Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

Disusun oleh:
1. Aisyah Meilinda
2. Endah Mireska
3. Evi Susianti
4. Hesti Wulandari

JURUSAN TADRIS PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN BENGKULU)

TAHUN 2014

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kekuatan dan pertolongan sehingga penulis bisa menyelesaikan
tugas makalah tentang “Hakikat Ilmu Pengetahuan“ tepat pada waktunya.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan arahan sehingga tugas yang diberikan dapat terselesaikan.

Penulis menyadari ketidaksempurnaannya makalah ini, oleh sebab itu diharapkan


kritik dan sarannya guna untuk perbaikan kedepan.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua, semoga
Tuhan Yang Maha Esa tetap melimpahkan karunia dan pertolongan-Nya kepada
kita semua dalam upaya untuk meraih kesuksesan. Amin.

Bengkulu, 17 Maret 2015

Penulis

2
PEMBAHASAN

1. Aliran-Aliran Pendidikan

Pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai pada zaman Yunani kuno


dan berkembang pesat di Eropa dan Amerika. Oleh sebaba itu aliran pendidikan klasik
berasal dari kedua kawasan tersebut. Pemikiran-pemikiran itu tersebar keseluruh dunia
melaui buku bacaan yang dibawa oleh orang-orang yang pergi belajar ke
Eropa/Amerika. Penyebaran itu menyebabkan pemikiran kawasan tersebut menjadi
acuan dalam menetapkan suatu kebijakan bidang pendidikan diberbagai negara.

Aliran-aliran klasik ini mewakili berbagai variasi pendapat tentang pendidikan,


ada yang pesimis dan optimis. Aliran yang pesimis memandang bahwa pendidikan
kurang bermanfaat karena dapat merusak pembawaan yang baik sejak lahir oleh anak
tersebut. Sedangkan orang-orang yang optimis berpendapat bahwa anak-anak itu seperti
tanah liat yang mudah di bentuk sesuka hati.

Sehubungan dengan kajian tentang aliran-aliran pendidikan, perbedaan


pandangan tersebut berpangkal pada perbedaan pandangan tentang perkembangan
manusia. Ada dua tradisi yang berbeda pandangan (tradisi ala J.Locke) berpendapat
bahwa manusia adalah makhluk pasif karena tergantung pada pengaruh lingkungannya,
dan (tradisi ala G.Leibnitz) berpendapat bahwa manusia itu aktif karena mampu
beraksi dan menentukan pilihannya sendiri. Dan pandangan kita bahwa
siswa/mahasiswa bukan hanya “receiver and transmitter” tetapi juga “generator of
information” dengan prinsip belajar CBSA.

Perbedaan pandangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia


tersebut menjadi dasar perbedaan pandangan tentang peran pendidikan terhadap
manusia, mulai dari yang pesimis hingga yang optimis. Aliarn-aliran itu pada umumnya
mengemukakan suatu faktor dominan, dengan suatu aliran dalam pendidikan akan
mengajukan gagasan untuk mengoptimalkan faktor tersebut dalam mengembangkan
manusia.

3
Beberapa aliran klasik antara lain :

a. Aliran empirisme
Aliran empirisme menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung pada
lingkungan, sedangkan pembawaan sejak lahir tidak dipentingkan. Pengalaman
yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya
berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun
diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan. Pengalaman
empirik yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam
menentukan perkembangan anak. Menurut pandangan empiris
(environmentalisme) pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab
pendidik dapat menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan
diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman yang sesuai dengan tujuan
pendidikan.
Aliran empirisme dipandang berat sebelah karena hanya mementingkan
pengalaman yang diperoleh dari lingkungan sedangkan kemampuan dasar yang
dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan. Meskipun demikian,
penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memeandang
manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, melalui modifikasi
tingkah laku.

b. Aliran nativisme
Aliran nativisme menekankan pada kemampuan dalam diri anak. Hasil
perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak
kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan
perkembangan anak. Hasil pendidikan tergantung pada pembawaan anak,
Schopenhour 9flsuf Jerman 1788-1860) berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah
dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena it, hasil kahir
pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir.
Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik
tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri. Istilah nativisme berasal

4
dari kata “natie” yang artinya adalah terlahir. Penganut pandangan ini mrnyatakan
lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam
memepengaruhi perkembangan anak.
Meskipun dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip
orangtuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada
orangtuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan perkembangan. Pandangan konvergensi akan memberikan
penjelasan tentang pentingnya faktor pembawaan atau hereditas dan lingkungan
dalam perkembangan anak. (G. Leibnetz : monad) inti pribadi yang mendorong
manusia untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan
dan kemauan sendiri, dan menempatkan mausia sebagai makhluk aktif yang
memepunyai kemauan bebas.

c. Aliran naturalisme
Aliran naturalisme berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan
mempunyai pembawaan buruk. Pembawaan baik anak juga akan menjadi rusak
karena dipengaruhi oleh lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa
justru dapat merusak pembawaan yang anak yang baik itu. Pendidikan harus
dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berarti dapat menjauhkan
anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat (artificial) dan dapat memebawa
anak kembali ke alam untuk mempertahankan segala yang baik.

d. Aliran konvergensi
Aliran konvergensi ada umumnya diterima oleh masyarakat secara luas
sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia.
Meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor mana yang
paling penting dalam menetukan tumbuh kembang itu. Variasi itu dapat
menyebabkan munculnya berbagai teori/model belajar mengajar seperti contohnya
rumpun model behavorial (umpama model belajar tuntas, model belajar kontrol
diri sendiri, model belajar simulasi), rumpun model pemrosesan informasi (model
mengajari inkuiri, model presentase, kerangka dasar , model pengembangan). Dari

5
sisi lain, variasi pendapat itu juga melahirkan berbagai pendapat/gagasan tentang
belajar mengajar, seperti peranan guru sebagai fasilator, teknik penilaian
pencapaian siswa dengan tes objektif atau tes esai, perumusan tujuan pengajaran
yang sangat behavorial, penekanan pada peran teknologi pengajaran.

2. Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di


Indonesia

a. Pengajaran Alam Sekitar


Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah
gerakan pengajaran alam sekitar,perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di
Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll Leven.
Dalam pendidikan alam sekitar ditanamkan pemahaman, apresiasi, pemanfaatan
lingkungan alami dan sumber-sumber pengetahuan di luar sekolah yang semuanya
penting bagi perkembangan peserta didik sehingga peserta didik akan
mendapatkan kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi dunia nyata.
Melali penjelajahan alam yang dlakukan, maka peserta didik akan menghayati
secara langsung tentang keadaan alam sekitar, belajar sambil mengerjakan sesuatu
dengan serta merta memanfaatkan waktu senggangnya.

b. Pengajaran Pusat Perhatian


Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia
dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang
pengajaran global. Pengajaran disusun menurut pusat perhatian anak. Dari pusat
perhatian ini kemudian diambil pelajaran-pelajaran lain. Dalam pengajaran ini
anak selalu bekerja sendiri tanpa ditolong dan dilayani.

c. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari
pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam
pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar pendidikan mengembangkan

6
pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H. Pestalozzi meng majarkan bermacam-
macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya. Menurut George Kerschenteiner
bentuk sekolah untuk menjadi warga negara yang baik yaitu mendidik anak agar
pekerjaannya tidak merugikan masyarakat dan justru memajukannya. Oleh
karena itu sekolah wajib menyiapkan peserta didik untuk suatu pekerjaan.
Pekerjaan tersebut hendaknya juga untuk kepentingan negara. Jadi yang menjadi
pusat tujuan pengajaran adalah kerja untuk menatap masa depan.

d. Pengajaran Proyek
Dikembangkan oleh W.H. Kilpatrick. Ia menanamkan pengajaran proyek
sebagai satu kesatuan tugas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan
dikerjakan bersama-sama dengan kawan-kawannya. Menurut Kilpatrick, dengan
tetap duduk di bangku masing-masing, maka pembentukan watak para peserta
didik tidak dapat terlaksana. Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai
salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nama pengajaran
proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa
pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan
memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut
makin lama makin penting, utamanya masyarakat maju.

3. DUA ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA

Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia itu di Indonesia itu


dimaksudkan adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan
INS Kayu Tanam. Kedua aliran tersebut dipandang sebagai tonggak pemikiran
tentang pendidikan di Indonesia.

1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa


Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara
pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya

7
mulai didirikan Taman Indria (Taman Kanak-Kanak), Kursus Guru, dan
selanjutnya Taman Muda (SD), disusul Taman Dewasa dan Taman Guru.
Sekarang ini telah dikembangkan sehingga meliputi pula Taman Madya,
Prasarjana, Sarjana Wiyata. Dengan demikian Taman Siswa telah meliputi semua
jenjang persekolahan, dari jenjang pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.

a. Asas dan Tujuan Taman Siswa


Asas Taman Siswa
1. Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan
terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
2. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang
dalam arti lahir dan batin dapat memerdekan diri.
3. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan
sendiri.
4. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada
seluruh rakyat.
5. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka harus
mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
6. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keiklasan lahir dan batin
untuk mengobarkan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan
kebahagiaan anak-anak.

Kemudian ditambahkan dengan:

1. asas kemerdekaan
2. asas kodrat alam
3. asas kebudayaan
4. asas kebangsaan
5. asas kemanusiaan.
Tujuan Taman Siswa terbagi menjadi dua jenis, yakni tujuan yayasan atau
keseluruhan perguruan dan tujuan pendidikan.

8
1. Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat
tertib dan damai, dalam keterangan “Asas Taman Siswa” tahun 1992 pasal
1.
2. Membangun abak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin,
luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota
masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa,
tanah air, serta manusia pada umumnya.

b. Upaya-upaya yang dilakukan Taman Siswa


Beberapa usaha yang dilakukan oleh taman siswa adalah menyiapkan
peserta didik yang cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang lingkup
eksternal Taman siwa membentuk pusat-pusat kegiatan kemasyarakatan.

c. Hasil-hasil yang Dicapai


Taman siswa telah berhasil menemukakan gagasan tentang pendidikan
nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman indria sampai Sarjana Wiyata.
Taman siswa pun telah melahirkan alumni alumni besar di Indonesia.

2. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam


Ruang Pendidik INS (Indonesia Nederlandsche School) didirikan oleh
Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (sumatera
Barat).

a. Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam


Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS mempunyai asas-asas sebagai
berikut
a. Berpikir logis dan rasional
b. Keaktifan atau kegiatan
c. Pendidikan masyarakat
d. Memperhatikan pembawaan anak
e. Menentang intelektualisme

9
Dasar-dasar tersebut kemudian disempurnakan dan mencakup berbagai
hal, seperti: syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin dicapai, dan
sebagainya.

a. Tujuan Ruang pendidik INS Kayu Tanam adalah:


1. Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
2. Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
4. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung
jawab.
5. Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.

b. Upaya-upaya Ruang Pendidik INS Kayu Tanam


Beberapa usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam antara
lain menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan, menyiapkan tenaga guru
atau pendidik, dan penerbitan majalah anak-anak Sendi, serta mencetak buku-
buku pelajaran.

c. Hasil-hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam


Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mengupayakan gagasan-gagasan
tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan keterampilan/kerajinan),
beberapa ruang pendidikan (jenjang persekolahan), dan sejumlah alumni.

DAFTAR PUSTAKA

10
Mudyahardjo,Redja.2001.Pengantar Pendidikan.Jakarta:PT Rajawali Grafindo.

Suhartono,Suparlan.2008.Wawasan Pendidikan Sebuah Pengantar


Pendidikan.Jogjakarta:Ar-Ruz Media.

Tirtaraharja,Umar.2005.Pengantar Pendidilan.Jakarta:Rineka Cipta.

http://www.academia.edu/3076170/Aliran-aliran_teori_pendidikan

http://arafah127.blogspot.com/p/aliran-aliran-pendidikan.html

http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/20/bab-vi-aliran-aliran-pendidikan/

11

Anda mungkin juga menyukai