Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN
ALIRAN PENDIDIKAN

Di susun oleh :

Miftah Khaliful Umar 202214502195

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Aliran-Aliran Klasik Dan Modern
Dalam Pendidikan” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pengantar
Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
pandangan aliran klasik dan modern dalam dunia pendidikan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Wahyu Utama, M.Pd. Yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap
kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan
pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran
pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman yunani kuno
sampai kini. Oleh karena itu bahasan tersebut hanya dibatasi pada beberapa rumpun aliran
klasik, pengaruh sampai saat ini dan dua tonggak penting dalam kehidupan.

B. Tujuan
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengantar pendidikan
2. Memahami tentang aliran-aliran pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aliran-Aliran Pendidikan


laksanaan pendidikan dan gagasan selalu dinamis sesuai dengan dinamika
manusia dan masyarakat sejak dulu hingga sekarang pendidikan selalu mengalami
perkembangan iptek yang berkembang di negara kita saat ini. Di dalam berbagai
kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tantang aliran-
aliran, telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini. Untuk itu kita sebagai
generasi penerus harus mengembangkan kebudayaan belajar mengajar dalam
pendidikan agar lebih baik dari sebelumnya agar negara lebih maju dan berkembang.
Pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang telah dimulai pada zaman
Yunani kuno, dan dengan kontribusi berbagai bagian dunia lainnya akhirnya
berkembang dengan pesat di Eropa dan Amerika Serikat. Oleh karena itu aliran-aliran
klasik atau gerakan-gerakan baru berasal dari kedua kawasan itu. Pemikiran-pemikiran
itu berkembang diseluruh dunia termasuk indonesia dibawa oleh orang-orang yang
beajar di Eropa atau Amerika Serikat sehingga mudah berkembang di Indonesia.
Penyebaran itu mengakibatkan pemikiran-pemikiran dari kedua kawasan itu umumnya
menjadi acuan dalam penetapan kebijakan di bidang kebijakan diberbagai negara.
Aliran-aliran klasik yang meliputi aliran Empirisme, Nativisme, Naturalisme
dan Konvergensi merupakan benang-benang merah yang menghubungkan pemikiran-
pemikiran pendidikan masa lalu, kini dan mungkin yang akan datang. Aliran-aliran
tersebut mewakili berbagai variasi pendapat tentang pendidikan mulai dari yang
terendah sampai tingkat yang tinggi, seperti SD, SMP sedangkan yang tertinggi SMA
dan sekolah perguruan tinggi. Aliran-aliran bervariasi tentang pendapat mengenai
pendidikan, mulai dari yang pesimis memandang bahwa pendidikan kurang bermanfaat,
bahkan merusak masa depan anak untuk mengembangkan bakatnya, sedangkan aliran
optimisme memandang anak seakan-akan tanah liat yang dapat dibentuk sesuka hati.
Selanjutnya terdapat gagasan juga yang bersifat satu gerakan dalam pendidikan yang
pengaruhnya masih berpengaruh pada saat ini, yakni pengajaran alam sekitar,
pengajaran pusat perhatian, sekolah, kerja dan pengajaran proyek.
Gerakan-gerakan tersebut sangat berpengaruh pada cara guru dalam mengelola
kegiatan belajar mengajar di sekolah seperti telah dikemukakan bahwa pengajar
merupakan pilar terpenting dan pembelajaran di sekolah, utamanya kalau dilakukan
pembelajaran sekaligus mendidik siswa didik agar lebih baik.
A. Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran
Pendidikan di Indonesia.

Manusia merupakan makhluk yang tidak dapat ditebak dalam pemikirannya,


sehingga mampu menjelajah angkasa luar tetapi angkasa dalamnya masih belum cukup
diketahui. Sehubungan dengan kajian tentang aliran-aliran pendidikan, perbedaan
pandangan itu berawal dari perbedaan pandangan tentang perkembangan manusia itu
sendiri. Terdapat perbedaan penekanan didalam suatu teori kepribadian tertentu tentang
faktor manakah yang paling berpengaruh dalam perkembangan kepribadian.
Perkembangan kepribadian itu bisa dipengaruhi oleh lingkungan karena dalam
lingkungan sehari-hari dapat mempengaruhi kepribadian seseorang, bila dalam
lingkungan memberi contoh tidak baik maka kepribadian seorang tersebut juga tidak akan
baik, seperti keluarga yang harus memberikan contoh kepada keturunannya agar mereka
lebih baik dan dapat menjadi contoh di lingkungan dimana mereka tinggal.

Teori-teori dari strategi behavioral dan strategi phenologis menekankan faktor


belajar. Kedua strategi ini menekankan faktorbelajar. Tetapi mengemukakan pandangan
yang berbeda tentang bagaimana proses belajar itu terjadi, akibat perbedaan pandangan
tentang hakikat manusia. Strategis behavioral tergantung pada lingkungannya sedang
strategi fenomenalogis memandang manusia sebagai makhluk aktif yang mampu beraksi
dan melakukan pilihan-pilihan sendiri.

Perbedaan pandangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia


tersebut menjadi dasar perbedaan pandangan tentang peran pendidikan terhadap manusia,
mulai dari yang paling pesimis sampai aliran-aliran itu pada umumnya mengemukakan
satu faktor dominan tertentu saja, dan dengan demikian, suatu aliran dalam pendidikan
akan mengajukan gagasan untuk mengoptimalkan faktor tersebut untuk mengembangkan
manusia.
1. Aliran Empirisme

Menurut aliran ini manusia itu dilahirkan putih bersih seperti kertas putih,
artinya tidak membawa potensi apa-apa. Perkembangan selanjutnya tergantung pada
pendidikan dan lingkungan. Pendidik memegang peranan penting dengan
menyediakan lingkungan pendidikan yang akan diterima oleh anak sebagai
pengalaman guru dan orang tua paling menentukan hasil pendidikan. Pendidikan
dibentuk oleh pengalaman, bukan tergantung dari dasar diri anak. Locke menyarankan
bahwa guru dan orang tua berperan sebagai model, menunjukkan kualitas tingakh
laku yang baik. Anak-anak harus ditunjukkan tentang dunia sebagaimana adanya,
termasuk kejelekan dan bahaya sehingga akan menyadari apa yang harus dihindari
dan apa yang harus dicapai. Menurut pandangan empirisme pendidik memegang
peranan yang sangat penting sebab pendidikan kepada anak menyediakan lingkungan
pendidikan kepada anak dna akan diterima oelh anak sebagai pengalaman.
Pengalaman itu tentunya yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan


peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar
yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam
kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena mempunyai bakat tersendiri,
meskipun lingkungan disekitarnya tidak mendukung keberhasilan ini disebabkan oleh
adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan atau
kemauan, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat
atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran
ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai
makhluk yang pasif dan dapat diubah, umpamanya melalui modifikasi tingkah laku.
Hal itu tercermin pada pandangan scientific psycology Skinner ataupun dengan
behavioral. Behaviorisme itu menjadikan prilaku manusia tampak keluar sebagai
sasaran kajianya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil
belajar semata-mata. Meskipun demikian, pandangan-pandangan behavioral ini juga
masih bervariasi dalam menentukan faktor apakah yang paling utama dalam proses
belajar itu sebagai berikut :
a. Pandangan yang menekankan peranan pengamatan dan imitasi.
b. Pandangan yang menekankan peranan dari dampak ataupun balikan dari
sesuatu perilaku.
c. Pandangan yang menekankan peranan stimulus atau rangsangan terhadap
perilaku.

Seperti yang akan dikemukakan pada butir atau aliran konvergensi pada
bagian ini, beberapa pendapat dalam pandangan behavioral tersebut tidak lagi
sepenuhnya ala ”Tabula Rasa” dari J. Locke, karena telah mulai diperhatikan pula
faktor-faktor internal dari manusia.
2. Aliran Natifisme

Aliran ini ditokohi Schopen Hauwer (Jerman : 1788-1860) berpendapat bahwa


manusia dilahirkan dengan potensi-potensi yang sudah jadi, sehingga faktor
pendidikan dan lingkungan tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak, yang
baik akan menjadi baik dan yang jelek akan menjadi jelek. Aliran ini berpendapat
sekalipun diperlukan pendidikan, pendidikan tersebut hanya bertujuan untuk
memelihara dan mengembangkan potensi yang dibawa sejak lahir. Hasil
perkembangan anak tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak
kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan
anak. Oleh karena itu hasih akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah
dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan pendidikan
ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan
perkembangan anak sendiri. Istilah nativisme dari asal kata Native yang berarti
terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak
akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini
menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi
jahat. Sebaliknya kalau anak mempunyai pembawaan baik maka ia akan menjadi
orang baik. Pembawaan buruk dan baik ini tidak dapat diubah dari kekuatan luar.

Meskipun dalam sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya


(secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat dan sifat dari orang tuanya. Tetapi
pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan
perkembangan. Masih banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan anak dalam menuju kedewasaan. Pandangan konvergensi akan
memberikan penjelasan tentang pentingnya kedua faktor yaitu pembawaan atau
hereditas dan lingkungan dalam perkembangan anak. Terdapat suatu pokok pendapat
aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu terdapat
suatu ’inti’ pribadi yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong
manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang menempatkan
manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai kemauan bebas.

Meskipun pandangan ini mengakui pentingnya belajar, namun pengalaman


dalam belajar. Itu ataupun penerimaan dan persepsi seorang banyak ditentukan oleh
kemampuan memberi makna kepada apa yang dialaminya itu. Pendekatan ini sangat
mementingkan pandangan holistik (menyeluruh, gestait) serta pemahaman perilaku
orang dari sudut pandang si empunya perilaku itu. Terdapat variasi pendapat dari
pendekatan phenomenologi/humanistik tersebut sebagai berikut :
1. Pendekatan aktualisasi diri atau non direktif.
2. Betapa pentingnya memahami hubungan ”transaksi” antara manusia dan
lingkungannya sebagai bekal awal memahami perilakunya.
3. Pendekatan ”gestait” baik yang klasik maupun pengembangan selanjutnya.
4. Pendekatan ”search for meaning” dengan aplikasinya sebagai logotherapy
dari viktor franki yang mengungkapkan betapa pentingnya semangat (human
spirit) untuk mengatasi berbagai tantangan masala yang dihadapi.
3. Aliran Naturalisme

tokoh aliran ini adalah JJ. Rousseau (Perancis : 1712-1778). Menurut aliran ini
manusia itu pada waktu lahir mempunyai pembawaan baik karena pada dasarnya
manusia baik karena pada dasarnya biarkan berkembang baik di alamnya. Hukum
yang mutlak bagi pendidikan masa anak-anak ialah tindakan belajar mengajak.

Tokoh aliran ini William Sterm (Jerman 1871-1939) yang berpendapat bahwa
anak sejak lahir membawa potensi-potensi namun dalam perkembangan selanjutnya
tergantung pendidikan dan lingkunganya. Pembawaan tidak akan berkembang dengan
baik manakala tidak ada dukungan pendidikan dan aturan lingkungan. Sebaliknya
pendidikan atau lingkungan tidak akan berhasil dengan baik manakala pada diri anak
tidak ada pembawaan yang mendukungnya. Seorang anak memang mempunyai
potensi-potensi yang berbeda-beda pada dirinya, jika potensi tersebut tidak
dikembangkan tidak akan dapat ditunjukkan oleh seseorang tersebut. Lingkungan juga
dapat mempengaruhi perkembangan dalam potensi-potensi anak. J.J Rousseau ingin
menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat (artificia)
sehingga kebaikan anak-anak yang memperoleh secara alamiah sejak saat
kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas.

4. Aliran Konvergensi

perintis aliran ini adalah William Sterm (1871-1938) seorang ahli pendidikan
bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia ini sudah
disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Itu semua tergantung pada
lingkungan dan perkembangan potensi anak dalam belajar menyikapi perilakunya
agar dapat menjadi lebih baik. Tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk
perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan
perkembangan anak yang optimal kalau memang dalam diri anak tidak dapat
menghasilkan perkembangan anakyang optimal kalau memang diri anak tidak
terdapat bakat yang mengembangkan itu. Kemampuan dua orang anak (yang tinggal
dalam satu lingkungna yang sama) untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu
disebabkan oleh adanya perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaan situasi
lingkungan, biarpun lingkungnan kedua anak tersebut menggunakan bahasa sama.

5. Pengaruh aliran klasik terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia.

Aliran-aliran pendidikan yang klasik mulai dikenal di indonesia melalui


upaya-upaya pendidikan, utamanya persekolahan, dari penguasa penjajah Belanda dan
disusul kemudian oleh orang-orang Indonesia yang belajar di negeri Belanda pada
masa penjajahan seperti diketahui, sistem persekolahan diperkenalkan oleh
pemerintah kolonial Belanda di Indonesia, sebelum masa itu pendidikan di seluruh
masyarakat, keluarga belum dikenal.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari aliran-aliran tersebut maka dapat kita simpulkan beberapa perbedaan


pandangan dalam pendidikan. Namun juga ada penggabungan dari beberapa aliran
konvergensi, mempertemukan pandangan nativisme dan empirisme.

Pembawaan tidak akan berkembang dengan baik manakala tidak ada


dukungan pendidikan dan atau lingkungan. Sebaliknya pendidikan dan atau
lingkungan tidak akan berlangsung dengan baik manakala pada diri anak tidak ada
pembawaan yang mendukungnya.

DAFTAR PUSTAKA

Juhri, 2009. Landasan dan Wawasan Pendidikan. Lampung. Lemut UM Metro Press.

Anda mungkin juga menyukai