sediakan labu erlenmeyer, sumbat, lonceng kecil dan pensil.
2) Buat dua buah lubang pada sumbat. Sub Kompetensi : membuat prediksi yang tepat
3) Masukkan pensil ke dalam salah satu lubang sumbat dan Konteks : lokal; aplikasi sains dan teknologi
biarkan satu lubang sumbat tetap terbuka!
4) Ikatkan lonceng kecil dengan menggunakan benang pada Tingkat kognitif : sedang (medium)
ujung pensil yang akan dimasukkan dalam labu, lalu
pasang sumbat pada mulut labu!
5) Tutup lubang sumbat dengan menggunakan ibu jari Anda,
lalu goyang-goyangkan labu dan coba dengarkan bunyi
lonceng kecil yang berada di dalamnya!
6) Buka lubang yang telah Anda tutup dengan menggunakan
ibu jari tadi. Goyang-goyangkan labu dan coba dengarkan
bunyi lonceng kecil yang berada di dalamnya!

Tujuan/Indikator Soal:
137

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


Diberikan langkah-langkah percobaan sederhana terkait perambatan gelombang bunyi, peserta didik dapat memprediksikan
apa yang terjadi dari langkah-langkah yang disediakan dengan tepat.
1. Bagaimanakah hasil prediksi Anda terhadap bunyi lonceng yang terdengar saat lubang sumbat ditutup
maupun dibuka?
Pada saat lubang sumbat ditutup, kita tidak dapat mendengar bunyi lonceng yang berada dalam labu atau mungkin
mendengarnya, tetapi tidak terlalu keras. Baru ketika lubang sumbat dibuka, bunyi lonceng dapat kita dengar.
Tujuan/Indikator Soal: Jenis Pengetahuan : konten
Diberikan langkah-langkah percobaan sederhana terkait perambatan gelombang bunyi, peserta didik dapat menjelaskan Kompetensi : menginterpretasi data dan bukti secara
perbedaan cepat rambat gelombang bunyi pada medium yang berbeda dengan tepat. ilmiah
Sub Kompetensi : menganalisis, menginterpretasi data
2. Bunyi dapat merambat karena adanya medium. Jelaskan bahwa gelombang bunyi merambat paling cepat serta menarik kesimpulan yang tepat
pada medium zat padat, cair ataukah gas disertai dengan penyebabnya!
Urutan cepat rambat bunyi dari yang terbesar adalah pada medium padat, cair, kemudian gas. Hal ini dikarenakan Konteks : lokal; aplikasi sains dan teknologi
susunan partikel medium paling rapat adalah pada zat padat, agak rapat pada zat cair dan paling renggang pada zat Tingkat kognitif : tinggi (high)
gas. Sehingga gelombang bunyi merambat paling cepat pada zat padat.

GAJAH DAN KELELAWAR

Gambar sekawanan gajah (kiri) dan kelelawar mendeteksi pohon di depannya (kanan).
Meskipun memiliki kebiasaan hidup berbeda, gajah dan kelelawar mempunyai kemiripan, yaitu memiliki
kemampuan mengeluarkan dan mendeteksi bunyi yang tidak dapat didengar manusia. Gelombang bunyi yang
bisa dideteksi gajah antara 1 sampai 20 Hz dimana udara dan tanah menjadi medium. Gajah memang
138

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


mempunyai kemampuan pendengaran yang luar biasa dan dapat mengeluarkan bunyi khusus yakni infrasonik,
yang dapat didengar gajah lain dalam radius 10 km. Bunyi ini sebagai pemberitahuan akan bahaya, salam,
Jenis Pengetahuan : konten
lokasi makanan, kegembiraan, ketakutan dan lainnya. Bunyi ini juga dapat membantu jantan menemukan lokasi
betina terutama pada musim kawin. Kompetensi : menjelaskan fenomena secara ilmiah
Berbeda dengan gajah, kelelawar merupakan hewan yang bisa terbang dalam kegelapan. Mereka tidak Sub Kompetensi : mengingat dan menerapkan
menggunakan mata untuk melihat dalam gelap melainkan dengan menggunakan ultrasonik yaitu bunyi dengan pengetahuan ilmiah yang sesuai
frekuensi tinggi. Ketika terbang, kelelawar memancarkan gelombang bunyi untuk menentukan seberapa jauh
jarak tubuhnya dengan benda tersebut, itu sebabnya mereka tidak akan menabrak dinding atau benda Konteks : lokal/nasional; aplikasi sains dan
dihadapan mereka walaupun dalam keadaan gelap sekalipun. Cara kelelawar tersebut diilustrasikan oleh teknologi
gambar di atas. Batas frekuensi yang bisa didengar oleh kelelawar adalah 3.000 Hz s.d. 120.000 Hz, dimana Tingkat kognitif : rendah (low)
frekuensi ini jauh diatas frekuensi suara audiosonik yang bisa didengar oleh manusia yakni antara frekuensi
20 Hz s.d. 20.000 Hz.
Prinsip pengukuran jarak oleh kelelawar telah dimanfaatkan dalam pengukuran kedalaman laut
menggunakan gelombang ultrasonik yang dipancarkan oleh alat pemancar dan penerima gelombang
(Fathometer). Dengan mengetahui cepat rambat bunyi dalam air laut, dan waktu penerimaan gelombang oleh
Fathometer, maka kedalaman laut dapat dihitung.

Tujuan/Indikator Soal:
Diberikan bacaan berjudul Gajah dan Kelelawar, peserta didik dapat menjelaskan karakteristik gelombang bunyi yang
dibedakan berdasarkan frekuensi dengan tepat.
3. Jelaskan karakteristik bunyi yang dibedakan berdasarkan frekuensinya!
a. Infrasonik: frekuensi getaran kurang dari 20 Hz, contoh hewan yang mampu mendengar bunyi ini adalah gajah
dan anjing.
b. Audiosonik : frekuensi getaran antara 20 Hz sampai 20 KHz, bunyi yang dapat terdengar oleh manusia
c. Ultrasonik : frekuensi getaran lebih dari 20 KHz, yang mampu mendengar bunyi ini adalah kelelawar dan lumba-
lumba
Tujuan/Indikator Soal:
Diberikan bacaan berjudul Gajah dan Kelelawar; dan ilustrasi pengukuran kedalaman laut, peserta didik dapat menjelaskan
prosedur pengukuran tersebut beserta perhitungan yang digunakan dengan tepat.
4. Prinsip pengukuran kedalaman laut dengan Fathometer diilustrasikan sebagai berikut.
139

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI

Jenis Pengetahuan : prosedural


Jelaskan prosedur pengukuran kedalaman laut tersebut berdasar gambar dan lengkapi dengan persamaan Kompetensi : menginterpretasi data dan bukti secara
atau perhitungan yang digunakan. ilmiah
Prosedur : gelombang ultrasonik dipancarkan oleh pemancar (Fathometer). Ketika telah mengenai dasar laut, maka
Sub Kompetensi : mentransformasi data dari satu
gelombang ultrasonik akan dipantulkan dan diterima oleh Fathometer. Kedalaman laut dihitung menggunakan data
representasi ke representasi yang lain
selang waktu antara gelombang dikirim dan saat gelombang pantul diterima, dan data kecepatan gelombang bunyi
dalam air laut. Konteks : lokal/nasional; aplikasi sains dan
Perhitungan yang digunakan: 𝑠 = 𝑣𝑡 teknologi
1 1
Karena waktu yang dihitung merupakan waktu dua kali perjalanan, maka kedalaman =ℎ = 2 𝑠 = 2 𝑣𝑡 Tingkat kognitif : tinggi (high)

ULTRASONOGRAFI (USG)
Di banyak negara, dapat diambil gambar dari janin
(perkembangan bayi) menggunakan pencitraan ultrasonik
(ultrasound imaging) atau yang biasa disebut
Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan menggunakan USG
berguna bagi kehamilan agar dapat segera diketahui jika
terdapat kemungkinan kelainan pada janin. Oleh karena
itu, biasnya dokter menganjurkan pemeriksaan USG
setidaknya tiga kali selama kehamilan. USG bekerja
dengan memakai energi mekanik yang berasal dari
gelombang bunyi ultrasonik (± 20kHz) yang akan
menyebar ke seluruh permukaan dan hanya sekitar 0-1% yang diserap oleh tubuh. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO),
gelombang ultrasonik akan berakibat negatif ketika dipakai sampai 400 kali.
Dokter memegang probe dan menggerakkan pada perut ibu. Gelombang ultrasonik ditransmisikan ke dalam perut.
Di dalam perut gelombang tersebut dipantulkan dari permukaan janin. Pantulan gelombang terdeteksi oleh probe dan
diteruskan ke mesin yang dapat menghasilkan gambar.
140

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


Tujuan/Indikator Soal: Jenis Pengetahuan : epistemik
Diberikan bacaan berjudul Ultrasonografi dan argumentasi terkait, peserta didik dapat mengevaluasi argumen yang Kompetensi : menginterpretasi data dan bukti secara
diberikan dengan tepat. ilmiah
5. Penggunaan gelombang ultrasonik pada kehamilan dianggap aman bagi ibu maupun janin. Jelaskan Sub Kompetensi : mengevaluasi argumen ilmiah
alasan-alasan yang mendasari anggapan tersebut!
- Energi yang digunakan USG berasal dari gelombang bunyi ultrasonik (20 kHz) tersebar ke seluruh permukaan Konteks : global; aplikasi sains dan teknologi,
dan hanya sedikit yang diserap tubuh kesehatan
- Pemakaian untuk pemeriksaan kehamilan tidak terlalu sering (sekitar 3 kali selama masa kehamilan) sehingga tidak Tingkat kognitif : sedang
berbahaya sebab menurut WHO, gelombang ultrasonik akan berbahaya pada pemakaian sampai 400 kali.
SIRINE MOBIL POLISI Jenis Pengetahuan : konten
Sebuah mobil polisi dengan sirine menyala bergerak mendekat, Kompetensi : menjelaskan fenomena secara ilmiah
maka kita mendengar nada bunyi sirine tersebut semakin tinggi.
Sub Kompetensi : mengingat dan menerapkan
Selanjutnya, apabila mobil polisi bergerak menjauh, terdengar nada
pengetahuan ilmiah yang sesuai
bunyi sirine yang semakin rendah. Suara sirine tersebut memiliki
frekuensi dan kecepatan yang relatif terhadap gerak mobil maupun Konteks : lokal/nasional; aplikasi sains dan
pengamat. Peristiwa ini dikenal sebagai Efek Doppler, yang teknologi
diilustrasikan oleh gambar di bawah ini.
Tingkat kognitif : sedang

Gambar ilustrasi Efek Doppler


141

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


Tujuan/Indikator Soal:
Diberikan bacaan berjudul Sirine Mobil Polisi, peserta didik dapat menjelaskan perubahan frekuensi yang terjadi dengan
tepat.
6. Setelah Anda membaca dan mengamati ilustrasi di atas, jelaskan mengapa frekuensi yang didengar lebih
rendah saat mobil polisi menjauh!
Ketika sumber bunyi menjauh setiap gelombang secara berurutan akan menempuh jarak yang lebih jauh, selang waktu
kedatangan gelombang akan semakin besar, panjang gelombang semakin besar (λ) sehingga frekuensi menjadi lebih
rendah.
Tujuan/Indikator Soal: Jenis Pengetahuan : prosedural
Diberikan bacaan berjudul Sirine Mobil Polisi, peserta didik dapat mengusulkan percobaan sederhana untuk sesuai dengan Kompetensi : mengevaluasi dan mendesain
keadaan dalam bacaan dengan tepat. penemuan ilmiah
7. Bagaimanakah percobaan sederhana efek doppler yang dapat Anda lakukan sesuai dengan kondisi dalam
bacaan di atas jika hanya disediakan alat sirine (dengan baterai)?
Percobaan sederhana yang mungkin dilakukan adalah menggunakan sirine (dengan baterai) sebagai sumber bunyi. Sub Kompetensi : mengusulkan cara mengeksplorasi
Percobaan dilakukan dengan seseorang sebagai pengamat yang diam, dan seseorang lainnya membawa sirine menyala pertanyaan yang diberikan
yang bergerak dari jauh kemudian mendekati pengamat dan kembali menjauh dari pengamat. Pengamat bertugas
Konteks : lokal/nasional; aplikasi sains dan
mendengarkan bagaimana perubahan keras lemahnya bunyi yang terjadi saat sumber mendekat atau menjauh.
teknologi
Tingkat kognitif : sedang

Tujuan/Indikator Soal:
Diberikan bacaan berjudul Sirine Mobil Polisi, peserta didik dapat menjelaskan perubahan frekuensi pada efek Doppler Jenis Pengetahuan : epistemik
dengan tepat.
Kompetensi : menjelaskan fenomena secara ilmiah
8. Pada gambar yang diberikan, frekuensi bunyi yang diterima oleh pengamat wanita berbeda dengan
frekuensi bunyi yang diterima pengamat pria. Apakah frekuensi sirine yang dipancarkan ke depan dan Sub Kompetensi : mengingat dan menerapkan
kebelakang oleh sirine mobil polisi berbeda? Jelaskan alasan Anda! pengetahuan ilmiah yang sesuai
Frekuensi yang dipancarkan (frekuensi sumber) besarnya sama, frekuensi yang diterima pengamat berbeda. Konteks : lokal/nasional; aplikasi sains dan
Saat mobil polisi bergerak, seolah-olah frekuensi sirine yang dipancarkan ke depan berbeda dengan frekuensi yang teknologi
dipancarkan ke belakang. Hal ini tidak benar. Yang berubah bukan frekuensi sumber namun frekuensi yang didengar
oleh pengamat akibat pengaruh kecepatan sirine terhadap pengamat. Sirine akan terdengar lebih keras pada pengamat Tingkat kognitif : tinggi
di depan mobil polisis sebab mobil polisi mendekati pengamat tersebut sehingga gelombang lebih rapat (frekuensi yang
diterima pengamat di depan lebih besar).
Tujuan/Indikator Soal: Jenis Pengetahuan : konten
142

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


Diberikan bacaan berjudul Sirine Mobil Polisi, peserta didik dapat menjelaskan pernyataan terkait kecepatan gelombang Kompetensi : menginterpretasi data dan bukti secara
bunyi pada efek Doppler dengan tepat. ilmiah
9. Gelombang bunyi bergerak dengan perantara udara. Saat sumber bunyi maupun pendengar tidak bergerak Sub Kompetensi : mengevaluasi argumen ilmiah
(diam) sedangkan udara disekitar bergerak dengan kecepatan v, maka manakah dari pernyataan dibawah
ini yang benar? Jelaskan alasan dari jawaban Anda! Konteks : lokal/nasional; aplikasi sains dan
1. Frekuensi yang diterima pendengar sama seperti frekuensi sumber. teknologi
2. Frekuensi yang diterima pendengar berubah akibat pengaruh kecepatan udara. Tingkat kognitif : tinggi
Pernyataan yang benar adalah pernyataan kedua. Udara (angin) yang berhembus ketika peristiwa efek Doppler
berlangsung menyebabkan cepat rambat bunyi di udara berubah karena pengaruh kecepatan udara tersebut. Kecepatan
sumber bunyi maupun kecepatan pendengar merupakan resultan dari kecepatan udara dan kecepatan sumber atau
pendengar itu sendiri. Oleh karena itu, frekuensi yang diterima pendengar juga berbeda dengan frekuensi yang
dipancarkan oleh sumber.
Tujuan/Indikator Soal: Jenis Pengetahuan : konten
Diberikan bacaan berjudul Sirine Mobil Polisi dan keterangan frekuensi serta kecepatan dalam keadaan khusus, peserta Kompetensi : menjelaskan fenomena secara ilmiah
didik dapat menerapkan formulasi efek Doppler dengan tepat.
Sub Kompetensi : mengingat dan menerapkan
10. Berdasarkan ilustrasi di atas, jika mobil polisi bergerak dengan kecepatan 54 𝑘𝑚⁄𝑗𝑎𝑚 dan frekuensi dari pengetahuan ilmiah yang sesuai
sirine yang dinyalakan sebesar 800 Hz. Tentukan frekuensi yang terdengar oleh pengamat pria yang sedang
berjalan dengan kecepatan 5 𝑚⁄𝑠 searah dengan mobil polisi! (Cepat rambat gelombang bunyi dalam Konteks : lokal/nasional; aplikasi sains dan
udara = 340 𝑚/𝑠) teknologi
Diketahui : 𝒗 = 340 𝑚⁄𝑠 ; 𝒗𝑫 = 5 𝑚⁄𝑠 ; 𝒗𝑺 = 15 𝑚⁄𝑠 ; 𝑓 = 800 Hz Tingkat kognitif : sedang
Ditanya: 𝑓 ′ = ⋯ ?
Jawab :
Dalam hal ini, 𝒗𝑫 bernilai negatif karena bergerak menjauhi sumber bunyi, juga 𝒗𝑺 bernilai negatif karena mendekati
pendengar.
𝒗 − 𝒗𝑫 340 𝑚⁄𝑠 − 5 𝑚⁄𝑠
𝑓′ = 𝑓 = 800 Hz
𝒗 − 𝒗𝑺 340 𝑚⁄𝑠 − 15 𝑚⁄𝑠
335 𝑚 ⁄𝑠
𝑓 ′ = 800 Hz = 824,62 Hz
325 𝑚⁄𝑠
Jadi frekuensi yang didengar oleh pendengar pria sebesar 824,62 Hz

BERMAIN GITAR
Gitar adalah sebuah alat musik yang digunakan dengan cara memetik dawai yang ujung-ujungnya Jenis Pengetahuan : konten
143

