Anda di halaman 1dari 290

MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN KARAKTER KRISTIANI

BERBASIS ASRAMA DI SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI ABDI ALLAH


TRAWAS-MOJOKERTO

DISERTASI

Oleh
Thinna Naftali Woenardi
NIM 17070976010

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
2023
MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN KARAKTER KRISTIANI
BERBASIS ASRAMA DI SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI ABDI
ALLAH TRAWAS-MOJOKERTO

DISERTASI

Diajukan kepada Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya untuk Memenuhi


Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Doktor Pendidikan pada Program Studi
Manajemen Pendidikan

Oleh
Thinna Naftali Woenardi
NIM 17070976010

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
2023

i
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,RISET,
DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Kampus Lidah Wetan, Jl. Lidah Wetan, Surabaya 60213 Telepon : +6231 - 7532160,
Faksimil : +6231 – 7532112
Laman : http://fip.unesa.ac.id email

SURAT KETERANGAN CEK PLAGIASI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Nama Lengkap : Thinna Naftali Woenardi

NIM : 17070976010

Program Studi : S3 Manajemen Pendidikan

Jenis Pagiasi : Ujian Terbuka

Judul Disertasi / Tesis : Manajemen Kurikulum Pendidikan Karakter

Kristiani BerbasisAsrama Di Sekolah Tinggi

Teologi Injili Abdi Allah Trawas-Mojokerto

Telah melalui proses pengecekan plagiasi dan dinyatakan “LOLOS


PLAGIASI”, pada tanggal 19/06/2023 dengan persentase kemiripan sebagai
berikut.

KESELURUHAN 16 %

Mengetahui dan Disahkan GPM Diajukan oleh UPM


S3 Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan

ii
SURAT PERNYATAAN
PERTANGGUNGJAWABAN PENULIS DISERTASI

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

26 Juni 2023

28 Juni 2023

iv
LEMBAR PENGESAHAN

v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah Tritunggal, Bapa, Anak dan Roh Kudus, atas

segala kasih dan anugerah-Nya, disertasi ini dapat selesai dengan lengkap dengan

judul Manajemen Kurikulum Pendidikan Kristiani Berbasis Asrama Di Sekolah

Tinggi Teologi Injili Abdi Allah Trawas Mojokerto. Disertasi ini disusun sebagai

tugas akhir dalam menempuh Program Studi S3 Manajemen Pendidikan

Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.

Terkait tema Manajemen Kurikulum Pendidikan Kristiani Berbasis Asrama

Di Sekolah TinggiTeologi Injili Abdi Allah Trawas Mojokerto yakni sudah

terlaksana selama sekitar 25 tahun sejak berdiri. Namun sejauh ini masih belum

ada penelitian, maka penting kajian karakter kristiani berbasis asrama dilakukan.

Hasil penelitian memberikan manfaat dan pemahaman mendalam kepada seluruh

pihak STTIAA Trawas Mojokerto termasuk civitas dosen pengajar dan pemangku

kebijakan di STT-STT lainnya.

Ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang

telah membantu tersusunnya disertasi ini.

1. Prof. Dr. Nurhasan, M. Kes., selaku Rektor Universitas Negeri Surabaya

yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan selama dalam penulisan

disertasi.

2. Prof. Dr. Mochamad Nursalim, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Surabaya yang telah memberikan perhatian

dan dukungan dalam menyelesaikan penulisan disertasi ini.

vi
3. Dr. Budi Purwoko, M.Pd., selaku wakil Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

yang telah menjadi ketua penguji pada ujian tertutup disertasi ini.

4. Dr. Erny Roesminingsih, M.Si., selaku Ketua Prodi S3 Manajemen

Pendidikan Universitas Negeri Surabaya yang telah memberikan

dorongan semangat untuk penulis menyelesaikan disertasi ini.

5. Prof. D r . H. Haris Supratno, selaku Promotor I ( s a t u ) atas

bimbingan saran dan ide, terkait tema pendidikan karakter kristiani

berbasis asrama.

6. Dr. Mudjito AK, M.Si., selaku Co Promotor II (Dua) atas bimbingan

saran dan ide, terkait tema pendidikan karakter kristiani berbasis

asrama.

7. Prof. Dr.Imron Arifin, M.Pd., dari Universitas Negeri Malang, selaku

penguji luar yang telah memberikan banyak masukan untuk

penyempurnaan disertasi ini.

8. Prof. Dr. M.V Roesminingsih, M.Pd, Dr. Karwanto, S.Ag., M.Pd, dari

Universitas Negeri Surabaya selaku penguji dalam yang sudah

memberikan banyak pengarahan dan dorongan untuk menyelesaikan

penulisan disertasi ini.

9. Dr. Nunuk Hariyati, M.Pd., yang telah memberikan dorongan semangat

dan perhatian serta memfasilitasi penulis untuk bisa menyelesaikan

disertasi ini.

10. Para dosen pengampu mata kuliah Prodi S-3 Manajemen Pendidikan

atas segala motivasi dan bekal ilmu yang telah diberikan.


vii
11. Suami tercinta Dr. Rei Rubin Barlian, M.Th. dan kedua anak kami Clef

Trustdamus Barlian dan Cher Obeyva Barlian yang selalu memberikan

dukungan dan semangat dalam menyelesaikan program Doktor di

Universitas Negeri Surabaya.

12. Orang tua terkasih Bapak Woen Sao Tjong (alm) dan Ibu Thung Fong

Tjao (alm) yang sudah mengasihi, dan menjadi orang tua terbaik bagi

penulis. Juga untuk kakak-kakak dan adik penulis yang selalu menjadi

penyemangat bagi penulis dalam menyelesaikan study ini.

13. Yayasan STTIAA, secara khusus untuk Bapak Suwadji Widjaja (alm),

yang telah memberikan bantuan moral dan material selama kuliah di

Universitas Negeri Surabaya.

14. Dr. John Lim selaku dosen saat kuliah S-1 di STT SAAT Malang dan

teman sejawat di STTIAA yang telah memberikan dorongan dan

motivasi untuk melanjutkan studi di Universitas Negeri Surabaya.

15. Dra. Teripena Jonatan M.Pd. (alm) yang memberi dorongan bagi penulis

untuk melanjutkan study program S2 Manajemen Pendidikan di UKI Jakarta

yang membuka peluang untuk bisa melanjutkan studi ke jenjang S3

Manajemen Pendidikan di UNESA

16. Teman-teman sejawat dan seluruh civitas Akademika STTIAA-

Mojokerto atas dukungan dan semangatnya.

17. Teman- teman seperjuangan semasa kuliah S3 yang selalu memotivasi

penyelesaian disertasi ini.

viii
Disertasi ini sudah diupayakan semaksimal mungkin dan masih belum

sempurna dan penulis menyadari bahwa Disertasi ini masih banyak kelemahan

dan kekurangannya, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati Penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran untuk penyempurnaan Disertasi ini lebih

lanjut. Semoga Disertasi ini memberikan dampak dan manfaat dalam

pengembangan ilmu Pendidikan di STTIAA yang berbasis asrama dan Indonesia

pada umumnya. Segala kemuliaan Hanya bagi Allah.

Surabaya, 12 Juni 2023

Hormat saya

Thinna Naftali Woenardi

NIM. 17070976010

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i

SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iv

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...........................................................................................................x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR BAGAN.............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

ABSTRAK.......................................................................................................... xvii

ABSTRACT ...................................................................................................... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ...................................................................1
B. Fokus Penelitian ................................................................................14
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................14
D. Manfaat Penelitian ............................................................................15
E. Definisi Istilah Penelitian ..................................................................16

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Pustaka...................................................................................18
1. Manajemen Kurikulum Pendidikan Karakter Kristiani .............18
2. Strategi Pelaksanaan (Implementation) Pendidikan
Karakter Kristiani Berasrama ....................................................28
3. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Kristiani Berbasis
Asrama .......................................................................................30
4. Evaluasi Manajemen Kurikulum Pendidikan Karakter
Kristiani Berbasis Asrama .........................................................33
B. Kajian Empiris ..................................................................................35
C. Kerangka Konseptual Penelitian ......................................................45

x
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ....................................................................46
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................47
1. Sejarah Berdirinya Sekolah Tinggi Teologi Injili Abdi
Allah (STTIAA) Trawas Mojokerto ..........................................47
2. Waktu Penelitian ........................................................................50
C. Subyek Penelitian ...........................................................................50
D. Kehadiran Peneliti ...........................................................................51
E. Instrumen Penelitian .......................................................................52
F. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................53
1. Wawancara Mendalam ...............................................................54
2. Observasi ...................................................................................56
3. Dokumentasi (study of document). .............................................57
G. Teknik Keabsahan Data ..................................................................58
1. Kredibilitas ................................................................................59
2. Transferabilitas ..........................................................................62
3. Dependabilitas ...........................................................................63
4. Konfirmabilitas ..........................................................................64
H. Teknik Analisis Data.......................................................................64
1. Analisis Data ..............................................................................65

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN


A. Manajamen Kurikulum Pendidikan Karakter Kristiani
Berasrama .....................................................................................71
B. Strategi pelaksanaan (implementation) manajemen kurikulum
pendidikan karakter Kristiani .......................................................84
C. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Kristiani Berbasis Asrama ........88
D. Evaluasi kurikulum Pendidikan Karakter Kristiani ......................98

BAB V DISKUSI TEMUAN PENELITIAN


A. Diskusi Hasil Temuan Penelitian ...............................................103
1. Kurikulum Pendidikan Karakter Kristiani Berbasis
Asrama di STTIAA Trawas Mojokerto ..................................103
2. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Kristiani Berasrama .............112
3. Proposisi Minor dan Mayor Penelitian....................................131
B. Model Rekomendasi (Recommended Model) Manajemen
Pendidikan Karakter di STTIA Trawas Mojokerto ....................148
C. Umsir Transdisiplin....................................................................152

BAB VI PENUTUP
A. Simpulan ....................................................................................156
B. Implikasi Penelitian ....................................................................158
1. Implikasi Teoritis .....................................................................158
2. Implikasi Praktis.......................................................................161

xi
C. Saran ..........................................................................................162
1. Bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI .................162
2. Bagi STTIAA Trawas Mojokerto............................................163

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................164

LAMPIRAN .........................................................................................................171

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Artikel di Jurnal International Terkait Pendidikan

Karakter .................................................................................................40

Tabel 3.1 Urutan Pengkodean Penelitian ..............................................................68

Tabel 3.2 Contoh Urutan Kode dan Cara Membacanya ........................................70

Tabel 4.1 Penjabaran Nilai-nilai Karakter Kristiani dalam objektifitas dan key

Performance Indikator ...........................................................................98

Tabel 5.1 Proposisi Minor dan Proposisi Mayor ................................................133

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Konsep Penelitian .................................................................45

Bagan 3.1 Stuktur Orgasisasi STTIAA Trawas Mojokerto ..................................49

Bagan 3.2 Alur Penelitian.......................................................................................70

Bagan 4.1 Existing Model Manajemen Pendidikan Pendidikan Karakter Kristiani

Di STTIAA Trawas Mojokerto ...........................................................102

Bagan 5.1 Model Rekomendasi Manajemen Kurikulum Pendidikan karakter

Kristiani Berasrama STTIAA Trawas Mojokerto .................................149

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Karakter Dengan Komponen Lain..................................35

Gambar 4.1 Sosialiasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter Kristiani .......................84

Gambar 4.2 Rapat Civitas Akademika dalam Merumuskan Program ....................92

Gambar 5.1 Transdisciplinaritas ...........................................................................146

Gambar 5.2 Umsir Transdisiplin:Taat, Tanggung jawab, Tangguh (3T) ...........154

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Nama Informan……………………………………. 172

174
Lampiran 2 Hasil Wawancara Mendalam dan Redukasi Data Kedua
STTIAA Trawas Mojokerto ……………………………….

Lampiran 3 Hasil Wawancara dan Redukasi Data Wakil Ketua


STTIAA …………………………………………………… 179

Lampiran 4 Hasil Wawancara Reduksi Data Mahasiswa STTIAA …….


181

Lampiran 5 Hasil Wawancara Reduksi Data Mahasiswa STTIAA ……. 182

Lampiran 6 Hasil Wawancara dan Reduksi Data Ibu Asrama Dosen 184
STTIAA ……………………………………………………

Lampiran 7 Hasil Wawancara Reduksi Data Mahasiswa STTIAA……… 186

Lampiran 8 Hasil Wawancara Reduksi Data Mahasiswa STTIAA………


187

Lampiran 9 Hasil Wawancara Reduksi Data Mahasiswa STTIAA……… 189

Lampiran 10 Hasil Wawancara Reduksi Data Mahasiswa STTIAA……… 191

Lampiran 11 Hasil Observasi (Pengamatan) ……………………………. 193

Lampiran 12 Hasil Observasi (Pengamatan) ……………………………. 194

Lampiran 13 Hasil Observasi (Pengamatan) …………………………….


196
Lampiran 14 Buku Pedoman Mahasiswa STTIAA.................................. 198

Lampiran 15 Foto Penelitian Dokumentasi.................................................


266
Lampiran 16 Curiculum Vitae...................................................................
270
Lampiran 17 Surat Izin Penelitian................................................................
272

xvi
ABSTRAK

Woenardi, Thinna Naftali. 2023. Manajemen Kurikulum Pendidikan Karakter


Kristiani Berbasis Asrama Di Sekolah Tinggi Teologi Injili Abdi Allah
(STTIAA) Trawas Mojokerto. Disertasi, Program Studi S3 Manajemen
Pendidikan. Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Pembimbing:
(I) Prof. Haris Supratno, Ph.D., dan (II) Dr. Mudjito. AK, M.Si.

Kata Kunci: Manajemen Kurikulum, Pendidikan Karakter Kristiani, Berbasis Asrama

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendidikan karakter kristiani berbasis asrama
yang telah terlaksana di Sekolah Tinggi Teologi Injili Abdi Allah Trawas Mojokerto.
Implementasi pendidikan karakter kristiani ini ditinjau dari 4 (empat) fokus utama yaitu
manajemen kurikulum, strategi pelaksanaan, nilai-nilai karakter dan evaluasi manajemen
kurikulum pendidikan karakter kristiani berasrama dalam menemukan model
rekomendasi pendidikan karakter kristiani berasrama yang cocok dan sesuai di kampus
STTIAA Trawas Mojokerto.
Penelitian ini menggunakan design kualitatif. Tempat penelitian berada di STTIAA
Trawas Mojokerto. Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara mendalam,
observasi langsung dan dokumentasi /catatan. Data penelitian dari ketua STTIAA, dosen
dan karyawan. Data penelitian terkumpul selanjutnya dianalisis secara mendalam dengan
cara melalui kodensasi, display data dan penarikan kesimpulan pada masing-masing
fokus penelitian. Selanjutnya dilakukan analisis guna menyusun sebuah konsep dan titik
temuan yang ada. Validasi data penelitian menggunakan empat unsur utama yakni
kredibilitas, transferabilitas, dependibilitas dan konfirmabilitas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa; (1) pendidikan karakter kristiani berasrama
terencana disesuaikan ke dalam visi, misi dan tag line kampus, pengintegrasian
pembelajaran kurikulum karakter kristiani di kelas, pembinaan kerohanian dilakukan
terus menerus sampai di asrama dan kegiatan pembinaan dilakukan di luar kelas, (2)
strategi pelaksanaan dilakukan melalui pembiasan selama mahasiswa menempuh kuliah
berjalan efektif meliputi: kejelasan aturan dan konsistensi peraturan, (3) nilai-nilai
karakter kristiani yang diajarkan meliputi kudus, kasih, komitmen, tangguh, (4) evaluasi
manajemen kurikulum meliputi: respon dari pimpinan, komitmen dan keteladanan
stakeholder lembaga STTIAA Trawas Mojokerto.

xvii
ABSTRACT
Woenardi, Thinna Naftali. 2023. Dormitory-Based Christian Character Education Curriculum
Management at Trawas Abdi Allah Evangelical Theology College (STTIAA) Mojokerto.
Dissertation, Doctoral Study Program in Education Management. Postgraduate of the
State University of Surabaya. Supervisor: (I) Prof. Haris Supratno, Ph.D., and (II) Dr.
Mudjito. AK, M.Si.
Key Words: Curriculum Management, Christian Character Education, based dormitory

This study aims to analyze the dormitory-based Christian character education that has been
implemented at the Abdi Allah Evangelical Theological College Trawas Mojokerto. The
implementation of Christian character education is reviewed from 4 (four) main focuses, namely
curriculum management, implementation strategies, character values and evaluation of boarding
Christian character education curriculum management in finding a suitable and appropriate
recommendation model for boarding Christian character education on the STTIAA Trawas
Mojokerto campus.
This research uses qualitative design. The research site was at STTIAA Trawas Mojokerto.
Research data were collected through in-depth interviews, direct observation and
documentation/records. Research data from the chairman of STTIAA, lecturers and employees.
The collected research data was then analyzed in depth by going through codification, data
display and conclusion drawing on each research focus. Furthermore, it is analyzed in order to
compile a concept and point to existing findings. Research data validation uses four main
elements, namely credibility, transferability, dependability and confirmability.
The results showed that; (1) dormitory Christian character education is planned to be adjusted to
the vision, mission and tag line of the campus, integrating Christian character curriculum learning
in class, spiritual guidance is carried out continuously until in the dormitory and coaching
activities are carried out outside the classroom, (2) implementation strategies are carried out
through habituation as long as students take effective courses including: clarity of rules and
consistency of regulations, (3) Christian character values taught include holy, love, commitment,
resilience, (4) evaluation of curriculum management includes: response from leaders, commitment
and exemplary stakeholder institutions STTIAA Trawas Mojokerto.

xviii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah usaha sengaja dan terencana untuk membina lingkungan

belajar dan proses belajar aktif yang dapat membantu peserta didik mewujudkan

potensi dirinya secara utuh serta mengembangkan kepribadian, kecerdasan, dan

akhlak mulianya. Artinya pendidikan dipandang sebagai usaha yang disengaja dan

metodis untuk meningkatkan taraf hidup seseorang atau memajukan

kehidupannya. Proses pembelajaran diharapkan dapat menanamkan para

mahasiswa berpikir kritis namun senantiasa tetap berperilaku dan bersikap baik.

Berperilaku dan bersikap baik bagi mahasiswa adalah salah satu contoh

penanaman pendidikan karakter yang berhasil dari suatu lembaga pendidikan

tinggi seperti Sekolah Tinggi Teologi Injili Abdi Allah terhadap semua

mahasiswanya.

Sekolah Tinggi Teologi Injili Abadi Allah Trawas Mojokerto atau disingkat

STTIAA adalah lembaga pendidikan tinggi berbasis teologi yang telah

melaksanakan proses pembelajaran pendidikan karakter kristiani bagi semua

mahasiswa. Pengelola lembaga menerapkan strategi pembelajaran pendidikan

karakter khusus. Strategi pembelajaran pendidikan karakter kristiani dimaknai

sebagai bentuk pembiasaan di kehidupan mahasiswa dalam kehariannya. Belajar

di kampus dan tinggal di asrama (menetap) adalah salah satunya strategi

pembelajaran di lembaga pendidikan ini. Mereka wajib berperilaku dan bersikap

baik, sopan dan santun serta bertutur kata yang baik ketika baik berada di dalam

1
2

kelas maupun saat di asrama. Karakter baik ditunjukkan adalah karakter yang

mencerminkan karakter kristiani. Karakter kristiani dimaksud adalah pribadi-

pribadi mahasiswa sebagai calon pemimpin gereja dan calon guru agama kristen

di sekolah-sekolah kristen berperilaku seperti Kristus.

Berperilaku Kristus dimaksud adalah para mahasiswa berakhlak mulia,

bermoral tinggi, tangguh, berkata sopan dan toleran kepada sesama. Pendidikan

karakter kristiani dapat terlaksana dimulai dari proses pembiasaan, keterampilan

dan pengetahuan mahasiswa semasa mereka tinggal berasrama di dalam kampus.

Karakter ini terbentuk dari akumulasi watak, sifat dan kepribadian mahasiswa

menuju kepada keyakinan Kristus secara utuh. Hidup bermoral kristiani dapat

terlihat ketika mereka menjalankan norma agama sebagai pilihan dasar, hati

nurani yang baik, norma hukum yang dijunjung tinggi dan menghindari dosa.

Seperti kisah salah satu film religi yakni Of Gods and Men. Kisah kehidupan

nyata dari sosok manusia menggambarkan perjalanan manusia yang memiliki

kebiasaan hidup berperilaku baik dalam kesehariannya.

Mahasiswa sebagai calon pemimpin gereja dan guru agama kristen wajib

mencontoh karakter seperti film di atas. Mereka sebagai insan akademisi pada

sekolah tinggi agama harus tetap kritis namun tetap mengedepankan sifat

berkarakter kristiani. Untuk itu Sekolah Tinggi Teologi Ilmu Injili Abdi Allah

Trawas Mojokerto atau disngkat STTIAA Trawas Mojokerto telah melaksanakan

fungsi lembaga tinggi agama di Jawa Timur mempersiapkan lulusan (output)

menjadi pemimpin agama dan guru agama yang berkarakter kristiani. STTIAA

Trawas Mojokerto juga mempersiapkan para mahasiswa menjadi panutan serta


3

tauladan bagi masyarakat sekitar. Menjadi pemimpin di gereja-gereja dan guru

agama kristen pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah di sekolah-

sekolah di Indonesia.

Mahasiswa STTIAA Trawas Mojokerto telah diajarkan pendidikan Karakter

Kristiani sejak mereka masuk di awal semester. Materi perkuliahan pendidikan

karakterpun diberikan dan wajib ditempuh semua mahasiswa. Hal terpenting

adalah agar mereka dapat menerapkan perilaku kristiani sebagai calon pemimpin

gereja dan guru agama kelak. Tujuan pendidikan ini mengembangkan kualitas

diri seseorang sebagai pribadi dan bagian anggota masyarakat sosial yang berdaya

guna tinggi dan bermanfaat. Dalam konteks kualitas pribadi yang sempurna

berhati mulia sebagai pelayan Tuhan Yesus Kristus.

Pendidikan karakter kristiani dilaksanakan oleh STTIAA Trawas Mojokerto

menghasilkan individu-individu mahasiswa yang kompeten dilihat dari segi ilmu

pengetahuan agama dan menjunjung sikap moral tinggi, sikap sosial dan kepekaan

berbangsa sebagai warga Negara Indonesia. Untuk itu diperlukan strategi

pembelajaran pendidikan karakter. Pengelola lembaga pendidikan memiliki model

pembelajaran yakni berasrama. Pendidikan berbasis asrama dilaksanakan

berlangsung hampir 30 tahun sejak berdirinya lembaga pendidikan agama ini.

Pendidikan berasrama diyakini memiliki kelebihan, misalnya kehidupan

mahasiswa dapat dipantau langsung oleh para pendidik.

Interaksi mahasiswa saat mengikuti perkuliahan di kelas pun diamati oleh

para dosen. Kesimpulannya adalah setiap kehidupan mahasiswa sehari hari di

dalam kelas dan diasrama selalu diamati dan diperhatikan. Interaksi antar mereka
4

dan dosen, patut dicatat dan diketahui oleh pengelola pendidikan. Namun proses

seperti ini tidaklah mudah dilaksanakan. Apalagi membentuk mereka betul-betul

mencerminkan karakter kristiani dalam segala aspek kehidupan. Latar belakang

ekonomi mahasiswa, daerah asal, latar pendidikan orang tua asal dan lain- lain

sebagai faktor keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter kristiani. Hal ini

bukan perkara mudah. Karena pimpinan sekolah tinggi belum sepenuhnya

melakukan assessment calon mahasiswa di permulaan registrasi masuk sebagai

mahasiswa. Ditambah dengan sikap dan perilaku bawaan mahasiswa sebelum

mereka menjadi mahasiswa di kampus STTIAA Trawas Mojokerto. Sikap dan

perilaku bawaan seperti ini terbentuk dan berlangsung lama saat di jenjang

pendidikan sekolah sebelumnya.

Mempersiapkan sebagai calon pemimpin gereja dan calon guru agama

kristiani yang baik memerlukan strategi dan metode pembelajaran khusus.

Pengelola lembaga berusaha memenuhi target permintaan gereja atau sekolah

Kristiani yang semakin tinggi. Konsep manajemen lembaga pendidikan tinggi

agama yang baik yakni merencanakan dan menyediakan para dosen yang

kompeten menjadi salah satu strategi yng dilakukan. Dosen berketrampilan baik

dan ahli dibidang ilmu masing-masing disiapkan. Nilai-nilai karakter kristiani

dicirikan sebagai kerangka untuk membangun karakter pada seluruh warga

kampus, termasuk dosen, staf, dan mahasiswa, agar sadar dan mau menerapkan

prinsip dan standar kristiani dalam kehidupan kampus.

Sebagai manusia yang baik, sangat penting untuk mematuhi nilai-nilai dan

standar dalam memperlakukan diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan


5

sekitarnya. Pendidikan karakter dilaksanakan melibatkan semua warga sekolah.

Dosen pengajar dan tenaga karyawan adalah komponen utama pendidikan

bergerak melaksanakan pendidikan karakter kristiani. Kualitas hubungan antar

komponen tersebut dan pengelolaan sangat diperhatikan. Kegiatan-kegiatan ko-

kurikuler mahasiswa serta pemberdayaan mahasiswa juga diperhatikan. Menurut

temuan penelitian Marzuki, pendidikan karakter secara garis besar terdiri dari tiga

komponen utama yaitu: 1) mengetahui yang baik (knowing the good), 2)

mencintai yang baik (loving the good), dan 3) melakukan yang baik (doing the

good).

Berdasar pendapat di atas. sikap menanamkan kebiasaan (habituation)

sehari hari agar mahasiswa paham, bisa merasakan dan mau melakukan hal-hal

baik. Para mahasiswa mengetahui knowing the good selama hidup berasrama.

Mereka memuja kasih sayang dan kebaikan, dan sebagai hasilnya, mereka berbuat

baik di sekolah dan di luar kampus. Dengan demikian, pendidikan karakter

kristiani di STTIAA Trawas Mojokerto memiliki visi, misi, dan tujuan yang jelas,

yaitu kemajuan nilai-nilai dan kebajikan Kristiani.

Pendidikan karakter kristiani tidak hanya sekedar untuk membangun pribadi

sempurna dan cerdas akan tetapi membentuk pribadi yang bermanfaat di

masyarakat. Perubahan dalam kehidupan mahasiswa sendiri disadari dengan jelas

bahwa mereka calon pemimpin gereja dan guru agama kristiani kelak pada

gilirannya akan menghasilkan sosok model pemimpin dalam tatanan sosial

kemasyarakatan dan beragama.


6

Berdasarkan studi awal penelitian ditemukan bahwa strategi pembelajaran

pendidikan karakter di STTIAA Trawas Mojokerto yakni berasrama masih banyak

permasalahan dan perlu perbaikan. Pendidikan berasrama diyakini pengelola

lembaga dapat menanamkan karakter kristiani secara sempurna namun

kenyataanya masih banyak permasalahan. Kehidupan berasrama di kampus dan

diawasi 24 jam penuh oleh pengelola, tapi mahasiswa masih berperilaku yang

tidak mencerminkan karakter kristiani. Pengelola memberlakukan peraturan

dan tata tertib ketat dalam pelaksanaan pendidikan ini. Membentuk karakter

kristiani yang baik tidaklah mudah. Sikap dan tindakan mahasiswa masih belum

sesuai aturan yang ditulis dan berlaku di lembaga pendidikan ini.

Berbeda dengan Sekolah Tinggi Teologi ditempat lainnya yakni tanpa

asrama sebagai tempat tinggal mahasiswa. Hal ini diyakini tanpa asrama

mahasiswa akan lebih mudah dalam penyelenggaraan pendidikan dan murah biaya

perkuliahan. Namun sekolah tanpa asrama akan sulit dalam pengawasan

mahasiswanya. Hal ini disebabkan karena tidak ada tanggung jawab secara penuh

oleh pengelola lembaga sekolah. Tidak dalam pengawasan 24 jam terhadap semua

mahasiswa. Ketua dan dosen tidak perlu mengawasi mahasiswa di luar kampus.

Penyelenggaraan perkuliahan tanpa asrama ini jauh lebih mudah disebabkan

pengelola lembaga tidak menyediakan akomodasi, konsumsi dan prasarana

lainnya.

Lembaga STTIAA Trawas Mojokerto menjalankan pendidikan perkuliahan

berasrama (mewajibkan semua mahasiswa Strata 1 untuk tinggal di dalam

kampus) disebabkan memiliki tujuan jelas yakni mempersiapkan mahasiswa


7

dilengkapi dengan ilmu pengetahuan, teori dan skill namun juga berjiwa

berkarakter kristiani. Oleh sebab itu kurikulum perkuliahan yang dipakai bernilai

karakter kristiani. Karakter kristiani yang dimaksud adalah kehidupan sehari hari

mahasiswa berkarakter kristiani di dalam kampus maupun di luar kampus

nantinya. Pihak pengelola STTIAA Trawas Mojokerto mengambil resiko lebih

besar dan berat yakni mendampingi dan membimbing semua mahasiswa bukan

saja dalam hal kognitif tapi juga afektif mereka selama 24 jam sehari dan

sepanjang 4 tahun masa perkuliahan.

Lembaga menerapkan 4 unsur nilai karakter kristiani meliputi Kudus,

Kasih, Komitmen dan Tangguh. Seorang pemimpin gereja dan guru agama

kristiani seharusnya memiliki 4 unsur ini. Karakter kristiani dalam menjalani

panggilan dan dan pekerjaannya. Sebagaimana dinyatakan Peter Anggu (2005)

bahwa identitas dan kepribadian pemimpin kristiani tercermin pada karakternya

bukan pekerjaannya. Ironisnya di lapangan, masih ditemukan kasus yang

mencerminkan bahwa masih banyak para pemimpin gereja dan guru agama

Kristen belum mencerminkan karakter kristiani terhadap jabatan yang dimilikinya.

Diyakini salah satu penyebab seseorang tidak memiliki karakter kristiani adalah

saat perkuliahan di lembaga kampus masih belum mendapatkan pendidikan

karakter yang baik.

Pendidikan karakter kristiani di atas adalah proses penanaman jiwa Kristus

dalam kesinambungan perilaku para mahasiswa untuk mengubah jati diri dan

perilaku mahasiswa menjadi lebih maju serta berkembang berbudi baik saat

menjadi pemimpin gereja dan guru agama Kristen. Berkembang dalam perolehan
8

ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama serta penambahan soft skill. Sesuai

dengan pergeseran pandangan dalam kehidupan dan tempat kerja, lanskap

pendidikan masih mengalami transformasi yang luar biasa. mengubah mentalitas

primitif menjadi mentalitas yang lebih canggih. Bagi pendeta dan pendidik agama

di sekolah, ini sangat penting. Mentalitas ini berdampak signifikan pada reformasi

pendidikan di Indonesia, karena sumber daya manusia sangat penting untuk

memajukan pertumbuhan negara.

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa

pendidikan nasional membina pertumbuhan intelektual peserta didik dan

membentuk akhlak moralnya. budaya yang bermartabat untuk kehidupan

masyarakat yang lebih baik. Tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah

disebutkan di awal, adalah membantu peserta didik mewujudkan potensi dirinya

secara utuh sebagai manusia yang bertawakal dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

Oleh karena kualitas karakter moral yang tinggi, kecerdasan yang baik,

pengetahuan, kemampuan, kreativitas, dan kemandirian, maka dapat menjadi

warga negara yang baik dan murid yang bertanggung jawab. Pendidikan di

STTIAA Trawas Mojokerto dilaksanakan secara metodis untuk mencapai tujuan

pendidikan dengan memperhatikan maksud dan tujuan pendidikan. Agar anak

didik berdaya saing tinggi, beretika kuat, berakhlak mulia, santun, serta mudah

bergaul dalam masyarakat, maka perlu diciptakan pendidikan karakter kristiani.

Konsep-konsep ini diajarkan di sekolah-sekolah tinggi teologi karena

diperlukan untuk mencapai bangsa yang berbudaya, yaitu melalui Pendidikan


9

nilai- nilai agama, disiplin, toleransi terhadap sesama, demokrasi, kegembiraan,

cinta, dan kepedulian terhadap tanah air.

Wynne (2011) menegaskan karakter diartikan sebagai to mark (artinya

menandai) dan berfokus pada bagaimana menerapkan nilai dari tindakan yang

nyata dan perilaku dari mahasiswa tersebut setiap harinya. Maka, perilaku

mahasiswa berasrama harus jauh lebih baik, lebih jujur, dikatakan sebagai calon

pendeta dan guru agama kristiani. Lebih lanjut diharapkan mahasiswa bersifat

jujur dan suka menolong sesama. Hal ini mencerminkan karakter baik dan mulia.

Manajemen kurikulum pendidikan karakter kristiani berasrama STTIAA

Trawas Mojokerto, pendidikan karakter kristiani merupakan integrasi materi

kuliah dengan penanaman budi pekerti Kristus kepada semua mahasiswa saat

mereka tinggal di asrama. Nilai-nilai karakter kristiani ini diajarkan dan dimulai

dengan menerapkan kebiasaan-kebiasaan saat mereka belajar dan tinggal di

asrama. Mereka bersikap berdasarkan nilai-nilai serta sikap moral yang luhur

dalam pembiasaan. Hal ini dipertegas bahwa proses pembelajaran diawali agar

mereka mandiri, keteladanan serta daya juang selalu diterapkan kelak saat mereka

sudah menjadi pemimpin gereja dan guru agama kristiani. Menurut temuan

penelitian Doni, pendidikan karakter sebagai program yang utuh dan

komprehensif mengubah kehidupan siswa selain membentuk mereka menjadi

manusia yang bermoral dan cerdas. Dia akan membawa penyesuaian ini untuk

membuat masyarakat lebih adil dan berbelas kasih pada zamannya.

Buchory juga mendefinisikan pendidikan karakter sebagai pilihan prinsip-

prinsip moral dalam mengendalikan karakter seseorang, yang sejalan dengan


10

temuan penelitian tersebut di atas. Siswa dapat meningkatkan akting terompet

mereka berkat ini. untuk sepenuhnya memasukkannya ke dalam masyarakat dan

kehidupan sehari-hari. Pembinaan karakter kristiani dalam diri mereka ketika

mereka kuliah dengan demikian akan berdampak pada bagaimana mereka

bersikap.

Berdasar prastudi lapangan ditemukan banyak masalah pemimpin gereja dan

guru agama kristiani di sekolah-sekolah. Masih ditemukan sikap dan moral

mereka tidak terpuji dan hal ini masih berlangsung terjadi. Hasil penelitian

Damayanti (2018) dari Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas

Indonesia menunjukkan 100 mahasiswa, 5 mahasiswa diantaranya pernah

melakukan hubungan seks pra nikah. Contoh lain adalah turunnya moral dapat

ditinjau dari peningkatan angka kekerasan terhadap para muda mudi saat ini.

Semakin ramainya pergaulan bebas, dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang,

pornografi, pencurian di kalangan mahasiswa menjadi perhatian besar kita semua.

Terjadi banyak hal di sekeliling kita sampai saat ini. Oleh karena itu menjadi

alasan penting mengapa pendidikan karakter secara umum menjadi fokus utama

dan wajib diajarkan dan diterapkan oleh lembaga pendidikan tinggi termasuk di

Sekolah Tinggi Teologi Injilli Abdi Allah (STTIAA) Trawas Mojokerto.

Pendidikan karakter telah berkembang menjadi program pendidikan

nasional mengingat situasi saat ini. Penerapan karakter di lembaga pendidikan

telah dilaksanakan dan diprioritaskan oleh pemerintah. Dipajang ini di Kampus

Merdeka. Gerakan nasional dikatakan merujuk pada keleluasaan yang diberikan

kepada lembaga pendidikan untuk melaksanakan pendidikan karakter yang


11

dikuatkan sebagai bagian dari tujuan dan misi pencapaian pembangunan nasional.

Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kelanjutan dari Gerakan Nasional

Pendidikan Karakter (GNPK) yang wajib diselenggarakan oleh lembaga

pendidikan Indonesia.

Hal ini sejalan dengan falsafah Nawacita Presiden RI yang menekankan

pentingnya mencetak individu yang berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, dan

berakhlak mulia untuk membentuk masyarakat yang berkarakter. Hal ini berujung

pada dikeluarkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun

2017 tentang Pendidikan Karakter (PPK), yaitu gerakan Pendidikan karakter

peserta didik melalui sinkronisasi hati, perasaan, pikiran, dan olah raga melalui

keterlibatan dan kerjasama pada satuan pendidikan. Seluruh satuan pendidikan

formal diamanatkan untuk melaksanakan pendidikan karakter (PPK) yang

diperkuat dalam Permendikbud No. 20 Tahun 2018 tentang Pendidikan PPK pada

satuan pendidikan formal.

Kapasitas untuk mengelola diri sendiri dan orang lain, bukan hanya

pengetahuan dan keterampilan teknis, yang menentukan kesuksesan seseorang,

menurut Akbar (2000). (kemampuan lunak). Menurut penelitian ini, hanya sekitar

20% kesuksesan yang dipengaruhi oleh hard talent, dengan 80% sisanya berasal

dari soft skill. Hal ini menunjukkan bahwa sangat penting untuk meningkatkan

standar pendidikan karakter siswa. Untuk dapat mencapai luaran yang diinginkan

terkait PPK di kampus, PPK kampus merupakan tugas krusial yang harus

diselesaikan di semua satuan pendidikan. PPK telah menjadi subjek penelitian

sebelumnya, meskipun dalam perdebatan yang tidak terkait dengan penelitian


12

yang diteliti oleh peneliti. Peneliti perlu melakukan kajian tentang peningkatan

pendidikan karakter karena pentingnya penelitian PPK.

Karakter adalah kualitas yang secara alami berkembang dalam diri individu

dan ditunjukkan dalam perilaku nyata yang secara etis tanggap terhadap peristiwa.

Reaksi ini dapat berupa perilaku moral, integritas, akuntabilitas, pertimbangan

bagi orang lain, dan prinsip moral tinggi lainnya, atau mungkin sebaliknya.

Pendidikan karakter dan pendidikan moral berjalan beriringan, menurut Arifin &

Rusdiana (2019). Pendidikan moral merupakan konsep yang jauh lebih mendasar

daripada pendidikan karakter. Masalah benar dan salah hanyalah salah satu aspek

dari pendidikan karakter. Namun, bagaimana seseorang dapat mengembangkan

kebiasaan (habits) positif dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, siswa

harus memiliki tingkat kesadaran dan pemahaman yang tinggi serta dedikasi

untuk membuat perubahan positif dalam hidup mereka.

Pengembangan potensi setiap siswa itulah yang dimaksud dengan

pendidikan karakter. Setelah menjalani prosedur pendidikan, agar mereka

memiliki kemampuan moral yang lebih unggul dari sebelumnya. Akibatnya,

orang tersebut harus diberi kesempatan untuk mengembangkan berbagai

kemampuan, termasuk: ide, prinsip, kreativitas, tanggung jawab, dan

keterampilan. Dengan kata lain, orang tersebut berkembang dalam domain

kognitif, emosional, dan psikomotor mereka. Karakter, di sisi lain, adalah

seperangkat karakteristik, nilai, dan perilaku psikologis seseorang yang unik. Ciri-

ciri yang membentuk karakter seseorang dengan demikian merupakan nilai-nilai

pribadi yang ditanamkan di dalam diri mereka dan ditunjukkan dalam tingkah
13

laku. Karakter merupakan nilai fundamental yang berkontribusi terhadap

kepribadian seseorang.

Karakter kristiani yang kuat dikembangkan, yang membedakan murid dari

orang lain dan akan tercermin dalam pandangan dan tindakan mereka sekarang

dan di masa depan ketika mereka menjadi bagian dari masyarakat biasa.

Karakteristik positif dapat dipupuk, didukung, dan diberdayakan melalui

pendidikan jika dilihat sebagai upaya jujur yang dilakukan melalui latihan,

pembelajaran, dan keteladanan. Personal yang diciptakan sesuai dengan prinsip-

prinsip Kristus. Untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter hati, pikiran,

tubuh, serta dimensi rasa dan karsa yang sejalan dengan iman kristiani, pendidikan

ini memberikan arahan kepada anak didik.

Secara umum dimaknai bahwa pendidikan karakter secara kristiani

merupakan bentuk pendidikan yang menekankan karakter Kristus sebagai karakter

mulia yang senantiasa di terapkan dalam kehidupan. Lembaga pendidikan

STTIAA Trawas Mojokerto menerapkan pendidikan berasrama diartikan bahwa

bangunan tempat tinggal bagi mahasiswa yang mempunyai fasilitas tempat tinggal

layak.

Lembaga pendidikan tinggi agama ini menyediakan fasilitas penunjang

pendidikan lainnya seperti memiliki program/kurikulum khusus, pengajar khusus

dalam memenuhi tujuan pendidikan yang sudah direncanakan. Bertitik tolak dari

uraian latar belakang di atas. Penelitian tekait kurikulum pendidikan karakter

kristiani berbasis asrama di STTIAA Trawas Mojokerto dilaksanakan.


14

B. Fokus Penelitian

Berdasar latar belakang penelitian di atas maka fokus penelitian secara

umum dapat diuraikan yakni bagaimana pelaksanaan kurikulum pendidikan

karakter kristiani berbasis asrama di STTIAA Trawas Mojokerto? Untuk

memperjelas dan merinci pertanyaan ini maka diuraikan subpertanyaan seperti

dibawah ini:

1. Bagaimanakah manajemen kurikulum pendidikan karakter kristiani

berbasis asrama yang dilaksanakan oleh Sekolah Tinggi Teologi

Injili Abdi Allah Trawas-Mojokerto?

2. Bagaimanakah strategi pelaksanaan (implementation) kurikulum

pendidikan karakter kristiani berbasis asrama yang dilaksankan oleh

Sekolah Tinggi Teologi Injili Abdi Allah Trawas Mojokerto?

3. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter kristiani berbasis

asrama di Sekolah Tinggi Teologi Injili Abdi Allah Trawas-

Mojokerto?

4. Bagaimanakah evaluasi manajemen kurikulum pendidikan karakter

kristiani berasrama di Sekolah Tinggi Teologi Injili Abdi Allah

Trawas-Mojokerto?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendiskripsikan dan menganalisis manajemen kurikulum

pendidikan karakter kristiani berbasis asrama di Sekolah Tinggi

Teologi Injili Abdi Allah Trawas-Mojokerto.


15

2. Mendiskripsikan dan menganalisis strategi pelaksanaan

(implementation) kurikulum pendidikan karakter kristiani berbasis

asrama dilaksanakan oleh Sekolah Tinggi Teologi Injili Abdi Allah

Trawas-Mojokerto.

3. Mendiskripsikan dan menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter

kristiani berbasis asrama di Sekolah Tinggi Teologi Injili Abdi Allah

Trawas-Mojokerto.

4. Mendiskripsikan dan menganalisis evaluasi manajemen kurikulum

pendidikan karakter kristiani berasrama di Sekolah Tinggi Teologi

Injili Abdi Allah Trawas-Mojokerto.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan memberikan sumbangan konsep teoritis

bagi pengembangan manajemen kurikulum pendidikan karakter kristiani

berasrama di STTIAA Trawas Mojokerto.

2. Manfaat Praktis

(a) Hasil Penelitian bermanfaat memberikan sumbangan teortis

pada Ilmu Manajemen Pendidikan khususnya Prodi S3 Manajemen

Pendidikan atas hasil penelitian kebaharuan teori terkait manajemen

kurikulum pendidikan karakter berasrama. (b) Hasil penelitian bermanfaat

sebagai kajian/ analisis terkait manajemen kurikulum pendidikan karakter

kristiani berasrama bagi Sekolah Sekolah Tinggi Teologi lainnya di

Indonesia. (c) Hasil penelitian bermanfaat bagi dosen-dosen dan tenaga


16

kependidikan sebagai bahan diskusi terkait manajemen kurikulum

pendidikan karakter kristiani dan nilai-nilai yang yang terkandung di

dalamnya. (d) Hasil penelitian bermanfaat bagi semua pihak seperti

yayasan pendidikan kristen lainnya sebagai kajian atas model rekomendasi

sebagai hasil akhir penelitian ini. (e) Hasil penelitian bermanfaat bagi

peneliti khususnya peneliti yang bertema/berjudul sama yakni manajemen

kurikulum pendidikan karakter kristiani berarama sebagai bahan referensi

dan rujukan.

3. Manfaat Kebijakan

Hasil penelitian bermanfaat sebagai model kebijakan para

pemangku kebijakan di level Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan

Pemerintah Pusat perihal manajemen kurikulum pendidikan karakter

kristiani berasrama yang sesuai diterapkan dan dilaksanakan pada sekolah-

sekolah tinggi teologi di Indonesia

E. Definisi Istilah Penelitian

1. Manajemen Kurikulum Pendidikan Karakter kristiani adalah

manajemen kurikulum pendidikan kristiani yang diselenggarakan

oleh pengelola pendidikan meliputi persiapan pembuatannya, cara

pengorganisasiannya, pelaksanaan dan pengawasan di STTIAA

Trawas Mojokerto.

2. Strategi pelaksanaan Pendidikan Karakter Kristiani berarama

merupakan salah satu strategi perkuliahan dengan integrasi mata

kuliah yang diterapkan oleh pengelola lembaga STTIAA Trawas


17

Mojokerto melalui proses pembiasaam sehari hari dengan penanaman

karakter kristiani di kelas maupun di asrama bagi semua mahasiswa

yang tinggal di asrama.

3. Nilai-nilai pendidikan karakter kristiani berasrama yakni mengacu

kepada nilai-nilai pengajaran dan teladan dari Kristus dan ini

diwujudkan dalam nilai-nilai Kudus, Kasih, Komitmen dan Tangguh.

4. Evaluasi manajemen kurikulum pendidikan kristiani berasrama

adalah bentuk pengawasan melekat yang dijalankan dan diterapkan

oleh pihak STTIAA Trawas Mojokerto meliputi seluruh perilaku

kehidupan mahasiswa di kelas maupun di dalam asrama mahasiswa.

Pengawasan dijalankan oleh ketua lembaga dan pimpinan, semua

dosen dan karyawan kepada mahasiswa.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Manajemen Kurikulum Pendidikan Karakter Kristiani

Manajemen pendidikan menurut Usman (2010:12) merupakan ilmu

yang digunakan untuk mengelola segala sumber daya pendidikan sehingga

dapat menciptakan suasana pendidikan yang kondusif, supaya peserta didik

dapat secara aktif mengembangkan dirinya, kepribadiannya, kecerdasannya,

akhlak mulia, dan ketrampilannya sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya

sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara. Selanjutnya manajemen pendidikan

dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengendalian sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan

pendidikan secara efisien, efektif dan akuntabel.

Manajemen merupakan suatu proses sosial yang merupakan proses

kerjasama antar dua orang atau lebih (Gunawan, 2012:237). Sedangkan

menurut Usman (2010:5) menyatakan bahwa manajemen berasal dari

bahasa latin dengan asal kata manus yang berarti tangan dan agree yang

berarti melakukan. Jika kedua kata digabungkan maka akan menjadi

manager yang berarti mengelola. Dalam bahasa Inggris, kata manager

diubah menjadi management yang berarti pengelolaan. Manajemen dalam

arti luas adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengendalian sumber daya organisasi sehingga mencapai tujuan efektif.

18
19

Studi manajemen kurikulum merupakan bagian integral dari studi

kurikulum, sehingga bukan hanya sekedar dasar-dasar manajemen, tetapi

juga meliputi bagaimana mengembangkan kurikulum dan dilaksanakan

untuk semua jenjang pendidikan (Hermino, 2014:36).

Menurut Hamalik (2007:20), Manajemen kurikulum meliputi kegiatan

perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan perbaikan kurikulum.

Manajemen perencanaan dan pengembangan kurikulum berangkat dari

asumsi adanya data maupun informasi mengenai masalah dan kebutuhan

sehingga dapat dilakukan perencanaan yang tepat. Manajemen pelaksanaan

dilakukan apabila perencanaan yang dibuat sudah siap dan dapat

dioperasionalkan. Apabila perlu adanya perbaikan kurikulum, maka dapat

dilakukan perbaikan kurikulum dan dikembangkan lebih lanjut untuk

meningkatkan mutu pendidikan.

Menurut pendapat Tom Liçkona, Eric Schap dan Catherine Lewis

(1996) menyatakan ada sebelas prinsip di dalam pendidikan karakter di

lembaga pendidikan. Kesebelas itu diuraikan sebagai berikut.

a. Pendidikan karakter mendukung prinsip-prinsip etika fundamental

sebagai landasan perilaku moral.

b. Pemikiran, emosi, dan perilaku semuanya harus dimasukkan dalam

definisi karakter.

c. Untuk secara efektif mengajarkan prinsip-prinsip penting di semua

aspek kehidupan sekolah, pendidikan karakter menuntut pendekatan

yang disengaja, proaktif, dan menyeluruh.


20

d. Sekolah harus memiliki suasana yang welas asih.

e. Siswa membutuhkan kesempatan untuk tindakan moral dalam rangka

mengembangkan karakter.

f. Program akademik yang relevan dan menuntut yang menghormati

semua siswa dan mendorong keberhasilan mereka merupakan

komponen penting dari pendidikan karakter yang efektif.

g. Tujuan dari pendidikan karakter harus untuk menumbuhkan dorongan

mahasiswa itu sendiri.

h. Sekolah harus mengikutsertakan orang tua dan masyarakat setempat

sebagai kolaborator penuh dalam upaya pengembangan karakter.

i. Karakter sekolah, seberapa baik anggota staf berfungsi sebagai

pendidik karakter, dan sejauh mana siswa menunjukkan karakter yang

baik semuanya harus dievaluasi sebagai bagian dari pendidikan

karakter.

j. Pendidikan karakter yang efektif harus berusaha mengukur kemajuan

tindakan moral.

k. Agar efektif, pendidikan karakter harus dipadukan dengan program

akademik yang ketat yang menghormati semua siswa dan mendorong

keberhasilannya

Kesebelas unsur di atas sebagai landasan prasyarat pendidikan

karakter dilaksanakan pada lembaga pendidikan. Principles of effective

character education menghasilkan ethical core values. Hal ini menandakan

bahwa pembangunan karakter mahasiswa yang kuat diawali dengan etika.


21

Perkembangan etika menjunjung tinggi nilai-nilai yang sangat signifikan

dan dimiliki bersama secara umum. Mahasiswa memiliki nilai-nilai

fundamental yang dilandasi oleh etika yang baik dan mulia ini. Misalnya,

prinsip moral kasih sayang, kejujuran, keadilan, akuntabilitas, dan

menghormati orang lain dan diri sendiri. Hal ini menunjukkan dorongan

dari apa yang dikenal sebagai kualitas "karakter positif" di kalangan

mahasiswa.

Pendidikan karakter bagi anak didik sepenuhnya diakui dalam hal

memiliki gagasan, perasaan, dan tindakan sehari-hari yang baik.

Pematangan aspek kognitif, emosional, dan perilaku kehidupan moral

disebut sebagai pengembangan karakter. Dengan demikian, melalui

pembelajaran dan diskusi tentang bagaimana meniru perilaku dosen,

mahasiswa akan mengembangkan pemahaman mereka tentang prinsip-

prinsip dasar tersebut. Ini mencerminkan nilai-nilai baru mahasiswa kristiani

dan menawarkan solusi untuk masalah yang berkaitan dengan mereka.

Pengelola pendidikan melaksanakan strategi disebut dengan

pendekatan sungguh-sungguh dan proaktif terhadap mahasiswa. Artinya

mahasiswa mengetahu hal baik, mempromosikan nilai-nilai inti pada semua

fase kehidupan dan sebagai contoh perilaku dan tindak tanduk. Pengelola

pendidikan tinggi agama harus memastikan perilaku mahasiswanya sesuai

dengan karakter kristiani. Mahasiswa wajib melihat dirinya sendiri dengan

kacamata moral dan melakukan perbuatan baik dalam kesehariannya. Lebih


22

lanjut mahasiswa menilai bagaimana karakter yang dimilikinya berdampak

dan bermanfaat pada sekelilingnya.

Manajemen kurikulum pendidikan karakter kristiani yang telah

dilaksanakan di beberapa sekolah tinggi agama dalam pelaksanaan

mengintruksikan mahasiswa berasrama. Sikap dan perilaku saat di kelas

dan di luar kelas mendapat perhatian dari semua warga kampus.

Lingkungan kampus sangat memperhatikan kondisi ini. Unsur unsur

kesebelas yang diuraikan Tom Liçkona dkk, telah dipenuhi. Pengawasan

ketat juga perlu untuk dilakukan oleh pihak kampus. Pengawasan tersebut

meliputi orang-orang yang terlibat di dalamnya seperti dosen yang ditunjuk,

semua staf yang bekerja ataupun karyawan. Perilaku karakter kristiani juga

wajib dilaksanakan kepada sesama mahasiswa itu sendiri.

Pelaksanaan pendidikan karakter kristiani ini diatur juga

dalam/melalui buku pegangan mahasiswa yang berisi tentang aturan dan

peraturan hidup sehari-hari dalam kampus. Sehingga di harapkan

pembentukan karakter melalui pembiasaan sehari-hari yang dipantau dengan

ketat, dapat membentuk mahasiswa untuk memiliki karakter yang sesuai

dengan karakter Kristus. Pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang di

atas bukan hanya ketika berada di kelas saat perkuliahan namun juga di luar

kelas yakni saat di dalam asrama. Pengawasan semacam ini dilakukan

secara komprehensif yakni melihat seluruh aspek mahasiswa. Hal ini

digunakan juga sebagai sebagai suatu pengembangan karakter mahasiswa.

Hal ini disebut sebagai kurikulum pendidikan karakter yang tersembunyi


23

(hidden curriculum) misalnya saat mereka kerja praktis diarea kampus

pengawas yakni dosen akan melihat sejauh mana mereka bertanggung jawab

melakukan kewajiban mereka pada hari itu. Penilaian sikap dan perilaku

mahasiswa akan dicatat.

Selanjutnya dosen sebagai role model, artinya dosen sebagai contoh

bagi mahasiswa dari segala bentuk perilaku karakter kristiani, hal ini

mencerminkan hubungan mahasiswa dengan dosen terjalin baik. Hubungan

dosen dengan mahasiswa menjadikan suatu komunitas yang terbentuk di

Sekolah Tinggi Teologi. Komunitas kecil yang saling melengkapi dan

menjadi komunitas yang peduli.

Komitmen pihak pengelola lembaga dalam melaksanakan manajemen

kurikulum pendidikan karakter kristiani di atas menjadi kesepakatan yang

tertulis wajib dilaksanakan di kampus. Hal ini secara mikro berlaku di

dalam kampus. Membangun suatu komunitas yang peduli seperti di atas

membutuhkan komitmen tinggi semua warga kampus. Pengajar dosen dan

tenaga kependidikan harus mensosialisasikan kepada semua mahasiswa.

Komunitas memiliki kewajiban dan keterikatan terhadap mahasiswa.

Sebagai contoh ketika ada mahasiswa berbuat dan bertindak tidak baik,

tidak mencerminkan karakter kristiani maka anggota komunitas bisa

memberikan teguran dan saran.

Hubungan kepedulian dan keterikatan sesama warga kampus di atas

dapat membangkitkan gairah melaksanakan karakter kristiani. Mahasiswa

belajar bertumbuh dalam kebenaran dan belajar menjadi calon pemimpin


24

gereja dan guru agama kristen dengan berperilaku baik saat ini dan nantinya.

Dalam kaitan ini, orang tua sebagai wali mahasiswapun dilibatkan. Wali

mahasiswa mengembangkan hubungan yang saling menghormati yang

menguntungkan kedua belah pihak. Mereka lebih bersemangat dan

terpanggil untuk membantu putra-putri mereka bertumbuh dalam

kemampuannya untuk menjunjung cita-cita karakter kristiani.

Manajemen kurikulum pendidikan karakter kristiani memberikan

gambaran bagaimana pengelola pendidikan dapat merencanakan,

mengorganisir, melaksanakan serta mengawasi mahasiswa agar dapat

memiliki karakter kristiani yang menjadi tuntutan bagi setiap

mahasiswanya. Dan yang lebih penting lagi adalah nantinya mereka adalah

para calon pemimpin gereja dan guru agama kristen berkaitan erat

masyarakat semua.

Manajemen kurikulum pendidikan karakter kristiani diterapkan

kepada seluruh mahasiswa. Peraturan dan tata tertib ditetapkan pihak

kampus untuk semua mahasiswa program sarjana. Kode etik mahasiswa pun

ditulis dan wajib dilaksanakan. Strategi pembelajaran yakni learn by doing

diberlakukan. Mahasiswa belajar karakter kristiani dengan melakukan dan

menerapkan perilaku sehari-hari. Untuk mengembangkan karakter kristiani

ini misalnya, nilai Kasih kepada sesama, rasa tanggung jawab atas tugas

yang diemban dan menjunjung sifat kejujuran serta keadilan wajib

dilaksanakan di kampus ataupun saat hidup berasrama.


25

Peraturan di atas yang dibuat oleh pihak kampus tapi nyatanya masih

belum maksimal dilaksanakan oleh mahasiswa seperti saat membagi tugas-

tugas dalam pembelajaran mahasiswa masih sering menunda dan mengeluh

saat diberikan tambahan tugas oleh dosen diluar kelas. Mereka masih

mengandalkan bagaimana mencapai mufakat dalam dengan dosen

pengampu mata kuliah. Mereka masih sering beradu mulut saat di lapangan

saat bermain dan olah raga. Untuk menyelesaikan ini pihak kampus

melalui program service learning kepada mahasiswa yang bermasalah.

Service learning ini pihak kampus merencanakan dan melaksanakan serta

merefleksikan pentingnya bekerjasama dan saling toleran dengan orang

lain dan memberikan sumbangan pikiran maupun tindakan nyata.

Pendidikan karakter kristiani disebut efektif bila dilengkapi dengan

manajemen kurikulum pendidikan karakter kristiani akademis bermakna dan

menantang. Artinya menghargai semua mahasiswa mengetahui apa yang

harus dilakukan dan diperbuat dan membantu mereka untuk mencapai

sukses dalam karier saat lulus kuliah. Mahasiswa berhasil atau lulus kuliah

dapat diartikan bahwa mereka wajib sudah memiliki kompetensi soft skill.

Disamping itu juga mereka telah memiliki pengetahuan atau ketrampilan

berguna bagi calon pemimpin gereja dan guru agama kristen. Mereka

tampaknya merasakan kebutuhan yang lebih besar akan otoritas pribadi dan

standar karakter kristiani untuk menentukan siapa mereka.

Dengan pemahaman bahwa setiap mahasiswa setibanya di kampus

memiliki bakat, minat, dan kebutuhan yang unik, maka akan dibuat
26

kurikulum akademik untuk membantu mahasiswa mencapai kesuksesan

baik di bidang akademik maupun bidang lainnya. Program pendidikan

karakter kristiani yang berharga telah disediakan bagi para mahasiswa. Ini

memerlukan, misalnya, kurikulum yang menunjukkan pengajaran aktif

dengan strategi pembelajaran yang menarik dan efektif termasuk

pembelajaran kooperatif, teknik pemecahan masalah, dan proyek portofolio

berdasarkan pengalaman dunia nyata.

Pendidikan karakter kristiani harus mendorong mahasiwa

mengembangkan motivasi. Motivasi untuk belajar terus dan tumbuh

kembang sesuai jaman. Melek IT dan keahlian komputer adalah suatu

proses pengembangan diri berprinsip mahasiswa wajib mengerti dan

memahami IT. Kesadaran atas pengetahuan ini mutlak dilaksankan atas

semua tugas mata kuliah harus diketik dengan komputer. Keterampilan

menggunakan komputer juga diterapkan dan diajarkan pihak kampus untuk

semua mahasiswa. Motivasi belajar terus dikembangkan oleh pihak kampus.

Hal ini mencerminkan bahwa pihak kampus telah berupaya bertanggung

jawab atas kemampuan mahasiswa ke depan.

Tanggung jawab atas berlangsungnya pendidikan karakter kristiani di

kampus adalah semua warga kampus. Seluruh stakeholders di yakni dari

dosen, tenaga administratif, konselor, psikolog, pelatih, para wakil ketua

terlibat langsung. Mereka ikut bertanggung jawab dan mengambil peran

penting pada masing- masing bagian dari pendidikan karakter kristiani.

Stakeholders di atas menunjukkan tanggung jawab dan menjadi model bagi


27

mahasiswanya. Nilai-nilai inti karakter kristiani telah memberikan pengaruh

yang besar. Pengaruh yang besar adalah perilaku mahasiswa menjadi lebih

baik. Mereka mencontoh dari model para role model tersebut. Warga

kampus memiliki beberapa kesempatan untuk merefleksikan mahasiswa

dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa semua pihak

yakin bahwa pelaksanaan pendidikan karakter telah dilakukan dengan penuh

kejujuran.

Pengenalan pendidikan karakter kristiani meniscayakan penunjukkan

seorang pemimpin untuk mengepalai kampus. Mahasiswa meniru ajaran

moral dan orang-orang yang berwenang. Ketua diwajibkan menjadi panutan

semua dosen, pegawai dan mahasiwa dalam perilaku dan tindak tanduk

sehari-hari di kampus. Lembaga juga merekrut orang tua sebagai partner

dalam upaya membangun karakter kristiani mahasiswa. Agar berhasil

menerapkan pendidikan karakter kristiani ini, pengelola harus mampu

membangun hubungan yang kuat dengan orang tua mahasiswa. Ini telah

terbukti secara signifikan meningkatkan peluangnya untuk membuat putra-

putrinya mengembangkan karakter yang kuat. Sekolah Tinggi keagamaan

semacam itu biasanya dipersiapkan untuk melangkah lebih tinggi di setiap

tingkat pendidikan karakter untuk berhubungan dengan keluarga mahasiswa,

seperti melalui surat, email, dan sarana lainnya.


28

2. Strategi Pelaksanaan (Implementation) Pendidikan Karakter

Kristiani Berasrama

Pelaksanaan (implementasi) pendidikan karakter kristiani

mengisyaratkan setiap dosen melakukan perencanaan terhadap program

yang akan dijalankan. Perencanaan yang dimaksud bertujuan untuk

mewujudkan keberhasilan dan mencapai hasil yang diinginkan sejalan

dengan kurikulum Pendidikan Tinggi. Berbagai jenis komposisi nilai,

seperti agama, moral, nilai universal, dan kewarganegaraan, termasuk dalam

pendidikan karakter.

Strategi pelaksanaan pendidikan karakter Kristiani berasrama lebih

kepada Hidden Curriculum (kurikulum tersembunyi) melalui berbagai

pembiasaan dan peraturan yang diterapkan di asrama maupun di kelas atau

di kampus dan sekitarnya. Seperti yang dikatakan oleh Wiles and Bondi the

more obscure, less visible part of curriculum is referred to as the “hidden

curriculum.” (Henson, h.12) Schubert mengatakan bahwa kurikulum

tersembunyi adalah yang diajarkan secara implisit lebih daripada eksplisit

melalui pengalaman di sekolah. Menurut Sautter kurikulum tersembunyi itu

dari perilaku social untuk mengembangkan self- discipline, self-esteem, and

social interaction (Henson, h.12).

Keberhasilan pendidikan karakter ini akan dibantu oleh para dosen,

namun untuk keberhasilan tersebut juga ditunjang oleh pribadi masing

mahasiswa dalam menjalani kehidupan individu serta bagaimana

bersosialisasi dengan kelompok di lingkungannya. Mempunyai


29

pengawasan berjenjang dalam kehidupan di kamar asrama (melakukan

meditasi rutin tiap pagi, berdoa dan membaca Alkitab, menjaga kebersihan

tempat tidur, menjaga dan membersihkan kamar mandi, mencuci baju dll,)

dilakukan berjenjang sebagai berikut : a) oleh mahasiswa senior, b) oleh

ibu/bapak asrama, c) oleh wakil ketua 3 bidang kemahasiswaan dan d) oleh

rapat dewan dosen.

Nilai-nilai karakter religius program pendidikan karakter ditonjolkan

dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 yang artinya menunjukkan

ketaatan mahasiswa terhadap ajaran agama kristen dan ketuhanan Yang

Maha Esa. Selain itu, menjaga sikap toleran terhadap praktik ibadah agama

dan kepercayaan lain, serta hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama

yang berbeda. Tiga aspek relasional membentuk nilai-nilai karakter religius:

hubungan antara manusia dan Tuhan, hubungan antara individu dan orang

lain, dan hubungan antara individu dan kosmos (lingkungan). Ini bertujuan

untuk menyampaikan rasa harmoni, toleransi, dan penghargaan terhadap

keragaman. Aplikasi atau implementasi mengacu pada bagaimana sesuatu

harus dilakukan sesuai dengan kurikulum saat ini dan kemudian dilakukan

sesuai dengan undang-undang saat ini.

Dari pengertian yang telah disebutkan di atas, menyebutkan bahwa

kata dari implementasi berpusat pada mekanisme sistem yang sedang

berjalan. Mengungkapkan bahwa implementasi itu bukan hanya sekedar

aktivitas namun suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh obyek

kegiatan.
30

3. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Kristiani Berbasis Asrama

Lickona mendefinisikan pendidikan karakter kristiani sebagai

pendidikan karakter yang berusaha membentuk kepribadian melalui

pendidikan karakter. Davidson, Lickona, Khmelkov (2008) menyebutkan

hasil dari pendidikan karakter adalah sebuah perilaku yang nyata seperti

halnya kejujuran, rasa bertanggung jawab, bekerja keras dan sebagainya.

Karakter mempunyai dua bagian yang esensi dan berkaitan erat yakni

karakter performa dan karakter moral.

Menurut temuan studi Elkind yang diterbitkan dalam publikasi ilmiah,

pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu

mahasiswa memahami dan peduli tentang cita-cita etis. Dosen memainkan

peran penting dalam pelaksanaan pendidikan di Theological College dengan

membantu mahasiswa dalam mengembangkan karakter mereka melalui

perilaku, keteladanan, dan sarana lainnya. Selain itu, pendidikan karakter

berfungsi sebagai disinsentif terhadap berbagai tindakan yang kurang dari

yang diharapkan.

Menurut temuan penelitian yang diterbitkan oleh Zubaedi dalam

sebuah makalah ilmiah, karakter adalah sifat manusia yang gigih yang

membedakan seseorang dari yang lain. Karakter ini terdiri dari sikap,

tingkah laku, dorongan, dan bakat. Kualitas terbaik, seperti kecerdasan, pola

pikir kritis, kejujuran, dan tanggung jawab, juga diberikan oleh karakter,

yang memungkinkan seseorang untuk berkontribusi pada lingkungannya.


31

Menurut konsep yang diberikan di atas, karakter terutama terdiri dari

dua dimensi: dimensi intelektual dan dimensi perilaku. Sedangkan

pendidikan karakter adalah pendidikan karakter plus yang menitikberatkan

pada nilai-nilai afektif, kognitif, dan psikomotorik dalam rangka membantu

peserta didik mengembangkan watak dan karakternya dengan cara

menghayati nilai-nilai dan menerapkannya melalui sikap jujur, amanah,

disiplin, dan perilaku kolaboratif.

Peserta didik yang berkarakter berusaha melakukan yang terbaik

untuk Tuhan Yang Maha Esa, orang lain, dan dirinya sendiri untuk

mewujudkan potensi dirinya dan bertanggung jawab penuh. Karakter

manusia dapat dibentuk melalui kebiasaan berpikir, perkataan, dan

perbuatan seseorang. Karakter yang baik tidak muncul secara otomatis,

karakter yang baik dikembangkan secara berkelanjutan dalam proses

pembelajaran, contoh, belajar, dan praktik. Hasil penelitian Pala (2011);

Bije Wijayanto (2013) menyebutkan karakter dibentuk karena kebiasaan dan

kebiasaan dibentuk melalui tindakan yang berulang-ulang setiap hari.

Karakter dapat diartikan sebagai sikap, pola pikir,dan kebiasaan

berperilaku yang menjadi ciri khas seseorang. Ramah, jujur, disiplin, kerja

keras, menghargai, setia, adil, peduli, belas kasih, rendah hati, kooperatif,

merupakan contoh-contoh karakter mulia atau lazim dinamakan virtues.

Sebaliknya, kasar, dusta, tidak jujur, sombong, pemarah, iri hati, egois,dan

sejenisnya, merupakan sifat-sifat dan kebiasaan buruk yang biasa disebut

vices. Karakter merupakan perpaduan hasil belajar dan faktor genetik yang
32

dimiliki seseorang, dan sifatnya berurat berakar dalam hidupnya. Karena itu,

dilihat orang lain maupun tidak, orang akan tetap bersikap jujur, disiplin,

kerja keras, bertanggung jawab, karena hal-hal itu menggambarkan jati

dirinya (Sidjabat, 2008)

.
1 Petrus 3:4 “tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang
tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh
yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga dimata Allah”

Jadi, dengan kata lain, karakter adalah “Pribadi tersembunyi dari

hati”. Karakter merupakan hasil dari temperamen alami kita yang

mengalami modifikasi oleh pelatihan, pendidikan, pendirian-pendirian

dasar, keyakinan-keyakinan dan motivasi-motivasi. Sebagai hasil bersih dari

seluruh pengaruh dan komitmen kita maka karakter mengkombinasi kan

temperamen, pelatihan, nilai-nilai moral, keyakinan-keyakinan dan pola-

pola dari kebiasaan kita. Karakter dalam Perjanjian Baru diterjemahkan

sebagai “gambar wujud”. Menurut The Complete Word Study Dictionary

New Testament, kata ini pada awalnya menggambarkan seorang pemahat

atau alat pahat. Kemudian kata itu berarti karya itu sendiri, biasanya sesuatu

yang dipahat, diiris atau dicap, sebuah karakter, huruf, tanda, atau simbol.

Karya ukir ini dan ciri-ciri khususnya dianggap sebagai perwakilan yang

persis serupa dengan wujud yang ditirunya. Dalam Ibrani 1:3 Kristus

ditunjuk sebagai “Gambar Wujud Allah”.

Berkenaan dengan Kristus adalah gambar wujud Allah maka perlu kita

memahami betapa penting mempelajari karakter Kristus yang baik dalam

hidup setiap orang percaya.


33

Dalam penelitian ini nilai-nilai yang ditanamkan pada Sekolah Tinggi

Teologi Injilli Allah Trawas Mojokerto tidak terlepas juga dari arahan

Standart of Training, Certification and Watchkeeping (STCW) for seafarers

1978 yang diamandemen di Manila tahun 2010 yaitu kepemimpinan

(leadership), kerjasama dalam tim (teamwork), kemampuan manajerial

(managerialship), peduli keselamatan kerja (safety awareness), dan peduli

keamanan (security awareness).

Berdasarkan definisi dan pengertian karakter di atas maka perlu

adanya kurikulum yang mampu membentuk sistem pendidikan pada

Sekolah Tinggi Teologi Injili Abdi Allah Trawas M o j o k e r t o terutama

yang menggunakan fasilitas asrama sebagai sarana penunjang

pembentukan karakter. Dengan adanya asrama tersebut, diharapkan mampu

untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan baru bagi mahasiswa yang dapat

membentuk karakter kristiani yang diinginkan. Bagaimanapun juga

karakter kristiani yang baik berhubungan dengan aturan-aturan perilaku

yang baik dan pengembangan kebiasaan perilaku yang baik, yang kemudian

dipraktikkan berulang-ulang.

4. Evaluasi Manajemen Kurikulum Pendidikan Karakter Kristiani

Berbasis Asrama

Evaluasi menejemen kurikulum pedidikan karakter kristiani berbasis

asrama ini dirancang secara objektif yakni berdasar pada fakta yang

ditemukan dan diterapkan secara real. Maka diperlukan pelatihan terus-

menerus dari semua kalangan agar dapat terbiasa dan terampil dalam
34

menjalankan metode yang sesuai dengan situasi. Selain itu, kegiatan

evaluasi dilakukan melalui refleksi dengan tujuan untuk mengetahui

kekurangan dan keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter kristiani

terhadap mahasiswa di kampus. Kemudian, tim perancang dan pelaksana

menganalisis data untuk mencari solusi yang akan digunakan untuk

memajukan pendidikan karakter kristiani. Implementasi dan pemanfaatan

temuan dari analisis pendidikan karakter kristiani berbasis asrama yang

telah dilakukan sesuai dengan harapan, dan akan digunakan untuk

meningkatkan kualitas dan efektivitas kinerja untuk pelaksanaan kegiatan

pendidikan karakter kristiani di masa mendatang.

Setelah dipahami dari berbagai cara dan berbagai pendapat hasil

penelitian di atas terkait mengembangkan pendidikan karakter kristiani

maka pengelola lembaga melakukan bagaimana cara menilai atau

mengevaluasi pendidikan karakter kristiani yang telah dilaksanakan.

Tentu hal ini memerlukan penjelasan yang sifatnya spesifik. Penilaian

autentik dapat digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran dalam

kaitannya dengan pendidikan karakter. Penilaian pelaksanaan program

pendidikan karakter merupakan komponen yang diperlukan dalam

pelaksanaan pendidikan karakter yang efektif. Evaluasi harus difokuskan

pada tiga jenis hasil berikut.

a. Sejauh mana sekolah tinggi telah berkembang menjadi komunitas

yang peduli harus dievaluasi dalam kaitannya dengan pendidikan

karakter di perguruan tinggi.


35

b. Sejauh mana staf sekolah tinggi, termasuk dosen pengajar,

administrator, dan karyawan pendukung, memperoleh pengetahuan

bersama tentang apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

pembentukan karakter, adalah bagaimana fungsi staf sekolah tinggi

sebagai pendidik karakter dievaluasi.

c. Pertanyaan utama yang digunakan untuk mengevaluasi karakter

mahasiswa adalah seberapa baik mereka memahami, berkomitmen,

dan berperilaku sesuai dengan prinsip-prinsip etika tersebut.

Konsep Sikap

Karakter

Perilaku

Gambar 2.1 Hubungan Karakter Dengan Komponen Lain

B. Kajian Empiris

Aktivitas manajemen yang paling krusial di antara sejumlah prosedur

manajemen adalah eksekusi. Saat menerapkan pendidikan karakter kristiani

berbasis asrama, fokus utamanya adalah pada tugas-tugas yang terkait langsung

dengan SDM yang terlibat atau dengan individu di dalam perusahaan. Menurut

George R. Terry (2005), implementasi adalah upaya membujuk anggota kelompok

untuk bekerja menuju tujuan organisasi dan anggotanya karena tujuan ini dimiliki

bersama oleh semua anggota.


36

Menurut Nawawi, H., & Martini, M. (2005), suatu usaha untuk

menggerakkan atau mengarahkan tenaga kerja (man power) dan

menggunakan fasilitas yang ada untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama-

sama disebut implementasi. Melakukan pengarahan, bimbingan, dan komunikasi

adalah sebagian dari kegiatan implementasi. Di sini tenaga kerja akan dikelola

sesuai dengan tugasnya. Semua mahasiswa harus disadarkan tentang pendidikan

karakter kristiani ini di kampus agar mereka dapat berpartisipasi dalam

pelaksanaannya. Administrator perguruan, profesor, pekerja kantor, mahasiswa,

dan orang-orang dari komunitas kampus disertakan. Menurut hasil penelitian

Mustaqim (2013), penggunaan pendidikan karakter berdampak pada perilaku

akademik siswa. Di kampus, pendidikan karakter perlu dikembangkan dan

dilaksanakan.

Dosen di kampus berperan penting dalam mengembangkan karakter, moral

mahasiswa. Dosen, yang berinteraksi dengan karakter utama hampir setiap hari,

berkembang menjadi idola dan sangat dihormati. Tingkah laku dosen harus terpuji

dan cerdas agar meninggalkan dampak yang langgeng dan menjadi teladan

perilaku moral. Menurut penelitian Ali yang dipublikasikan dalam Ta'rifin, A.

(2011), suasana lingkungan sangat dipengaruhi oleh suasana yang dihasilkan

mahasiswa. Peraturan di kampus merupakan komponen penting yang harus ada

untuk menciptakan lingkungan yang ramah. Aturan perilaku yang menguraikan

hak istimewa dan tugas setiap orang, serta hukuman dan penghargaan, kini

diberlakukan. Seluruh penghuni kampus wajib mentaati peraturan ini dan

melaksanakannya secara penuh dan bertanggung jawab.


37

Namun, sosok apa pun yang diciptakan harus didasarkan pada prinsip-

prinsip universal. Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan salah satu jenis

pendidikan yang dapat membantu pengembangan sikap, etika, moralitas, dan

tanggung jawab serta menunjukkan dan mendidik peserta didik bagaimana

memiliki karakter yang unggul. Ini adalah pengejaran prinsip-prinsip moral secara

proaktif termasuk harga diri, pandangan yang bertanggung jawab, kejujuran, dan

pengendalian diri. Ini menawarkan jawaban jangka panjang yang berhubungan

dengan masalah moral, etika, dan akademik, yang bermasalah dan sekaligus

menjadi masalah yang lebih besar di masyarakat.

Penumbuhan karakter kristiani berbasis asrama yang akan diprioritaskan

untuk dikembangkan diputuskan oleh ketua, wakil ketua, dosen, dan wali

mahasiswa sebelum pendidikan karakter kristiani dipraktikkan. Karena tujuan dan

keadaan masing-masing satuan pendidikan dipertimbangkan ketika memilih nilai-

nilai ini melalui analisis konteks, secara teori dimungkinkan bahwa sekolah

menengah dan/atau daerah yang berbeda akan menciptakan nilai karakter yang

berbeda.

Penerapan nilai-nilai karakter dapat dimulai dari yang mendasar, lugas, dan

sederhana untuk dipraktikkan, seperti bersih, rapi, nyaman, disiplin, dan santun,

menurut hasil penelitian Tarmansyah et al. (2012). Selain itu, pelaksanaan

pendidikan karakter harus menumbuhkan budaya budi pekerti yang menghargai

hal-hal seperti gotong royong, taat beragama, nasionalisme, kemandirian, dan

integritas.
38

Alfin Toffler (1993) memberikan batasan pendidikan karakter berbasis

asrama (termasuk asrama Sekolah Tinggi Teologi) sebagai berikut:

“The school house: that is only place where children are thought
during the day fulfills its primary function only thismuch ”(asrama adalah
suatu tempat tinggal bagi anak-anak dimana mereka diberi pengajaran).

Sedangkan Good (1959) dalam dictionary of education memberikan batasan

jelas boarding-school sebagai berikut:

“boarding school is in educational institution the primary or


secondary level in which pupils are residence while enrolled in as
instruction program, as apposed to a school to which pupils comute froms
their homes, inchedes school which offer regular and or special educational
curriculum” (Asrama sekolah adalah fasilitas tempat siswa atau siswi dapat
tinggal selama mengikuti program pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah.)

Akibatnya, asrama di Sekolah Tinggi Teologi dapat dilihat sebagai setting di

mana mahasiswa tinggal untuk waktu yang cukup lama (selama masa studi)

bersama profesor yang bertindak sebagai pengasuh dan mendukung mereka dalam

proses pengembangan pribadi melalui apresiasi dan pengembangan nilai-nilai

budaya. Di sini, pertumbuhan pribadi disesuaikan dengan profesi atau disiplin

yang dikejar di Sekolah Tinggi Teologi tertentu.

Penciptaan nilai-nilai kehidupan serta kebiasaan dan pengalaman indrawi

adalah inti dari kehidupan asrama. Sebenarnya, asrama untuk siswa sekolah dasar

atau menengah dan sekolah tinggi bukanlah hal baru dalam sistem pendidikan di

Indonesia. Karena lembaga pendidikan di Indonesia sudah lama menggalakkan

gagasan pondok pesantren yang sering dikenal dengan pesantren bagi umat Islam

dan asrama bagi umat Kristen atau Katholik. Dormitory dapat diartikan dengan

pesantren atau asrama mahasiswa. Pelajaran agama yang diajarkan secara


39

mendalam pada jenjang tertentu di sekolah ini sehingga produk akhirnya bisa

menjadi Kyai, Ustadz bagi agama Islam, atau Pendeta atau Pastor bagi agama

Kristen atau Romo dan Imam pada agama Katolik yang selanjutnya akan bergerak

sebagai pemimpin di bidang kerohanian masyarakat. Banyak pesantren yang ada

di Indonesia, mulai dari yang tradisional hingga yang disebut lembaga

kontemporer.

Tujuan pola pengasuhan tidak lain untuk keefektifan dan keefisienan

pecapaian tujuan pendidikan dan pelatihan di kampus. Pola pengasuhan menjadi

alat untuk mengembangkan karakter yang ada dalam kurikulum sekolah tinggi

sehingga bisa tercapai. Ada 100 macam cara mengembangkan pendidikan

karakter yang termuat dalam kurikulum di sekolah tinggi yang dikembangkan

oleh University of Illinois, yang sebagian sesuai dengan pola pengasuhan seperti

pengenalan nilai karakter dalam bentuk diskusi (www.bud.edu/education/caec);

kebijakan terkait pendidikan karakter.

Pola pengasuhan yang dikembangkan mulai dari perencanaan, pengelolaan,

implementasi program sampai pada evaluasi program, kalau merujuk pada 100

macam cara masih perlu dikembangkan lebih dalam untuk pola pengasuhan yang

ada di kampus.
40

Penelitian yang relevan terkait pendidikan karakter kristiani berbasis

asrama di lembaga pendidikan di tunjukkan pada Table 2.1 dibawah ini:

Tabel 2.1
Hasil Penelitian Artikel di Jurnal International Terkait Pendidikan Karakter

No Judul dan Penulis Temuan Perbedaan Dengan


Penelitian Ini
1 Integrasi pendidikan Hasil penelitian terkait 1.
karakter dalam integrase pendidikan karakter Keterlibatan
perkuliahan di ranah perkuliahan yakni dosen dan semua
mengutamakan nilai karakter civitas akademik
Oleh baik dalam perencanaan, dalam usaha
Sri winarni impelementasi di ruang kelas, Pendidikan
fik universitas negeri adanya penilaian, karakter kepada
yogyakarta email: memonitoring proses, dan mahasiswa di
winuny@yahoo.co.id berakhir pada evaluasi secara dalam kelas dan
keseluruhan yang diharapkan di luar kelas.
ada hasil positif. 2.
Ada Asrama
2 The development of Hasil penelitian menunjukkan 1.
literary appreciation bahwa oleh Teori Pavlov Instrumen
instrument in building mengemukakan bahwa adanya penelian karakter
students’ character instrument yang valid dan belum
Oleh efektif dalam membangun sepenuhnya
Rita inderawati karakter mahasiswa dengan didokumentasika
sriwijaya university, merespon karya. Kedua n oleh STTIAA
palembang, Indonesia dengan mengapresiasi siswa Trawas.
dalam mencapai kategori baik. 2.
Apreasiasi
mahasiswa
diberikan reward
dengan nilai
akademik
mahasiswa
dengan nilai
sempurna.
3 Meeting the challenges Hasil penelitian menunjukkan 1.
of personal bahwa pendidikan karakter Menanaman
development and dan program pengembangan Pendidikan
character building in akan menanamkan nilai baik Karakter
university students di masa depan sebagai Kristiani
Oleh Yen Wan pemimpin untuk menghindari berkiblat pada
Chong1, siti norasyikin korupsi Karakter Kristus.
binti abdul hamid
4 A response to tolstoy’s Hasil penelitian menyebutkan 1.
god sees the truth, but bahwa membaca dan Membiasaan
waits for character menanggapi karya dilakukan di
building of english memberikan nilai moral yang dalam kelas dan
study program students baik dalam pembentukkan diasrama
of sriwijaya university karakter dan kepribadian
oleh Rita Inderawati
Sriwijaya university,
41

palembang Indonesia
5 Hidden curriculum and Hasil penelitian Kualitatif
its relationship with the menyimpulkan bahwa adanya
student character pengaruh yang signifikan
building Oleh terhadap varianel kurikulum
Imam Gunawan (X) dan pembentukkan
karakter (Y). kesinambungan
Department of antara (Y) adalah 26,2% dan
educational sisanya 73,8% dari variabel
administration state lain.
university of malang,
indonesia
Imam.gunawan.fip@u
m.ac.id
6 The implementation of Hasil penelitian dapat Mencetak para calon
character education disimpulkan pemimpin gereja dan
through contextual diimplementasikan melalui guru agama kristen
teaching and learning at nilai karakter yang
personality berhubungan dengan Tuhan
development unit in the dan diri sendiri yaitu jujur,
sriwijaya university bertanggung jawab, berbudi
palembang aisyah. a.r pekerti, dan keterampilan yang
araisyah@ymail.com baik sesuai dengan karakter
bangsa Indonesia.
7 Character building Hasil penelitian Integrasi seluruh
through teaching menyimpulkan proses belajar mata kuliah dengan
learning process: lesson mengajar terbentuknya penanaman arakter
in indonesia arita karakter building yang efektif kristiani
marini (department of yakni 65,1% di 63 Sekolah
elementary school Dasar di Jakarta. 9,6% dari 63
teacher eduation, Sekolah dasar tersebut dinilai
faculty of education, belum optimal dalam
the state university of pembentukan karakter
jakarta, Indonesia disekolah.
arita250268@yahoo.co.
id)
8 Teaching character Hasil penelitian menunjukkan Pelaksanaan
education to college bahwa sebagian besar siswa Pendidikan karakter
students using berhasil mengidentifikasi nilai kristiani melalui
bildungsromans Nita baik dari novel yang habitualisasi atau
Novianti universitas berhubungan dengan pembiasaan dalam
pendidikan indonesia, pembentukkan karakter dan kehidupan mahasiswa
indonesia, peristiwa.
nitanoviantiwahyu@up .
i.edu
9 2 Hasil penelitian menunjukkan BSituasi dan kondisi
uilding character: a bahwa kebajikan karakter berbeda yakni
model for reflective sampai batas tertentu yakni Lembaga Pendidikan
practice bryan, dengan diajarkan dan dengan boarding
charles s. md; dianalisis. Membangun school / mondok.
babelay, allison m. karakter ditingkatkan dengan Asrama mahasiswa.
mengajarkan pada siswa ,
warga dan peranggai sekolah
dalam praktik reflektif yang
mencakup (1) detai situasi (2)
42

kebajikan relevan (3) prinsip


nilai dan kisaran tindakan
yang diterima.
10 Facilitating character Hasil penelitian menyebutkan Penanaman karakter
building through an bahwa praktik belajar menulis kristus dalam
academic writing dan akademik menunjukkan kehidupan nyata di
practice oleh peningkatan pengetahuan, dalam kampus
Aunurrahman ikip-pgri keterampilan dan karakter
pontianak jl. ampera akademik siswa.
no. 88 pontianak, Pembangunan karakter harus
kalimantan barat, dipraktikkan dalam semua
Indonesia mata pelajaran di universitas
atau sekolah tinggi.
11 On personal character- Hasil penelitian menyebutkan Latar social ekonomi
building of bahwa menjadi mahasiswa ras.suku berbeda
college students yang sehat dan berbakat harus setiap mahasiswa
lv Shang-jiu(staff and diperkuat dengan
workers college of pembentukan karakter masing-
xin wen mining masing individu yakni dalam
group,laiwu,shandong, meningkatkan kualitas moral
271100,china) masyarakat dalam mencapai
pembangunan menyeluruh
terutama moral sosialis
12 Character education and Hasil penelitian menyebutkan Berpedoman dengan
students social behavior bahwa pendidikan karakter Alkitab
Oleh S. kamaruddin haruslah berdasar pada visi
dan misi sesuai dengan
published 2012 lembaga yang bersangkutan
psychology journal of dan dapat menunjukkan
education and learning orientasi dua hal dalam
karakter peserta didik yaitu:
aspek karakter manusia dan
individu peserta didik yang
menjadi ciri khas institusi.
133 Hasil penelitian menyebutkan HKualitatif
id curriculum and bahwa mengetahui variabek Informan sebagai
character building on (X1) dan (X2) terkait sumber peneliitian
self-motivation based pengembangan karakter
on k-means clusterini terhadap mahasiswa.
Oleh Imam Gunawan
Department of
educational
administration,
niversitas negeri
malang, malang,
indonesia
14 A comprehensiv Hasil penelitian menyebutkan
ehensive approach to bahwa pendidikan katolik
character building in membantu siswa dalam
catholic acter building mencapai transformasi dalam
in catholic schools kristus bagian integral dari
thomas lickona state transformasi untuk
university college at pengembangan kebajikan
corland moral alami.
43

15 Increasing values of Hasil penelitian


teamwork and menyimpulkan bahwa nilai
responsibility of the karakteristik siswa dapat
students through diintergrasikan melalui
games: integrating permainan.
education character in
lectures Oleh
Eva imania eliasa
Yogyakarta state
university, yogyakarta,
colombo street no 1
16 Religion intervention in Hasil penelitian menunjukkan
character building of bahwa agama juga
university students said berpengaruh yakni dengan
karakter normative 69,23%
Hariadi Universitas dengan karakter ragu-ragu
negeri gorontalo, 16,27% dan percaya diri
gorontalo, indonesia 14,45%. Menyimpulkan
*corresponding author. bahwa intervensi agama
email: sangat berpengaruh
hariadisaid_gto@rocket membangun karakter.
mail.com
17 A mindset education Hasil penelitian menunjukkan
model for character bahwa harus bersubsistem,
building of the students inovatif, spesifik dan
of yogyakarta state penggulangan setelah
university, indonesia menunjukkan keefektifan.

S.F.A. Widodo1,
Sukardi2 , Setiawan3
18 God and discipline: Hasil penelitian kajian
religious education and menejemen persoalan etika
character building in a guru dan siswa terhadap moral
christian school in dan agama. Bagaiamna
jakarta sekolah dapat
mengembangkan ketreampilan
Chang Yau Hoon kritis dan bertoleransi satu
Singapore management sama lain.
university,
cyhoon@smu.edu.sg
19 Understanding of Hasil penelitian memberikan
waraʻ (godliness) as a pengertian bahwa etika fisik
feature of character and dan mental dapat
religious education meningkatkan inisiatif
Miftachul huda, pendidikam dan memajukan
Kamarul azmi jasmi, agenda penelitian karakter dan
mohd ismail bin agama. Pada akhirnya
mustari, and bushrah diharapkan dapat
basiron berkontribusi dengan
Faculty of islamic pembekalan melalui mental
civilisation, universiti dan fisik untuk menumbuhkan
teknologi malaysia, kualitas moral dan spiritual
sekudai, 81310 johor, dikalangan siswa.
malaysia
44

20 4 Hasil penelitian menyebutkan C


haracter, Public bahwa mendiskusikan gagasan
schooling, and karakter memiliki ikatan
Religious education dengan agama dan demokrasi.

5
6 P
ublished online by
cambridge university
press: 18 june 2018
45

C. Kerangka Konseptual Penelitian

Mempermudah dan mempercepat penelitian ini maka dibuat kerangka

konsep penelitian seperti Bagan 2.1 berikut ini.

Bagan 2.1
Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian secara garis besar diatas bertujuan untuk memudahkan penelitian

melewati tahap demi tahap dalam metodogi penelitian. Dalam alur pikir

penelitian ini, pada awalnya melaksanakan identifikasi masalah yang terjadi

dilokasi penelitian. Studi awal ini digunakan untuk mendiskripsikan dan

menganalisis permasalahan yang ada untuk dilaksanakan penelitian lanjutan

hingga data penelitian akhir di dapat.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian mengunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleung

(2014:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Alasan mengunakan desain kualitatif sebagai berikut. Pertama, penelitian

dirancang untuk memahami dan memperdalam gejala suatu kelompok mahasiswa

di STTIAA Trawas Mojokerto terkait karakter mereka selama berasrama di

kampus. Hal ini merupakan gejala sosial maupun masalah terkait individu

manusia. Kedua, penelitian ini menggunakan kerangka teori yang dapat

membentuk atau mempengaruhi studi yang sedang diteliti. Ketiga, penelitian ini

bermaksud memahami secara holistik dari subjek penelitian yakni mahasiswa

STTIAA Trawas Mojokerto sehingga pendeskripsian dan analisis berupa bahasa

berbentuk narasi.

Dari ketiga alasan mengapa mengunakan desain kualitatif di atas dikatakan

cocok. Jenis penelitian ini mengarah pada penelitian kualitatif deskriptif dengan

fokus pada karakter kristiani sebagai pendidikan karakter mahasiswa berasrama

di suatu tempat khusus. Tempat lokasi sebagai tempat pembentukan calon

pemimpin gereja dan guru agama Kristen secara khusus telah terselenggara dan
46
47

dilaksanakan pada STTIAA Trawas Mojokerto. Pelaksanaan Pendidikan karakter

kristiani dengan konteks komitmen implementasi karakter Kristus bagi

mahasiswa semuanya.

Literatur serta keteorian digunakan dalam rangkaian terkait dengan unsur

karakter kristiani di asrama kampus STTIAA Trawas Mojokerto. Hal ini

dilakukan agar pelaksanaan bersumber pada literatur pustaka dengan petunjuk

meruntut dan menemukan karakter kristiani lebih maksimal di sekolah tinggi

teologi secara mendalam dan terperinci. Penafsiran data idiografik

diselenggarakan berkaitan dengan penafsiran data untuk menyajikan kekhususan

baik pada budaya sekolah, struktur kelembagaan dan hubungan keterikatan

individu dengan sejarah historis sekolah yang sudah berakar lama dan di

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Sekolah Tinggi Teologi Injili Abdi Allah


(STTIAA) Trawas Mojokerto

STTIAA Trawas Mojokerto adalah lembaga pendidikan tinggi teologi yang

bernaung di bawah Yayasan STTIAA diselenggarakan oleh Yayasan STTIAA dan

didukung oleh Sinode Gereja Kristen Abdiel (GKA).

Lembaga Pendidikan Tinggi Kristiani bertujuan mencetak lulusan sarjana

S1 dan S2 sebagai calon para pemimpin gereja dan guru agama kristen di pelosok

tanah air. STTIAA Trawas Mojokerto berlokasi di area pegunungan sejuk Trawas

dikelilingi pohon-pohon tinggi dan rindang membuat para mahasiswanya betah

belajar. Lokasi tepatnya berada di Bukit Trawas II Kav C Nomor 108, Desa

Ketapanrame Kec Ketapanrame Trawas- Mojokerto.


48

Sejak tahun 2019 silam, Sekolah Tinggi Teologi ini berpindah dari area

Pacet Mojokerto ke area Trawas masih dalam Kabupaten Mojokerto. Jumlah

mahasiswa pada tahun ajaran 2021/2022 saat ini dengan perincian sebagai berikut.

Untuk program studi S1 Teologi berjumlah 55 mahasiswa, untuk S1 Pendidikan

Agama Kristiani berjumlah 50 mahasiswa dan untuk 31 mahasiswa Pascasarjana

S2 Teologi berjumlah 35 mahasiswa. Mereka semua berasal dari berbagai daerah

pelosok Indonesia, baik dari Timur Indonesia maupun juga dari area jawa Tengah

dan Jawa Timur. Mereka adalah calon pendeta dan calon guru agama kristiani.

STTIAA Trawas terakreditasi BAN-PT Nomor. 1064/SK/ BAN PT/

Akred/PT/XII-2020 Ijin Pendirian Institusi Bimas Kristiani Kemenag RI Nomor

DJ.III/ Kep/ HK.00.5/217/2014.

a. Visi dan Misi Lembaga

STTIAA Trawas Mojokerto adalah sekolah asrama yang menawarkan

pendidikan tinggi teologi di Indonesia. Berasrama berusaha untuk menjadi efisien

dan strategis dalam mendukung pendidikan teologi. Karena mengikuti pola

interdenominasi, tidak membeda-bedakan suku dan ras asal dan mendasarkan

ajarannya pada teologi Reformed.

Perguruan tinggi yang didedikasikan untuk mempersiapkan anak-anak

terpanggil Tuhan untuk diutus sebagai pendeta, misionaris, dan pengajar di

seluruh Indonesia dan internasional. Peserta didik harus tanggap terhadap

perubahan dan terus melakukan tindakan nyata untuk membangun sistem

pendidikan yang mampu menjaga mutu pendidikan di masa depan.


49

Visi lembaga adalah Menjadi Perguruan Tinggi Teologi Berkualitas

Membentuk Abdi Allah yang Altruis Tangguh dan Misioner. Dengan misi adalah

menyelenggarakan pendidikan tinggi teologi berkualitas dalam spiritualitas dan

intelektualitas berdasarkan Teologi Reformed, membentuk lulusan yang Altruis,

Tangguh dan Misioner. Komitmen untuk mencapai tujuan lembaga diuraikan

sebagai berikut.

1) Komitmen Kerjasama

2) Komitmen Keterbukaan

3) Komitmen Kerahasiaan

4) Komitmen Berpikir Positif

5) Komitmen Maksimalisasi Diri

6) Komitemen Rekonsiliasi

7) Komitemen Ketundukan

b. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Kelembagaan di STTIAA Trawas Mojokerto

tergambar sebagai berikut.

Bagan 3.1
Stuktur Orgasisasi STTIAA Trawas Mojokerto
Sumber Data: Borang STTIAA Trawas, 2022
50

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di STTIAA Trawas Mojokerto. Penelitian

dilaksanakan sejak bukan Maret 2020 sampai Oktober 2022. Penelitian

terkait manajemen kurikulum pendidikan karakter kristiani berbasis

asrama yang telah dilaksanakan dan diselenggarakan sejak berdirinya

STTIAA Trawas Mojokerto.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah manajemen kurikulum pendidikan karakter

kristiani berbasis asrama di STTIAA Trawas Mojokerto. Informan yang terlibat

dalam penelitian adalah dosen pengajar di kampus STTIAA Trawas Mojokerto

yang juga tinggal bersama dengan mahasiswa di dalam kampus. Mereka sangat

paham terkait pendidikan karakter kristiani yang diterapkan di kampus. Informan

adalah individu-individu dosen yang mengerti dan paham pelaksanaan Pendidikan

karakter kristiani. Penegasan bahwa pemilihan informan yang tepat dilakukan

untuk mengumpulkan data yang dapat diandalkan tentang objek yang diperiksa

didukung oleh pendapat Miles dan Huberman. Oleh karena itu, key informan

harus dipilih dari kalangan yang dianggap mampu memberikan informasi yang

akurat dan relevan dengan penekanan utama penelitian.

Dalam penelitian ini, informan dipilih sebagai sumber data berdasarkan

prinsip bahwa sumber terbaik adalah mereka yang memiliki data, memiliki

pengetahuan tentang masalah, dan bersedia memberikan informasi yang lengkap

dan akurat. Persyaratan tersebut harus dipenuhi oleh informan yang berfungsi

sebagai sumber data dan informasi. Adapun informan dalam penelitian ini
51

meliputi, ketua STTIAA Trawas Mojokerto tahun 2020, wakil ketua, dosen

pengajar, kepala asrama, staff dan mahasiwa tahun masuk 2020-2021. Kesemua

informan adalah terkait karakter kristiani berbasis asrama di STTIAA Trawas

Mojokerto.

D. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti adalah hal penting sebagai key instrument. Artinya

kehadiran peneliti sangat utama. Miles dan Huberman (1992) mengatakan

kehadiran peneliti adalah di lapangan dalam penelitian kualitatif adalah suatu hal

yang mutlak dilaksanakan. Karena peneliti bertindak sebagai pengambil data

instrumen penelitian sekaligus pengumpul data. Selanjutnya sebagai instrumen

inti ini maka penelitian kualitatif dilakukan sendiri dalam penggalian data

penelitian. Langkah yang dilakukan seperti berikut ini.

Pertama, Peneliti menanggapi semua informasi yang diberikan oleh

informan di lingkungan kampus STTIAA Trawas Mojokerto, baik informasi

tersebut dianggap relevan atau tidak dengan penelitiannya. Kedua, mengumpulkan

berbagai jenis data, peneliti dapat, sebagai alat, beradaptasi dengan setiap aspek

skenario di STTIAA Trawas Mojokerto. Ketiga, setiap keadaan dianggap penting

untuk penyelidikan ini. Kecuali manusia, tidak ada perangkat yang dapat

menangkap keseluruhan pemandangan. Keempat, Skenario yang melibatkan

interaksi manusia tidak dapat dipahami hanya dengan informasi; sebaliknya, itu

membutuhkan pengalaman berulang agar kita dapat memahaminya sepenuhnya.

Kelima, hanya manusia yang dapat memanfaatkan data yang diperoleh pada satu

saat untuk mengembangkan kesimpulan dan bertindak berdasarkan informasi


52

tersebut dengan benar untuk mengonfirmasi, menyesuaikan, meningkatkan, atau

bersantai.

Peneliti hadir di lapangan untuk melihat langsung keadaan atau kegiatan

yang sedang terjadi di STTIAA Trawas Mojokerto. Selain berfungsi sebagai alat

utama untuk penelitian ini, peneliti juga memainkan peran penting dalam

keberhasilan atau kegagalannya. Akibatnya, data lapangan diharapkan dapat

diandalkan dan mudah untuk ditafsirkan.

E. Instrumen Penelitian

Kami menggunakan dosen STTIAA Trawas Mojokerto sebagai sumber

utama untuk pengumpulan data kami. Sumber informasi primer dan sekunder

dikumpulkan dan dikategorikan untuk penelitian ini. Semua wawancara dan

diskusi langsung berfungsi sebagai sumber data primer. Wawancara mendalam

dengan mahasiswa STTIAA Trawas Mojokerto digunakan untuk menggali data

penelitian.

Pemilihan informan penelitian ini akan dilakukan dengan teknik

snowballing artinya informan satu menunjuk informan lain yang mengetahui dan

paham atas kebijakan pendidikan inklusi untuk melengkapi keterangannya dari

informan awal. Selanjutnya informan lain menunjuk ke informan berikutnya

sampai keterangan yang diberikan memadai, begitu seterusnya.

Selain itu, sumber data penelitian sekunder diperlukan untuk melengkapi

sumber data utama. Selain sumber data utama, sumber data sekunder dapat

dikumpulkan dari berbagai gambar, rekaman, dan dokumen. Sumber data

sekunder pendidikan karakter kristiani yang berpusat di asrama antara lain buku,
53

makalah, jurnal ilmiah, korespondensi, atau arsip yang dikelola oleh STTIAA

Trawas Mojokerto.

Penelitian ini juga menggunakan tambahan dokumen dan rekaman visual

kegiatan pelaksanaan pendidikan inklusif sebagai sumber data. Data sekunder

tambahan dapat ditemukan di arsip perpustakaan, undang-undang dan makalah

peraturan, dan temuan penelitian yang berkaitan dengan bahan ajar. Selain

menyiapkan pedoman wawancara, formulir informed consent, buku catatan, alat

tulis, perekam suara, alat dokumentasi, dan perlengkapan lainnya, juga diproduksi

alat pengumpul data.

Data dibandingkan dan dimasukkan ke dalam studi kasus ini setelah

dikumpulkan dari semua sumber data, termasuk data primer dan sekunder yang

disebutkan di atas. Untuk membuat kerangka penelitian konseptual, hal ini

dilakukan.

Setiap informan berfungsi sebagai sumber data dan menyampaikan

informasi secara lisan. Materi yang dikumpulkan mengungkapkan sudut pandang

informan tentang masalah yang sedang diselidiki dan menawarkan bukti konkrit

dari data sekunder yang mereka miliki. Laporan atau catatan tertulis berfungsi

sebagai bukti fisik. Informan ini atau sumber pengamatan langsung lainnya juga

dapat memberikan informasi tambahan, seperti gambar yang berkaitan dengan

topik masalah yang diteliti.

F. Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian integratif dan holistik digunakan untuk mengumpulkan

informasi. Wawancara mendalam, observasi partisipan, dan analisis dokumen


54

adalah tiga metode pengumpulan data yang didaftar oleh Bogdan dan Biklen

(1982) sebagai bagian dari penelitian kualitatif.

1. Wawancara Mendalam

Kegiatan percakapan seperti wawancara mendalam dengan informan

STTIAA Trawas Mojokerto dilakukan untuk menggali pemikiran, emosi,

gagasan, dan informasi mereka tentang topik yang dibahas. Orang-orang yang

mengetahui langsung perilaku mahasiswa di kampus menjadi sasaran

wawancara ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data

yang lebih mendalam untuk penelitian tersebut di atas.

Langkah pertama adalah mempersiapkan panduan wawancara dan alat

perekam (recorder) untuk merekam hasil wawancara. Wawancara dilakukan

sampai akhirnya didapat informasi lengkap dari semua informan dan fokus

masalah bias dijawab. Hal ini disesuaikan dengan instrumen wawancara yang

sudah disiapkan dibuat sebelumnya. Peneliti wajib datang dan melakukan

aktifitas langsung di Dinas Kesehatan Mojokerto untuk mendapatkan

informasi. Wawancara tidak terstruktur (unstandardized interview) yang

dilakukan tanpa membuat daftar pertanyaan khusus digunakan untuk

melakukan wawancara mendalam ini. Keuntungan dari wawancara tidak

terstruktur adalah bahwa hal itu dapat dilakukan dalam suasana yang lebih

informal, yang memungkinkan pengumpulan informasi sedetail mungkin.

Wawancara tidak terstruktur memungkinkan perekaman reaksi

emosional yang muncul selama wawancara dan identifikasi faktor-faktor

pribadi yang mungkin berdampak pada hasil wawancara. Untuk membuat


55

wawancara tidak terlalu melelahkan dan membosankan bagi para informan,

secara psikologis lebih bebas dan lebih bergaya percakapan. Wawancara tidak

terstruktur juga memiliki keuntungan karena memungkinkan diskusi bentuk

bebas tentang isu-isu luas yang terkait dengan implementasi kebijakan

pendidikan inklusif.

Wawancara kedua adalah wawancara terfokus (focused interview), di

mana tidak ada format yang ditetapkan dan topiknya terus-menerus berpindah

dari satu ke yang lain. Implementasi pendidikan karakter Kristiani yang telah

diciptakan dan dilaksanakan selama ini di STTIAA Trawas Mojokerto menjadi

titik berat arah isu ini. Dia meminta untuk ditunjukkan informan kedua setelah

wawancara dengan informan pertama, yang dianggap memiliki informasi yang

diperlukan, relevan, dan memadai.

Informan lain dikirim ke pimpinan STTIAA Trawas Mojokerto

berdasarkan informasi yang diangkat. Setelah melakukan wawancara yang

cukup, peneliti meminta lagi nama-nama informan yang mungkin dapat

dihubungi untuk dimintai informasi. Demikian seterusnya hingga jumlah

informan yang terkumpul bertambah secara eksponensial (snowball approach)

dan sesuai dengan tujuan (purposive) yang ditetapkan dalam fokus kajian.

Penyusunan bahan-bahan yang dibutuhkan harus sesuai dengan topik

yang dipelajari agar temuan kajian dari wawancara mendalam tersebut di atas

menjadi lebih sistematis dan terarah. Membuat alat panduan wawancara

terlebih dahulu dapat membantu dalam hal ini. Agar temuan wawancara lebih

koheren, dimungkinkan untuk mengadaptasi aturan yang ditetapkan dalam


56

praktik berdasarkan jawaban informan. Sesuai dengan kesempatan yang

diberikan oleh informan, wawancara dapat dilakukan secara sukarela atau

dengan persetujuan sebelumnya. Dengan persetujuan informan, instrumen

seperti buku catatan dan tape recorder digunakan untuk mendokumentasikan

temuan wawancara.

Dalam penerapannya, tidak diperlukan kemampuan untuk mencari

informan tambahan. Hal ini menunjukkan bahwa peneliti akan melakukan

wawancara yang cukup dan meminta untuk ditunjukan informan berikutnya

yang dianggap memiliki pengetahuan yang diperlukan. sampai pertanyaan

utama penelitian dijawab, proses berlanjut.

2. Observasi

Pengamatan lapangan yang cermat adalah yang kami maksud saat kami

mengatakan "amati". Investigasi praktik ini sedang dilakukan (Moleong, 2005,

hal. 121). Fakta dan gejala dikumpulkan dengan pengamatan langsung (baru).

Kunci untuk memecahkan masalah yang ada adalah mengumpulkan dan

mendokumentasikan fakta dan gejala yang relevan.

Untuk mengukur sejauh mana STTIAA Trawas Mojokerto memberikan

pendidikan karakter kristiani sesuai dengan ajaran Alkitab, kami melakukan

observasi mendalam ini. Wawancara mendalam digunakan untuk membantu

mengumpulkan data ini. Sangat penting bahwa dia dengan cermat

mendokumentasikan pengamatannya dalam catatan lapangan untuk

memastikan representasi lingkungan yang akurat di mana penelitian ini

dilakukan. Catatan lapangan ditulis dan direvisi secara real time saat dibuat.
57

Kejadian-kejadian penting yang terkait dengan data penelitian dapat

direkam dalam bentuk film dan gambar dengan menggunakan kamera digital

sebagai alat untuk meningkatkan kelengkapan alami data dari peristiwa yang

dialami selama observasi langsung. Baik foto maupun video diambil dengan

sepengetahuan dan persetujuan dari sumber. Peneliti hadir di STTIAA Trawas

Mojokerto sepanjang kegiatan observasi, dan peneliti berupaya memperhatikan

dan mendokumentasikan setiap gejala yang muncul. Dalam penelitian ini, kami

mengamati dalam tiga fase berbeda: pertama, kami mengamati untuk gambaran

umum; selanjutnya, kami mengamati lebih sempit untuk mengidentifikasi

kategori; dan terakhir, kami mengamati secara selektif (mencari perbedaan

antar kategori).

Setelah melalui kajian dan observasi yang mendalam, kami

mempersempit fokus dengan mencari pembedaan lintas kelompok dan jenis,

seperti substansi kebijakan dan pelaksanaan pendidikan karakter kristiani.

Sebisa mungkin, pengamatan langsung dapat dilakukan, khususnya perilaku

dan gejala yang berhubungan langsung dengan pendidikan inklusif.

3. Dokumentasi (study of document).

Penelitian akan menggunakan dokumentasi untuk memastikan bahwa

data yang dikumpulkan mudah dipahami dan kebenarannya terungkap secara

lengkap. Catatan, transkrip, buku, prasasti surat kabar, risalah rapat, agenda,

dan lain-lain yang menjadi bahan penyelidikan terkait akan membuat

semuanya menjadi jelas. Tujuan utamanya adalah untuk mengumpulkan

informasi tentang bagaimana pendidikan karakter Kristiani diimplementasikan


58

di STTIAA Trawas Mojokerto. Data hasil wawancara mendalam dan observasi

langsung dilengkapi dengan catatan tertulis. Foto, catatan resmi, dan kesaksian

saksi adalah contoh jenis catatan yang dapat digunakan. Karena fokus

eksplorasi penelitian kualitatif, peneliti sendiri berfungsi sebagai instrumen

utama, dibantu oleh perangkat sekunder seperti notebook, kamera, dan tape

recorder. Penelitian ini berupaya mengumpulkan informasi dari sumber

tekstual, seperti penelitian sebelumnya.

Mengumpulkan dokumen seperti ketentuan akademik dan

nonakademik, strategi strategi, dan dokumen pengembangan kurikulum saja

tidak cukup. Buku dan catatan pribadi juga harus dikumpulkan dari STTIAA

Trawas Mojokerto.

Peneliti setuju dengan perbedaan antara catatan dan kertas seperti yang

dibuat oleh Moleong (2005, p. 161). Sebagai kesaksian dari saksi mata, catatan

sangat penting untuk menetapkan realitas suatu peristiwa. Sementara itu,

penting untuk menggunakan bahan-bahan seperti surat, gambar, manuskrip,

dan manual pelatihan sebagai referensi meskipun faktanya tidak dibuat dengan

tujuan tertentu.

G. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data penelitian ini menggunakan empat macam unsur

kriteria yaitu kriteria kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan

konfirmabilitas (Miles & Huberman, 1992).


59

1. Kredibilitas

Untuk menjamin tingkat kredibiltas keabsahan data dan kredibilitas

yang tinggi, penggunaan tujuh teknik sangat diperlukan yaitu prolonged

engagement, persistent observation, triangulation, peer debriefing, referential

adequacy checks, negative data analyst, member checks. (Lincoln & Guba,

1980). Ketujuh poin tersebut dipaparkan sebagai berikut.

a. Prolonged Engagement

Prolonged engagement diartikan sebagai menghabiskan banyak waktu

(waktu yang lama) di lokasi penelitian yakni di STTIAA Trawas

Mojokerto. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kepercayaan penuh dari

informan dan mencegah kehadiran yang menyimpang di lokasi penelitian. Ini

berfungsi sebagai dasar yang kuat untuk menyimpulkan kesimpulan dari data

lapangan. Penelitian lapangan dikhususkan untuk memenuhi permintaan.

Pada Desember 2021, peneliti melakukan studi untuk mengumpulkan data.

Setelah itu, mereka akan langsung melakukan penelitian di STTIAA Trawas

Mojokerto.

b. Persistent Observation

Pada tahapan ini pengamatan secara langsung terhadap fenomena atau

aktivitas yang ada di STTIAA Trawas Mojokerto. Metode pengamatan

langsung melibatkan objek penelitian yang telah ditetapkan dan mengamati

segala aktivitas yang dilakukan dan dilaksanakan oleh informan. Penjelasan

menyeluruh dan menyeluruh tentang penerapan pendidikan karakter kristiani

di lapangan diperoleh melalui pengamatan.


60

c. Triangulation

Triangulation adalah melihat penelitian dari berbagai sudut.

Verifikasi hasil dengan menggunakan berbagai metode pengumpulan data

dan sumber informasi. Menggunakan data dari sumber, metodologi, atau ide

yang serupa, triangulasi metodologi memverifikasi keakuratan data dengan

menggunakan informasi dari banyak sumber.

Seperti yang dikemukakan oleh Denscombe (2007), ada dua manfaat

tambahan menggunakan teknik triangulasi: pertama, data temuan dapat

dilengkapi dengan menambahkan sesuatu yang segar dan baru dari satu

teknik ke teknik lainnya, dan kedua, data temuan dapat diperkuat atau

dipertanyakan. dengan membandingkan data yang dihasilkan dari teknik

lain yang berbeda.

d. Peer Debriefing

Tahapan ini diskusi bersama teman sejawat untuk membahas hasil

temuan penelitian sementara. Tujuan dari diskusi teman sejawat adalah agar

dapat memperoleh keakuratan dalam penelitian. Diskusi teman sejawat

tersebut dilakukan terkait implementasi diklat. Pembahasan diskusi juga

mengarah pada cara atau teknik penelitian yang peneliti kerjakan. Diskusi

ini berharap peneliti mendapat masukan atau kontribusi tema diklat SDM.

Teman sejawat tidak hanya melibatkan teman S-3 di Manajemen Pendidikan

UNESA yang paham pendidikan inklusi namun utamanya peer debriefing

dilakukan kepada teman dari organisasi keagamaan semacam Forum Agama

Kristiani di wilayah Mojokerto. Tukar pendapat dan diskusi sini ebagai


61

masukan dan perbaikan dari hasil temuan sementara.

e. Referential Adequacy Checks

Pengecekan seluruh hasil penelitian dengan cara mengecek arsip

data yang ada dari berbagai sumber seperti koran, majalah, artikel, bahan

referensi, dan dokumentasi. Tujuannya adalah untuk memastikan

kesesuaian antara data yang ditemukan dengan kesimpulan-

kesimpulan sementara yang terfokus pada implementasi kebijakan inklusi

yang sudah didapat. Jika kesesuaian sudah sempurna maka dapat dikatakan

bahwa tingkat kepercayaan kesimpulan sementara penelitian ini tinggi atau

kuat.

f. Negative Data Analyst

Contoh negatif adalah contoh yang, sampai titik tertentu, tidak sesuai

atau menyimpang dari temuan penelitian. Ketika seorang peneliti

melakukan studi kasus negatif, mereka mencari informasi yang

bertentangan atau berbeda dari apa yang telah ditemukan. Jika tidak ada

informasi lebih lanjut, data yang ditemukan dapat dipercaya.

g. Member Checks

Member checks saat tahapan akhir penelitian berlangsung selesai

(wawancara semua informan telah selesai dilakukan). Tujuannya adalah

melakukan evaluasi garis besar temuan penelitian yang telah disampaikan

oleh semua informan. Garis besar temuan tersebut adalah mengenai temuan

pada unsur perencanaan modul, temuan pada unsur pelaksanaan dan temuan

pada unsur penghambat dan pendukung pendidikan krakter kristiani di


62

STTIAA Trawas Mojokerto. Sebelum meninggalkan lokasi penelitian wajib

melakukan pengecekan ulang, pencocokkan informasi dan

pengkonfirmasian dengan informan lain dengan seksama dan sifat kehati-

hatian. Member Cheks merupakan sebuah teknik yang penting dan berguna

untuk menjaga kredibilitas dari penelitian jenis kualitatif.

2. Transferabilitas

Teknik transferabilitas digunakan agar diperoleh kesamaan pemahaman

terhadap semua informasi, data yang diperoleh dan hasil temuan penelitian.

Teknik ini dengan menyandingkan data yang diperoleh supaya mudah dilihat

sehingga data menunjukan dan mendiskripsikan masalah fokus masalah

penelitian. Transferabilitas dimaksudkan untuk membantu pembaca atau

peneliti lain sepenuhnya memahami gagasan inti penelitian. Oleh karena itu,

digunakan berbagai tahapan sebagai berikut agar orang lain dapat memahami

temuan studi pelatihan secara lugas, mendalam, teratur, dan dapat dipercaya.

a) Setting Penelitian
Setting penelitian ini harus jelas akan dilaksanakan di STTIAA Trawas

Mojokerto sampai selesai. Hubungan baik harus dijaga antar peneliti dan pihak

penyelenggara diklat. Hal ini memberikan memudahkan atau akses cepat

melaksanakan penelitian awal mengenai kasus yang terjadi. Sekalipun data

tersebut tidak secara eksplisit dicantumkan dalam laporan penelitian, namun dapat

dimanfaatkan sebagai informasi awal atau sebagai studi pendahuluan dan menjadi

bagian dari penelitian.


63

Dalam hal ini, penting untuk dipahami jika ada pola komitmen dalam

pendidikan Kristiani berbasis asrama yang didasarkan pada bukti awal. Oleh

karena itu, fenomena yang terjadi ini patut untuk diteliti sehubungan dengan

keberhasilan peningkatkan mutu dan kualitas penyelengaraannya.

Sementara itu, demi kepentingan penelitian, izin terlebih dahulu untuk

melakukan penelitian awal Ketua STTIAA Trawas Mojokerto sebagai pengelola

yang bertindak sebagai gate keeper. Setelah mendapatkan informasi dari informan

mengenai komitmen dan sikap dalam pendidikan karakter maka penelitian bias

melihat komponen variabel lainnya yang sesuai.

b) Profil Informan
Profil informan dianggap penting dalam penelitian karena melibatkan

pihak yang terkait seperti profil ketua penyelenggara beserta panitianya, profil

informan STTIAA Trawas Mojokerto, profil dosen, profil wali dosen atau

karyawan dan mahasiswa khusus. Alasan untuk mengetahui profil informan

adalah kesiapan dan kemampuan informan ini untuk memahami pelaksanaan

pendidikan karakter kristiani.

3. Dependabilitas

Memastikan bahwa informasi atau data penelitian sangat bergantung pada

alat pendukung lainnya pada tahap keterandalan, seperti instruksi tertulis, rekaman

suara, dan rekaman visual. Semua data penelitian dapat diinterpretasikan secara

tepat, tepat, dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Saat melakukan penelitian kualitatif, sangat penting untuk mengaudit

seluruh proses penelitian untuk menilai ketergantungan. Uji dependabilitas


64

digunakan untuk menilai kualitas proses penelitian kualitatif (Riyanto, 2007).

Independen, auditor yang kompeten diperlukan oleh para peneliti untuk

memastikan keandalan dipertahankan. Dua orang promotor yaitu Prof. H. Haris

Suparno sebagai promotor I dan Dr. Mudjito AK,

4. Konfirmabilitas

Komponen lain dari subjek penelitian pada tahap konfirmasi adalah

konfirmasi dari berbagai sumber yang dianggap dapat diandalkan dan

meyakinkan. Jika beberapa ahli setuju dengan temuan penelitian, penelitian

dianggap objektif. Dengan menitikberatkan pada pelacakan data dan informasi,

kriteria penilaian kualitas luaran adalah derajat kepastian dari penelitian

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Interpretasi yang cukup didukung oleh

informasi terkait jejak audit sangat penting. Data kualitatif selalu dapat

ditampilkan secara jelas dan meyakinkan, baik melalui teks maupun visual dari

temuan interpretasi.

Interpretasi dan pemanfaatan data peneliti membuka kemungkinan

objektivitas. Ini mungkin menunjukkan sejumlah elemen penting, termasuk

perlunya keterbukaan pikiran, kesiapan untuk menerima alternatif, dan kemauan

untuk mempertahankan interpretasi peneliti terhadap fakta. Dilarang

mempresentasikan hasil penelitian sebelum prosedur yang harus diikuti telah

selesai. Dosen promotor membuat jejak audit untuk penelitian ini.

H. Teknik Analisis Data

Transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan lain yang diperoleh

peneliti dicari informasi yang relevan dan disusun dengan menggunakan alat
65

analisis data. Memeriksa data, menyortirnya, memecahnya menjadi potongan-

potongan yang dapat dikelola, mensintesisnya, mencari pola di dalamnya, mencari

tahu artinya, dan melaporkannya secara metodis adalah contoh tugas analisis.

Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik kualitatif yang meliputi

reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/kesimpulan. Secara khusus, ini

merujuk pada keyakinan Miles bahwa peneliti perlu memiliki tingkat ketahanan,

ketelitian, kesabaran, dan kecerdikan yang tinggi untuk memberikan makna pada

setiap fenomena atau data yang ada. Penelitian ini menggunakan metode analisis

data deskriptif. Suatu pendekatan analisis data yang mensyaratkan pelaporan atau

penguraian data yang telah diperoleh dengan seadanya dan tanpa tujuan untuk

menarik kesimpulan secara luas dari hasil investigasi. Metodologi penelitian dan

prosedur analisis data diuraikan di bawah ini.

1. Analisis Data

Dalam penelitian ini, setiap subjek inkuiri adalah subjek analisis datanya

sendiri. Analisis melibatkan peneliti menempatkan data ke dalam kata-kata untuk

menggambarkan maknanya. Miles mengatakan bahwa data tersebut jenuh karena

operasi analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlanjut hingga

selesai. Berikut adalah rincian prosedurnya.

a. Kondensasi Data. Kondensasi data merupakan proses memilih,

menyederhanakan, mengabstrakkan, dan mentransformasikan data yang

mendekati keseluruhan bagian dari catatan-catatan lapangan secara tertulis,

transkip wawancara, dokumentasi, dan materi empiris lainnya. Teknik ini

dilakukan dengan cara mengumpulkan data di STTIAA Trawas Mojokerto


66

secara terus-menerus melalui pengamatan partisipan, wawancara mendalam,

dan dokumentasi sehingga data yang terkumpul menjadi banyak dan lengkap.

Seterusnya menjabarkan secara lebih rinci dan mendalam setelah keseluruhan

data tersebut terkumpulkan.

b. Penyajian Data. Setelah data mengenai pelaksanaan diklat tersebut

dikondensasi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian

data berupa uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, flowchart, dan

sejenisnya. Sedangkan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan penyajian data mengenai

bagaimana diklat diselenggarakan di STTIAA Trawas Mojokerto tersebut,

maka mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Kesimpulan. Temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada merupakan harapan utama dari sebuah

penelitian kualitatif. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu

objek yang sebelumnya masih abu-abu, sehingga menjadi terang jelas.

Setelah diteliti menjadi jelas untuk lebih memperjelas mengenai analisis data

tersebut.

Memadatkan data, menyajikan data, merumuskan temuan penelitian, dan

menarik kesimpulan dari data adalah tiga proses pertama dalam proses tersebut,

yang ditunjukkan dengan cara berikut. Dalam penelitian ini, analisis data selama

pengumpulan data dijelaskan sebagai berikut. Pertama, Sebelum meringkas

catatan lapangan, semuanya ditinjau setelah setiap pengumpulan data. Format


67

catatan lapangan rangkuman yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti

desain Sonhaji (2006). Kedua, semua catatan lapangan dan ringkasan yang telah

disiapkan dibaca ulang, dan ringkasan sementara dibuat, yang mencakup

ringkasan temuan sementara yang merangkum apa yang diketahui tentang kasus

yang menjadi konteks penelitian dan mengidentifikasi apa yang perlu diselidiki

lebih lanjut. Pembuatan rangkuman berupaya mendapatkan catatan yang

komprehensif tentang kasus yang menjadi konteks penelitian (Ali, 2008, p. 254).

Ketiga, catatan lapangan yang dibuat selama pengumpulan data diberikan analisis

yang lebih menyeluruh setelah semua informasi yang diperlukan telah

dikumpulkan dan peneliti telah meninggalkan wilayah studi. Setelah

pengumpulan data, fase ini dikenal sebagai analisis (Bogdan & Biklen, 1982).

Saat mengumpulkan data, prosedur berikut diberi kode untuk membantu

penelitian. Pembuatan sistem kategori pengkodean adalah yang utama. Latar

belakang kasus penelitian, metode pengumpulan data, sumber data, penekanan

penelitian, waktu kegiatan penelitian, dan nomor halaman catatan lapangan

semuanya memiliki peran dalam pengkodean penelitian ini. Tabel 3.1 di bawah ini

menggunakan kode dan penjelasannya.


68

Tabel 3.1
Urutan Pengkodean Penelitian

NO ASPEK PENGODEAN KODE

1 Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara W
b. Observasi O
c. Dokumentasi D
2 Fokus Penelitian
a. Fokus kurikulum 1
pendidikan karakter kristiani
b. strategi pelaksanaan 2
c. nilai-nilai pendidikan karakter Kr 3
d. evaluasi pendidikan karakter 4
3 Urutan Nomor Wawancara /Observasi/ 1,dst
Dokumentasi
4 Objek
a. Ketua STTIAA KS
b. Wakil WK
c. Dosen DS
d. Ibu Asrama IBA
e. Bapak Asrama BPA
f. Staff ST
g. Mahasiswa MHSW
5 Penelitian STTIAA
6 Nomor Halaman Catatan Lapangan IV
Nomor Halaman Catatan di Ruang Kantor
V

Pengkodean ini digunakan untuk struktur tugas analisis data. Kode fokus

penelitian digunakan untuk mengkategorikan informasi penelitian yang diperoleh

melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Seperti yang ditunjukkan

pada Tabel 3.2 di bawah ini, beberapa detail penting dicantumkan di akhir catatan

lapangan atau transkrip wawancara, termasuk instrumen yang digunakan,

informan, tempat penelitian, latar belakang penelitian, dan tanggal kegiatan


69

penelitian dilakukan. Rincian lainnya meliputi nomor urut fokus tema masalah,

informan, catatan lapangan atau transkrip wawancara, dan fokus tema masalah.

Tabel 3.2
Contoh Urutan Kode dan Cara Membacanya

Kode Cara Membacanya


W Menunjukkan jenis teknik pengumpulan data
wawancara, observasi, dan dokumentasi
1 Menunjukkan kode fokus tema penelitian
1,dst. Menunjukkan urutan wawancara, observasi, dan
Dokumentasi
K Menunjuk informan penelitian
Pendiv Menunjuk situs penelitian
IV/ V Menunjuk situs penelitian Menunjukkan latar penelitian
dalam ruangan atau luar ruangan
-03-2020 Menunjukkan tanggal, bulan, dan tahun dilakukan
kegiatan penelitian

Dari tabel 3.2 ini pengurutan data akan lebih mudah dilakukan. Setiap

catatan lapangan dibaca kembali, dan setiap unit data yang tercantum di dalamnya

diberi kode yang sesuai setelah kode tersebut dilengkapi dengan batasan

operasional. Satuan data dalam konteks ini mengacu pada penggalan catatan

lapangan yang berbentuk kalimat, paragraf, atau kumpulan paragraf. Lembar

catatan lapangan ditandai dengan kode di pinggirnya, dan semua catatan lapangan

kemudian disalin.

Catatan lapangan asli disimpan sebagai arsip, namun fotokopinya dibagi-

bagi tergantung unit data. Fragmen catatan lapangan diatur sesuai dengan kode

yang disebutkan di sisi kiri. Setiap unit data memiliki komentar di bagian bawah
70

untuk membantu pelacakan di catatan lapangan asli.

Sementara penggunaan alur penelitian memudahkan peneliti memulai

langkah dan prosedur pada setiap fokus yang akan diteliti dan digunakan.

Sehingga informan yang akan diwawancarai dapat menjelaskan dengan

teliti dan jelas terkait masing masing di fokus penelitian. Untuk lebih rincinya

seperti bagan 3.2 di bawah ini.

Bagan 3.2
Alur Penelitian
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Paparan data dan temuan hasil penelitian difokuskan kepada setiap fokus

di dalam penelitian ini. Fokus pertama terkait manajemen kurikulum

pendidikan karakter kristiani berbasis asrama. Fokus kedua terkait strategi

pelaksanaan (implementation) manajemen kurikulum pendidikan karakter kristiani

berbasis asrama. Fokus ketiga terkait nilai-nilai karakter kristiani berbasis asrama.

Fokus keempat terkait evaluasi manajemen kurikulum pendidikan karakter

kristiani berasrama di Sekolah Tinggi Teologi Injili Abdi Allah Trawas

Mojokerto.

Fokus penelitian diatas dipaparkan melalui data penelitian dan

dikelompokan menjadi empat bagian utama yaitu (1) manajamen kurikulum, (2)

strategi pelaksanaan (implementation) manajemen kurikulum, (3) nilai-nilai

karakter kristiani, (4) evaluasi dalam pelaksanaannya

A. Manajamen Kurikulum Pendidikan Karakter Kristiani Berasrama

Kegiatan manajemen kurikulum pendidikan kristiani berasrama dilakukan

oleh lembaga STTIAA Trawas bertujuan menyisir dan mendata karakter

mahasiswa yang ditunjukkan dalam perilaku didalam kampus atau didalam proses

pembelajaran kelas di saat tinggal diasrama. Perilaku ini dinyatakan oleh Dr.

Susana Endang, Wakil Ketua 3 Bidang kemahasiswaan sebagai berikut.

Kegiatan manajemen kurikulum pendidikan karakter kristiani dituangkan

dalam dokumen atau aturan kurikulum yang ber- SOP kemahasiswaan. Hal ini

sudah dilakukan oleh lembaga bersama stakeholders dan menyusun dan


71
72

menerbitkan dalam bentuk aturan terkait kurikulum pendidikan karakter kristiani

di lembaga STTIAA Trawas. Sehingga keberadaannya dan kebutuhannya

dinyatakan telah didokumentasikan dalam SOP standar operasional prosedur.

Untuk perilaku mahasiswa di saat proses pembelajaran maupun saat di asrama

juga kita pantau setiap hari. (W.01/WK3/ STTIAA/ 02 -12-2021).

Dokumentasi kurikulum pendidikan karakter kristiani tidak terdapat secara

resmi yang ditandan tangani oleh Ketua STTIAA Trawas. Yang ada adalah aturan

yang ber-SOP untuk mahasiswa. Hal ini diperkuat oleh Rosnila Hura selaku Ibu

Asrama dari 2008 sampai 2022 sebagai berikut.

Secara resmi dokumen kurikulum pendidikan karakter kristiani belum

dibuat oleh kita. Sejak tahun 2008 awal berdiri lembaga ini sampai sekarang

masih belum memilki dokumen resmi kurikulum yang disusun dan diterbitkan.

Hal ini dapat dilihat dari dokumen yang ada di arsip lembaga, sebagai Ibu asrama

saya belum melihat dokumen itu, yang ada adalah aturan resmi yang dipasang di

tembok yang berisi aturan yang harus dilakukan mahasiswa selama menempuh

kuliah di STTIAA Trawas (W.01/ IA /02-12-2021).

Sebagai sistem pendidikan, kurikulum pendidikan karakter kristiani

berbasis asrama di STTIAA tersusun dari unsur-unsur yang saling berhubungan

dan saling mendukung. Tujuan, bahan ajar, strategi penyampaian, dan penilaian

penerapannya membentuk bagian-bagian komponen kurikulum. Dengan bantuan

sistem ini, kurikulum akan memajukan tujuan pendidikan sementara semua

subsistemnya bekerja sama.


73

Sistem kurikulum akan berjalan tidak efisien dan optimal jika salah satu

variabel kurikulum tidak berfungsi secara efektif. Berbeda dengan kurikulum

semacam ini, di STTIAA Trawas Mojokerto diperlukan organisasi untuk

mengimplementasikan kurikulum pendidikan karakter Kristiani dalam semua

komponennya. Fase perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengaturan

dari proses organisasi ini akan saling terkait erat.

Sedangkan salah satu bidang keilmuan yang penerapan proses-proses

tersebut adalah manajemen. Oleh karena itu, untuk mengawasi pelaksanaan dan

pengajaran kurikulum, pengelola lembaga pengawas harus ahli dalam ilmu

manajemen. Kepala STTIAA Trawas memberikan justifikasi berikut untuk

pernyataan yang dibuat di atas:

Kami lakukan manajemen kurikulum untuk pendidikan karakter kristiani

melalui sifat Kudus, kasih, komitmen dan tangguh. Secara resmi dokumen

kurikulum pendidikan karakter kristiani sudah kami cetak dan distribusikan ke

semua mahasiswa s1 dan s2. Jadi mahasiswa dapat melaksanakan dalam

kehidupan sehari hari di kampus dan diluar kampus. Untuk mahasiswa s1 mereka

berasrama dan tinggal di kampus dengan pengawasan semua dosen dan ibu kepala

asrama. Sejak tahun 2018 awal pindahnya lembaga STTIAA ini sampai sekarang

memiliki dokumen resmi kurikulum yang disusun dan diterbitkan. Hal ini dapat

dilihat dari dokumen yang ada di arsip lembaga, Ibu asrama yang bertanggung

jawab melakukan pengawasan mahasiswa asrama dan dosen dosen juga

melakukan pengawasan selama menempuh kuliah di STTIAA Trawas (W.01/ KS

/02-12-2021).
74

Pernyataan ini membuktikan bahwa dokumen resmi kurikulum pendidikan

karakter kristiani telah dibuat oleh pengelola STTIAA Trawas Mojokerto saat ini.

Untuk itu observasi langsung serta dokumentasi dilakukan. Menjelaskan bahwa

manajemen kurikulum juga telah dilaksanakan. Mahasiswa berpegangan pada

aturan yang ditulis dibanner atau di tembok gedung yang berisikan larangan untuk

bertindak kasar di area kampus.

Manajemen kurikulum yang dilkukan oleh juga merata dan terorganisir

dengan baik. Sejumlah dosen di tugasi sebagai pengawas dan kontrol dalam

pendidikan karakter kristiani ini. Seluruh komponen di dalam kampus mengerti

dan menjaga keterlaksanaan pendidikan karakter kristiani. Hambatan

dalam pelaksanan pemeliharaan juga terjadi. Hal ini seperti yang dipertegas wakil

ketua 1 bidang akademik sebagai berikut:

Betul, naskah akademik terkait pendidikan karakter kristiani telah dibuat

oleh STTIAA dan sudah kami bagikan untuk dibaca, dipahami oleh semua.

Mahasiswa S1 wajib memahami dan melaksanakan semua perintah. Sifat Kudus,

Kasih, Komitmen dan Tangguh harus dipunyai. Mahasiswa menterjemahkan dan

mempraktekkan sifat itu dalam perilaku dan tabiat semua mahasiswa Visi tersebut

diwujudkan dengan diturunkan secara praktikal ke dalam semua Bidang/Unit

hingga yang terkecil, salah satunya ke dalam Bidang III Kemahasiswaan yang

menggawangi pendidikan karakter kristiani Mahasiswa STTIAA. Visi STTIAA

diuraikan dalam bentuk Tata Nilai yang hendak ditanamkan kepada

(W.01/WK1/02-12-2021).
75

Pernyataan ini membuktikan bahwa terbangunnya budaya kesadaran

menjaga kekudusan hidup, menjaga intensitas hubungan pribadi dengan Allah,

serta rela dan berserah dalam ketaatan kepada Allah Kasih Terbangunnya hati

yang mengasihi atas kesadaran bahwa Yesus Kristus telah memberi kasih-Nya

bagi manusia dan mampu mengaplikasikannya kepada sesama saat ini. Untuk itu

observasi langsung serta dokumentasi dilakukan. Menjelaskan bahwa foto foto

terkait 4 sifat yakni kudus, kasih komitmen, tangguh terpasang di tembok-tembok

gedung. Agar mereka mahasiswa dapat membaca dan memmahami isi dari empat

sifat karakter kristiani.

Manajemen kurikulum telah dilaksanakan terkait kurikulum pendidikan

karakter bagi semua mahasiswa. Mahasiswa berpegangan pada aturan yang ditulis

dibanner atau di tembok gedung yang berisikan larangan untuk bertindak kasar di

area kampus. Manajmen kurikulum yang dilakukan oleh juga merata dan

terorganisir dengan baik. Sejumlah dosen di tugasi sebagai pengawas dan

kontrol dalam pendidikan karakter kristiani ini. Seluruh komponen di dalam

kampus mengerti dan menjaga keterlaksanaan pendidikan karakter kristiani.

Hambatan dalam pelaksanan pemeliharaan juga terjadi. Hal ini seperti yang

dipertegas wakil ketua 2 bidang keuangan sebagai berikut:

Betul, naskah akademik terkait pendidikan karakter kristiani telah kami

cetak dan keuangan sudah kami anggarkan setiap tahunnya. Jadi kita pasang foto

foto dalam bingkai terkait apa sifat kudus itu, sifat kasih, sifat komitmen dan sifat

tangguh disetiap tembok gedung ini. Kami lakukan demi keindahan dan estetika

dalam pembuatan foto-foto itu. (W.01/WK2/02-12-2021).


76

Komitmen terbangunnya motivasi dalam proses kepemimpinan diri yang

berahklak, otentik, santun dan berintegritas tangguh Terbangunnya pribadi yang

bersemangat untuk memberi yang terbaik bagi pekerjaan misi Allah dengan penuh

tanggung jawab, dapat dipercaya dan profesional diuraikan dosen pengampu mata

kuliah metodologi, Dr. Ana Budi Kristiani sebagai berikut.

Kami sebagai dosen juga melihat dengan seksama implemetasi sifat

karakter kristiani mahasiswa dengan benar. Bagaimana mereka melakukan sifat

komitmen dan tangguh dalam perkuliahan dan di luar kampus. Jadi kami sangat

mencermati perilaku mereka sehari-hari saat berada di dalam perkuliahan dan di

luar kelas. Komitmen mereka terbangun motivasi dalam proses kepemimpinan

diri yang berahklak, otentik, santun dan berintegritas tangguh. Terbangunnya

mahasiswa yang bersemangat untuk memberi yang terbaik bagi pekerjaan misi

Allah dengan penuh tanggung jawab, dapat dipercaya dan profesional..

(W.01/WK1/02-12-2021).

Selain perencanaan kooperatif yang menghasilkan program sekolah, ada

rencana peningkatan pendidikan karakter yang dilakukan oleh Dosen dan disebut

sebagai Pendidikan karakter berbasis kelas. RPP yang digunakan untuk

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar di kelas harus direncanakan dengan

baik oleh dosen. Dosen harus menggunakan SK (Standar Kompetensi) yang

meliputi kompetensi keagamaan, kompetensi sosial, serta pengetahuan dan

keterampilan yang dibutuhkan, dalam menyusun RPS (Rencana Pelaksanaan

Perkuliahan). Sebelum memulai proses pembelajaran, instruktur harus mampu

memahami kepribadian setiap murid. Wakil Ketua III: Bidang Kemahasiswaan


77

STTIAA menyampaikan hal tersebut sebagai berikut.

Soalnya, itu diimplementasikan melalui integrasi di setiap topik sebagai

program fundamental untuk meningkatkan pendidikan karakter. Karena saya

seorang Dosen Eksegese PB, saya harus dapat membantu mahasiswa saya

mengembangkan karakter positif dengan membuat mereka memahami makna

mengeksegesa dan tujuan eksegesa. Misalnya, saya selalu mengawali dan

menutup setiap kuliah dengan doa saat mengajar. Dan membuat rencana

perkuliahan dengan tanggung jawab supaya apa yang saya ajarkan menjadi jelas.

(W3/ WKSTTIAA/14-04-2021)

Penjelasan tersebut diperkuat dengan observasi yang dilakukan

menunjukkan bahwa dosen sudah membuat RPP dan dokumennya sudah

terkumpul di wakil kepala kurikulum. Artinya perencanaan juga penting

dilakukan Dosen dalam rangka Pendidikan karakter berbasis kelas. Ada juga

program pendidikan karakter yang tertuang dalam program SITAAT; yakni

Perangkat Lunak berupa Sistem Informasi Manajemen Kemahasiswaan yang

merekap penilaian; yang berisi berbagai peraturan yang kalau dilanggar akan

mendapatkan pengurangan nilai atau poin, tapi kalau ditaati akan mendapatkan

nilai tambah atau poin prestasi. Perencanaan dalam tatanan STTIAA ini

merupakan bentuk komitmen seluruh warga Kampus, khususnya Dosen dan

mahasiswa dalam menjalankan program pendidikan karakter. Diharapkan pihak

STTIAA dan orang tua dapat bekerja sama untuk mensukseskan program yang

ada. Program ini juga dibuat untuk memudahkan pengawasan dan pemantauan

terhadap mahasiswa.
78

Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang merupakan bagian

integral dari pengelolaan suatu program, termasuk dalam Pendidikan program

pendidikan karakter. Sesuatu yang telah direncanakan dengan baik agar dapat

dilaksanakan secara optimal memerlukan pengorganisasian yang baik pula.

Demikian disampaikan Waket IV Bidang Pelayanan dan Humas, Bapak Dr.

Sugiono mengatakan sebagai berikut.

Tanpa organisasi, apa yang kita rencanakan, tidak akan bisa terwujud.

Mengapa itu penting? Oleh karena itu, membagi tugas atau jobdisk ke dalam

masing-masing bidang. Ini adalah upaya untuk menanamkan tanggung jawab,

dengan menggunakan kurikulum sebagai contoh. Oleh karena itu, kami memiliki

kewajiban dan tanggung jawab untuk mengimplementasikan inisiatif yang

meningkatkan pendidikan karakter melalui proses belajar mengajar.

(W4/WKSW/14-04-2021)

Ungkapan tersebut di atas menunjukkan betapa penataan pendidikan

karakter harus dilakukan melalui pemisahan tugas dan tanggung jawab. Komentar

Ketua STTAA Trawas Mojokerto yang berbunyi sebagai berikut semakin

mendukung hal tersebut.

Pendidikan karakter tidak bisa digarap sendirian, pasti membutuhkan

banyak pihak. Nah, maka dari itu perlu dibuat pembagian kerja dan itu sudah

diatur melalui struktur organisasi yang ada di STTIAA Trawas Mojokerto.

Bagaimana tugas saya selaku Ketua begitu juga empat wakil ketua yang lain.

Mereka semua telah memiliki tupoksi masing-masing. Begitu juga Dosen dan

tenaga kependidikan beserta yayasan, mereka juga sudah ada tugas dan wewenang
79

yang harus dilakukan dalam rangka mensukseskan program Pendidikan karakter.

(W/KS/ 14-04-2021)

Berdasarkan data wawancara tersebut, kemudian mencari Peneliti

menemukan dokumentasi yang menguraikan peran dan tugas utama dari setiap

elemen yang ada, serta aturan yang menguraikan dengan tepat bagaimana setiap

bagian harus menjalankan kewajibannya. Misalnya, tugas dan tanggung jawab

kepala sekolah antara lain merumuskan arah kebijakan program Pendidikan

karakter serta mengawasi dan menilainya. Tanggung jawab wakil kepala bidang

kemahasiswaan adalah melaksanakan pendidikan karakter melalui kegiatan

ekstrakurikuler dan pembinaan kemahasiswaan.

Menanamkan pendidikan karakter melalui kegiatan belajar mengajar baik

di dalam maupun di luar kelas merupakan tugas dosen. Inisiatif pendidikan

karakter sedang dilakukan oleh organisasi ini. Selain itu, menjadi tanggungjawab

setiap Pembina dan Pembina ekstrakurikuler untuk menjaga dan mengembangkan

karakter setiap peserta. Dengan kata lain, setiap divisi bertanggung jawab untuk

memenuhi tugasnya masing-masing.

Merencanakan program untuk meningkatkan pendidikan karakter

membutuhkan kerja tim selain mengembangkan dan menentukan tujuan kerja

untuk setiap aspek. Setiap penanggungjawab program pembangunan pendidikan

karakter harus selalu berkomunikasi dengan yang lain dan mendiskusikan masalah

yang mungkin terjadi. Berikut pemaparan Tim Pembina STTIAA Trawas.

Ketika terjadi masalah terhadap apapun itu termasuk masalah mahasiswa,

Kami memang selalu dianjurkan untuk koordinasi. Hal ini dilakukan ketika
80

masalah tersebut sudah tidak mampu diselesaikan oleh penanggungjawab terkait.

Contoh, ada seorang mahasiswa yang melakukan pelanggaran di kelas.

Seharusnya kan ini menjadi tanggung jawab dosen, namun saat dosen itu sudah

tidak mampu menangani sendiri maka dosen kemudian melaporkan kepada saya

selaku tim pengembang. Nah, ketika saya bisa menyelesaikan maka selesailah

masalah itu. Tapi, saat masalah itu kemudian harus melibatkan orang tua, maka

saya harus berkoordinasi dahulu dengan sekolah dan orang tua. Ya begitu bu

bentuknya koordinasi yang Kita lakukan. (W3/TP/14-04-2021)

Merujuk pernyataan tersebut, kemudian mencari informasi tambahan

sebagai penguat. Peneliti bertemu dengan Wakil Ketua Bidang Akademik,

mengatakan sebagai berikut.

Dalam setiap mengambil keputusan yang sifatnya besar harus melakukan

koordinasi terlebih dahulu. Bahkan seperti contoh, ketika saya mau melakukan

kegiatan peringatan hari besar Natal. Ini kan bentuk program Pendidikan karakter

juga. Disini saya berkoordinasi dengan ketua sekolah tinggi. Terlebih dahulu,

terkait kapan dan siapa yang akan dihadirkan. Selain itu, saya berkoordinasi

dengan waka humas yang memiliki tupoksi untuk mengundang masyarakat.

Selanjutnya saya juga melakukan koordinasi dengan waka sarana dan prasarana

terkait kelengkapan untuk kegiatan. Juga saya koordinasi dengan waka kurikulum

dan waka kemahasiswaan untuk memastikan jadwal tidak bentrok dengan

kegiatan lainnya. (W3/ WKSTTIAA/ /14-04-2021)

Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa dalam pengorganisasian perlu

dilakukan koordinasi sebagai upaya komunikasi dan sinkronisasi program. Namun


81

selain itu, dalam pengorganisasian program Pendidikan karakter juga dibutuhkan

dukungan sumber daya yang memenuhi, baik sumber daya manusia, finansial

maupun fasilitas.

Pengembangan sumber daya manusia dalam upaya pengorganisasian juga

harus dilakukan, tidak cukup hanya bagi tugas langsung selesai namun harus ada

upaya pembinaan dan pelatihan. Seperti, pengembangan kapasitas dan kompetensi

dosen dalam implementasi pendidikan karakter kristiani. Hal ini sebagaimana

yang diungkapkan oleh Ketua Sekolah Tinggi, mengatakan sebagai berikut.

Saat program sekolah sudah ditetapkan, maka harus ada sumber daya,

khususnya dosen, sangat diperlukan untuk melaksanakan kurikulum. Oleh karena

itu, kami sebagai pihak sekolah berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan

pengajaran dan pelatihan kepada mereka, termasuk pendidikan formal, lokakarya

pembelajaran, kurikulum, dan RPP. Karena menurut kami kualitas sumber daya

manusia suatu program merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kinerja

mahasiswa dalam program tersebut. (K/W/KS/PORPPK/14-04-2019)

Pengembangan SDM untuk menunjang program Pendidikan pendidiklan

karakter kristiani menjadi bagian penting dalam upaya pengorganisasian sumber

daya mahasiswa kedepan yang ada. Ungkapan ketua sekolah tinggi di atas

diperkuat oleh salah satu dosen, mengatakan sebagai berikut.

Ketika seseorang menerima tugas tambahan di STTIAA ini, mereka

diharuskan mengikuti pelatihan-pelatihan tertentu sesuai dengan persyaratan tugas

tersebut. Misalnya, dia harus belajar bagaimana mengelola Mahasiswa agar

mereka bisa menyadari potensinya ketika dia diberi tanggung jawab sebagai wakil
82

ketua kemahasiswaan. (W3/WKM /14-04-2021)

Pendokumentasian inisiatif pelatihan Dosen yang dilakukan oleh STTIAA

mendukung pernyataan dosen tersebut. Sumber daya keuangan dari mana

datangnya dan untuk tujuan apa perlu dikoordinasikan dalam suatu program untuk

memajukan pendidikan karakter di samping peningkatan sumber daya manusia.

Pengelolaan anggaran sangat penting karena mempengaruhi apakah suatu

program dilaksanakan atau tidak. Prakarsa di STTIAA Trawas untuk memajukan

pendidikan karakter dibiayai dari uang RAPBS (Rencana Anggaran Belanja

Sekolah). Ketua TU mengatakan sebagai berikut, yang kami miliki di sini.

Dalam setiap tahun, ketika perencanaan program itu dilakukan maka

disana juga dibahas juga tentang anggaran selama satu tahun, termasuk di

dalamnya adalah anggaran yang digunakan untuk pelaksanaan program

Pendidikan karakter. Namun, anggaran untuk program ini tidak berdiri sendiri,

akan tetapi include atau masuk dalam kegiatan-kegiatan sekolah lainnya. Dalam

RAPBS tidak ada kata-kata untuk anggaran program Pendidikan karakter secara

tertulis. (W3/KTU/ /14-04-2021)

Melihat keterangan di atas, menunjukkan bahwa untuk finansial program

Pendidikan karakter ini terintegrasi dalam setiap kegiatan ataupun program

sekolah. Sumber daya yang tak kalah pentingnya adalah sumber daya fasilitas atau

sarana prasarana. Hal ini juga harus menjadi perhatian dalam pengorganisasian

sebuah program. Fasilitas merupakan hal penting dalam program Pendidikan

karakter, karena hal tersebut adalah sarana pendukung utama.

Hasil observasi yang dilakukan di STTIAA Trawas Mojokerto memiliki


83

sarana yang memadai. Contohnya, saat akan membentuk karakter kristiani peduli

lingkungan, maka terdapat sarana prasarana seperti sapu dan tempat sampah. Hal

lain juga ditunjukkan dengan adanya sarana perpustakaan yang memadai. Hal ini

menunjang karakter mahasiswa untuk menumbuhkan semangat rasa

keingintahuan. Observasi ini diperkuat oleh Petugas Perpus mengatakan sebagai

berikut.

Puji Tuhan perpustakaannya lengkap baik ketersediaan buku maupun

fasilitas yang lain. Inilah yang menjadi daya tarik para mahasiswa untuk datang

kesini, walaupun memang ada penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Karena

saat ini pengaruh internet sangat besar, siswa dapat mengakses apapun hanya

lewat handphone-nya. Nyari bahan pelajaran melalui google dan lain sebagainya.

Namun, kami tetap berusaha memberikan pelayanan yang terbaik melalui inovasi-

inovasi yang kami buat. (W3/KP / 14-04-2021)

Berdasarkan paparan di atas, semuanya menunjukkan bahwa

pengorganisasian program Pendidikan karakter harus dilakukan secara masif dan

terstruktur. Mulai dari pembagian tugas, melakukan koordinasi, pengembangan

SDM, pengelolaan anggaran dan manajemen sarana prasarana.

Ungkapan yang disampaikan, menguatkan data yang telah diperoleh oleh

peniliti saat melakukan observasi di perpustakaan.. Bahwa untuk pelaksanaan

program Pendidikan karakter banyak tulisan-tulisan singkat ada di STTIAA

Trawas Mojokerto.

Gambar ini menunjukkan karakter kristiani pelaksanaan program


84

Pendidikan karakter dilakukan pembinaan para dosen pengampu sebagai berikut.

Gambar 4.1 Sosialiasi Pelaksanaan Pendidikan karakter Kristiani


Sumber Data : Borang STTIAA Trawas (2020)

Berdasarkan data tersebut, sosialisasi yang dilakukan dengan berbagai

macam cara. Sosialisasi yang digunakan dengan mengadakan workshop, dengan

rapat dosen yang harus dihadiri oleh para pimpinan dan pelaku kebijakan. Bukan

hanya sekedar itu, untuk melakukan penjelasan yang lebih dibuatkan grup sosial

media untuk melakukan diskusi lebih lanjut, yaitu group whatsapp.

B. Strategi pelaksanaan (implementation) manajemen kurikulum


pendidikan karakter Kristiani

Kegiatan manajemen kurikulum pendidikan kristiani berasrama dilakukan

oleh lembaga STTIAA Trawas bertujuan menyisir dan mendata karakter

mahasiswa yang ditunjukkan dalam perilaku didalam kampus atau didalam proses

pembelajaran kelas di saat tinggal di asrama. Perilaku ini dinyatakan oleh Ketua

STTIAA sebagai berikut.

Strategi yang kami lakukan dalam pelaksanaan (implementation)

manajemen kurikulum pendidikan karakter Kristiani berbasis asrama di Sekolah


85

Tinggi Teologi Injili Abdi Allah sebagai berikut: Kurikulum disahkan oleh Ketua

STTIAA melalui Surat Keputusan supaya mengikat ke bawah dalam segala aspek.

Kurikulum disosialisasikan kepada Yayasan STTIAA dan Dosen STTIAA

dilanjutkan kepada Staf/Karyawan dan khususnya kepada Mahasiswa. Sosialisasi

kepada Mahasiswa dilakukan secara berkala dan kontinyu.Penugasan kepada

Dosen yang terkait dengan Pendidikan Karakter dengan diberikan Surat Tugas,

untuk jabatan: Wakil Ketua III bidang kemahasiswaan, Bapak/Ibu Asrama dan

Pembimbing Small Group. Penyediaan perangkat lunak seperti: (a) Program

SITAAT (b) Sistem Informasi Manajamen Kemahasiswaan. Dan penyediaan

Perangkat Keras, seperti: (a) Buku Pedoman Mahasiswa, (b) Buku Baca Alkitab

Setahun, dan (c) Buku Small Group untuk Dosen Pembimbing (W2/KS/ 04-12-

2021). Dokumentasi kurikulum pendidikan karakter kristiani dalam bentuk Buku

Pedoman Mahasiswa, Hal ini diperkuat oleh Rosnila Hura selaku Ibu Asrama dari

2010 sampai 2022 sebagai berikut.

Secara resmi dokumen kurikulum pendidikan karakter kristiani belum

dibuat oleh kita. Sejak tahun 2008 awal berdiri lembaga ini sampai sekarang

masih belum memilki dokumen resmi kurikulum yang disusun dan diterbitkan.

Yang ada adalah Buku Pedoman Mahasiswa yang berisi pedoman perilaku di

kampus dan di asrama yang harus ditaati mahasiswa selama menempuh kuliah di

STTIAA Trawas (W2/ IBA /02-12-2021).

Kurikulum pendidikan karakter Kristiani asrama STTIAA merupakan

suatu sistem pengajaran dengan bagian-bagian yang saling berhubungan dan


86

saling mendukung. Tujuan, bahan ajar, strategi penyampaian, dan penilaian

penerapannya membentuk bagian-bagian komponen kurikulum. Dengan bantuan

sistem ini, semua subsistem kurikulum akan bekerja sama untuk memajukan

tujuan pendidikan.

Sistem kurikulum tidak akan berjalan dengan baik atau idealnya jika salah

satu variabel kurikulum tidak berfungsi secara efektif. Perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengaturan semuanya akan terkait erat dengan

proses organisasi ini. Salah satu bidang keilmuan yang konsekuensinya

menerapkan proses tersebut adalah manajemen. Akibatnya, untuk mengawasi

pendidikan dan kurikulum, pengelola lembaga pengawas harus ahli dalam ilmu

manajemen. Ketua STTIAA Trawas memberikan bukti sebagai berikut untuk

mendukung apa yang dikatakan di atas:

Kami lakukan manajemen kurikulum untuk pendidikan karakter kristiani

melalui sifat Kudus, kasih, komitmen dan tangguh. Dokumen kurikulum

pendidikan karakter kristiani sudah kami cetak dalam bentuk Buku Pedoman

Mahasiswa dan distribusikan kesemua mahasiswa S1. Jadi mahasiswa dapat

melaksanakan dalam kehidupan sehari hari di kampus dan diluar kampus. Untuk

mahasiswa S1 mereka berasrama dan tinggal di kampus dengan pengawasan

semua dosen dan ibu/bapak kepala asrama. Sejak tahun 2000 sampai sekarang,

STTIAA memilki dokumen pendidikan karakter yang tersembunyi dalam bentuk

buku Pedoman Mahasiswa yang setiap tahun dievaluasi dan di sesuaikan . Hal ini

dapat diliat dari dokumen yang ada di arsip lembaga, Ibu asrama yang

bertanggung jawab melakukan pengawasan mahasiswa asrama dan dosen dosen


87

juga melakukan pengawasan selama menempuh kuliah di STTIAA Trawas (W2/

KS /02-12-2021).

Pernyataan ini membuktikan bahwa dokumen kurikulum pendidikan

karakter kristiani telah dibuat oleh pengelola STTIAA dalam bentuk Buku

Pedoman Mahasiswa yang masih dipakai sampai saat ini. Untuk itu observasi

langsung serta dokumentasi dilakukan untuk menjelaskan bahwa manajemen

kurikulum juga telah dilaksanakan. Mahasiswa juga berpegang pada aturan yang

ditulis di banner atau di tembok gedung yang berisikan dorongan untuk bertindak

baik dan sopan di area kampus. Manajemen kurikulum yang dilakukan oleh

STTIAA juga merata dan terorganisir dengan baik.

Semua dosen yang tinggal di area kampus di tugasi sebagai pengawas dan

kontrol dalam pendidikan karakter kristiani ini. Seluruh komponen di dalam

kampus mengerti dan menjaga keterlaksanaan pendidikan karakter kristiani.

Strategi dalam pelaksanaan pendidikan karakter ini juga terjadi. Hal ini seperti

yang dipertegas wakil ketua 1 bidang akademik sebagai berikut:

Betul, naskah akademik terkait pendidikan karakter kristiani


telah dibuat oleh STTIAA dalam bentuk Buku Pedoman
Mahasiswa dan sudah kami bagikan untuk dibaca, dipahami
oleh semua mahasiswa. Mahasiswa S1 yang tinggal di asrama
wajib memahami dan melaksanakan semua perintah. Sifat
Kudus, Kasih, Komitmen dan Tangguh yang tertuang dan
tersirat dalam Buku Pedoman ini harus dipahami oleh semua
mahasiswa dan harus diterjemahkan dan dipraktekkan dalam
perilaku dan tabiat sehari-hari (W.2/WK1/02-12-2021).

Pernyataan ini membuktikan bahwa terbangunnya budaya kesadaran

menjaga kekudusan hidup, menjaga intensitas hubungan pribadi dengan Allah,


88

serta rela dan berserah dalam ketaatan kepada Allah. Terbangunnya sikap Kasih,

hati yang mengasihi atas kesadaran bahwa Yesus Kristus telah memberi kasih-

Nya bagi manusia dan sebagai umat-Nya, mahasiswa harus mampu

mengaplikasikannya kepada sesama saat ini. Untuk itu observasi langsung serta

dokumentasi dilakukan. Menjelaskan bahwa foto foto terkait 4 sifat yakni kudus,

kasih komitmen, tangguh terpasang di tembok tembok gedung. Agar mereka

mahasiswa dapat membaca dan memahami isi dari empat pilar sifat karakter

kristiani yang ditekankan di STTIAA.

Komitmen terbangunnya motivasi dalam proses kepemimpinan diri yang

berahklak, otentik, santun dan berintegritas tangguh Terbangunnya pribadi yang

bersemangat untuk memberi yang terbaik bagi pekerjaan misi Allah dengan penuh

tanggung jawab, dapat dipercaya dan profesional diuraikan dosen pengampu mata

kuliah metodologi, Dr. Ana Budi Kristiani sebagai berikut.

Kami sebagai dosen juga melihat dengan seksama implemetasi


sifat karakter kristiani mahasiswa dengan benar. Bagaimana
mereka melakukan sifat komitmen dan tangguh dalam
perkuliahan dan di luar kampus. Jadi kami sangat mencermati
perilaku mereka sehari hari saat berada di dalam perkuliahan
dan diluar kelas. Komitmen mereka terbangun motivasi dalam
proses kepemimpinan diri yang berahklak, otentik, santun dan
berintegritas tangguh Terbangunnya mahasiswa yang
bersemangat untuk memberi yang terbaik bagi pekerjaan misi
Allah dengan penuh tanggung jawab, dapat dipercaya dan
profesional.. (W2/DS/02-12-2021).

C. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Kristiani Berbasis Asrama

Untuk tahun ajaran 2020–2022, peningkatan mutu pendidikan baik di


89

ranah akademik maupun non akademik mulai dipraktikkan. Setiap pagi seluruh

mahasiswa yang di asrama akan bangun pagi-pagi untuk bermeditasi atau saat

teduh, membangun relasi yang intim dengan Tuhan melalui berdoa dan membaca

Alkitab, hal ini dilakukan untuk membangun nilai Kudus. Sebelum prosedur

perkuliahan dimulai maka selama kurang lebih sepuluh menit, mahasiswa juga

berdoa bersama dengan dosen untuk meningkatkan efektivitas proses perkuliahan.

Bahkan diantara jam-jam kuliah juga mahasiswa mengikuti ibadah bersama di

kapel untuk mendengar paparan dan penjelasan dari Firman Tuhan. Pada malam

hari sebelum jam belajar mandiri maka mahasiswa juga akan masuk ke kapel dan

berdoa serta memuji Tuhan bersama selama tiga puluh menit. Kegiatan-kegiatan

ini adalah untuk membawa mahasiswa membangun karakter kudus. Selain

kegiatan yang berkaitan dengan nilai religius Kekudusan, maka kegiatan yang

membangun karakter kasih juga dilakukan setiap hari melalui berbagai tugas kerja

praktis; membersihkan seluruh area kampus dan asrama, memasak dan

menyediakan makanan di meja makan, dan membangun budaya saling membantu

dalam mengerjakan tugas-tugas harian sepanjang hari. Melalui jadwal kegiatan

harian yang sudah diprogramkan oleh pihak kampus, para mahasiswa berusaha

untuk menjalaninya dengan setia dan taat sebagai langkah untuk membangun

karakter komitmen sebagai orang-orang yang terpanggil untuk melayani Tuhan

secara penuh waktu baik sebagai pemimpin gereja maupun sebagai guru.

Perkerjaan-pekerjaan harian yang harus dilakukan setiap hari, ditambah dengan

ibadah –ibadah pribadi maupun ibadah bersama serta perkuliahan dengan tugas-

tugas yang cukup berat, terus berlangsung selama semester demi semester, seolah
90

tanpa jedah. Tuntutan dan tekanan dalam keseharian yang dirancangkan ini

membangun karakter tangguh. Dengan harapan, pada saat sudah di dunia nyata

atau di dunia kerja maka alumni STTIAA tidak akan mudah menyerah atau

dikalahkan oleh kesulitan dan penderitaan.

Pendidikan nilai nilai pendidikan karakter kristiani dikampus harus

direncanakan terlebih dengan baik dan matang disampaikan oleh Ketua STTIAA:

Dr. Rei Rubin Barlian, sebagai berikut.

Dalam perencanaan apapun itu harus dilakukan dengan baik,


termasuk perencanaan Pendidikan nilai nilai pendidikan
karakter kristiani ini Pendidikan karakter merupakan program
STTIAA Trawas Mojokerto. jadi seluruh Pendidikan nilai nilai
karakter pada mahasiswa sudah ada panduannya, tinggal
bagaimana kita mensinergikan dan melihat Visi misi lembaga
menjadi hal penting dalam melandasi perencanaan program
Pendidikan karakter kristiani ini. (W3/KSTTIAA / 14- 04-
2021)

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter sangat terlihat dalam

perilaku mahasiswa sehari harinya. Hal ini ditunjang dengan data dokumentasi

yang ada tentang Buku pedoman Mahasiswa yang diperbaharui setiap

tahunnya.

Sesuai dengan gambaran di atas, STTIAA Trawas Mojokerto memiliki

strategi untuk mengembangkan prinsip-prinsip pendidikan karakter Kristiani,

yaitu menciptakan pribadi-pribadi yang dapat diandalkan, bertaqwa, berakhlak

mulia, pandai, berprestasi, mandiri, berwawasan lingkungan, dan berwawasan

global.

Lembaga STTIAA bermaksud mengembangkan pendidikan karakter

berdasarkan standar kebenaran Firman Tuhan , yang meliputi peningkatan sikap


91

religius (kekudusan), sikap sosial (Kasih kepada sesama), sikap dan sikap mandiri

(komitmen dan tangguh)). Hal ini sesuai dengan apa yang dilihat para akademisi

saat melaksanakan ibadah di Kapel STTIAA Trawas Mojokerto. Hal ini juga

sesuai dengan maksud dan tujuan lembaga untuk meningkatkan pendidikan

karakter. Semua peserta dalam program ini terlibat, termasuk ketua STTIAA

Trawas Mojokerto, dosen, dan staf/karyawan. Hal ini menurut Dr. Ana Budi

Kristiani dari Waka 1: Bidang Akademik memberikan justifikasi sebagai berikut.

Dalam merencanakan program selalu melibatkan berbagai


macam komponen terutama masyarakat dan orang tua. Hal ini
dilakukan agar dalam menentukan program-program STTIAA
Trawas Mojokerto selama satu tahun terarah dan terukur serta
benar-benar dapat mewujudkan keinginan dan harapan
masyarakat ( dunia kerja) dan orang tua mahasiswa.
(W/WKSTTIAA/14-04-2021)

Temuan dari wawancara menunjukkan bahwa saat memilih program

pendidikan karakter, maka yang sangat menonjol di STTIAA adalah hidden

curriculum, dalam membentuk karakter para mahasiswa. Dokumen yang

diperoleh lebih lanjut menunjukkan bahwa prinsip, Waket 1, termasuk termasuk

yang membidangi kurikulum, Waket III: kemahasiswaan, Bapak dan Ibu Asrama,

dan Waket IV: humas, hadir saat rapat memutuskan program kerja STTIAA

Trawas Mojokerto. Dosen, pembimbing Small Group, panitia, yayasan adalah

peserta tambahan. Sebagai salah satu bentuk upaya program yang akan

dilaksanakan pada tahun berikutnya, rapat perumusan ini dilakukan pada awal

tahun ajaran. Ibu Dr. Susana Endang S selaku Waket III: Bidang Kemahasiswaan

kembali menegaskan hal tersebut dengan memberikan penjelasan sebagai berikut.

Sebelum awal Tahun ajaran maka pihak STTIAA Trawas


Mojokerto dengan semua Dosen dan juga Yasasan menyusun
92

program termasuk juga kemahasiswaan yang bertanggung


jawab terhadap program selama satu tahun kedepan. Program-
program yang disusun semuanya ada kaitannya dengan muatan
pendidikan karakter baik melalui kegiatan ekstra kurikuler
maupun pembinaan keorganisasian yang serupa.
(W3/WKSTTIAA/ 14- 04-2021)

Penjelasan menunjukan terdapat adanya rapat penyusunan program

Kampus yang dilakukan di STTIAA. Hal tersebut sebagaimana hasil dokumentasi

yang peneliti peroleh sebagai berikut.

Gambar 4.2
Rapat Civitas Akademika dalam Merumuskan Program
Sumber: Dokumentasi STTIAA, 2021

Mengidentifikasi potensi yang dimiliki STTIAA Trawas Mojokerto untuk

meningkatkan pendidikan karakter merupakan langkah awal dalam

mengembangkan program STTIAA Trawas Mojokerto yang berkaitan dengan

inisiatif tersebut. Pendekatannya adalah untuk memeriksa bakat, minat, dan

perilaku mahasiswa serta interaksi mereka dengan sesama mahasiswa, Dosen, staf

dan karyawan lainnya. Selain itu, dalam menghitung potensi STTIAA Trawas
93

Mojokerto, kami mempertimbangkan kualitas sumber daya manusia yang tersedia,

khususnya pendidik dan instruktur, serta sarana dan prasarana yang

mendukungnya. Demikian menurut Waket 2 STTIAA Trawas Mojokerto.

Proses perumusan program pendidikan karakter disini, diawali


dengan mengidentifikasi potensi dan kekuatan yang dimiliki
oleh STTIAA Trawas. Termasuk yang saya lakukan sebagai
waka sarana prasarana selalu melihat terlebih dahulu
bagaimana kelengkapan fasilitas yang ada. Contoh, program
Ibadah bersama maka saya akan bertanggung jawab
bagaimana menyiapkan fasilitas itu yaitu kapel. Contoh lagi,
program tentang Mahasiswa peduli lingkungan maka saya
harus menyiapkan segala sesuatunya termasuk sapu, tempat
sampah, dan lain sebagainya. Nah, jadi begitu penyusunan
program harus disesuaikan dengan kemampuan dan potensi
Kampus. (W3/WKSTTIAA /14-04-2021)

Penjelasan ini melihat apa yang ada di STTIAA Trawas Mojokerto.

Peneliti melakukan observasi tentang potensi yang ada di STTIAA mulai dari

sarana dan prasarana baik yang mendukung secara langsung ataupu yang tidak

terhadap Pendidikan karakter. Peneliti melihat terdapat kapel atau tempat ibadah

yang cukup besar dan memadai untuk melaksanakan pendidikan karakter dari segi

religiusitas.

Sekolah Tinggi menyeleksi nilai-nilai karakter yang akan ditanamkan dan

dikuatkan selama di STTIAA Trawas Mojokerto sebagai bekal masa depan

mahasiswa tersebut sekaligus merancang dan menyelenggarakan program-

program untuk memajukan pendidikan karakter. Tindakan STTIAA Trawas

Mojokerto pertama-tama mematuhi petunjuk pelaksanaan peningkatan pendidikan

karakter yang diberikan kepada lembaga. 18 nilai karakter yang selama ini telah

disebutkan oleh pihak Sekolah Tinggi, antara lain: iman, kejujuran, toleransi,

disiplin, kerja keras, kreativitas, kemandirian, demokrasi, rasa ingin tahu,


94

kebanggaan bangsa, cinta tanah air, menghargai kesuksesan,

keramahan/komunikatif, cinta kasih. cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sesama, dan tanggung jawab.

Selain 18 nilai karakter, STTIAA Trawas Mojokerto mengembangkan

nilai-nilai mendesak yang harus dimasukkan ke dalam kurikulum. Last but not

least, sekolah mempromosikan empat ciri utama karakter kristiani STTIAA yakni

Kudus , kasih, komitmen dan tangguh (KUKAKOTA). Berikut sambutan ibu

Trivina Ambarsari S, menurut Wakil Ketua 2 STTIAA.

Perencanaan Pendidikan karakter yang dilakukan disini yaitu


mengacu pada pedoman nilai-nilai karakter kristiani STTIAA
yaitu terdapat 4 karakter utama, kudus, kasih, komitmen dan
tangguh. Ini semuanya dijadikan landasan dalam setiap
program yang dibuat sekolah. Contoh dalam proses
pembelajaran, Dosen dalam membuat RPS harus memasukan
nilai-nilai karakter tersebut. Begitu juga program yang lainnya.
Program wajib ibadah, ini kan menunjukan sikap menjaga
kekudusan, dan lain sebagainya, masih banyak lagi mas.
(W3/WKSTTIAA /14- 04-2021)

Klaim ini membuktikan bahwa sambil mengembangkan program untuk

mempromosikan pendidikan karakter, nilai-nilai karakter juga telah dirancang

untuk ditanamkan dan dipupuk demi kepentingan mahasisiswa sekarang dan di

masa depan. Data dokumentasi yang dikumpulkan di sekolah tinggi juga

mendukung hal tersebut. Banyak publikasi sering menjadi pengingat akan

pentingnya moral bagi mahasiswa dan tenaga kependidikan lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa memasukkan nilai- nilai

karakter Kristiani ke dalam rencana pembelajaran setiap mata pelajaran

memperkuat pendidikan karakter Kristiani. Karakter rasa ingin tahu, teliti, dan

kebersamaan diajarkan, mirip dengan pembelajaran spiritual. Alhasil, setiap


95

pelajaran memuat informasi tentang metode yang akan digunakan, media yang

akan digunakan, serta teknik dan strategi yang akan digunakan. Untuk

menanamkan karakter siswa yang terintegrasi melalui program pendidikan, semua

itu diperlukan. Pengelolaan kelas diperlukan untuk pelaksanaan program terpadu

Pendidikan karakter Kristiani melalui proses pembelajaran. Dosen harus mampu

menguasai kelas dengan mengajarkan dan menanamkan prinsip-prinsip moral

kepada mahasiswanya. Tujuan pengelolaan kelas adalah untuk mengawasi dan

mengarahkan kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di ruang kelas.

Budaya di STTIAA Trawas Mojokerto tercipta melalui proses pembiasaan,

baik sesama mahasiswa, antara mahasiswa dengan dosen, maupun antara

mahasiswa dengan mahasiswa lainnya. Karena itu program Pendidikan karakter

Kristiani, semuanya dilakukan. Keberhasilan program Pendidikan karakter

STTIAA Trawas Mojokerto diukur dari penanaman dan Pendidikan nilai-nilai

karakter melalui kultur sekolah.

Pengembangan karakter pada siswa membutuhkan lebih dari sekedar

kebiasaan sehari-hari; juga memerlukan dukungan dosen dan civitas akademika.

Keteladanan ini diperlukan karena Pendidikan karakter sangat bergantung

padanya. Hal tersebut disampaikan Wakil Kepala Bidang Sarpras sebagai berikut.

Dalam Pendidikan karakter menurut saya dibutuhkan juga


adanya keteladanan bukan hanya sekedar pembiasaan.
Keteladanan menjadi bagian dari pembudayaan karakter siswa.
Keteladanan ini bukan hanya sekedar menjadi tanggung jawab
guru namun menjadi tanggung jawab bersama seluruh warga
sekolah. Kalau saya kan sebagai guru, maka saya harus mampu
menjadi contoh buat para siswa. Ketika saya mengatakan harus
disiplin atau tepat waktu, maka saya juga harus disiplin. Ketika
saya menyuruh berpakaian rapi, maka saya juga harus
berpakaian rapi juga. (W3/WKSP/ 14- 04-2021)
96

Salah satu kunci peningkatan pendidikan karakter adalah keunggulan.

Semua anggota staf harus mampu menjadi panutan yang kuat bagi siswa. Dosen

khususnya harus mampu memberikan contoh untuk mendemonstrasikan cara

berpakaian, berbicara, bahkan melakukan hal-hal terkecil sekalipun. Telah diamati

bahwa sebagian besar dosen dan karyawan di STTIAA mampu menampilkan

sikap dan perilaku yang baik.

Klaim tersebut di atas menunjukkan bahwa meskipun tidak semuanya

mampu memberikan contoh, namun mayoritas atau sebagian besar dari mereka

mampu. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter dipraktikkan di samping

kegiatan belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler, dan pembiasaan di kampus.

Anggota sekolah juga memberi contoh. Semua ini dapat berhasil jika masyarakat

dan seluruh warga kampus terlibat.

Dalam rangka memajukan pendidikan karakter di STTIAA, warga

masyarakat yang meliputi orang tua, tokoh pendidikan, dan tokoh

masyarakat (rohaniwan) dilibatkan. Mereka semua disebut sebagai pemangku

kepentingan STTIAA. Mereka mengikuti program pengembangan karakter

dengan mengikuti berbagai kegiatan. Masyarakat terus terlibat, baik secara

langsung maupun tidak langsung, dalam pelaksanaan inisiatif untuk meningkatkan

pendidikan karakter Kristiani, baik dari segi ide maupun uang. Agar STTIAA siap

melaksanakan program pembangunan pendidikan karakter, keterlibatan

masyarakat sangat penting.

Berdasarkan informasi dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi

tersebut di atas, terdapat beberapa hal yang akan dijadikan sebagai data primer
97

dalam pelaksanaan program Pendidikan karakter Kristiani, antara lain:

keterpaduan di semua mata pelajaran melalui proses pembelajaran dan kelas

pengelolaan, melalui pembinaan kemahasiswaan dengan kegiatan ekstrakurikuler

dan kegiatan organisasi, serta pembiasaan dan pembudayaan lingkungan kampus,

keteladanan perilaku serba bisa, serta penggunaan teknik pengelolaan bahasa dan

perilaku yang positif.

Berikut ini adalah tabel terkait nilai-nilai karakter kristiani yang

diharapkan bisa menjadi karakter mahasiswa melalu peraturan dan tatatertib yang

diterapkan dalam berbagai lini kegiatan harian di kampus dan asrama STTIAA.

Tabel 4.1
Penjabaran Nilai-nilai Karakter Kristiani dalam objektifitas dan
key Performance Indikator

NILAI OBJEKTIFITAS KPI


INTI
Kudus Sifat terbangunnya budaya 1. Pembelajar memahami nilai-nilai
kesadaran menjaga kekudusan hidup dan mampu
kekudusan hidup, menjaga menjaga kekudusan hidup secara
intensitas hubungan holistik melalui sikap hidup
pribadi dengan Allah, saleh.
serta rela dan berserah 2. Pembelajar mau menjalani proses
dalam ketaatan kepada pengudusan diri dengan menjaga
Allah intensitas hubungan pribadi
dengan Allah
3. Pembelajar menunjukkan sikap
ketaatan atas otoritas dalam
proses menyerahan diri atas
pembentukan Allah
Kasih Sifat terbangunnya hati 1. Pembelajar memahami makna
yang mengasihi atas kasih Allah atas manusia yang
kesadaran bahwa Yesus terinternalisasi di dalam hidupnya
Kristus telah memberi dengan buah Roh yang
kasih-Nya bagi manusia dan dinyatakan.
mampu 2. Pembelajar memiliki belas kasih
mengaplikasikannya kepada atas sesama melalui sikap hidup
sesama yang memperhatikan orang lain,
rela berkorban dan ‘ringan
98

tangan’ dalam menolong sesama.

Komit- Terbangunnya motivasi 1. Pembelajar memiliki kemampuan


men dalam proses mengelola motivasi diri dalam
kepemimpinan diri yang mengerjakan tugas dan
berahklak, otentik, santun tanggung-jawabnya.
dan berintegritas 2. Pembelajar menjalani sikap hidup
‘apa adanya’/ tidak dibuat-buat
serta memiliki ahklak yang
berpadanan dengan nilai-nilai
Kristus; Memiliki kejelasan sikap
yang berpatokan pada kebenaran
(integritas).
3. Pembelajar memiliki sikap teguh
dalam mempertahankan nilai-
nilai kebenaran Kristus.
Tangguh Terbangunnya pribadi yang 1. Pembelajar memiliki ketahanan
bersemangat untuk memberi diri atas tantangan emosi, situasi
yang terbaik bagi pekerjaan dan kondisi pergumulan pribadi/
misi Allah dengan penuh keluarga dengan bersikap bijak
tanggung jawab, dapat dan memberi performa diri yang
dipercaya dan profesional tenang di tengah permasalahan.
2. Pembelajar mampu mengelola
potensi dan kompetensi diri
hingga memiliki jiwa pembelajar
dan terbuka (open minded).
3. Pembelajar mampu mengelola
kepemimpinan diri untuk
memimpin orang lain dengan
prinsip dan nilai kekeristenan
(kasih dan adil).

D. Evaluasi kurikulum Pendidikan Karakter Kristiani

Evaluasi diperlukan untuk menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu

program dalam melaksanakan inisiatif pembangunan pendidikan karakter.

Penilaian yang dilakukan sebagai bagian dari inisiatif untuk mempromosikan

pendidikan karakter telah direncanakan dengan baik. Di STTIAA Trawas

Mojokorto instrumen penilaian dibuat terlebih dahulu sebelum dilakukan kegiatan


99

evaluasi. Wakil Ketua Kurikulum menjelaskan hal tersebut.

Upaya untuk mengoptimalkan program pendidikan karakter di


STTIAA Mojokerto, kami biasanya melakukan evaluasi
terhadap progam ini. Namun sebelum mengevaluasi, kami
terlebih dahulu menyusun instrumen yang akan digunakan
untuk melakukan evaluasi. Instrumen yang kami buat
mengacu pada pedoman penilaian dan evaluasi Pendidikan
karakter dari kemendikbud. Kemudian pedoman ini kami
modifikasi sesuai dengan kebutuhan kampus. Namun secara
keseluruhan instrumen yang kami buat, tidak jauh dari
pedoman buatan kemendikbud. (W4/WK /14-04-2021)

Tahap awal proses evaluasi, yaitu pembuatan dan pengembangan

instrumen yang akan digunakan untuk penilaian, ditunjukkan dengan uraian Wakil

Ketua untuk Bidang Kurikulum. Buku pegangan untuk menganalisis dan

mengevaluasi program Pendidikan karakter digunakan, bersama dengan

pengamatan, untuk lebih menjelaskan klaim ini. Alat evaluasi yang digunakan

oleh institusi pendidikan tinggi telah dirinci sepenuhnya dalam manual.

Alat penilaian program Pendidikan karakter meliputi beberapa komponen,

seperti evaluasi penilaian, visi, misi, dan perumusan kebijakan, desain program,

implementasi nilai-nilai kunci karakter, dan evaluasi terkait dengan pelaksanaan

program Pendidikan karakter. Penilaian harus dilakukan setelah instrumen telah

dirakit dan dibuat. Evaluasi yang dilakukan oleh pihak internal dan eksternal

merupakan dua kategori utama dari program peningkatan pendidikan karakter.

Ketua STTIAA Trawas Mojokerto mengkomunikasikan hal ini dengan

mengatakan hal berikut.

Kegiatan evaluasi program Pendidikan karakter kristiani yang


ada disini dilakukan melalui 2 bagian. Bagian pertama,
evaluasi dilakukan oleh pihak internal yaitu saya sendiri selaku
ketua lemabaga STTIAA kemudian wakil ketua dosen dan
tenaga kependidikan. Bagian yang kedua, yaitu evaluasi yang
100

dilakukan oleh pihak eksternal biasanya ini dilanjukan oleh


dinas pendidikan, pengawas Perguruan Tinggi dan juga
dilakukan oleh yayasan. Bagi kami keterlibatan eksternal
menjadi bagian penting dari evaluasi agar kami tau sejauh
mana program ini menurut pandangan orang lain. (W4/KS /14-
04-2021)

Justifikasi ini menunjukkan adanya dua model evaluasi di STTIAA, yaitu

evaluasi internal dan eksternal. Evaluasi oleh pihak luar, khususnya evaluasi

berdasarkan aturan dan pedoman, dilakukan oleh dinas pendidikan tinggi,

penyelenggara STTIAA, dan Yayasan. Evaluasi Diri Sekolah berfungsi sebagai

wahana evaluasi yang dilakukan oleh dinas pendidikan tinggi. Ketua STTIAA

menyusun buku Pedoman Mahasiswa dengan dibantu para wakil ketua, dosen,

dan tenaga kependidikan. Sedangkan yang melibatkan orang tua menilai pedoman

yang ditetapkan di STTIAA dan disepakati bersama di awal tahun ajaran.

Biasanya, evaluasi ini berbentuk kolaborasi orang tua STTIAA.

Selain pihak eksternal, pihak internal juga ikut berpartisipasi dalam

evaluasi program Pendidikan karakter Kristiani. Evaluasi keseluruhan program

Pendidikan karakter Kristiani dilakukan dalam rapat umum dengan partisipasi

dosen dan tenaga kependidikan. Evaluasi ini dibagi menjadi dua bagian.

Ketua STTIAA Trawas Mojokerto mempertanyakan keefektifan masing-masing

komponen selama pembahasan rapat. Kemudian masing-masing komponen yang

dapat dipertanggung jawabkan menggambarkan seberapa baik kinerjanya dengan

menyebutkan kedua faktor yang membantu dan menghambat pelaksanaan

program. Rapat evaluasi kemudian beralih ke pengembangan solusi dan saran

untuk perbaikan di masa mendatang. Hal tersebut disampaikan Wakil Kepala

Bidang Sarpras sebagai berikut.


101

Bersama-sama, kami menganalisis setiap program yang kami


kembangkan, termasuk yang memperkuat pendidikan karakter.
Ketua STTIAA menerima laporan dari masing- masing
penanggung jawab baik secara lisan maupun tertulis. Tinjauan
ini seringkali mencakup potensi implementasi program,
potensi hambatan dan pendukung, serta solusi yang diusulkan.
(W4/WKSP/ 14-04-2021)

Kartu Hasil Studi akademik digunakan untuk mengevaluasi mahasiswa

dan instruktur. Ada empat kategori penilaian pada Kartu Hasil Studi: kategori

spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Dari penjelasan tersebut, dapat

digambarkan bahwa di STTIAA evaluasi program Pendidikan karakterkristiani

masuk di dalam komponen penilaian raport yaitu aspek spiritual dan sosial.

Evaluasi dan penilaian ini dilakukan oleh dosen terhadap mahasiswanya. Untuk

memperkuat maka peneliti melakukan pengecekan terhadap dokumen Kartu Hasil

Studi mahasiswa dan ditemukan memang benar adanya penilaian karakter

tersebut.

Tindak lanjut hasil evaluasi sangat penting dilakukan pasca evaluasi.

Sangat penting untuk menindaklanjuti berdasarkan data yang telah dikumpulkan,

laporan yang telah ditulis, dan temuan evaluasi. Hal ini penting untuk

pembangunan berkelanjutan. Akan ada hadiah jika evaluasi menunjukkan kinerja

dan hasil yang kuat. Di sisi lain, jika hasil kinerja di bawah standar atau bahkan

buruk, mereka akan didisiplinkan. Demikian juga dengan sanksi yang akan

diberikan kepada mahasiswa yang melanggar peraturan.

Evaluasi program-program untuk mempromosikan pendidikan karakter

Kristiani dapat disimpulkan dari data wawancara, observasi, dan dokumentasi

yang diberikan di atas sebagai berikut. Langkah pertama dalam melakukan


102

evaluasi adalah membuat dan menyusun alat evaluasi. Kedua, evaluasi dilakukan

dengan bantuan pihak internal maupun eksternal. Ketiga, review dilakukan oleh

pihak luar, antara lain yayasan, dinas pendidikan, dan pengelola kampus.

Sedangkan evaluasi dilakukan secara internal oleh Ketua STTIAA, guru

besar, dan staf. Keempat, ada dua komponen evaluasi internal: penilaian ketua

STTIAA terhadap sivitas akademika terkait dengan semua program Sekolah

Tinggi dan penilaian dosen terhadap karakter, perilaku, dan perolehan

pengetahuan dan keterampilan mahasiswanya. Kelima, untuk menciptakan

perubahan yang berkesinambungan, hasil penilaian harus ditindaklanjuti.

Bagan 4.1
Existing Model Manajemen Pendidikan Karakter Kristiani Di STTIAA Trawas
Mojokerto
BAB V
DISKUSI TEMUAN PENELITIAN

A. Diskusi Hasil Temuan Penelitian

1. Kurikulum Pendidikan Karakter Kristiani Berbasis Asrama di

STTIAA Trawas Mojokerto

Pendidikan karakter menjadi bagian penting dalam proses pendidikan di

setiap lembaga sekolah termasuk di STTIAA Trawas Mojokerto. Penanaman dan

Pendidikan karakter kristiani diseragamkan ke seluruh mahasiswa di STTIAA

merupakan hal penting. Dengan alasan bahwa mahasiswa adalah calon pemimpin

gereja dan guru agama. Mereka kelak bertanggung jawab sebagai pemimpin

gereja atau guru. Pendidikan karakter kristiani bukan saja diterapkan dilingkungan

kampus namun juga di keluarga dan masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan

ini memiliki fungsi masing-masing dan tetap bersinergi.

STTIAA Trawas Mojokerto merupakan komponen pendidikan karakter

yang sangat penting dalam rangka menyerap dan memperdalam pendidikan

karakter Kristiani dalam segala proses pembelajaran maupun non pembelajaran.

Upaya menguatkan dan mengembangkan karakter bagi mahasiswa, kampus

dituntut harus mampu melakukan rumusan dan strategi yang kreatif dan

jitu.

Kampus yang afektif adalah Pendidikan Tinggi yang mampu mengelola

setiap program dan kegiatannya dengan baik. Pihak penyelenggara lembaga

pendidikan tinggi memiliki wewenang dan diberikan keleluasaan dalam

mengelola perkuliahan yang disebut dengan manajemen berbasis sekolah (MBS).


103
104

Prioritas nomor satu dalam pengembangan MBS adalah tata cara perencanaan

program kampus. Jika Anda merencanakan dengan benar, konsekuensinya akan

positif, tetapi gagal merencanakan sama dengan berniat gagal.

Perencanaan adalah hubungan antara apa yang sekarang terjadi dan

bagaimana seharusnya dikaitkan dengan kebutuhan, menciptakan tujuan, prioritas,

program, dan alokasi sumber daya. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya

pendidikan karakter Kristiani di STTIAA Trawas Mojokerto. Menurut

Cunningham (dalam Uno, 2012), perencanaan adalah proses memilih dan

menggabungkan informasi, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa depan dengan

tujuan konseptualisasi dan membentuk tujuan yang dimaksud, urutan tugas yang

diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang diterima. .

Pengembangan kurikulum yang lebih kuat untuk pendidikan karakter

Kristiani menunjukkan bahwa persiapan telah dilakukan dengan benar dan

semaksimal mungkin bagi siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya indikator-

indikator yang ada dan terpantau digunakan di kampus. Pendidikan karakter

selaras dengan tujuan utama perencanaan program. Tentang upaya memilih

mahasiswa atau tentang perencanaan pendidikan karakter Kristiani.

Menghubungkan suatu tindakan dengan kepentingan potensial, upaya, atau upaya

untuk mencapainya, misalnya. Mahasiswa melakukan perjalanan ke Jawa dari

tempat-tempat seperti Sumatera, Papua, NTT, Lombok, atau Indonesia Timur.

Wujud dari itu adalah para mahasiswa itu termotivasi sebagai calon pemimpin

gereja dan guru agama kristiani di area asal mahasiswa. Di daerah asal tersebut

masih kekurangan pemimpin gereja dan guru agama kristiani.


105

Usaha yang dilakukan STTIAA Trawas Mojokerto adalah menfaatkan

mahasiswa dari daerah di atas sebanyak mungkin. Namun assessmen dan

penilaian bagi mahasiswa yang baru masuk tetap dilakukan pengelola kampus.

Perencanaan dalam konteks ilmu manajemen pendidikan mengacu pada persiapan

untuk menentukan pilihan berupa tindakan untuk menjawab tantangan atau

menyelesaikan tugas dengan tujuan untuk mencapai tujuan di lembaga

pendidikan. Para pengurus STTIAA Trawas Mojokerto telah melakukan aksi

serupa.

Temuan studi ini juga menunjukkan bahwa ide dan tujuan masa depan

dipertimbangkan saat merancang kampus. Visi STTIAA Trawas Mojokerto

menjadi landasan untuk mengembangkan program pendidikan karakter Kristiani

yang dilaksanakan di asrama. Sebuah strategi harus memiliki visi dan misi.

Menurut Wibisono (2006), visi adalah kumpulan ungkapan yang mengungkapkan

tujuan atau aspirasi suatu lembaga atau kelompok di masa depan. Atau, dapat

dikatakan bahwa visi adalah pernyataan tentang apa yang diinginkan oleh suatu

lembaga atau kelompok.

Kriteria visi menurut Wibisono (2006) ada enam yaitu menyatakan tujuan

atau keinginan masa depan perusahaan; ringkas, jelas, fokus, dan kaliber tertinggi;

realistis dan sejalan dengan kompetensi organisasi; menjadi menarik dan mampu

memicu komitmen dan semangat; cukup sederhana untuk diingat dan dipahami

oleh semua karyawan; dan dapat ditelusuri ke tingkat kepercayaan. Oleh STTIAA

Trawas, hal ini juga sudah dipraktekkan.


106

Pendidikan karakter direncanakan sebagian besar sesuai dengan visi dan

tujuan tersebut di atas. Visi sekolah berpusat pada pengembangan dan Pendidikan

karakter Kristiani di dalam Lampus. Oleh karena itu, anggota sekolah harus

mempertimbangkan visi dan misi kampus saat mengembangkan dan mengatur

inisiatif kampus. Selain mempertimbangkan visi dan tujuan, strategi peningkatan

pendidikan karakter Kristiani yang matang harus mempertimbangkan potensi

kampus.

Identifikasi potensi perencanaan matang dilakukan yaitu mengidentifikasi

kesiapan sumber daya manusia dosen dan karyawan, identifikasi ketersediaan

sarana dan prasarana kampus meliputi asrama bagi mahasiswa mahasiswi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa identifikasian dalam pemetaan potensi kampus

dilakukan secara bersama dengan tugas masing-masing wakil ketua STTIAA.

Contohnya, waket bidang sarana dan prasarana maka dia akan

mengidentifikasi terkait sarana dan prasarana asrama kampus yang akan

digunakan dalam pelaksanaan program pendidikan karakter kristiani. Begitu juga

waket bidang akademik kurikulum, akan mengidentifikasi sumberdaya dosen

yang tersedia untuk melaksanakan pendidikan karakter kristiani berbasis asrama.

Selain itu, identifikasi pembiayaan dan identifikasi tata kelola kampus

dilakukan secara bersama sama. Serta identifikasi karakter dan budaya yang akan

dikembangkan di kampus sebagai ciri khas pendidikan karakter kristiani di

STTIAA Trawas Mojokerto. Identifikasi seperti ini menjadi hal penting karena

menyangkut dengan persamaan persepsi seluruh warga kampus dan elemen-

elemen yang terlibat. Sanjaya, W. (2015) mengatakan bahwa desain perencanaan


107

membantu kita menyadari bahwa upaya untuk menyetarakan konsepsi tentang

perlunya membangun nilai-nilai karakter, seperti perguruan tinggi keagamaan,

idealnya dimulai dengan perencanaan untuk pertumbuhan pendidikan karakter.

Mengikuti penerapan kesan umum, lebih banyak tindakan akan diambil. Oleh

karena itu, penting untuk merancang strategi peningkatan pendidikan karakter

Kristiani di STTIAA Trawas, termasuk mendefinisikan, mengembangkan, dan

menetapkan nilai- nilai inti karakter Kristiani yang akan dikembangkan sejalan

dengan ajaran Yesus Kristus.

Nilai-nilai karakter kampus STTIAA Trawas Mojokerto meliputi nilai

kudus, kasih, komitmen dan tangguh; Selain nilai-nilai umum lainnya seperti

religius, nilai budaya bangsa (nasionalisme), nilai prestasi dan kemandirian

(kemerdekaan), nilai peduli (gotong royong), dan nilai integritas. Terdapat lima

kunci nilai karakter bagi peserta didik yang saling terkait untuk membangun

jaringan nilai dan perlu ditumbuhkembangkan sebagai prioritas dalam pendidikan

karakter, sesuai dengan kriteria peningkatan pendidikan karakter (Kemendikbud,

2018). Inilah kelima karakter tersebut.

a. Religius:

Hubungan individu dengan Tuhan, hubungan individu dengan orang lain,

dan hubungan individu dengan kosmos semuanya termasuk dalam kebajikan

(lingkungan) religius ini. Nilai orang saleh ini ditunjukkan dengan tindakan

mereka melindungi dan menghargai ciptaan Tuhan.


108

b. Nasionalis

Kepentingan bangsa dan negara didahulukan di atas kepentingan individu

dan kelompok, dan nilai karakter nasionalisme ditunjukkan melalui sikap dan

tindakan yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik

masyarakat

c. Mandiri

Kualitas karakter mandiri adalah mereka yang tidak bergantung pada orang

lain dan mencurahkan seluruh keberadaan seseorang (emosi, pikiran, dan waktu)

untuk mencapai tujuan seseorang.

d. Gotong royong

Menghormati semangat gotong royong dan bahu membahu untuk

memecahkan masalah bersama, membangun komunikasi dan persahabatan, serta

memberikan bantuan/pertolongan kepada mereka yang membutuhkan ditunjukkan

dengan nilai gotong royong.

e. Integritas

Memiliki integritas adalah nilai inti karena memotivasi seseorang untuk

berusaha menjadi orang yang dapat dipercaya orang lain untuk melakukan apa

yang mereka katakan akan mereka lakukan dan melakukannya dengan baik.

Seseorang yang berintegritas berdedikasi pada pekerjaannya dan sesamanya, dan

mereka setia pada prinsip moralnya (integritas moral).

Hasil dan kesimpulan kajian menunjukkan bahwa pembahasan

pembentukan program kampus dilakukan setelah adanya upaya untuk menilai


109

potensi STTIAA Trawas Mojokerto dan mengidentifikasi karakter Kristiani yang

perlu ditanamkan. Semua penghuni situs berpartisipasi dalam mengembangkan

kurikulum pendidikan secara kolaboratif. Kunci keberhasilan proses peningkatan

pendidikan karakter Kristiani adalah partisipasi seluruh dosen dan staf dalam

pengembangan kurikulum sekolah.

Mengikutsertakan setiap anggota kelompok atau lembaga di STTIAA

Trawas Mojokerto dalam rancangan kegiatan. Menurut Tjiptono & Diana (2003),

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan memiliki dua keuntungan. Pertama,

karena itu juga menggabungkan pendapat dan ide individu yang terkait

langsung dengan lingkungan kerja, itu meningkatkan kemungkinan bahwa itu

akan menghasilkan penilaian yang sangat baik, rencana yang lebih baik, atau

perubahan yang lebih efektif. Kedua, dengan mengikutsertakan mereka yang

harus melaksanakan pilihan, keterlibatan menumbuhkan rasa kepemilikan dan

tanggung jawab atas keputusan tersebut.

Temuan menunjukkan bahwa para dosen menyiapkan rencana

pembelajaran ala RPS sebelum memulai proses pembelajaran sebagai bagian dari

persiapan mereka untuk meningkatkan pendidikan karakter Kristiani (Rencana

Pelaksanaan Semester). Menurut Zuhdan (2011), alat atau perlengkapan

pendidikan digunakan untuk melakukan prosedur yang memungkinkan guru dan

siswa melakukan kegiatan pembelajaran. Sebagai instruktur melaksanakan

pengajaran di dalam kelas, laboratorium, atau di luar kelas, mereka menggunakan

perangkat pembelajaran sebagai pedoman.


110

Rumusan untuk mengembangkan pendidikan karakter Kristiani di

STTIAA Trawas Mojokerto ditemukan berdasarkan percakapan dan ulasan yang

telah dilakukan dengan membandingkan dan mengintegrasikan keadaan lapangan

dengan pemikiran saat ini. Rencana peningkatan pendidikan karakter di sekolah

setidaknya harus memenuhi empat kriteria. Pertama, visi dan tujuan kampus

dipertimbangkan saat membuat rencana untuk mempromosikan pendidikan

karakter Kristiani. Kedua, menyusun rencana peningkatan pendidikan karakter

Kristiani sekaligus mengidentifikasi potensi kampus melalui proses evaluasi.

Ketiga, dengan mengembangkan dan mengidentifikasi nilai-nilai karakter

Kristiani yang utama untuk ditanamkan, dilakukan perencanaan untuk

peningkatan pendidikan karakter Kristiani di kampus. Keempat, program kampus

dibuat dengan mengkolaborasikan ide-ide untuk mempromosikan pendidikan

karakter dengan seluruh bagian institusi.

Ciri khas STTIAA Trawas Mojokerto yang dapat dilihat sebagai wujud

dari gerakan revolusi mental mahasiswa yang juga diprakarsai oleh Presiden

Jokowi, sekaligus sebagai komponen kunci dari Nawacita pemerintah, adalah

Pendidikan karakter Kristiani yang berpusat di asrama. Pendidikan karakter

diposisikan oleh gerakan-gerakan seperti PPK (Pendidikan karakter) sebagai

aspek atau inti terdalam dari pendidikan nasional, menjadikannya tumpuan dan

tolak ukur yang paling krusial dalam penyelenggaraan pendidikan dasar dan

menengah. Gerakan PPK juga perlu memasukkan, meningkatkan, dan

memperluas berbagai prakarsa pendidikan karakter yang telah ada. Berbagi upaya

telah dilakukan guna untuk memaksimalkan program Pendidikan karakter, salah


111

satunya dengan mengasramakan mahasisiwa selama menempuh perkuliahan.

Demikian juga mengoptimalkan fungsi manajemen berupa pengorganisasian

program dalam Pendidikan pendidikan kristiani di STTIAA Trawas Mojokerto.

Hasil penelitian menunjukan bahwa STTIAA Trawas Mojokerto dijadikan

sebagai tempat menempuh ilmu dengan menyiapkan asrama bagi semuanya.

Perilaku dan tindak tanduk mahasiswa dikontrol dengan seksama. Sasaran

penelitian menyebutkan bahwa dalam mengorganisir sumberdaya manusia yakni

mahasiswa telah dilakukan dengan baik dengan memberikan tugas dan tanggung

jawab selalu di asrama. Hal ini sama dikatakan Mustari (2014) bahwa

pengorganisasian adalah pengelompokan operasi yang diperlukan, termasuk

pemilihan struktur organisasi serta tugas dan tanggung jawab masing-masing unit

organisasi.

Kepala asrama dikatakan berorganisasi, yang diartikan sebagai kegiatan

umum pengurus asrama dalam mengatur siswa dan mengidentifikasi peran

masing-masing siswa dengan tujuan mengembangkan kegiatan dengan pola

kekristianian yang ditentukan. Hasil dan temuan penelitian menunjukan bahwa

ketua asrama telah memiliki susunan struktur organisasi jelas seperti kapan

mahasiswa membersihkan halaman, toilet dan menjaga asrama sebagai giliran

berjaga. Berjaga adalah giliran mahasiswa untuk menegur dan menasehati bila

ada mahasiswa berbicara kasar, tidak terpuji dan semua hal yang dikategorikan

sebagai tindakan yang tidak mencerminkan pendidikan kristiani.

Wakil Ketua Bidang Kurikulum berfungsi menjamin keterlaksaan program


112

intrakurikuler dan ko-kurikuler serta proses pembelajaran yang optimal.

Pembinaan kemahasiswaan baik melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan

Senat Mahasiswa menjadi tanggung jawab wakil ketua bidang kemahasiswaan.

Wakil ketua bidang Sarana dan Prasarana menyiapkan dan mengelola fasilitas

guna mendukung program pendidikan karakter. Wakil ketua Bidang Humas

bertugas untuk menjamin adanya keterlibatan masyarakat dan stakeholder dalam

pembentukan karakter mahasiswa ini dikomunikasikan oleh Wakil ketua Bidang

Humas. Dosen memiliki tanggung jawab untuk mengelola pembelajaran dengan

maksimal, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta tindaklanjut

perbaikan.

2. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Kristiani Berasrama

Warga kampus STTIAA Trawas Mojokerto memiliki tanggung jawab dan

tugas untuk menyukseskan pendidikan karakter kristiani namun tidak kalah

penting juga adalah pembagian tugas (job dicription) bagi dosen dan karyawan

dalam kegiatan program ini. Mereka semua memiliki tugas dan tanggung jawab

masing masing. Dosen berfungsi sebagai pengawas dan kontrol terhadap

pelaksanaan kurikulum pendidikan karakter ini. Dosen sebagai agent dan

jembatan antara kampus dan orang tua memiliki tugas untuk ikut serta dalam

berbagai kegiatan kampus.

Semakin banyak orang yang berminat dan bertanggung jawab dalam

pelaksanaan peningkatan pendidikan karakter Kristiani STTIAA Trawas

Mojokerto, maka akan semakin sederhana. Namun, ini bertentangan dengan apa

yang dikatakan Edward III (1980). Pelaksanaan kegiatan seringkali menjadi


113

kurang terkonsentrasi karena lebih banyak pihak yang terlibat. Namun, jika

koordinasi dan pertanggung jawaban tidak terdistribusi dan suatu kegiatan

dilakukan secara luas, maka akan terjadi penumpukan tanggung jawab yang pada

akhirnya menyebabkan tertundanya pelaksanaan kegiatan dan program seperti

pendidikan karakter Kristiani.

Merujuk pendapat diatas, pembagian tugas sebenarnya justru akan

memudahkan untuk mengimplementasikan Pendidikan karakter karena telah

dibuat jobdisk/ tugas masing-masing unit pelaksana. Ini lah strategi pertama yang

digunakan dalam mensukseskan pendidikan karakter kristiani di kampus STTIAA

Trawas Mojokerto. Dengan demikian jika masing-masing melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya, maka pendidikan karakter akan dapat diimplementasikan

secara optimal dengan adanya pengorganisasian yang baik.

Seluruh dosen yang dimaksud merupakan pegawai STTIAA Trawas.

Setiap dosen dan pegawai harus mampu meningkatkan pendidikan karakter sesuai

dengan tanggung jawab dan fungsinya karena pendidikan karakter dirancang

untuk menjadi tugas bersama. Namun, menyelesaikan pekerjaan saja tidak cukup;

juga harus ada kerjasama dan komunikasi. Hal ini sejalan dengan penegasan

Kemendikbud (2018) bahwa organisasi Gerakan PPK berfungsi sebagai kerangka

koordinasi antar semua pihak yang terlibat dalam ekosistem pelaksanaan PPK.

Sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing, semua pelaku

menciptakan jaringan dan kerja sama yang terintegrasi.

Koordinasi dilakukan untuk menyamakan kedudukan dan memudahkan


114

dalam mengoreksi masalah karakter pada mahasiswa. Menurut Nawawi (2005),

koordinasi adalah kegiatan mengorganisasikan, mempertemukan metode, bahan,

pemikiran, saran, dan cita-cita pribadi dalam lingkungan kerja yang serasi, saling

mengisi, dan saling mendukung agar pekerjaan terjadi secara efisien dan utuh.

terfokus pada pencapaian tujuan yang sama. Perlu kerja sama antar unit dan

pelaku kebijakan agar berfungsi secara efektif. Koordinasi dilakukan agar setiap

orang yang terlibat dapat sepakat untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan

bersama.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Pratiwi (2016) bahwa koordinasi akan

efektif jika dilakukan secara terus menerus dari awal hingga akhir proyek,

mengupayakan hubungan dan pertemuan antara berbagai pihak yang terlibat, dan

mengembangkan keterbukaan sehingga jika terdapat perbedaan pandangan

mereka dapat didiskusikan dan dipecahkan bersama.

Dalam pengorganisasian Pendidikan karakter kristiani tidak hanya sekedar

pemberian tugas dan tanggung jawab pada masing-masing individu, namun juga

perlu adanya peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang diberikan tugas.

Strategi kedua ini diharapkan akan mampu dengan maksimal untuk melakukan

pengorganisasian. Selain itu, ini akan membuat implementasi program lebih

mudah. Hal ini sejalan dengan penegasan Edwards III bahwa implementasi

akan berhasil jika aparatur pelaksana memiliki kewenangan untuk

menyelesaikan tugas dan mewujudkan rencana/program dalam bentuk

pelayanan publik (lihat Fathurrohman, et al., 2013). Program tidak dapat

dilaksanakan dengan baik karena kurangnya sumber daya manusia (jumlah dan
115

keterampilan), yang tidak dapat melakukan pengawasan secara menyeluruh. Pihak

kampus mengadakan penyuluhan atau semacam pelatihan dengan

mendatangkan narasumber dari luar kampus sebagai taktik ketiga untuk

memperkuat tanggung jawab dosen dan tenaga kependidikan. Kinerja organisasi

kampus dapat diubah dan ditingkatkan melalui penggunaan keterampilan SDM.

Kompetensi mengacu pada hak setiap profesor untuk melaksanakan kegiatan

atau membuat pilihan sesuai dengan pengalaman, pengetahuan, dan bakatnya

sesuai dengan pekerjaannya di dalam perusahaan.

Hal ini mendukung pernyataan Herman (2011) bahwa setiap keterampilan

karyawan harus dapat mendukung pelaksanaan strategi organisasi dan setiap

modifikasi yang dilakukan manajemen. Jumlah dan kualitas pengetahuan yang

dimiliki oleh sumber daya manusia organisasi harus terus ditingkatkan melalui

berbagai pelatihan. Menurut Kurniawan (2013), keberhasilan seorang guru

dalam melaksanakan tugasnya tergantung pada tingkat kompetensinya.

Notoatmodjo (2009) berpendapat bahwa pendidikan, kesehatan, dan

ekonomi adalah tiga penentu utama kualitas sumber daya suatu negara. Dalam

lingkup mikro, tenaga kerja, karyawan, atau karyawan merupakan sumber daya

manusia yang menjadi sasaran dalam suatu unit kerja. Sumber daya manusia

atau personel lembaga memainkan peran penting dalam memastikan

keberhasilan lembaga atau departemen yang bersangkutan. Selain itu ada aspek

lain seperti kata Hariandja (2002) menegaskan bahwa sumber daya

manusia merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu perusahaan.

Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan, sumber daya manusia


116

harus ditangani secara efektif.

Berdasarkan hal tersebut, sumber daya manusia kampus STTIAA Trawas

Mojokerto berperan penting dalam meningkatkan pendidikan karakter Kristiani

di asrama. Program pendidikan karakter dapat berhasil jika didukung oleh

sumber daya manusia yang memadai, baik dari segi pendidikan, kompetensi,

maupun pengalaman, karena merekalah yang mendorong dan menjalankan

program tersebut. sehingga akan lebih mudah untuk mengatur dan

mengalokasikan pekerjaan dan tanggung jawab.

Pendidikan karakter Kristiani harus lebih terstruktur baik dari segi sumber

daya fasilitas maupun sumber daya manusia dosen dan karyawan (Hariandja,

2002). Pelaksanaan pendidikan karakter dapat terwujud dan terlaksana dengan

baik apabila fasilitas yang tersedia cukup dan memadai. Temuan menunjukkan

bahwa STTIAA Trawas Mojokerto memiliki infrastruktur yang sesuai,

termasuk 6 kamar dengan enam belas mahasiswa tidur di tempat tidur susun.

Taktik keempat adalah menyediakan bangunan yang layak, tempat ibadah,

fasilitas olah raga, perpustakaan, dan fasilitas lainnya untuk melengkapi program

pendidikan karakter Kristiani di asrama.

Hal ini menunjukkan pernyataan Sanjaya (2010) bahwa fasilitas adalah

segala sesuatu yang secara langsung berkontribusi pada terselenggaranya proses

pembelajaran secara efisien, seperti bahan ajar, alat ajar, perlengkapan sekolah,

dan sebagainya. Segala sesuatu yang secara potensial dapat membantu efektivitas

proses pendidikan di kelas disebut sebagai infrastruktur. Tanda atau kebutuhan

sekolah yang baik lainnya adalah adanya fasilitas belajar yang lengkap dan
117

sesuai di lokasi STTIAA Trawas. Pendidikan tinggi yang menunjukkan derajat

kinerja yang diinginkan dalam melaksanakan proses pembelajaran, dengan

menunjukkan hasil belajar yang sangat baik bagi peserta didik sesuai dengan tugas

pokoknya didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, dikatakan

sebagai perguruan tinggi yang efektif.

Temuan studi ini juga menunjukkan bahwa inisiatif untuk meningkatkan

pendidikan karakter Kristiani di kampus berasrama akan mudah dilaksanakan jika

fasilitas kampus yang sesuai tersedia. Kehadiran beberapa tempat sampah akan

mendorong individu untuk membuang sampahnya dengan benar, dan tempat

parkir yang luas akan mengurangi parkir sembarangan dan menumbuhkan

kedisiplinan di kalangan mahasiswa dan staf. Sistem manajemen yang baik

diperlukan untuk infrastruktur atau fasilitas sumber daya. Formula organisasi

untuk meningkatkan pendidikan karakter di STTIAA Trawas Mojokerto dapat

ditemukan dalam empat metode berikut berdasarkan pembicaraan dan evaluasi

yang telah dilakukan dengan menggabungkan situasi lapangan yang sebenarnya

dengan ide-ide yang diterima.

a. Komponen kunci dari rencana implementasi adalah pemberian tugas dan

tanggung jawab kepada setiap warga kampus untuk meningkatkan

pendidikan karakter.

b. Koordinasi dan komunikasi antara pelaksana dan penanggungjawab

pekerjaan digunakan untuk menjalankan strategi implementasi. Eksekusi

strategi tersebut dilakukan melalui peningkatan kualitas sumber daya

manusia yaitu dosen dan tenaga kependidikan lainnya di perguruan tinggi.


118

c. Sumber daya yang cukup dikumpulkan untuk melaksanakan rencana

pelaksanaan sarana dan prasarana.

d. Setiap kegiatan kampus dapat dipadukan dengan penerapan

pengembangan pendidikan karakter kristiani di STTIAA Trawas

Mojokerto

Setiap aktivitas mahasiswa berpotensi sebagai alat untuk mengembangkan

karakter, menumbuhkan kesadaran, dan membimbing mahasiswa untuk bertindak

sesuai dengan cita-cita yang berlaku (Jeynes, 2017). Temuan penelitian ini

menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip karakter kristiani telah dimasukkan ke

dalam berbagai kegiatan mahasiswa, termasuk akademik dan ekstrakurikuler.

Inilah yang dianggap wajib; meningkatkan pendidikan karakter membutuhkan

strategi dan eksekusi. Pentingnya peningkatan pendidikan karakter melalui

kurikulum dan mengintegrasikannya ke dalam proses pembelajaran menjadi salah

satu hal yang peneliti temukan.

Pengenalan nilai, penyediaan sarana untuk menumbuhkan kesadaran akan

nilai nilai, dan pengintegrasian nilai ke dalam perilaku sehari-hari siswa melalui

proses pembelajaran baik secara langsung di dalam maupun di luar kelas

merupakan contoh pendidikan karakter yang diintegrasikan ke dalam proses

pembelajaran, menurut Damayanti (2014). Saylor (Mulyasa, 2011: 129).

(Mulyasa, 2011: 129). Pembelajaran merupakan implementasi dari kurikulum,

meniscayakan keterlibatan dosen dalam pengembangan dan pembudayaan

kegiatan kemahasiswaan yang direncanakan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai pendidikan karakter kristiani


119

memiliki tujuan untuk mengembangkan dan menguatkan karakter para

mahasiswa. Dengan demikian, tidak cukup hanya melalui kegiatan dan aktifitas

baik yang akademik (pembelajaran di kelas) dan non-akademik (kegiatan

ekstrakurikuler), namun harus dilakukan dengan membentuk dan membangun

budaya kampus yang positif dan baik. Hal ini mirip dengan yang diungkapan

Gunawan (2012) bahwa diharapkan dalam lingkungan pendidikan formal dan

informal para mahasiswa mengembangkan rutinitas sehari-hari yang merupakan

contoh hidup dari karakter kristiani berkat konteks fisik dan sosiokultural dari

lingkungan belajar.

Budaya yang dikembangkan di kampus STTIAA Trawas Mojokerto

menunjukan bahwa adanya pengembangan budaya melalui berbagai kegiatan.

Budaya sopan dan santun dikembangkan melalui kegiatan awal pertama masuk

kampus, setiap pagi para siswa sebelum masuk kelas terdapat para dosen dan juga

pimpinan sambil menunggu di depan kelas perkuliahan. Setiap mahasiswa yang

datang kemudian mengucapkan salam, menyapa, senyum dan dengan sopan dan

santun satu persatu dosen.

Adanya pembiasaan sebelum dan sesudah pembelajaran yang diawali

dengan doa menunjukkan budaya religius juga. Akulturasi juga terjadi dalam

bentuk ibadah dan doa bersama. Dengan mengenalkan siswa untuk mengikuti

upacara bendera dan merayakan hari besar nasional, terciptalah budaya

nasionalisme. Hal ini ditunjukkan dalam Peraturan Presiden (2017) tentang

Pendidikan karakter, yang mengatur bahwa pembiasaan digunakan untuk

melaksanakan Pendidikan karakter secara berkesinambungan dalam kehidupan


120

sehari-hari.

Hal ini mendukung argumentasi Kemendikbud (2018) bahwa dengan

meningkatkan adat dan kebiasaan sekolah yang sudah ada, lembaga pendidikan

dapat membuat program pendidikan karakter yang berlandaskan budaya sekolah.

Selain meningkatkan apa yang sudah unggul, satuan pendidikan juga perlu

menilai dan mempertimbangkan apakah budaya yang telah terbentuk di sekolah

selama ini masih memenuhi tuntutan dan keadaan saat ini atau perlu diubah untuk

menghadapi tantangan baru.

Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa iklim dan budaya

akademik STTIAA Trawas Mojokerto sudah cukup efektif dalam mendorong

pembelajaran di kampus sekaligus diasrama. Menurut Kistanto (2000), ini adalah

budaya atau sikap hidup yang terus-menerus mencari kebenaran ilmiah melalui

pengejaran akademik di masyarakat akademik, yang memupuk kebebasan

berpikir, keterbukaan, dan pemikiran kritis-analitik anggota komunitas akademik

sekaligus mendorong anggota berpikir secara rasional dan objektif.

Budaya kampus yang dikembangan merupakan bentuk dari implementasi

pendidikan karakter kristiani namun budaya itu akan terbentuk dengan syarat

adanya keteladan dari seluruh komponen yang ada di kampus tersebut. Dengan

demikian, keteladanan para civitas akademika dosen merupakan bagian dari

implementasi dari Pendidikan karakter kristiani berasrama.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa setiap orang di kampus telah

bertindak dengan cara yang patut diteladani, dimulai dari perkataan, tingkah laku,

dan pola interaksi mereka. Keteladanan merupakan komponen yang sangat


121

penting dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Sejalan dengan penegasan Kelvin

(Zubaedi, 2011) bahwa dalam pendekatan modelling, keteladanan perilaku oleh

Dosen lebih tepat digunakan dalam pendidikan karakter, keteladanan akademisi

yaitu pemimpin, dosen, staf dan karyawan merupakan cara yang efektif untuk

mengimplementasikan pendidikan karakter di lembaga pendidikan, yaitu kampus.

Karena karakter adalah perilaku, dan agar mahasiswa mengasimilasinya, itu harus

dilihat, bukan diajarkan.

Dosen ketika sudah melakukan tugasnya bukan hanya sekedar mengajar

namun juga mampu mendidik. Mereka tersebut sudah memberikan contoh yang

baik. Para dosen selalu bersikap disiplin, masuk tepat waktu. Ini menunjukan

bahwa dosen menjadi teladan buat para mahasiswanya. Mahasiswa akhirnya

mencontoh dosen datang tepat waktu dan bersikap disiplin. Hal ini sejalan dengan

teori pembelajaran sosial yang dikemukakan oleh Trisno (2009), yang

menyatakan bahwa perilaku manusia diperoleh melalui pengamatan terhadap

panutan dan orang lain, pembentukan ide dan tindakan baru, dan pada akhirnya

penerapannya sebagai instruksi untuk tindakan.

Keteladanan merupakan faktor yang akan menimbulkan gejala positif atau

identifikasi. Menurut Marimba (1999), dalam pendidikan formal, guru harus

mengarahkan dan mengarahkan karena, selain perilaku mengajar, murid akan

meniru tindakan dan ucapan instruktur. Tanda-tanda identifikasi positif, seperti

penyamaan diri dengan peniru, muncul dengan panutan ini. Dalam perkembangan

kepribadian, identifikasi positif sangat penting. Dalam rangka meningkatkan

pendidikan karakter pada perguruan tinggi di STTIAA Trawas diperlukan


122

keteladanan perilaku.

Begitu pentingnya keteladanan, sehingga menjadi instrumen dalam

pelaksanaan Pendidikan pendiidkan karakter disekolah, hal ini sejalan dengan

yang tertera dalam Peraturan Presiden (2017) pasal 5 ayat 3 yang menyatakan

bahwa dalam Pendidikan karakter dilakukan dengan adanya keteladanan dalam

penerapanya dalam setiap kegiatan aktifitas pada masing-masing lembaga

pendidikan. Dengan demikian, menunjukan bahwa begitu penting adanya

keteladanan yang harus dilakukan oleh civitas akademika agar terwujudkan siswa

yang berkarakter sesuai dengan cita-cita besar sekolah dan bangsa Indonesia.

Implementasi Pendidikan karakter kristiani selain melalui pembisaan dan

pembudayaan serta keteladanan, perlu juga adanya penegakkan aturan atau tata

tertib yang telah disepakati. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat sanksi

terhadap para pelanggar aturan, selain itu terdapat tindakan yang tegas dari

sekolah untuk para pelanggar kode etik tersebut. Pedoman tertulis yang dikenal

dengan tata tertib disiplin menjadi pedoman perilaku, nilai karakter, dan moral

bagi mahasiswa perguruan tinggi ketika berinteraksi dengan sesama, dosen,

karyawan, alumni, masyarakat, dan lingkungan baik dalam konteks akademik

maupun ekstrakurikuler (sosial). Pedoman ini didasarkan pada norma-norma

sosial.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Payne bahwa setiap lembaga pendidikan

tinggi harus mendokumentasikan aturan dan peraturan (Hunt dan Vitell, 1986,

2006). Kode etik, atau standar atau ajaran yang diterima organisasi tertentu

sebagai landasan perilaku yang tepat baik di tempat kerja maupun masyarakat
123

pada umumnya. Karena merupakan hasil penerapan teori etika pada bidang

tertentu, yaitu profesi, maka kode etik dapat dianggap sebagai produk etika

terapan. Namun, pertimbangan etis terus berlanjut setelah kode etik diberlakukan.

Salah satu prasyarat yang diperlukan agar kode etik dapat berjalan dengan

baik adalah kode etik itu diciptakan oleh profesi itu sendiri. Kode etik tidak

menggantikan pemikiran etis, melainkan selalu disertai dengan refleksi etis.

Peningkatan pendidikan karakter termasuk penegakan hukum. Menurut Shant

(1988), penegakan hukum yang berwujud adalah praktek penerapan hukum positif

sebagaimana seharusnya dipatuhi.

Komponen terpenting dari pendekatan pendidikan karakter Kristiani

STTIAA Trawas Mojokerto adalah pendidikan karakter Kristiani. Tugas inisiatif

ini untuk mempromosikan pendidikan karakter dengan demikian harus jatuh pada

semua komponen. Selain pimpinan lembaga dan wakil pimpinan lembaga,

keluarga (pendidikan informal) dan masyarakat juga bertanggung jawab terhadap

pendidikan karakter (pendidikan nonformal).

Hal ini sesuai langsung dengan Peraturan Presiden (2017) pasal 4, yang

menyebutkan bahwa dua satuan pendidikan yang menyelenggarakan peningkatan

pendidikan karakter adalah (1) satuan pendidikan formal dan (2) satuan

pendidikan nonformal. (3) Komponen pendidikan informal. Program peningkatan

pendidikan karakter harus melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk

keluarga, masyarakat, dan sekolah. Pendidikan karakter terdiri dari ketiga unsur

tersebut, yang saling melengkapi dan memperkuat. Temuan penelitian ini

menunjukkan pentingnya pendidikan karakter Kristiani di asrama STTIAA


124

Trawas. Partisipasi dosen, staf, dan keluarga selama proses perencanaan dan

penilaian. Dalam memutuskan program kampus dan menetapkan aturan/tata tertib

sekolah, keluarga dianggap sebagai komponen kunci. Keluarga dilibatkan untuk

menandatangani kontrak disiplin sekolah yang harus diterima oleh kedua orang

tua dan pihak sekolah serta untuk memperkenalkan program tersebut.

Berikut adalah titik temu atau kesimpulan yang dapat dicapai berdasarkan

penelaahan dan perdebatan tentang gagasan dan cita-cita pendidikan karakter

Kristiani saat ini.

a. Kurikulum dan metode pendidikannya menggabungkan inti keyakinan

pendidikan karakter Kristiani. Penting untuk memperhatikan pengelolaan

kelas, model pembelajaran, dan tahapan pembelajaran.

b. Dimasukkannya cita-cita pendidikan karakter Kristiani dalam kegiatan

ekstrakurikuler dan pengembangan organisasi bagi peserta didik.

c. Proses pembiasaan seumur hidup melahirkan cita-cita pendidikan karakter

Kristiani melalui budaya kampus dan lingkungan sekitar.

d. Prinsip-prinsip pendidikan karakter Kristiani didemonstrasikan oleh dosen,

staf, dan semua unsur lingkungan belajar lainnya secara keteladanan.

e. Menanamkan nilai-nilai karakter Kristiani melalui penegakan aturan dan

tata tertib di kampus.

f. Nilai-nilai karakter Kristiani dipelajari melalui pengabdian masyarakat.

g. Penilaian program pendidikan karakter Kristiani di sekolah tinggi teologi.

Sangat penting pendidikan karakter Kristiani dalam prosedur penilaian.


125

Latihan ini bertujuan untuk menentukan apakah pelaksanaan tugas yang

direncanakan benar-benar terjadi. Selain itu, ini bertujuan untuk mengidentifikasi

setiap penyimpangan, penyalahgunaan, atau kekurangan dalam pelaksanaan

berbagai pekerjaan, serta kelemahan apa pun. Hasil supervisi tersebut menjadi

informasi bahwa pimpinan STTIAA Trawas Mojokerto dan sejumlah pihak terkait

telah terbiasa memberikan arahan yang tepat sesuai dengan rencana awal.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa STTIAA Trawas Mojokerto telah

mengkaji secara menyeluruh administrasi kurikulum di pesantren Kristiani dalam

rangka meningkatkan penekanannya pada pendidikan karakter Kristiani. Evaluasi

ini dilakukan secara internal, dan pemantauan eksternal juga dilakukan. Evaluasi

internal meliputi penilaian kinerja dosen dan pegawai oleh pimpinan lembaga

STTIAA Trawas Mojokerto. Ini melibatkan penilaian proses pembelajaran dosen

di kelas dan secara rutin memodifikasi perilaku mahasiswa. Hal ini sejalan dengan

apa yang dikatakan Azmi (2017), bahwa evaluasi pendidikan karakter harus

mempertimbangkan setidaknya tiga faktor yang berbeda: peran pendidik dalam

hal pengajaran, peran mahasiswa dalam hal pengembangan mahasiswa, dan peran

orang tua. peran dalam hal dukungan orang tua melalui buku kontak. Evaluasi

pendidikan karakter Kristiani harus memberi penekanan khusus pada isu-isu

manajemen pendidikan karakter berikut:

a. Gagasan tentang tanggung jawab seluruh warga sekolah dalam

melaksanakan tugas sesuai dengan rencana atau keputusan dan

ketentuan/aturan yang berlaku dituangkan dalam evaluasi dari pimpinan

lembaga kepada dosen dan staf.


126

b. Evaluasi manajemen kurikulum pendidikan karakter Kristiani

memunculkan gagasan bahwa dosen memiliki tanggung jawab untuk

mengelola mata kuliah secara efektif.

c. Paradigma pengawasan. Fokus utama supervisi akademik adalah

pengawasan supervisor terhadap kegiatan akademik, seperti pembelajaran

yang berlangsung baik di dalam maupun di luar kelas. Supervisi akademik

adalah serangkaian tindakan yang dirancang untuk mendukung instruktur

dalam meningkatkan kapasitasnya untuk mengarahkan proses

pembelajaran menuju pencapaian tujuan pembelajaran, menurut Glickman

(1981). Supervisi akademik adalah untuk meningkatkan kemampuan

instruktur untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Daresh, 1989).

Temuan penelitian tersebut di atas sangat penting untuk menilai seberapa

baik perkembangan pendidikan karakter Kristiani internal, khususnya yang

diberikan oleh dosen kepada mahasiswanya. Selama kegiatan belajar mengajar,

efektivitas pendidikan karakter Kristiani dalam proses pembelajaran dievaluasi.

Kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, dan

kompetensi profesional merupakan empat kompetensi dasar yang diharapkan dari

seorang dosen. Keempat kompetensi tersebut mendorong perlunya supervisi guru,

terutama dalam mengamati perkembangan karakter siswa.

Menurut penelitian, selain tinjauan internal, juga dilakukan pemantauan

eksternal yang digunakan untuk memasyarakatkan pendidikan karakter yang salah

satunya dilakukan oleh pemangku kepentingan, khususnya yayasan Kristiani

STTIAA Trawas. bagian penting dalam setiap program kerja kampus di bawah
127

pengawasan, serta inisiatif untuk mendukung pendidikan karakter Kristiani. Untuk

membandingkan standar yang telah ditetapkan dengan pelaksanaan kegiatan,

evaluasi dengan seluk-beluk penanaman nilai-nilai karakter dianggap sebagai

proses kegiatan. Pendidikan karakter membantu mengembangkan sistem umpan

balik untuk semua inisiatif pendidikan karakter, mengukur keberhasilan dan

penyimpangan, dan memberikan laporan.

Program pembinaan pendidikan karakter di STTIAA Trawas Mojokerto

terus dievaluasi/dinilai secara menyeluruh, objektif, jujur, dan transparan dengan

partisipasi pemangku kepentingan pendidikan terkait. Dengan menggunakan

standar pembentukan pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh berdasarkan

proses pengembangan dari tahap awal hingga penilaian dilakukan indikator

keberhasilan dalam mengukur Pendidikan karakter Kristiani. Untuk mengkaji titik

awal keadaan lembaga pendidikan sebelum meningkatkan pendidikan karakter,

sekolah diminta untuk melakukan penilaian awal (initial assessment) pada tahap

persiapan.

Temuan studi menunjukkan bahwa lembaga sasaran studi, sekolah,

melakukan evaluasi. Review dilakukan oleh STTIAA Trawas Mojokerto sebagai

alat penilaian perbaikan ke depan. Proses penilaian yang dilakukan dimulai

dengan pembuatan alat evaluasi. Hal ini sesuai dengan pedoman penilaian dari

Kemendikbud (2017) yang menyatakan bahwa instrumen evaluasi Pendidikan

karakter merupakan alat untuk menilai capaian, mengkaji program, dan

mengembangkan Pendidikan karakter sebagai mata pelajaran.

Rubrik penilaian Pendidikan karakter memuat data evaluasi pelaksanaan


128

Pendidikan karakter sesuai dengan konsep pendidikan karakter secara utuh

dan menyeluruh, dengan masing-masing indikator mencerminkan

pelaksanaan proses desain program Pendidikan karakter. pendidikan. Temuan

studi menunjukkan bahwa dua elemen, internal dan eksternal, terlibat dalam

proses penilaian untuk meningkatkan pendidikan karakter. Hal ini mengacu pada

penegasan Kemendikbud (2018) bahwa penilaian keberhasilan peningkatan

pendidikan karakter dilakukan secara internal dengan partisipasi pemangku

kepentingan dan secara eksternal oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan

bersama terhadap keberhasilan gerakan tersebut, seperti tim penilai dari

kementerian pendidikan dan kebudayaan.

Sekolah Tinggi menggunakan berbagai pendekatan untuk melakukan

evaluasi. penilaian lisan pada sesi evaluasi tahunan yang diadakan pada akhir

tahun akademik, serta laporan tertulis. Ini adalah langkah yang diambil sekolah

untuk menilai bagaimana Pendidikan karakter dilaksanakan dan bagaimana proses

pembelajaran yang dipimpin oleh guru berlangsung. Hal ini dilakukan agar

universitas dapat menilai seberapa baik sivitas akademika dan instruktur

menjalankan tugasnya. Mengetahui apakah peserta sudah menguasai suatu

program pendidikan, pengajaran, atau pelatihan merupakan tujuan dari penilaian

kinerja guru.

Memberikan siswa survei untuk menilai keefektifan instruktur dan staf saat

ini adalah cara lain untuk menilai proses pembelajaran. Survei ini membahas

peningkatan pendidikan karakter mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan dan

evaluasi. Penilaian instruktur dan siswa dalam angket ini dilakukan secara acak
129

dan dalam sampel. Ada sejumlah pertanyaan tentang metode dan sumber daya

yang digunakan dalam mempraktekkan pendidikan karakter. Kuesioner juga

mengkaji kedisiplinan dan keteladanan pengajar serta keterampilan lain yang

dimiliki oleh dosen dan pegawai, termasuk cara berpakaian, berbicara, dan

berperilaku.

Evaluasi dilakukan baik untuk instruktur maupun mahasiswa baik oleh

pimpinan STTIAA Trawas Mojokerto maupun dosen. Proses penilaian

mengandung dua fase atau model sekaligus. Pendekatan pertama melibatkan

dosen mengevaluasi pembelajaran siswa melalui tes, tugas, presentasi,

percakapan, dan cara lain. Pendekatan kedua melibatkan penilaian seberapa baik

pembelajaran telah berjalan.

Pengukuran terjadi sebelum penilaian dalam rangka evaluasi hasil belajar.

Selanjutnya, deskripsi dan interpretasi data yang berasal dari temuan pengukuran

diberikan. Mardapi (1999) dengan demikian mendefinisikan penilaian sebagai

proses menganalisis atau melaporkan hasil pengukuran. Cangelosi (1995: 21)

mendefinisikan evaluasi sebagai pertimbangan nilai. Oleh karena itu, evaluasi

dilakukan setelah pengukuran selesai. Setelah siswa menjawab pertanyaan tes,

penilaian dilakukan. Nilai digunakan untuk menginterpretasikan hasil dari respon

siswa tersebut.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa STTIAA Trawas Mojokerto

mendasarkan pedoman evaluasi atau penilaian hasil belajar pada empat faktor

yaitu faktor spiritual, sosial, intelektual, dan terkait keterampilan. Hal ini sejalan

dengan pernyataan Mahmud (1989) bahwa belajar adalah perubahan perilaku


130

yang mungkin terlihat atau tidak terlihat dan berkembang dalam diri seseorang

sebagai hasil dari pengalaman. Sebagai konsekuensi dari pengalaman

interaksional individu, penilaian di STTIAA Trawas Mojokerto juga berkaitan

dengan gagasan Surya (1981) bahwa belajar adalah proses usaha orang untuk

mendapatkan perubahan perilaku baru secara keseluruhan.

Selain komponen internal, komponen eksternal juga harus mengevaluasi

pendidikan karakter. Kampus yang di dalamnya terdapat seluruh pemain kunci

dalam pendidikan berperan sebagai asesor untuk peningkatan pendidikan karakter.

Tiga pemangku kepentingan utama dalam perguruan tinggi yaitu tenaga pendidik,

tenaga kependikan dan Yayasan yang berperan sebagai pengawas serta untuk

menganalisis kinerja Pendidikan karakter secara objektif. Untuk menilai apakah

pendidikan karakter perlu diperkuat, perwakilan masyarakat atau lembaga juga

dapat disertakan. Evaluasi yang mencakup masukan dari keluarga dan masyarakat

sangat menentukan keberhasilan program pengembangan karakter melalui

pendidikan.

Ini telah dicirikan dengan mengontraskan dan mengintegrasikan ide-ide

dengan data empiris di area tersebut dalam terang perdebatan dan investigasi.

Dengan demikian dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai evaluasi

pengembangan pendidikan karakter di STTIAA Trawas Mojokerto. Ada empat

poin yang perlu diingat. Pertama, membuat alat evaluasi merupakan langkah awal

dalam menilai peningkatan pendidikan karakter Kristiani di pesantren. Kedua,

pihak internal menilai efektifitas pendidikan karakter Kristiani (ketua hingga

dosen). Ketiga, penilaian terhadap program Pendidikan karakter menghasilkan


131

variabel-variabel yang mempengaruhi program Pendidikan dan penghambat

Pendidikan karakter. Keempat, memantau keefektifan pendidikan karakter

Kristiani menuntut tindakan untuk mencapai kemajuan yang berkesinambungan.

3. Proposisi Minor dan Mayor Penelitian

Berdasarkan seluruh hasil penelitian dan diskusi hasil temuan penelitian,

maka dapat dibuat proposisi minor dan mayor terkait manajemen kurikulum

pendidikan karakter kristiani berbasis asrama yang dilaksanakan, strategi

pelaksanaan (implementation), nilai-nilai pendidikan karakter kristiani, evaluasi

manajemen kurikulum serta faktor penghambat dan pendukung kepada

mahasiswanya maka dapat simpulkan sebagai berikut:

1. Proposisi Mayor

a. Jika strategi Pendidikan karakter kristiani berasrama, melalui

perencanaan dengan mengacu pada visi dan misi lembaga tinggi,

diawali dengan identifikasi potensi kampus yang ada, dengan

merumuskan nilai-nilai utama dan dilakukan melibatkan seluruh

koomponen pendidikan maka program Pendidikan karakter

kristiani akan berjalan dengan efektif dan efesien.

b. Jika pelaksanaan pendidikan karakter kristiani berasrama,

dilakukan dengan pembagian tugas dan tanggung jawab kemudian

dibangun melalui koordinasi dan komunikasi yang baik serta

didukung oleh sumberdaya manusia, finansial dan sarana prasarana

yang memadahi, akan dapat mengoptimalkan program Pendidikan

karakter kristiani di asrama.


132

c. Jika evaluasi manajemen kurikulum dan pembelajaran dilakukan

juga melalui kegiatan pembinaan kemahasiswaan, diperkuat

dengan budaya kampus dan keteladanan para dosen serta

mendapat dukungan dari masyarakat, maka akan mempermudah

mengimplementasikan Pendidikan karakter kristiani di kampus.

Pimpinan lembaga dengan pendampingan pemangku kepentingan

(yayasan), dan bekerjasama dengan keluarga dan masyarakat, akan

mampu melaksanakan program peningkatan pendidikan karakter

Kristiani dengan sebaik-baiknya.

2. Proposisi Minor

Atas dasar tiga penegasan utama yang telah dibahas pada bagian

sebelumnya, dapat dirumuskan pernyataan utama berikut untuk meringkas

keseluruhan pembahasan: Jika pengembangan pendidikan karakter Kristiani

di asrama dimaksudkan untuk mengikutsertakan seluruh civitas akademika

berdasarkan visi dan tujuan lembaga pendidikan, maka seluruh civitas

akademika harus dilibatkan, identifikasi potensi SDM, dan rumusan nilai-

nilai utama, kemudian diorganisir dengan pembagian tugas melalui tupoksi

jelas, komunikasi dan koordinasi yang baik serta diimplementasikan melalui

integrasi dalam pembelajaran, pembinaan kemahasiswaan, budaya kampus

dan keteladanan semua warga kampus dan dievaluasi oleh pihak kampus

oleh pihak internal dan eksternal maka program Pendidikan karakter

kristiani di sekolah tinggi teologi akan mampu diterapkan secara efektif dan

efesien”.
133

Tabel 5.1
Proposisi Minor dan Proposisi Mayor
134
135
136
137
138
139
140

Sesuai dengan pembahasan komprehensif yang telah disajikan secara rinci

dan detail untuk setiap fokus, Permenristekdikti Nomor 14 Tahun 2015 tentang

Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) menyebutkan bahwa keterampilan

umum yang harus dimiliki seorang doktor adalah mampu menyusun

interdisipliner, multidisipliner, atau penelitian transdisipliner, termasuk penelitian

teoretis dan/atau pengalaman,

Selain itu, penelitian terhadap ketiga metode dalam disiplin ilmu yang

digunakan dalam disertasi ini sangat penting dilakukan untuk menjelaskan

penjelasan peraturan menteri tersebut. Melalui program penelitian, interdisipliner

(interdisipliner) adalah interaksi yang intens dari satu atau lebih disiplin ilmu, baik

yang terkait langsung maupun tidak terkait, dengan tujuan mengintegrasikan ide,

metodologi, dan analisis. Multidisiplin (multidisiplin) mengacu pada

penggabungan beberapa disiplin ilmu untuk secara kolaboratif menangani

masalah tertentu. Membangun koneksi dan interkoneksi lintas disiplin ilmu

dikenal sebagai transdisipliner, yang bertujuan untuk menciptakan teori atau

aksioma baru.

Evaluasi terpadu dari berbagai perspektif dari disiplin terkait digunakan

untuk memecahkan masalah secara interdisipliner. Ilmu-ilmu yang termasuk

dalam rumpun ilmu tertentu, khususnya Ilmu Pengetahuan Alam (IIK), Ilmu

Sosial (IIS), atau alternatifnya Humaniora (IIB), adalah yang dimaksud dengan

ilmu serumpun. Pengetahuan yang relevan mengacu pada bidang ilmiah yang

dapat dimanfaatkan untuk mengatasi tantangan. Kata “terpadu” mengacu pada

bagaimana ilmu-ilmu yang digunakan dalam metode penyelesaian masalah ini


141

saling terkait satu sama lain, sehingga menimbulkan kebulatan atau kesatuan

pembahasan atau uraian yang terdapat dalam setiap sub uraiannya jika

pembahasan atau uraian tersebut termasuk sub-sub uraian. deskripsi. Inter

(terintegrasi di antara informasi dari keluarga ilmiah yang sama) atau integrasi

adalah karakteristik utama atau istilah operatif dari metode ketidakdisiplinan ini.

Pendekatan multidisiplin (multidisiplin pendekatan) adalah metode

pemecahan masalah yang mengkaji banyak sudut pandang dari berbagai ilmu

yang bersangkutan. Disiplin yang terkait mungkin termasuk dalam rumpun ilmu

alam (IIK), ilmu sosial (IIS), atau ilmu humaniora (IIH). Penggunaan ilmu

pengetahuan dalam memecahkan suatu masalah melalui pendekatan ini secara

tegas dinyatakan dalam suatu pembahasan atau uraian, termasuk di dalam setiap

uraian sub-uraiannya, disertai dengan kontribusinya masing- masing secara

khusus untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi, jika pembahasan atau

deskripsi terdiri dari sub-sub-deskripsi. Istilah "multi" berfungsi sebagai atribut

pendefinisian pendekatan (banyak pengetahuan dalam keluarga ilmiah yang

sama).

Strategi transdisipliner adalah salah satu yang menggunakan perspektif

informasi yang agak dikuasai, relevan dengan situasi yang dihadapi, tetapi di luar

kompetensi pemecah masalah karena kurangnya pendidikan formal. Satu atau

lebih ilmu mungkin termasuk pengetahuan yang berada di luar tingkat

pemahaman seseorang. Namun, untuk melakukan debat menyeluruh, individu

tersebut seringkali hanya menggunakan satu sumber informasi dari luar.

Informasi terkait juga dapat ditemukan di klaster Ilmu Humaniora (IIH), klaster
142

Ilmu Sosial (IIS), atau klaster Ilmu Pengetahuan Alam (IIK).

Melalui metode ini, sains atau pengetahuan dapat digunakan untuk

memecahkan suatu masalah, tetapi akan lebih baik jika digunakan secara eksplisit.

Ini dilakukan untuk menunjukkan komitmen orang tersebut terhadap sains. Cara

ini sebelumnya ditolak karena dianggap melanggar etika ilmiah oleh para ahli di

bidangnya, terutama yang keahliannya dimanfaatkan oleh orang yang bukan ahli.

Karena pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta

kompleksitas persoalan yang seringkali sulit dijawab dengan satu teknik ilmiah,

maka hal ini sekarang dapat dicapai (pendekatan monodisiplin). Selama jawaban

atas suatu masalah memiliki kualitas dan akurasi yang memadai, jawaban tersebut

juga diterima secara luas oleh para ilmuwan, bahkan ilmuwan yang

berpengalaman.

Jadi, untuk menggunakan pendekatan transdisipliner, seseorang juga harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) menggunakan pengetahuan di luar

bidang keahlian utamanya, biasanya dalam memecahkan masalah menggunakan

pengetahuan itu; b) ilmu yang digunakan berada dalam rumpun keilmuan yang

sama dengan keahlian utama; c) memiliki pemahaman yang baik tentang

pengetahuan yang digunakan di luar keahlian ilmiah utama; dan d) menunjukkan

hasil yang cukup berkualitas dan benar. Crossing atau trans (artinya lintas

pengetahuan dari rumpun ilmiah yang sama) merupakan komponen kunci dari

metode transdisipliner.

Istilah disiplin, menurut Craig (2007, p. 34), menunjukkan bidang studi

atau keahlian tertentu. Gagasan tentang suatu disiplin bergeser sehubungan


143

dengan sistem kelembagaan dan profesional tertentu dan secara kompleks

berinteraksi dengan bagaimana setiap kategori ilmiah didefinisikan.

Dalam sistem akademik, ilmu sosial, politik, dan ekonomi adalah bidang

ilmu sosial yang mapan. Berbagai penelitian yang sebelumnya ditempatkan pada

disiplin ilmu lain telah beralih ke ilmu manajemen sesuai dengan evolusi disiplin

ilmu manajemen. Ini hasil dari karakter transdisiplin ilmu manajemen yang kuat.

Menurut Apgar, Argumedo, dan Allen (2009), tantangan kompleksitas

yang ditandai dengan ambiguitas, berbagai sudut pandang, dan proses keterkaitan

satu sama lain, merupakan isu paling signifikan yang dihadapi umat manusia saat

ini. Gagasan bahwa kompleksitas adalah hukum alam dan bahwa interaksi antara

komponen kompleks adalah hukum alam diperkuat oleh hal ini. Pembenaran yang

diberikan di atas menunjukkan bahwa tidak ada satu profesi pun yang dapat

menjelaskan dan menangani semua masalah yang dihadapi orang secara memadai.

Pada kenyataannya, setiap teknologi adalah sintesis dari berbagai bidang

akademik karena menerapkan sains pada kebutuhan manusia di dunia nyata. Kursi

berkaki empat yang sering kita duduki misalnya terasa nyaman karena interaksi

bidang ergonomi, matematika, dan fisika. Anggapan ini mengarahkan para

spesialis untuk mengenali kebutuhan menggunakan pendekatan interdisipliner

sambil berusaha memecahkan dan memahami tantangan apa pun.

Pendekatan multidisiplin (multidisiplin pendekatan) adalah metode

pemecahan masalah yang mengkaji banyak sudut pandang dari berbagai ilmu

yang bersangkutan. Disiplin yang terkait mungkin termasuk dalam rumpun ilmu

alam (IIK), ilmu sosial (IIS), atau ilmu humaniora (IIH). Penggunaan ilmu
144

pengetahuan dalam memecahkan suatu masalah melalui pendekatan ini secara

tegas dinyatakan dalam suatu pembahasan atau uraian, termasuk di dalam setiap

uraian sub-uraiannya, disertai dengan kontribusinya masing- masing secara

khusus untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi, jika pembahasan atau

deskripsi terdiri dari sub-sub-deskripsi. Istilah "multi" berfungsi sebagai atribut

pendefinisian pendekatan (banyak pengetahuan dalam keluarga ilmiah yang

sama).

Strategi transdisipliner adalah salah satu yang menggunakan perspektif

informasi yang agak dikuasai, relevan dengan situasi yang dihadapi, tetapi di luar

kompetensi pemecah masalah karena kurangnya pendidikan formal. Satu atau

lebih ilmu mungkin termasuk pengetahuan yang berada di luar tingkat

pemahaman seseorang. Namun, untuk melakukan debat menyeluruh, individu

tersebut seringkali hanya menggunakan satu sumber informasi dari luar. Informasi

terkait juga dapat ditemukan di klaster Ilmu Humaniora (IIH), klaster Ilmu Sosial

(IIS), atau klaster Ilmu Pengetahuan Alam (IIK).

Melalui metode ini, sains atau pengetahuan dapat digunakan untuk

memecahkan suatu masalah, tetapi akan lebih baik jika digunakan secara eksplisit.

Ini dilakukan untuk menunjukkan komitmen orang tersebut terhadap sains. Cara

ini sebelumnya ditolak karena dianggap melanggar etika ilmiah oleh para ahli

di bidangnya, terutama yang keahliannya dimanfaatkan oleh orang yang bukan

ahli. Karena pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta

kompleksitas persoalan yang seringkali sulit dijawab dengan satu teknik ilmiah,

maka hal ini sekarang dapat dicapai (pendekatan monodisiplin). Selama jawaban
145

atas suatu masalah memiliki kualitas dan akurasi yang memadai, jawaban tersebut

juga diterima secara luas oleh para ilmuwan, bahkan ilmuwan yang

berpengalaman.

Jadi, untuk menggunakan pendekatan transdisipliner, seseorang juga harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) menggunakan pengetahuan di luar

bidang keahlian utamanya, biasanya dalam memecahkan masalah menggunakan

pengetahuan itu; b) ilmu yang digunakan berada dalam rumpun keilmuan yang

sama dengan keahlian utama; c) memiliki pemahaman yang baik tentang

pengetahuan yang digunakan di luar keahlian ilmiah utama; dan d) menunjukkan

hasil yang cukup berkualitas dan benar. Crossing atau trans (artinya lintas

pengetahuan dari rumpun ilmiah yang sama) merupakan komponen kunci dari

metode transdisipliner.

Istilah disiplin, menurut Craig (2007, p. 34), menunjukkan bidang studi

atau keahlian tertentu. Gagasan tentang suatu disiplin bergeser sehubungan

dengan sistem kelembagaan dan profesional tertentu dan secara kompleks

berinteraksi dengan bagaimana setiap kategori ilmiah didefinisikan.

Dalam sistem akademik, ilmu sosial, politik, dan ekonomi adalah bidang

ilmu sosial yang mapan. Berbagai penelitian yang sebelumnya ditempatkan pada

disiplin ilmu lain telah beralih ke ilmu manajemen sesuai dengan evolusi

disiplin ilmu manajemen. Ini hasil dari karakter transdisiplin ilmu manajemen

yang kuat.

Menurut Apgar, Argumedo, dan Allen (2009), tantangan kompleksitas

yang ditandai dengan ambiguitas, berbagai sudut pandang, dan proses keterkaitan
146

satu sama lain, merupakan isu paling signifikan yang dihadapi umat manusia saat

ini. Gagasan bahwa kompleksitas adalah hukum alam dan bahwa interaksi antara

komponen kompleks adalah hukum alam diperkuat oleh hal ini. Pembenaran yang

diberikan di atas menunjukkan bahwa tidak ada satu profesi pun yang dapat

menjelaskan dan menangani semua masalah yang dihadapi orang secara memadai.

Pada kenyataannya, setiap teknologi adalah sintesis dari berbagai bidang

akademik karena menerapkan sains pada kebutuhan manusia di dunia nyata. Kursi

berkaki empat yang sering kita duduki misalnya terasa nyaman karena interaksi

bidang ergonomi, matematika, dan fisika. Anggapan ini mengarahkan para

spesialis untuk mengenali kebutuhan menggunakan pendekatan interdisipliner

sambil berusaha memecahkan dan memahami tantangan apa pun.

Gambar 5.1
Transdisciplinaritas
147

Pada gambar di atas, transdisipliner ditampilkan sebagai pendekatan untuk

memahami dan menyelesaikan masalah yang rumit. Dengan menggabungkan ide-

ide dari bidang lain, pemecahan masalah transdisipliner dapat menghasilkan

wawasan baru (sintesis). Klein (1996) mendefinisikan transdisipliner sebagai

strategi kelompok yang memanfaatkan intelek dan kemampuan analitis individu

untuk memahami sistem yang semakin luas dan rumit. Pendekatan transdisiplin

memberikan strategi khusus dan bahkan anggapan mendasar untuk mendorong

percakapan dalam memecahkan tantangan dan memahami masalah global yang

rumit.

Multidisipliner menurut Sulasdi (2015) adalah suatu masalah yang

dianalisis atau diteliti dari beberapa bidang tanpa keterpaduan. Penggunaan

banyak disiplin dalam cara interdisipliner untuk mengatasi masalah. Sementara

itu, transdisipliner adalah metode penyelesaian masalah yang memadukan

beberapa disiplin ilmu dan dapat menimbulkan pengetahuan baru (sintesis). Oleh

karena itu, metode yang digunakan dalam penelitian disertasi ini yang diberi nama

“manajemen Kurikulum Pendidikan Karakter Kristiani Berbasis Asrama di

Sekolah Tinggi Teologi Injili Abdi Allah Trawas Mojokerto” merupakan

metode transdisiplin karena beberapa disiplin ilmu digunakan dalam

penelitian ini untuk mengevaluasi dan memperdebatkan hasil temuan.

Empat bidang akademik terpisah agama, kewarganegaraan, ekonomi, dan

ilmu sosial dimasukkan dalam penelitian ini. Informasi keagamaan yang

dikonsultasikan untuk penelitian ini terdiri dari kepercayaan dan pemujaan

terhadap Tuhan, serta toleransi dan kecintaan terhadap alam. Kewarganegaraan


148

yang dimaksud adalah menghormati keberagaman, kebanggaan nasional, dan

cinta tanah air. Ekonomi yang dipermasalahkan memerlukan kerja keras,

kecerdikan, disiplin, dan kemauan untuk belajar. Ilmu-ilmu sosial yang dimaksud

meliputi kekerabatan, solidaritas, kerjasama, dan gotong royong. Lima keluarga

akan menghasilkan orang-orang yang berintegritas, yang meliputi jujur, terhormat,

dan santun.

B. Model Rekomendasi (Recommended Model) Manajemen Pendidikan


karakter di STTIA Trawas Mojokerto

Optimalisasi pelaksanaan program pendidikan karakter kristiani di

lingkungan di STTIAA Trawas Mojokerto membutuhkan pemahaman yang

kuat tentang manajemen sebagai ilmu dan seni. Ada tugas-tugas penting dalam

ilmu manajemen, termasuk pengorganisasian, implementasi, pemantauan, dan

penilaian. Penyelenggaraan prakarsa yang bertujuan untuk meningkatkan

pendidikan karakter di perguruan tinggi menggunakan lima peran manajemen

tersebut.

Di STTIAA Trawas Mojokerto, ide manajemen digunakan untuk mengkaji

cara mempromosikan pendidikan karakter di kelas. Temuan studi yang disediakan

kemudian diperiksa, yang mengarah ke pernyataan minor dan mayor yang

membentuk kerangka konseptual model manajemen untuk meningkatkan

pendidikan karakter di perguruan tinggi. Matriks dapat dibentuk dari hasil temuan

penelitian dan perdebatan, sebagaimana direpresentasikan dalam grafik terlampir.


149

Bagan 5.1
Model Rekomendasi Manajemen Kurikulum Pendidikan karakter Kristiani
Berasrama STTIAA Trawas Mojokerto
150

Berdasarkan hasil penelitian dan perdebatan yang mengikuti keyakinan

Lickona (2003) tentang tiga bidang pendidikan karakter. Metodologi yang

direkomendasikan manajemen untuk peningkatan pendidikan karakter di STTIAA

Trawas Mojokerto dapat diringkas sebagai berikut.

Uraian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Hal tersebut

dikonstruksikan dan kemudian menjadi rekomendasi model pengelolaan

Pendidikan karakter di STTIAA Mojokerto, berdasarkan hasil dari model yang

ada yang telah disebutkan pada bab hasil penelitian. Berawal dari keprihatinan

yang mendalam atas kondisi moral dan karakter anak didik saat ini. meningkatnya

perkelahian di dalam kampus, hubungan sex di luar nikah, pencurian uang sesama

mahasiswa, dan masalah lainnya. Ini semua adalah kekhawatiran umum tentang

bagaimana STTIAA Trawas Mojokerto harus menangani dan menangani masalah

karakter mahasiswa. Menemukan masalah yang mendasari status mahasiswa saat

ini setiap hari sangat penting. Rancangan kebijakan dan peraturan untuk

mengatasi masalah tersebut mengikuti temuan dari identifikasi ini.

Pernyataan itu mengacu pada kebijakan UNESCO tentang pendidikan.

Sistem pendidikan nasional kemudian dikodifikasikan dalam undang-undang

nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa pada hakikatnya adalah usaha

sadar terencana untuk mewujudkan lingkungan belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, bangsa, dan Negara.

Selanjutnya disebutkan dalam pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk


151

membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pasca amanat undang-undang tersebut, pemerintah melancarkan sejumlah

upaya. Bahkan Presiden Republik Indonesia menerbitkan Peraturan Presiden

(perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang peningkatan pendidikan karakter.

Pendidikan karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di

bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta

didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah pikir dengan

partisipasi dan partisipasi. Kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan

masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental, sesuai Pasal 1

angka 1. (GNRM).

Kemendikbud membuat Permendikbud nomor 20 tahun 2018 berdasarkan

arahan presiden yaitu Pendidikan karakter pada pendidikan formal. Tata cara

penataan dan penyelenggaraan pendidikan karakter yang bersifat Pendidikan pada

satuan pendidikan formal di sekolah diatur secara lengkap dalam peraturan ini.

Jelas dari banyak undang-undang bahwa pendidikan karakter sangat penting.

Namun, jika didukung oleh manajemen yang kompeten, ini akan berfungsi dengan

baik.

Pengelolaan pendidikan karakter merupakan faktor penting yang harus


152

diperhatikan agar program Pendidikan ini berjalan dengan sukses dan efisien.

Lima fungsi manajerial perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan,

dan peninjauan harus diselesaikan. Lima tugas ini harus dapat dilakukan secara

bertahap. Proses implementasi dan pengawasan akan dipermudah dan program

pendidikan karakter diperkuat dengan perencanaan yang baik dan organisasi yang

terstruktur yang mendukungnya. Setelah semuanya selesai, harus dilakukan

penilaian untuk mengetahui seberapa efektif program Pendidikan karakter

tersebut dan menjadi pedoman untuk melakukan perubahan yang berkelanjutan.

Kelima tanggung jawab pengelolaan ini harus melibatkan semua pihak dan

dipikul bersama oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat selain menjadi kewajiban

sekolah. Pendidikan karakter dengan demikian akan dapat berfungsi secara efektif

apabila dilakukan secara bersamaan oleh pihak pengelola sekolah yang

menetapkan kebijakan sekolah, guru yang berperan sebagai instrumen utama di

sekolah, serta orang tua yang mewakili keluarga, dan masyarakat. masyarakat.

Berdasarkan tiga komponen pendidikan karakter-pengetahuan moral

(character knowledge), perasaan moral (perasaan tentang moralitas), dan tindakan

moral (tindakan berbasis karakter)-lima fungsi manajemen pendidikan dilakukan

dengan kerjasama semua pihak. Ada hubungan antara ketiga domain karakter ini.

Jika semua berjalan sesuai rencana, maka program Pendidikan karakter akan

dapat berfungsi dengan baik dan berhasil dilaksanakan.

C. Umsir Transdisiplin

Transdisiplin adalah gabungan dari berbagai ilmu membentuk sintesis.


153

Dalam penelitian ini sintesis adalah merupakan irisan dari ilmu pendidikan, ilmu

agama dan ilmu sosial kemasyarakatan. Ketiga ilmu ini membentuk sebuah irisan

perilaku yang berkembang di kampus STTIAA Trawas. Mahasiswa bertujuan

memperoleh pendidikan kesarjanaa teologi. Ketika mereka hidup tinggal

berasrama di kampus ketika itu pula mereka hidup bersosial kemasyararakat kecil

bersama temen-temannya. Kebiasaan selama menetap di asrama yang diciptakan

oleh pengelola telah membentuk suatu sikap perilaku mahasiswa yang disebut 3 T

yakni taat, tanggung jawab dan tangguh.

Sikap 3 T diatas merupakan intisari penanaman karakter kristiani yang

harus dimiliki kelak setelah lulus dari Pendidikan dari STTIAA Trawas

Mojokerto. Mereka menjadi pemimpin gereja atau menjadi guru agama di

sekolah-sekolah kristen di seluruh Indonesia, Perilaku 3 T wajib dimiliki terus-

menerus sepanjang dalam pengabdian kepada masyarakat. Sikap ini sesuai dengan

nilai-nilai ajaran Kristus tentang Kudus, Kasih, komitmen dan tangguh. (1) Injil

Yohanes 14:23-24 tentang ketaatan seorang murid kepada Tuan atau Tuhannya

berdasarkan kasih , (2) Ibrani 5: 8 berbicara tentang ketaatan Kristus untuk

bertanggung jawab dalam melakukan panggilan atau tugas yang telah diberikan

oleh Bapa, suatu komitmen yang luar biasa (3) 1 Petrus 1:13-16 berbicara tentang

bagaimana menjaga kekudusan ditengah dunia yang cemar, dan ini menyiratkan

juga karakter ketangguhan dalam mempertahankan tingkah laku yang benar dan

kudus sesuai dengan Firman Tuhan.

Sintesis dalam penelitian ini seperti yang tergambar dibawah ini:


154

Gambar 5.2
Umsir Transdisiplin:Taat, Tanggung jawab, Tangguh (3T)

Harapan di atas sejalan dengan teori Behaviorisme yang diungkapkan

A.M.Irfan Taufan Asfar dkk (2019) yang menekankan pada perubahan tingkah

laku yang didasari oleh prinsip stimulus dan respon. Dalam penentuan kebijakan

pendidikan paham behavioris ini masih mendominasi terutama pada kebijakan-

kebijakan yang bersifat hakekat dan prinsip, sedangkan kebijakan penetapan

program kurikulum, penyiapan tenaga guru yang kualifikatif, serta sistem

penilaian yang baik merupakan sebuah usaha untuk memberikan stimulus yang

terbaik untuk menghasilkan respon yang diharapkan.

Untuk itu kebijakan pendidikan yang bersifat behavioristik perlu melihat

kenyataan di lapangan dan mengadakan pendekatan inovatif untuk diupayakan

keterlaksanaannya dalam proses pembelajaran. Namun, kesiapan dari berbagai

unsur sistem Pendidikan menjadi faktor penentunya. Oleh karena itu, kebijakan

pendidikan yang relevan dengan tuntutan perubahan harus didukung oleh semua

pelaku pendidikan termasuk komponen pendidikan yang lain.

Untuk mewujudkan Pendidikan karakter kristiani di STTIAA Trawas

Mojokerto berbasis asrama proses stimulus dan respon dari pihak-pihak terkait
155

dalam pembentukan mahasiswa sangat ditekankan agar tetap menjadi gaya hidup

(life style) dalam menanamkan karakter kristiani, baik sebagai mahasiswa, tenaga

pendidik, tenaga kependidikan dan seluruh warga kampus.


BAB VI
PENUTUP

A. Simpulan

Merujuk pada pemaparan data dan temuan penelitian pada DI Bab IV dan

Bab V dari masing-masing topik penelitian, dapat ditarik kesimpulan atas temuan

penelitian ini.

1. Manajemen kurikulum pendidikan karakter kristiani berbasis asrama melalui

proses perencanaan kurikulum sebagai panduan akademik. Perencanaan

manajemen kurikulum terkait pendidikan karakter kristiani oleh STTIAA

Trawas. Manajemen kurikulum harus memenuhi setidaknya lima persyaratan.

Pertama, perencanaan manajemen kurikulum untuk memajukan pendidikan

karakter harus mencakup maksud dan tujuan lembaga. Kedua, evaluasi sumber

daya mahasiswa dan dosen yang memungkinkan merupakan langkah awal

dalam proses perencanaan manajemen kurikulum untuk peningkatan

pendidikan karakter kristiani. Ketiga, perencanaan manajemen kurikulum

untuk peningkatan pendidikan karakter kristiani dilakukan dengan

mendefinisikan dan mengidentifikasi nilai-nilai karakter Kristiani utama yang

akan dipupuk. Seluruh komponen STTIAA Trawas terlibat dalam penyusunan

langkah. Keempat, yaitu penyusunan rencana peningkatan pendidikan karakter

kristiani. STTIAA Trawas Mojokerto menerapkan standar pendidikan

karakter kristiani berasrama sebagai bagian dari tujuannya untuk

meningkatkan pendidikan karakter kristiani.

2. Pendekatan STTIAA Trawas untuk melaksanakan manajemen kurikulum

156
157

pendidikan karakter kristiani diimplementasikan dalam empat cara. Pertama,

peningkatan pendidikan karakter, peran dan tanggung jawab seluruh sivitas

akademika dibagi. Kedua, organisasi dicapai melalui kolaborasi dan

komunikasi antara pelaksana dan manajer tugas. Ketiga, pengorganisasian

dilakukan dengan meningkatkan kualitas dosen dan personel lembaga.

Keempat, pengorganisasian dilakukan melalui penataan sarana dan prasarana

lembaga.

3. Pendidikan karakter Kristiani berdasarkan enam pilar asrama. Pertama,

pentingnya pemantapan pendidikan karakter kristiani dimasukkan ke dalam

kurikulum dan proses perkuliahan. Berfokus pada perkuliahan, pengelolaan

kelas, metodologi dan model pembelajaran, serta tahapan proses pembelajaran.

Kedua, pendidikan karakter kristiani dimasukkan ke dalam proses pembinaan

mahasiswa yang meliputi pertumbuhan organisasi dan kegiatan ekstrakurikuler.

Ketiga, pelaksanaan peningkatan pendidikan karakter tidak mempedulikan

budaya dan lingkungan kampus yang merupakan hasil dari proses pembiasaan

yang terus menerus. Keempat, terselenggaranya pendidikan karakter kristiani

melalui keteladanan seluruh insan STTIAA Trawas Mojokerto dan seluruh

komponen lingkungan pendidikan. Kelima, memperkuat pendidikan karakter

kristiani dengan memberlakukan peraturan dalam asrama dan kampus

perguruan tinggi secara tegas. Keenam, masyarakat pengguna yang terdiri dari

gereja dan sekolah dilibatkan dalam pelaksanaan peningkatan pendidikan

karakter kristiani.
158

4. Evaluasi penyelenggaraan kurikulum pendidikan karakter kristiani di asrama

STTIAA dilakukan dengan empat komponen melalui pengawasan peningkatan

pendidikan karakter kristiani. Pertama, pihak internal STTIAA Trawas

membawahi pendidikan karakter kristiani yaitu kepala STTIAA memantau

kinerja dosen dan staf mengawasi proses pembelajaran mahasiswa di kelas dan

asrama. Kedua, Stakeholder yayasan bertanggung jawab untuk mengawasi

promosi pendidikan karakter kristiani. Ketiga, Sebagai jenjang pendidikan

informal, keluarga berperan dalam pengawasan pembangunan pendidikan

karakter kristiani. Keempat, masyarakat dan keluarga dilibatkan dalam

pemantauan peningkatan pendidikan karakter kristiani, baik masyarakat

kampus maupun masyarakat sekitar.

B. Implikasi Penelitian

Temuan dan hasil penelitian ini memiliki dua jenis implikasi: teoritis dan

praktis. Kontribusi terhadap pengembangan teori manajemen pendidikan pada

umumnya, dan manajemen pendidikan karakter kristiani di sekolah tinggi teologi

pada khususnya, merupakan implikasi teoritisnya. Sedangkan implikasi praktis

berkaitan dengan kontribusi temuan penelitian terhadap penerapan dan

implementasi Pendidikan pendidikan karakter kristiani, sedangkan

kontribusi temuan penelitian terhadap penerapan dan implementasi pendidikan

karakter kristiani menjadi fokus implikasi praktis.

1. Implikasi Teoritis

Studi ini telah menghasilkan proposal hasil penelitian yang berkaitan

dengan lima bidang utama manajemen kurikulum untuk meningkatkan pendidikan


159

karakter religius kristiani. Dalam kaitan itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai pemajuan teoritis dari teori-teori manajemen kurikuler dalam pendidikan,

yaitu model manajemen peningkatan pendidikan karakter kristiani.

Manajemen kurikulum merupakan komponen penting dari ilmu

manajemen. Ilmu manajemen adalah proses merencanakan, mengkoordinasikan,

mengelola, dan membimbing beragam kegiatan anggota entitas atau organisasi,

serta menggunakan semua sumber daya entitas atau organisasi untuk mencapai

tujuannya (Stoner, 1996). Dengan demikian, manajemen adalah keterampilan

mengelola organisasi atau program. Wacana ilmu manajemen merupakan aspek

terpenting dari fungsi manajemen.

Mengenai teori manajemen, sejumlah ahli memberikan pendapatnya.

Menurut Terry (2005), manajemen adalah proses kerangka kerja yang

memerlukan memimpin atau mengarahkan sekelompok individu menuju tujuan

organisasi atau tujuan sebenarnya. Selain itu, dikatakan bahwa fungsi manajemen

adalah proses diskrit yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,

pengaktifan, dan pengaturan yang dilakukan dengan menggunakan sumber

daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Berdasarkan teori Terry menyebutkan bahwa fungsi manajemen terdiri

dari 4 hal, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

Padahal menurut hasil penelitian tentang pendidikan karakter kristiani, maka teori

ini perlu pengembangan selain keempat fungsi manajemen yang diungkapkan

Terry, ditambah evaluasi untuk menilai dan mengukur keberhasilan pendidikan


160

karakter di sekolah tinggi teologi. Bahkan dalam penelitian ini yang terpenting

dari evaluasi adalah tindak lanjut yang harus dilakukan pasca evalauasi. Tindak

lanjut yang diharapkan adalah tindak lanjut perbaikan yang dilakukan secara terus

menerus atau berkelanjutan.

Implikasi teori, selain tentang manajemen pendidikan atau ilmu

manajemen, tetapi dalam penelitian ini juga berimplikasi pada konsep pendidikan

karakter di sekolah. Selama ini pembahasan pendidikan karakter hanya sekedar

berpacu pada pengetahuan tentang karakter, padahal yang terpenting adalah

tindakannya. Betapa banyak mahasiswa yang memiliki pengetahuan agama baik,

namun perilaku dan akhlak sehari-harinya kurang baik. Hal ini menunjukan

bahwa pengetahuan saja tidaklah cukup untuk orang mampu berbuat baik.

Namun, perlu adanya pembiasaan yang dilakukan secara terus menurus

berkelanjutan.

Selama ini, pendidikan karakter di sekolah atau perguruan tinggi

dipandang sebagai tugas unik sekolah dan guru, padahal seharusnya

menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan pendidikan karakter kristiani, lembaga pendidikan

senantiasa mengikutsertakan orang tua dan masyarakat dalam menyukseskan

program, menurut temuan penelitian. Prosedur dimulai dengan tahap perencanaan

dan diakhiri dengan penilaian.


161

2. Implikasi Praktis

Berdasarkan hasil studi yang disebutkan di atas dan hipotesis terkait,

konsekuensi praktis berikut dapat ditarik. Dalam rangka memajukan pendidikan

karakter kristiani, sekolah tinggi teologi pertama, harus mendasarkan

perencanaannya pada visi dan tujuan sekolah, mengevaluasi potensi sekolah, dan

memilih nilai-nilai karakter utama yang akan dibina. Semua itu dilakukan untuk

mengembangkan program sekolah yang mencakup semua aspek pendidikan,

termasuk keluarga dan masyarakat. Kedua, sekolah tinggi teologi harus membuat

pengorganisasian yang jelas dengan memberikan tugas dan tanggung jawab sesuai

dengan kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki oleh setiap mahasiswa.

Pembagian tugas pelaksana harus dikomunikasikan dan dikoordinasikan pada

seluruh pihak agar perencanaan yang telah dibuat dapat dilaksanakan oleh setiap

penanggungjawab kegiatan. Ketiga, dalam manajemen kurikulum pendidikan

karakter kristiani berasrama dibutuhkan sinergitas seluruh elemen sekolah.

Karena, pendidikan karakter dapat diimplementasikan melalui integrasi

dalam kurikulum dan pembelajaran, kegiatan pembinaan kemahasiswaan,

pembiasaan dan pembudayaan, keteladanan serta penegakan tata tertib. Hal ini

ketika mampu diimplementasikan dengan baik serta melibatkan peran serta dari

masyarakat, maka pendidikan karakter akan mudah dilaksanakan. Keempat,

sekolah harus mampu melakukan terobosan-terobosan guna mengembangkan dan

menguatkan karakter mahasiswa. terutama dalam pengawasan karakter harus

melibatkan peran serta keluarga, stakeholder, dan pengawasan bersama dengan

masyarakat sekitar. Kelima, untuk menilai dan mengukur keberhasilan program


162

pendidikan karakter, sekolah diharuskan melakukan evaluasi secara kontinu

diawali dengan menyusun instrumen kemudian dilaksanakan oleh pihak internal

dan eksternal. Hasil evaluasi yang diperoleh berupa faktor penghambat dan

pendukung diolah dan dianalisis sehingga menjadi rujukan dan pedoman untuk

melakukan tindak lanjut perbaikan secara berkelanjutan.

C. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian, maka dikemukakan saran-saran

kepada berbagi pihak sebagai berikut.

1. Bagi Kementerian Agama (Pembimas Kristen) dan Pendidikan RI

a. Kementerian hendaknya membuat aturan dan pedoman kurikulum

pendidikan karakter kristiani secara praktis dan implementatif serta

yang mudah dipahami dan dilaksanakan oleh sekolah tinggi

teologi.

b. Kementerian diharapkan memberi perhatian khusus serta

pendampingan lebih terstruktur dalam melaksanakan program

pendidikan karakter kristiani yang menjadi nawacita pemerintah

sehingga sekolah dapat melaksanakan program dengan efektif dan

efisien.

c. Kementerian hendaknya memberikan apresiasi lebih kepada para

mahasiswa yang memiliki karakter terbaik, bukan hanya sekedar

memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang berprestasi.


163

2. Bagi STTIAA Trawas Mojokerto

a. Pimpinan STTIAA Trawas Mojokerto diharapkan selalu bersinergi

dengan dosen dan tenaga kependidikan dalam merencanakan

program- program kampus dan melakukan pengawalan serta

pengawasan secara optimal agar terwujud lulusan yang berkarakter

seperti yang diharapkan.

b. Pimpinan dan dosen serta tenaga kependidikan STTIAA Trawas

Mojokerto hendaknya memberikan masukan-masukan mengenai

program-program yang menunjang pelaksanaan kurikulum

pendidikan karakter kristiani sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.


DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, S. (2012). Pembelajaran nilai karakter. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Ahmad (2015) Manajemen pendidikan karakter dalam mewujudkan mutu


lulusan. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim. http://etheses.uin-malang.ac.id/3572/ diakses 20
Januari 2019.
Akbar. (2000). Pembinaan pendidikan karakter di sekolah menengah
pertama. Jakarta: Direktorat PSMP.
Allport, G.W. (1961). Pattern and growth in personality. New York:
Holt, Rinehart & Winston.
Aksara Battistich. (2005). Character education, prevention, and positive
youth development. Research Paper.University of Missouri,
St.Louis. https://rhyclearinghouse.acf.hhs.gov/ diakses 5 Januari
2019.
A.M.Irfan Taufan Asfar, A.M.Iqbal Akbar Asfar, Mercy F Halamury
Program Doktoral Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Makassar.
Diakses 19 April 2023.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi.
Berkowitz & Bier. (2004). Research based character education. The
ANNALS of the american academic. 591. 72-85.
Budiningsih. (2004). Belajar dan pembelajaran. Yogyakarta:Rineka Cipta.
Bulach. (2002) Implementing a character education and assessing its impact
on student behavior. Clearing house. 76(2), 79-84.
Buchory. (2012). Guru : Kunci pendidikan nasional. Yogyakarta:Leotika
Prio.
Cahyono. (2016). Pendidikan karakter: Strategi pendidikan nilai dalam
membentuk karakter religius. E-journal. 1(2).http://e-
journal.metrouniv.ac.id/index.php/riayah/article di akses 03 Pebruari
2019.
Damayanti dan Wibowo. (2014). Evaluasi program pendidikan karakter di
sekolah dasar kabupaten kulon progo. Jurnal prima edukasia. 2(2),
223- 224.
Denscombe, M. (2007). The good research guide for small-scale social
research projects. New York: Open University Press.

164
165

Dimensia. http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318574/ pe-


nelitian/nasionalisme.pdf . diakses tanggal 15 Januari 2019.
Doni. A. Kusuma (2012). Pendidikan Karakter Utuh dan
Menyeluruh. Yogyakarta:KANISIUS (Anggota IKAPI).
Dwiningrum. (2013). Nations Character Education based in the social
capital theory. Asian social science. 9 (12), 144-155.
Fathurrohman, dkk (2013). Pengembangan pendidikan karakter. Bandung:
PT Refika Aditama.
Fitri. (2012). Pendidikan karakter berbasis nilai dan etika di
sekolah. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
Ghony & Almansyur (2012). Metodologi penelitian kualitatif. Jogyakarta:
Ar- Russ Media.
Gunawan. (2012). Pendidikan karakter konsep dan implementasi. Bandung:
Alfabeta.
Hadari Nawawi. 2005. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hadjar, et al., (2014). Gender and educational achievement:Educational
Research. 56 (2),
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00131881.2014.
898908.
Hariandja, M. T. E. (2002). Manajemen sumber daya manusia. Grasindo.
Hayes. (2003). Whoes volues do we teach?. Delta kappa gamma bull. 69(3).
55- 57.
Hendrastomo. (2007). Nasionalisme vs globalisasi; hilangnya semangat
kebangsaan dalam peradaban modern.
Henson, Kennet. (2001). Curiculum Planning. McGraw-Hill. New York.
Hyde, K. F. (2000). Recognising deductive processes in qualitative
research. Qualitative market research: An international journal,
3(2), 82-90.
Judiani, Sri. (2010). Implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar
melalui Pendidikan pelaksanan kurikulum. Jurnal pendidikan dan
kebudayaan. 16(3). 280.
Kemendikbud, R. (2015). Kemendikbud 2015-2019. Rencana
Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Kemendikbud, R. I. (2017). Konsep dan Pedoman Pendidikan Karakter.
Jakarta. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor, 87.
166

Kemendikbud, R. I. (2018). Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Retrieved


January 7, 2018.
Kemendikbud, T. P. P. G. (2016). Panduan Gerakan Literasi Sekolah di
Sekolah Menengah Atas. Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah
Kemendikbud.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Panduan pelaksanaan
pendidikan karakter. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Kesuma. (2012). Pendidikan karakter kajian teori dan praktik di sekolah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kistanto, N. H. (2000). Budaya Akademik: Kehidupan dan Kegiatan
Akademik di Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Jakarta:
Dewan Riset Nasional, Kantor Menteri Negara Riset dan
Teknologi.
Koesoema, D. A. (2012). Karakter Pendidikan Utuh dan Menyeluruh.
Yogyakarta: Kanisius.
Koontz, H., & Weihrich, H. (1990). Esseintials of management. Singapore:
McGraw-Hill Publishing Company.
Kupperman, Joel. (1991). Ethics for Extraterrestrials. American
Philosophical Quarterly, 28(4), 311-320.
Kurniawan, T. (2013). Pengaruh Kompetensi Pedagogik, dan Kompetensi
Profesional Guru Terhadap Kinerja Guru di SMK (Doctoral
dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).
Leslie. (2012). Character, social-emotional, and academic outcomes among
underachieving elementary school students, Journal of education
for students placed at risk (JESPAR). 17 (3), 201-216.
Licona, M. M., & Gurung, B. (2011). Asynchronous discussions in online
multicultural education. Multicultural Education, 19(1), 2-8.
Lickona, T. (1992) Educating for character: How our schools can teach
respect and respon-sibility. Sage Journal, 76, 119-120. Diperoleh
dari https://doi.org/10.1177%2F0192636
Lickona, T. (2006). Eleven principles of effektive character education.
Journal of moral education. 25 (1), 93-100.
Lincoln & Guba (1985). Naturalistic inquiry. Newbury Park, CA: SAGE
Publications.
Marina, A. (2009). Pengaruh sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja
manajerial dengan ketidakpastian lingkungan dan desentralisasi
167

sebagai variabel moderating. Universitas Muhammadiyah


Surabaya.
Marthan, L. K. (2017). Manajemen pendidikan inklusif. Jakarta: DIRJEN
DIKTI. Mulyasa. (2011) Manajemen Pendidikan Karakter.
Jakarta:Bumi Aksara.
Megawangi, R. (2004). Pendidikan karakter: solusi yang tepat untuk
membangun bangsa. Jakarta: Star Energy (Kakap) Ltd.Susuhunan
pakubuana IV, serat Wulangreh (1968 -1920).
Miles., Huberman., & Saldana. (2014) Qualitative data analysis: A methods
sourcebook and the coding manual for qualitative researchers.
Arizona: Sage Group.
Milson & Lisa. (2010). Elementary school teacher: sense of efficacy for
character education. The journal of educational research. 96 (1),
47-53.
Milles., Matthew, B., & Huberman, A. (2007). Analisis data kualitatif.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Moleong. (2014). Metodologi penelitiam kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Moleong. (2005). Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Munir, A. (2008). Menjadi kepala sekolah efektif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Munir, Abdullah. (2010). Pendidikan karakter: Membangun karakter anak
sejak dari rumah. Yogyakarta: Pedagogia.
Mustaqim. (2013). Pengaruh penerapan pendidikan karakter di sekolah
terhadap perilaku akademik siswa kelas XI teknik komputer
jaringan di SMK piri 1 Yogyakarta. Yogyakarta:
https://eprints.uny.ac.id/10264/1/jurnal, diakses tanggal 17 Agustus
2018.
Mustari, Mohammad. (2014). Manajemen pendidikan. Jakarta:
RajawaliPers. Nawawi, H., & Martini, M. (2005). Penelitian
terapan. Gadjah Mada University Press.
Nurhadi. (1983). Administrasi pendidikan di sekolah. Yogyakarta: IKIP.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. (2018). pendidikan karakter pada
satuan pendidikan formal. Jakarta: Depdiknas.
(online),
(https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/Permendikbud_Tahun2018_No
mor20. pdf, diakses 14 Agustus 2018.
168

Peraturan Presiden, R. I. Nomor 17 Tahun 2017. Tentang ketentuan Agraria


Tata Ruang.
Pratiwi (2016). Pengaruh lingkungan pergaulan sekolah dan dukungan
keluarga terhadap sikap kesehatan reproduksi siswa-siswi di kelas
X SMK Budi Tresna Muhammadiyah Kabupaten Cirebon.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/Liliek-
Pratiwi- M.KM_.pdf. diunduh tanggal 14 Januari 2019.
Purwanto. (2005). Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung:PT
Remaja Rosdakarya.
Rawana, et al. (2011). Implementation of a strengths-based approach to
teaching in an elementary school. Journal of theaching and
learning. 8(1).
Riyanto, Y. (2007:108). Metodologi penelitian pendidikan kualitatif dan
kuantitatif. Surabaya: Unesa University Press.
Sanjaya, A. P. (2010). Band Sebagai Sarana Penyembuhan Penderita
Penyakit Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Surakarta. Dalam
Skripsi.
Sanjaya, W. (2015). Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Kencana.
Silay. (2014). Another type of character education: Citizenship
Education. International Journal Education. 6 (2).
Sidjabat, Binsen B., (2019) Penguatan Guru PAK untuk Pendidikan
Karakter : Melihat kontribusi Seri Selamat, Evangelikal: Jurnal
Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Volume 3 (hal 30-48).

Sisdiknas, U. U. (2003). Bandung: Citra Umbara.


Siswanto. (2005). Pengantar manajemen. Jakarta:Bumi Aksara.
Somantri, Manap. 2014. Perencanaan Pendidikan. Bogor: PT Penerbit IPB
Press Sonhadji, A. dan Huda, M.A.Y. (2015). Asesmen Kebutuhan,
Pengambilan Keputusan, dan Perencanaan: Matarantai dalam
Manajemen Pendidikan. Malang: UM Press.
Stoner, J. A. F., Freeman, R. E., & Gilbert Jr, D. R. (1996). Management
6th edn, Prentice Hall,Inc, New Jersey.
Sudjana. (2000). Manajemen program pendidikan untuk pendidikan luar
sekolah dan pengembangan sumber daya manusia. Bandung: Falah
Production.
Sugiyono. (2009). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, P. (2005). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
169

Suprihatin, I. (2014). Perubahan Perilaku Gotong Royong Masyarakat


Sekitar Perusahaan Tambang Batubara di Desa
Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang. Skripsi
Universitas Mulawarman. Samarinda.
Suryadi. (2014). Pola pendidikan karakter siswa melalui pendidikan islam
terpadu.
http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/36723,
diakses 02 Januari 2019.
Sutarjo. (2012). Pembelajaran nilai-karakter. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Suyitno, I. (2012). Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa
Berwawasan Kearifan Lokal. Jurnal Pendidikan Karakter, (1).
Ta'rifin, A. (2011). Mengemas implementasi pendidikan moral di sekolah.
Edukasia Islamika, 9(1).
Tafsir, Ahmad. (2009). Pendidikan Budi Pekerti. Bandung: Maestro.
Tamansyah, dkk. (2012). Pedoman pengembangan pendidikan karakter di
sekolah inklusif. Padang: Direktorat PKLK.
Terry George, R., & Rue, L. W. (2005). Dasar-Dasar Manajemen. Bumi
Aksara, Jakarta.
Tjiptono, F., & Diana, A. (2003). Total Quality Management Edisi Revisi.
Yogyakarta: Andi.
Trisno, Bambang. (2009). ManajemenSumber Daya Manusia. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Tsai & Agboola, (2012). Bring Character Education into classroom.
European Journal of Educational Researh. 1(2). 163-170.
Uno, H. B. (2012). Assessment pembelajaran. Bumi Aksara.
Widiyanti. (2012). Pengaruh pendidikan karakter dengan pendekatan
paradigma pedagogi reflektif dan motivasi belajar terhadap
kepribadian siswa dalam pendidikan agama katolik di SMP katolik
se-kota Madiun. Solo:Perpustakaan UNS.
Widiyastono. (2010). Penyelenggaraan Pendidikan Karakter Melalui
Optimalisasi Pelaksana-an Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
https://www.neliti.com/publications/138941/penyelenggaraan-
pendidikan- karakter-melalui-optimalisasi-pelaksanaan-kurikulum-t
diakses 10 Januari 2019.
Wolfgang, et al (2006). Behavioral economics comes of age: A review
170

essay on "advances in behavioral economics". Journal Education.


44(3), 712-721.
Zaenudin, M. (2012). Cohesive Devices in Hortatory Exposition Texts
Posted in Class Blog by Eleventh Grade Students of SMA Negeri 1
Temanggung (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).
Zubaedi, D. P. K. (2011). Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Zuhdan, K. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Terpadu
Untuk Meningkatkan Kognitif, Keterampilan Proses, Kreativitas
serta Menerapkan Konsep Ilmiah Peserta Didik SMP. Universitas
Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1

Daftar Nama Informan

NO DOSEN MATA KULIAH YANG DIAJAR


1 Dr. Ana Budi Kristiani, S.Sn., 1: Teologi Perjanjian Lama
M.M. 2: Metodologi Penelitian dan
Formatting
3: Tafsir PL IV: Nabi-Nabi Besar
4: Bahasa Ibrani 1 dan 2
p2 Andreas, M.Th. 1: Teologi Sistematika V:
Eklesiologi
2: Adminstrasi Gereja
3 Candra Agung Pambudi, 1: Psikologi Umum
S.Th., M.Pd.K. 2: PAK dalam Masyarakat Majemuk
4 Dr. Danik Astuti Lumintang, 1: Theology of Mission
M.Th., M.Pd.K. 2: Teologi Sistematika I: Allah
5 Dr. Dwi Lestari Ningsih, S.T, 1: Teori-teori belajar dan Penerapan
M.Pd.K. Dalam PAK
2: Metode PA di Sekolah
6 Immanuel Yosua 1: Pengantar Pendidikan Politik
Tjiptosoewarno, S.Th., 2: Filsafat PAK
M.A.C.E., M.I.Kom., M.H.
7 Dr. Lucas Majos Pattinama, 1: Kewarga Negaraan
M.Pd.K., M.I.Kom. 2: Ilmu Komunikasi
3: Sosiologi
4: Sejarah PAK
8 Lukman Purwanto, S.E., 1: Hermeneutika
M.Th. 2: Teologi Reformed
3. Teologi Sistematika II: Manusia
dan Dosa
9 Dr. Rei Rubin Barlian, M.Th. 1: Kepemimpinan Kristen
2: Contemporary of Preacing
3: Contemporary of Missiologi
10 Dr. Rosnila Hura, M.Pd.K. 1: Perencanaan Pembelajaran PAK
2: Evaluasi Pembelajaran PAK
3: Etika Kristen dan Profesi
Keguruan
4: Pengembangan Kurikulum
11 Rudhy Christyawan, M.Th. 1: Misi Kontekstual
171
172

2: Multimedia Pembelajaran
3: Misiologi
12 Stefanus Maurits Limpele, 1: Sejarah Gereja Umum 1 dan 2
M.Th. 2: Sejarah Gereja Indonesia
3: Misi Kontemporer
13 Dr. Sugiono, M.Th. 1: Bahasa Yunani 1 dan 2
2: Homiletika
3: Eksegese Perjanjian Baru
4: Teologi Perjanjian Baru
14 Dr. Susana Endang 1: Tafsir PB I: Injil Sinoptik
Srisusiani, M.Th. 2: Teo. Sistematika V: Roh Kudus
3: Teo. Sistematika III: Kristus
4. Tafsir PB II: Surat-Surat Umum
15 Thinna Naftali Woenardi, 1: Anak Berkebutuhan Khusus
S.Th., M.Pd. 2: Psikologi Pendidikan dan
Pembelajaran
3: Psikologi Umum
4: Pastoral Konseling
16 Trivina Ambarsari Sutanto, 1: Pengantar Teologi Sistematika
S.E., M.Th. 2: Evangelical dan Oikumenikal
3: Tafsirl PL 1: Taurat
4: Entrepreneurship
173

Lampiran 2

HASIL WAWANCARA MENDALAM DAN REDUKSI DATA KETUA


STTIAA TRAWAS MOJOKERTO

Kode Informan : KSTTIAA


Jabatan : Ketua
Hari dan Tanggal : Jumat, 26 November 2021
Waktu : 09.30 – 11.00
Lokasi : Ruang Ketua

No Pertanyaan Respon Fokus


Penelitian
Bagaimanakah
1 manajemen kurikulum Manajemen kurikulum pendidikan
pendidikan karakter karakter kristiani berbasis asrama
kristiani berbasis yang dilaksanakan oleh Sekolah 1
asrama yang Tinggi Teologi Injili Abdi Allah
Dilaksanakan oleh (STTIAA) dengan berpijak pada Visi
Sekolah Tinggi STTIAA yaitu Menjadi Perguruan
Teologi Injili Abdi tinggi berkualitas yang adalah pusat
Allah Trawas- penelitian Misi
Mojokerto?
Visi tersebut diwujudkan dengan
diturunkan secara praktikal ke dalam
semua Bidang/Unit hingga yang
terkecil, salah satunya ke dalam
Bidang III Kemahasiswaan yang
menggawangi pendidikan karakter
kristiani Mahasiswa STTIAA. Visi
STTIAA diuraikan dalam bentuk
Tata Nilai yang hendak ditanamkan
kepada Mahasiswa dan segenap
Dosen serta Staf/Karyawan.

Tata Nilai yang telah ditentukan


diuraikan lagi lebih spesifik dan
konkret melalui bentuk kegiatan yang
dilakukan sebagai media Pendidikan 2
karakter, seperti: Saat Teduh, Ibadah,
Doa-Puasa, dan lain-lain.

Konsep kurikulum pendidikan


174

No Pertanyaan Respon Fokus


Penelitian
2 Bagaimanakah strategi karakter kristiani berbasis asrama
pelaksanaan dan pelaksanaannya diawasi dan
(implementation) dievaluasi secara berkala, untuk
manajemen kurikulum dilakukan peningkatan dan
pendidikan karakter pengembangan. Lulusan yang
Kristiani berbasis dihasilkan harus memenuhi Standar
Asrama yang Perilaku yang telah ditetapkan.
dilaksanakan oleh
Sekolah Tinggi Teologi Untuk legalitas dan kekuatan hukum
Injili Abdi Allah supaya ditaati, maka Kurikulum
Mojokerto? pendidikan karakter Kristiani
berbasis asrama disahkan oleh Ketua
melalui Surat Keputusan.

Strategi yang dilakukan dalam


pelaksanaan (implementation)
manajemen kurikulum pendidikan
karakter Kristiani berbasis asrama di
Sekolah Tinggi Teologi Injili Abdi
Allah sebagai berikut:
1. Kurikulum disahkan oleh Ketua
STTIAA melalui Surat Keputusan 2
supaya mengikat ke bawah dalam
segala aspek.
2. Kurikulum disosialisasikan kepada
3 Bagaimanakah nilai- Yayasan STTIAA dan Dosen
nilai pendidikan STTIAA dilanjutkan kepada
karakter kristiani Staf/Karyawan dan khususnya
berbasis asrama di kepada Mahasiswa. Sosialisasi
Sekolah Tinggi kepada Mahasiswa dilakukan
Teologi Injili Abdi secara berkala dan kontinyu.
Allah Trawas- 3. Penugasan kepada Dosen yang
Mojokerto? terkait dengan Pendidikan
Karakter dengan diberikan Surat
Tugas, untuk jabatan: Wakil
Ketua III, Bapak/Ibu Asrama dan
Pembimbing Small Group.
4. Penyediaan perangkat lunak
seperti: (a) Kurikulum Pendidikan
Karakter Kristiani Mahasiswa
Berasrama (b) Sistem Informasi
Manajamen Kemahasiswaan.
Penyediaan Perangkat Keras,
175

No Pertanyaan Respon Fokus


Penelitian
seperti: Buku Pedoman
Bagaimanakah Mahasiswa, Buku Baca Alkitab
evaluasi manajemen Setahun, dan Buku Small Group
4
kurikulum pendidikan untuk Dosen Pembimbing.
karakter kristiani
berasrama di Sekolah Nilai-nilai inti pendidikan karakter
Tinggi Teologi Injili kristiani berbasis asrama di Sekolah
Abdi Allah Trawas- Tinggi Teologi Injili Abdi Allah
Mojokerto adalah:
1. Kudus: Terbangunnya budaya
kesadaran menjaga kekudusan
hidup, menjaga intensitas
hubungan pribadi dengan Allah,
serta rela dan berserah dalam
ketaatan kepada Allah.
2. Kasih: Terbangunnya hati yang
mengasihi atas kesadaran bahwa
Yesus Kristus telah memberi
kasih-Nya bagi manusia dan 3
mampu mengaplikasikannya
kepada sesama.
3. Komitmen: Terbangunnya
motivasi dalam proses
kepemimpinan diri yang
berakhlak, otentik, santun dan
berintegritas.
4. Tangguh: Terbangunnya pribadi
yang bersemangat untuk memberi
yang terbaik bagi pekerjaan misi
Allah dengan penuh tanggung
jawab, dapat dipercaya dan
profesional.

Evaluasi manajemen kurikulum


pendidikan karakter kristiani
berasrama di Sekolah Tinggi Teologi
Injili Abdi Allah dilakukan dengan
cara:
1. Dilakukan Audit Mutu Internal
(AMI) Bidang Kemahasiswaan
yang menangani Pendidikan
Karakter Kristiani Mahasiswa,
dengan periode setahun sekali
pada akhir tahun ajaran oleh
176

No Pertanyaan Respon Fokus


Penelitian
Badan Penjaminan Mutu Internal
(BPMI). Hasil evaluasi akan
dilanjutkan dengan peningkatan
dan Pengembangan, yang
diberikan kepada Bidang III
Kemahasiswaan.
2. Rapat Senat Dosen dilakukan
dilakukan seminggu sekali
dengan salah satu agenda
pembicaraan adalah pembahasan
Bidang Kemahasiswaan, yang 3
meliputi: (a) Laporan dan
Evaluasi Pelaksanaan Program
Pendidikan Karakter (b) Apakah
terjadi pelanggaran oleh
Mahasiswa atau tidak (c) Jika
terjadi pelanggaran, sanksi apa
yang diberikan dalam rangka
pembinaan.
5
Faktor Pendukung dalam
pelaksanaan manajemen kurikulum
pendidikan karakter kristiani 4
berasrama di Sekolah Tinggi Teologi
Injili Abdi Allah:
1. Tersedianya Perangkat lunak
berupa Konsep Kurikulum
Pendidikan Karakter yang jelas,
mudah dipahami, sederhana dan
indikator pencapaian yang
terukur.
2. Sosialisasi Kurikulum Pendidikan
Karakter yang kontinyu kepada
Dosen dan Mahasiswa.
3. Tersedianya Perangkat Lunak
berupa Sistem Informasi
Manajemen Kemahasiswaan
(SITAAT) yang merekap
penilaian.
4. Sistem Pengawasan yang
Berjenjang, dari Co Asrama,
Bapak/Ibu Asrama, Waket III
Bidang Kemahasiswaan.
177

No Pertanyaan Respon Fokus


Penelitian
Faktor Penghambat dalam
pelaksanaan manajemen kurikulum
pendidikan karakter kristiani
berasrama di Sekolah Tinggi Teologi
Injili Abdi Allah: Tidak ada
penghambat yang sangat
mengganggu, pelaksanaan berjalan
dengan baik. Jika ada kendala kecil,
biasanya dalam hal mengambil
keputusan untuk memberikan sanksi
atau pembinaan khusus kepada
Mahasiswa yang melanggar, di dalam
Rapat Senat Dosen. Selama ini bisa
diselesaikan secara mufakat
178
Lampiran 3

HASIL WAWANCARA DAN REDUKSI DATA WAKIL KETUA STTIAA

Kode Informan : WKSTTIAA


Jabatan : Wakil Ketua 1 Akademik
Hari dan Tanggal : Senin, 20 Desember 2021
Waktu : 09.00 – 10.30
Lokasi : Ruang Kantor

No Pertanyaan Respon Tema


1 Bagaimanakah Nilai-nilai kudus yaitu
manajemen dengan kegiatan kerohanian
kurikulum yang diterapkan seperti doa
pendidikan karakter malam dan saat teduh
kristiani berbasis diasrama, kebaktian,
asrama yang Penelaan Alkitab, shering
dilaksanakan oleh dan menonton video khotbah
Sekolah Tinggi serta PA yang dilaksanakan
Teologi Injili Abdi di small group saya,
Allah Trawas- selanjutnya kebaktian umum
Mojokerto? di hari minggu dan renungan
di setiap hari selasa dan
Bagaimanakah jumat yang diwajibkan untuk
strategi pelaksanaan diikuti dalam rangka
(implementation) membangun kerohanian,
manajemenkurikulum relasi kepada TUHAN dan
pendidikan karakter sebagai sarana pembinaan
Kristiani berbasis untuk hidup
Asrama yang kudus sesuai dengan
Dilaksanakan oleh kebenaran Firman TUHAN.
Sekolah Tinggi Kegiatan-kegiatandiatas
Teologi Injili Abdi menurut saya selama saya
Allah Mojokerto? mengikutinya begitu baik
dalam rangka pembentukan
Bagaimanakah nilai- karakter dalam hidup rohani
nilai pendidikan saya.
karakter kristiani
berbasis asrama di Berkaitan dengan nilai-nilai
Sekolah Tinggi kasih yang saya rasakan
Teologi Injili Abdi selama ini adalah saling
Allah Trawas- membantu saat kerja praktis,
Mojokerto? saling mempedulikan, saya
juga merasa selama saya ada
179

No Pertanyaan Respon Tema


di STTIAA saya seperti
Bagaimanakah menemukan keluarga yang
evaluasi manajemen hangat yang menopang saya,
kurikulum ketika saya ada masalah ada
pendidikan karakter orang yang mau
kristiani berasrama di mendengarkan kesulitan
Sekolah Tinggi saya, bantuan dan
TeologiInjili Abdi pertolongan orang lain saya
AllahTrawas- sangat rasakan disini, saya
Mojokerto? juga merasakan bagaimana
kepedulian dosen yang
Bagaimanakah faktor sangat tinggi kepada saya,
pendukung dan saya rasakan para dosen
penghambat dalam seperti orang tua yang sangat
pelaksanaan peduli dan mau membimbing
manajemenkurikulum saya ditengah kesulitan
pendidikan karakter tugas-tugas dan materi yang
kristiani berasrama di saya kurang mengerti dosen-
Sekolah Tinggi dosen membantu saya
Teologi Injili Abdi dengan sabar untuk dapat
Allah Mojokerto? mengerti, teman-teman juga
ini? sangat mengsuport dalam
kepedulian, bukan hanya
pada hal yang positif tetapi
juga disaat saya ada kelalaian
mereka mau menegur saya

Mojokerto, Desember 2021


Wakil Ketua 1 STTIAA

Dr. Ana Budi Kristiani, S.Sn.,M.M


180

Lampiran 4
HASIL WAWANCARA DAN REDUKSI DATA MAHASISWA STTIAA

Kode Informan : MH SW
Jabatan : Mahasiswa
Hari dan Tanggal : Selasa, 18 Januari 2022
Waktu : 10.30
Lokasi : Ruang Kantor

No Pertanyaan Respon Tema


1 Bagaimana Pengalaman saya
pengalaman saudara menjalankan proses
dalam menjalani pembentukan dan 3
proses pembentukan perkembangan karakter
dan pengembangan mahasiswa selama saya di
karakter selama STTIAA, berdasarkan
menempuh studi di manajemen kurikulum yang
STTIAA telah ditetapkan yaitu, Ketika
Berdasarkan saya ada di sekolah di
kurikulum yang ada STTIAA, berdasarkan
atas nilai-nilai Kudus, kurikulum yang telah
Kasih, Komitmen dan ditetapkan yaitu, Ketika saya
Tangguh? ada di kampus dan di asrama
saya dibiasakan bersikap
sopan santun bertutur kata
ramah dan senyum.. Dengan
adanya saat teduh saya bisa
membuat renungan singkat
dari bahan Alkitab yang saya
baca. Nilai-nilai karakter
kristiani disampaikan ke
mahasiswa secara rutin.
Tetapi dengan berjalannya
waktu dan dilakukan setiap
hari sudah terbiasa untuk
bangun pagi.. .Hal ini
membentuk karakter Kudus
yang merupakan salah satu
nilai yang harus terbangun
selama masa studi di
STTIAA.
181

Lampiran 5

HASIL WAWANCARA DAN REDUKSI DATA MAHASISWA STTIAA

Kode Informan : MHSWS


Jabatan : Mahasiswa
Hari dan Tanggal : Jumat, 10 Desember 2021
Waktu : 11.00
Lokasi : Ruang Kantor

No Pertanyaan Respon Tema


1 Bagaimana Pengalaman saya
pengalaman saudara menjalankan proses
dalam menjalani pembentukan dan 3
Proses dalam perkembangan karakter
pembentukan dan mahasiswa selama saya di
pengembangan asrama STTIAA
karakter selama sangat merasakan perhatian
menjadi mahasiswa dari teman-teman dan semua
STTIAA? dosen..
Dari segi nilai-nilai tangguh
di sini saya diajarkan harus
bisa bukan hanya satu bidang
tapi beberapa bidang karna
sebagai hamba TUHAN kita
harus siap dan telaten di
ladang tempat kami nanti
ditempatkan lewat kerja
praktis, pelayanan di
kebaktian umum,
keterampilan musik,
pembekalan dan pelatihan
pertanian, wirausaha, dan
bagaimana dosen-dosen
mendorong kami untuk bisa
menguasai beberapa bidang
untuk dapat siap di ladang
misi, saya dulunya dari tidak
mengetahui diajarkan untuk
tahu memainkan alat musik,
juga bagaimana mengelola
pertanian, melakukan
perbaikan perabot,
182

No Pertanyaan Respon Tema


mengetahui multimedia dan
sound system ini semua
diberikan di STTIAA agar
kami siap, mandiri, dan
mampu menyesuaikan diri
dalam berbagai keadaan
apapun.
Saya sangat merasakan
perbedaan dari yang pertama
kali saya datang kesini
dibanding dengan saya saat
ini, melalui kegiatan-
kegiatan yang dilakukan
dikampus ini saya merasa
saya dan teman-teman saya
didorong pada pembentukan
karakter yang bertumbuh
dalam kerohanian dan
kehidupan yang kudus sesuai
dengan Firman TUHAN,
tindakan peduli dan kasih
yang sesuai dengan Alkitab,
hidup yang konsisten dan
memiliki prinsip dan
komitmen sesuai dengan
nilai-nilai kebenaran Alkitab,
dan ketangguhan menghadapi
kehidupan
diberbagai medan atau
ladang pelayanan misi
dimana kami akan diutus.
183

Lampiran 6

HASIL WAWANCARA DAN REDUKSI DATA IBU ASRAMA DOSEN


STTIAA

Kode Informan : IBASRAMA


Jabatan : Ketua Asrama
Hari dan Tanggal : Selasa, 15 Pebruari 2022
Waktu : 10.30
Lokasi : Ruang Makan

No Pertanyaan Respon Tema


1 Bagaimana Menurut saya kurikulum
pengalaman Ibu karakter Kristiani harus
dalam menjalani berlandaskan Injili atau 3
proses perencanaan, kebenaran/Alkitab yang
pelaksanaan dan mendorong dan membentuk
pengawasan mahasiswa Teologi pada
kurikulum
hidup yang kudus baik dalam
pendidikan dan
membangun relasi dengan
pengembangan
karakter selama di sang pencipta (Ibadah dan
asrama STTIAA ? kegiatan kerohanian),
maupun kehidupan suci
lewat perilaku yang
berdampak sebagai hamba
TUHAN yang memberi
teladan dan dampak kepada
banyak orang, selanjutnya
kurikulum harus
menekankan ketaatan dan
komitmen untuk hidup taat
kepada yang berotoritas,
terhadap komitmen
kehidupan yang sakral,tertib
dan disiplin sesuai dengan
nilai-nilai kebenaran pada
Alkitab,selanjutnya
menumbuhkan kasih yang
berdampak dalam karitatif,
reformatif dan tranformatif
184

No Pertanyaan Respon Tema


lewat pelayanan yang
holistik dan kurikulum
karakter kristian perlu
membekali mahasiswa dalam
kewirausahaan, pertanian
yang berlandaskan
lingkungan yang
berkelanjutan, keahlian
kesehatan,keahlian konseling
pastoral dan keterampilan
yang dapat diandalkan dalam
berbagai situasi.
.
185

Lampiran 7

HASIL WAWANCARA DAN REDUKSI DATA MAHASISWA STTIAA


Kode Informan : MHSW
Jabatan : Mahasiswa
Hari dan Tanggal : Jumat, 10 Desember 2021
Waktu : 09.30
Lokasi : Ruang Kantor

No Pertanyaan Respon Tema


1 Bagaimana Isi Kurikulum pembentukan
pengalaman saudara (pengembangan) karakter
dalam menjalani mahasiswa teologi harus 3
proses pembentukan mempunyai tujuan yang jelas
dan pengembangan sesuai dengan dasar landasan
karakter selama alkitabiah, seperti yang
menempuh studi di
terdapat dalam Amsal, 22:6
asrama STTIAA ?
“Didiklah orang muda
menurut jalan yang patut
baginya, maka pada masa
tuanya pun ia tidak akan
menimpang dari pada jalan
itu.” Dari landasan ini, maka
diharapkan mahasiswa
teologi bisa memahami arti
tujuan hidup mereka.
Setiap kegiatan pembentukan
( pengembangan) karakter
hendaknya menggunakan
landasan alkibiah yang kuat
sehingga akan melahirkan
kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan yang
berdasarkan asas-asas yang
telah di tetapkan sesuai
dengan kurikulum yang
dibuat.
186

Lampiran 8

HASIL WAWANCARA DAN REDUKSI DATA MAHASISWA STTIAA

Kode Informan : MHSW


Jabatan : Mahasiswa
Hari dan Tanggal : Jumat, 10 Desember 2021
Waktu : 12.30
Lokasi : Ruang Kelas

No Pertanyaan Respon Tema


1 Bagaimana Pengalaman saya dalam
pengalaman saudara menjalani proses pembentukan
dalam menjalani dan pengembangan karakter 3
proses pembentukan selama menempuh studi di
dan pengembangan STTIAA berdasarkan
karakter selama kurikulum yang ada yaitu
mahasiswa sangat beragam ada banyak hal
menempuh studi di baru yang perlu saya pelajari
asrama STTIAA ? yang pada awalnya tidak biasa
dilakukan akan tetapi setelah
masuk di Kampus terlebih lagi
kehidupan asrama perlu
penyesuaian diri. Bukan hal
yang mudah dalam menjalani
proses pembentukan di
STTIAA dikarenakan harus
mengubah tingkah laku yang
lama dan memulai sesuatu hal
baru. Pengalaman yang sangat
berharga yang tidak saya
lupakan adalah bagaimana kita
bisa memanajemen waktu
dengan baik dan memanfaatkan
waktu luang dengan hal yang
berguna.
2. Dampak yang saya rasakan
dalam proses pelaksanaan
kurikulum tersebut adalah saya
bisa mengatur waktu dengan
baik tidak seperti dulu ketika
pertama masuk di kampus,
mampu mengubah karakter
187

No Pertanyaan Respon Tema


yang pembangkang menjadi
penurut, hubungan dengan
Tuhan semakin meningkat hari
demi hari sehingga membuat
kehidupan berubah total.
3. Kurikulum pembentukan
atau pengembangan karakter
yang ideal menurut saya adalah
komitmen dan tanggung jawab
sehingga bukan hanya sekedar
formalitas belaka akan tetapi
menjadi sebuah kebiasaan yang
dapat di aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
188

Lampiran 9

HASIL WAWANCARA DAN REDUKSI DATA MAHASISWA STTIAA

Kode Informan : MHSW


Jabatan : Mahasiswa
Hari dan Tanggal : Senin, 20 Desember 2021
Waktu : 12.30
Lokasi : Ruang Kuliah

No Pertanyaan Respon Tema


1 Bagaimana Pengalaman saya dalam
pengalaman saudara menjalani pembentukan
dalam menjalani karakter selama Sekolah di 3
proses pembentukan STTIAA sering sekali terjadi
dan pengembangan jatuh-bangun, semester 1
karakter selama sampai dengan semester 4 itu
mahasiswa adalah semester yang
menempuh studi di menurut saya rawan sekali
asrama STTIAA ? jatuh. Kadang membuat saya
malas bersaat teduh, saat
teduh pada saat itu saya
lakukan hanya sekedar
rutinitas yang wajib
dilakukan supaya tidak
pelanggaran. Relasi dengan
Tuhan maupun dengan
sesame tidak baik, tidak
dapat mengasihi dengan
tulus dengan sepenuh
hati.kadang ada rasa minder
ada rasa iri hati dan
sebagainya. Dan ketika saya
tahu saya sudah jayh dari
Tuhan saya Kembali bangun
komtmen dangan Tuhan,
seperti melakukan saat teduh
tidak hanya sekedar
kewajiban tetapi benar-benar
mengalami perjumpaan
pribadi dengan Tuhan.
Namun beberapa kali gagal
dan membuat saya tidak
memegang komitmen itu
lagi. Tapi seiring berjalannya
189

No Pertanyaan Respon Tema


waktu ketika memasuki
semester 5 sampai sekarang
sudah semester 7 saya baru
merasakan semuanya
pembentukan terhadap
karakter saya, terhadap
hubungan saya atau relasi
saya baik terhadaP Tuhan
maupun dengan sesame.
Saya saat ini benar-benar
menikmati saat teduh
bersama dengan Tuhan dan
lagi berproses untuk
mengasihi sesame dengan
segenap hati dan Kembali
membuat komitmen yang
kuat untuk mengikuti Tuhan
dengan menjalani proses
pembentukan karakter di
tempat ini. dan membuat
saya semakin kuat dan
Tangguh di dalam Tuhan.
190

Lampiran 10

HASIL WAWANCARA DAN REDUKSI DATA MAHASISWA STTIAA

Kode Informan : MHSW


Jabatan : Mahasiswa
Hari dan Tanggal : Rabu, 15 Desember 2021
Waktu : 10.30
Lokasi : Ruang Kuliah

No Pertanyaan Respon Tema


1 Bagaimana Pengalaman saya dalam
pengalaman saudara menjalani setiap proses
dalam menjalani pembentuka di STTIAA ada 3
proses pembentukan jatuh bangunnya dan
dan pengembangan banyak hal sulit yang harus
karakter selama saya lewati dalam
menempuh studi di pembentukan membentuk
asrama STTIAA ? karakter saya,
Kudus: bagi saya ini adalah
hal yang sangat sulit untuk
saya lakukan ada banyak hal
yang membuat saya sulit di
dalam bagian tersebut, bagi
saya menjaga kekudusan
bukan hal yang mudah untuk
saya lakukan bahkan saat
teduh setiap pagi pun itu tidak
cukup untuk membuat saya
bisa menjaga kekudusan
bahkan saya sendiri pernah
jatuh dengan tidak menjaga
kekudusan hidup saya, secara
pribadi
191

No Pertanyaan Respon Tema


saya harus terus menjaga
setiap apa yang saya lihat,
saya dengar, saya katakan,
saya lakukan agar saya
mampu untuk menjaga
kekudusan hidup dan yang
paling penting saya terus
terhubung dengan Tuhan.
Kasih: Secara pribadi sangat
sulit bagi saya untuk
melakukan hal ini tetapi
karena pembinaan bahkan
firman Tuhan yang sering
saya dengar dan menyadarkan
saya bahwa sebagai orang
yang sudah dikasihi Tuhan
saya juga harus bisa
mengasihi orang yang dikasihi
Tuhan
Komitmen: saya terkadng
agak susah untuk melakukan
sesuatu dengan baik tetapi
melalui pembentkan ditempat
ini saya bisa belajar untuk
komitmen,bahkan saya
bersyukur selama semester ini
saya tidak pernah bolong saat
teduh, dan ada waktu-waktu
yang juga saya berikan secara
khusus dengan Tuhan
192

Lampiran 11

HASIL OBSERVASI (PENGAMATAN)

Kode Informan : DS
Jabatan : Dosen
Hari dan Tanggal : 09 Maret 2022
Waktu : 07.00 – 08.00
Lokasi : Kelas

Pertama dosen masuk dikelas dengan sopan santun dan mengucap salam pagi

kepada mahasiswa. Dalam hal kekudusan dimana di STTIAA ini dosen dan

mahasiswa patuh dan taat pada aturan lembaga dan bersyukur. Kemudian dosen

memberikan nasehat pembinaan kerohanian dengan mencontohkan saat teduh,

dimana dengan bersaat teduh menumbuhkan kerohanian dimana untuk lebih dekat

lagi dengan Tuhan dan bersyukur atas kebaikan Tuhan, selain itu dalam

peribadahan setiap hari, dimana terkadang merasa hanya sebagai aktivitas akan

tetapi jika direnungkan dengan adanya peribadahan merasakan kebaikan Tuhan

dalam hidup kita. Selain itu dosen merenungkan betapa baiknya Tuhan dalam hidup

saya, untuk itu saya harus mengambil waktu untuk Tuhan.

Selanjutnya dosen mengajarkan kasih yang sebenarnya menjadi landasan

dalam setiap kehidupan kita, karena Tuhan Allah kita telah mengasihi kita. Banyak

hal yang dapat kita pelajari untuk mengasihi, memang susah bagi kita akan tetapi

dengan kita mengasihi kita sadar bahwa hal ini yang harus kita lakukan. Dari hal-

hal kecil kita dapat memberikannya kepada orang lain, selagi kita masih bisa

mengasihi orang lain kita harus bisa memberikannya. Dan di STTIAA ini kita

banyak belajar tentang mengasihi terlebih hidup dilingkungan orang banyak dan

berbagai karakter.
193

Lampiran 12

HASIL OBSERVASI (PENGAMATAN)

Kode Informan : MHSW


Jabatan : Mahasiswa
Hari dan Tanggal : 09 Maret 2022
Waktu : 07.00 – 08.00
Lokasi : Kelas

Pertama mahasiswa bercerita pengalaman selama pembentukan karakter di

STTIAA, sangat luar biasa. Banyak hal yang dapat merubah karakter saya selama

pembentukan di STTIAA. Dalam hal kekudusan, misalnya saat teduh. Dulu jarang

saat teduh ketika belum masuk di kampus STTIAA. Meskipun belum kudus secara

total, karena masih hidup dalam daging. Namun saya merasakan perubahan dalam

diri saya, ketika terus berelasi dengan Tuhan, melalui saat teduh, dengar renungan

singkat, dan khotbah. Meskipun terkadang mengantuk dan bolong saat teduh,

namun saya tetap dan tidak lupa berelasi dengan Tuhan di sela-sela waktu lain.

Dampak yang saya rasakan, luar biasa. Karena yang dulunya saya kurang

mengasihi orang lain (terutama yang membenci saya) namun dengan menjalani

pembetukan di STTIAA, saya disadarkan tentang hal mengasihi. Karena Kristus

telah mengajarkan untuk saling mengasihi orang lain, terlebih-lebih mengasihi yang

membenci kita. Serta diajarkan bagaimana memiliki komitmen dan menjaga

komitmen tersebut, agar tidak terjadi konflik antara satu dengan yang lain.

Akhirnya, tentang keempat hal yang sebelumnya, adalah yang paling ideal.

Setiap mahasiswa/i diajarkan untuk hidup Kudus di hadapan Tuhan, mengasihi

orang lain, terlebih mengasihi musuh, memiliki komitmen, serta tangguh dalam

menghadapi segala aspek kehidupan. Lain dari pada itu, mengajarkan mahasiswa/i

dalam hal saling membantu, agar tidak memiliki motivasi lain. Namun
194

membantu tanpa paksaan, tanpa pamrih, serta ketulusan dari hati. Dan

mengajarkan mahasiswa/i untuk agar tidak lari dari panggilan serta menjadi panutan

bagi sesama di manapun berada

Komitmen yang disampaikan adalah seharusnya kita pegang dalam hidup

kita, saya sendiri terkadang juga masih susah melakukannya terlebih dalam hal

kepemimpinan. Tangguh, dari STTIAA ini saya juga belajar dan pelan-pelan saya

belajar walaupun terkadang ada kendala. Akhirnya dampak yang kita rasakan

dengan kurikulum di STTIAA ini mengubah apa yang ada dipikiran saya selama

ini, dimana dulu lebih sering untuk mementingkan diri sendiri.

Mojokerto, Maret 2022

Adinia Gea
(1977201016)
195

Lampiran 13

HASIL OBSERVASI (PENGAMATAN)

Kode Informan : DS
Jabatan : Dosen
Hari dan Tanggal : 09 Maret 2022
Waktu : 10.30 – 11.30
Lokasi : Kelas

Pertama dosen menceritakan kekudusan dimana di STTIAA ini kita

semua bersyukur, dengan adanya pembinaan" kerohanian misalnya ibadah

harian bersama dan doa malam bersama, dimana dengan kegiatan ini

menumbuhkan kerohanian dimana untuk lebih dekat lagi dengan Tuhan dan

bersyukur atas kebaikan Tuhan. Dalam peribadahan yang dilakukan setiap

senin sampai jumat itu dimana terkadang merasa hanya sebagai aktivitas akan

tetapi jika direnungkan dengan adanya peribadahan merasakan kebaikan Tuhan

dalam hidup kita. Selain itu kita harus juga merenungkan betapa baiknya

Tuhan dalam hidup kita, untuk itu kita harus mengambil waktu untuk Tuhan,

baik secara pribadi maupun dalam kebersamaan.

Dosen juga mengingatkan tentang kasih, ini yang sebenarnya menjadi

landasan dalam setiap kehidupan kita, karena Tuhan Allah kita telah mengasihi

kita. Banyak hal yang dapat kita pelajari untuk mengasihi, memang susah bagi

kita akan tetapi dengan kita mengasihi kita sadar bahwa hal ini yang harus kita

lakukan. Dari hal-hal kecil kita dapat memberi perhatian kepada orang lain,

selagi kita masih bisa mengasihi orang lain kita harus bisa melakukannya. Dan

di STTIAA ini, dosen menegaskan bahwa mahasiswa harus banyak belajar

tentang mengasihi terlebih hidup dilingkungan orang banyak dan berbagai


196

karakter. Mengasihi dalam bentuk memberi perhatian dan bantuan kepada

sesame mahasiswa maupun dalam membantu pekerjaan di kampus dan di

dalam asrama. Juga mengasihi dalam bentuk saling mengampuni dan

memaafkan jika terjadi masalah diantara sesama mahasiswa, mahasiswa

dengan karyawan maupun mahasiswa dengan dosen.

Karakter Komitmen, ini yang seharusnya kita pegang dalam hidup kita,

Komintmen untuk melayani Tuhan melalui melayani sesama. Komitmen untuk

setia sampai akhir hidup melayani dengan tulus dan ikhlas, dengan sukarela

dan dengan sepenuh hati. Saya sendiri terkadang juga masih susah

melakukannya terlebih dalam hal kepemimpinan dan dalam melayani di

STTIAA.
197

Lampiran 14

BUKU PEDOMAN MAHASISWA STTIAA


198

Karakter Tangguh, diajarkan bukan saja dalam bentuk ceramah dan

nasehat secara lisan, tetapi juga melalui berbagai tugas yang diberikan dan yang

harus diselesaikan tepat pada waktunya. Walaupun terkadang mengalami kendala

dan hambatan, tapi harus tetap berusaha, bersemangat dan menyelesaikan semua

tugas-tugas yang diberikan. Tugas dalam kampus dan tiugas di asrama harus

dikerjakan denagn baik dan penuh tanggung jawab. Dosen menegaskan bahwa di

STTIAA ini kita harus belajar untuk tidak manja tapi mandiri dan terus

bersemangat untuk berjuang walaupun terkadang ada kendala. Dampak yang bisa

dirasakan dengan kurikulum di STTIAA ini mengubah apa yang ada dipikiran

mahasiswa selama ini, dimana dulu lebih sering malas, tidak mau berusaha keras,

mudah menyerah dll, setelah beberapa waktu lamanya akan terlihat perubahan

dalam sikap dan karakternya.

SOP BIDANG AKADEMIK

A. PROGRAM STUDI (PRODI)

Prodi

STTIAA memiliki 3 Program Studi:

1. Prodi S1 Teologi

2. Prodi S1 Pendidikan Agama Kristen

3. Prodi S2 Teologi

B. PENJURUSAN PROGRAM STUDI

1. Mahasiswa berhak memilih Prodi yang diinginkan.


199

2. Pilihan mahasiswa dilakukan pada saat mengisi formulir Pendaftaran

Mahasiswa Baru.

3. Apabila mahasiswa menghendaki pindah Program Studi, dapat diterima

maksimal hingga akhir Semester II.

C. SATUAN KREDIT SEMESTER (SKS)

1. Satuan Kredit Semester (SKS) adalah satuan untuk menyatakan besarnya

beban suatu program pendidikan dalam satu semester.

2. Bobot 1 SKS untuk kegiatan kuliah setara dengan beban studi tiap minggu

selama satu semester, terdiri dari:

a. 1 jam kegiatan terjadwal (termasuk 5-10 menit istirahat)

b. 1-2 jam tugas terstruktur yang direncanakan oleh tenaga pengasuh mata

kuliah bersangkutan, misalnya menyelesaikan pekerjaan rumah, tugas

pembuatan referat, menerjemahkan suatu artikel, dan sebagainya.

c. 1-2 jam tugas mandiri, misalnya membaca buku rujukan, memperdalam

materi, menyiapkan tugas, dan sebagainya.

d. Besaran tersebut bisa berbeda untuk kegiatan belajar lainnya, seperti

praktikum, seminar, kerja lapangan, penelitian, atau penulisan skripsi.

e. 16 kali pertemuan termasuk UTS dan UAS.

D. BEBAN STUDI

1. Prodi S1 memiliki beban studi sebesar 144-160 SKS termasuk Skripsi dan

Praktik Pelayanan Lapangan (PPL).

2. Mahasiswa memilih Mata Kuliah yang akan diambilnya dalam satu

semester melalui pembimbingan akademik dengan Dosen Pembimbing


200

Akademik (PA) dengan mengisi Kartu Rencana Studi (KRS) Online di

SIAKAD (Sistem Informasi Akademik).

E. WAWANCARA AKADEMIK

1. Adalah percakapan pribadi antara mahasiswa dengan Dosen Pembimbing

Akademik mengenai perkembangan studi mahasiswa dan dilakukan pada

saat:

a. Pada awal semester saat pengisian Kartu Rencana Studi (KRS). Dosen

PA mengevaluasi hasil studi mahasiswa semester sebelumnya,

memberikan saran-saran untuk peningkatan hasil studi semester

selanjutnya dan menetapkan beban studi maksimal yang boleh diambil

oleh mahasiswa dalam semester selanjutnya.

b. Pada akhir semester, saat membicarakan Kartu Hasil Studi (KHS).

c. Dosen Pembimbing Akademik. atau Mahasiswa menghendaki adanya

Percakapan Akademik sesuai kebutuhan mahasiswa, kapanpun

diperlukan.

2. Adalah percakapan pribadi antara Waket I Bidang Akademik dengan

mahasiswa pindahan/transfer untuk menetapkan besarnya beban studi yang

harus diambil oleh mahasiswa tersebut.

3. Besaran beban studi maksimal mahasiswa per semester sesuai dengan

kemampuan akademik adalah sebagai berikut:

IP < 2,0 = 16 SKS per semester

IP 2,0 - 2,4 = 18 SKS per semester

IP 2,5 - 2,9 = 20 SKS per semester


201

IP 3.0 - 3,4 = 22 SKS per semester

IP > 3,5 = 24 SKS per semester

KARTU RENCANA STUDI (KRS) ONLINE

1. KRS Online adalah formulir pemilihan mata kuliah yang diisi oleh mahasiswa

selama satu semester dengan pembimbingan dari Dosen Pembimbing

Akademik, diisi secara online melalui SIAKAD (Sistem Informasi Akademik).

2. Setelah KRS Online diisi, Dosen Pembimbing Akademik akan

memvalidasinya.

3. Mahasiswa tidak boleh membatalkan atau menambah Mata Kuliah tanpa

persetujuan Dosen Pembimbing Akademik.

4. Mahasiswa hanya diizinkan mengambil atau mengurangi jumlah mata kuliah

yang diambil apabila MK tersebut berlangsung maksimal 2 kali tatap muka.

5. Pembatalan mata kuliah setelah perkuliahan berlangsung lebih dari 2 kali tatap

muka (4 jam) akan diperhitungkan sebagai peserta mata kuliah dengan nilai

akhir F, kecuali ada kasus khusus.

F. KARTU HASIL STUDI (KHS)

1. Kartu Hasil Studi (KHS) adalah penilaian hasil studi mahasiswa selama satu

semester yang diberikan pada akhir semester, berupa KHS Online dalam

SIAKAD dan KHS dalam bentuk print out.

2. Mahasiswa bertanggung jawab untuk menyimpan dan memeriksa KHS

miliknya.
202

3. Apabila ditemukan kesalahan pengisian KHS, mahasiswa menyampaikannya

ke Biro Administrasi Akademik (BAA) untuk diperiksa dan dilakukan

perbaikan.

4. KHS tidak bisa digunakan untuk kepentingan melanjutkan studi ke

Perguruan Tinggi lain.

INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK)

1. IPK adalah nilai akademik rata-rata setiap semester atau seluruh semester.

2. IPK akhir dihitung secara menyeluruh mulai dari Semester I.

3. Nilai “F“ dihitung dalam menentukan IPK semester yang bersangkutan sampai

nilai baru ditambahkan untuk kuliah yang memperoleh nilai “F” tersebut.

4. STTIAA menetapkan standar IPK minimal pada saat kelulusan adalah 2,75.

5. Apabila Mahasiswa pada Semester I mendapat IPK < 2,75 maka masih diberi

kesempatan satu semester lagi untuk membuktikan kemampuannya.

6. Apabila Mahasiswa pada akhir Semester II tidak mampu mencapai standar

IPK minimal 2,75 maka tidak dapat melanjutkan studinya di STTIAA.

NILAI TIDAK LULUS

1. Mahasiwa yang mendapatkan nilai C, C-, D+, D dan F dinyatakan tidak lulus.

2. Mahasiswa yang mendapatkan nilai C dan C- diberikan kesempatan melakukan

remidi hingga mendapatkan nilai minimal C+.

3. Remidi dilakukan maksimal 4 kali hingga mahasiswa mendapatkan nilai

minimal C+.

4. Nilai Gagal:
203

a. Mahasiswa yang gagal dalam suatu Mata Kuliah harus mengulang

pembelajaran MK tersebut.

b. Mahasiswa yang tidak mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) dan atau

Ujian Akhir Semester (UAS), mendapat nilai F.

c. Absen lebih dari tiga kali (6 jam) akan mendapatkan nilai F, kecuali

kasus khusus yang dibicarakan dalam Rapat Senat Dosen. Yang termasuk

absen adalah sakit, ijin dan alpa.

d. Mahasiswa yang mendapatkan nilai D dan F harus mengulang Mata

Kuliah tersebut pada semester berikutnya.

e. Apabila dalam satu semester mahasiswa mendapatkan 3 (tiga) nilai F

(gagal), tanpa alasan yang dapat diterima, tidak dapat melanjutkan

studinya di STTIAA.

TUTORIAL

1. Tutorial adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik oleh

Dosen kepada Mahasiswa untuk membantu kelancaran proses belajar mandiri

mahasiswa secara perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi ajar.

2. Tutorial dilakukan jika:

a. Mahasiswa mendapatkan nilai C atau C- dan hendak mengikuti remidi.

b. Mahasiswa mendapatkan nilai D+, D, F dan harus mengulang namun Mata

Kuliah tersebut tidak disajikan dalam semester tersebut.

c. Mahasiswa mengambil Mata Kuliah baru yang tidak disajikan dalam

semester tersebut secara reguler, dan hanya untuk satu orang atau kelompok

kecil.
204

3. Jumlah peserta tutorial dalam kelompok kecil adalah 1-5 orang.

TRANSKRIP

1. Transkrip adalah rekap penilaian hasil studi mahasiswa selama masa studi yang

diberikan pada akhir masa studi .

2. Bagi mahasiswa yang keluar sebelum masa studi berakhir, transkrip nilai hanya

diberikan apabila telah melunasi biaya studi menurut ketentuan yang berlaku.

3. Apabila mahasiswa penerima beasiswa mengundurkan diri bukan karena

pelanggaran, bisa diberikan transkrip nilai apabila mengembalikan beasiswa

yang diterima.

4. Transkrip resmi hanya diberikan kepada mahasiswa setelah menyelesaikan

studi sesuai dengan programnya.

5. Transkrip resmi tidak diberikan kepada mahasiswa yang dikeluarkan dengan

tidak hormat.

MASA STUDI

1. Mahasiswa diharapkan menyelesaikan studinya dalam waktu 4 tahun untuk

Prodi Pendidikan Agama Kristen dan 5 tahun untuk Prodi Teologi.

2. Apabila terjadi sakit, cuti, dan hal-hal lainnya sehingga menyebabkan

mahasiswa tersebut tidak dapat selesai dalam waktu 4 tahun, maka maksimal

penyelesaian program S1 adalah 7 tahun.

3. Apabila setelah masa tujuh tahun belum berhasil menyelesaikan studi maka

mahasiswa tersebut tidak diperkenankan melanjutkan studinya (drop out).


205

MASA PERCOBAAN

1. Setiap mahasiswa mengalami masa percobaan selama satu tahun pertama

memasuki masa pendidikan.

2. Selama masa percobaan, mahasiswa harus mengambil semua Mata Kuliah

sesuai ketentuan.

3. Selama masa percobaan, pada Semester I mahasiswa harus lulus Mata Kuliah

bersyarat dan berjenjang. Contoh: Gagal dalam Bahasa Yunani I pada Semester

I, maka tidak bisa mengambil Yunani II pada Semester II. maka dianggap

gagal masa percobaan pada Semester I dan tidak bisa melanjutkan studi di

STTIAA.

4. Masa percobaan akan dievaluasi pada akhir semester ke-2.

5. Hasil evaluasi masa percobaan menentukan kelanjutan studi mahasiswa.

6. Mahasiswa yang tidak mampu mencapai IPK minimal 2,75 tidak dapat

melanjutkan studinya dan akan diberikan Nilai Hasil Studi apabila telah

melunasi semua kewajiban pembayaran.

7. Mahasiswa tidak diijinkan cuti selama masa percobaan.

8. Mahasiswa yang sakit dalam masa percobaan sehingga harus mengambil cuti,

wajib mengulang Mata Kuliah Bahasa Yunani.

MAHASISWA PENDENGAR

1. Mahasiswa yang ingin menjadi mahasiswa pendengar untuk mata kuliah

tertentu harus mendaftarkan diri ke Biro Administrasi Akademik dan

memasukkannya dalam KRS Online sepersetujuan Dosen Mata Kuliah yang

bersangkutan dan Dosen Pembimbing Akademik.


206

2. Mahasiswa pendengar mencantumkan MK dalam KRS Online dengan jumlah

kredit 0.

3. Mahasiswa Pendengar tidak wajib mengerjakan tugas-tugas perkuliahan.

4. Mahasiswa Pendengar harus masuk kuliah secara aktif.

5. Pendengar Umum di luar Mahasiswa STTIAA dikenakan biaya sebesar Rp

100.000,- per mata kuliah.

MAHASISWA PINDAHAN (TRANSFER)

1. Prosedur penerimaan mahasiswa pindahan mengikuti prosedur Penerimaan

Mahasiswa Baru.

2. Persyaratan tambahan bagi mahasiswa pindahan:

a. Harus dari STT lain yang telah terakreditasi.

b. Membawa surat keterangan dari STT asal bahwa kepindahannya bukan

karena melakukan pelanggaran atau karena terkena sanksi/disiplin.

c. Harus ada transkrip/Nilai Hasil Studi asli yang ditandatangani dan dikirim

langsung oleh Bagian Akademik dari STT asal.

d. Akan dilakukan traceback, riwayat studi sebelumnya, apabila calon

mahasiswa dalam keadaan dikeluarkan dari STT sebelumnya atau sedang

menjalani sanksi, maka tidak akan diterima.

3. Wawancara akademik dilakukan oleh Waket I, hasil wawancara digunakan

untuk menentukan MK yang bisa diterima dan jumlah SKS yang harus diambil

di STTIAA.

4. Apabila jumlah SKS dari STT sebelumnya yang diterima sudah memenuhi

persyaratan, wajib mengambil minimal 2 MK di STTIAA yang merupakan


207

kekhasan STTIAA, seperti: Teologi Reformed dan Misi Penginjilan. Apabila

jumlah MK yang diterima belum memenuhi syarat jumlah SKS, maka harus

mengambil MK di STTIAA untuk memenuhi jumlah.

5. Dalam surat penerimaan: ada perjanjian bahwa jika di kemudian hari

ditemukan informasi yang bertentangan dengan syarat-syarat STTIAA, maka

penerimaan bisa dibatalkan dan ijazah yang sudah diterima dapat dicabut

kembali.

WISUDA

1. Seluruh mahasiswa wajib mengikuti wisuda dan membayar biaya wisuda.

Mahasiswa dapat diwisuda apabila memenuhi persyaratan: Telah mengikuti

Yudisium dan dinyatakan layak Wisuda.

2. Wisuda in absentia dapat diizinkan bila diajukan secara tertulis kepada bidang

Akademik dan alasannya dapat diterima.

3. Biaya wisuda untuk tahun 2022 adalah sebesar Rp 3.000.000,-

YUDISIUM

1. Adalah percakapan akademik antara Mahasiswa dengan Kaprodi dan Dosen

Tetap Prodi, untuk:

a. Pengecekan pemenuhan persyaratan akademik untuk dapat dinyatakan

lulus sebagai Sarjana.

b. Pengecekan pemenuhan persyaratan administrasi keuangan dan

administrasi lainnya.

c. Menyatakan mahasiswa dapat atau tidak dapat mengikuti wisuda.


208

2. Yudisium wajib diikuti oleh mahasiswa kecuali jika ada kasus khusus dengan

permohonan tertulis dari mahasiswa yang dapat diterima oleh Sekolah.

3. Waktu pertemuan adalah sebelum wisuda.

4. Pengumuman Yudisium berdasarkan Rapat Senat Dosen.

5. Tujuan Yudisium:

1. Menyatakan bahwa mahasiswa layak atau tidak layak diwisuda.

2. Menyatakan dalam forum resmi dengan surat bahwa yang bersangkutan berhak

menyandang gelar sesuai dengan Prodi yang diambil.

6. Penanggung jawab pelaksanaan Yudisium adalah Waket I.

SISTEM PENILAIAN

Penilaian terhadap kemajuan belajar yang dialami mahasiswa dinilai dalam 2

aspek, yaitu aspek Akademis berkaitan dengan hasil pembelajaran dan aspek

tingkah laku.

a. Nilai Akademik

1.1. Komponen Penilaian wajib Prosentase komponen penilaian, meliputi:

Tugas : 30%

Ujian Tengah Semester (UTS) : 30%

Ujian Akhir Semester (UAS) : 40%


209

1.2. Range nilai ditentukan sebagai berikut:

Nilai Indeks Nilai Abjad Pretasi Angka

A 4.00 90,0-100,0

A- 3.70 85,0-89,9

B+ 3.30 80,0-84,9

B 3.00 75,0-79,9

B- 2.70 70,0-74,9

C+ 2.30 65,0-69,9

C 2.00 60,0-64,9

C- 1.70 55,0-59,9

D 1.30 50,0-54,9

F 0.00 0

b. Nilai Kelakuan

2.1. Penilaian kelakuan dilakukan setiap semester dan dicantumkan dalam

KHS.

2.2. Proses menetapkan nilai Kelakuan:

a. Semua Dosen memberikan penilaian kepada Mahasiswa melalui

pengisian pelanggaran dan prestasi di SITAAT (Sistem Informasi

Kemahasiswaan).

b. Hasil akhir Nilai Kelakuan pada Semester tersebut disahkan dalam

Rapat Senat Dosen sebelum dimasukkan ke dalam KHS Online.


210

2.3. Standar nilai kelakuan sama dengan nilai akademis: A (Sangat

memuaskan), B (Memuaskan), C (Perlu diperbaiki), D (Gagal).

G. PERKULIAHAN

1. Dalam satu semester setiap kelas harus memenuhi syarat minimal 14 kali

perkuliahan tatap muka (tidak termasuk UTS dan UAS).

2. Setiap angkatan per prodi di awal semester menentukan Ketua Kelas

yang dipilih oleh anggota kelas. Apabila ada kelas gabungan yang terdiri

lebih dari satu prodi akan ditentukan satu Ketua Kelas Gabungan.

3. Setiap mahasiswa wajib menyiapkan diri dan perlengkapannya untuk

mengikuti perkuliahan sehingga tidak mengganggu proses

berlangsungnya perkuliahan dan meniadakan sikap mengganggu teman.

4. Setiap mahasiswa harus berada di kelas, paling lambat 5 menit sebelum

perkuliahan dimulai.

5. Mahasiswa wajib mengenakan masker dengan benar.

6. Dosen Pengajar akan mengisi presensi online melalui SIAKAD.

7. Mahasiswa yang tidak hadir dalam suatu perkuliahan, wajib

menyampaikan surat pemberitahuan mengenai alasan ketidakhadirannya

satu hari sebelumnya kepada BAA, yang akan melampirkannya dalam

daftar hadir kelas. Satu surat berlaku untuk semua mata kuliah.

Ketidakhadiran tanpa surat dianggap alpa dan dicatat sebagai

pelanggaran di SITAAT.
211

8. Mahasiswa yang tidak dapat hadir dalam suatu perkuliahan karena

sakit, wajib melampirkan surat keterangan sakit dari dokter atau

tenaga medis sekolah.

9. Mahasiswa wajib menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen

sesuai dengan batas waktu yang diberikan di awal semester. Apabila

tidak menyelesaikan tugas pada waktu yang telah ditentukan maka

mahasiswa wajib memberitahukan dan meminta ijin perpanjangan

waktu penyelesaian tugas kepada Dosen yang bersangkutan.

10. Mahasiswa wajib menjaga ketertiban dan kelancaran proses

perkuliahan. Untuk itu tidak diperkenankan aktivitas lain yang

dikategorikan mengganggu dan menghambat proses perkuliahan.

11. Selama perkuliahan berlangsung, mahasiswa tidak dibenarkan

meninggalkan ruangan tanpa persetujuan Dosen Pengajar.

12. Ijin meninggalkan ruang kelas hanya diberikan untuk hal-hal yang

berhubungan dengan keadaan darurat, misalnya ke kamar kecil atau

sakit mendadak.

13. Ketua Kelas bertanggung jawab mengatur petugas untuk kebersihan

kelas, perlengkapan ruang kelas (alat tulis, papan tulis, LCD dan

lain-lain).

14. Ketidakhadiran (ijin, sakit, alpa) lebih dari 3 kali akan mendapat

nilai F.

15. Proses interaksi selama perkuliahan dengan dosen dan sesama

mahasiswa harus dengan sopan dan hormat.


212

16. Mahasiswa diwajibkan bersikap jujur dalam segala hal berkaitan

dengan tugas akademik apapun. STTIAA tidak mentoleransi segala

bentuk plagiarisme.

17. Persyaratan perkuliahan Online:

a. Mahasiswa wajib mempersiapkan jaringan yang bagus dan

kuota yang cukup.

b. Mahasiswa wajib on camera dan menampakkan wajah dengan

jelas.

c. Mahasiswa tidak sambil mengerjakan pekerjaan lain.

d. Mahasiswa duduk di ruangan dan tidak dalam perjalanan.

e. Mahasiswa berpakaian rapi, dandanan muka dan rambut juga

rapi.

a. JAM WAJIB BELAJAR AKADEMIK (SELF STUDY)

1. Adalah bagian dari beban studi setiap minggu yaitu untuk melakukan

tugas mandiri dan tugas terstruktur.

2. Jam wajib belajar akademik dilakukan pukul 20.00-21.45 WIB.

3. Jam wajib belajar diprioritaskan dilakukan di Perpustakaan GENEVA.

4. Apabila mengerjakan Tugas Kelompok maka belajar mandiri dilakukan

di Ruang Makan.

5. Apabila mengerjakan tugas pribadi dan belum memiliki laptop, dapat

menggunakan Laboratorium Komputer.

6. Apabila hendak menggunakan kelas lain, harus meminta izin kepada

Dosen Piket Self Study.


213

7. Apabila pada jam Self Study hendak mengikuti Webinar atau

Persekutuan online, maka wajib meminta izin kepada Dosen Piket Self

Study.

8. Mahasiswa yang sakit dan tidak bisa mengikuti Self Study wajib izin

kepada Dosen Piket Self Study.

9. Mahasiswa melakukan presensi Self Study masuk dan keluar melalui

finger print.

KETENTUAN CUTI AKADEMIK

1. Cuti akademis hanya diberikan kepada mahasiswa yang mengalami

gangguan kesehatan, masalah keluarga, urgensi pelayanan dan tidak

memungkinkan yang bersangkutan untuk mengikuti perkuliahan.

2. Cuti yang dimaksud karena gangguan kesehatan pada point 1 di atas,

hanya diberikan kepada mahasiswa yang memiliki keterangan Dokter

yang menyatakan bahwa mahasiswa tersebut mengalami ganguan

kesehatan sehingga tidak dapat mengikuti perkuliahan.

3. Cuti hanya diberikan selama masa yang ditentukan oleh pihak Sekolah,

maksimal dua semester berturut-turut.

4. Proses pengajuan cuti akademik:

a. Mahasiswa mengajukan secara tertulis kepada Waket I.

b. Waket I menyampaikan dalam Rapat Senat Dosen.

c. Rapat Senat Dosen memutuskan pengabulan/penolakan cuti akademik.

5. Mahasiswa yang sedang menjalani cuti akademis harus tetap memenuhi

kewajibannya sebagai mahasiswa, khususnya berkenaan dengan nilai-nilai


214

kesaksian hidup, dan tetap membayar biaya registrasi per-semester.

6. Cuti akademik diperhitungkan dalam penentuan batas waktu studi.

SKRIPSI

1. Pembimbingan Skripsi adalah proses pembimbingan tugas akhir

mahasiswa STTIAA oleh Dosen Pembimbing yang telah ditentukan oleh

Waket I.

2. Dosen Pembimbing Skripsi terdiri dari 1 (satu) orang Dosen Pembimbing.

3. Penulisan skripsi diberi waktu dua semester mengikuti kalender

akademik.

4. Apabila dalam dua semester mahasiswa tidak dapat menyelesaikan

penulisan skripsi maka akan diberi waktu satu semester lagi.

5. Mekanisme pembimbingan:

a. Dosen Pembimbing wajib mengisi Buku Pembimbingan mengenai

topik pembimbingan yang kemudian ditandatangani oleh Dosen

Pembimbing dalam kolom yang telah disediakan.

b. Pembimbingan Skripsi oleh Dosen Pembimbing sekurang-kurangnya

4 kali pengerjaan proposal dan 4 kali setelah ujian proposal.

c. Dosen Pembimbing mengisi form yang menyatakan bahwa proposal

skripsi sudah selesai melalui proses pembimbingan dan dinyatakan

layak untuk diuji dalam ujian proposal skripsi.

d. Setelah lulus ujian proposal, Dosen Pembimbing akan mengisi form

Mahasiswa sudah dapat melakukan penelitian.

e. Waket I akan mengeluarkan surat penelitian untuk Mahasiswa.


215

f. Dosen Pembimbing mengisi form bahwa Mahasiswa layak untuk

Ujian Skripsi.

g. Dosen Pembimbing menyatakan bahwa revisi layak diterima.

h. Mahasiswa wajib membuat lembar pernyataan tidak melakukan

plagiat dengan tandatangan di atas materai sebelum ujian skripsi

dilaksanakan

7. Besarnya biaya pembimbingan skripsi untuk tahun ajaran 2021-2022

adalah Rp 1.500.000 sudah termasuk biaya ujian sidang skripsi dan

pencetakan sebanyak 3 buah skripsi.

8. Skripsi dengan nilai minimal 85 akan dipublikasikan dengan cara

ditempatkan di Perpustakaan dan diunggah abstraknya di dalam Website

STTIAA.

9. Jumlah halaman Skripsi antara 75-150 tidak termasuk Daftar Pustaka dan

Lampiran.

b. MIMBAR AKADEMIK

1. Setiap mahasiswa diberi kebebasan mimbar akademik dalam menyalurkan

segala aspirasinya di mana pihak STTIAA akan menjaminnya bila apa

yang dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsinya serta dilandasi oleh

kaidah-kaidah hukum/ keilmuan.

2. STTIAA menyediakan fasilitas untuk melakukan kegiatan Mimbar

Akademik seperti: Ruang Seminar/Aula/Kapel, Kelas, Perpustakaan dan

Mailing list diskusi teologi, jaringan Internet dan radio streaming.


216

3. Mimbar Akademik dapat dilakukan dalam bentuk: Seminar Skripsi,

Sidang Skripsi, Bedah Buku, Diskusi Teologi dan Presentasi Paper.

c. PROGRAM DOUBLE DEGREE

1. Program Double Degree adalah Program Perkuliahan bagi Lulusan

Program Studi S.Th. yang melanjutkan studi mengambil Program Studi

Pendidikan Agama Kristen atau sebaliknya, dengan mengambil Mata

Kuliah kekhasan Program Studi yang akan ditempuh,

2. Jumlah SKS yang diambil:

a. Dari S.Th. melanjutkan ke S.Pd. = 52 SKS termasuk Skripsi.

b. Dari S.Pd. melanjutkan ke S.Th. = 54 SKS termasuk Skripsi.

3. Lama studi maksimal 4 semester atau 2 tahun termasuk penyelesaian

Skripsi.

4. Biaya Studi Rp. 6.000.000,-/semester termasuk Skripsi, tidak termasuk

Wisuda dan Penjilidan.

d. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM)

1. Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sistem informasi

pendidikan yang didisain untuk kebutuhan manajemen dalam upaya

mendukung fungsi-fungsi dan aktivitas manajemen pada organisasi

STTIAA, yang berbasis komputer (Computer Based Information

System).

2. Bidang Akademik menggunakan SIM berupa:

a. Sistem Informasi Akademik (SIMKAD).

Mahasiswa diberikan username dan password untuk masuk


217

mendapatkan informasi mengenai Mata Kuliah dan jumlah SKS

yang telah diambil, IP dan IPK, serta Mata Kuliah yang akan

diambil.

b. Sistem Informasi Perpustakaan (SIMPUS).

Mahasiswa diberikan username dan password untuk dapat

mengakses buku-buku Perpustakaan yang dicari dari tempat di

manapun.

3. Pemberian username dan pelatihan cara menggunakannya dilakukan

saat Masa Orientasi Mahasiswa Baru.

H. SOP BIDANG ADMINISTRASI DAN KEUANGAN

a. PEMBIAYAAN

1. Biaya Pengembangan Pendidikan

Bagi mahasiswa S1, biaya pengembangan pendidikan sebesar Rp

1.500.000,- (termasuk untuk pembuatan jas almamater) dibayarkan setelah

calon mahasiswa dinyatakan diterima, bisa dicicil maksimal dalam waktu

setahun.

2. Biaya Akomodasi Konsumsi & Prasarana (AKP)

Bagi mahasiswa S1, biaya AKP sebesar Rp 1.200.000,-/bulan, dibayarkan

kepada Biro Administrasi Umum (BAU) paling lambat tanggal 10 setiap

bulannya. Setahun dihitung 12 bulan (Agustus-Juli), termasuk pada saat

praktik 2 bulan.

Tahun terakhir dihitung 11 bulan (sampai Juni).

3. Biaya Registrasi
218

Mulai Semester genap 2021/2022 per semester Rp. 100.000,- dibayar pada

awal semester kepada Staf BAU.

4. Biaya wisuda

Untuk tahun akademik 2021/2022 sebesar Rp 3.000.000,- dibayar paling

lambat satu minggu sebelum wisuda pada waktu Yudisium.

5. Biaya pembimbingan Skripsi dan jilid

Sebanyak 5 eksemplar Rp 1.500.000 dibayarkan sebelum ujian proposal,

bisa dicicil sampai sebelum berangkat praktik pelayanan setahun. Apabila

mahasiswa menginginkan penambahan jumlah eksemplar copy skripsinya

dihitung Rp. 100.000,-/eksemplar (kurang lebih 150 halaman/skripsi ).

6. Biaya Selama Praktik Setahun

Bagi mahasiswa yang sedang praktik pelayanan 1 tahun membayar Rp.

100.000,-/bulan, sudah termasuk biaya registrasi per semester.

7. Biaya Selama Cuti Akademik

Bagi mahasiswa yang cuti akademik tetap membayar registrasi Rp.

100.000,-/semester.

8. Biaya Selama Skorsing

Bagi mahasiswa yang terkena skorsing dibebaskan dari pembayaran

AKP, dukungan orangtua dan internet, tetap membayar biaya registrasi.

9. Biaya lainnya

Biaya untuk membeli buku-buku, peralatan tulis, fotocopy, print dan

kebutuhan-kebutuhan pribadi lainnya selama studi dan tinggal di asrama,

menjadi tanggung jawab masing-masing mahasiswa.


219

Komputer dan Internet.

a. Laboratorium Komputer STTIAA disediakan untuk training, dan

pengerjaan tugas-tugas mahasiswa yang belum memiliki laptop.

b. Biaya penggunaan Laboratorium Komputer oleh mahasiswa adalah

gratis.

c. Setiap mahasiswa membayar Rp. 25.000,-/bulan untuk penggunaan

internet/ wifi, paling lambat dibayarkan setiap tanggal 10 ke BAU.

d. Bantuan Diakonia

Disediakan oleh GPSTTIAA bagi mahasiswa yang sedang mengalami

kesulitan keuangan dan belum ada sponsor.

Diberikan dalam bentuk barang kebutuhan sehari-hari: sabun mandi,

sabun cuci, pembalut, sikat gigi, odol, dan shampoo.

TRANSAKSI DI STUDENT CENTRE BETHANI

1. Transaksi yang dapat dilakukan di Student Centre Bethani adalah layanan

fotocopy, membeli makanan dan minuman, print, jual pulsa, dan buku di

kolportage.

2. Mahasiswa tidak boleh berhutang.

3. Fotocopy diktat oleh Ketua Kelas diberikan keleluasaan pembayaran

paling lambat tanggal 25. Pembayaran dikoordinir oleh Ketua Kelas.

4. Mahasiswa diperbolehkan mengangsur pembayaran buku di kolportage

atas seizin Pembantu Ketua II.

TRANSAKSI PRINT DAN FOTO COPY

1. Pengeprint-an dapat dilakukan di Student Centre Bethani.


220

2. Biaya print/fotocopy Rp. 250,-/lembar untuk hitam putih dan Rp. 5000,-

/lembar untuk print foto atau blok ukuran A4.

3. Biaya print/ fotocopy Rp 300,-/lembar untuk hitam putih dan Rp. 6.000,-

/lembar untuk print foto atau blok ukuran F4.

PROSEDUR PEMBAYARAN

1. Menyetorkan uang secara langsung kepada Biro Administrasi Umum dan

mendapatkan bukti penerimaan uang. Bukti penerimaan, disimpan oleh

mahasiswa dan dibawa kembali saat menyetorkan uang.

2. Mentransfer uang ke rekening STTIAA : BCA 050 189 000 5 atas nama

Thinna Naftali Woenardi/Ana Budi Kristiani, bukti transfer harap

disimpan. Kwitansi pembayaran akan diberikan setelah uang diterima.

3. Seluruh urusan transaksi keuangan di STTIAA dilakukan melalui Biro

Administrasi Umum (BAU).

BEASISWA

1. Beasiswa STTIAA adalah beasiswa yang diberikan oleh/melalui STTIAA

kepada mahasiswa STTIAA yang tidak mampu, diberikan bukan karena suku,

prestasi studi dan bukan karena kerja, melainkan sepenuhnya karena tidak

mampu.

2. Beasiswa pada tahun 2021-2022 adalah sebesar 1.500.000/ bulan dihitung

sebanyak 12X per tahun

3. Beasiswa bisa diberikan penuh atau sebagian, sesuai dengan kemampuan

membayar/ pernyataan dukungan orangtua yang telah diisi dalam formulir

pendaftaran.
221

4. Beasiswa tidak termasuk Biaya Pengembangan Studi sebesar Rp 1,5 juta.

5. Mahasiswa yang memerlukan beasiswa mengisi dan mengumpulkan Formulir

Pengajuan Beasiswa setiap awal semester ganjil.

6. Mahasiswa melengkapi berkas persyaratan yang diminta.

7. Formulir dan berkas diperiksa dan disetujui sepenuhnya atau sebagian oleh

Ketua Bidang Beasiswa STTIAA, setelah dilakukan wawancara.

8. Ketua Bidang Beasiswa STTIAA bersama dengan seluruh civitas akademika

dan Yayasan STTIAA akan mencarikan sponsor beasiswa bagi mahasiswa

yang membutuhkan.

9. Apabila disetujui maka mahasiswa tersebut memperoleh beasiswa dan

mendapatkan surat pengabulan beasiswa yang ditandatangani oleh Ketua

Bidang Beasiswa STTIAA dengan diketahui oleh Waket 2 dan/ atau Ketua

STTIAA

a. Dalam Surat Pengabulan Beasiswa tertera jumlah dan jangka waktu

pemberian beasiswa.

b. Paling lambat sebulan sebelum berakhirnya jangka waktu beasiswa,

mahasiswa harus mengisi kembali Formulir Pengajuan Beasiswa apabila

masih memerlukan.

10. Apabila tidak disetujui, maka mahasiswa tersebut tidak memperoleh

beasiswa dan wajib membayar sesuai biaya yang ditetapkan.

11. Bagi mahasiswa yang telah dikabulkan beasiswanya namun belum

berhasil mendapatkan sponsor beasiswa tidak akan diperhitungkan


222

sebagai hutang, namun akan diputihkan oleh Yayasan (dihapuskan) terus

setiap bulannya sampai mendapatkan sponsor.

12. Pemutihan karena belum/tidak ada sponsor/tidak dikabulkan permohonan

sponsornya oleh Sekolah, diberikan melalui surat

pemutihan/penghapusan tagihan yang dibuat setiap bulan oleh Ketua

Bidang Beasiswa STTIAA kepada Yayasan STTIAA dengan diketahui

oleh Waket 2 dan Ketua STTIAA.

13. Mahasiswa diperbolehkan mencari sponsor sendiri dan mempertanggung

jawabkan keuangannya sesuai dengan prosedur pertanggung jawaban

keuangan peribadi yang tertulis dalam buku pedoman mahasiswa, dan

melaporkan ke pihak sekolah bahwa telah mendapatkan sponsor pribadi.

14. Mahasiswa yang memasuki masa praktik pelayanan setahun tidak akan

mendapatkan beasiswa kecuali ada pertimbangan tertentu dari pihak

STTIAA.

15. Beasiswa diberikan selama jangka waktu setahun (12 bulan) lebih/

kurang, yaitu Bulan Juli sampai Juni tahun berikutnya dan dapat

diperpanjang bila masih memerlukan.

16. Mahasiswa penerima beasiswa wajib menulis surat ucapan terimakasih

kepada pihak sponsor secara berkala dengan arahan dan pengawasan dari

Ketua Bidang Beasiswa/ Waket 2.

17. Kartu Hasil Studi (KHS) setiap semester dari mahasiswa penerima

beasiswa akan dilaporkan kepada pihak sponsornya oleh pihak sekolah

(Kabid Beasiswa).
223

18. Beasiswa akan langsung dihentikan/dialihkan apabila mahasiswa keluar

dari STTIAA.

19. Apabila mahasiswa penerima beasiswa mengundurkan diri diwajibkan

mengganti uang beasiswa yang telah diterimanya. Jumlah uang pengganti

ditentukan oleh Waket 2.

20. Transkrip/ nilai hasil studi tidak akan diberikan jika belum mengganti

uang beasiswa.

21. Ikatan Dinas beasiswa diijinkan bagi sponsor yang mendukung

mahasiswa selama minimal 3 (tiga) tahun terakhir masa studinya.

a. Sponsor pemberi beasiswa yang menginginkan ikatan dinas wajib

memberitahukan hal ini kepada mahasiswa penerima beasiswa

sebelum memberikan sponsor.

b. Bagi mahasiswa yang tidak bersedia diikat melalui beasiswa, wajib

memberitahukan hal ini dalam Formulir Pengajuan Beasiswa.

PERSYARATAN PENERIMA BEASISWA STTIAA

1. Tanggungan keluarga banyak (dibuktikan dengan fotokopi kartu keluarga dan

KTP).

2. Berasal dari keluarga yang tidak mampu (dibuktikan dengan slip gaji, surat

keterangan tidak mampu dari RT/RW/Lurah setempat atau dari Gembala

/Hamba Tuhan /Majelis gereja asal).

3. Hasil wawancara menyatakan bahwa mahasiswa tersebut memenuhi syarat

untuk menerima beasiswa.

4. Tidak sedang mendapatkan beasiswa dari pihak lain/ sumber lain.


224

5. Mengisi formulir pengajuan beasiswa dan mengikuti wawancara.

6. Pas foto berwarna ukuran 3x4 cm sejumlah 4 lembar.

UANG SAKU

1. Uang saku per bulan diberikan kepada penerima beasiswa STTIAA sesuai

keputusan hasil wawancara Beasiswa.

2. Pengambilan uang saku di BAU pada hari Selasa-Rabu pada jam kantor.

DUKUNGAN ORANG TUA

1. Adalah uang studi yang dibayarkan oleh orangtua/ wali sesuai dengan

pernyataan yang diisi dalam formulir pendaftaran

2. Dukungan orangtua dibayarkan sebanyak 12X setahun selama masa studi.

3. Dukungan orang tua harus dibayarkan setiap bulan ke BAU

4. Jika mahasiswa mendapatkan sponsor sendiri/ tidak dicarikan oleh Sekolah,

maka dukungan orangtua dapat dihapuskan.

TUNGGAKAN

Jumlah tunggakan

Mahasiswa wajib mengetahui tunggakan uang studinya masing-masing. Jumlah

tunggakan bisa ditanyakan ke bagian Biro Administrasi Umum (BAU)

Dampak tunggakan

Tidak akan diberikan KHS (Kartu Hasil Studi) atau transkrip atau ijazah.

JADWAL PELAYANAN BIRO ADMINISTRASI UMUM (BAU)

Semua urusan Keuangan dapat diselesaikan pada hari kerja BAU, Senin – Jumat

pk 08.30-16.00.
225

III. SOP BIDANG KEMAHASISWAAN

A. TATA TERTIB KEMAHASISWAAN

1. Tata tertib adalah tata cara untuk mengatur kehidupan mahasiswa di dalam

dan diluar kampus, yang diatur dan ditetapkan oleh STTIAA.

2. Tata tertib bersifat mutlak, dan mengikat. Artinya tidak dapat ditawar dan

harus ditaati oleh semua mahasiswa.

3. Tata tertib dapat disempurnakan dengan persetujuan rapat dewan dosen sesuai

dengan perkembangan STTIAA.

4. Masukan mahasiswa untuk penyempurnaan tata tertib dapat diberikan melalui

Waket III atau dosen dan akan dibicarakan dalam rapat dosen.

B. IBADAH

1. Ibadah Personal

Ibadah personal adalah ibadah yang dilakukan oleh mahasiswa secara pribadi.

1.1. Meditasi pagi.

a. Wajib dilakukan pada pagi hari jam 04.30 05.00 di kamar mahasiswa.

b. Hasil meditasi pagi dilaporkan setiap minggu melalui buku meditasi pagi

setiap mahasiswa kepada Bapak dan Ibu Asrama.

1.2. Doa puasa.

Mahasiswa dihimbau untuk melakukan ibadah doa puasa pribadi pada waktu-

waktu tertentu sebagai latihan penyangkalan diri dan untuk meningkatkan

kerohanian.

2. Ibadah Komunal Gereja Persekutuan STTIAA

Ibadah komunal adalah ibadah bersama yang diatur sebagai berikut:


226

a. Mahasiswa wajib mengikuti ibadah di GPSTTIAA sesuai dengan

pembagian kelompok Small Group dan jadwal ibadah.

b. Pengurus GPSTTIAA adalah mahasiswa tingkat satu dan mahasiswa yang

ditetapkan untuk pelayanan week end di GPSTTIAA oleh Waket IV.

c. Pengaturan Pelayanan di GPSTTIAA diatur oleh Gembala GPSTTIAA

3. Ibadah doa kamar.

a. Adalah wadah persekutuan kamar untuk menjalin relasi, evaluasi dan

formasi spiritualitas kelompok kamar

b. Ibadah doa kamar dilakukan pukul 22.00-22.15 WIB.

c. Ibadah doa kamar wajib dilakukan dan diatur sendiri berdasarkan

kesepakatan penghuni kamar tersebut.

4. Ibadah Hari Raya Kristen.

a. Ibadah hari raya Kristen diatur sesuai kalender gerejawi.

b. Wajib diikuti semua mahasiswa/i.

5. Ibadah Pembukaan dan Penutupan semester.

a. Dilaksanakan pada awal dan akhir semester.

b. Disertai Perjamuan Kudus.

6. Persekutuan Asrama

a. Diselenggarakan sebulan sekali, setiap Hari Jumat malam ketiga.

b. Tempat persekutuan: Aspri menggunakan Kapel dan Aspra menggunakan

Kanaan.

c. Diatur oleh Bapak/Ibu Asrama

d. Wajib diikuti semua mahasiswa/i.


227

7. Doa Misi Dengan WEC

a. Dilakukan setiap hari Kamis minggu ke 3.

b. Mulai pukul 19.00-20.00 WIB.

C. SMALL GROUP.

1. Adalah kelompok Pemuridan/ mentoring/ coaching mahasiswa

2. Adalah ibadah kelompok kecil mahasiswa untuk formasi spiritual dan sarana

latihan pelayanan.

3. Pembagian Kelompok dan Pembimbing ditetapkan oleh Waket III.

4. Dilakukan setiap hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat dengan jadwal

pelayanan diatur oleh SG masing-masing.

5. Hari Rabu dilakukan ibadah SG gabungan yang sudah diatur oleh sekolah

6. Mahasiswa wajib mengikuti ibadah tepat waktu, diharapkan hadir 5-10 menit

sebelum ibadah dimulai untuk persiapan hati.

7. Pembimbing SG bertanggung jawab memperhatikan kebutuhan

(rohani/jasmani) anggotanya.

8. Anggota SG berkomitmen untuk taat kepada pembimbing dan saling

memperhatikan.

9. Busana pada saat ibadah mengikuti aturan tentang busana.

D. ASRAMA

1. Perlengkapan Asrama:

a. Setiap kamar dilengkapi dengan tempat tidur, kasur, lemari, sesuai dengan

jumlah anggota kamar.


228

b. Masing-masing asrama disediakan water filter dan dispenser sesuai dengan

kebutuhan.

c. Masing-Masing asrama dilengkapi dengan pemanas air, mesin pemeras dan

pengering pakaian, dengan ketentuan pembiayaan adalah: untuk pengering

pakaian dengan biaya Rp.5000/sekali mengeringkan. Pemanas air dengan

biaya penggunaan sebesar Rp.3000/ sekali mandi.

d. Masing-masing asrama dilengkapi dengan perlengkapan kebersihan seperti:

sapu, kemucing, super pel, tempat sampah dan skop, selang untuk menyiram

tanaman sesuai permintaan dari Bapak/Ibu Asrama.

e. Galon air di asrama harus selalu terisi, jadwal giliran pengisian galon air

dibuat oleh koordinator asrama

f. Setiap mahasiswa wajib menjaga dan memelihara semua barang milik

sekolah. Kerusakan akibat kelalaian/ kesengajaan wajib dilaporkan kepada

bapak Asrama dan dilakukan penggantian oleh pelaku.

2. Kebersihan Asrama

2.1. Kamar tidur:

a. Setiap mahasiwa wajib menjaga kerapian dan keindahan kamar tidur.

b. Yang dimaksudkan dengan rapi dan indah adalah:

c. Tidak ada baju-baju yang bergantungan di mana-mana.

d. Pakaian kotor diletakkan di ember yang tertutup dan embernya

diletakkan dibawah wastafel kamar mandi maupun dibelakang asrama

masing-masing
229

e. Mahasiswa pada saat tidur harus selalu memakai sprei dan sarung

bantal dan dalam keadaan bersih dan tidak bau.

f. Seprei, sarung bantal dicuci setiap 2 minggu sekali.

g. Lantai bersih dipel setiap hari, tidak ada sampah, sampah dibuang ke

TPA.

h. Tirai kamar (gorden) dicuci pada setiap awal semester.

i. Sepatu disimpan di tempat sepatu yang disediakan.

j. Tidak sembarangan memaku tembok kamar

k. Piring, gelas, sendok dan perlengkapan makan lainnya ditempatkan di

ember yang tertutup.

2.2. Kamar mandi:

a. Setiap kamar mandi dilengkapi dengan 1 gantungan baju, 1 gayung, dan

1 keset kamar mandi.

b. Mahasiswa wajib menjaga kamar mandi agar selalu bersih, indah,

harum, sedap dipandang

c. Sampah berupa bungkus sampoo, bungkus sabun atau softex, tidak

diperkenankan untuk dibuang di lobang saluran air maupun

membiarkannya di lantai kamar mandi.

d. Peralatan kamar mandi dilarang dipindahkan, agar selalu ada di

tempatnya.

e. Air dimatikan bila tidak dipakai, dan bak kamar mandi diatur agar

selalu terisi penuh.

f. Wastafel dan cermin agar selalu bersih, indah, dan harum.


230

2.3. Lantai Asrama

a. Setiap mahasiswa wajib ikut serta dalam menjaga kebersihan lantai di

Asrama.

b. Petugas pembersih lantai asrama akan diatur pembagian tugasnya oleh

Koordinator Asrama (KoAs).

c. Lantai asrama dikatakan bersih apabila terhindar dari noda hitam, debu

dan lain-lain yang bersifat kotoran.

d. Lantai asrama disapu minimal 2 x sehari.

e. Lantai dipel minimal 1 kali dalam sehari.

2.4. Kaca

a. Setiap mahasiswa yang tinggal di asrama wajib menjaga kebersihan

kaca jendela asrama, baik kaca jendela kamar maupun kaca jendela

ruang tamu.

b. Kaca jendela harus selalu terlihat bersih.

c. Kaca jendela kamar wajib dibersihkan oleh anggota masing-masing

kamar setiap hari.

2.5. Halaman sekeliling asrama

a. Setiap mahasiswa diwajibkan memelihara keindahan dan kerapian

halaman Asrama.

b. Halaman asrama akan terlihat indah dan rapi apabila: Ditanami

bunga, Rumput dicabut dan Sampah dibuang.

2.6. Tempat Cuci dan Jemuran

a. Selalu bersih, indah, sedap dipandang.


231

b. Pakaian kotor tidak direndam lebih dari satu hari.

c. Pakaian yang kering sudah harus diangkat sebelum pukul 18.00

WIB.

d. Masing-masing mahasiswa harus memiliki sendiri ember cuci.

e. Setiap mahasiswa wajib menjaga kebersihan tempat cucian.

3. Perpindahan Kamar

a. Dilakukan setiap semester diatur oleh Bapak/Ibu Asrama.

b. Mahasiswa tidak diperkenankan pindah tidur ke kamar lain dan tidak

diperbolehkan pindah ke tempat tidur orang lain.

E. KERJA PRAKTIS

1. Kerja Praktis

Adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh semua mahasiswa untuk membina

kedisiplinan, tanggung jawab, kepedulian dan kepekaan terhadap lingkungan di

mana mereka berada.

2. Area

a. Setiap mahasiswa diberikan tugas atau tanggung jawab tertentu untuk

dikerjakan sesuai dengan standar yang diberikan.

b. Area tanggung jawab dan standar pekerjaan yang diinginkan diberikan

secara tertulis dan detail.

c. Setiap mahasiswa wajib memahami tanggung jawab maupun standar

pekerjaan yang diinginkan/ dibebankan kepada dirinya.

3. Pengawasan

a. Setiap orang/kelompok berada di bawah pengawasan Supervisor.


232

b. Supervisor bertugas untuk memberikan teguran, pengarahan, dan

perintah agar standar pekerjaan tercapai.

c. Supervisor harus melaporkan pelanggaran mahasiswa yang tidak bekerja

kepada masing-masing dosen penanggung jawab area.

4. Standar Kerja

a. Setiap tugas atau tanggung jawab memiliki rincian standar yang

diinginkan.

b. Area Kerja diharapkan selalu bersih, baik pagi maupun sore, setiap saat.

c. Standar kerja ditetapkan oleh Waket III.

d. Pemeriksaan standar kerja dilakukan oleh Supervisor setiap hari

5. Jadwal Kerja

a. Prinsip hasil kerja praktis yang diharapkan adalah selalu bersih

sepanjang hari.

b. Jadwal kerja praktis bersama adalah pukul 05.30-06.00 WIB. Di luar

jadwal itu masing-masing mahasiswa tetap memperhatikan kebersihan

area kerja masing-masing dengan harapan dapat memenuhi prinsip

hasil kerja praktis di poin 1.

c. Sewaktu-waktu bila dianggap perlu untuk mencapai standar kerja

setiap hari.

6. Pertanggungjawaban

Mahasiswa bertanggung jawab kepada Supervisor dan kepada dosen

yang mengkoordinir masing-masing area kerja.


233

7. Peralatan

a. Setiap mahasiswa mendapatkan peralatan yang dibutuhkan sesuai

tugas tanggungjawabnya pada awal semester.

b. Peralatan diberikan oleh Waket II dan dicatat sebagai inventaris

sekolah.

c. Peralatan wajib dipelihara dan disimpan oleh mahasiswa tersebut di

tempat yang sesuai.

d. Peralatan yang rusak ringan diperbaiki sendiri, yang rusak berat atau

habis terpakai ditukarkan Waket II dengan membawa bukti peralatan

yang rusak/ habis terpakai.

e. Peralatan dikembalikan kepada Waket II pada akhir semester.

f. Peralatan yang hilang harus diganti oleh mahasiswa yang

bersangkutan.

g. Pertanggungjawaban peralatan kepada bidang Waket II.

F. LAPORAN KEUANGAN

1. Setiap mahasiswa wajib membuat laporan keuangan, baik uang studi, uang

pelayanan, maupun uang pribadi setiap awal bulan kepada Dosen Pembimbing

Small Grup.

2. Laporan keuangan harus memperlihatkan sumber-sumber biaya studi baik yang

datang dari keluarga maupun beasiswa, saldo rekening bank; termasuk juga

tunggakan/ hutang.

3. Setiap mahasiswa dilarang memiliki kebiasaan meminjam dan meminta-minta.

4. Setiap mahasiswa diharapkan bijak dalam mengelola keuangannya.


234

5. Setiap mahasiswa harus jujur dalam menggunakan dan melaporkan keuangan.

6. Setiap mahasiswa diwajibkan memberikan perpuluhan (bisa diberikan ke

GPSTTIAA).

G. PENGATURAN MAKAN

1. Dilakukan Setiap hari.

2. Disediakan makan pagi, siang, malam bagi mahasiswa di ruang makan.

3. Setiap mahasiswa harus makan pada jam-jam yang telah ditentukan. Jadwal

makan dapat dilihat pada poin berikutnya.

4. Tidak diperbolehkan membawa alat dapur: piring, gelas, sendok, panci, dan

sebagainya ke asrama.

5. Mahasiswa yang sakit memakai peralatan sendiri untuk mengambil makanan

dari dapur.

6. Mahasiswa harus makan dengan pakaian rapi, sopan, dan memakai sepatu,

kecuali pada pagi hari.

7. Bagi mahasiswa yang sakit keras, tidak dapat bangun harus melapor ke ketua

kamar dan makanan boleh dibawa ke kamar dengan peralatan makan sendiri.

H. JADWAL MAKAN SETIAP HARI

Makan Pagi 06.00 - 08.00 Makan

Makan Siang 12.00 – 14.00

Makan Malam 17.00 - 19.00

Catatan: Boleh makan lagi setelah jam yang sudah ditentukan, terutama bagi yang
235

sakit dan yang lapar.

I. HUBUNGAN PERSONAL

Hubungan personal adalah hubungan antara mahasiswa dengan mahasiswa,

karyawan, staf dan dosen STTIAA. Yang didasari kasih (Mat 22:39; Yoh

15:17; I Kor 12:26-27).

Ada beberapa hubungan personal antara lain:

2.1. Hubungan personal umum, ada hal-hal yang harus diperhatikan:

a. Hubungan personal umum wajib dilakukan dengan sopan dan hormat.

b. Setiap mahasiswa diharapkan mampu menjalin relasi yang baik dengan

umum.

c. Jika ada kesalahpahaman dan perselisihan, tidak diperkenankan

berkembang menjadi perkelahian, dan harus diselesaikan dengan kasih.

d. Masalah dapat diselesaikan oleh yang bersangkutan, jika tidak dapat maka

akan dibantu oleh Bapak/Ibu Asrama.

e. STTIAA melarang perilaku rasialis dan pilih kasih.

f. Mahasiswa tidak diperbolehkan berkelompok atas dasar suku, wilayah

tertentu, dan bersikap eksklusif.

g. Dalam komunitas umum setiap mahasiswa disarankan menggunakan

Bahasa Indonesia.

2.2. Hubungan lawan jenis.

a. Mahasiswa harus menjaga kekudusan dalam hubungan dengan lawan

jenis.
236

b. Kontak fisik tidak diperkenankan dalam pergaulan dengan lawan jenis

(pukul-memukul, tendang-menendang, pegang-pegangan, peluk-

pelukan).

c. Tidak berdua-duaan di tempat-tempat tersembunyi dengan lawan jenis.

2.3. Pacaran

a. Setiap mahasiswa harus melaporkan statusnya pada waktu diterima

sebagai mahasiswa: bertunangan, menikah, punya pacar.

b. Setiap mahasiswa dilarang berpacaran pada semester satu sampai empat.

c. Setiap mahasiswa diperbolehkan berpacaran mulai semester 5 dan wajib

melapor ke Waket 3.

d. Mahasiswa yang sudah melapor akan dibimbing oleh salah satu dosen

pembimbing small group.

e. Mengenai waktu dan tempat berpacaran di dalam kampus diatur oleh

Waket 3.

f. Mahasiswa yang berpacaran dengan orang di luar kampus harus lapor

ke Waket 3.

g. Mahasiswa yang pacaran dengan orang di luar kampus tidak

diperkenankan melakukan pertemuan dengan sembunyi-sembunyi.

h. Mahasiswa yang berpacaran dengan orang di luar kampus boleh bertemu

di kampus dengan melapor ke Waket 3 dan ditentukan tempatnya.

i. Mahasiswa tidak diperkenankan bertunangan atau menikah selama

menjadi mahasiswa STTIAA (kecuali kasus khusus).


237

j. Apabila putus berpacaran, harus melapor ke Waket 3 dan tidak diijinkan

berpacaran lagi selama masa studi.

J. PAKAIAN DAN PENAMPILAN.

1. Pakaian adalah busana yang dikenakan mahasiswa STTIAA dengan sopan

dan wajar yang mencerminkan jati diri sebagai hamba Tuhan.

2. Setiap mahasiswa dianjurkan untuk berbusana dengan wajar dan sederhana,

tidak berlebihan.

3. Setiap mahasiswa wajib menata rambut dengan baik dan rapi. Khusus bagi

mahasiswi dapat menggunakan kosmetik yang sewajarnya (tidak menyolok

atau menor)

4. Busana Kegiatan Formal.

a. Dalam kegiatan formal baik kuliah maupun ibadah serta kegiatan formal

yang lain/makan, setiap mahasiswa/i wajib menggunakan pakaian formal

pula, baik celana panjang maupun rok.

b. Setiap mahasiswa/i tidak diperkenankan menggunakan sepatu model

sandal jepit dalam kegiatan formal.

c. Busana pria dalam acara formal adalah kemeja (boleh menggunakan kaos

berkrah), celana panjang, dan sepatu.

d. Khusus untuk pria diwajibkan menggunakan kaos kaki.

e. Busana Pelayanan Mimbar (pengkhotbah, liturgis, singer, pemain musik,

dll).
238

f. Wanita saat khotbah wajib memakai rok di bawah lutut/celana panjang

formal dan jas (batik), dengan sepatu pantofel (kecuali saat persekutuan

nonformal).

g. Untuk pria diwajibkan memakai dasi, dan atau batik serta sepatu pantofel.

5. Busana Kegiatan Sehari-hari/non-formal

a. Setiap mahasiswa/i dilarang menggunakan pakaian yang tidak sopan

(terlalu ketat, terlalu pendek, terlalu tipis, menampilkan pusar,

kelihatan celana dalamnya, u can see, tank top) dalam kegiatan kampus

sehari-hari.

b. Busana Kerja Praktis dan olahraga, untuk wanita tidak memakai celana

pendek di atas lutut.

c. Peraturan Berbusana Mahasiswa Putri

d. Setiap mahasiswa putri wajib mengenakan pakaian yang rapi dan

sopan.

e. Yang dimaksud pakaian rapi dan sopan adalah:

f. Baju Kaos berkerah dan baju dari bahan kain

g. Baju harus memiliki lengan.

h. Tidak ketat

i. Jika kuliah maka seluruh mahasiswi wajib mengenakan baju, rok,

celana panjang dari bahan kain.

j. daerah paha).
239

k. Setiap mahasiswa diwajibkan menggunakan Jika kerja praktis

mahasiswi diperbolehkan menggunakan baju kaos oblong/tanpa kerah

dan mengenakan celana minimal 3/4 (dibawah lutut).

l. Jika keluar kampus mahasiswa wajib mengenakan pakaian yang rapi

dan sopan. Apabila mengenakan kaos oblong maka di luarnya harus

dilapisi dengan jaket.

m. Apabila mengenakan celana ketat karena memang model celananya

ketat maka baju yang dipakai harus panjang (menutupi sepatu apabila

kuliah dan ke ruang makan.

n. Sandal jepit dengan model apapun hanya diperbolehkan digunakan di

asrama dan bila kerja praktis.

K. PENGGUNAAN MASKER

1. Setiap mahasiswa wajib menggunakan masker di dalam kampus, kecuali pada

saat makan, tidur, mandi.

2. Mahasiswa yang menerima tamu setelah mendapat persetujuan dari Waket III,

wajib menggunakan masker serta menyediakan masker untuk tamunya bila

tamu tidak membawanya.

3. Setiap mahasiswa, jika keluar kampus wajib menggunakan masker.

L. ASESORIS (perhiasan)

1. Mahasiswa/i tidak diperkenankan menggunakan asesoris/ perhiasan yang

berkelebihan, misalnya memakai cincin di jari jempol/telunjuk untuk

mahasiswa/i, tatoo permanen dan cat kuku.


240

2. Mahasiswa tidak diperkenankan menggunakan asesoris yang dapat

dikonotasikan sebagai jimat.

M. HARTA MILIK

1. Harta milik pribadi.

a. Mahasiswa wajib memelihara dan menjaga barang-barang dan harta milik

pribadi.

b. Tidak diperkenankan membawa alat-alat elektronik yang harus memakai

listrik, kecuali Hp, Laptop dan perlengkapannya, setrika, dan pengering

rambut.

c. Kerusakan/ kehilangan adalah tanggungjawab pemilik.

d. Dilarang pinjam meminjam: Uang, Hp, dan Laptop.

e. Mahasiswa tidak boleh memelihara binatang.

2. Harta Milik Sekolah / STTIAA

a. Setiap mahasiswa harus memelihara semua harta milik STTIAA dengan

baik.

b. Setiap mahasiswa yang merusakkan harta milik STTIAA wajib

menggantinya.

c. Harta milik STTIAA yang dipercayakan kepada mahasiswa tidak boleh

dipindahtangankan tanpa izin.

d. Kerusakan sarana-prasarana di asrama wajib dilaporkan kepada Bapak/Ibu

Asrama; dan apabila tidak bisa ditangani sendiri dapat dilaporkan ke

bagian kerumahtanggaan melalui mengisi formulir perbaikan.


241

e. Formulir perbaikan tersedia di kantor akademik dan diserahkan ke Kepala

Rumah Tangga disertai tanda tangan Bapak/Ibu Asrama.

f. Formulir Perbaikan Kerumahtanggaan dibuat 2 rangkap untuk

diserahkan kepada Bapak/Ibu Asrama dan Bagian Rumah Tangga.

N. PENGGUNAAN HP, TABLET, LAP TOP DAN MEDSOS

1. Waktu Penggunaan:

Lap Top/HP/Tablet/Ipad boleh dipergunakan di seluruh tempat di

STTIAA pada waktu-waktu di mana: tidak sedang kerja praktis dan tidak

sedang makan bersama

2. Etika Penggunaan

a. Gunakan semaksimal mungkin untuk studi, pengerjaan tugas-tugas dan

pelayanan

b. Tidak chatting, email/fb/ menggunakan medsos lainnya pada saat mengikuti

perkuliahan/ ibadah.

c. Bila mau video call, kuliah online, atau mengikuti acara webinar maka

lakukanlah di luar kamar tidur, misalkan: di kelas, di ruang makan, atau

ditempat yang terbuka.

d. Tidak sembunyi-sembunyi untuk menghindar dari pencobaan pornografi dan

dosa-dosa lainnya

e. Tidak membunyikan speaker laptop/HP untuk memutar lagu/film di tempat

umum. Pakailah earphone untuk mendengarkan laptop/HP sendiri.

f. Tidak pinjam meminjam HP/Laptop/ Ipad, dll perangkat elektronik lainnya

yang bersifat pribadi.


242

g. Biaya pembelian pulsa dan segala pengeluaran yang berkait dengan

penggunaan HP mahasiswa/i wajib dilaporkan dalam pembukuan keuangan

pribadi bulanan mahasiswa/i untuk diperiksa oleh Pembimbing Smallgrup

h. Mahasiswa tidak diperkenankan untuk bermain games online baik di HP

maupun di Laptop.

i. HP dikumpulkan setiap malam selambat-lambatnya pada pkl. 22.20 sudah

sampai di rumah bapak ibu asrama.

SISTEM DISIPLIN MAHASISWA

1. Penanggung jawab disiplin mahasiswa adalah Ketua yang dibantu oleh

Waket III.

2. Landasan: Disiplin mahasiswa STTIAA berdasarkan Alkitab dan peraturan

STTIAA, diberikan melalui pelatihan/training, teguran/arahan, coaching,

sharing/motivasi, hukuman/sanksi sesuai kebutuhan.

3. Sistem Pembinaan dan Pengawasan.

3.1. Sistem pembinaan dan pengawasan berjenjang sebagai berikut:

a. Ketua

b. Senat Dosen

c. Waket III

d. Bapak/Ibu Asrama

e. Coach dalam Kelompok Kecil (pembagian ditentukan oleh Ketua) yang

dipimpin oleh dosen yang ditugaskan

f. Koordinator Asrama (KoAs - mahasiswa tingkat akhir)

g. Ketua Kamar
243

3.2. Pembimbingan

a. Pelaku pelanggaran diarahkan dan dibimbing agar bisa berubah dalam karakter

dan kedisiplinan.

b. Pelanggaran yang dilakukan terus-menerus memperlihatkan kegagalan dalam

pembimbingan/motivasi yang diberikan dan akan dibicarakan secara serius

dalam rapat senat dosen untuk mencari solusinya.

4. Pelanggaran Disiplin

Pelanggar disiplin akan dikeluarkan dari STTIAA apabila:

4.1. Pembimbing/ penanggungjawab merasa tidak mampu lagi untuk membimbing

setelah berusaha semaksimal mungkin melakukan pembimbingan sesuai

dengan prosedur dan teknik pembimbingan yang benar, dan/atau

4.2. Terbukti melakukan pelanggaran moral (seksualitas, pencurian, berbohong,

dll) yang parah/ berat, sehingga dianggap tidak memenuhi kriteria sebagai

mahasiswa STTIAA yang diputuskan oleh rapat dosen.

4.3. Ketetapan mutlak dari:

a. PK III dengan persetujuan PK I dan Ketua

b. PK I dengan persetujuan Ketua, dan/atau

c. Ketua

O. PENCATATAN PELANGGARAN DAN PRESTASI

1. Pengertian: pencatatan pelanggaran dan prestasi dilakukan menggunakan

aplikasi SITAAT.
244

2. Aplikasi SITAAT digunakan untuk mencatat seluruh pelanggaran-

pelanggaran dan prestasi yang dilakukan oleh setiap mahasiswa STTIAA,

berisi:

a. Nama mahasiswa yang melanggar.

b. Pelanggaran dan atau prestasi yang dilakukan.

c. Waktu pelanggaran dan atau prestasi

d. Butir pelanggaran dan atau prestasi dinilai dengan angka.

e. Poin awal mahasiswa adalah 300. Jika mahasiswa beprestasi nilainya akan

ditambahkan sesuai dengan nilai prestasinya dan jika mahasiswa melakukan

pelanggaran akan dikurangi sesuai dengan nilai pelanggarannya.

f. Rentang nilai poin SITAAT terdiri dari:

< 160 =D

160-240 = C

241-360 = B

> 360 =A

3. Proses Penilaian di SITAAT

a. Dosen tetap fulltimer memiliki akses untuk memberikan penilain.

b. Pencatatan penilain di SITAAT dilaporkan di rapat dosen.

c. Mahasiswa dipanggil untuk dibina, dan kemudian dilakukan validasi.

d. Pelanggaran berat yang dicatat dalam SITAAT diputuskan dalam rapat dewan

dosen.

e. Tiap awal semester setiap mahasiswa mendampaikan modal 300 poin.

4. Manfaat/Kegunaan
245

a. Mahasiswa menyadari pelanggarannya dan lebih menaati peraturan.

b. Sejarah/rekaman pelanggaran mahasiswa akan menjadi pertimbangan untuk

menentukan kelulusannya dalam penilaian kelakuan.

c. Memberikan keseimbangan antara pelanggaran dan prestasi mahasiswa.

P. SENAT MAHASISWA

1. Senat mahasiswa adalah organisasi kemahasiswaan di STTIAA.

2. Senat mahasiswa membantu Waket III dalam pelaksanaan tata tertib STTIAA.

3. Senat mahasiswa tidak berwenang dalam menentukan kebijaksanaan

kehidupan di STTIAA.

4. Senat mahasiswa membantu Waket III dalam melakukan pembinaan di

STTIAA (asrama dan kegiatan).

5. Senat mahasiswa diperkenankan membantu menyampaikan keluhan mahasiswa

ke STTIAA melalui Waket III.

6. Masa jabatan senat mahasiswa satu tahun ( dua semester).

7. Pengurus Inti BEM dipilih oleh dosen dan seluruh mahasiswa, sedangkan

seksi-seksi dipilih oleh pengurus inti bersama dengan Waket III.

8. Cara pemilihan menggunakan google forms.

Q. KEGIATAN MAHASISWA

1. Kegiatan mahasiswa adalah kegiatan yang diselenggarakan sekolah secara

langsung atau melalui senat mahasiswa dan wajib diikuti oleh setiap

mahasiswa.

2. Semua kegiatan kebersamaan mahasiswa yang di luar rencana atau sifatnya

mendadak harus minta ijin terlebih dulu kepada Waket III.


246

3. Senat diharapkan membuat rancangan program satu semester di awal

semester atau di awal tahun.

R. STANDAR PERILAKU

1. Setiap mahasiswa diharapkan memiliki sikap dan tingkah laku yang

mencerminkan karakter/ jati diri sebagai seorang Hamba Tuhan.

2. Setiap mahasiswa dilarang merokok, minum-minuman keras, mengkonsumsi

narkotika, judi dan sejenisnya.

3. Setiap mahasiswa dilarang keras pergi ke tempat-tempat yang memiliki

konotasi negatif (kafe remang-remang, rumah bordil, warung minuman keras).

4. Setiap mahasiswa dilarang keras nonton film porno atau media pornografi

lainnya.

5. Setiap mahasiswa dilarang keras berperilaku seksual yang menyimpang dan

tindakan amoral (homo, lesbi, free sex).

6. Setiap mahasiswa harus bertindak jujur dalam segala hal.

7. Setiap mahasiswa dilarang memiliki kebiasaan meminjam/ berhutang dan

tidak mengembalikan.

8. Saling menghormati, tidak melakukan intimidasi, tidak melakukan kekerasan

(kata-kata&tindakan), tidak diskriminasi (ras, suku, bahasa, jurusan, angkatan).

S. WAKTU ISTIRAHAT

1. Istirahat siang jam 13.00 – 14.00 WIB.

2. Istirahat malam jam 22.30 – 04. 30 WIB.


247

3. Selama jam-jam istirahat mahasiswa dilarang membuat keributan atau

kegiatan yang menimbulkan suara yang mengganggu, seperti: mengobrol,

memutar tape, radio.

4. Waktu istirahat siang bersifat bebas, boleh digunakan untuk mengerjakan tugas

di perpustakaan atau di ruang komputer, dan diperbolehkan latihan musik.

5. Bagi mahasiswa tingkat 1-3 yang mau lembur malam karena ada tugas atau

kuis besok paginya, hanya diberi waktu sampai pukul 23.00 dengan terlebih

dahulu meminta izin kepada bapak/ibu asrama dan dilakukan hanya di lorong

asrama.

6. Bagi mahasiswa tingkat 1-3 yang telah mendapat izin untuk lembur tidak

diperbolehkan untuk terlambat bangun dengan alasan apapun.

7. Jam istirahat malam lampu kamar harus mati.

T. KELUAR MASUK KAMPUS

1. Setiap mahasiswa hanya diperkenankan keluar kampus pada hari yang telah

ditentukan.

2. Waktu keluar mahasiswa putra adalah pada hari Selasa (dari jam 07.30-12.00

dan 13.00-17.00, kecuali jika ada kegiatan/kuliah).

3. Waktu keluar mahasiswa putri adalah pada hari Jumat (dari jam 07.30-12.00

dan 13.00-17.00, kecuali jika ada kegiatan/kuliah).

4. Prosedur setiap kali mahasiswa/i keluar masuk kampus:

a. Bila mahasiswa/i keluar pada hari dan jam keluarnya maka memberitahukan

kepada bapak ibu asrama melalui WA dan mengisi buku keluar masuk

mahasiswa yang terdapat di asrama dan di pos satpam.


248

b. Bila keluar bukan pada hari keluar mahasiswa/i, wajib meminta ijin kepada

bapak/ibu asrama. Bila diijinkan maka mahasiswa mengisi buku keluar masuk

mahasiswa yang ada di asrama dan pos satpam.

c. Pada waktu pulang atau balik ke kampus mahasiswa yang bersangkutan wajib

memberitahukan kembali kepada bapak ibu asrama.

d. Bagi mahasiswa pengurus GPSTTIAA untuk pelayanan rutin cukup mencatat

dalam buku keluar masuk mahasiswa.

5. Mahasiwa boleh keluar pada hari Sabtu ataupun hari Minggu.

6. Pada hari Sabtu dan Minggu mahasiswa bila hendak keluar kampus untuk

belanja tidak perlu meminta ijin terlebih dahulu, tetapi cukup memberitahukan

kepada Bapak dan Ibu Asrama dan mencatat di buku keluar yang ada di pos

Satpam.

7. Mahasiswa yang ijin keluar tetap harus pulang sebelum jam makan. Bila

merencanakan untuk tidak makan, harus memberitahukan kepada bagian dapur

sehari sebelumnya untuk pengaturan jumlah masakan.

8. Pada hari libur nasional mahasiswa diijinkan keluar kampus dengan seijin

Bapak/Ibu Asrama (dengan prosedur keluar masuk yang berlaku) dan harus

kembali sebelum jam-jam makan, dan tidak diperbolehkan berlawanan jenis

(berdua-duaan, kecuali bertiga).

9. Mahasiswa dilarang mengemudikan kendaraan sekolah/pribadi, kecuali

mengisi formulir izin mengemudikan (Sabtu/Minggu untuk GPSTTIAA &

dapur akan dibuatkan izin satu semester untuk orang-orang yang bersedia).
249

10. Bagi mahasiswa yang memperoleh ijin mengendarai mobil dan motor

sekolah/pribadi harus memiliki SIM dan menggunakan helm.

11. Mahasiswa diijinkan membawa mobil/motor milik pribadi atau kendaraan yang

dipinjamkan oleh pemiliknya (dengan surat keterangan dari pemilik).

12. Mahasiswa dilarang meminjamkan mobil/motor tersebut di atas kepada

siapapun.

13. Pada saat keluar kampus mahasiswa harus mengenakan pakaian rapi dan

memakai sepatu (boleh sepatu sandal).

14. Mahasiswa yang berasal dari Jatim/Jateng/daerah lain yang masih terjangkau

diijinkan satu kali pulang menginap (Sabtu-Minggu/ tanggal merah) per-

semester.

15. Mahasiswa dilarang menginap di rumah pacar atau teman, kecuali ijin khusus.

16. Bagi mahasiswa yang pelayanan bersama dengan dosen tetap harus meminta

ijin kepada Bapak/Ibu Asrama.

U. PENERIMAAN TAMU

1. Tamu adalah keluarga maupun handai tolan dari mahasiswa yang datang ke

kampus untuk bertemu dengan mahasiswa. Untuk itu ada aturan yang berlaku:

2. Mahasiswa hanya boleh menerima tamu di luar jam kuliah (kecuali

emergency).

3. Menerima tamu harus di tempat yang telah ditentukan oleh sekolah, yaitu di

Lobi depan.

4. Mahasiswa tidak diperbolehkan membawa tamu ke dalam asrama.


250

5. Mahasiswa tidak boleh mengundang tamu untuk makan bersama maupun

menginap di sekolah tanpa ijin.

V. PENCEKALAN

1. Diberlakukan bagi mantan mahasiswa yang pernah dikeluarkan dengan tidak

hormat.

2. Dicekal untuk tidak dapat lagi melanjutkan studi di STTIAA, kecuali ada

pertobatan dan penyesalan yang nyata, dan dengan pertimbangan dari dewan

dosen, serta persetujuan Ketua.

3. Apabila tidak menyatakan penyesalan/ pertobatan atas kesalahan yang pernah

dilakukannya, maka dicekal untuk tidak diterima menginap di kampus

STTIAA, karena dianggap sebagai mantan mahasiswa yang tidak mau

bertobat. Pencekalan menginap di Kampus STTIAA juga memiliki

pertimbangan dapat memberi dampak negatif bagi mahasiswa yang tinggal di

Asrama.

4. Dicekal untuk tidak mendapatkan beasiswa dari sponsor sebelumnya.

Walaupun hal ini adalah hak dari sponsor, namun STTIAA akan

mereferensikan agar sponsor tidak melanjutkan beasiswa kepada mantan

mahasiswa yang bersangkutan.

5. Dicekal untuk tidak dapat mengambil bagian dalam ibadah Kampus, seperti

memberikan kesaksian/sharing.
251

W. PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL

Pengertian

Media sosial adalah sebuah media daring yang digunakan satu sama lain

yang para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berinteraksi, berbagi,

dan menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual tanpa

dibatasi oleh ruang dan waktu.

Integritas Pengguna Media Sosial

a. Menggunakan media sosial (Facebook, Instagram, Blog, WhatsApp, Tiktok,

dsb) secara dewasa dan bertanggung jawab dengan memperhatikan citra

sebagai seorang hamba Tuhan.

b. Menghormati pengguna media sosial lain baik pribadi maupun kelompok

tertentu yang terhubung dengan akun media sosial pribadi.

c. Secara dewasa memikirkan konten yang akan di-upload & di-download dengan

mempertimbangkan status sebagai mahasiswa dan almamater STTIAA.

d. Tidak meng-upload konten-konten yang mengandung unsur SARA

pornografipornoaksidan sensua

e. Memastikan bahwa informasi yang disebarkan melalui media sosial, tidak

melanggar Undang-Undang ITE yang berlaku di Indonesia.

f. Menanggapi secara sopan dan elegan setiap komentar-komentar yang bersifat

kritis dan negatif pada akun pribadi media sosial.

g. Mencantumkan informasi pribadi di akun media sosial untuk menumbuhkan

sikap kejujuran dan kepercayaan pihak lainnya.


252

h. Melakukan pengamanan informasi data pribadi agar terhindar dari penyalah-

gunaan data pribadi untuk kepentingan orang yang tidak bertanggung-jawab.

Kebenaran Informasi di Akun Pribadi Media Sosial

a. Memastikan kebenaran informasi yang akan disampaikan sebelum melakukan

postingan di akun pribadi media sosial.

b. Semaksimal mungkin mencantumkan sumber informasi atas konten yang

diambil secara utuh/sebagian dari sumber-sumber lain yang akan di-upload di

akun pribadi media sosial.

c. Segera melakukan klarifikasi jika terjadi kesalahan penyampaian topik tertentu

di akun pribadi media sosial dan memberikan pernyataan maaf.

Publikasi Kegiatan STTIAA di Akun Pribadi Media Sosial

a. Informasi yang bersifat privasi internal STTIAA tidak diperkenankan di-

upload ke ruang publik akun pribadi media sosial tanpa seijin pihak

penangung jawab.

b. Penanggung jawab adalah Ketua Admisi-Publikasi STTIAA.

c. Informasi yang bersifat umum diperkenankan untuk di-upload di akun pribadi

sosial media mahasiswa.

d. Indikator untuk informasi yang bersifat umum yakni konten kegiatan kampus

yang telah dipublikasi di media sosial official STTIAA.

e. Informasi yang bersifat internal yakni kegiatan institusi yang tidak

dipublikasikan di media sosial official STTIAA.


253

IV. SOP BIDANG PELAYANAN

KEWAJIBAN DASAR

1. Setiap mahasiswa STTIAA harus memiliki pemahaman bahwa pelayanan

hendaknya didasarkan pada Firman Tuhan dan bahwa kesempatan melayani

sesama merupakan anugerah Tuhan semata.

2. Seorang mahasiswa STTIAA sebagai calon hamba Tuhan yang sejati

seharusnya tidak memandang pelayanan sebagai kesempatan untuk

mendapatkan imbalan atau keuntungan pribadi.

3. Setiap mahasiswa STTIAA harus memiliki keyakinan bahwa dirinya dipanggil

untuk melayani dan bukan dilayani.

4. Setiap mahasiswa STTIAA harus bersikap sebagai murid yang selalu siap sedia

untuk dididik dan siap sedia untuk belajar.

5. Setiap mahasiswa STTIAA wajib menjalankan pelayanan yang telah diatur

oleh Bidang pelayanan.

6. Setiap mahasiswa STTIAA wajib menjalankan pelayanan week end atau akhir

pekan yang telah diatur oleh Sekolah.

7. Setiap mahasiswa STTIAA wajib menjalankan praktik pelayanan selama 2

bulan dan 1 tahun yang telah diatur oleh Sekolah.

KETENTUAN UMUM

1. Setiap mahasiswa STTIAA berjuang segenap hati, jiwa, tenaga untuk dapat

menjalankan pelayanan dengan setia dan tanggung jawab.

2. Setiap mahasiswa STTIAA harus dapat bekerja sama dengan sesama rekan

pelayanan dan jemaat.


254

3. Setiap mahasiswa STTIAA wajib menjaga citra yang baik sebagai seorang

Hamba Tuhan di tempat pelayanan dan dalam pergaulan.

JENIS-JENIS PELAYANAN

1. Pelayanan GPSTTIAA

2. Pelayanan Week End

3. Pelayanan Praktik 2 Bulan

4. Pelayanan Praktik 1 Tahun

5. Pelayanan Mission Trip

a. Pelayanan Mission Trip terutama bertujuan untuk menjadi berkat

bagi jemaat gereja, anak-anak panti asuhan, dan Yayasan Misi yang

dikunjungi dan merekrut calon mahasiswa baru.

b. Pelayanan Mission Trip merupakan tanggung jawab Waket IV yang

diketahui dan di setujui oleh Ketua

c. Pelayanan Mission Trip dapat dilaksanakan oleh setiap Dosen

STTIAA yang telah memiliki perencanaan yang pasti tentang

tempat, anggaran, dll dan disahkan dalam Rapat Senat Dosen.

d. Pelayanan Mission Trip ditentukan berdasarkan program kerja

sekolah dengan mengikutsertakan mahasiswa yang dipilih oleh

Sekolah/Dosen.
255

PELAYANAN WEEK END

Tujuan pelayanan Week End

a. Sebagai bentuk ketaatan kepada ajaran Alkitab mengenai Tubuh Kristus dan

Gereja Lokal, dimana setiap Anak Allah perlu terlibat aktif dalam satu

komunitas tubuh Kristus sebagi anggota.

b. Untuk mendukung pembangunan tubuh Kristus dalam Gereja Lokal/ lembaga

pelayanan.

c. Sebagai sarana untuk belajar melayani dan menerapkan ilmu yang didapatkan.

Peserta Pelayanan Week End

a. Pelayanan week end atau akhir pekan, adalah pelayanan bagi para mahasiswa

semester 4 (empat), 5 (lima), 6 (enam) dan 7 (tujuh) yang tidak sedang

mengerjakan skripsi.

b. Apabila ada permintaan khusus dari Gereja mitra bagi mahasiswa semester 8

(delapan) dan atau yang sedang mengerjakan skripsi, permintaan tersebut akan

dipertimbangkan dalam rapat dosen.

Penanggung jawab

Pelayanan mahasiswa akhir pekan berada dalam tanggungjawab Waket IV

(Bidang Pelayanan).

Penempatan Pelayanan

a. Mahasiswa akan ditempatkan ke gereja-gereja atau lembaga (dalam radius

yang bisa dijangkau oleh mahasiswa weekend).


256

b. Informasi permintaan mahasiswa weekend melalui mahasiswa harus

diberikan kepada Waket IV sebelum rapat dosen untuk penempatan tempat

week end mahasiswa.

c. Penempatan tempat weekend mahasiswa akan diumumkan setelah disetujui

dalam rapat dosen dengan mempertimbangkan seluruh Formulir Permintaan

Mahasiswa Week End yang masuk.

d. Mahasiswa boleh mengajukan tempat pelayanan WE.

e. Pengumuman penempatan pelayanan weekend adalah seminggu setelah

pembukaan semester.

Penilaian Pelayanan WeekEnd

a. Setiap mahasiswa wajib menerima dan menjalankan tugas pelayanan

akhir pekan dengan sungguh-sungguh dan bertanggungjawab.

b. MENJELANG berakhirnya pelayanan mahasiswa akhir pekan, maka

Gereja mitra diminta mengisi formulir evaluasi pelayanan mahasiswa, dan

mengembalikannya kepada Waket IV.

c. Formulir isian akan dikirimkan ke Gereja mitra oleh Waket IV, selambat-

lambatnya satu minggu menjelang berakhirnya pelayanan mahasiswa yang

bersangkutan.

d. Laporan evaluasi Pelayanan Week End mahasiswa akan dipertimbangkan

dalam menentukan nilai Kelakuan setiap semester

Periode Pelayanan Week End

Mahasiswa akan melayani di satu tempat pelayanan selama pelayanan WE.


257

Pembiayaan pelayanan akhir pekan:

a. Gereja mitra diharapkan partisipasinya dalam hal, biaya transportasi,

akomodasi, konsumsi, bagi pelayanan akhir pekan mahasiswa,

b. STT IAA, bertanggung jawab untuk menyediakan/ mengang-garkan

pembiayaan pelayanan mahasiswa setiap akhir pekan, apabila persembahan

dari Gereja mitra tidak mencukupi.

c. Semua persembahan berupa uang yang diterima oleh mahasiswa pelayanan

akhir pekan dari Gereja mitra, wajib diserahkan ke Waket IV untuk diatur

penggunaannya.

d. Laporan pelayanan dan keuangan diserahkan paling lambat hari Senin

langsung setelah kembali dari pelayanan akhir pekan dengan cara mengisi

formulir pelayanan akhir pekan yang telah disediakan dan menyerahkannya

kepada Waket IV.

e. Biaya transportasi yang diperuntukkan bagi pelayanan mahasiswa akhir pekan

bervariasi, berdasarkan jarak tempuh (dekat-jauh) dari STTIAA ke tempat

pelayanan Gereja mitra.

Waktu pelayanan mahasiswa akhir pekan.

a. Berdasarkan permintaan Gereja bisa berangkat hari Jumat jam 13.30 WIB

apabila sore tidak ada perkuliahan. Sedangkan yang lainnya harus berangkat

pada hari Sabtu sesudah kerja praktis dan makan pagi langsung ke tempat

pelayanan (tidak singgah kemana-mana).

b. Kembali dari tempat pelayanan ke asrama adalah pada hari Minggu paling

lambat jam 17.00 WIB.


258

c. Bagi mahasiswa yang pelayanan Hari Minggu Sore/Malam, diijinkan kembali

ke Kampus paling lambat Hari Senin jam 07.30 WIB (kecuali kasus khusus).

d. Sebelum meninggalkan asrama menuju ke tempat pelayanan, setiap mahasiswa

wajib menyerahkan Buku Ijin Keluar di Pos Satpam, yang telah ditandatangani

oleh Bapak/Ibu Asrama, dan diambil kembali pada saat kembali ke Kampus.

Surat Tugas

a. Mahasiswa yang akan melaksanakan pelayanan akhir pekan ke berbagai

denominasi Gereja mitra, akan diberikan surat tugas oleh STTIAA untuk

diserahkan kepada Gereja mitra, dan tembusan kepada mahasiswa yang

bersangkutan.

b. Surat tugas tersebut ditanda tangani oleh Waket IV dan diketahui oleh Ketua

STTIAA.

PRAKTIK PELAYANAN LAPANGAN (PPL 2 BLN & 1 TAHUN)

Peserta

a. Praktik Pelayanan Lapangan 2 (dua) bulan adalah pelayanan yang diberlakukan

kepada mahasiswa yang sudah menjalani perkuliahan pada semester 4 (empat)

dan 6 (enam) Prodi Teologi.

b. Praktik Pelayanan Lapangan 1 (satu tahun) adalah pelayanan yang

diberlakukan kepada mahasiswa yang sudah menyelesaikan perkuliahan

semester 8 (delapan), untuk Prodi Teologi dan semester 6 untuk Prodi PAK.

c. Mahasiswa yang Pelayanan PPL 1 Tahun adalah mahasiswa yang sudah

menyelesaikan kewajiban administrasi sekolah, semua tuntutan akademis, lulus


259

ujian skripsi dan menyerahkan revisi skripsi kepada Waket I setelah

ditandatangani Dosen Pembimbing.

Penanggungjawab

Pelayanan mahasiswa 2 (dua) bulan dan 1 (satu) tahun berada dalam

tanggungjawab Waket IV.

Tempat Pelayanan

Pencarian tempat pelayanan 2 (dua) bulan dan 1 (satu) tahun, dilakukan oleh dosen

STT IAA yang dikoordinir oleh Waket IV.

Prosedur Penetapan Tempat Pelayanan

Cara pencarian tempat pelayanan 2 (dua) bulan dan 1 (satu) tahun:

a. Waket IV mengirimkan surat penawaran pelayanan 2 (dua) bulan sebanyak-

banyaknya ke berbagai denominasi Gereja, Yayasan Penginjilan, Panti-panti

Asuhan/Jompo. Disertakan formulir isian tentang pelayanan yang harus diisi

oleh Gereja mitra, Yayasan Penginjilan, Panti-panti Asuhan/Jompo dan segera

di kembalikan ke STTIAA.

b. Waket IV menawarkan langsung melalui telepon dan atau kunjungan langsung

ke berbagai denominasi Gereja, Yayasan Penginjilan, Panti-panti

Asuhan/Jompo yang dapat dijangkau.

c. Setiap mahasiswa tidak diperkenankan mencari dan atau menentukan sendiri

tempat pelayanan akhir pekan.

d. Apabila mahasiswa menerima dan atau mendapatkan informasi tentang

keperluan mahasiswa praktik bagi Gereja tertentu, Yayasan Penginjilan


260

tertentu, Panti-panti Asuhan/Jompo tertentu dapat meneruskannya kepada

Waket IV.

Waktu Penetapan

a. Keputusan penempatan pelayanan praktik 2 (dua) bulan dan 1 (satu) tahun

dilakukan dalam rapat dosen pada bulan April setiap tahunnya.

b. Keputusan penempatan praktik pelayanan lapangan diumumkan setelah

disetujui oleh Rapat Senat Dosen pada awal Bulan Mei dengan

mempertimbangkan Formulir Permintaan Praktik Pelayanan Mahasiswa yang

sudah masuk.

c. Berdasarkan keputusan rapat dosen tersebut, maka setiap mahasiswa wajib

menerima dan menjalankan berpraktiknya dengan sungguh-sungguh dan

bertanggungjawab.

Waktu praktik pelayanan.

a. Bagi mahasiswa yang berpraktik 2 (dua) bulan adalah di mulai pada bulan Juni

sampai dengan bulan Juli.

b. Bagi mahasiswa yang berpraktik 1 (satu) tahun adalah dimulai dari pada awal

bulan Juli sampai dengan akhir bulan Juni pada tahun berikutnya.

c. Setiap mahasiswa yang akan berpraktik tidak diperkenankan mencari dan

menentukan sendiri tempat berpraktik.

d. Apabila menerima dan atau mendapatkan informasi dari berbagai denominasi

Gereja, Lembaga Penginjilan, Panti-panti Asuhan/Jompo, berkenaan dengan

diperlukannya mahasiswa berpraktik, maka mahasiswa wajib meneruskannya

kepada Waket
261

Waktu keberangkatan dan kembali

a. Keberangkatan berpraktik 2 (dua) bulan dan 1 (satu) tahun ke tempat

pelayanan, berlaku sesudah dilaksanakan pengutusan.

b. Setiap mahasiswa yang akan berangkat berpraktik 2 (dua) bulan dan 1 (satu)

tahun memberitahukan keberangkatannya kepada Bapak/Ibu Asrama.

c. Kembali dari tempat pelayanan sesuai dengan surat tugas yang diberikan oleh

Sekolah kepada Gereja mitra dan tembusan kepada mahasiswa yang

bersangkutan.

d. Setiap mahasiswa yang kembali dari berpraktik 2 (dua) bulan dan 1 (satu)

tahun, wajib memberitahukan dirinya kepada Bapak/Ibu Asrama.

Dosen Pembimbing

a. Setiap mahasiswa yang praktik pelayanan 1 (satu) tahun diberi pendampingan

oleh seorang Dosen STTIAA.

b. Dosen Pembimbing PPL 1 tahun adalah Dsen Pembimbing dalam Small Group.

Apabila diperlukan, maka dosen pendamping dapat melakukan visitasi kepada

mahasiswa yang didampinginya.

Pembiayaan praktik pelayanan mahasiswa.

Pembiayaan mahasiswa yang praktik pelayanan 2 (dua) bulan dan 1 tahun

ditanggung oleh Gereja mitra sesuai kesanggupan tertulis, kecuali jika ada

pertimbangan khusus.

Pertanggungjawaban Praktik

a. Mahasiswa wajib membuat laporan pelayanan dan keuangan praktik pelayanan

2 bulan.
262

b. Mahasiswa hanya diperbolehkan menggunakan uang persembahan dari gereja

untuk keperluan biaya hidup sesuai yang ditentukan oleh Sekolah.

c. Semua kelebihan uang persembahan dari tempat pelayanan 2 (dua) bulan,

wajib diserahkan kepada PK IV untuk dibagi rata kepada semua mahasiswa

praktik 2 bulan.

d. Mahasiswa praktik pelayanan 1 tahun wajib membuat laporan pelayanan sesuai

Panduan Pembuatan Laporan Pelayanan.

Prosedur dan Aturan Praktik

a. Mahasiwa yang berpraktik 2 (dua) bulan dan 1 (satu) tahun dilengkapi dengan

surat tugas untuk Gereja mitra, yang ditanda tangani oleh Waket IV dan

diketahui oleh Ketua STT IAA, tembusannya kepada mahasiswa yang

bersangkutan.

b. Menjelang akan berakhirnya masa praktik 2 (dua) bulan dan 1 (satu) tahun,

sekolah akan mengirimkan Formulir Evaluasi ke Gereja mitra dan setelah diisi

wajib dengan segera mengembalikannya.

c. Setiap mahasiswa praktik bila akan meninggalkan pelayanannya karena sesuatu

yang mendesak dan penting, maka wajib meminta ijin kepada Pimpinan Gereja

mitra.

Gagal Praktik

a. Apabila meninggalkan pelayanan tanpa ijin Lembaga Pengutus (STT IAA) dan

Lembaga Penerima (Gereja mitra), maka praktiknya dianggap gagal.


263

b. Apabila mentor dari tempat praktik menyatakan dalam evaluasi praktik bahwa

praktikan tidak lulus masa praktik. Dalam hal ini pihak sekolah akan

mengevaluasi kembali, dan menyetujui/ tidak menyetujui.

c. Apabila praktikan melakukan pelanggaran moral seperti: mencuri, berzinah, dll

sehingga dinilai tidak layak untuk lulus dalam masa praktik

d. Mahasiswa yang gagal praktik dapat dicabut status kemahasiswaannya atau

wajib mengulang kembali masa praktiknya sesuai dengan keputusan rapat

dosen.
264
265

Lampiran 15
FOTO PENELITIAN DOKUMENTASI

Kampus Asrama

Ruang Makan

Perpustakaan Kegiatan Ibadah


266

Wawancara dengan Ketua Wawancara dengan Waket 1

Wawancara dengan Waket 3 Wawancara dengan Ibu Asrama

Wawancara dengan Bapak Asrama


267

Rapat Dewan Dosen

Seminar Kebangsaan untuk Mahasiswa


268

Dokumentasi Foto di dinding

Dokumentasi Foto di dinding

Buku nilai-nilai Kristiani STTIAA


269

Lampiran 16
CURICULUM VITAE

Thinna Naftali Woenardi


woenthin@yahoo.co.id
+62 821-3125-8313

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI
Nama : Thinna Naftali Woenardi,
S.Th.,M.Pd
Tempat Tanggal Lahir : Manado, 3 Januari 1964
Jenis Kelamin : Perempuan
Address : Sukamenak Indah H-55 Bandung
No.HP/WA : +62-82131258313
Suami : Pdt. Dr. Rei Rubin Barlian, M.Th.
Anak : Clef Trustdamus Barlian
dan Cher Obeyva Barlian

PENDIDIKAN
1969-1970 TK Eben Haezer Manado
1970-1976 SD Eben Haezer Manado
1976-1979 SMP Eben Haezer Manado
1979-1982 SMA Eben Haezer Manado
1983-1986 Sarjana muda Teologi di STT SAAT
Malang-Jatim
1995-1997 Sarjana Teologi di STT SAAT
Malang-Jatim
2006-2008 Magister Pendidikan di Universitas Kristen
Indonesia Jakarta
2016-2023 Doktor Manajemen Pendidikan di Universitas
Negeri Surabaya- Jawa Timur

PELAYANAN
1987-1989 Pelayanan di GMIM Kristus Bitung
1989-1994 Pelayanan di GKKK Bandung-Jawa Barat
1994-1995 Pelayanan di GMIM Kristus Manado
1998-2006 Pelayanan di GKKK Bandung-Jawa Barat
270

2006-2010 Pelayanan di GKim Ka Im Tong Bandung-Jawa


Barat
2010-2013 Pelayanan di SKKK Jakarta
2013- Menjadi Dosen di STTIAA-Mojokerto
Jawa Timur
271

Lampiran 17
SURAT IZIN PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai