Anda di halaman 1dari 11

MENINGKATKAN AKTIVITAS, MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA

KETERAMPILAN MEMBACA MENGGUNAKAN MODEL HARIAN ( HAPPY

READING WITH EXPRESSION AND ACTION ) PADA SISWA KELAS IV SDN

SUNGAI MIAI 5

OLEH

MUHAMMAD RISAL HIRPINDI

NIM. 1910125310089

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2022

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia telah memasuki era revolusi industri generasi 4.0 yang ditandai dengan
meningkatnya konektivitas, interaksi serta perkembangan sistem digital, kecerdasan artifisial,
dan virtual. Semakin besar konvergen batas antara manusia, mesin dan sumber daya, teknologi
informasi dan komunikasi tentu berimbas pula pada berbagai sektor kehidupan, salah satunya
yakni berdampak terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Perubahan era ini tidak dapat
dihindari oleh siapapun sehingga dibutuhkan penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang
memadai agar siap menyesuaikan dan mampu bersaing dalam skala global.
Peningkatan kualitas SDM melalui jalur pendidikan mulai dari pendidikan dasar dan
menengah hingga ke perguruan tinggi adalah kunci untuk mampu mengikuti perkembangan
Revolusi Industri 4.0. Hal ini terkait dengan tuntutan zaman yang membutuhkan sumber daya
manusia yang multitalenta sebagai upaya mencegah ketertinggalan kualitas SDM bangsa. Salah
satu wadah yang menentukan dan dianggap tepat sebagai alat untuk membangun SDM yang
berkualitas adalah pendidikan (Suriansyah dkk, 2014).
Dalam rangka membentuk keterampilan-keterampilan siswa khususnya keterampilan
membaca dan berfikir, siswa memerlukan guru yang profesional untuk membantu siswa dalam
mengasah keterampilan- keterampilan tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat (Rusman, 2014)
yakni Guru yang professional adalah mereka yang secara spesifik memiliki pekerjaan yang
didasari oleh keahlian keguruan, memiliki pemahaman landasan kependidikan dan memiliki
keterampilan untuk mengimplementasikan teori kependidikan tersebut.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal, pemerintah Indonesia melakukan
inovasi dan pembaharuan pada kurikulum, yaitu diterapkannya kurikulum 2013 yang disebut
juga kurikulum berbasis karakter dan kompetensi yang ditekankan pada pendekatan saintifik
diberbagai jenjang pendidikan. Kurikulum 2013 yang dikembangkan berdasarkan ketiga
kompetensi tersebut dapat mencetak generasi muda yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif
melalui penguatan kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara holistik (Mulyasa,
2014).
Pengesahan kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya,
yakni Kurikulum 2006 atau KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) telah membawa
perubahan yang mendasar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam kurikulum 2013,
Pembelajaran Bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan
dan keterampilan menalar. Hal ini berarti kemampuan pengetahuan bukan menjadi fokus utama
dalam pembelajaran, namun juga kemampuan sikap dan keterampilan. Kemampuan sikap pada
kurikulkum 2013 meliputi sikap percaya diri, santun, rasa ingi tahu, peduli, tanggung jawab,
disiplin, dan jujur. Ketujuh kemampuan sikap tersebut kemudian dinyatakan dalam indikator-
indikator aspek pengamatan yang terdapat pada panduan penilaian kurikulum 2013 yang
dirumuskan oleh pemerintah.

2
Sejalan dengan pendapat diatas, adanya pendidikan yang menuntut kemampuan sikap
dalam kegiatan belajar mengajar mengharapkan adanya peningkatan pada aktivitas belajar siswa.
Hal ini sejalan dengan pendapat menurut Kunandar (2013) aktivitas siswa adalah “keterlibatan
siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna
menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan
tersebut”. Adapun indikator aktivitas siswa adalah (1) Mengajukan pertanyaan; (2) Memberikan
gagasan dan usulan; (3) Mengemukakan pendapat sendiri; (4) Mengajukan pemikiran, gagasan
pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain; (5) Bekerja mandiri (Hadiyanto, dkk 2013).
Belajar merupakan kegiatan pokok dalam proses pendidikan di sekolah. Belajar adalah
usaha yang dilakukan secara sadar untuk merubah sikap dan tingkah lakunya. Dalam upaya
mencapai perubahan tingkah laku dibutuhkan motivasi. Motivasi belajar merupakan sesuatu
keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan
sesuatu guna mencapai tujuan. Menurut Mc Donald dalam Kompri (2016) motivasi adalah suatu
perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan)
dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan demikian munculnya motivasi ditandai dengan
adanya perubahan energi dalam diri seseorang yang dapat disadari atau tidak.
Menurut Woodwort (1995) dalam Wina Sanjaya (2010) bahwa suatu motive adalah suatu
set yang dapat membuat individu melakukan kegiatan- kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang
terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Perilaku atau tindakan yang ditunjukkan
seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu sangat tergantung dari motive yang dimiliknya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arden (1957) dalam Wina Sanjaya (2010) bahwa kuat
lemahnya atau semangat tidaknya usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan akan
ditentukan oleh kuat lemahnya motive yang dimiliki orang tersebut.
Menurut (Uno, 2015) indikator motivasi belajar siswa meliputi: 1) adanya hasrat dan
keinginan untuk berhasil, 2) adanya d sehiborongan dan kebutuhan dalam belajar, 3) adanya
harapan dan cita-cita masa depan, 4) adanya penghargaan dalam belajar, 5) adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar, 6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan
siswa belajar dengan baik.
Rendahnya aktivitas dan motivasi belajar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di
kelas. Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar
berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman,
sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang
dikemukakan Hilgard yang dikutip oleh Sanjaya, (2010) “ Learning is process by which an
activity originates or changed through training procedures (wether in laboratory or in the natural
environment) as distinguished from changes by factors not atributable to training”.
Menurut Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur
latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Pendapat tersebut
didukung oleh Sanjaya (2010) bahwa hasil belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang

3
bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun psikomotor. Dikatakan
positif, oleh karena perubahan perilaku itu bersifat adanya penambahan dari perilaku sebelumnya
yang cenderung menetap (tahan lama dan tidak mudah dilupakan). Berdasarkan pengertian di
atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan
pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama
atau bahkan tidak akan hilang selama- lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk
pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah
cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan belajar mengajar serta
wawancara dengan guru wali kelas IV SDN SUNGAI MIAI 5 ada beberapa hal yang terkait
dengan aktivitas belajar siswa, yaitu: (1) Siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran
dikelas.
(2) Pembelajaran masih berpusat pada guru sebagai pemberi pengetahuan, sehingga
hanya akan menjadikan siswa sebagai penerima pengetahuan. Pembelajaran demikian ini, akan
berujung pada pelajaran hafalan dari apa yang disampaikan. Hal ini akan berdampak pada siswa
karena tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan sendiri. Karena
siswa kurang terbiasa membangun pengetahuannya sendiri, maka kemampuan kognitifnya hanya
sampai pada kemampuan mengerjakan soal-soal kategori rendah saja. (3) Kegiatan membaca
tidak terbiasa secara optimal. Kurang terbiasanya membaca tentu saja berdampak pada
kemampuan siswa dalam membaca belum terlalu baik yang berdampak pada sulitnya siswa
memahami informasi dari isi bacaan. (4) Pembelajaran masih belum menggunakan strategi dan
model pembelajaran yang menarik sehingga siswa kurang antusias dan tertarik mengikuti
pembelajaran menyebabkan pembelajaran menjadi tidak efektif.
Selain itu, kenyataan yang terjadi dilapangan terhadap motivasi belajar siswa
menunjukkan hal yang berbeda. 1) Siswa yang diharapkan terlibat aktif dalam pembelajaran
pada kenyataannya aktivitas siswa masih rendah, terlihat pada saat kegiatan belajar kelompok
berlangsung hanya terdapat beberapa siswa yang aktif dalam kelompoknya, siswa juga
cenderung ribut, banyak mengobrol dan tidak menyimak materi pembelajaran. 2) Siswa yang
diharapkan memiliki motivasi tinggi dalam pembelajaran pada kenyataannya siswa masih kurang
termotivasi dalam belajar, siswa terlihat kurang tertarik dan cepat merasa bosan dalam
pembelajaran, siswa kurang antusias dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. 3) Siswa
yang diharapkan mendapatkan nilai di atas KKM pada kenyataannya masih banyak nilai siswa
yang belum mencapai KKM dengan kata lain mendapatkan hasil belajar yang rendah.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Erlisnawati (2016) menyatakan
bahwa indikator motivasi belajar siswa rendah yaitu 1) Siswa kurang memiliki kesiapan dalam
kegiatan pembelajaran. 2) cenderung cepat bosan dengan kegiatan belajar, 3) cepat menyerah, 4)
kalau ada kesulitan dalam belajar tidak ada keinginan untuk bertanya, 5) kurang semangat dalam
belajar, 6) perhatianya tidak fokus pada tujuan pembelajaran, 7) tidak ada keinginan untuk
meningkatkan prestasi belajar. Adapun yang melatar belakangi rendahnya motivasi belajar siswa
ialah pembelajaran bersifat satu arah, pembelajaran kurang menuntut siswa membangun
pengetahuan sendiri, kegitan belajar membaca tidak optimal, dan pembelajaran tidak membuat

4
siswa aktif dan tertarik. Dengan pembelajaran yang demikian, tentu akan membuat siswa akan
cepat bosan dan tidak bersemangat dalam proses pembelajaran sehingga motivasi untuk belajar
itu Rendah. Adanya motivasi akan memberikan semangat sehingga siswa akan mengetahui arah
belajarnya.
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas
IV SDN Sungai Miai 5 yaitu Ibu Nelta Fahrina, S.Pd didapakan informasi bahwa aktivitas,
motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV pada keterampilan membaca pemahaman tergolong
dalam kategori rendah. Hal ini ditinjau dari 7 peserta didik pada tahun ajaran 2020/2021 di SDN
SUNGAI MIAI 5 ini hanya 3 orang siswa dengan presentase 29 % yang Tuntas, sedangkan 4
orang siswa dengan presentase 71 % yang belum mencapai KKM yaitu 70.
Rendahnya kemampuan membaca pemahaman siswa ini sangat penting untuk diteliti.
Jika masalah rendahnya kemampuan membaca pemahaman terus dibiarkan maka akan
berdampak pada hasil belajar siswa dan akan berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran di
dalam kelas seperti ketidakmampuan siswa dalam menyaring informasi dan memecahkan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Lebih jauh lagi, jika dalam proses pembelajaran
siswa tidak terbiasa untuk membaca pemahaman dan mendapatkan informasi, maka dalam
kehidupan nyata siswa tersebut akan sulit untuk berkembang walaupun nilai akademiknya baik.
Kondisi seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan dalam proses pembelajaran, karena dari
aktivitas dan disiplin dalam proses pembelajaran akan menentukan hasil belajar siswa.
Sebagaimana Wena (dalam Sutirman, 2014) berpendapat bahwa pembelajaran
pemecahan masalah menjadi sangat penting, karena pembelajaran berbasis masalah merupakan
suatu proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistemik untuk memecahkan
masalah atau menghadapi tantangan yang akan terjadi di dunia nyata. Permasalahan lainnya
seperti keterampilan membaca pemahaman yang belum baik akan berdampak pada sulitnya
siswa memahami informasi dan tujuan dari bacaan. Siswa akan kesulitan memahami
pembelajaran. Hal ini kemudian juga berpengaruh terhadap kemampuan membaca pemahaman
siswa terutama dalam memahami informasi dari isi bacaan. Hal ini karena keterampilan
membaca dapat mempengaruhi kemampuan berpikir siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh
Jones (dalam Muttaqiin & Sopandi, 2015) dimana membaca untuk belajar kegiatan membangun
pemahaman dari isi bacaan— merupakan salah satu landasan untuk berpikir tingkat tinggi,
misalnya berpikir kritis. Pendapat ini didukung oleh Suhartono (2014) yang menyatakan bahwa
kebiasaan membaca berdampak pada kemampuan menerima informasi. salah satunya bersumber
dari bahan bacaan, semakin banyak bahan bacaan semakin banyak pengetahuan yang dimiliki.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan sebuah cara dengan menggunakan
kombinasi model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, dapat
terciptanya komunikasi yang baik antar siswa dengan siswa lain maupun siswa dengan guru,
dapat terciptanya pembelajaran yang konkret, serta membudayakan sikap ilmiah kepada siswa
dalam memecahkan masalah. Inovasi pembelajaran yang dapat di gunakan yaitu Model
Pembelajaran MODEL HARIAN ( HAPPY READING WITH EXPRESSION AND
ACTION )yang menawarkan alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan kombinasi

5
model Directed Reading Thinking Activity (DRTA), Story Telling dan Talking Stick pada
Pembelajaran.
Model Directed Reading Thinking Activity (DRTA) merupakan suatu model yang
memfokuskan keterlibatan siswa dalam mempredeksi dan membuktikan predeksinya ketika
membaca teks. Model ini didedikasikan guna mengatasi permasalahan aktivitas siswa yang
rendah sepeti siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran dikelas, pembelajaran masih
berpusat pada guru sebagai pemberi pengetahuan, sehingga hanya akan menjadikan siswa
sebagai penerima pengetahuan. Model ini sangat cocok digunakan karena mampu membantu
siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka (Fathurrohman, 2015).
Model Story Telling merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan berbicara yang
bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan berbicara siswa yang bersifat pragmatis. Ada dua
unsur yaitu linguistic dan unsur apa yang diceritakan. Ketepatan ucapan, tata bahasa, kosakata,
kefasihan dan kelancaran, menggambarkan bahwa siswa memiliki kemampuan berbicara yang
baik. Model ini didedikasikan guna mengatasi permasalahan cenderung cepat bosan dengan
kegiatan belajar, cepat menyerah, kalau ada kesulitan dalam belajar tidak ada keinginan untuk
bertanya, kurang semangat dalam belajar.
Model Talking Stick dirancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh
siswa dengan menggunakan media tongkat, juga merupakan model pembelajaran yang bertujuan
untuk melatih anak berani untuk berbicara, sehingga kelas lebih terlihat hidup dan tidak menoton
serta anak tidak menjadi kaku ketika kegiatan dilaksanakan (Kurniasih & Sani, 2016). Model ini
didedikasikan guna mengatasi permasalahan siswa pada kreatifitas siswa dalam membaca,
kurangnya minat siswa dalam kegiatan belajar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diteliti adalah:
1. Bagaimana aktivitas guru dalam pembelajaran keterampilan membaca menggunakan
model MODEL HARIAN ( HAPPY READING WITH EXPRESSION AND
ACTION )pada siswa kelas IV SDN Sungai Miai 5?
2. Apakah terjadi peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran keterampilan membaca
pemahaman menggunakan model MODEL HARIAN ( HAPPY READING WITH
EXPRESSION AND ACTION )pada siswa kelas IV SDN Sungai Miai 5?
3. Apakah terjadi peningkatan motivasi pada pembelajaran keterampilan membaca
pemahaman menggunakan MODEL HARIAN ( HAPPY READING WITH
EXPRESSION AND ACTION )pada siswa kelas IV SDN Sungai Miai 5?
4. Apakah Terdapat peningkatan hasil belajar pada keterampilan membaca pemahaman
menggunakan MODEL HARIAN ( HAPPY READING WITH EXPRESSION AND
ACTION )pada siswa kelas IV SDN Sungai Miai 5?

6
1.3 Rencana Pemecahan Masalah
Tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas, motivasi dan hasil belajar siswa
kelas IV Sekolah Dasar Negeri Abung Surapati HST pada keterampilan membaca menggunakan
kombinasi model Directed Reading Thinking Activity (DRTA), Story Telling dan Talking Stick .
Penerapan kombinasi model ini takan meningkatkan aktivitas, motibasi dan hasil belajar dengan
mengembangkan budaya berpikir ilmiah serta membuat pembelajaran yang beragam dan
menyenangkan. Dalam hal ini tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas,
motivasi, dan hasil belajar siswa dalam materi Tema 8 “Daerah Tempat Tinggalku” di kelas IV
SDN Sungai Miai 5 adalah dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
menggunakan kombinasi model Directed Reading Thinking Activit (DRTA), Story Telling,
Talking Stick. Dengan menggunakan kombinasi model Directed Reading Thinking Activit
(DRTA), Story Telling, Talking Stick., maka disusunlah langkah gabungan sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari (Talking Stick)
2. Guru memberikan wacana berupa wacana atau berupa teks bergambar sesuai dengan
topic pembelajaran (DRTA/ Story Telling)
3. Guru mengarahkan siswa untuk membaca dalam hati wacana yang sudah disediakan
(DRTA)
4. Guru memonitor siswa selama membaca dalam hati (DRTA)
5. Siswa bekerjasama dalam membacakan dan menanggapi isi materi bacaan/ide pokok dan
pada lembar kerja (DRTA)
6. Guru mendemonstrasikan cara bercerita dengan baik didepan kelas (Story Telling)
7. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada siswa, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian
seterusnya sampai sebagian siswa mendapatkan bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru, ( Talking Stick)
8. Siswa maju secara bergantian untuk bercerita tentang peristiwa yang ada diteks secara
ekspresif (Story Telling)
9. Guru membuat kesimpulan pembelajaran siswa. (penarikan kesimpulan)
1.4 Tujuan Penelitian
Merujuk pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian tindakan ini untuk Mendeskripsikan dan
Menganalisis :

7
1. Mendeskripsikan aktivitas guru dalam pembelajaran keterampilan membaca
menggunakan model MODEL HARIAN ( HAPPY READING WITH EXPRESSION
AND ACTION )pada siswa kelas IV SDN Sungai Miai 5.
2. Menganalisis aktivitas siswa pada pembelajaran keterampilan membaca pemahaman
menggunakan model MODEL HARIAN ( HAPPY READING WITH EXPRESSION
AND ACTION )pada siswa kelas IV SDN Sungai Miai 5.
3. Menganalisis motivasi pada pembelajaran keterampilan membaca pemahaman
menggunakan MODEL HARIAN ( HAPPY READING WITH EXPRESSION AND
ACTION )pada siswa kelas IV SDN Sungai Miai 5.
4. Menganalisis hasil belajar dalam pembelajaran keterampilan membaca pemahman
menggunakan Model MODEL HARIAN ( HAPPY READING WITH EXPRESSION
AND ACTION )pada siswa kelas IV SDN Sungai Miai 5.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan atau
informasi dalam rangka pembinaan guru-guru terutama dalam memilih model-model
pembelajaran.
2. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif atau
pertimbangan dalam memilih model pembelajaran pada keterampilan membaca.
3. Bagi Penelitian lainnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi dalam
melakukan penelitian berikutnya.

8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
A. Karakteristik Anak Sekolah Dasar
Karakteristik umum pada dasarnya menggambarkan tentang kondisi siswa seperti usia, kelas,
pekerjaan, dan gender.' Karakteristik siswa merujuk kepada ciri khusus yang dimiliki oleh siswa,
dimana ciri tersebut dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pencapaian tujuan belajar.
Karakteristik siswa merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh masing- masing siswa baik sebagai
individu atau kelompok sebagai pertimbangan dalam proses pengorganisasian pembelajaran.
Winkel pada tahun 2014 mengaitkan karakteristik siswa dengan penyebutan keadaan awal,
dimana keadaan awal itu bukan hanya meliputi kenyataan pada masing-masing siswa melainkan
pula kenyataan pada masing-masing guru (Alfin, 2014).
Salah satu hal yang merupakan ciri khas yang terdapat pada siswa selama masa
pertumbuhan dan perkembangannya. Pembelajaran akan berhasil apabila guru dapat memahami
karakteristik siswa dengan baik saat proses pembelajaran, dengan mengetahui karakteristik siswa
maka guru dapat menentukan tindakan yang akan diambil dalam proses pembelajaran seperti
menentukan strategi, media dan model pembelajaran yang akan dilakukan untuk membantu
keberhasilan dalam belajar. Pentingnya mempelajari perkembangan siswa bagi guru adalah
sebagai berikut:
a) Kita akan memperoleh ekspektasi yang nyata tentang siswa.
b) Pengetahuan tentang psikologi perkembangan siswa membantu kita untuk
merespons sebagaimana mestinya pada perilaku bertentu pada siswa.
c) Pengetahuan tentang perkembangan siswa akan membantu mengenali berbagai
penyimpangan dari perkembangan yang normal.
d) Dengan mempelajari perkembangan siswa akan membantu memahami diri sendiri
(Susanto, 2016)
Berdasarkan paparan di atas, maka seorang guru hendaknya terlebih dahulu memahami
karakteristik siswa yang akan diajarkan. Karena siswa yang berada di sekolah dasar masih
tergolong siswa usia dini, terutama di kelas awal. Pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki
siswa perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Pertumbuhan dan
perkembangan siswa merupakan bagian pengetahuan yang harus dimiliki oleh guru. Berdasarkan
paparan di atas, maka seorang guru hendaknya terlebih dahulu memahami karakteristik siswa
yang akan diajarkan. Karena siswa yang berada di sekolah dasar masih tergolong siswa usia dini,

9
terutama di kelas awal. Pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki siswa perlu didorong
sehingga akan berkembang secara optimal. Pertumbuhan dan perkembangan siswa merupakan
bagian pengetahuan yang harus dimiliki oleh guru. Perkiraan dari usia 9 sampai 13 tahun. Sifat-
sifat yang dimiliki siswa pada masa ini seperti yang diungkapkan oleh (Suriyansyah, Aslamiah,
Sulaiman, & Noorhafizah, 2014) sebagai berikut:
a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan
adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
b. Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar.
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran-pelajaran
khusus.
d. Sampai kira-kira umur 11 tahun siswa membutuhkan seorang guru atau orang-orang
dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya, setelah kira-
kira umur 11 tahun pada umumnya siswa menhadapai tugas-tugasnya dengan bebas dan
berusaha menyelesaikan sendiri. e. Pada masa ini siswa memandang nilai (angka
raport) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
f. Siswa-siswi pada masa ini gemar membentuk kelompok sebagai sarana untuk dapat
bermain
Berdasarkan uraian di atas, maka guru dituntut menyiapkan perencanaan pembelajaran yang
bermakna dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berkembang sesuai
pengalaman belajarnya.
B. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan secara psikologis maupun fisiologis.
Aktivitas yang bersifat psikologis yaitu aktivitas yang merupakan proses mental, misalnya
aktivitas berfikir, memahami, menyimpulkan, menyimak, menelaah, membandingkan,
membedakan, mengungkapkan, menganalisis dan sebagainya. Sedangkan aktivitas yang bersifat
fisiologis yaitu aktivitas yang merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan
eksperimen atau percobaan, latihan, kegiatan, praktik, membuat karya (produk), apresiasi dan
sebagainya (Rusman, 2016)
Belajar dalam arti luas merupakan suatu proses yang memungkinkan timbul- nya atau
berubahnya suatu tingkah laku baru yang bukan disebabkan oleh kematangan dan sesuatu hal
yang bersifat sementara sebagai hasil dari terbentuknya respons utama. Belajar merupakan
aktivitas, baik fisik maupun psikis yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang baru pada
diri individu yang belajar dalam bentuk kemampuan yang relatif konstan dan bukan disebabkan
oleh kematangan atau sesuatu yang bersifat sementara .
Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu. Apabila kita berbicara
tentang belajar maka kita berbicara bagaimana mengubah tingkah laku seseorang. Inilah hakikat

10
belajar, sebagai inti proses pengajaran atau interaksi. belajar mengajar yang menjadi persoalan
utama ialah adanya proses belajar pada siswa yakni proses berubahnya tingkah laku siswa
melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya.
Sedangkan menurut Dalyono (2009) “Belajar merupakan usaha atau kegiatan yang
bertujuan mengadakan perubahan didalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku,
sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya.” Kemudian menurut Menurut
Trianto (2009) belajar hakikatnya adalah “suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar yang dimaksud seperti
perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan dan
kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain.” Pendapat lain menurut Trianto (2009)
menyatakan bahwa “belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang
berkat adanya suatu pengalaman.” Jadi belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
atau asp.ek-aspek lain pada diri seseorang sebagai hasil dari adanya pengalaman dan latihan-
latihan.
Perubahan kemampuan yang disebabkan oleh kematangan, pertumbuhan, dan
perkembangan seperti anak yang mampu berdiri dari duduknya atau perubahan fisikyang
disebabkan oleh kecelakaan tidak dapat dikategorikan sebagai hasil dari perbuatan belajar
meskipun perubahan itu berlangsung lama dan konstan. Menurut Slameto bahwa belajar ialah
suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari perbuatan belajar terjadi secara
sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, bersifat konstan, bertujuan atau
terarah, serta mencakup seluruh aspek tingkah laku. Mengacu pada uraian tentang belajar
menurut pandangan para ahli pendidikan dan psikologi di atas, secara singkat dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan aktivitas psiko dan fisik yang menghasilkan perubahan atas
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang relatif bersifat konstan.

11

Anda mungkin juga menyukai