Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan


Pemikiran Tentang Pendidikan

Dosen Pengampu
Dra.Fetri Yeni j, M.Pd
Winanda Amilia,S.Pd,M.Pd.T

Kelompok 7 :
1. Putri Alifiya (20035081)
2. Putri Wulan Sari (20180037)
3. Rafi Hamdani (20035083)
4. Rahman Eduin (20180038)
5. Rahmat Alhadi (20180039)

MATA KULIAH UMUM


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia
dan masyarakat. Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu
mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial-budaya dan
perkembangan iptek. Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu
disebut aliran-aliran pendidikan.Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal
hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi
muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya.

Di dalam berbagai kepustakaan aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang


pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini. Pemikiran-pemikiran
tentang pendidikan yang telah dimulai zaman Yunani kuno, berkembang pesat di Eropa
dan Amerika. Aliran-aliran klasik maupun gerakan-gerakan baru dalam pendidikan
pada umumnya berasal dari dua kawasan ini.

Pemikiran pemikiran itu tersebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, dengan


berbagai cara seperti dibawa oleh bangsa penjajah ke daerah jajahanya, melalui bacaan
buku dan di bawa oleh orang yang pergi belajar ke Eropa atau Amerika dan sebagainya.
Penyebaran itu menyebabkan pemikiran-pemikiran dari kedua kawasan ini pada
umumnya menjadi acuan dalam penerapan kebijakan di bidang pendidikan di berbagai
Negara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pemikiran klasik yang menyatakan tentang pendidikan ?
2. Apa saja menurut pemikiran baru tentang pendidikan ?
3. Apa yang dimaksud dengan pemikiran inklusi ?

1.3 Tujuan Penulis


1. Untuk mengetahui beberapa pemikiran tentang pendidikan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran klasik tentang pendidikan tersebut.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemikiran inklusi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Beberapa pemikiran tentang Pendidikan


1. Pemikiran klasik
Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme,
naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering
digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan
dengan perkembangan zaman.
a. Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan
stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa
perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak
tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.
Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia
sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam
bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh
perintisnya adalah John Locke.
b. Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan
kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor
pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil
prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak
kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
c. Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua
anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan
menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan
orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu.
d. Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa
seorang anak dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun
pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan
maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting.
Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa
adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
2. Pemikiran baru tentang Pendidikan
a. Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah
gerakan pengajaran alam sekitar,perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di
Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll
Leven.
b. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia
dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang
pengajaran global. Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat
berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yaitu:Metode Global dan Centre
d’interet.
c. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari
pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam
pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar pendidikan mengembangkan
pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H. Pestalozzi mengajarkan bermacam-
macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya.
d. Pengajaran Proyek
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar
di Indonesia, antara lain dengan nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan
sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan
menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan
secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin
penting, utamanya masyarakat maju.
e. Sekolah Alam
Kegagalan sistem pendidikan di Indonesia merangsang tumbuhnya sekolah-
sekolah alternatif yang diyakini memiliki mutu pendidikan lebih baik dari
sekolah biasa.Salah satu sekolah alternatif yang kini banyak diminati ialah
sekolah alam. Konseptor sekolah alam Ir Lendo Novo menjelaskan, sekolah
alam yang dia pelopori merupakan suatu reaksi dari kegagalan pendidikan di
Indonesia. Mutu pendidikan Indonesia masih jauh dari negara-negara lain,
bahkan masih di bawah Vietnam.

Ini berarti ada yang salah dengan sistem pendidikan di negara ini, ujar Lendo
Novo di Jakarta, baru-baru ini.Lebih dari 1.000 sekolah alam kini telah tumbuh
di Indonesia.Di kawasan Jakarta Bogor Depok Tanggerang Bekasi
(Jabodetabek) saja kini telah berdiri lebih dari 50 sekolah.Sekolah alam,
menurut dia, merupakan sekolah yang mengedepankan pembentukan akhlak
dan mental siswa dengan konsep mendekatkan diri pada alam.Metode
pembelajaran yang diterapkan juga berbeda.

Kami berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan


membuat anak-anak senang dan merasa bahwa belajar adalah suatu kebutuhan
dan kesenangan, bukan sesuatu yang membosankan dan harus dipaksakan, jelas
Ketua Litbang Sekolah Alam Indonesia Ciganjur, Novi Hardian.

Hampir seluruh sekolah alam yang ada memiliki konsep utama yaitu upaya
memaksimalkan potensi anak untuk tumbuh menjadi manusia yang
berkarakter, berakhlak mulia, berwawasan ilmu pengetahuan dan siap menjadi
pemimpin.Metode pengajaran sekolah alam juga membuat bersekolah lebih
menyenangkan dan anak tidak merasa terpenjara.

Sekolah alam juga mendorong anak untuk aktif dan kreatif dan bukan semata-
mata mendapatkan materi yang diberikan oleh guru. Di Sekolah Alam
Indonesia, Ciganjur, misalnya, proses belajar lebih banyak dilakukan melalui
diskusi dan permainan.

Ilmu tidak hanya dijejali oleh guru, tetapi anak juga aktif bereksplorasi.Ini
melatih keberanian mengungkapkan pendapat, jelas Novi.Konsep Tematik Hal
serupa juga dilakukan oleh Sekolah Alam Depok di Sawangan, Depok, Jawa
Barat. Sekolah yang memiliki jenjang pendidikan Pre-School, TK, dan SD itu
juga mendorong siswanya untuk aktif menemukan sendiri jawaban atas
berbagai hal melalui buku-buku di perpustakaan dan sumber-sumber lain.
Selain memiliki metode dan visi yang berbeda dari sekolah pada umumnya,
sesuai dengan namanya, suasana yang disuguhkan pun membuat siswa dekat
dengan alam.Rimbunnya pepohonan, lahan untuk berkebun, bahkan sejumlah
hewan ternak seperti angsa dan bebek menjadi bagian dari suasana alami yang
ada di sekolah alam.Ruang kelas berupa bangunan semen dan bersekat-sekat
tidak ada di sekolah alam, yang ada hanyalah saung-saung belajar yang terbuat
dari kayu berukuran 5 x 5 meter dan beratap rumbia. Menurut Edi, saung
sebagai tempat belajar selain dapat lebih dekat dengan alam, juga sebagai ciri
khas bangsa Indonesia. Selain itu, pembuatan saung juga lebih murah
dibanding dengan membangun ruangan beton yang berpendingin udara.

Lendo Novo menjelaskan, konsep sekolah alam dengan saung memang cocok
untuk Indonesia, yang beriklim tropis. Sekolah kan tidak harus di kelas. Justru
dengan belajar di saung yang tanpa meja dan kursi akan menimbulkan suasana
yang lebih bebas bagi siswanya, katanya.Namun, proses belajar siswa tidak
yang dilakukan di saung, tapi juga di kebun atau belajar keluar, dengan
mengunjungi sejumlah tempat yang terkait dengan tema pembelajaran.Anak-
anak belajar Fisika, Biologi, Matematika dan mata pelajaran lainnya langsung
dengan mempraktikkannya dari alam.Dengan menggunakan sistem learning by
doing, penyerapan materi oleh siswa bisa mencapai 90 persen, jelas Lendo
Novo.

Hal senada juga diungkapkan Novi. Menurut dia, dengan berhubungan dekat
dengan alam, siswa akan lebih bijak karena semakin menghargai alam dan
mendekatkan diri dengan Sang Pencipta. Diharapkan lulusan sekolah kami
dapat menjadi anak yang ramah terhadap lingkungan dan tidak ada lagi yang
menebang pohon sembarangan, jelasnya.

Pelajaran di sekolah alam juga padat dengan materi keagamaan. Di Sekolah


Alam Depok, pada pagi hari dan sebelum pulang sekolah, siswa melakukan
tahfidz, yaitu melancarkan hapalan Al-Quran. Menurut Edi, berbagai
keunggulan itulah yang menyebabkan banyakorang tua yang mempercayakan
anak mereka bersekolah di sekolah alam.
f. Pedidikan Berasrama (Boarding School)
Sekolah Berasrama adalah alternative terbaik buat para orang tua
menyekolahkan anak mereka dalam kondisi apapun. Selama 24 jam anak hidup
dalam pemantauan dan control yang total dari pengelola, guru, dan pengasuh di
seklolah-sekolah berasrama. Anak betul-betul dipersiapkan untuk masuk
kedalam dunia nyata dengan modal yang cukup, tidak hanya kompetensi
akademis, tapi skill-skill lainnya dipersiapkan sehingga mereka mempunyai
senjata yang ampuh untuk memasuki dan manaklukan dunia ini. Di sekolah
berasrama anak dituntut untuk dapat menjadi manusia yang berkontribusi besar
bagi kemanusiaan. Mereka tidak hanya hidup untuk dirinya dan keluarganya
tapi juga harus berbuat untuk bangsa dan Negara. Oleh sebab itu dukungan
fasilitas terbaik, tenaga pengajar berkualitas, dan lingkungan yang kondusif
harus didorong untuk dapat mencapai cita-cita tersebut.

g. Pendidikan Inklusi
Istilah pendidikan inklusi atau inklusif, mulai mengemuka semenjak tahun
1990, ketika konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua, yang
diteruskan dengan pernyataan salamanca tentang pendidikan inklusif pada
tahun 1994.

Konsep pendidikan inklusi muncul dimaksudkan untuk memberi solusi,


adanya perlakuan diskriminatif dalam layanan pendidikan terutama bagi anak-
anak penyandang cacat atau anak-anak yang berkebutuhan khusus.
Pendidikan inklusi memiliki prinsip dasar bahwa selama memungkinkan,
semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan
ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka.

Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang menyertakan semua anak secara


bersama-sama dalam suatu iklim dan proses pembelajaran dengan layanan
pendidikan yang layak dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik
tanpa membeda-bedakan anak yang berasal dari latar suku, kondisi sosial,
kemampuan ekonomi, politik, keluarga, bahasa, geografis (keterpencilan)
tempat tinggal, jenis kelamin, agama, dan perbedaan kondisi fisik atau mental.
Sementara itu Sapon-Shevin ( O Neil, 1995 ) menyatakan bahwa pendidikan
inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua
anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat. Melalui pendidikan
inklusi, anak berkebutuhan khusus di didik bersama-sama anak lainnya (
normal ) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya ( Freiberg, 1995 ) .
hal ini dilandasi oleh suatu kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat
anak normal dan anak tidak normal ( berkebutuhan khusus ) yang tidak dapat
dipisahkan sebagai suatu komunitas sosial.

Dalam rencana aksi nasional, difabel telah dicanangkan mulai tahun 2003,
yang salah satu butir dari rencana aksi nasional difabel adalah pendidikan
inklusi. Yang dimaksud dengan pendidikan inklusi tau inklusif adalag
pendidikan yang dapat dijangkau oleh semua orang dan tanggap terhadap
semua peserta didik termasuk difabel secara invidual.

- Landasan Hukum Inklusi


Pendidikan inklusi telah menjadi perhatian masyarakat dunia. Beberapa
pertemuan internasional mendasari pergerakan menuju pendidikan yang
berkualitas bagi semua anak melalui pendidikan inklusi. Landasan hukum
dan landasan konseptual menjadi landasan bagi gerakan menuju pendidikan
inklusif. Termasuk Indonesia, diantaranya adalah
a) deklarasi hak asasi manusia, 1948
b) konveksi hak anak, 1989
c) konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua, 1990
d) persamaan kesempatan bagi orang berkelainan, 1993
e) pernyataan salamanca tentang pendidikan inklusi, 1994
f) komitmen dasar mengenai pendidikan untuk semua, 2000
g) deklarasi Bandung tahun 2004

- Pembagian Pendidikan Inklusi


a) Inklusi tunanetra adalah pendidikan inklusi bagi anak yang mengalami
gangguan penglihatan atau rusak penglihatannya ( buta total ) .
pendidikan inklusi tunanetra ini peserta didik diberi alat bantu software
JOS yang di install pada PC atau laptop, sehingga semua tulisan dapat
diubah menjadi bunyi oleh software tersebut.
b) Inklusi tunarungu adalah pendidikan inklusi untuk anak yang
kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga
mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal. Untuk alat bantu
yang digunakan adalah menggunakan bahasa mimik atau bahasa isyarat
c) Inklusi tunadiaksa adalah pendidikan inklusi untuk anak yang
mengalami cacat fisik berupa tidak memiliki anggota tubuh ( tangan
dan kaki ) ataupun jika punya kaki maupun tangannya tidak dapat
berfungsi secara baik

- Manfaat Pendidikan Inklusi


Pelaksanaan pendidikan inklusi akan mampu mendorong terjadinya
perubahan sikap lebih positif dari peserta didik terhadap adanya perbedaan
melalui pendidikan yang dilakukan secara bersama-sama dan pada akhirnya
akan mampu membentuk sebuah kelompok masyarakat yang tidak
diskriminatif dan bahkan menjadi akomodatif terhadap semua orang.
Beberapa manfaat yang diperoleh dari pelaksaan pendidikan inklusi adalah

a) Bagi Siswa
1) sejak dini siswa memiliki pemahamanyang baik terhadap perbedaan
dan keberagaman.
2) munculnya sikap empati pada siswa secara alamiah.
3) munculnya budaya saling menghargai dan menghormati antar
siswa.
4) menurunkan terjadinya stigma dan labeling kepada semua anak,
khusunya pada anak berkebutuhan khusus dan penyandang cacat.
5) timbulnya budaya kooperatif dan kolaboratif pada siswa sehingga
memungkinkan adanya saling bantu antar satu dengan yang lainnya

b) Bagi Guru
1) lebih tertantang untuk mengembangkan berbagai metode
pembelajaran.
2) bertambahnya kemampuan dan pengetahuan guru tentang
keberagaman siswatermasuk keunikan, karakteristik, dan sekaligus
kebutuhannya.
3) Terjalinnya komunikasi dan kerja sama dalam kemitraan antar guru
dan guru ahli bidang lain.
4) menumbuhkembangkan sikap empati guru terhadao siswa termasuk
siswa penyandang cacat / siswa berkebutuhan khusus

c) Bagi Sekolah
1) memberikan kontribusi yang sangat besar bagi program wajib
belajar.
2) memberikan peluang terjadinya pemerataan pendidikan bagi semua
kelompok masyarakat
3) menggunakan biaya yang relatif lebih efisien
4) mengakomodasi kebutuhan masyarakat
5) meningkatkan kualitas layanan pendidikan
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu , kini dan masa yang akan datang terus berkembang
seiring dengan perkembangan sosial budaya dan iptek. Hasil – hasil dari pemikiran itu
disebut aliran-aliran atau gerakan baru dalam pendidikan .Aliran / gerakan tersebut
mempengaruhi pendidikan di seluruh dunia, termasuk pendidikan Indonesia.

Kajian tentang berbagai aliran atau gerak pendidikan itu akan memberikan pengetahuan dan
wawasan historis kepada tenaga kependidikan. Hal itu sangat penting agar para pendidik
dapat memahami, dan pada gilirannya kelak dapat memberi konstribusi terhadap dinamika
pendidikan itu. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa dengan pengetahuan dan
wawasan historis tersebut , setiap tenaga kependidikan diharapkan memiliki bekal yang
memadai dalam meninjau berbagai masalah yang dihadapi, serta pertimbangan yang tepat
dalam menetapkan kebijakan dan atau tindakan sehari-hari.

Dari aliran-aliran pendidikan diatas kita tidak bisa mengatakan bahwa salah satu yang paling
baik. Sebab penggunaannya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan,situasi, dan kondisinya
pada saat itu, karena setiap aliran memiliki dasar-dasar pemikiran sendiri. Aliran-aliran
pendidikan baru yang berkembang sebenarnya adalah pengembangan dari keempat aliran-
aliran klasik yang ada yaitu, (1) aliran empirisme,(2) aliran nativisme,(3) aliran
naturalism,dan (4) aliran konvergensi.

Pemikiran baru tentang pendidikan juga terdiri dari beberapa macam,yaitu : pengajaran alam
sekitar, pengajaran pusat perhatian,sekolah kerja, pengajaran proyek, sekolah alam dan
pendidikan berasrama.
DAFTAR PUSTAKA

(ant-45)Sumber: Suaramerdeka.Com

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai