ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Disusun oleh:
1. Aisyah Meilinda
2. Endah Mireska
3. Evi Susianti
4. Hesti Wulandari
(IAIN BENGKULU)
TAHUN 2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kekuatan dan pertolongan sehingga penulis bisa menyelesaikan
tugas makalah tentang “Hakikat Ilmu Pengetahuan“ tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan arahan sehingga tugas yang diberikan dapat terselesaikan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua, semoga
Tuhan Yang Maha Esa tetap melimpahkan karunia dan pertolongan-Nya kepada
kita semua dalam upaya untuk meraih kesuksesan. Amin.
Penulis
2
PEMBAHASAN
1. Aliran-Aliran Pendidikan
3
Beberapa aliran klasik antara lain :
a. Aliran empirisme
Aliran empirisme menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung pada
lingkungan, sedangkan pembawaan sejak lahir tidak dipentingkan. Pengalaman
yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya
berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun
diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan. Pengalaman
empirik yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam
menentukan perkembangan anak. Menurut pandangan empiris
(environmentalisme) pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab
pendidik dapat menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan
diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman yang sesuai dengan tujuan
pendidikan.
Aliran empirisme dipandang berat sebelah karena hanya mementingkan
pengalaman yang diperoleh dari lingkungan sedangkan kemampuan dasar yang
dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan. Meskipun demikian,
penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memeandang
manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, melalui modifikasi
tingkah laku.
b. Aliran nativisme
Aliran nativisme menekankan pada kemampuan dalam diri anak. Hasil
perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak
kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan
perkembangan anak. Hasil pendidikan tergantung pada pembawaan anak,
Schopenhour 9flsuf Jerman 1788-1860) berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah
dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena it, hasil kahir
pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir.
Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik
tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri. Istilah nativisme berasal
4
dari kata “natie” yang artinya adalah terlahir. Penganut pandangan ini mrnyatakan
lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam
memepengaruhi perkembangan anak.
Meskipun dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip
orangtuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada
orangtuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan perkembangan. Pandangan konvergensi akan memberikan
penjelasan tentang pentingnya faktor pembawaan atau hereditas dan lingkungan
dalam perkembangan anak. (G. Leibnetz : monad) inti pribadi yang mendorong
manusia untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan
dan kemauan sendiri, dan menempatkan mausia sebagai makhluk aktif yang
memepunyai kemauan bebas.
c. Aliran naturalisme
Aliran naturalisme berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan
mempunyai pembawaan buruk. Pembawaan baik anak juga akan menjadi rusak
karena dipengaruhi oleh lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa
justru dapat merusak pembawaan yang anak yang baik itu. Pendidikan harus
dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berarti dapat menjauhkan
anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat (artificial) dan dapat memebawa
anak kembali ke alam untuk mempertahankan segala yang baik.
d. Aliran konvergensi
Aliran konvergensi ada umumnya diterima oleh masyarakat secara luas
sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia.
Meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor mana yang
paling penting dalam menetukan tumbuh kembang itu. Variasi itu dapat
menyebabkan munculnya berbagai teori/model belajar mengajar seperti contohnya
rumpun model behavorial (umpama model belajar tuntas, model belajar kontrol
diri sendiri, model belajar simulasi), rumpun model pemrosesan informasi (model
mengajari inkuiri, model presentase, kerangka dasar , model pengembangan). Dari
5
sisi lain, variasi pendapat itu juga melahirkan berbagai pendapat/gagasan tentang
belajar mengajar, seperti peranan guru sebagai fasilator, teknik penilaian
pencapaian siswa dengan tes objektif atau tes esai, perumusan tujuan pengajaran
yang sangat behavorial, penekanan pada peran teknologi pengajaran.
c. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari
pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam
pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar pendidikan mengembangkan
6
pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H. Pestalozzi meng majarkan bermacam-
macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya. Menurut George Kerschenteiner
bentuk sekolah untuk menjadi warga negara yang baik yaitu mendidik anak agar
pekerjaannya tidak merugikan masyarakat dan justru memajukannya. Oleh
karena itu sekolah wajib menyiapkan peserta didik untuk suatu pekerjaan.
Pekerjaan tersebut hendaknya juga untuk kepentingan negara. Jadi yang menjadi
pusat tujuan pengajaran adalah kerja untuk menatap masa depan.
d. Pengajaran Proyek
Dikembangkan oleh W.H. Kilpatrick. Ia menanamkan pengajaran proyek
sebagai satu kesatuan tugas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan
dikerjakan bersama-sama dengan kawan-kawannya. Menurut Kilpatrick, dengan
tetap duduk di bangku masing-masing, maka pembentukan watak para peserta
didik tidak dapat terlaksana. Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai
salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nama pengajaran
proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa
pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan
memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut
makin lama makin penting, utamanya masyarakat maju.
7
mulai didirikan Taman Indria (Taman Kanak-Kanak), Kursus Guru, dan
selanjutnya Taman Muda (SD), disusul Taman Dewasa dan Taman Guru.
Sekarang ini telah dikembangkan sehingga meliputi pula Taman Madya,
Prasarjana, Sarjana Wiyata. Dengan demikian Taman Siswa telah meliputi semua
jenjang persekolahan, dari jenjang pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
1. asas kemerdekaan
2. asas kodrat alam
3. asas kebudayaan
4. asas kebangsaan
5. asas kemanusiaan.
Tujuan Taman Siswa terbagi menjadi dua jenis, yakni tujuan yayasan atau
keseluruhan perguruan dan tujuan pendidikan.
8
1. Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat
tertib dan damai, dalam keterangan “Asas Taman Siswa” tahun 1992 pasal
1.
2. Membangun abak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin,
luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota
masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa,
tanah air, serta manusia pada umumnya.
9
Dasar-dasar tersebut kemudian disempurnakan dan mencakup berbagai
hal, seperti: syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin dicapai, dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
10
Mudyahardjo,Redja.2001.Pengantar Pendidikan.Jakarta:PT Rajawali Grafindo.
http://www.academia.edu/3076170/Aliran-aliran_teori_pendidikan
http://arafah127.blogspot.com/p/aliran-aliran-pendidikan.html
http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/20/bab-vi-aliran-aliran-pendidikan/
11