Anda di halaman 1dari 4

LANDASAN PENDIDIKAN

Materi 3 Ontologi Ilmu Pendidikan

1. Ontologi Pendidikan

Pada banyak kalangan ahli terjadi perdebatan tentang apakah ilmu pendidikan
merupakan ilmu yang otonom atau ilmu terapan. Sebagai ilmu yang otonom,
kedudukan ilmu pendidikan akan dianggap sejajar dengan ilmu lain seperti
psikologi, sosiologi dan antropologi. Pada sebagian ahli, kedudukan keilmuan itu
penting karena berkaitan dengan jati diri, eksistensi dan kewibawaan sebagai
ilmuwan. Sebagian lain berpendapat kedudukan keilmuan yang otonom tidak
penting karena lebih penting bagaimana praktik yang membangun dan
mengembangkan potensi anak.

Sebagai ilmu terapan, ilmu pendidikan dianggap sebagai terapan dari ilmu
psikologi, terapan dari sosiologi atau terapan dari antopologi. Praktik pendidikan
dianggap sebagai terapan dari psikologi pendidikan. Demikian juga bagi ilmu
sosiologi, pendidikan merupakan penerapan dari sosiologi pendidikan dan
seterusnya. Perdebatan pandangan ini melahirkan suatu konstelasi (pertautan)
dengan munculnya gerakan pendidikan yang tetap mengibarkan bendera ilmu
pendidikan (Pedagogiek atau pedagogic) dan bendera disiplin pendidikan (yang
biasanya menggunakan kata education) atau konsep pedagogy. Bendera
pedagogiek sering dikibarkan oleh kaum pendidikan Continental (golongan Eropa)
sedangkan disiplin pendidikan banyak dianut oleh kaum Anglo Saxon (golongan
Amerika, termasuk Australia). Garis batas pengibaran bendera tersebut bukan
sesuatu yang demarkatis (punya garis batas yang pasti) karena belakangan di
Amerika pun mulai dikaji tentang pedagogiek, salah satu diantaranya adalah Child
Development and Pedagogy. Gagasan pedagogiek lebih mengarah pada ilmu
pendidikan teoritis sedang pendidikan (education atau pedagogy) mengarah pada
pendidikan praktis.

Terlepas dari dua golongan aliran pendidikan, golongan Timur (termasuk timur
tengah, Asia dan Timur Jauh seperti Jepang dan China) belum banyak dilakukan
berbagai kajian ke arah mana aliran Ilmu pendidikan mereka? Pada bagian bab ini,
pembahasan akan lebih diarahkan pada landasan sebagai acuan untuk menguji
apakah sebuah ilmu itu otonom atau tidak. Sebagai the mother of science (induk
dari segala ilmu pengetahuan), ilmu filsafat (khususnya filsafat pendidikan) telah
memberikan 3 pijakan utama. Sebuah ilmu dikatakan otonom jika ia memiliki
batas-batas wilayah kajian sendiri yang berbeda dengan ilmu lainnya. Batas kajian
ini dikenal dalam filsafat dengan istilah ontologi. Setiap ilmu yang otonom
memiliki ontologi ilmunya masing-masing. Sebagai pijakan kedua, ilmu filsafat
memberikan rambu kedua yakni bagaimana cara ilmu tersebut menyusun,
menemukan dan mengembangan sendiri pengetahuan ilmiahnya. Bagaimana cara
sebuah ilmu membangun pengetahuannya atau bagaimana sebuah ilmu
menggunakan cara-cara memperoleh pengetahuan yang benar disebut oleh ilmu
filsafat sebagai epistimologi ilmu. Sebuah ilmu yang otonom memiliki landasan
epistimologi yang kuat dalam membangun standar keilmuannya.

Pada landasan ketiga, ilmu filsafat memberikan pijakan yang disebut dengan
aksiologi (ilmu tentang nilai). Aksiologi membahas tentang untuk apa ilmu itu
digunakan dan dikembangkan. Ilmu yang otonom akan memiliki acuan nilai dan
norma yang dibangun untuk mengembangkan kemaslahatan bagi manusia. Ketiga
landasan filsafat tersebut akan menjadi fokus kajian dari bab ini untuk meyakinkan
bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yang otonom. Pembahasan ini akan diakhiri
dengan kedudukan ilmu lain (khususnya psikologi, sosiologi dan antropologi)
dalam IPAUD serta bagaimana memahami konsep interdisiplin, multidisiplin dan
trandisiplin dalam ilmu pendidikan.

Secara etimologi, ontologi berasal dari ontos yang bermakna proses penelaahan
dan logos yang berarti ilmu. Dengan demikian, ontologi merupakan ilmu yang
membahas atau menelaah lingkup kajian pada suatu pengetahuan atau ilmu.
Suatu pengetahuan atau ilmu akan memusatkan diri dalam mempelajari dan
membahas pada bidang tertentu dengan objek tertentu. Sebagai contoh, filsafat
mempunyai wilayah kajian (ontologi) pada segala sesuatu yang ada dan mungkin
ada sedangkan ontologi ilmu mengkaji pada segala sesuatu yang ada dan dapat
dijangkau oleh pikiran dan pengalaman manusia.

Sebelum membahas ontologi ilmu pendidikan ada baiknya dipahami terlebih


dahulu wilayah kajian ilmu pendidikan dan ilmu lain yang paling dekat yaitu ilmu
psikologi. Ilmu pendidikan memiliki dua bentuk objek, yakni objek materia dan
objek forma. Objek materia ilmu pendidikan adalah segala bentuk peristiwa
interaksional antara pendidik dan peserta didik dalam membantu
mengembangkan potensi peserta didik. Selain pendapat tersebut, pendapat
lainnya mengatakan bahwa objek materia ilmu pendidikan adalah :

1. Pergaulan yang bersifat khusus antara pendidik dan anak didik.

2. Setiap peristiwa, gejala atau fenomena pendidikan.

3. Setiap perbuatan pendidik dalam melaksanakan pendidikan.

Berbagai sudut pandang tersebut menunjukkan pendapat yang beragam tentang


apa yang menjadi objek materia ilmu pendidikan.
Namun demikian, pusat kajian materia ilmu pendidikan terletak pada peristiwa
atau gejala interaksi (hubungan timbal balik) antara pendidik dan anak didik yang
bertujuan untuk mengembangkan berbagai potensi anak didik. Objek materia ilmu
pendidikan tidak berhenti pada peristiwa interaksional saja karena ilmu sosiologi
juga memiliki objek peristiwa interaksional, termasuk psikologi sosial. Oleh karena
itu, ilmu pendidikan mempertegas bahwa peristiwa atau fenomena interaksional
yang dimaksud terjadi antara pendidik dan anak didik atau peserta didik. Materia
pendidik merupakan kekhususan kajian yang membedakan ilmu pendidikan
dengan ilmu lainnya termasuk ilmu psikologi pendidikan. Tidak berhenti pada
kajian itu tetapi dilanjutkan pada peristiwa itu terjadi secara sengaja untuk tujuan
yang edukatif (mendidik). Sampai pada konsep tujuan yang mendidik, para ahli
memiliki pandangan dan rumusan yang berbeda.

Ada ahli yang merumuskan tujuan pendidikan pada pengembangan potensi, ada
yang merumuskan tujuan pada tercapainya kedewasaan, ada yang merumuskan
pada tercapainya tanggung jawab, dan ada yang merumuskan melanggengkan
atau pewarisan budaya. Para ahli lebih banyak menggunakan terminologi
(peristilahan) peserta didik daripada anak didik. Peserta didik dapat mencakup
anak, remaja dan orang dewasa. Peserta didik juga ada yang anak atau orang
dewasa yang normal dan ada yang berkebutuhan khusus. Ilmu pendidikan yang
fokus kajiannya pada anak dikenal dengan sebutan pedagogiek sedangkan fokus
kajian pada orang dewasa disebut dengan andragogiek. Dengan fokus kajian
peserta didik tersebut maka tidak heran jika ilmu pendidikan sendiri memiliki
cabang ilmu pendidikan anak usia dini, pendidikan luar sekolah (lebih pada kajian
pendidikan masyarakat), pendidikan berkebutuhan khusus, ilmu pendidikan untuk
anak usia SD. Fokus kajian inilah yang membedakan ilmu pendidikan dengan ilmu
lainnya, khususnya psikologi. Psikologi dikenal dengan ilmu kejiwaan (psikologis)
yang fokus kajiannya pada perilaku manusia sebagai manifestasi dari gejala-gejala
kejiwaan. Gejala-gejala kejiwaan manusia terjadi pada segala tempat, misalnya
gejala kejiwaan pada anak maka muncul kajian psikologi anak, remaja (psikologi
remaja), orang dewasa (psikologi orang dewasa), gejala kejiwaan manusia dalam
konteks industri (psikologi industri), dalam konteks interaksi sosial (psikologi
sosial), konteks perkembangan (psikologi perkembangan), kajian khusus
kepribadian (psikologi kepribadian) dan masih ada lagi sepanjang manusia itu ada.

Dengan memahami materia ilmu pendidikan akan semakin menambah jelas objek
materia dalam ilmu pendidikan. Kita mungkin bisa menyimpulkan bahwa kajian
awal dan kebanyakan ahli membangun kajian ilmu pendidikan yang ditujukan
pada anak dan banyak rumusan arti pedagogiek itu sendiri yang mengarah pada
makna ilmu mendidik anak. Jadi tidak mungkin ada ilmu pendidikan tanpa ilmu
pendidikan. Jika ditelusuri lebih jauh dan mendalam materia apa saja yang spesifik
(khusus) dikaji oleh ilmu pendidikan yang berkaitan dengan fokus proses
interaksional edukatif antara anak dengan pendidik. Konteks yang menjadi fokus
interaksional edukatif anak dengan pendidik adalah aktivitas belajar dan mengaja.
Mengajar (terminology lain pembelajaran) merupakan aktivitas yang dengan
sengaja dirancang, diciptakan dan dihadirkan pendidik untuk membantu anak
mengembangkan berbagai potensi perkembangan. Dalam konteks ini,
pembelajaran yang dihadirkan mengandung berbagai objek materia yang spesifik.
Objek materia dalam pembelajaran ada yang disusun dalam bentuk konten (isi)
perkembangan (bahasa, kognitif, sosial-emosi, agama & moral dan fisik/motorik)
dan ada juga yang berwujud konten akademik seperti (matematika, sains, bahasa,
studi sosial, dan seni). Permbahasan materia spesifik ini hampir selalu ada pada
kajian kurikulum.

Link Referensi

http://pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/uuno20th2003ttgsisdiknas.pdf
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-ilmu-pendidikan-dan-fungsinya/

Anda mungkin juga menyukai