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


diikatkan pada pegangan dan pangkal gitar. Cara menyetel gitar ini tanpa kita Kompetensi : menjelaskan fenomena secara ilmiah
sadari menggunakan konsep Hukum Melde. Selain itu frekuensi bunyi yang
Sub Kompetensi : mengingat dan menerapkan
dihasilkan juga dapat dipelajari dengan persamaan Marsenne. Variasi frekuensi
pengetahuan ilmiah yang sesuai
bunyi pada saat gitar dipetik dapat menghasilkan bunyi yang beragam.
Saat memetik gitar, jari tangan tidak pernah diam untuk mendapatkan suatu Konteks : personal, aplikasi sains dan teknologi
nada yang diharapkan. Setiap kunci nada memiliki frekuensi yang berbeda-beda. Tingkat kognitif : sedang
Jadi, perpindahan jari tangan adalah untuk mendapatkan frekuensi
yang diharapkan. Misalnya, salah satu senar dipetik tanpa ditekan mendapatkan nada A yang berfrekuensi 440
Hz. Jika senar ditekan pada jarak 8 cm dari ujung papan pegangan, berarti sudah mengurangi panjang tali dan
bagian massa tali yang bergetar. Akibatnya, frekuensi akan naik. Hal ini juga sesuai dengan hukum Mersenne.
Berikut persamaan hukum Mersenne:
𝑛 𝑛 𝑇
𝑓𝑛 = 𝑣 = √ ; 𝑛 = 1, 2, 3, …
2𝑙 2𝑙 𝜇
Tujuan/Indikator Soal:
Diberikan bacaan berjudul Bermain Gitar, peserta didik dapat menjelaskan bagian yang merupakan sumber bunyi pada alat
musik gitar dengan tepat.
11. Salah satu syarat terjadinya bunyi adalah adanya sumber bunyi. Jelaskan bagian manakah dari gitar yang
merupakan sumber bunyi dan mengapa bagian tersebut dapat disebut sebagai sumber bunyi!
Sumber Bunyi pada gitar adalah senar atau dawai dan rongga gitar. Hal ini dikarenakan dawai atau senar bergetar
saat dipetik, getaran tersebut mengusik udara dalam rongga gitar sehingga menghasilkan bunyi.
Diberikan bacaan berjudul Bermain Gitar, peserta didik dapat menjelaskan terjadinya resonansi pada alat musik gitar Jenis Pengetahuan : konten
dengan tepat. Kompetensi : menjelaskan fenomena secara ilmiah
Sub Kompetensi : mengingat dan menerapkan
12. Jelaskan bagaimana terjadinya resonansi antara senar dan kolom udara pada gitar sehingga dapat pengetahuan ilmiah yang sesuai
dihasilkan bunyi yang beragam!
Senar pada gitar dapat dianalogikan dengan dawai yang kedua ujungnya diikatkan pada batang. Saat dipetik, dawai Konteks : personal, aplikasi sains dan teknologi
bergetar dan menghasilkan frekuensi tertentu yang kemudian menggetarkan udara dalam kolom resonansi gitar Tingkat kognitif : sedang
sehingga timbul bunyi. Variasi frekuensi yang dihasilkan dengan mengubah-ubah tegangan dawai, dapat
menimbulkan bunyi yang beragam.
Tujuan/Indikator Soal: Jenis Pengetahuan : konten
Diberikan bacaan berjudul Bermain Gitar, peserta didik dapat menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan variasi bunyi Kompetensi : menginterpretasi data dan bukti secara
144

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


dari gitar dengan tepat. ilmiah
13. Sebutkan lima faktor yang mempengaruhi perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh gitar saat dipetik atau Sub Kompetensi : mengidentifikasi asumsi, bukti dan
dimainkan! penalaran dalam teks terkait sains
- Panjang dawai yang juga dipengaruhi letak jari tangan pada pegangan gitar(fret)
- Luas penampang dawai (jenis dawai yang digunakan) Konteks : personal, aplikasi sains dan teknologi
- Tegangan pada setelan gitar Tingkat kognitif : sedang
- Bahan senar (dawai) yang berbeda pada gitar (massa jenis dan massa senar).
- Kuat lemahnya petikan pada dawai
Tujuan/Indikator Soal:
Diberikan bacaan berjudul Bermain Gitar, peserta didik dapat menerapkan formulasi hukum Mersenne pada dawai dengan
tepat.
Jenis Pengetahuan : konten
14. Berdasarkan keterangan pada paragraf ke dua dalam bacaan di atas, tentukan frekuensi dawai setelah
senar ditekan 8 cm dari ujung papan pegangan tersebut, jika cepat rambat bunyi tetap! Kompetensi : menjelaskan fenomena secara ilmiah
Diketahui: 𝑓 = 440 𝐻𝑧, 𝑙′ = (𝑙 − 0,08)𝑚, 𝑣 ; = 𝑣 = 340 𝑚/𝑠 Sub Kompetensi : mengingat dan menerapkan
Ditanya : 𝑓 ′ = ⋯ ? pengetahuan ilmiah yang sesuai
Jawab: n = 1 karena Nada A merupakan nada dasar
1 Konteks : personal; aplikasi sains dan teknologi
𝑓 = 340
2𝑙 Tingkat kognitif : sedang
1 170 𝑚
440Hz = 340 → 𝑙 = = 0,386 𝑚
2𝑙 440
1 1
𝑓′ = ′ 𝑣 = 340 𝑚/𝑠
2𝑙 2(𝑙 − 0,08)𝑚
1 𝑚
𝑓′ = 340 = 555,56 Hz
2(0,386 − 0,08)𝑚 𝑠
SERULING BAMBU VERSUS KLARINET

Gambar Seruling bambu (kiri) dan Klarinet (kanan)


145

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


Seruling bambu merupakan salah satu alat musik tradisional. Seruling bambu umumnya dibuat dari
sebilah bambu dengan lubang nada yang sejajar dalam satu barisan. Badan suling memiliki enam lubang-jari
dengan jarak tertentu yang sudah diukur. Seruling dimainkan dengan cara ditiup sambil membuka dan
menutup lubang pada badan seruling secara teratur. Membuka dan menutup lubang-lubang tersebut dengan
jari akan mengubah panjang efektif kolom udara sehingga dapat memberikan bunyi yang berbeda.
Klarinet merupakan alat musik tiup pula, namun perbedaan dengan seruling adalah, salah satu ujung
klarinet tertutup, sedangkan kedua ujung seruling terbuka. Cara memainkan klarinet sama dengan memainkan
seruling, yakni dengan meniupkan udara melalui lubang peniup dan membuka serta menutup lubang-lubang
kecil di sepanjang badan klarinet.
Seruling dan klarinet, keduanya merupakan contoh dari pipa organa, seruling untuk pipa organa
terbuka, dan klarinet untuk pipa organa tertutup.
Tujuan/Indikator Soal: Jenis Pengetahuan : konten
Disajikan bacaan berjudul Seruling vs Klarinet, peserta didik dapat menjelaskan resonansi yang terjadi pada alat musik
Kompetensi : menjelaskan fenomena secara ilmiah
dengan tepat.
15. Jelaskan terjadinya resonansi dalam pipa organa pada seruling dan klarinet! Sub Kompetensi : mengingat dan menerapkan
Resonansi terjadi saat udara yang ditiupkan dari lubang peniup seruling maupun klarinet menggetarkan kolom udara pengetahuan ilmiah yang sesuai
dalam pipa sehingga dapat menghasilkan gelombang bunyi dengan frekuensi tertentu yang dapat diubah-ubah dengan Konteks : personal, aplikasi sains dan teknologi
menutup dan membuka lubang-lubang di sepanjang badan seruling atau klarinet.
Tingkat kognitif : rendah

Tujuan/Indikator Soal:
Disajikan bacaan berjudul Seruling vs Klarinet, dan keterangan frekuensi pipa organa, peserta didik dapat menentukan Jenis Pengetahuan : konten
jenis pipa organa dengan tepat.
Kompetensi : menginterpretasi data dan bukti secara
ilmiah
16. Jika sebuah pipa organa dapat menghasilkan frekuensi harmonik berturut-turut 680 Hz dan 1360 Hz ,
Sub Kompetensi : menganalisis dan menafsirkan data
apakah pipa organa tersebut merupakan bunyi dari seruling atau klarinet?
Pipa organa dapat dikenali dengan perbandingan frekuensinya. Perbandingan dari frekuensi yang diketahui adalah serta menarik kesimpulan yang tepat
680 Hz ∶ 1360 Hz = 1: 2. Perbandingan dari frekuensi menunjukkan bahwa nada tersebut berasal dari pipa organa Konteks : personal, aplikasi sains dan teknologi
terbuka, dalam hal ini seruling.
Tingkat kognitif : sedang

Tujuan/Indikator Soal: Jenis Pengetahuan : konten


Disajikan bacaan berjudul Seruling vs Klarinet, dan keterangan frekuensi pipa organa, peserta didik dapat mengidentifikasi Kompetensi : menginterpretasi data dan bukti secara
146

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


nada dasar dari pipa organa yang diberikan dengan tepat. ilmiah
Sub Kompetensi : menganalisis dan menafsirkan data
17. Berdasarkan keterangan pada nomor 16, tentukan frekuensi nada dasar pipa organa tersebut! serta menarik kesimpulan yang tepat
Frekuensi nada dasar, dapat diketahui dari FPB (Faktor Persekutuan terbesar) dari ketiga frekuensi yang diketahui,
Konteks : personal, aplikasi sains dan teknologi
yakni sebesar 680 Hz ; atau dapat secara langsung pada frekuensi yang diketahui di atas yang memiliki pembanding 1
yaitu frekuensi 680 Hz Tingkat kognitif : sedang

Suatu percobaan sederhana pipa organa terbuka dilakukan untuk menguji hipotesis yang diperoleh berdasarkan
fenomena bunyi yang terdengar saat menggesek bibir gelas di atas. Berikut hasil pengamatan yang diperoleh
dari percobaan tersebut.
Tabel hasil pengamatan
Volume air dalam gelas Bunyi yang terdengar
3/4 bagian Sangat nyaring.
bunyinya menjadi sedikit lebih pelan
1/2 bagian
dan lebih berat.
bunyinya menjadi semakin berat dan
1/4 bagian
seperti bass.
Tujuan/Indikator Soal:
Jenis Pengetahuan : prosedural
Disajikan data hasil pengamatan percobaan sederhana pipa organa, peserta didik dapat membuat kesimpulan dalam
percobaan pipa organa dengan tepat. Kompetensi : menginterpretasi data dan bukti secara
18. Buatlah kesimpulan berdasarkan data hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan pipa organa di ilmiah
atas! Sub Kompetensi : menganalisis dan menafsirkan data
Semakin besar panjang ruang pada gelas (semakin kecil volume air di dalamnya), maka akan semakin kecil frekuensi serta menarik kesimpulan yang tepat
bunyi yang akan dihasilkan, begitu sebaliknya, semakin kecil panjang ruang pada gelas (semakin besarnya volume air
di dalamnya), maka frekuensi yang dihasilkan akan semakin besar. Sehingga, panjang ruang (kolom udara) Konteks : personal, aplikasi sains dan teknologi
berbanding terbalik dengan frekuensi bunyi yang dihasilnya.
Tingkat kognitif : tinggi

PERCOBAAN PIPA ORGANA


Seorang peserta didik melakukan pengamatan dengan menggesek bibir gelas berisi air dengan dua jari yang
basah. Saat menggesek bibir gelas berisi air yang hampir penuh, terdengar bunyi yang sangat nyaring.
Kemudian air di dalam gelas sedikit dikurangi dan saat bibir gelas tersebut digesek lagi, bunyi yang dihasilkan
147

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


menjadi sedikit lebih pelan dan tidak nyaring.

