Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/350544600

KETERLIBATAN SISWA (STUDENT ENGAGEMENT) DI SEKOLAH SEBAGAI


SALAH SATU UPAYA PENINGKATAN KEBERHASILAN SISWA DI SEKOLAH

Conference Paper · April 2019

CITATIONS READS

4 4,642

2 authors:

Fikrie Fikrie Lita Ariani


University of Muhammadiyah Banjarmasin University of Muhammadiyah Banjarmasin
13 PUBLICATIONS 7 CITATIONS 8 PUBLICATIONS 7 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Fikrie Fikrie on 01 April 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KETERLIBATAN SISWA (STUDENT ENGAGEMENT) DI SEKOLAH SEBAGAI
SALAH SATU UPAYA PENINGKATAN KEBERHASILAN SISWA DI SEKOLAH
Fikrie
Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
fikrielutfiyah@gmail.com
Lita Ariani
Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
arianilita87@gmail.com

Abstrak

Prestasi rendah, bolos sekolah, kebosanan, kejenuhan hingga putus sekolah adalah beberapa hal yang dialami
oleh siswa di Indonesia dan menjadi suatu permasalahan bagi para pendidik. Salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan cara mengembangkan keterlibatan siswa (student enggagement) di
sekolah. Keterlibatan siswa merupakan konstruk multidimensional yang melipui tiga aspek yaitu aspek perilaku,
kognitif dan emosi. Aspek perilaku menunjukkan perbuatan dan tindakan yang dilakukan secara langsung oleh
siswa di sekolah misalnya kehadiran, partisipasi pada kegiatan belajar, menaati aturan dan mengerjakan tugas.
Aspek kognitif menunjukkan kualitas proses kognitif dan strategi belajar siswa terhadap tugas sekolah misalnya
kemauan dan ketekunan untuk belajar, regulasi diri dan menyukai tantangan. Aspek emosi mengacu pada rasa
kepemilikan pada sekolah, ketertarikan, persepsi terhadap nilai belajar, reaksi positif dan negatif terhadap guru,
teman dan aktivitas sekolah. Tujuan penulisan ini adalah untuk menguraikan dan mengekplorasi keterlibatan
siswa di sekolah sebagai salah satu upaya peningkatan keberhasilan siswa di sekolah. Metode penulisan ini
adalah studi literatur dengan menggunakan pendekatan tematik dalam analisis datanya. Berhasil atau tidaknya
siswa di sekolah salah satunya disebabkan oleh motivasi siswa. Keterlibatan siswa di sekolah dihasilkan dari
motivasi intrinsik atau kebutuhan individu yang membuat siswa memiliki perasaan positif dan melanjutkan
praktik mereka dengan ketekunan dan kepercayaan diri, sehingga meningkatkan keterlibatan siswa di sekolah
merupakan upaya yang dapat menentukan keberhasilan siswa di sekolah. Keberhasilan siswa dipengaruhi oleh
ketiga komponen keterlibatan siswa secara berbeda-beda yaitu komponen perilaku, emosional dan kognitif.

Kata Kunci : keterlibatan siswa, keberhasilan siswa, prestasi belajar

Abstract

Low achievement, school alinieation, boredom, school dropout are some of the things experienced by students
in Indonesia and become a problem for educators. One effort to overcome this problem is by developing student
engggement in schools. Student enggagement is a multidimensional construct which includes three aspects,
namely behavioral, cognitive and emotional aspects. Behavioral aspects show actions carried out directly by
students in schools such as attendance, participation in learning activities, obeying rules and working on
assignments. Cognitive aspects show the quality of cognitive processes and student learning strategies for school
assignments such as willingness and perseverance to learn, self-regulation and challenges. Emotional aspects
refer to the sense of ownership in school, interest, perception of learning values, positive and negative reactions
to teachers, friends and school activities. The purpose of this paper is to describe and explore student
enggagement in school as an effort to increase the success of students in school. This writing method is a study
of literature using a thematic approach in analyzing the data. Success or failure of students in school is caused
by student motivation. Student enggagement in school results from intrinsic motivation or individual needs that
make students have positive feelings and continue their practice with perseverance and self-confidence, so
increasing student enggagement in school is an effort that can determine the success of students in school.
Student success is influenced by the three components of student involvement differently, namely the
behavioral, emotional and cognitive components.

