Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS ALMUSLIM

PEUSANGAN-BIREUEN

FILSAFAT PENDIDIKAN

ALIRAN NATIVISME

Oleh:
DEWI JULIANA

Dosen Pengampu:

Dr. Rambang Muharramsyah, M.Pd


Dr. Muhammad Iqbal, M.Ag
MATRIK TUGAS PERKULIAHAN
FILSAFAT PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Pancasila merupakan mazhab filsafat tersendiri yang dijadikan landasan pendidikan, bagi
bangsa Indonesia yang dituangkan dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional dalam
Pasal 2 UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pasal 3 UUD No 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional juga menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.

Tujuan Pendidikan Nasional


Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan
amanat Undang-undang Dasar 1945. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional harus berfokus
tentang bagaimana cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan.

Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan
kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan

Nama : Dewi Juliana


Orentasi : NATIVISME DALAM PENDIDIKAN
Deskripsi mata Memberikan bekal dasar keahlian bagi mahasiswa untuk dapat
pelajaran
memahami konsep Matematika dan implementasinya dalam kehidupan
sehari-hari.
Aliran : Aliran Nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan)
yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah
membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran
Nativisme merupakan aliran yang lebih menekan kemampuan dalam
diri anak, sehingga faktor lingkungan dianggap kurang berpengaruh
terhadap perkembangan anak. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak
ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi
perkembangan anak. Aliran ini berpandangan itu perkembangan
individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Oleh karena itu,
hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak
lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar
ditentukan oleh individu itu sendiri. Pendidikan anak yang tidak sesuai
dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan
anak itu sendiri.

Tokoh : Arthur Schopenhauer (1788-1869), seorang filosofis Jerman. Aliran


ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh
faktor potensi (bakat) sejak lahir, bawaan tersebut berupa potensi yang
baik dan potensi buruk. Dalam aliran ini, faktor lingkungan dipandang
kurang memiliki pengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan
anak.

Aspek Ontologis : Istilah ontologi berasal Bahasa Yunani, ontos artinya yang berada
Filsafat sedangkan logos artinya pikiran. Jadi ontologi adalah suatu ilmu
Pendidikan filsafat yang membahas tentang prinsip yang paling mendasar atau
paling dalam dari suatu yang ada. Membahas tentang ontologi berarti
kita menbahas tentang suatu hal yang konkrit dan berdasarkan fakta.
Ontologi meliputi masalah apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran
dan tidak telepas dari pandangan tentang apa dan bagaimana yang ada.
Objek kajian disebut " ada " maksudnya berupa benda yang terdiri dari
alam, manusia individu, umum terbatas dan tidak terbatas (jiwa). Ada
beberapa tokoh Yunani yang berpandangan tentang ontologi seperti
Thales, Plato, Aristoteles.
Dasar ontologi pendidikan adalah objek materi pendidikan dimana sisi
yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan. Jadi hubungan ontologi
dengan pendidikan menempati posisi landasan yang terdasar dari
fondasi ilmu dimana disitulah teletak undang-undang dasarnya dunia
ilmu. Fakta menunjukkan bahwa pendidikan selalu berada dalam
hubungannya dengan eksistensi kehidupan manusia. Tanpa
pendidikan, manusia tidak mungkin bisa menjalankan tugas dan
kewajibannya di dalam kehidupan, pendidikan secara khusus
difungsikan untuk menumbuh kembangkan segala potensi kodrat
(bawaan) yang ada dalam diri manusia. Oleh sebab itu, dapat dipahami
bahwa ontologi pendidikan berarti pendidikan dalam hubungannya
dengan asal-mula, eksistensi, dan tujuan kehidupan manusia
Aspek : Epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas ten
Epistemologis tang suatu hakikat, makna, kandungan, sumber dan proses ilmu. Jadi d
Filsafat apat dikatakan bahwa epistemologi itu berarti “pembahasan tentang il
Pendidikan mu pengetahuan”. Istilah epistemologi juga dikaitkan dengan konsep il
mu yaitu suatu pengetahuan yang membawa kepada pemahaman kebe
naran. Oleh karena itu pembahasan epistemologi merupakan salah satu
cabang filsafat yang membahas asal-usul, struktur, metode dan keabsa
han ilmu. Epistemologi merupakan salah satu dari pada cabang utama
pembahasan filsafat yang membicarakan tentang teori ilmu. Adapun d
ari segi sejarah pula, pembahasan filsafat merupakan induk utama ilmu
pengetahuan. Berdasarkan kepada disiplin filsafat ini, lahirlah cabang-
cabang ilmu lain seperti matematika, ilmu logika atau mantik, ilmu ke
dokteran dan sebagainya.

Aspek Aksiologis : Dalam kajian aksiologi filsafat pendidikan, peserta didik diposisikan
Filsafat sebagai subjek sekaligus objek pendidikan yang memerlukan
Pendidikan bimbingan orang lain atau lingkungan untuk membantu
mengembangkannya sampai pada mengaplikasikannya dalam
masyarakat. Lebih dari itu, aksiologi filsafat pendidikan juga
memberikan stimulus pertanyaan “untuk apa” dan “apa manfaat” ilmu
yang dipelajari dalam kegiatan mencari pengetahuan.
Pada aliran nativisme memiliki pandangan bagaimana pengetahuan
atau potensi bawaan yang dimiliki seseorang adalah hal yang harus
dijaga dan dikembangkan, sementara orang lain atau lingkungan
dianggap tidak memiliki kapasitas dalam mengembangkan potensi
dalam diri peserta didik.
Pembahasan : Aliran nativisme ini, bertolak dari leibnitzian tradition yang
menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan,
termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain
bahwa aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan
oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan
individu itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar
turunan, misalnya ; kalau ayahnya pintar, maka kemungkinan besar
anaknya juga pintar. Para penganut aliran nativisme berpandangan
bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan
buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh
pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir.
Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan
oleh anak didik itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat akan
menjadi jahat, dan yang baik menjadi baik”. Pendidikan yang tidak
sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna
untuk perkembangan anak sendiri dalam proses belajarnya. Bagi
nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak
akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut
pandangan ini menyatakan bahwa jika anak memiliki pembawaan
jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya apabila mempunyai
pembawaan baik, maka dia menjadi orang yang baik. Pembawaan
buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah dari kekuatan luar.
Menurut teori nativisme ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan manusia yaitu :

1. Faktor genetik
Orang tua sangat berperan penting dalam faktor tersebut dengan
bertemunya atau menyatunya gen dari ayah dan ibu akan
mewariskan keturunan yang akan memiliki bakat seperti orang
tuanya. Banyak contoh yang kita jumpai seperti orang tunya seorang
artis dan anaknya juga memiliki bakat seperti orang tuanya sebagai
artis.

2. Faktor kemampuan anak


Dalam faktor tersebut anak dituntut untuk menemukan bakat yang
dimilikinya, dengan menemukannya itu anak dapat
mengembangkan bakatnya tersebut serta lebih menggali
kemampuannya. Jika anak tidak dituntut untuk menemukannya
bakatnya, maka anak tersebut akan sulit untuk mengembangkan
bakatnya dan bahkan sulit untuk mengetahui apa sebenarnya bakat
yang dimilikinya.

3. Faktor pertumbuhan anak


Faktor tersebut tidak jauh berbeda dengan faktor kemampuan anak,
bedanya yaitu di setiap pertumbuhan dan perkembangannya anak
selalu didorong untuk mengetahui bakat dan minatnya. Dengan
begitu anak akan bersikap responsif atau bersikap positif terhadap
kemampuannya.

Berdasarkan perspektif epistemologi, kebenaran matematika terbagi


dalam dua kategori, yaitu pandangan absolut dan pandangan
fallibilis. Absolutis memandang pengetahuan matematika
didasarkan atas dua jenis asumsi; matematika ini berkaitan dengan
asumsi dari aksioma dan definisi, dan logika yang berkaitan dengan
asumsi aksioma, aturan menarik kesimpulan dan bahasa formal serta
sintak. Ada lokal (micro) dan ada global (macro) asumsi, seperti
deduksi logika cukup untuk menetapkan kebenaran matematika.
Tesis dari fallibilis memiliki dua bentuk yang ekivalen, satu positif
dan satu negatif. Bentuk negatif berkaitan dengan penolakan
terhadap absolutis; pengetahuan matematika bukan kebenaran yang
mutlak dan tidak memiliki validitas yang absolut. Bentuk positifnya
adalah pengetahuan matematika dapat dikoreksi dan terbuka untuk
direvisi terus menerus

Iplementasi : Iplementasi teori Nativisme terhadap pendidikan/pembelajaran yaitu


kurang memberikan kemungkinan bagi pendidik dalam upaya
mengubah kepribadian peserta didik. Berdasarkan hal itu peranan
pendidikan atau sekolah sedikit sekali dapat dipertimbangkan untuk
dapat mengubah perkembangan peserta didik. Akan tetapi hal yang
demikian justru bertentangan dengan kenyataan yang kita hadapi,
karena sudah sejak zaman dahulu hingga sekarangorang berusaha
mendidik generasi muda, karena pendidikan itu hal yang dapat, perlu,
bahkan harus dilakukan. Jadi konsepsi Nativisme ini tidak dapat
dipertahankan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir
sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena
itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah
dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan
pendidikan ditentukan oleh anak itu sendiri. Ditekankan bahwa yang
jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik. Pendidikan
yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan
berguna untuk perkembangan anak sendiri dalam proses belajarnya.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan
tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak.
Penganut pandangan ini menyatakan bahwa jika anak memiliki
pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya apabila
mempunyai pembawaan baik maka dia menjadi orang yang baik.
Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah dari
kekuatan luar.

kesimpulan : Aliran nativisme berisi bahwa perkembangan individu itu ditentukan


oleh pembawaan atau dasar kekuatan kodrat yang dibawa sejak lahir.
Semua perkembangan itu hanya akan dipengaruhi oleh pembawaan
sejak lahir dan pengaruh-pengaruh dari luar seperti lingkungan tidak
bisa mempengaruhi perkembangan anak tersebut. Aliran nativisme
meyakini bahwa proses perkembangan manusia ditentukan oleh
adanya faktor-faktor bawaan sejak lahir Faktor bawaan tersebut
meliputi sifat-sifat fisik dan psikologis serta juga kemampuan yang
berupa bakat, intelegensi, dan lain-lain yang diwariskan secara genetis.
Faktor bawaan inilah yang dipercaya akan menentukan hasil
perkembangan anak di kemudian hari. Apabila anak itu memiliki
pembawaan yang cerdas, pintar pula anak itu kelak. Sebaliknya,
apabila anak itu pembawaannya kurang cerdas, rendah pula prestasi
akademiknya. Menurut teori nativisme, proses pendidikan dan
lingkungan sekitar tidak bisa mengubah sifat-sifat pembawaan
tersebut. Sebab, baik dan buruknya pembawaan itu sudah ditentukan
sejak lahir. Peran pendidikan dalam pandangan teori nativisme
hanyalah sebatas untuk pengembangan bakat saja. Oleh sebab itu, teori
ini dalam ilmu pendidikan disebut dengan pesimistis pedagogis. Tokoh
utama (pelopor) aliran nativisme adalah Arthur Schopenhaur (Jerman
1788-1860). Tokoh lain seperti J.J. Rousseau seorang ahli filsafat dan
pendidikan dari Perancis. Kedua tokoh ini berpendapat betapa
pentingnya inti privasi atau jati diri manusia. Meskipun dalam keadaan
sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik)
dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya.
Dalam suatu proses pendidikan, anak akan mempunyai ketergantungan
dengan pembawaannya itu sendiri. Dalam arti kata bahwa seseorang
akan berhasil dalam pendidikan dari ketergantungan pembawaannya.
Jika dalam pembawaannya tersebut memiliki bakat jahat maka anak
akan menjadi jahat, begitu juga sebaliknya jika dari bawaannya ia
memiliki bakat baik maka anak akan menjadi baik. Oleh karena itu
dalam menyelenggarakan suatu pendidikan harus disesuaikan dengan
bakat yang dibawanya agar mempunyai hasil baik dan tidak akan sia-
sia.

Judul Aliran Nativisme dan Implementasinya dalam Pendidikan di Sekolah


Daftar pustaka : Kristiawan, Muhammad. Filsafat pendidikan. Yogyakarta:Valia
Pustaka, 2016.

Gandhi, Teguh Wangsa. Filsafat pendidikan: Madzhab-madzhab


Filsafat pendidikan. Jogjakarta: Ar-ruzz media, 2011.

Jalaluddin dan Abdullah Idi. Filsafat Pendidikan: Manusi, Filsafat


dan Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.

https://kalsel.kemenag.go.id/opini/675/Mengenal-Aliran-Aliran-
Klasik-Dalam-Dunia-Pendidikan diakses 12 Maret 2023

https://lembursingkur.wordpress.com/tag/tokoh-nativisme/ diakses 14
Maret 2023

http://ariefqosim.com/2016/09/aliran-aliran-filsafat-pendidikan/
diakses 01 April 2023

https://dosenpsikologi.com/teori-nativisme diakses 01 April 2023

Anda mungkin juga menyukai