Anda di halaman 1dari 4

1

PARADIGMA ALIRAN PENDIDIKAN BARAT DALAM MENDIDIK ANAK

Oleh : Asrul Haq Alang


Mahasiswa Program Doktor UIN Alauddin Makassar

Pendidikan merupakan salah satu unsur dari aspek sosial budaya yang berperan sangat
strategis dalam pembinaan suatu keluarga, masyarakat atau bangsa. Hal tersebut karena
peranan pendidikan pada intinya merupakan suatu ikhtiar yang dilaksanakan secara
sadar, sistematis, terarah dan terpadu untuk memanusiakan peserta didik dan
menjadikan mereka sebagai khalifah di muka bumi.

Pendidikan sebagai suatu proses yang sekurang-kurangnya memiliki enam unsur yaitu;
dasar, tujuan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan dan lembaga pendidikan, dan
dalam pelaksanaannya ada 3 aspek yang bertanggung jawab yaitu; keluarga, sekolah
dan lingkungan masyarakat.

Aspek keluarga memegang peranan penting sekali dalam pendidikan anak sebagai
institusi yang mula-mula sekali berinteraksi dengannya. Tugas utama keluarga bagi
pendidikan anak ialah membentuk kepribadian dan meletakkan dasar-dasar bagi
pendidikan anak. Dasar-dasar bagi pendidikan anak sebagian besar diambil dari kedua
orang tuanya dan anggota keluarga yang lainnya.

Aspek sekolah berfungsi membantu tugas pendidikan yang dijalankan oleh keluarga.
Anak mendapatkan pendidikan yang tidak didapatkan dalam keluarga di lembaga
sekolah. Tugas yang dilakukan guru di sekolah merupakan pelimpahan dan lanjutan dari
tanggungjawab orang tua.

Sementara dalam aspek lingkungan masyarakat terdapat beberapa lembaga organisasi


sosial yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan. Jika dalam lingkungan keluarga,
pendidikan dilaksanakan secara informal, yaitu melalui pengalaman hidup sehari-hari,
maka di lingkungan sekolah dilaksanakan secara formal, yakni sengaja merencanakan
dengan matang tujuan-tujuan yang akan dicapai. Adapun di lingkungan masyarakat,
2

pendidikan dilaksanakan secara non formal, yakni dilaksanakan dengan sengaja, akan
tetapi tidak terlalu terikat dengan peraturan dan syarat-syarat tertentu. 

Paradigma para filosof di dunia barat saling bertentangan mengenai pendidikan terhadap
anak, sehingga mereka masing-masing merintis doktrin tentang pendidikan terhadap
anak, dimana dibarat anak kecil dipandang sebagai orang dewasa dalam bentuk kecil.

Filosof dunia barat berpandangan bahwa potensi merupakansesuatu yang melekat dijiwa
manusia yang dibawa sejak lahir dan dengan doktrin pendidikan kemungkinan potensi
itu bisa dikembangkan atau dipengaruhi. Doktrin para filosof barat tentang pendidikan
terhadap anak dibedakan dalam berbagai aliran, yaitu;    
      
Aliran Nativisme
Nativisme memiliki doktrin filosofis yang berpengaruh terhadap pemikiran pendidikan.
Bahkan, aliran ini pernah mewarnai dunia pemikiran pendidikan. Salah seorang
tokohnya adalah Arthur Schopenhauer (1788-1860) yang berpandangan bahwa anak
yang lahir sudah mempunyai potensi/pembawaan yang mempengaruhi hasil dari
perkembangan selanjutnya. Pendidikan sama sekali tidak mempunyai daya atau
kekuatan. Ia hanya berfungsi memberi polesan kulit luar dari tingkah laku sosial anak,
sedang bagian dalam dari kepribadian anak didik tidak perlu ditentukan. Aliran ini
disebut pula dengan aliran pesimisme karena tidak adanya kepercayaan akan nilai-nilai
dari pendidikan sehingga anak itu diterima apa adanya.

Aliran Naturalisme
Jean Jacques Rousseau (1712-1778) merupakan tokoh filosof yang memiliki doktrin
naturalisme dalam pendidikan, melalui bukunya yang berjudul “Emile”, ia berpendapat
bahwa pada dasarnya segala sesuatu yang datang dari alam itu baik, tetapi setelah tiba
pada manusia bisa saja ia menjadi buruk. Maka untuk membimbing seorang anak
cukuplah berdasarkan pada keinginan dan pembawaannya.