Tujuan/Indikator Soal:
Disajikan fenomena terkait pipa organa, peserta didik dapat membuat rumusan masalah yang dapat digunakan dalam
percobaan pipa organa dengan tepat. Jenis Pengetahuan : prosedural
Kompetensi : mengevaluasi dan mendesain
19. Berdasarkan fenomena di atas, buatlah rumusan masalah yang digunakan dalam percobaan beserta penemuan ilmiah
hipotesis yang dapat diajukan! Sub Kompetensi : mengidentifikasi pertanyaan yang
Rumusan masalah : diselidiki dalam suatu penelitian yang
Bagaimanakah hubungan antara panjang kolom udara dalam pipa organa dengan frekuensi bunyi yang dihasilkan? diberikan
Hipotesis : Konteks : personal, aplikasi sains dan teknologi
Semakin kecil panjang ruang pada gelas (semakin besar volume air di dalamnya), maka akan semakin nyaring bunyi
Tingkat kognitif : tinggi (high)
yang akan dihasilkan, begitu sebaliknya, semakin besar panjang ruang pada gelas (semakin kecil volume air di
dalamnya), maka bunyi yang dihasilkan akan semakin berat (tidak nyaring).

Tujuan/Indikator Soal: Jenis Pengetahuan : prosedural


Disajikan fenomena terkait pipa organa, peserta didik dapat mengidentifikasi variabel dalam percobaan pipa organa yang Kompetensi : mengevaluasi dan merancang
akan dilakukan dengan tepat. penyelidikan ilmiah
Sub Kompetensi : mengusulkan cara mengeksplorasi
20. Identifikasi variabel manipulasi, variabel respon dan variabel kontrol dari percobaan yang akan dilakukan pertanyaan secara ilmiah
untuk menguji hipotesis berdasar fenomena di atas!
Konteks : personal, aplikasi sains dan teknologi
Variabel manipulasi : panjang kolom udara (volume air dalam gelas)
Variabel respon: frekuensi bunyi (bunyi yang terdengar) Tingkat kognitif : tinggi
Variabel kontrol: cepat rambat gelombang bunyi dalam gelas, dan air serta gelas yang digunakan

KD 3.10 menerapakan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam teknologi

1. Mengidentifikasi karakteristik gelombang bunyi pada suatu fenomena


a. Gelombang bunyi berasal dari sumber bunyi yang bergetar
b. Gelombang bunyi merambat melalui medium
148

c. Frekuensi, gelombang bunyi dibedakan menjadi: infrasonik, audiosonik, ultrasonik


d. resonansi
2. Memformulasikan cepat rambat bunyi
3. Menerapkan cepat rambat bunyi
4. Menjelaskan aplikasi cepat rambat bunyi dalam teknologi (mengukur laut dkk)
5. Menjelaskan efek doppler
6. Menerapkan formulasi efek doppler pada suatu keadaan
7. Menjelaskan aplikasi efek doppler pada fenomena/teknologi
8. Menerapkan formulasi dawai
9. Menjelaskan aplikasi dawai pada fenomena/teknologi
10. Menerapkan formulasi pipa organa
11. Menjelaskan aplikasi pipa organa pada fenomena/teknologi
12. Menerapkan formulasi intensitas
13. Menjelaskan aplikasi intensitas pada fenomena/teknologi
14. Menerapkan formulasi taraf intensitas
15. Menjelaskan aplikasi taraf intensitas pada fenomena/teknologi
149
149

LAMPIRAN 11 Soal Tes Literasi Sains Siklus 1

TES LITERASI SAINS FISIKA

PETUNJUK:
1. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal-soal yang diberikan.
2. Tulislah jawabanmu di lembar jawaban yang telah disediakan dan jangan lupa menuliskan identitas pada
kolom yang disediakan.
3. Bacalah dengan cermat perintah pengerjaan soal, bacaan atau tabel yang terdapat pada soal.
4. Tidak diperkenankan berpindah-pindah tempat saat mengerjakan soal.
5. Tidak diperkenankan bekerja sama dengan teman dalam bentuk apapun selama mengerjakan soal.
6. Tidak diperkenankan menggunakan alat bantu hitung (elektronik maupun cetak) dan internet.
7. Tidak diperkenankan membuka buku materi Fisika atau sumber apapun.
8. Acungkan tangan jika terdapat soal yang kurang jelas.

Bacalah langkah-langkah percobaan sederhana berikut dan jawablah pertanyaan nomor 1-3

Seorang peserta didik melakukan percobaan sederhana untuk mengetahui perambatan gelombang bunyi. Langkah-
langkah yang diberikan dalam pedoman prosedur percobaan adalah sebagai berikut:
1) Sediakan labu erlenmeyer, gabus sebagai sumbat pada mulut labu erlenmeyer, lonceng kecil dan pensil!
2) Buat dua buah lubang pada gabus!
3) Masukkan pensil ke dalam salah satu lubang gabusdan biarkan
satu lubang tetap terbuka!
4) Ikatkan lonceng kecil dengan menggunakan benang pada ujung
pensil yang akan dimasukkan dalam labu, lalu pasang gabus
pada mulut labu!
5) Tutup lubang gabus dengan menggunakan ibu jari Anda, lalu
goyang-goyangkan labu dan coba dengarkan bunyi lonceng kecil
yang berada di dalamnya!
6) Buka lubang yang telah Anda tutup dengan menggunakan ibu
jari tadi. Goyang-goyangkan labu dan coba dengarkan bunyi
lonceng kecil yang berada di dalamnya!

1. Bagaimanakah hasil prediksi Anda terhadap bunyi lonceng yang terdengar saat lubang gabus ditutup
maupun dibuka?
2. Bunyi dapat merambat karena adanya medium. Jelaskan bahwa gelombang bunyi merambat paling
cepat pada medium zat padat, cair ataukah gas disertai dengan penyebabnya!

Bacalah artikel berikut

GAJAH DAN KELELAWAR

Gambar sekawanan gajah (kiri) dan kelelawar mendeteksi pohon di depannya (kanan).
Meskipun memiliki kebiasaan hidup berbeda, gajah dan kelelawar mempunyai kemiripan, yaitu memiliki
kemampuan mengeluarkan dan mendeteksi bunyi yang tidak dapat didengar manusia. Gelombang bunyi yang bisa
dideteksi gajah antara 1 sampai 20 Hz dimana udara dan tanah menjadi medium. Gajah memang mempunyai
150

kemampuan pendengaran yang luar biasa dan dapat mengeluarkan bunyi khusus yakni infrasonik, yang dapat
didengar gajah lain dalam radius 10 km. Bunyi ini sebagai pemberitahuan akan bahaya, salam, lokasi makanan,
kegembiraan, ketakutan dan lainnya. Bunyi ini juga dapat membantu jantan menemukan lokasi betina terutama pada
musim kawin.
Berbeda dengan gajah, kelelawar merupakan hewan yang bisa terbang dalam kegelapan. Mereka tidak
menggunakan mata untuk melihat dalam gelap melainkan dengan menggunakan ultrasonik yaitu bunyi dengan
frekuensi tinggi. Ketika terbang, kelelawar memancarkan gelombang bunyi untuk menentukan seberapa jauh jarak
tubuhnya dengan benda tersebut, itu sebabnya mereka tidak akan menabrak dinding atau benda dihadapan mereka
walaupun dalam keadaan gelap sekalipun. Cara kelelawar tersebut diilustrasikan oleh gambar di atas. Batas frekuensi
yang bisa didengar oleh kelelawar adalah 3.000 Hz s.d. 120.000 Hz, dimana frekuensi ini jauh diatas frekuensi suara
audiosonik yang bisa didengar oleh manusia yakni antara frekuensi 20 Hz s.d. 20.000 Hz.
Prinsip pengukuran jarak oleh kelelawar telah dimanfaatkan dalam pengukuran kedalaman laut menggunakan
gelombang ultrasonik yang dipancarkan oleh alat pemancar dan penerima gelombang (Fathometer). Dengan
mengetahui cepat rambat bunyi dalam air laut, dan waktu penerimaan gelombang oleh Fathometer, maka kedalaman
laut dapat dihitung.
3. Berdasarkan atikel diatas jelaskan karakteristik bunyi yang dibedakan berdasarkan frekuensinya!

Gambar Pengukuran Kedalaman Laut menggunakan Fathometer


4. Jelaskan prosedur pengukuran kedalaman laut tersebut berdasar gambar dan lengkapi dengan
persamaan atau perhitungan yang digunakan.
Bacalah artikel berikut dan jawablah pertanyaan nomor 5
ULTRASONOGRAFI (USG)
Di banyak negara, dapat diambil
gambar dari janin (perkembangan bayi)
menggunakan pencitraan ultrasonik
(ultrasound imaging) atau yang biasa
disebut Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan
menggunakan USG ini berguna bagi
kehamilan agar dapat segera diketahui jika
terdapat kemungkinan kelainan pada janin.
Oleh karena itu biasanya dokter
menganjurkan pemeriksaan USG bekerja
Gambar Pemeriksaan janin menggunakan USG (kiri) dan hasil dengan memakai energi mekanik yang
pencitraan USG (kanan) berasal dari gelombang bunyi ultrasonik (±
20kHz) yang akan menyebar ke seluruh
permukaan dan hanya sekitar 0-1% yang diserap oleh tubuh. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), gelombang
ultrasonik akan berakibat negatif ketika dipakai sampai 400 kali.
Dokter memegang probe dan menggerakkan pada perut ibu. Gelombang ultrasonik ditransmisikan ke dalam
perut. Di dalam perut gelombang tersebut dipantulkan dari permukaan janin. Pantulan gelombang terdeteksi oleh
probe dan diteruskan ke mesin yang dapat menghasilkan gambar.

5. Penggunaan gelombang ultrasonik pada kehamilan dianggap aman bagi ibu maupun janin. Jelaskan
alasan-alasan yang mendasari anggapan tersebut!
151

Bacalah artikel berikut dan jawablah pertanyaan nomor 10-14!

SIRINE MOBIL POLISI


Bila sebuah mobil polisi dengan sirine menyala bergerak mendekati
kita maka terdengar nada bunyi sirine tersebut semakin tinggi.
Selanjutnya, jika mobil polisi bergerak menjauhi kita, terdengar nada bunyi
sirine yang semakin rendah. Suara sirine tersebut memiliki frekuensi dan
kecepatan yang relatif terhadap gerak mobil maupun pengamat. Peristiwa
ini dikenal sebagai Efek Doppler, yang diilustrasikan oleh gambar di
samping.

6. Setelah Anda membaca dan mengamati ilustrasi gambar di atas, jelaskan mengapa frekuensi yang
didengar lebih rendah saat mobil polisi menjauh!
7. Bagaimanakah percobaan sederhana efek doppler yang dapat Anda lakukan sesuai dengan kondisi
dalam bacaan di atas jika alat yang disediakan hanya sirine (dengan baterai)?
8. Pada gambar yang diberikan, frekuensi bunyi yang diterima oleh pengamat wanita berbeda dengan
frekuensi bunyi yang diterima pengamat pria. Apakah frekuensi sirine yang dipancarkan ke depan dan
ke belakang oleh sirine mobil polisi berbeda? Jelaskan alasan Anda!
9. Gelombang bunyi bergerak dengan perantara udara. Saat sumber bunyi maupun pendengar tidak
bergerak (diam) sedangkan udara disekitar bergerak dengan kecepatan 𝑣 , maka manakah dari
pernyataan dibawah ini yang benar? Jelaskan alasan dari jawaban Anda!
1. Frekuensi yang diterima pendengar sama seperti frekuensi sumber.
2. Frekuensi yang diterima pendengar berubah akibat pengaruh kecepatan udara.
10. Berdasarkan ilustrasi di atas, jika mobil polisi bergerak dengan kecepatan 54 𝑘𝑚⁄𝑗𝑎𝑚 dan frekuensi
dari sirine yang dinyalakan sebesar 800 Hz. Tentukan frekuensi yang terdengar oleh pengamat pria
yang sedang berjalan dengan kecepatan 5 𝑚⁄𝑠 searah dengan mobil polisi! (Cepat rambat gelombang
bunyi dalam udara = 340 𝑚/𝑠)

Bacalah artikel berikut dan jawablah pertanyaan nomor 11-14!


152

BERMAIN GITAR
Gitar adalah sebuah alat musik yang digunakan dengan cara memetik
dawai yang ujung-ujungnya diikatkan pada pegangan dan pangkal gitar. Cara
menyetel gitar ini tanpa kita sadari menggunakan konsep Hukum Melde.
Selain itu frekuensi bunyi yang dihasilkan juga dapat dipelajari dengan
persamaan Marsenne. Variasi frekuensi bunyi pada saat gitar dipetik dapat
menghasilkan bunyi yang beragam.
Saat memetik gitar, jari tangan tidak pernah diam untuk mendapatkan suatu
nada yang diharapkan. Setiap kunci nada memiliki frekuensi yang berbeda-
Gambar Orang Memainkan Gitar beda. Jadi, perpindahan jari tangan adalah untuk mendapatkan frekuensi
yang diharapkan. Misalnya, salah satu senar dipetik tanpa ditekan
mendapatkan nada A yang berfrekuensi 440 Hz. Jika senar ditekan pada jarak 8 cm dari ujung papan
pegangan, berarti sudah mengurangi panjang tali dan bagian massa tali yang bergetar. Akibatnya, frekuensi akan
naik. Hal ini juga sesuai dengan hukum Mersenne. Berikut persamaan hukum Mersenne:
𝑛 𝑛 𝑇
𝑓𝑛 = 𝑣 = √ ; 𝑛 = 1, 2, 3, …
2𝑙 2𝑙 𝜇

11. Salah satu syarat terjadinya bunyi adalah adanya sumber bunyi. Jelaskan bagian manakah dari gitar
yang merupakan sumber bunyi dan mengapa bagian tersebut dapat disebut sebagai sumber bunyi!
12. Jelaskan bagaimana terjadinya resonansi antara senar dan kolom udara pada gitar sehingga dapat
dihasilkan bunyi yang beragam!
13. Sebutkan lima faktor yang mempengaruhi perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh gitar saat dipetik atau
dimainkan!
14. Berdasarkan keterangan pada paragraf ke dua dalam bacaan di atas, tentukan frekuensi dawai setelah
senar ditekan 8 cm dari ujung papan pegangan tersebut, jika cepat rambat bunyi tetap!

Bacalah artikel berikut dan jawablah pertanyaan nomor 15-17!

SERULING vs KLARINET

Gambar Seruling bambu (kiri) dan Klarinet (kanan)


Seruling bambu merupakan salah satu alat musik tradisional. Seruling bambu umumnya dibuat dari sebilah
bambu dengan lubang nada yang sejajar dalam satu barisan. Badan suling memiliki enam lubang-jari dengan jarak
tertentu yang sudah diukur. Seruling dimainkan dengan cara ditiup sambil membuka dan menutup lubang pada
badan seruling secara teratur. Membuka dan menutup lubang-lubang tersebut dengan jari akan mengubah panjang
efektif kolom udara sehingga dapat memberikan bunyi yang berbeda.
Klarinet merupakan alat musik tiup pula, namun perbedaan dengan seruling adalah, salah satu ujung klarinet
tertutup, sedangkan kedua ujung seruling terbuka. Cara memainkan klarinet sama dengan memainkan seruling,
yakni dengan meniupkan udara melalui lubang peniup dan membuka serta menutup lubang-lubang kecil di sepanjang
badan klarinet.
Seruling dan klarinet, keduanya merupakan contoh dari pipa organa, seruling untuk pipa organa terbuka, dan
klarinet untuk pipa organa tertutup.

15. Jelaskan terjadinya resonansi dalam pipa organa pada seruling dan klarinet!
16. Jika sebuah pipa organa dapat menghasilkan frekuensi harmonik berturut-turut 680 Hz dan 1360 Hz,
apakah pipa organa tersebut merupakan bunyi dari seruling atau klarinet?
153

17. Berdasarkan keterangan pada nomor 16, tentukan frekuensi nada dasar pipa organa tersebut!

PERCOBAAN PIPA ORGANA I


Suatu percobaan sederhana pipa organa terbuka dilakukan untuk menguji hipotesis yang diperoleh
berdasarkan fenomena bunyi yang terdengar saat menggesek bibir gelas di atas. Berikut hasil
pengamatan yang diperoleh dari percobaan tersebut.
Tabel hasil pengamatan
Volume air dalam gelas Bunyi yang terdengar
3/4 bagian Sangat nyaring.
bunyinya menjadi sedikit lebih pelan
1/2 bagian
dan lebih berat.
bunyinya menjadi semakin berat dan
1/4 bagian
seperti bass.

18. Buatlah kesimpulan berdasarkan data hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan pipa organa di
atas!

PERCOBAAN PIPA ORGANA II


Seorang peserta didik melakukan pengamatan dengan menggesek bibir gelas berisi air dengan dua jari
yang basah. Saat menggesek bibir gelas berisi air yang hampir penuh, terdengar bunyi yang sangat
nyaring. Kemudian air di dalam gelas sedikit dikurangi dan saat bibir gelas tersebut digesek lagi, bunyi
yang dihasilkan menjadi sedikit lebih pelan dan tidak nyaring.

19. Berdasarkan fenomena di atas, buatlah rumusan masalah yang digunakan dalam percobaan beserta
hipotesis yang dapat diajukan!

20. Identifikasi variabel manipulasi, variabel respon dan variabel kontrol dari percobaan yang akan
dilakukan untuk menguji hipotesis berdasar fenomena di atas!
154
154

LAMPIRAN 12 Kisi-Kisi Instrumen Tes Literasi Sains Siklus II

KISI-KISI INSTRUMEN PENILAIAN LITERASI SAINS FISIKA PESERTA DIDIK


Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI/1 (satu)
Kompetensi Dasar :
3.10 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam teknologi.
4.10 Melakukan percobaan tentang gelombang bunyi dan/atau cahaya, berikut presentasi hasil dan makna fisisnya misalnya sonometer dan kisi difraksi.
Materi Pokok : Gelombang Bunyi

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


SUARA PESAWAT JET TEMPUR
Suara keras pesawat Sukhoi milik TNI AU saat melakukan latihan
sempat menggegerkan masyarakat, dan bahkan memecahkan kaca jendela
salah satu rumah makan di Makassar, Kamis malam. Karena panik, pemilik
rumah makan menghubungi polisi, limabelas menit kemudian polisi yang
dipimpin Kapolresta Makassar Timur, AKBP Mansyur datang dan langsung
melakukan pemeriksaan dari serpihan kaca yang pecah. Pecahnya kaca
tersebut diakibatkan getaran yang dihasilkan dari suara keras pesawat Sukhoi
tersebut.
Kepanikan juga terjadi di Mall Panakkukang, salah satu Mall terbesar di Makassar. Hanya beberapa saat
kejadian, baik pengunjung maupun pemilik gerai berlarian keluar toko. Andi Irsan, salah seorang pengunjung
mall tersebut mengatakan, lantai mall tersebut sempat bergetar. "Saya bersama keluarga langsung lari keluar
mall untuk menyelamatkan diri," ujarnya.
Kepala Urusan Penerangan Lanud Hasanuddin, Kapten Agus yang dihubungi wartawan malam tadi
membenarkan, jika hari ini ada pesawat sukhoi yang melakukan latihan terbang. Soal sumber ledakan tersebut
Ia memperkirakan, bisa muncul saat pesawat jet tempur itu mengubah kecepatan terbangnya.
155

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


"Armada tempur itu mengubah kecepatan terbangnya dari kecepatan biasa menjadi kecepatan
supersonik, sehingga menghasilkan ledakan. Itu bisa sangat terdengar jika posisi pesawat sedang terbang
rendah," kata Kapten Agus tadi malam. (Sumber: http://nasional.news.viva.co.id)
Saat pesawat tempur mengubah kecepatan menjadi kecepatan supersonik, kecepatan pesawat tersebut
melebihi kecepatan gelombang suara yang dihasilkan. Akibatnya, gelombang-gelombang suara tertahan di
bagian depan pesawat. Karena tertahan di bagian depan, berbagai gelombang suara itu pun mengumpul dan
terakumulasi. Penumpukan udara bertekanan secara cepat ini menghasilkan “kejutan udara” atau gelombang
kejut, yang berwujud dentuman keras. Gelombang bunyi tersebut memancar ke segala arah dan dapat terdengar
sebagai sebuah ledakan oleh orang-orang dibawah sana. Dentuman keras tersebut disebut dengan istilah ”Sonic
Boom“. Sonic Boom ini memiliki energi yang cukup besar yang mampu memecahkan gelas kaca dan jendela. Jenis Pengetahuan : konten
Kompetensi : menjelaskan fenomena secara ilmiah
Tujuan/Indikator Soal: Sub Kompetensi : mengingat dan menerapkan
Disajikan bacaan berjudul Suara Pesawat Jet Tempur, peserta didik dapat menjelaskan fenomena terkait gelombang kejut pengetahuan ilmiah yang sesuai
dengan tepat.
Konteks : Lokal/nasional, aplikasi sains dan
teknologi
1. Mengapa suara pesawat dapat menyebabkan kaca jendela retak bahkan pecah?
Tingkat kognitif : rendah (low)
Pesawat terbang dengan kecepatan tinggi, sehingga menghasilkan gelombang kejut yang memancar ke segala arah
dengan energi yang cukup besar sehingga mampu memecahkan kaca jendela

Tujuan/Indikator Soal: Jenis Pengetahuan : prosedural


Disajikan bacaan berjudul Suara Pesawat Jet Tempur, peserta didik dapat menerapkan formulasi intensitas gelombang Kompetensi : menginterpretasi data dan bukti secara
bunyi dengan tepat. ilmiah
Sub Kompetensi : menganalisis dan menafsirkan data
2. Pesawat terbang, dapat menghasilkan bunyi dengan daya 64𝜋 × 105 W. Jika seseorang berada pada jarak serta menarik kesimpulan yang tepat
8000 km dari lokasi terbang pesawat jet tempur tersebut, apakah orang tersebut masih dapat mendengar
Konteks : personal, aplikasi sains dan teknologi
bunyi dari pesawat?
Diketahui: P = (64𝜋 × 105 ) W, 𝑟 = (8 × 106 ) 𝑚 Tingkat kognitif : sedang
Ditanya: 𝐼 = ⋯ ?
Jawab:
𝑃 64𝜋 × 105 W
𝐼= = = (2,5 × 10−8 ) W⁄𝑚2
4𝜋𝑟 2 4𝜋(8 × 106 𝑚)2
Karena intensitas terkecil yang masih dapat didengar (ambang pendengaran) adalah 10−12 W⁄𝑚2 dan intensitas
156

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


pada posisi orang tersebut (8000 km dari sumber bunyi) sebesar (2,5 × 10 −8 )
W⁄𝑚 masih di atas ambang
2

pendengaran, maka orang tersebut masih dapat mendengar bunyi (suara) pesawat jet.

PABRIK MEUBEL
Suatu pabrik meubel menggunakan mesin pemotong kayu sebagai alat di salah satu bagian pekerjaannya.
Setidaknya terdapat sepuluh mesin pemotong kayu yang digunakan di pabrik tersebut. Masing-masing mesin
yang digunakan memiliki taraf intensitas bunyi sebesar 75 dB. Pabrik tersebut dapat membahayakan para
pekerja, karena suara mesin seperti mesin pemotog kayu tersebut menimbulkan kebisingan dan dapat
mengganggu pendengaran. Selain suara mesin, terdapat banyak sumber bunyi yang juga menyebabkan
kebisingan. Berikut diberikan tabel skala kebisingan dan batasan waktu pemaparan kebisingan untuk intensitas
tertentu menurut Mennakertrans.

Tabel 1. Skala kebisingan


(Sumber: Gabriel, Fisika Kesehatan)
Tingkat kebisingan Intensitas (dB) Sumber Bunyi
Batas dengar tertinggi 120
Halilintar
Menulikan 100 – 120 Meriam
Mesin uap
Jalan hiruk pikuk
Sangat hiruk pikuk 80 – 90 Perusahaan sangat gaduh
Pluit polisi
Kantor gaduh
Jalan pada umumnya
Kuat 50 – 70
Radio
Perusahaan
Rumah gaduh
Kantor umunya
Sedang 40 – 50
Percakapan kuat
Radio perlahan
Rumah tenang
Tenang 20 – 30
Kantor perorangan
157

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


Auditorium
Percakapan
Bunyi daun
Sangat tenang 10 – 20
Berbisik
Batas dengar terendah 0

Tabel 2. Skala Lama Pemaparan Suara


(Sumber: Mennakertrans, 2011)
Batas suara (dB) Lama pemaparan tiap hari (jam)
80 16
85 8
88 4
91 2
94 1
97 ½
100 ¼
103 1/8
106 1/16 Jenis Pengetahuan : konten
Tujuan/Indikator Soal: Kompetensi : menginterpretasi data dan bukti secara
Diberikan bacaan berjudul Pabrik Meubel, peserta didik dapat menerapkan formulasi taraf intensitas gelombang bunyi ilmiah
dengan tepat.
Sub Kompetensi : menganalisis dan menafsirkan data
serta menarik kesimpulan yang tepat
3. Jika 10 mesin dalam pabrik tersebut digunakan secara serentak, tentukan tingkat kebisingan yang dialami
pekerja dari pabrik tersebut berdasarkan tabel skala kebisingan di atas! Konteks : Lokal/nasional, aplikasi sains dan
Intensitas satu mesin: teknologi
𝐼
𝛽 = (10𝑑𝐵) log Tingkat kognitif : sedang (medium)
𝐼0
𝐼
75 = (10𝑑𝐵) log 𝐼
0
𝐼 = 108,5 𝐼0
Intensitas 10 mesin = 10 ∙ 107,5 𝐼0 = 108,5 𝐼0
Sehingga taraf intensitas menjadi
108,5 𝐼0
𝛽 = (10𝑑𝐵) log 𝐼0
= 85𝑑𝐵
158

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


Atau
𝛽𝑛 = 𝛽 + log 𝑛 = 75 + 10 log 10 = 85 𝑑𝐵
Taraf intensitas yang dialami pekerja jika 10 mesin digunakan serentak adalah sebesar 85dB yang termasuk ke dalam
tingkat kebisingan sangat hiruk pikuk
Tujuan/Indikator Soal: Jenis Pengetahuan : konten
Diberikan bacaan berjudul Pabrik Meubel, peserta didik dapat menjelaskan suatu permasalahan taraf intensitas bunyi Kompetensi : menginterpretasi data dan bukti secara
menggunakan data yang diberikan dengan tepat. ilmiah
Sub Kompetensi : menganalisis dan menafsirkan data
4. Apabila seseorang bekerja di tempat pemotongan logam/besi dengan intensitas kebisingan 105 dB, berapa serta menarik kesimpulan yang tepat
lamakah ia boleh melakukan pekerjaannya?
Intensitas kebisingan yang dialami pekerja tersebut lebih dari 103 dB dan mendekati 106dB, maka ia hanya boleh Konteks : Lokal/nasional, kesehatan
memotong logam selama 1/16 jam (3,75 menit) hingga kurang dari 1/8 jam (7,5 menit). Setelah itu ia harus berhenti Tingkat kognitif : rendah (low)
beberapa saat, baru kemudian melanjutkan kembali pekerjaan.
Tujuan/Indikator Soal: Jenis Pengetahuan : konten
Diberikan bacaan berjudul Pabrik Meubel, peserta didik dapat menjelaskan gangguan kesehatan akibat taraf intensitas Kompetensi : menjelaskan fenomena secara ilmiah
bunyi dengan tepat.
Sub Kompetensi : mengingat dan menerapkan
pengetahuan ilmiah yang sesuai
5. Berikan empat kemungkinan pengaruh kebisingan tersebut terhadap pendengaran pekerja jika dilakukan
Konteks : Lokal/nasional, kesehatan
melebihi waktu pemaparan yang diperbolehkan dan tanpa jeda?
a. Hilangnya pendengaran sementara, dapat pulih jika bising tersebut dihindari. Tingkat kognitif : tinggi
b. Orang menjadi kebal terhadap bising.
c. Telinga berdengung.
d. Kehilangan pendengaran secara permanen, biasanya dimulai pada frekuensi 4 kHz, kemudian menghebat dan
meluas pada frekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi percakapan.

Tujuan/Indikator Soal: Jenis Pengetahuan : epistemik


Diberikan bacaan berjudul Pabrik Meubel, peserta didik dapat mengidentifikasi bukti dari pernyataan yang diberikan Kompetensi : menginterpretasi data dan bukti secara
dengan tepat. ilmiah
Sub Kompetensi : mengevaluasi argumen ilmiah dan
6. Dalam artikel di atas, terdapat pernyataan bahwa pabrik meubel membahayakan bagi para pekerjanya. bukti dari sumber yang berbeda
Identifikasi dua bukti yang mendukung pernyataan tersebut?
159

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


- Suara mesin yang digunakan dapat menimbulkan kebisingan atau dapat mengganggu pendengaran . Konteks : Lokal/nasional, kesehatan
- Terdapat sekitar 10 mesin dengan taraf intensitas yang termasuk tingkat kebisingan kuat hingga hiruk pikuk
Tingkat kognitif : medium

EARPHONE

Headphone bisa diartikan sebagai sebuah speaker single kecil, yang Jenis Pengetahuan : konten
dipakai dekat dengan telinga, dan dihubungakan ke suatu player musik
seperti mp3 player hingga iPod dan sejenis portable player lainya. Persamaan Kompetensi : menjelaskan fenomena secara ilmiah
dengan produk sejenis bisa disebut sebagai, stereophone, headset, atau Sub Kompetensi : mengingat dan menerapkan
juga earphone. Ternyata earphone memiliki bahaya yang sangat pengetahuan ilmiah yang sesuai
menyeramkan, yaitu ketulian. Namun, terlalu banyak dari kita yang
mengabaikan atau cuek seolah-olah ini hanya mitos, terlebih karena kita Konteks : personal, aplikasi sains dan teknologi
bisa merasa nyaman ketika menggunakan earphone. Tingkat kognitif : rendah
Menurut penelitian di North Western University, earphone yang dipakai dekat sekali dengan gendang
telinga dapat memperkeras suara sebanyak 6 sampai 9 dB. Padahal suara yang dihasilkan iPod bisa mencapai
115 dB. Lebih dari setengah murid SMA menjadi obyek penelitian, mereka mengalami sedikitnya satu gejala
penurunan fungsi pendengaran karena memiliki kebiasaan mendengarkan iPod lewat earphone dengan volume
keras.

Tujuan/Indikator Soal:
Diberikan bacaan berjudul Earphone, peserta didik dapat menjelaskan gangguan kesehatan akibat taraf intensitas bunyi
dengan tepat.

7. Terkait dengan intensitas bunyi, jelaskan mengapa penggunaan earphone dapat mengganggu pendengaran?
Earphone dapat memperkeras suara hingga 6 sampai 9 dB, dan suara yang dihasilkan ipod mencapai 115 dB. Level
bunyi ini termasuk dalam kebisingan.
Tujuan/Indikator Soal: Jenis Pengetahuan : konten
Diberikan bacaan berjudul Earphone, peserta didik dapat menyebutkan beberapa pencegahan gangguan kesehatan terkait Kompetensi : menjelaskan fenomena secara ilmiah
intensitas gelombang bunyi dengan tepat.
Sub Kompetensi : mengingat dan menerapkan
pengetahuan ilmiah yang sesuai
8. Berdasarkan bacaan di atas, jelaskan empat hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau mencegah
160

TUJUAN/INDIKATOR SOAL & SOAL KERANGKA KATEGORI


resiko gangguan pendengaran akibat penggunaan earphone! Konteks : personal, kesehatan
- Menghindari mendengarkan musik dengan volume maksimal (lebih baik tombol volume dipasang 50-60% dari
Tingkat kognitif : tinggi
total volume)
- Mengurangi durasi penggunaan earphone
- Memberikan waktu istirahat telinga setiap ½ - 1 jam jika harus menggunakan earphone dalam waktu yang lama
- Lakukan tes pendengaran secara berkala pada ahlinya

Tujuan/Indikator Soal: Jenis Pengetahuan : epistemik


Diberikan bacaan berjudul Earphone, peserta didik dapat menjelaskan keterkaitan pengetahuan ilmiah bagi masyarakat Kompetensi : menjelaskan fenomena secara ilmiah
berdasar bacaan yang diberikan dengan tepat.
Sub Kompetensi : menjelaskan potensial implikasi dari
pengetahuan ilmiah bagi masyarakat
9. Jelaskan tiga peran pengetahuan ilmiah bagi masyarakat dalam artikel di atas?
- Pengetahuan ilmiah dapat membantu perkembangan teknologi earphone, headset dan sebagainya Konteks : Lokal/nasional, aplikasi sains dan
- Pengetahuan ilmiah dapat membantu masyarakat lebih bijaksana dalam menggunakan earphone dengan teknologi
mengetahui bahaya penggunaan earphone Tingkat kognitif : medium
- Pengetahuan ilmiah dapat memberikan ide untuk pengembangan earphone yang lebih aman

Tujuan/Indikator Soal: Jenis Pengetahuan : epistemik


Diberikan bacaan berjudul Earphone, peserta didik dapat mengidentifikasi bukti dari pernyataan yang diberikan dengan Kompetensi : menginterpretasi data dan bukti secara
tepat. ilmiah
Sub Kompetensi : mengevaluasi argumen ilmiah dan
10. Berdasarkan artikel di atas, earphone dapat menyebabkan ketulian. Jelaskan dua bukti yang mendukung bukti dari sumber yang berbeda
pernyataan tersebut?
- Earphone yang digunakan dekat dengan gendang telinga dapat memperkeras suara sebanyak 6 dB sampai 9 dB Konteks : Lokal/nasional, kesehatan
- Penelitian pada siswa SMA pengguna earphone menunjukkan mereka mengalami gejala penurunan fungsi Tingkat kognitif : rendah
pendengaran
161

LAMPIRAN 13 Soal Tes Literasi Sains Siklus II


TES LITERASI SAINS FISIKA

PETUNJUK:
1. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal-soal yang diberikan.
2. Tulislah jawabanmu di lembar jawaban yang telah disediakan dan jangan lupa menuliskan identitas pada
kolom yang disediakan.
3. Bacalah dengan cermat perintah pengerjaan soal, bacaan atau tabel yang terdapat pada soal.
4. Tidak diperkenankan berpindah-pindah tempat saat mengerjakan soal.
5. Tidak diperkenankan bekerja sama dengan teman dalam bentuk apapun selama mengerjakan soal.
6. Tidak diperkenankan menggunakan alat bantu hitung (elektronik maupun cetak) dan internet.
7. Tidak diperkenankan membuka buku materi Fisika atau sumber apapun.
8. Acungkan tangan jika terdapat soal yang kurang jelas.

Bacalah langkah-langkah percobaan sederhana berikut dan jawablah pertanyaan nomor 1-3

Bacalah artikel berikut dan jawablah pertanyaan nomor 1-3 !

SUARA PESAWAT TERBANG


Suara keras pesawat Sukhoi milik TNI AU saat melakukan latihan sempat menggegerkan masyarakat, dan
bahkan memecahkan kaca jendela salah satu rumah makan di Makassar, Kamis malam. Karena panik, pemilik rumah
makan menghubungi polisi, 15 menit kemudian polisi yang dipimpin Kapolresta Makassar Timur, AKBP Mansyur
datang dan langsung melakukan pemeriksaan dari serpihan kaca yang pecah. Pecahnya kaca ternyata diakibatkan
getaran yang dihasilkan dari suara keras pesawat Sukhoi tersebut.
Kepanikan juga terjadi di Mall Panakkukang, salah satu Mall
terbesar di Makassar. Hanya beberapa saat kejadian, baik pengunjung
maupun pemilik gerai berlarian keluar toko. Andi Irsan, salah seorang
pengunjung mall tersebut mengatakan, lantai mall tersebut sempat
bergetar. "Saya bersama keluarga langsung lari keluar mall untuk
menyelamatkan diri," ujarnya.
Kepala Urusan Penerangan Lanud Hasanuddin, Kapten Agus yang
dihubungi wartawan malam tadi membenarkan, jika hari ini ada pesawat
Sukhoi yang melakukan latihan terbang. Soal sumber ledakan tersebut, ia
memperkirakan, bisa muncul saat pesawat jet tempur itu mengubah
kecepatan terbangnya.
"Armada tempur itu mengubah kecepatan terbangnya dari kecepatan biasa menjadi kecepatan supersonic,
sehingga menghasilkan ledakan. Itu bisa sangat terdengar jika posisi pesawat sedang terbang rendah," kata Kapten
Agus tadi malam. (Sumber: http://nasional.news.viva.co.id)
Saat pesawat tempur mengubah kecepatan menjadi kecepatan supersonik, kecepatan pesawat tersebut melebihi
kecepatan gelombang suara yang dihasilkan. Akibatnya, gelombang-gelombang suara tertahan di bagian depan
pesawat. Karena tertahan di bagian depan, berbagai gelombang suara itu pun mengumpul dan terakumulasi.
Penumpukan udara bertekanan secara cepat ini menghasilkan “kejutan udara” atau gelombang kejut, yang berwujud
dentuman keras. Gelombang bunyi tersebut memancar ke segala arah dan dapat terdengar sebagai sebuah ledakan oleh
orang-orang dibawah sana. Dentuman keras tersebut disebut dengan istilah ”Sonic Boom“. Sonic Boom ini memiliki
energi yang cukup besar yang mampu memecahkan gelas kaca dan jendela.

1. Mengapa suara pesawat dapat menyebabkan kaca jendela retak bahkan pecah?
2. Pesawat terbang, dapat menghasilkan bunyi dengan daya 64𝜋 × 105 W. Jika seseorang berada pada
jarak 8000 km dari lokasi terbang pesawat jet tempur tersebut, apakah orang tersebut masih dapat
mendengar bunyi dari pesawat?
162

Bacalah artikel berikut dan jawablah pertanyaan nomor 33-36!

PABRIK MEUBEL
Suatu pabrik meubel menggunakan mesin pemotong kayu sebagai alat di salah satu bagian pekerjaannya.
Setidaknya terdapat sepuluh mesin pemotong kayu yang digunakan di pabrik tersebut. Masing-masing mesin yang
digunakan memiliki taraf intensitas bunyi sebesar 75 dB. Pabrik tersebut dapat membahayakan para pekerja, karena
suara mesin seperti mesin pemotog kayu tersebut menimbulkan kebisingan dan dapat mengganggu pendengaran.
Selain suara mesin, terdapat banyak sumber bunyi yang juga menyebabkan kebisingan. Berikut diberikan tabel skala
kebisingan dan batasan waktu pemaparan kebisingan untuk intensitas tertentu menurut Mennakertrans.

Tabel 1. Skala kebisingan


(Sumber: Gabriel, Fisika Kesehatan)
Tingkat kebisingan Intensitas (dB) Sumber Bunyi
Batas dengar tertinggi 120
Halilintar
Menulikan 100 – 119 Meriam
Mesin uap
Jalan hiruk pikuk
Sangat hiruk pikuk 80 – 99 Perusahaan sangat gaduh
Pluit polisi
Kantor gaduh
Jalan pada umumnya
Kuat 50 – 79
Radio
Perusahaan
Rumah gaduh
Kantor umunya
Sedang 40 – 59
Percakapan kuat
Radio perlahan
Rumah tenag
Kantor perorangan
Tenang 20 - 39
Auditorium
Percakapan
Bunyi daun
Sangat tenang 10 – 19
Berbisik
Batas dengar terendah 0

Tabel 2. Skala Lama Pemaparan Suara


(Sumber: Mennakertrans, 2011)
Batas suara (dB) Lama pemaparan tiap hari (jam)
80 16
85 8
88 4
91 2
94 1
97 ½
100 ¼
103 1/8
106 1/16
163

Nnnn

3. Jika 10 mesin dalam pabrik tersebut digunakan secara serentak, tentukan tingkat kebisingan yang
dialami pekerja dari pabrik tersebut berdasarkan tabel skala kebisingan di atas!
4. Apabila seseorang bekerja di tempat pemotongan logam/besi dengan intensitas kebisingan 105 dB,
berapa lamakah ia boleh melakukan pekerjaannya? Jelaskan alasan dari jawaban Anda!
5. Berikan empat kemungkinan pengaruh kebisingan tersebut terhadap pendengaran pekerja jika
dilakukan melebihi waktu pemaparan yang diperbolehkan dan tanpa jeda?
6. Dalam artikel di atas, terdapat pernyataan bahwa pabrik meubel membahayakan bagi para pekerjanya.
Identifikasi dua bukti yang mendukung pernyataan tersebut?

Bacalah artikel berikut dan jawablah pertanyaan nomor 37-40!

EARPHONE
Headphone bisa diartikan sebagai sebuah speaker single kecil, yang dipakai
dekat dengan telinga, dan dihubungakan ke suatu player musik seperti mp3 player
hingga iPod dan sejenis portable player lainya. Persamaan dengan produk sejenis
bisa disebut sebagai, stereophone, headset, atau juga earphone. Ternyata earphone
memiliki bahaya yang sangat menyeramkan, yaitu ketulian. Namun, terlalu
banyak dari kita yang mengabaikan atau cuek seolah-olah ini hanya mitos, terlebih
karena kita bisa merasa nyaman ketika menggunakan earphone.
Menurut penelitian di North Western University, earphone yang
dipakai dekat sekali dengan gendang telinga dapat memperkeras suara sebanyak 6 sampai 9 dB. Padahal suara yang
dihasilkan iPod bisa mencapai 115 dB. Lebih dari setengah murid SMA menjadi obyek penelitian, mereka mengalami
sedikitnya satu gejala penurunan fungsi pendengaran karena memiliki kebiasaan mendengarkan iPod lewat earphone
dengan volume keras.

7. Terkait dengan intensitas bunyi, jelaskan mengapa penggunaan earphone dapat mengganggu
pendengaran?
8. Berdasarkan bacaan di atas, jelaskan empat hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau
mencegah resiko gangguan pendengaran akibat penggunaan earphone!
9. Jelaskan tiga peran pengetahuan ilmiah bagi masyarakat dalam artikel di atas?
10. Berdasarkan artikel di atas, earphone dapat menyebabkan ketulian. Jelaskan dua bukti yang mendukung
pernyataan tersebut?
164

Lampiran 14 Hasil Validasi Instrumen

Hasil Validasi Logis Instrumen Penilaian Literasi Sains Fisika

Skor Perolehan Persen-


No. Aspek Validasi Kriteria
tase (%)
A. MATERI
1 Soal sesuai indikator 147 147 124 87,08 SL
Soal menuntut peserta didik untuk mengolah
2 148 155 132 90,63 SL
informasi dalam soal
Soal mencakup aplikasi pengetahuan pada
3 147 157 122 88,75 SL
fenomena dalam kehidupan dan/atau teknologi
Batasan pertanyaan dan jawaban yang
4 137 141 127 84,38 SL
diharapkan jelas
Materi yang diukur sesuai dengan kompetensi
5 160 158 160 99,58 SL
atau tujuan tes
Isi materi yang ditanyakan mengenai bahasan
6 159 158 140 95,21 SL
gelombang bunyi di kelas XI
B. KONSTRUKSI (Komponen Soal)
Terdapat wacana (sejumlah informasi atau data)
7 141 152 119 85,83 SL
tentang fenomena atau isu-isu di sekitar
Terdapat petunjuk yang jelas mengenai cara
8 159 141 126 88,75 SL
mengerjakan soal
Rumusan kalimat soal menggunakan kata tanya
9 155 152 143 93,75 SL
atau perintah yang menuntut jawaban terurai
Hal-hal yang menyertai soal (gambar, grafik,
10 tabel, diagram, dan sejenisnya) jelas, terbaca dan 159 146 135 91,67 SL
berfungsi
11 Terdapat pedoman penskoran 159 80 159 82,92 SL
C. BAHASA
12 Rumusan kalimat soal komunikatif 118 122 120 75,00 L
Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang
12 159 153 160 98,33 SL
baku
Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang
14 menimbulkan penafsiran ganda atau salah 159 158 157 98,75 SL
pengertian
Tidak mengandung kata yang menyinggung
15 160 160 160 100 SL
perasaan peserta didik
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
16 160 160 160 100 SL
setempat atau tabu
uuttty

CURICULUM VITAE
DEWI NOVITA SARI

PERSONAL INFORMATION

 Date Of Birth : September 27 1998


CONTACT PERSON  Gender : Famale
 Relegion : Islam
 Nationality : Indonesian
 Marital Status : Singel
081370722112  Hobbies : Reading, writing.

OBJECTIVE

Dewi_vita0402
To obtain a scholarship for a master degree funded by the
development – Related Postgraduate Courses (Epost)
Dewinovita0402@gmail.com

Education Beaground
jl.lingkar selatan, rt 05
Kelurahan lingkar selatan, kota
jambi
 Tertiary Education
State Islamic University Of Physics Education June, 2020
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, TF.161150
skills Indonesia
Ms Office
 Secondary Education
Delphi Islamic Senior High School Science June, 2016
NO 1 Pulau Temiang, Jambi
Macromedia Flash Indonesia

Papers and ARTICLES


Language :

English
 Efforts to Improve Student Literacy Writer June, 2020
Arabic through learning models Investigating
Assisted Group Concept Maps
Bahasa in physics subjects

 International Seminar on Participant march 2018


Motivation & Enterpreneurship,
become a classy generation of today in 2018

 Book (Filsafat Antroposentrisme – Writer June, 2017


Teologis, Pustaka Ma’arif (Press)

 National Seminar on literacy culture Comitte June, 2017


of higher education

 National Seminar on realize the brightest Participant 2017


generation in the eyes of the world.

 National Seminar on entepreneurship Participant 2016


and independent youth
“Better Life With Action”,
by Trainer Mr. Syafii Efendi. SE.

 National Seminar on education Participant 2016


as the foundation of the nation to
build civilization with Zumi Zola.

Field practis

 Integrated Laboratory in Indonesia Education University. 2019

Organization

 Indonesian Islamic student movement Member 2016


(PMII)

Work experience

 open guidance to read jambi (iqra 'juz-amma, and al- Qur'an) 2020

 have taught physics tutoring 2019

 Ever Opened a Culinary 2018


Business ayam Geprek
(While Lecturing)

 Once a THE-NET Warnet Oprator 2016


(While Lecturing)
References

 Dr. Sukarno M.Pd.I


Lecturer
State Islamic University Of Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
Indonesia
Contact Person : 081273026702
LAMPIRAN 21 DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai