Anda di halaman 1dari 9

Makalah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan

Pemikiran Tentang Pendidikan

Disusun oleh :

Fadhil Alhafiz (21087234)

Fadly Fornando (21087235)

Rezicha Williandi Gusman (21087172)

Rio Kamaratongga Edila (21087177)

Dosen Pembimbing :

Drs. Syafril, M.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2022
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Pendidikan menduduki posisi penting dalam pembangunan suatu bangsa.
Pendidikan berpengaruh pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat
menentukan nasib bangsa.

Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika


manusia dan masyarakat. Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu
selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial-budaya dan
perkembangan iptek. Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu
disebut aliran-aliran pendidikan. Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal
hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi
muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari tuannya.
Didalm berbagai kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran
tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini (seperti :
Ulich, 1950)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pemikiran klasik yang menyatakan tentang pendidikan ?
2. Apa saja menurut pemikiran baru tentang pendidikan ?
3. Apa yang dimaksud dengan pemikiran inklusi ?
4. Bagaimana dengan implementasi pemikiran baru tentang pendidikan ?
5. Bagaimana dengan implikasi pemikiran Klasik, dan pemikiran baru dalam
pendidikan ?
1.3 Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui beberapa pemikiran tentang pendidikan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran klasik tentang pendidikan tersebut.
3. Untuk mengetahui pemikiran baru tentang pendidikan.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemikiran inklusi.
5. Untuk mengetahui imlementasi pemikiran baru tentang pendidikan.
6. Untuk mengetahui implikasi dari pemikiran klasik dan pemikran baru dalam
pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Beberapa pemikiran tentang Pendidikan


1. Pemikiran klasik
Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme,
naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering
digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan
dengan perkembangan zaman.
a. Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang
mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan
menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa
perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan
pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam
kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa
stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun
diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh
perintisnya adalah John Locke.
b. Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang
menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan
termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh
pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang
berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
c. Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat
bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK.
Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan.
Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak
pembawaan baik anak itu.
d. Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat
bahwa seorang anak dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik
maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor
pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan
sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan
berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai
untuk perkembangan anak itu.
2. Pemikiran baru tentang Pendidikan
a. Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya
adalah gerakan pengajaran alam sekitar,perintis gerakan ini adalah Fr.
A. Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda
dengan Het Voll Leven.
b. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly
dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping
pendapatnya tentang pengajaran global. Decroly menyumbangkan dua
pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran,
yaitu:Metode Global dan Centre d’interet.
c. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi
dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan
keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar
pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H.
Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di
sekolahnya.
d. Pengajaran Proyek
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode
mengajar di Indonesia, antara lain dengan nam pengajaran proyek,
pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa
pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang
dan memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan
multidisiplin tersebut makin lama makin penting, utamanya masyarakat
maju.
e. Sekolah Alam
Kegagalan sistem pendidikan di Indonesia merangsang
tumbuhnya sekolah-sekolah alternatif yang diyakini memiliki mutu
pendidikan lebih baik dari sekolah biasa. Salah satu sekolah alternatif
yang kini banyak diminati ialah sekolah alam.
Konseptor sekolah alam Ir Lendo Novo menjelaskan, sekolah
alam yang dia pelopori merupakan suatu reaksi dari kegagalan
pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan Indonesia masih jauh dari
negara-negara lain, bahkan masih di bawah Vietnam. Ini berarti ada
yang salah dengan sistem pendidikan di negara ini, ujar Lendo Novo di
Jakarta, baru-baru ini.
Lebih dari 1.000 sekolah alam kini telah tumbuh di Indonesia.
Di kawasan Jakarta Bogor Depok Tanggerang Bekasi (Jabodetabek) saja
kini telah berdiri lebih dari 50 sekolah. Sekolah alam, menurut dia,
merupakan sekolah yang mengedepankan pembentukan akhlak dan
mental siswa dengan konsep mendekatkan diri pada alam. Metode
pembelajaran yang diterapkan juga berbeda.
Kami berusaha menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan membuat anak-anak senang dan merasa bahwa
belajar adalah suatu kebutuhan dan kesenangan, bukan sesuatu yang
membosankan dan harus dipaksakan, jelas Ketua Litbang Sekolah Alam
Indonesia Ciganjur, Novi Hardian.
Hampir seluruh sekolah alam yang ada memiliki konsep utama
yaitu upaya memaksimalkan potensi anak untuk tumbuh menjadi
manusia yang berkarakter, berakhlak mulia, berwawasan ilmu
pengetahuan dan siap menjadi pemimpin. Metode pengajaran sekolah
alam juga membuat bersekolah lebih menyenangkan dan anak tidak
merasa terpenjara.
Sekolah alam juga mendorong anak untuk aktif dan kreatif dan
bukan semata-mata mendapatkan materi yang diberikan oleh guru. Di
Sekolah Alam Indonesia, Ciganjur, misalnya, proses belajar lebih
banyak dilakukan melalui diskusi dan permainan.
Ilmu tidak hanya dijejali oleh guru, tetapi anak juga aktif
bereksplorasi. Ini melatih keberanian mengungkapkan pendapat, jelas
Novi. Konsep Tematik Hal serupa juga dilakukan oleh Sekolah Alam
Depok di Sawangan, Depok, Jawa Barat. Sekolah yang memiliki jenjang
pendidikan Pre-School, TK, dan SD itu juga mendorong siswanya untuk
aktif menemukan sendiri jawaban atas berbagai hal melalui buku-buku
di perpustakaan dan sumber-sumber lain.
Menurut Pendiri Sekolah Alam Depok Edi F Rizal Darma,
lahirnya sekolah alam adalah karena ingin menciptakan hubungan
belajar tanpa sekat antara guru dan murid. Selama ini kan arah belajar di
sekolah selalu dari guru ke murid, sehingga ada jarak antara mereka.
Sekolah alam ini muncul sebagai sekolah yang non-classical dan tanpa
sekat, jelas Edi.
Sekolah alam pada umumnya menggunakan konsep tematik.
Setiap tema dibahas dari berbagai sisi akhlak, seni, bahasa,
kepemimpinan, dan ilmu pengetahuan. Tiap tingkatan memiliki
sejumlah tema pembahasan yang berbeda-beda.
Selain memiliki metode dan visi yang berbeda dari sekolah pada
umumnya, sesuai dengan namanya, suasana yang disuguhkan pun
membuat siswa dekat dengan alam. Rimbunnya pepohonan, lahan untuk
berkebun, bahkan sejumlah hewan ternak seperti angsa dan bebek
menjadi bagian dari suasana alami yang ada di sekolah alam. Ruang
kelas berupa bangunan semen dan bersekat-sekat tidak ada di sekolah
alam, yang ada hanyalah saung-saung belajar yang terbuat dari kayu
berukuran 5 x 5 meter dan beratap rumbia.
Menurut Edi, saung sebagai tempat belajar selain dapat lebih
dekat dengan alam, juga sebagai ciri khas bangsa Indonesia. Selain itu,
pembuatan saung juga lebih murah dibanding dengan membangun
ruangan beton yang berpendingin udara.
Lendo Novo menjelaskan, konsep sekolah alam dengan saung
memang cocok untuk Indonesia, yang beriklim tropis. Sekolah kan tidak
harus di kelas. Justru dengan belajar di saung yang tanpa meja dan kursi
akan menimbulkan suasana yang lebih bebas bagi siswanya, katanya.
Namun, proses belajar siswa tidak hanya dilakukan di saung, tapi
juga di kebun atau belajar keluar, dengan mengunjungi sejumlah tempat
yang terkait dengan tema pembelajaran. Anak-anak belajar Fisika,
Biologi, Matematika dan mata pelajaran lainnya langsung dengan
mempraktikkannya dari alam. Dengan menggunakan sistem learning by
doing, penyerapan materi oleh siswa bisa mencapai 90 persen, jelas
Lendo Novo.
Hal senada juga diungkapkan Novi. Menurut dia, dengan
berhubungan dekat dengan alam, siswa akan lebih bijak karena semakin
menghargai alam dan mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.
Diharapkan lulusan sekolah kami dapat menjadi anak yang ramah
terhadap lingkungan dan tidak ada lagi yang menebang pohon
sembarangan, jelasnya.
Pelajaran di sekolah alam juga padat dengan materi keagamaan.
Di Sekolah Alam Depok, pada pagi hari dan sebelum pulang sekolah,
siswa melakukan tahfidz, yaitu melancarkan hapalan Al-Quran.
Menurut Edi, berbagai keunggulan itulah yang menyebabkan banyak
orang tua yang mempercayakan anak mereka bersekolah di sekolah
alam.
f. Pedidikan Berasrama (Boarding School)

Sekolah Berasrama adalah alternative terbaik buat para orang tua


menyekolahkan anak mereka dalam kondisi apapun. Selama 24 jam
anak hidup dalam pemantauan dan control yang total dari pengelola,
guru, dan pengasuh di seklolah-sekolah berasrama. Anak betul-betul
dipersiapkan untuk masuk kedalam dunia nyata dengan modal yang
cukup, tidak hanya kompetensi akademis, tapi skill-skill lainnya
dipersiapkan sehingga mereka mempunyai senjata yang ampuh untuk
memasuki dan manaklukan dunia ini. Di sekolah berasrama anak
dituntut untuk dapat menjadi manusia yang berkontribusi besar bagi
kemanusiaan. Mereka tidak hanya hidup untuk dirinya dan keluarganya
tapi juga harus berbuat untuk bangsa dan Negara. Oleh sebab itu
dukungan fasilitas terbaik, tenaga pengajar berkualitas, dan lingkungan
yang kondusif harus didorong untuk dapat mencapai cita-cita tersebut.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, kami dapat mengambil beberapa kesimpulan yakni :

1) Aliran nativisme mengungkapkan bahwa hasil pendidikan dan perkembangan manusia


itu ditentukan oleh pembawaan yang diperolehnya sejak anak itu dilahirkan.

2) Aliran naturalisme mengungkapkan bahwa pada hakekatnya semua anak manusia


adalah baik pada waktu dilahirkan yaitu dari sejak tangan sang pencipta namun rusak setelah
berada di tangan manusia atau karena dipengaruhi oleh lingkungan

3) Aliran empirisme mengungkapkan bahwa perkembangan anak menjadi manusia


dewasa itu ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang
diterimanya sejak kecil. Doktrin aliran empirisme yang sangat masyhur adalah “tabula
rasa” yang berarti batu tulis atau lembaran yang kosong. Doktrin ini menekankan arti
penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan, faktor orang tua dan keluarga terutama
sifat dan keadaan mereka sangat menentukan arah perkembangan masa depan anak. Sifat
orang tua merupakan gaya khas dalam bersikap dan memperlakukan anak.

4) Aliran Konvergensi Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan
anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan
yang sangat penting.Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai
pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia. Meskipun demikian
terdapat variasi mengenai factor-faktor mana yang paling penting dalam menentukan
tumbuhh kembang itu.

3.2 Saran

Dari pembahasan di atas, kami sebagai penulis menyarankan :

Diharapkan untuk tidak menyepelekan adanya pengetahuan tentang aliran-aliran


pendidikan, Diharapkan lebih bijak memilih atau mengaplikasikan teori-teori tersebut dalam
mendidik anak karena dengan kita tahu maka kita bisa menalaah sisi baik dan sisi buruk, sisi
yang cocok untuk diterapkan dalam pendidikan di zaman sekarang itu seperti apa proses
pembelajaran, terlebih pada tahap-tahap pembelajaran, diharapkan anak tersebut mampu
menghasilkan sesuatu yang optimal pada dirinya dan lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA

(ant-45)Sumber: Suaramerdeka.Com

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai