Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL DAMPAK MALAS BELAJAR

Pendidikan adalah faktor utama yang menentukan kelangsungan pembangunan. Selain itu
juga pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia karena segala bentuk kemajuan baik
teknologi informasi, sosial dan budaya dapat dicapai dengan ketersedian lembaga-lembaga
pendidikan. Menyikapi pentingnya pendidikan tersebut, maka semua komponen bangsa dituntut
mampu menguasai berbagai ilmu pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam rangka peningkatan mutu dalam profesionalisme guru diupayakan agar dapat
menambah pengetahuan dalam pengalaman mengajarnya. Untuk itu seorang guru dituntut untuk
lebih mengefektifkan dan mengefisiensikan strategi pembelajaranya di dalam kelas.(Al Fuad dan
Zuraini et al., 2016)
Dalam hidup ini, sesungguhnya manusia selalu belajar. Belajar, bukan saja melibatkan
penguasaan kemampuan akademik semata, tetapi melibatkan emosi, interaksi sosial, dan
perkembangan kepribadian.2 Para ahli memberikan definisi yang beragam pada kata “belajar”.
Belajar (learning) menurut Hilgard dan Bower adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap
suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya secara berulang-ulang dalam situasi
itu, di mana perubahan dalam tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan
respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan,
pengaruh obat, dan sebagainya). Sementara Morgan mengemukakan belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau
pengalaman.(Maulidia, 2008)
Dengan demikian, kata kunci dari belajar adalah perubahan, baik secara kognitif, afektif,
maupun psikomotorik. Perubahan itu ada karena individu melakukan latihan dan pengalaman.
Memang belajar adalah aktivitas yang kompleks dan tidak bisa diamati secara instan. Ada siswa
yang kelihatannya konsentrasi menyimak pelajaran, tetapi setelah diberi pertanyaan dia tidak
mengerti materi yang baru disampaikan guru. Sesungguhnya ia belum atau tidak
belajar.(Maulidia, 2008)
Ternyata di dalam kegiatan belajar ini terdapat juga kata malas. Menurut M.K. Abdullah
pada bukunya Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, pengertian malas adalah segan, enggan. Malas
adalah suatu perasaan di mana seseorang akan enggan melakukan sesuatu karena dalam
pikirannya sudah memiliki penilaian negatif atau tidak adanya keinginan untuk melakukan hal
tersebut. Rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang
seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak
tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari
kewajiban, dll. Jadi, dapat disimpulkan bahwa malas belajar adalah keengganan siswa untuk
belajar karena ada hal negative yang mempengaruhi mereka. Hal ini tentu berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa dan menurunnya tingkat kecerdasan siswa.(Pardomuan Hts, 2017)
Penyebab kemalasan peserta didik itu ternyata bermacam-macam, baik internal maupun
eksternal. Aspek internalnya, yaitu tidak adanya kemauan atau motivasi untuk sekolah dalam diri
anak. Penyebab eksternalnya adalah selain faktor ekonomi orang tuanya, lokasi rumah atau
sekolah yang sangat jauh, tidak terjangkau dan juga pengaruh lingkungan kehidupan di
sekitarnya. Masih banyak orang tua yang memiliki pola pikir bahwa pendidikan dianggap kurang
penting, sehingga tidak memperhatikan anaknya, kemudian setengah memaksa anaknya
membantu mencari nafkah, seperti di daerah pedalaman yang masyarakatnya hidup menggarap
lahan pertanian dan jauh dari jangkau fasilatas pendidikan, atau di daerah kepulaun yang anak-
anaknya terpaksa ikut melaut untuk bekerja.(Benjamin, 2019)
Dalam kegiatan pembelajaran, minat mempunyai peranan yang sangat penting. Bila
seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yangdipelajari maka
sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya.
Salah satu faktor yang menimbulkan kurangnya minat belajar siswa diakibatkan karena siswa itu
sendiri masih bergantung pada orang lain atau orang tua, sehingga membuat siswa itu malas
belajar. Selain malas belajar siswa tidak ada dorongan dari orang tua di rumah untuk belajar. (Al
Fuad dan Zuraini et al., 2016)
Heryanto Sutedja (1995) dalam kutipan (Pardomuan Hts, 2017) mengemukakan ciri
siswa yang malas belajar sebagai berikut:
1. Melamun saat Belajar
2. Bermain-main saat Belajar
3. Suka Mengganggu Suasana Kelas
4. Prestasi Belajar Sangat Rendah
5. Tidak Pernah Serius dalam Belajar.
Minat belajar siswa menjadi penentu kegiatan belajar siswa. Minat belajar yang tinggi akan
berdampak pada prestasi belajar siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa.
Menurut Ndari (2012): “Handphone/ gadget dapat menurunkan mental belajar siswa, siswa
kurang berani mengambil resiko dalam ujian sehingga mencari jalan menyontek melalui
handphone/ gadget.Handphone/ gadgetmenjadi faktor yang mempengaruhiminat belajar siswa.
Minat belajar menjadi berkurang dan mengakibatkan prestasi belajar siswa menurun”.(Hudaya,
2018)
Situasi perilaku anak-anak yang sudah tercandu dengan smartphone secara langsung bisa
mengganggu motivasi belajar dan membuat mereka sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian yang dibuat oleh Satrianawati (2017:57) bahwa anak-anak
sering menggunakan handphone membuat mereka malas belajar dan lebih menyukai hal-hal
yang instan dalam mengatasi persoalan mereka. Dalam penelitiannya terhadap dua siswa SD
ditemukan bahwa siswa A kurang menggunakan handphone nilainya jauh lebih baik
dibandingkan siswa B yang selalu menggunakan handphone. Hal ini dikarenakan karena siswa B
terlalu banyak bermain handphone, menonton TV dan kurang mengikuti latihan ataupun
pembelajaran seperti kursus dan lain-lain.(Sobon, Mangundap and Walewangko, 2020)
Selain faktor di atas, ada faktor lain yang diduga memberikan pengaruh bagi kecenderungan
siswa malas belajar yaitu manajemen diri (self management). Menurut Andy (2003:41) dalam
kutipan (Placas, 2015) menunjukkan bahwa yang menjadi masalah remaja usia sekolah menjadi
malas belajar dan tidak dapat melaksanakan proses belajar dengan baik, yaitu: a) manajemen diri
yang kurang baik, b) kecemasan, c) ketidakbahagiaan, d) minder, e) kurang percaya diri, dan
faktor eksternal: a) kurangnya perhatian orang tua, b) orang tua yang otoriter, c) suasana sekolah
tidak mendukung, d) lingkungan sekitar lebih menarik untuk bermain, e) media komunikasi
khususnya handphone yang lebih menarik.
Menurut Dalyono (2007: 60) keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila
disekitar tempat tinggal keadaanmasyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan,
terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik hal ini akan mendorong
anak lebih giat belajar. Faktor lingkungan sekitar termasuk dalam kriteria baik, lingkungan
sekolah juga memberi pengaruh baik terhadap hasil belajar biologi. Sesuai dengan pendapat
Dalyono (2007 : 55) menyatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam belajar disebabkan
beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar
(internal) dan ada pula dari luar dirinya (eksternal).(Tiara Dewi, Muhammad Amir Masruhim,
2016)
Selain di sekolah di perguruan tinngi juga sering kita melihat mahasiswa yang malas dalam
belajat. Belajar di perguruan tinggi memakan waktu yang tidak sebentar. Hal ini seringkali
mendatangkan rasa jenuh dan malas belajar. Belum lagi tuntutan kemandirian yang lain, yang
relatif cepat pada masa mengikuti kuliah, yang akan membawa pengaruh terhadap kehidupan
psikis. Kejenuhan belajar dapat timbul baik dalam diri mahasiswa itu sendiri maupun dari luar
diri mahasiswa. Dari dalam diri sendiri misalnya rasa bosan dan kurangnya motivasi diri.
Mahasiswa belum dapat menanamkan dalam dirinya bahwa belajar itu suatu yang
menyenangkan. Belajar masih dianggap suatu beban dan kewajiban, sehingga belajar menjadi
sesuatu yang membosankan.(Bella and Ratna, 2019)
Maka dari itu untuk mengurangi rasa malas belajar maka seseorang membutuhkan motivasi
yang mendukung. Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang.
Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka
prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan
dalam aktivitas belajar mengajar.(Haq, 2018)
Selain itu, konselor juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan minat belajar.
konselor sebagai pemberi layanan BK sangat berperan dalam membantu individu dalam
mengentaskan masalahnya, khususnya bagi siswa yang malas dalam kegiatan belajar. Fenti
Hikmawati (2012:53) mengutip SK Mendikbud No. 025/D/1995, mengartikan bahwa Bimbingan
dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun
kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial,
belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan
normanorma yang berlaku.(Pardomuan Hts, 2017)
DAFTAR PUSTAKA

Bella, M. M. and Ratna, L. W. (2019) „Perilaku Malas Belajar Mahasiswa Di Lingkungan


Kampus Universitas Trunojoyo Madura‟, Competence : Journal of Management Studies, 12(2),
pp. 280–303. doi: 10.21107/kompetensi.v12i2.4963.
Benjamin, W. (2019) 'FAKTOR-FAKTOR KEMALASAN PESERTA DIDIK MENGIKUTI
PEMBELAJARAN SENAM LANTAI DI SD NEGERI MENTEL II KECAMATAN TANJUNGSARI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL TUGAS'.
Al Fuad dan Zuraini, Z. et al. (2016) „Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa
Kelas I Sdn 7 Kute Panang‟, Jurnal Tunas Bangsa, p. 45.
Haq, A. (2018) „Motivasi Belajar Dalam Meraih Prestasi‟, Jurnal Pendidikan Islam Victratina,
3(1), pp. 193–214.
Hudaya, A. (2018) „Pengaruh Gadget Terhadap Sikap Disiplin Dan Minat Belajar Peserta Didik‟,
Research and Development Journal of Education, 4(2), pp. 86–97. doi: 10.30998/rdje.v4i2.3380.
Maulidia, R. (2008) „Classical Conditioning , Cognitive Learning , Social Learning.‟, At-Ta’dib,
4, pp. 129–144.
Pardomuan Hts, K. (2017) „Peran Konselor dalam Membantu Pengentasan Malas Belajar Siswa‟,
JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 2(2), pp. 2–5. doi: 10.29210/3003209000.
Placas, C. D. E. (2015) „BAB I PENDAHULUAN ,Latar Belakang Masalah Skripsi‟, 2015, pp.
1–239. Available at: http://eprints.ums.ac.id/14213/2/BAB_I.pdf.
Sobon, K., Mangundap, J. M. and Walewangko, S. (2020) „Pengaruh Penggunaan Smartphone
Terhadap Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Di Kecamatan Mapanget Kota Manado‟,
Autentik : Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, 3(2), pp. 97–106. doi:
10.36379/autentik.v3i2.38.
Tiara Dewi, Muhammad Amir Masruhim, R. S. (2016) „Faktor Penyebab Menurunnya Hasil
Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sosiologi Di Sma‟, Laboratorium Penelitian dan
Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi Universitas Mualawarman, Samarinda,
Kalimantan Timur, (April), pp. 5–24.

Anda mungkin juga menyukai