Anda di halaman 1dari 12

Hubungan antara Dukungan Orang Tua dengan

Self – Regulated Learning Pada Siswa / Mahasiswa

Di ajukan sebagai

Tugas Mata Kuliah Psikologi Sosial Terapan

Disusun Oleh : Kelompok 2

ABELYA PUTRI PALADA

GILANG TILOME

MALIKA DEWI UPING

MOHAMAD YUSRANTO RAHMAN

PUTRI BERLIANA USMAN

PSIKOLOGI ( A )

Dosen Pembimbing :
Fendi Ntobuo, M.Si, Psikologi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
GORONTALO
T.A 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kepada Allah swt,. atas nikmat dan
rahmat yang diberikan kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.

Shalawat dan salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad S.A.W sebagai
panutan atau pembimbing kita menuju kebahagian yang hakiki. Makalah yang
berjudul “ Hubungan antara Dukungan Orang Tua dengan Self – Regulated
Learning Pada Siswa/ Mahasiswa ” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah“
Psikologi Sosial Terapan ” . Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua teman
yang telah membantu terutama kepada Bapak Zulkarnain,M.Si,. Selaku Dosen
pembimbing mata kuliah “ Psikologi Sosial ”.

Mengingat keterbatasan kami oleh karena itu kami selaku penyusun


mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari segenap pembaca
sekalian. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya. Amiin.

Selasa, 19 Januari 2021


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara
adekuat dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan juga merupakan institusi strategis
dalam menentukan masa depan, strategisnya posisi pendidikan adalah karena pendidikan
secara langsung menyangkut manusia sebagai agen perubahan. Melalui pendidikan usaha
pengembangan kognitif, afektif dan konatif dilakukan untuk membentuk sumber daya
manusia yang handal.
Menurunnya1 kualitas pendidikan bukanlah hal yang baru lagi, khususnya bagi
masyarakat Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan.
Hal ini dapat dilihat dari survey yang dilakukan oleh Global Competitiveness Report
tahun 2009/2010 ( dalam Tarmidji, 2010) yang menilai tingkat persaingan global
Indonesia dari kualitas pendidikan menempati peringkat ke‐54 dari 133 negara, yaitu di
bawah Singapura, Malaysia, Cina, Thailand, serta India. Senada dengan hal di atas,
Hasbullah (dalam Tarmidji, 2010) juga menyatakan bahwa kualitas pendidikan di
Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara-negara lain. Bila dilihat dari data, kondisi
pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, penyebab rendahnya mutu pendidikan
di Indonesia adalah berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa
motivasi, konsep diri, minat, kemandirian belajar. Faktor eksternal seperti sarana
prasarana, guru, dan orangtua.
Usaha membangun sumber daya yang unggul pada siswa umumnya dilakukan
melalui peningkatan prestasi. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
prestasi siswa dalam belajar diantaranya adalah dengan pendekatan model self-regulated
learning. Fakta empiris menunjukkan bahwa sekalipun kemampuan siswa tinggi tetapi ia
tidak dapat mencapai prestasi akademik yang optimal karena kegagalannya dalam
meregulasi diri dalam belajar (purwanto dkk dalam latipah, 2010). Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa regulasi diri dalam belajar telah digunakan untuk
meningkatkan prestasi akademik (howse dkk dalam latipah, 2010).
Self-regulated Learning memiliki peranan yang sangat signifikan terhadap berbagai
aspek kehidupan, self-regulated learning menekankan pentingnya tanggung jawab
personal dan mengontrol pengetahuan dan keterampilanketerampilan yang diperoleh
(Zimmerman dalam latipah, 2010). Peserta didik yang belajar dengan meregulasi dirinya
dapat mengenal dirinya sendiri dan bagaimana mereka belajar dengan sebaik-baiknya.
Mereka mengetahui gaya pembelajaran yang disukainya, apa yang mudah dan apa yang
sulit bagi dirinya, bagaimana cara mengatasi bagian-bagian sulit, apa minat dan
bakatnya, dan bagaimana cara memanfaatkan kekuatan dan kelebihannya. Berbagai
permasalahan mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks seperti bergontagantinya
pekerjaan, kegagalan siswa dalam meraih prestasi belajar yang gemilang, sampai
mahasiswa yang merasa prustasi dengan tugas-tugas kuliahnya, menuntut pembelajaran
baru yang harus diprakarsai dan diarahkan sendiri sehingga selfregulated learning sangat
dipentingkan banyak orang saat ini (Martinez-pons dkk dalam latipah, 2010).
Self-regulated learning berkembang dari teori kognisi sosial Bandura (dalam latipah,
2010), yang menyatakan bahwa manusia merupakan hasil struktur kausal yang
interdependen dari aspek pribadi (person), perilaku (behavior), dan lingkungan
(environment). Melalui aspek-aspek tersebut siswa akan lebih aktif dan konstruktif
dalam menetapkan tujuan proses belajarnya dan berusaha memonitor, meregulasi,
mengontrol metakognisi, motivasi dan perilaku yang kemudian semua diarahkan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan siswa dalam mencapai prestasi yang terbaik.
Fischer (dalam Tarmidji, 2013) juga menyatakan bahwa salah satu hal yang berperan
penting di dalam membentuk self-regulated learning pada diri siswa adalah dari
dukungan yang diterima oleh siswa dari komunitas tempat siswa berada, seperti dari
sekolah, teman,orangtua, guru, dan sebagainya.
Dukungan orangtua merupakan dukungan sosial yang terpenting di masa remaja.
Dibandingkan dengan dukungan sosial lainnya, dukungan orangtua berhubungan dengan
kesuksesan akademis remaja, gambaran diri yang positif, harga diri, percaya diri,
motivasi dan kesehatan mental. Keterlibatan orangtua dihubungkan dengan prestasi
sekolah dan emosional serta penyesuaian selama sekolah pada remaja (Corviile dkk
dalam Tarmidji, 2013). Menurut Lee &Detels (dalam Tarmidji, 2013), dukungan sosial
orangtua dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu dukungan yang bersifat positif dan
dukungan yang bersifat negatif. Dukungan yang bersifat positif adalah perilaku positif
yang ditunjukkan oleh orangtua yaitu berupa perilaku nyata yang dapat ditiru langsung
oleh anak. Sedangkan dukungan negatif berupa bentuk perilaku negatif yang ditunjukkan
orangtua yang dapat mengarahkan anak kepada perilaku negatif, misalnya orangtua
hanya memberi nasehat tanpa menunjukkan contoh seperti apa yang dinasehatkannya
tersebut.
Berkaitan dengan pemaparan di atas, kami sebagai peneliti tertarik untuk meneliti
apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan Self Regulated Learning di
sekolah – sekolah.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Hubungan Dukungan Orang Tua Dengan Self - Regulated Learning Pada
Siswa / Mahasiswa.
2. Apa Pengaruh Self – Regulated Learning Terhadap Hasil Belajar.
3. Apa Pengaruh Dukungan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar.

C. TUJUAN

1. Untuk Mengetahui Hubungan Dukungan Orang Tua dengan Self - Regulated


Learning (SRL) Pada Siswa / Mahasiswa.
2. Untuk Mengetahui Pengaruh Self – Regulated Learning Terhadap Hasil Belajar.
3. Untuk Mengetahui Pengaruh Dukungan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Dukungan Orang Tua dengan Self – Regulated Learning pada Siswa.
Siswa atau murid adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping faktor
guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat
dikatakan bahwa murid adalah komponen yang terpenting di antara komponen lainnya.
Pada dasarnya ia adalah unsur penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya
murid sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran (Hamalik, 2008).
Menurut Djamarah (2011), anak didik merupakan subjek utama dalam pendidikan,
Dialah yang belajar setiap saat. Belajar anak didik tidak mesti harus selalu berinteraksi
dengan guru dalam proses interaktif edukatif. Dia bisa juga belajar mandiri tanpa harus
menerima pelajaran dari guru disekolah. Bagi anak didik, belajar seorang diri merupakan
kegiatan yang dominan. Setelah pulang sekolah, anak didik harus belajar dirumah.
Mereka mungkin menyusun jadwal belajar pada malam, pagi atau sore hari.
Dukungan orangtua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat
seseorang dalam memilih aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan dalam belajar.
Dukungan adalah sikap pemberian bantuan atau perhatian. Dukungan yang paling besar
berasal dari orangtua diartikan sikap atau pemberian bantuan, perhatian dan rasa sayang
yang diberikan orangtua kepada anaknya atau anggota keluarga. Pemberian dukungan
dapat berupa teguran, pengarahan, membantu dalam mengahadapi kesulitan ataupun
memberi hukuman apabila berbuat kesalahan.(Shochib, 1998). Berdasarkan pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan orangtua merupakan wujud sikap rasa sayang
yang diberikan kepada anaknya dengan memberikan perhatian, teguran, pengarahan serta
hukuman bila seseorang berbuat salah demi kebaikan dan kebutuhan anak tersebut.
House dalam Depkes (2014) bentuk dukungan orangtua diklasifikasikan menjadi 4
jenis meliputi:
1. Dukungan Emosianal Dukungan emosional berupa ungkapan empati dan perhatian
terhadap individu yaitu mencakup (partisipasi orangtua, menciptakan suasana belajar
anak, memberikan motivasi belajar dan membantu kesulitan belajar anak).
2. Dukungan Instrumental Dukungan ini berupa kebutuhan langsung sesuai yang
dibutuhkan individu. Dukungan ini mencakup (penyediaan fasilitas belajar,
penyediaan alat kelengkapan belajar, tersedianya tempat belajar dan mengatur waktu
belajar anak).
3. Dukungan Informasi Dukungan informasi meliputi pemberian nasehat, petunjuk dan
saran yaitu mencakup (pengawasan belajar dan problem solving).
4. Dukungan penilaian Dukungan penilaian yaitu berupa penilaian positif terhadap anak
dan mendorong kemajuan anak. Dukungan penilaian mencakup memberikan sanksi
atau hukuman dan memenuhi keinginan anak.
Dukungan keluarga terbukti berdampak positif pada harga diri (Felson &
Zielinski dalam lestari, 2013), penurunan perilaku agresi (Boyum dkk, dalam lestari
2013), kepuasan hidup (Young dkk, dalam lestari 2013), dan pencapaian prestasi
akademik (wong dalam lestari, 2013). Yang perlu diperhatikan adalah bahwa
dukungan keluarga yang baik adalah yang berupa dukungan otonom dan bukan
dukungan direktif, dimana dalam dukungan otonom orang tua bertindak sebagai
fasilitator bagi anak untuk menyelesaikan masalah, membuat pilihan dan menentukan
nasib sendiri. Dalam dukungan direktif orang tua banyak memberikan instruksi,
mengendalikan, dan cenderung mengambil alih.
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan diatas maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian yang diajukan adalah: ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan Self-regulated Learning, dengan Asumsi semakin tinggi
dukungan keluarga maka semakin tinggi Self-regulated Learning yang dimiliki
seorang siswa, sebaliknya semakin rendah dukungan keluarga maka semakin rendah
pula Self-regulated Learning yang dimiliki siswa tersebut.

Kami telah mengumpulkan beberapa penelitian dari beberap daerah dalam hubungan
dukungan orangtua dengan self-regulated learning pada siswa, yaitu :

1. Hubungan Antara Dukungan Orang Tua dengan Self – Regulated Learning Pada
Siswa SMA Yayasan Perguruan Bandung Tembung.
Didapatkan hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan positif yang signifikan
antara dukungan sosial dengan self regulated learning pada siswa SMA Yayasan
Perguruan Bandung dengan koefisien korelasi rxy = 0,758 ; p = 0,000 berarti p <
0,010 yang artinya semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi self regulated
learning siswa, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka semakin rendah self
regulated learning siswa. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Baron dan Byrne
(2003) yang menyatakan bahwa self regulated learning dipengaruhi oleh dukungan
sosial.
Berdasarkan pada hasil penelitian ini, maka dapat dinyatakan bahwa dukungan
sosial yang didapatkan siswa dapat mempengaruhi self regulated learning siswa.
Artinya siswa yang mendapatkan dukungan sosial yang rendah, maka siswa tersebut
akan memiliki kemampuan self regulated learning yang rendah. Dari penelitian ini
membuktikan bahwa dukungan sosial memiliki andil yang cukup berarti dalam
menentukan self regulated learning.
Dalam penelitian ini dukungan sosial memberikan pengaruh sebesar 57,4%
terhadap self regulated learning. Masih terdapat 42,6% pengaruh dari faktor lain,
dimana faktor lain tersebut dalam penelitian ini tidak dilihat. Menurut Zimmeman
(1998) faktor lain yang mempengaruhi self regulated learning adalah faktor pribadi
seperti: Kecerdasan dan motivasi, serta faktor perilaku seperti: evaluasi diri terhadap
hasil belajar.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diketahui bahwa subjek penelitian ini,
yakni siswa SMA Yayasan Perguruan Bandung Bandar Setia tembung memiliki
kemampuan self regulated learning yang rendah dikarenakan mendapatkan dukungan
sosial yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata empirik sebesar 67,23
Lebih kecil dari pada nilai ratarata hipotetiknya, yakni 77,5. Demikian pula halnya
dengam self regulated learning, nilai rata-rata empirik 98,56 lebih kecil dari pada nilai
rata-rata hipotetiknya yakni 111.

2. Hubungan Antara Dukungan Orang Tua dengan Self – Regulated Learning Pada
Siswa SMK N 5 Yogyakarta.
Didapatkan hasil dengan nilai R= 0,520 dan p=0,000 (p<0,01) yang artinya
sangat signifikan sehingga hipotesis pertama yang diajukan diterima. Dengan ini
maka diketahui bahwa dukungan sosial orang tua memberikan pengaruh terhadap
tinggi atau rendahnya self regulated learning pada siswa.
Hipotesis kedua adalah terdapat hubungan positif antara dukungan sosial orang
tua dengan self regulated learning. Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan maka di
peroleh hasil korelasi partial 0,330 dengan taraf signifikansi p = 0,001 (p<0,01),
sumbangan efektif sebesar 13,09%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan self
regulated learning, dan hipotesis kedua diterima, artinya semakin tinggi dukungan
sosial orang tua pada seseorang maka semakin tinggi juga self regulated learning, dan
sebaliknya jika dukungan sosial orang tua rendah maka semakin rendah juga self
regulated learning pada individu.

3. Hubungan Antara Dukungan Orang Tua dengan Self – Regulated Learning Pada
Siswa Kelas XII di SMA Batik 1 Surakarta.
Didapatkan hasil penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII di SMA Batik 1
Surakarta berjumlah 400 siswa yang berasal dari program IPA maupun IPS. Teknik
penentuan sampel dalam penelitian ini adalah cluster random sampling, yaitu
memberikan kesempatan yang sama pada semua siswa kelas XII baik dari program
IPA maupun IPS dengan mengundinya secara acak agar untuk dapat menjadi subjek
penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 siswa kelas XII di SMA
Batik 1 Surakarta.
Hasil uji korelasi parsial antara dukungan sosial orangtua dengan self- regulated
learning pada penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (p > 0,05) dengan
nilai korelasi 0,445. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian
ini diterima, yaitu terdapat hubungan antara dukungan sosial orangtua denganself-
regulated learning, arah hubungan yang terjadi adalah positif, dengan demikian
semakin tinggi tingkat dukungan sosial orangtua, maka semakin tinggi pula self-
regulated learningyang dimiliki siswa.
Pada aspek dukungan sosial orangtua, secara umum responden memiliki
dukungan sosial orangtua dalam kategori rendah yaitu sebanyak 63% responden, dan
37% berada di kategori sedang. Hubungan yang terbentuk antara dukungan sosial
orang tua dengan self-regulated learning termasuk dalam kategori sedang.

4. Hubungan Antara Dukungan Orang Tua dengan Self – Regulated Learning Pada
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN Iman Bonjol Padang.
Didapatkan hasil penelitian ini adalah kekuatan hubungan antara variabel persepsi
dukungan sosial dan prestasi akademik mahasiswa ini ditunjukkan oleh r sebesar
0,284, p < 0,001 dan sumbangan efektif persepsi dukungan sosial terhadap prestasi
akademik mahasiswa sebesar 8,1%. Ini berarti, semakin tinggi persepsi dukungan
sosial mahasiswa akan semakin tinggi pula prestasi akademiknya.
Hasil penelitian ini merupakan suatu bukti bahwa persepsi dukungan social
(orang tua) apat meningkatkan prestasi akademik mahasiswa. Peningkatan yang
diberikan meskipun hanya 8,1% dan 91,9% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. Hal
ini mendukung bahwa lingkungan di sekitar individu seperti, lingkungan keluarga
memiliki pengaruh terhadap keberhasilan individu dalam belajar. Dalam penelitian ini
ditemukan bahwa ada hubungan yang positif antara faktor dukungan sosial dengan
prestasi belajar. Mahasiswa sangat membutuhkan dukungan sosial dari orang-orang di
sekitarnya ketika menghadapi masalah dalam studinya.
Variabel persepsi dukungan sosial memiliki hubungan yang positif dengan
prestasi akademik mahasiswa. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil analisis regresi
bahwa koefisien korelasi antara persepsi dukungan sosial dengan prestasi akademik
mahasiswa sebesar r = 0,284, p < 0,001 (sangat signifikan). Persepsi dukungan sosial
memberikan sumbangan efektif terhadap prestasi akademik mahasiswa sebesar 0,081
atau 8,1%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa persepsi dukungan
sosial secara positif berhubungan dengan prestasi akademik mahasiswa. Semakin
tinggi persepsi dukungan sosial mahasiswa maka semakin meningkat pula prestasi
akademik mahasiswa.

5. Hubungan Antara Dukungan Orang Tua dengan Self – Regulated Learning Pada
Siswa SMP Negeri 29 Padang.
Hasil pengumpulan dan pengolahan data melalui instrumen dukungan sosial
orangtua dari keseluruhan responden berjumlah 213 siswa.
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Sederhana dan Uji Signifikansi X2 terhadap Y

Model R R Square Sig.

X2-Y
0,289 0,083 0,000 Tabel 1 di atas
memperlihatkan
bahwa nilai R sebesar 0,289 menunjukkan koefisien korelasi antara dukungan sosial
orang tua dengan self regulated learning, dengan taraf signifikansi 0,000. Artinya
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan sosial orangtua
dengan self regulated learning. Nilai R Square (R2 ) sebesar 0,083, ini berarti 8,3%
variasi pada self regulated learning dapat dijelaskan oleh dukungan sosial orangtua,
sedangkan sisanya 91,7% dijelaskan oleh variabel lain.
Hasil analisis membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
dukungan sosial orangtua dengan self regulated learning. Temuan ini diperoleh
berdasarkan hasil analisis data yang menunjukkan bahwa hubungan dukungan sosial
orangtua terhadap self regulated learning sebesar 8,3%. Artinya, semakin tinggi
dukungan sosial orangtua yang diterima siswa maka semakin tinggi pula self
regulated learning yang dilakukan oleh siswa dan sebaliknya, semakin rendah
dukungan sosial orangtua yang diterima siswa maka semakin rendah pula self
regulated learning yang dilakukan oleh siswa.

B. Pengaruh Dukungan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar.

Dukungan orang tua berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Dukungan
orang tua dapat berupa dukungan emosional berupa cinta dan kasih sayang, ungkapan
empati, perlindungan, perhatian dan kepercayaan, keterbukaan serta kerelaan dalam
memecahkan masalah anak yang berkaitan dengan masalah belajar dalam pendidikan.
Kemudian bentuk dukungan instrumental berupa bantuan uang, kesempatan, dan
modifikasi lingkungan.
Hasil penelitian ini juga mendukung hubungan antara dukungan orang tua dengan
motivasi belajar pada anak usia sekolah. Hal ini berarti semakin positif dukungan orang
tua terhadap anak, maka semakin tinggi pula motivasi belajar pada anak, sehingga secara
tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Dengan demikian beberapa
hasil penelitian yang kami ambil di atas itu sangat menguatkan penelitian yang ada, baik
secara moral maupun secara material.
Jadi sesuai dengan teori House & Khan, peran orang tua merupakan komponen
penting dalam pendidikan anak. Orang tua yang memberikan dukungan pada anaknya
dalam belajar akan mampu meningkatkan semangat anak agar dapat belajar lebih giat,
belajar dengan sungguh-sungguh, dan tidak mudah putus asa jika menghadapi kesulitan
dalam belajar. Hal ini diperkuat oleh penelitian Mindo (2008), yang menunjukkan bahwa
ada korelasi positif antara dukungan orang tua dengan hasil belajar pada anak usia
sekolah. Hal ini berarti semakin positif dukungan orang tua maka semakin tinggi hasil
belajar, sebaliknya semakin negative dukungan orang tua maka semakin rendah pula
hasil belajar yang diperoleh anak. Ini berarti sesuai dengan hasil penelitian ini yang
menerima hipotesis penelitian kedua.

C. Pengaruh Self – Regulated Learning Terhadap Hasil Belajar.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa self - regulated
learning memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik pada
mata pelajaran apapun. Semakin tinggi self-regulated learning maka akan meningkatkan
hasil belajar peserta didik.
Dari hasil penelitian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa self-regulated learning
(SRL) memiliki pengaruh terhadap motivasi diri belajar siswa untuk menjadi a good self
regulated learner. Motivasi diri yang dimiliki mahasiswa dalam belajar lebih banyak
ditentukan oleh rasa kepercayaan diri serta keyakinan diri terhadap kemampuan mereka
dalam menentukan keberhasilan mereka dalam belajar. Selain itu, melalui SRL
mahasiswa memiliki tingkat kenyamanan yang lebih dalam belajar khusunya terkait
dengan strategi belajar yang mereka terapkan dimana mereka cenderung lebih nyaman
untuk dapat belajar bersama-sama dengan teman dalam melakukan diskusi. Tingkat
kenyamanan serta keyakinan dan kepercayaan diri tersebut yang terus menstimulasi
mereka untuk dapat melakukan kegiatan belajar mereka secara aktif dan mandiri.
Jadi berdasarkan teori Zimmerman (2004) menjelaskan self-regulated learning
sebagai kemampuan peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajarnya,
baik secara metakognitif, secara motivasional dan secara behavioral. Secara metakognitif
peserta didik meregulasi diri dengan merencanakan, mengorganisasikan, menginstruksi
diri, memonitor dan mengevaluasi dirinya dalam proses belajar. Secara motivasional,
peserta didik merasa bahwa dirinya kompeten, memiliki keyakinan diri, dan memiliki
kemandirian. Sedangkan secara behavioral, peserta didik menyeleksi, menyusun, dan
menata lingkungan agar optimal dalam belajar. Ini berarti sesuai dengan hasil penelitian
ini yang menerima hipotesis penelitian pertama. Strategi belajar adalah aktifitas mental
yang digunakan peserta didik ketika mereka belajar untuk membantu diri mereka sendiri
dalam memperoleh, mengorganisasi, atau mengingat pengetahuan yang baru masuk yang
lebih efisien.

Menurut Zimmerman (2004), kategorisasi strategi belajar sebagai berikut:


a. Tambahan pengetahuan (knowledge acquisition) seperti analogis, yang membantu
peserta didik mengorganisasi pengetahuan baru dan mengintegrasikannya dengan
pengetahuan sebelumnya.
b. Monitoring menyeluruh (seperti praktek, yang membantu peserta didik mengetahui
kapan mereka harus atau tidak belajar).
c. Strategi belajar aktif (seperti mencatat tugas, yang memungkinkan peserta didik
membangun pengetahuan secara aktif dan partisipatori).
d. Strategi yang mendukung (seperti mengorganisasi meja yang akan menjadikan belajar
kondusif).
Berdasarkan teori Hasbulloh (2010) dukungan orang tua dapat membantu dan
mendukung terhadap segala usaha yang dilakukan oleh anak serta dapat memberikan
pendidikan informal guna membantu pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut
untuk mengikuti atau melanjutkan pendidikan pada program pendidikan formal
disekolah. Oleh karena itu, orang tua harus berperan dalam menanamkan sikap dan nilai
hidup, mengembangkan bakat dan minat, serta pembinaan bakat kepribadian guna
memperoleh hasil belajar yang optimal baik dukungan secara moral dan material.
Sesuai dengan teori-teori di atas, maka semakin menguatkan bahwa self-regulated
learning dan dukungan orang tua memegang peranan penting dalam meningkatkan hasil
belajar peserta didik. Hal ini berarti sesuai dengan hasil penelitian.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan
kesimpulan sebagai berikut:
1. – Dukungan orang tua yang diterima siswa SMP Negeri 29 Padang berada pada
kategori tinggi.
- Dukungan orang tua dengan self – regulated learning pada siswa SMA Yayasan
Perguruan Bandung Tembang berada pada kategori rendah.
- Dukungan orang tua dengan self – regulated learning pada mahasiswa fakultas
Ushuluddin IAIN Iman Bonjol Padang berada pada kategori tinggi.
- Dukungan orang tua dengan self – regulated learning pada siswa kelas XII di SMA
Batik 1 Surakarta berada pada kategori sedang.
- Dukungan orang tua dengan self – regulated learning pada siswa SMK Negeri 5
Yogyakarta berada pada kategori tinggi.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara self efficacy dengan self regulated
learning. Artinya apabila self efficacy ditingkatkan menjadi lebih tinggi, maka self
regulated learning akan meningkat menjadi lebih tinggi, atau sebaliknya apabila self
efficacy rendah, maka self regulated learning juga rendah.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dengan regulated
learning. Artinya apabila dukungan sosial orangtua yang diterima siswa tinggi, maka
self regulated learning siswa akan meningkat menjadi lebih tinggi, atau sebaliknya
apabila dukungan sosial orangtua yang diterima siswa rendah, maka self regulated
learning siswa rendah.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara self efficacy dan dukungan sosial orangtua
secara bersama-sama dengan self regulated learning. Artinya, tinggi rendahnya self
regulated learning tidak hanya dipengaruhi oleh satu variabel saja (self efficacy atau
dukungan sosial orangtua), namun dipengaruhi secara bersama - sama oleh self
efficacy dan dukungan sosial orangtua. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi self efficacy dan dukungan sosial orangtua yang diterima siswa, maka
semakin tinggi self regulated learning yang dilakukan oleh siswa. Hal ini berarti,
variabel self efficacy dan dukungan sosial orangtua akan lebih efektif jika
dikombinasikan secara bersama-sama sebagai prediktor untuk meningkatkan self
regulated learning siswa.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.uad.ac.id/15373/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20%28WINDA%201500013072%29.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/287317-hubungan-antara-self-efficacydan-dukunga-
04b1d74d.pdf

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis/article/view/5155

https://jurnalwacana.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/wacana/article/view/102

https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/insania/article/view/1101

https://journal.unesa.ac.id/index.php/jepk/article/view/733

Anda mungkin juga menyukai