Rousseau juga menganggap bahwa lingkungan masyarakat adalah sumber dari segala
kerusakan dan keburukan. Anak harus dihindarkan dari hal-hal tersebut sehingga ia
3

tumbuh dan berkembang secara alamiah. Aliran ini juga disebut dengan aliran
negativisme karena menganggap bahwa proses pendidikan itu dilakukan dengan
memberi kebebasan yang sebebas-bebasnya kepada anak untuk tumbuh dengan
sendirinya kemudian memberikan sepenuhnya kepada alam sebagai pelaksana
pendidikan agar pembawaan anak bisa tetap terjaga dan tidak dirusak oleh tangan-
tangan manusia karena kesalahan dalam mendidik.

Aliran Empirisme
Tokoh utamanya adalah John Lock (1632-1704), dilahirkan di Inggris dari keluarga
terdidik. Ia dianggap sebagai pemberi titik terang dalam perkembangan psikologi
pendidikan dikarenakan teorinya seakan memberi perspektif baru dalam pemikiran
pendidikan. Teorinya yang terkenal adalah teori tabula rasa yang mengibaratkan anak
yang baru lahir bagaikan kertas putih bersih yang kosong.Kertas itu dapat ditulisi apa
saja sesuai dengan keinginan.

Teori tabula rasa sangat menekankan arti penting dari lingkungan dan pengalaman
dalam mendidik anak, karena penekanan pendidikan terletak pada aspek lingkungan dan
pengalaman. Lock berusaha untuk mendekatkan pendidikan itu dengan situasi
disekitarnya dengan menganggap bahwa ia bisa saja menjadikan seorang anak menjadi
seorang ilmuwan meskipun ia terlahir bukan dari keluarga ilmuwan. Hal ini sangat
bertolak belakang dengan aliran Nativisme dan Naturalisme.

Aliran Konvergensi
Aliran ini diperkenalkan oleh seorang ahli jiwa berkebangsaan Jerman bernama William
Stern. Stern berpandangan bahwa antara heredity dan meliau ada saling keterkaitan
memberi pengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia. Secara kodrati
manusia, telah dibekali dengan bakat atau potensi. Akan tetapi, untuk berkembang lebih
baik perlu adanya pengaruh dari luar berupa tuntunan dan bimbingan melalui
pendidikan.

Stern berusaha menyatukan dua aliran yang bertolak belakang yaitu


nativisme/naturalisme dan empirisme dalam memandang manusia sebagai peserta didik.
4

Bagaimanapun, jika yang diambil hanya salah satunya saja antara nativisme/naturalisme
dan empirisme, berarti pendidikan itu akan berjalan pincang, karena dua hal yang
semestinya berjalan beriringan tetapi dipisahkan.

Kemampuan Stern menggabungkan dua hal yang tampaknya bertolak belakang


(konvergensi) menjadikannya sebagai tokoh psikolog yang mempunyai pengaruh yang
sangat luas sampai sekarang di kalangan para pendidik. Aliran konvergensi ini dianggap
dekat dengan aliran pendidikan Islam antara al-fitrah dan al-bi’ah masing-masing
mempunyai peran yang aktif dalam memberikan pengaruh dalam pendidikan. Para
tokoh pendukung Konvergensi sangat setuju jika kedua aspek tersebut saling memberi
pengaruh dalam kehidupan anak, namun ada yang paling dominan. Lingkungan
merupakan faktor yang paling besar aspeknya dalam memberikan pengaruh terhadap
anak didik, karena dalam perkembangan anak, ia banyak bergelut dengan hal-hal yang
ada di sekitarnya dan berusaha merespon sekaligus mengaplikasikan apa yang telah
dilihat dirasa atau didengarnya.

Paradigma aliran-aliran pendidikan barat dalam perspektif pendidikan Islam tidak bisa
dikatakan sejalan, karena dalam Islam dikenal konsep fitrah, dan dalam pendidikan
Islam hidayah Allah merupakan sumber spritual terakhir bagi manusia setelah ikhtiar
dan doa.

Wassalam

Anda mungkin juga menyukai