Keywords: student enggagement, student success, academic achievement

Prosiding Seminar Nasional & Call Paper


103 Fikrie
Psikologi Pendidikan 2019 Lita Ariani
Fakultas Pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Keterlibatan Siswa (Student Engagement) di Sekolah

Pendidikan merupakan salah upaya untuk tidak terlibatnya (disengagement) siswa di sekolah.
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sesuai dengan Appleton, Christensen dan Furlong (2008) menjelaskan
amanat UUD 1945 pasal 31 ayat (1) dimana setiap bahwa selain terdapat siswa yang terlibat dalam proses
warga berhak mendapat pendidikan. Pendidikan adalah belajar mengajar, terdapat pula siswa-siswa yang tidak
usaha untuk mengembangkan individu menjadi terlibat seperti bersikap apati, mengobrol dengan
manusia yang berilmu, mandiri, kreatif, bertanggung teman, tidak bersemangat, tidak fokus atau bahkan
jawab dan berakhlak mulia, melalui pendidikan tidur saat proses belajar berlangsung. Appleton,
diharapkan anak-anak bangsa mampu memainkan Christensen dan Furlong (2008) menambahkan bahwa
peranan penting di berbagai situasi kehidupannya. keterlibatan siswa di sekolah sangatlah penting, hal ini
Salah satu lembaga pendidikan yang berfungsi disebabkan banyaknya siswa merasa bosan, tidak
mengejewantahkan tujuan pendidikan ini adalah termotivasi dan tidak terlibat, hal tersebut membuat
sekolah. Sekolah diharapkan mampu mencetak mereka terlepas (tidak terlibat) dari aspek akademis
individu-individu yang berkualitas dan sukses dalam dan sosial di lingkungan kehidupan sekolah.
menghadapi proses belajar mengajar. Namun, masih Keterlibatan siswa di sekolah merupakan
banyak permasalahan yang menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas keadaan psikologis siswa seperti
sekolah belum mampu secara maksimal reaksi kognitif, emosional dan perilaku terhadap proses
mengejewantahkan tujuan pendidikan tersebut. pembelajaran, serta kegiatan akademik dan sosial
Prestasi rendah, perilaku membolos, kebosanan, dikelas ataupun diluar kelas untuk mencapai hasil
kejenuhan hingga angka putus sekolah yang masih belajar yang baik (Poskitt and Gibbs, 2010; Gunuc &
tinggi merupakan beberapa hal yang dialami oleh Kuzu, 2015). Willms (2003) menambahkan bahwa
siswa-siswi di Indonesia dan menjadi suatu keterlibatan siswa merupakan komponen psikologis
permasalahan. yang berkaitan dengan rasa kepemilikan siswa terhadap
Tahun 2016 UNICEF melaporkan bahwa masih sekolahnya, penerimaan nilai-nilai sekolah dan
sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat komponen perilaku yang berkaitan dengan partisipasi
menikmati pendidikan yang meliputi 600 ribu anak dalam kegiatan sekolah. Indikator Keterlibatan siswa di
usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia sekolah sekolah yang konsisten dibahas dalam literatur antara
menengah (SLTP) lain adalah partisipasi dalam kegiatan sekolah,
(https://pendidikan.id/main/forum/diskusi- pencapaian nilai yang tinggi, waktu yang dihabiskan
pendidikan/diskusi-pendidikan-aa/9492-tingginya- untuk mengerjakan pekerjaan rumah serta kualitas
angka-putus-sekolah-di-indonesia). Pada aspek pekerjaan rumah (Jimerson, Campos & Greif, 2003).
prestasi, hasil survey program for International Sementara itu ketidakterlibatan siswa di sekolah
Student Assessment (PISA) terkait performa siswa- biasanya dimanifestasikan dalam bentuk menarik diri
siswi dalam bidang sains, membaca dan matematika atau kurang perhatian terhadap kegiatan sekolah,
oleh Organization for Economic Co-Operartion and memiliki kemampuan yang buruk, terlibat dalam
Development (OECD) pada tahun 2015, Indonesia perilaku bermasalah dan pada akhirnya mengarah pada
menduduki peringkat 62 pada bidang sains, 61 bidang meningkatnya siswa yang putus sekolah (Finn & Rock,
membaca dan peringkat 63 pada kemampuan 1997 ; Fall & Roberts, 2012). Hal ini didukung hasil
matematika dari 69 negara di dunia yang berpartisipasi penelitian dari High School Survey of Student
dalam survey tersebut Engagement (Yazzie-Mintz, 2009) yang menjelaskan
(http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_details/2 bahwa siswa sering mengalami kebosanan di sekolah
30/Overview-of-the-PISA-2015-results-that-have-just- dan tidak dapat memanfaatkan waktu belajarnya saat
been-Released.html). Mutu pendidikan Indonesia berada di dalam bahkan di luar kelas.
menurut Human Development Index (HDI) berada Salah satu alasan kenapa keterlibatan siswa di
pada posisis 102 dari 106 negara kemudian sekolah harus menjadi perhatian adalah karena
berdasarakan PERC (The Political Economic Risk keterlibatan merupakan faktor penting dari
Consultation) menempatkan sistem pendidikan keberhasilan proses belajar dan akademik siswa di
Indonesia berada pada peringkat dua belas dari 12 sekolah (Wang & Holcombe, 2010; Fredricks,
negara yang disurvey (Restian, 2015). Hal ini Filsecker & Lawson, 2016). Keberhasilan belajar
menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia masih siswa di sekolah tidak hanya menitikberatkan pada
belum maksimal. aspek prestasi belajar tetapi juga pada aspek
Meningkatkan keterlibatan siswa di sekolah pembentukan karakter dan kebahagiaan mereka ketika
adalah salah upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah berada disekolah (Peterson, 2006). Hal ini
untuk mengurangi permasalahan-permasalahan yang termanifestasi dalam komponen-komponen penyusun
terjadi pada siswa. Fredricks, Blumenfeld and Paris keterlibatan siswa di sekolah yang bersifat
(2004) dalam studi litaraturnya menjelaskan bahwa multidimensional dimana keterlibatan siswa disekolah
permasalahan seperti rendahnya prestasi siswa, terdiri dari tiga komponen yaitu kognitif, perilaku dan
meningkatnya level kebosanan siswa dan emosi (Fredricks, Blumenfeld, & Paris, 2004;
meningkatnya kasus drop out dari sekolah akibat dari Jimerson, Campos, & Greif, 2003). Hasil penelitian

Prosiding Seminar Nasional & Call Paper 104 Fikrie


Psikologi Pendidikan 2019 Lita Ariani
Fakultas pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Keterlibatan Siswa (Student Engagement) di Sekolah

yang dilakukan oleh Dharmayana dkk (2012) terdapat emosi yang ditampilkan oleh siswa, mengacu pada
hubungan langsung antara keterlibatan siswa dengan tindakan berenergi, terarah, dan tetap bertahan ketika
prestasi belajar dan keterlibatan siswa disekolah mendapatkan kesulitan atau kualitas siswa dalam
memediasi hubungan antara kompetensi emosi dengan interaksinya dengan tugas akademik (Connell &
prestasi belajar. Penelitian lain menunjukkan bahwa Wellborn, dalam Handelsman, 2005). Marks (2000)
keterlibatan siswa di sekolah dapat meningkatkan mendeskripsikan keterlibatan siswa di sekolah sebagai
prestasi belajar melalui komponen kognitif nya (Gunuc suatu proses psikologis, khususnya perhatian,
dan Kuzu, 2014). Keterlibatan siswa di sekolah juga ketertarikan, investasi, dan upaya yang dikerahkan
dapat menjadi faktor protektif siswa terlibat dalam siswa dalam kegiatan pembelajaran.
perilaku delinkuen, penyalahgunaan obat-obatan Keterlibatan di sekolah merupakan sebuah
terlarang dan depresi (Li & Lerner, 2011). Wang dan konstrak yang multidimesioanal meliputi tiga
Peck (2013) memberikan gambaran profil keterlibatan komponen yakni komponen perilaku, kognitif dan
siswa dari sangat terlibat sampai tidak terlibat dan emosi (Fredricks, Blumenfeld, & Paris, 2004;
berdasarkan komponennya yaitu kognitif dan perilaku Jimerson, Campos, & Greif, 2003). Ketiga komponen
terhadap aspek pendidikan dan psikologis siswa ini saling berinteraksi secara dinamis di dalam diri
didapatkan perbedaan pada kedua aspek tersebut pada individu (Skinner, 2009). Komponen perilaku,
diri siswa, dimana keterlibatan siswa memberikan emosional dan kognitif memberikan karakteristik
manfaat yang besar pada keberhasilan akademik dan tentang bagaimana siswa bertindak, merasakan dan
kesehatan mental. Penelitian-penelitian diatas berfikir (Wang & Peck, 2013).
menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dapat menjadi Komponen pertama adalah komponen perilaku
prediktor bagi keberhasilan siswa di sekolah. (behavioral engagement), dimana komponen ini
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, mengarah pada partisipasi dan keterlibatan langsung
tulisan ini akan memberikan penjelasan manfaat positif dalam kegiatan akademik di sekolah misalnya
keterlibatan siswa di sekolah terhadap upaya kehadiran, partisipasi pada kegiatan belajar, menaati
peningkatan keberhasilan siswa di sekolah. aturan dan mengerjakan tugas (Jimerson, Campos, &
Greif, 2003). Komponen ini dapat didefinsikan melalui
METODE tiga kategori yaitu kepatuhan terhadap peraturan,
Tujuan penulisan ini adalah untuk menguraikan dan keterlibatan dalam kegiatan belajar (memperhatikan
mengekplorasi keterlibatan siswa di sekolah sebagai pelajaran, bertanya dan ikut serta berdiskusi) serta ikut
salah satu upaya peningkatan keberhasilan siswa di serta dalam kegiatan olahraga maupun organisasi di
sekolah. Penulisan ini menggunakan pendekatan sekolah (Fredricks, Blumenfeld, & Paris, 2004).
Komponen Kedua adalah komponen kognitif
analisis data tematik. Pendekatan tematik merupakan
(Cognitive engagement), merujuk pada kualitas proses
suatu proses yang digunakan dalam mengolah
kognitif dan strategi belajar siswa terhadap tugas
informasi kualitatif yang secara umum bertujuan untuk sekolah misalnya kemauan dan ketekunan untuk
memahami fenomena atau gejala sosial dengan lebih belajar, regulasi diri dan menyukai tantangan (Gibbs
menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang and Poskitt, 2010). Komponen ini juga meliputi
fenomena yang dikaji dari pada merinci menjadi motivasi untuk belajar serta menggunakan strategi
variabel-variabel yang saling berkaitan dan kognitif dan metakognitif dalam berfikir dan belajar
dilaksanakan secara sistematis (Poerwandari, 2005). (Fredricks, Blumenfeld, & Paris, 2004). Cognitive
engagement merupakan keterlibatan siswa dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN proses pembelajaran siswa dikelas yang menunjukkan
Keterlibatan Siswa di Sekolah (Student bahwa siswa hadir bukan hanya raganya tapi juga
Engagement) pikirannya: mencakup siswa memperhatikan,
Keterlibatan siswa di sekolah merupakan konsentrasi, fokus, menyerap, berpartisipasi, dan
kualitas dan kuantitas keadaan psikologis siswa seperti memiliki kesediaan untuk berusaha melebihi standar
reaksi kognitif, emosional dan perilaku terhadap proses yang dimiliki (Connel & Werborn, 1990). Jadi dimensi
pembelajaran, serta kegiatan akademik dan sosial ini melihat bagaimana usaha siswa yang dibutuhkan
dikelas ataupun diluar kelas untuk mencapai hasil dalam memahami dan menguasai suatu materi
belajar yang baik (Poskitt and Gibbs, 2010; Gunuc & sehingga siswa mencapai kemampuan tersebut.
Kuzu, 2015). Willms (2003) menambahkan bahwa Komponen Ketiga adalah, keterlibatan siswa
keterlibatan siswa merupakan komponen psikologis secara emosional (emotional engagement) yang
yang berkaitan dengan rasa kepemilikan siswa terhadap mengacu pada rasa kepemilikan pada sekolah,
sekolahnya, penerimaan nilai-nilai sekolah dan ketertarikan, persepsi terhadap nilai belajar, reaksi
komponen perilaku yang berkaitan dengan partisipasi positif dan negatif terhadap guru, teman dan aktivitas
dalam kegiatan sekolah. sekolah (Gibbs & Poskitt, 2010). Emotional
Keterlibatan siswa adalah perwujudan dari engagement menggambarkan emosi positif siswa pada
motivasi yang dilihat melalui tindakan, kognitif, dan proses pembelajaran maupun tugas-tugas yang

Prosiding Seminar Nasional & Call Paper 105 Fikrie


Psikologi Pendidikan 2019 Lita Ariani
Fakultas pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Keterlibatan Siswa (Student Engagement) di Sekolah

didapatkan dari sekolah, dimensi ini menunjukkan belajar dan karakteristik sekolah dimana proses belajar
kondisi siswa yang antusias, menikmati, senang, dan terjadi, karaktersitik individu ini mempunyai hubungan
puas dalam kegiatan akademik. Dimensi ini dianggap langsung dengan prestasi siswa, juga hubungan tidak
sangat penting untuk menumbuhkan rasa keterikatan langsung melalui fungsi belajar dan pembelajaran di
siswa terhadap instansi pendidikannya (sekolah sekolah (Dharmayana dkk, 2012). Menurut
ataupun kelas) dan mempengaruhi kesediaan siswa Dharmayana dkk (2012), untuk mencapai kesuksesan
untuk belajar (Fredricks, Blumenfeld, & Paris, 2004; akademik di sekolah, siswa harus memiliki
Jimerson, Campos, & Greif, 2003). karakteristik seperti minat, emosi, motivasi,
Konstruk Keterlibatan siswa di sekolah pengalaman belajar sebelumnya dan abilitas akademik.
berkembang dalam berbagai tradisi teoritis yang Ileris (dalam Dharmayana dkk, 2012) menegaskan
bervariasi, beberapa ahli menjelaskan keterlibatan bahwa dalam mencapai hasil belajar yang optimal
siswa di sekolah untuk melihat hubungan antara faktor peran kemahiran dalam dimensi kognitif dan dimensi
kontekstual, pola keterlibatan dan penyesuaian dalam emosi individu dalam berinteraksi dengan lingkungan
keterlibatan siswa, peneliti lainnya menjelaskan peran belajar di sekolah sangatlah penting.
keterlibatan siswa di sekolah pada dinamika siswa Slameto (1999) menjelaskan berhasil atau
yang putus sekolah (Fredricks dalam Fredricks, tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa
Filsecker & Lawson, 2016). Wang dan Pack (2013) faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar,
mencoba memandang keterlibatan siswa di sekolah salah satunya adalah Motivasi. Motivasi erat
berdasarkan teori self determinant, expectancy-value hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai.
dan stage-environment fit. Teori self determinant dan Motivasi yang kuat dalam diri siswa akan
stage-environment fit menjelaskan bahwa individu meningkatkan minat, kemauan dan semangat yang
mencari pengalaman untuk memenuhi kebutuhan tinggi dalam belajar, karena antara motivasi dan
fundamental dan identitasnya melalui interaksi dengan semangat belajar mempunyai hubungan yang erat.
lingkungan, sehingga keterlibatan siswa di sekolah Keterlibatan siswa dihasilkan dari motivasi intrinsik
sangat dipengaruhi oleh konteks lingkungan siswa atau kebutuhan individu yang membuat siswa memiliki
tersebut, jika lingkungan sekitar mampu memenuhi perasaan positif dan melanjutkan praktik mereka
kebutuhan psikologis siswa, maka siswa akan lebih dengan ketekunan dan kepercayaan diri (Mandernach,
tertarik untuk berpartisipasi aktif pada kegiatan 2009)
sekolah, sebaliknya jika lingkungan sekitar gagal Prestasi belajar adalah salah satu indikator
dalam memenuhi kebutuhan psikologis siswa akan keberhasilan siswa di sekolah. Syah (2003)
menyebabkan menurunnya motivasi akademik dan mendefinisikan prestasi sebagai tingkat keberhasilan
ketertarikan siswa yang pada gilirannya berkontribusi siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
terhadap menurunnya keterlibatan siswa (Wang & sebuah program. Suryabrata (2003) menyatakan
Peck, 2013). bahwa prestasi merupakan bentuk perumusan akhir
Teori expectancy-value menjelaskan bahwa yang diberikan oleh guru terkait dengan kemampuan
kegagalan sekolah untuk memenuhi kebutuhan atau prestasi belajar siswa pada waktu tertentu.
psikologis remaja mengarah pada penurunan motivasi Sugihartono (2013) mendefinisikan belajar sebagai
dan minat akademik, yang pada akhirnya berkontribusi suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman
terhadap penurunan keterlibatan sekolah dan kinerja dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan
akademks yang buruk pada saat transisi remaja ke berinteraksi yang relatif permanen atau menetap karena
sekolah menengah (Wang & Peck, 2013). Mandernach adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
(2009) menambahwkan bahwa keterlibatan siswa Restian (2015) mendefinisikan prestasi belajar sebagai
dihasilkan dari motivasi intrinsik atau kebutuhan seberapa jauh hasil yang telah dicapai siswa dalam
individu yang membuat siswa memiliki perasaan penguasaan tugas-tugas atau materi pelajaran yang
positif dan melanjutkan praktik mereka dengan diterima dalam jangka waktu tertentu.
ketekunan dan kepercayaan diri. Motivasi merupakan Muhibbin Syah (2005) menjelaskan bahwa
energi dan pendorong bagi siswa untuk belajar di prestasi belajar dipengaruhi oleh setidaknya tiga faktor
sekolah, sedangkan keterlibatan siswa di sekolah yaitu :
merupakan hasil cerminan dari dorongan tersebut 1. Faktor internal : faktor yang terdapat dalam
(Martin, 2010). diri individu terdiri dari faktor jasmaniah
(kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor
psikologis (perhatian, inteligensi, minat, bakat,
Keberhasilan Siswa di Sekolah motof, kematangan dan kesiapan).
Istilah keberhasilan siswa di sekolah mengacu
2. Faktor eksternal : faktor yang berasal dari luar
pada kesuksesan akademik siswa dalam menempuh
individu, terdiri dari faktor keluarga (relasi
proses belajar mengajar di sekolah. Kesuskesan
akademik berhubungan dengan sejumlah faktor antar anggota keluarga, suasana rumah,
karakteristik individu yang dibawa siswa pada situasi ekonomi keluarga dll), faktor dari lingkungan

Prosiding Seminar Nasional & Call Paper 106 Fikrie


Psikologi Pendidikan 2019 Lita Ariani
Fakultas pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Keterlibatan Siswa (Student Engagement) di Sekolah

sekolah (metode mengajar guru, kurikulum, dimana rasa kepemilikan yang positif ini menunjukkan
relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, kecocokan secara psikologis terhadap sekolah
disiplin sekolah, alat pengajaran dll) dan faktor sehingga mereka percaya sekolah akan memfasilitasi
masyarakat (media masa, teman bergaul dan kebutuhan perkembangan mereka. Siswa yang
kegiatan siswa dalam masyarakat). memiliki orientasi positif terhadap sekolah merasa
memiliki kedekatan emosional sehingga mereka
3. Faktor pendekatan belajar : merupakan faktor
cenderung bertindak sesuai dengan aturan-aturan
yang berhubungan dengan upaya belajar siswa
sekolah dan merasa memiliki tujuan yang sama dengan
yang meliputi strategi dan metode yang sekolah (Veresova & Mala, 2016). Hal ini didukung
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwita & Tairas
pembelajaran materi-materi pembelajaran. (2013) yang menunjukkan bahwa ketika seorang siswa
mempersepsikan sekolahnya memiliki iklim yang baik
Keterlibatan Siswa (Student Engagement) di dan kondusif, maka ia akan semakin terlibat dengan
Sekolah dan Keberhasilan Siswa sekolahnya, unsur-unsur iklim sekolah yang maksud
Untuk meningkatkan keberhasilan dan prestasi adalah hubungan antar warga sekolah, dukungan guru,
belajar siswa, Keterlibatan siswa secara aktif di sekolah aspek perkembangan diri, kejelasan tata tertib sekolah,
merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan dan sangat penerapan inovasi, serta kelengkapan dan kenyamanan
penting (Johnson, 2008; Shernoff and Schmidt, lingkungan fisik.
2008;Wang and Holcombe, 2010). Siswa seharunya Iklim kelas atau situasi yang terjadi di dalam
aktif terlibat dengan pendidikan yang mereka jalani di kelas dapat meningkatkan keterlibatan siswa pada
sekolah agar memperoleh pengetahuan dan komponen keterlibatan perilaku dan emosional dan
keterampilan yang diperlukan untuk kesuksesan pada pada akhirnya meningkatkan keberhasilan siswa di
jenjang pendidikan berikutnya, menyelesaikan
sekolah (Dotterer & Lowe, 2011) . Hasil penelitiannya
pendidikan, menghindari terjadinya drop out,
menunjukkan bahwa kualitas pengajaran dan iklim
pencapaian prestasi yang tinggi serta karier (Marks,
2000; Fredricks, Blumenfeld and Paris, 2004; kelas yang positif (mendukung mereka) dapat
Hirschfield and Gasper, 2011; Wang and Eccles, meningkatkan keterlibatan siswa pada komponen
2011). Keterlibatan siswa di sekolah merupakan perilaku sepeti mengerjakan tugas dengan tepat waktu
konsep multidimensional yang terdiri dari tiga dan memperhatikan ketika pelajaran dan juga
komponen yaitu perilaku, emosional dan kognitif meningkatkan pada komponen emosional yaitu
(Fredricks, Blumenfeld, & Paris, 2004). Ketiga memiliki perasaan memiliki terhadap sekolah. Oleh
komponen keterlibatan tersebut mempengaruhi karena itu salah satu cara untuk meminimalisir kasus
keberhasilan siswa secara berbeda (Wang and droput adalah dengan sekolah berfokus pada
Holcombe, 2010; Wang & Eccles, 2013). . Pada peningkatan kualitas dan suasana di dalam kelas
komponen perilaku (behavioural engagement), Siswa
(Dotterer & Lowe, 2011). Reyes, Brackett dan Rivers
yang bersekolah secara teratur, berkonsentrasi pada
(2012) menambahkan bahwa guru yang mampu
pembelajaran, mematuhi peraturan sekolah, dan
menghindari perilaku yang mengganggu seperti bolos menciptakan suasana positif dan menujukkan bahwa
kelas atau berkelahi umumnya mendapatkan nilai yang ruang kelas adalah tempat yang aman dapat membuat
lebih baik dan berprestasi lebih baik pada tes-tes siswa menjadi lebih antusias dalam mengikuti proses
standar di sekolah. Untuk menigkatkan keterlibatan pembelajaran membuat siswa terlibat secara emosional
siswa pada komponen ini, menurut Wang dan dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya siswa
Holocombe (2010) para guru perlu memberikan lebih akan berprestasi lebih baik secara akademik. Suasana
banyak dukungan otonomi dalam bentuk kegiatan yang kelas yang positif ditandai dengan hubungan yang
lebih menarik dan relevan serta peluang pengambilan hangat, saling menghormati dan mendukung secara
keputusan untuk terlibat dalam pembelajaran serta emosional, guru tidak hanya sensitif pada persoalan
pemberian bimbingan dan instruksi penugasan yang akademik tetapi juga pada aspek sosial dan emosional
lebih terperinci. Groves, Sellars, Smith & Barber
(Reyes, Brackett & Rivers, 2012).
(2015) menambahkan bahwa guru juga harus antusias,
Wang dan Peck (2013), dalam penelitiannya
melakukan persiapan dengan baik, terbuka, berdiskusi
tentang progres siswa, menantang sejauh mana siswa menjelaskan keterlibatan siswa pada komponen
mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan kognitif dapat meningkatkan kesuksesan siswa di
akademik mereka. sekolah, siswa yang terlibat secara kognitif memiliki
Pada kompoen emosional (emotional indeks prestasi yang tinggi. Seperti yang kita ketahui
engagement), khususnya yang terkait dengan bahwa komponen kognitif berkaitan erat kualitas
identifikasi rasa kepemilikan terhadap sekolah, proses kognitif dan strategi belajar siswa terhadap
menurut Wang dan Holocombe (2010), siswa yang tugas sekolah misalnya kemauan dan ketekunan untuk
memiliki rasa kepemilikan positif terhadap sekolahnya, belajar, regulasi diri dan menyukai tantangan (Gibbs
Prosiding Seminar Nasional & Call Paper 107 Fikrie
Psikologi Pendidikan 2019 Lita Ariani
Fakultas pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Keterlibatan Siswa (Student Engagement) di Sekolah

and Poskitt, 2010). Salah satu aspek pada komponen dalam pembelajaran dan memfasilitasi relasi siswa
kognitif adalah regulasi diri. Regulasi diri adalah dengan teman sebayanya.
kemampuan seseorang untuk mengatur pencapaian dan 3. Kepada siswa diharapkan dapat ikut terlibat aktif
aksi mereka sendiri, menentukan target untuk diri dengan seluruh kegiatan yang ada di sekolah, baik
mereka, mengevaluasi kesuksesan mereka saat itu kegiatan akademik maupun non-akademik.
mencapai target tersebut, dan memberikan
penghargaan pada diri mereka sendiri karena telah
mencapai tujuan tersebut (Friedman & Schustack, DAFTAR PUSTAKA
2008). Peningkatan regulasi diri pada siswa dapat Appleton, J.J, Christenson, S.L & Furlong, M.J.
meningkatkan keberhasilan siswa di sekolah (2008). Student Engagement With School:
(Fredricks, Blumenfeld, & Paris, 2004). Peningkatan Critical Conceptual And Methodological Issues
regulasi diri pada siswa dapat dilakukan dengan cara Of The Construct. Psychology in the Schools,
guru memberikan dukungan emosional, berdiskusi 45(05), 369-386.
dengan siswa terkait pekerjaanya dan dukungan Dharmayana, Masrun, Kumara, A & Wirawan, Y.G.
akademik dari teman sebaya (Patrick, Ryan & Kaplan, (2012). Keterlibatan Siswa (Student
2007). Engagement) sebagai Mediator Kompetensi
Emosi dan Prestasi Akademik. Jurnal Psikologi,
1 (39), 76-94.
PENUTUP
Simpulan Dotterer, A.M & Lowe, K. (2011). Classroom Context,
Berdasarkan Uraian yang telah disampaikan maka School Engagement, and Academic
simpulan dari tulisan ini adalah : Achievement in Early Adolescence, J Youth
1. keterlibatan siswa merupakan komponen psikologis Adolescence , 40 : 1649–1660
yang berkaitan dengan rasa kepemilikan siswa Fall, A. M., & Roberts, G. (2012). High school
terhadap sekolahnya, penerimaan nilai-nilai sekolah dropouts: Interactions between social context,
dan komponen perilaku yang berkaitan dengan self-perceptions, school engagement, and
student dropout. Journal of Adolescence, 35,
partisipasi dalam kegiatan sekolah
787-798.
2. Keterlibatan siswa merupakan konstruk
multidimensional yang terdiri dari tiga komponen Finn, J.D & Rock, D.A. (1997). Academic Success
Among Students At Risk For School Failure.
yaitu perilaku, emosional dan kognitif
Journal Of Applied Psychology, 82(02), 221-
3. Keberhasilan siswa dapat dicapai melalui 234.
peningkatan keterlibatan siswa melalui ketiga
komponennya scara berbeda-beda yaitu komponen Fredricks, J.A, Blumenfeld, P.C & Paris, A.H . (2004).
School engagement : potential of the concept,
perilaku dengan cara rajin bersekolah,
state of evidence. Review of Educational
berkonsentrasi ketika pelajaran dan menghindari Research, (74) : 59−109.
perilaku-perilaku bermasalah, komponen emosional
Fredricks, J. A., Filsecker, M & Lawson, M.A. (2016).
melalui pandangan positif serta rasa kepemilikian
Student engagement, context, and adjustment:
terhadap sekolah serta komponen kognitif dengan Addressin definitional, measurement, and
cara meningkatkan regulasi diri pada siswa methodological issues. Learning and
4. Guru dan Teman sebaya berperan penting dalam instruction, 43 : 1-4
upaya pengingkatan keberhasilan siswa melalui
Friedman, H. S & Schustack, M. W. (2008).
pendekatan ketiga komponen dari keterlibatan Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern.
siswa Jakarta: Erlangga.
Groves, M., Sellars, M., Smith, J., & Barber, A.
(2015). Factors affecting student engagement: A
case study examining two cohorts of students
attending a post-1992 University in the United
Saran Kingdom. International Journal of Higher
1. Kepada pihak sekolah diharapkan membuat Education, 4(2), 27-37
kebijakan-kebijakan yang dapat mempengaruhi Gunuc, S. (2014). The Relationships Between Student
persepsi siswa kepada sekolah menjadi lebih baik. Engagement And Their Academic
2. Kepada guru-guru diharapkan membuat suasana Achievement, International Journal On New
pembelajaran yang kolaboratif dan aktif, Trends In Education And Their Implications,
memberikan tantangan-tantangan kepada siswa 4(5) : 216-231

Prosiding Seminar Nasional & Call Paper 108 Fikrie


Psikologi Pendidikan 2019 Lita Ariani
Fakultas pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Keterlibatan Siswa (Student Engagement) di Sekolah

Gunuc, S & Kuzu, A. (2015). Student engagement Journal of Educational Psychology, 104 (3) :
scale: development, reliability and validity. 700-712
Assessment & Evaluation in Higher Education,
Purwita, H.F & Tairas, M.M.W. (2013). Hubungan
40(04), 587-610.
Antara Persepsi Siswa Terhadap Iklim Sekolah
Jimerson, S.R, Campos, E & Greif, J.L. (2003). dengan School Engagement di SMK IPIEMS
Toward an Understanding of Definitions and Surabaya (Correlation between Student's
Measures of School Engagement and Related Perception of School Climate with School
Terms. The California School Psychologist, 8, Engagement in SMK IPIEMS Surabaya). Jurnal
7-27. Psikologi Pendidikan dan Perkembangan ,
2(01) : 1-9
Jones, R. D. (2008). Strengthening Student
Engagement. Published by International Center Shernoff, D., & Schmidt, J. (2008). Further evidence of
for Leadership in Education. Teacher an engagement-achievement paradox among US
Handbook. high school students. Journal of Youth and
Adolescence, 37, 564-580.
Li, Y., & Lerner, R. M. (2011). Trajectories of school
engagement during adolescence: implications Skinner, E. A., Kindermann, T. A., Connell, J. P., &
for grades, depression, delinquency, and Wellborn, J. G. (2009). Engagement and
substance use. Developmental Psychology, disaffection as organizational constructs in the
47(1), 233-347 dynamics of motivational development. dalam
K. Wentzel & A. Wigfield (Eds.), Handbook of
Mandernach, B. J. (2009). Effect of instructor-
motivation in school : 223–245. Mahwah, NJ:
personalized multimedia in the online
Erlbaum.
classroom. International Review of Research
Open and Distance Learning, 10, 1-19. Slameto. (1999). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Marks, H.M. (2000). Student engagement in
instructional activity: Patterns in the elementary, Sugihartono, dkk. (2013). Psikologi Pendidikan.
middle, and high school years. American Yogyakarta: UNY Press.
Education Research Journal, 153-184.
Suryabrata, Suryadi. 2003.Psikologi Pendidikan.
Implications
Jakarta: Raja Grafindo.
Martin, A, J. (2010). Girls, achievement motivation
Syah, Muhibbin. (2012). Psikologi Pendidikan.
and the glass ceiling. Implications for personal
Jakarta: Rajawali Pers
potential. Summary of Keynote at The Alliance
of Girls’ Schools Australasia Conference. Veresova, M & Mala, D. (2016). Attitude toward
Lifelong Achievement Group. School and Learning and Academic
www.lifelongachievement.com. Achievement of Adolescent. The
EouropeanProceedings of social & behavioural
Patrick, H., Ryan, A.M & Kaplan, A. (2007). Early
science.
Adolescents’ Perceptions of the Classroom
Social Environment, Motivational Beliefs, and Wang, M. T & Holcombe, R. (2010). Adolescents’
Engagement, Journal of Educational perceptions of school environment, engagement,
Psychology, 99 (01) : 83-98 and academic achievement in middle school.
American Educational Research Journal, 47,
Peterson,C.(2006). A Primer inPositive Psychology.
633-662.
Oxford: Oxford University Press.
Wang, M.T & Eccles, J.S. ( 2013). School Context,
Poerwandari, E. Kristi. 2005. Pendekatan Kualitatif
Achievement Motivation, and Academic
dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga
Engagement: A Longitudinal Study of School
Pengembangan Sarana Pengukuran dan
Engagement Using a Multidimensional
Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi UI
Perspective. Learning and Instruction, 28 : 12-
Poskitt, J., & Gibbs, R. (2010). Student engagement in 23.
the middle years of schooling (Years 7-10): A
Wang, M.T & Peck, S.C. (2013). Adolescent
literature review. Literature Review. Report to
Educational Success and Mental Health Vary
the Ministry of Education (Evaluation
Across School Engagement Profiles.
Associates Ltd) (Massey University).
Developmental Psychology, 7(49) : 1266 - 1276
Restian, A. (2015). Psikologi Pendidikan “Teori dan
Wigfield, A., Eccles, J. S., Schiefele, U., Roeser, R., &
Aplikasi”. Malang : UMM Press
Davis-Kean, P. (2006). Development of
Reyes, M.R., Brackett, M.A & Rivers, S.E. (2012). achievement motivation. dalam W. Damon
Classroom Emotional Climate, Student (Series Ed.) & N. Eisenberg (Vol. Ed.),
Engagement, and Academic Achievement, Handbook of child psychology: Vol. 3. Social,

Prosiding Seminar Nasional & Call Paper 109 Fikrie


Psikologi Pendidikan 2019 Lita Ariani
Fakultas pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019
Keterlibatan Siswa (Student Engagement) di Sekolah

emotional, and personality development (6th intellectual engagement. (First National Report)
ed., pp. 933–1002). New York: John Wiley. Toronto: Canadian Education Association.
Willms J.D. (2003). Students Engagement at School : a Yazzie-Mintz, E. (2009). Engaging the voices of
Sense of Belonging and Participation Result students : A repot on the 2007 & 2008 High
From PISA 2000. Organisation for Economic School Survey of Student Engagement.
Co-operation and Development. Bloomington, IN : Center for Evaluation &
Eduaction Policy
Willms, J. D., Friesen, S., & Milton, P. (2009). What
did you do in school today? Transforming
classrooms through social, academic and

Prosiding Seminar Nasional & Call Paper 110 Fikrie


Psikologi Pendidikan 2019 Lita Ariani
Fakultas pendidikan Psikologi, Aula C1, 13 April 2019

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai