e. home schooling
Homeschooling adalah sebuah system pendidikan alternatif untuk anak selain di
sekolah. Dimana saat ini mulai perkembang di Indonesia , dan keberadaanya sah dan dijamin
undang - undang. Homeschooling mulai menjadi pilihan masyarakat sebagai alternatif
metode pendidikan karena beberapa hal, misalnya karena adanya keinginan masyarakat untuk
lebih fleksibel dalam mendidik anak, menyediakan system pendidikan yang lebih ramah
terhadap perkembangan anak, maupun menjamin bahwa proses belajar mengajar anak bisa
terlaksana secara maksimal.
Hal ini terjadi karena adanya keinginan para orang tua untuk memberikan pendidikan
terhadap anak yang lebih sesuai dengan bakat dan minat sang anak, maupun karena
disebabkan adanya kondisi di system pendidikan konvensional yang tidak bisa memuaskan
kehendak orang tua untuk mendidik anaknya, misalnya terjadi kasus kekerasan terhadap
anak, maupun system pendidikan masal yang mengakibatkan potensi anak kurang tergali
secara maksimal.
f. sekolah alam
Kegagalan sistem pendidikan di Indonesia merangsang tumbuhnya sekolah-sekolah
alternatif yang diyakini memiliki mutu pendidikan lebih baik dari sekolah biasa. Salah satu
sekolah alternatif yang kini banyak diminati ialah sekolah alam.
Konseptor sekolah alam Ir Lendo Novo menjelaskan, sekolah alam yang dia pelopori
merupakan suatu reaksi dari kegagalan pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan Indonesia
masih jauh dari negara-negara lain, bahkan masih di bawah Vietnam. Ini berarti ada yang
salah dengan sistem pendidikan di negara ini, ujar Lendo Novo di Jakarta, baru-baru ini.
Lebih dari 1.000 sekolah alam kini telah tumbuh di Indonesia. Di kawasan Jakarta
Bogor Depok Tanggerang Bekasi (Jabodetabek) saja kini telah berdiri lebih dari 50 sekolah.
Sekolah alam, menurut dia, merupakan sekolah yang mengedepankan pembentukan akhlak
dan mental siswa dengan konsep mendekatkan diri pada alam. Metode pembelajaran yang
diterapkan juga berbeda.
Kami berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan membuat anak-
anak senang dan merasa bahwa belajar adalah suatu kebutuhan dan kesenangan, bukan
sesuatu yang membosankan dan harus dipaksakan, jelas Ketua Litbang Sekolah Alam
Indonesia Ciganjur, Novi Hardian.
Hampir seluruh sekolah alam yang ada memiliki konsep utama yaitu upaya
memaksimalkan potensi anak untuk tumbuh menjadi manusia yang berkarakter, berakhlak
mulia, berwawasan ilmu pengetahuan dan siap menjadi pemimpin. Metode pengajaran
sekolah alam juga membuat bersekolah lebih menyenangkan dan anak tidak merasa
terpenjara.
Sekolah alam juga mendorong anak untuk aktif dan kreatif dan bukan semata-mata
mendapatkan materi yang diberikan oleh guru. Di Sekolah Alam Indonesia, Ciganjur,
misalnya, proses belajar lebih banyak dilakukan melalui diskusi dan permainan.
Ilmu tidak hanya dijejali oleh guru, tetapi anak juga aktif bereksplorasi. Ini melatih
keberanian mengungkapkan pendapat, jelas Novi. Konsep Tematik Hal serupa juga dilakukan
oleh Sekolah Alam Depok di Sawangan, Depok, Jawa Barat. Sekolah yang memiliki jenjang
pendidikan Pre-School, TK, dan SD itu juga mendorong siswanya untuk aktif menemukan
sendiri jawaban atas berbagai hal melalui buku-buku di perpustakaan dan sumber-sumber
lain.
Menurut Pendiri Sekolah Alam Depok Edi F Rizal Darma, lahirnya sekolah alam
adalah karena ingin menciptakan hubungan belajar tanpa sekat antara guru dan murid.
Selama ini kan arah belajar di sekolah selalu dari guru ke murid, sehingga ada jarak antara
mereka. Sekolah alam ini muncul sebagai sekolah yang non-classical dan tanpa sekat, jelas
Edi.
Sekolah alam pada umumnya menggunakan konsep tematik. Setiap tema dibahas dari
berbagai sisi akhlak, seni, bahasa, kepemimpinan, dan ilmu pengetahuan. Tiap tingkatan
memiliki sejumlah tema pembahasan yang berbeda-beda.
Selain memiliki metode dan visi yang berbeda dari sekolah pada umumnya, sesuai
dengan namanya, suasana yang disuguhkan pun membuat siswa dekat dengan alam.
Rimbunnya pepohonan, lahan untuk berkebun, bahkan sejumlah hewan ternak seperti angsa
dan bebek menjadi bagian dari suasana alami yang ada di sekolah alam. Ruang kelas berupa
bangunan semen dan bersekat-sekat tidak ada di sekolah alam, yang ada hanyalah saung-
saung belajar yang terbuat dari kayu berukuran 5 x 5 meter dan beratap rumbia.
Menurut Edi, saung sebagai tempat belajar selain dapat lebih dekat dengan alam, juga
sebagai ciri khas bangsa Indonesia. Selain itu, pembuatan saung juga lebih murah dibanding
dengan membangun ruangan beton yang berpendingin udara.
Lendo Novo menjelaskan, konsep sekolah alam dengan saung memang cocok untuk
Indonesia, yang beriklim tropis. Sekolah kan tidak harus di kelas. Justru dengan belajar di
saung yang tanpa meja dan kursi akan menimbulkan suasana yang lebih bebas bagi siswanya,
katanya.
Namun, proses belajar siswa tidak hanya dilakukan di saung, tapi juga di kebun atau
belajar keluar, dengan mengunjungi sejumlah tempat yang terkait dengan tema pembelajaran.
Anak-anak belajar Fisika, Biologi, Matematika dan mata pelajaran lainnya langsung dengan
mempraktikkannya dari alam. Dengan menggunakan sistem learning by doing, penyerapan
materi oleh siswa bisa mencapai 90 persen, jelas Lendo Novo.
Hal senada juga diungkapkan Novi. Menurut dia, dengan berhubungan dekat dengan
alam, siswa akan lebih bijak karena semakin menghargai alam dan mendekatkan diri dengan
Sang Pencipta. Diharapkan lulusan sekolah kami dapat menjadi anak yang ramah terhadap
lingkungan dan tidak ada lagi yang menebang pohon sembarangan, jelasnya.
Pelajaran di sekolah alam juga padat dengan materi keagamaan. Di Sekolah Alam
Depok, pada pagi hari dan sebelum pulang sekolah, siswa melakukan tahfidz, yaitu
melancarkan hapalan Al-Quran. Menurut Edi, berbagai keunggulan itulah yang menyebabkan
banyak orang tua yang mempercayakan anak mereka bersekolah di sekolah alam.
Johan Heinrich Pestalozzi lahir di Zurich, Swiss pada tanggal 12 Januari 1746, dan
meninggal di Brugg pada tanggal 17 Februari 1827. Ayahnya seorang dokter ahli bedah
terkemuka berbangsa Italia yang beragama Protestan , namun beliau meninggal ketika Johan
berusia lima tahun. Dengan demikian Johan tumbuh dan besar di bawah asuhan ibunya.
Pengajaran pertama dia dapat dari kakeknya yang seorang pendeta.
Pada masa kecilnya, Pestalozzi merupakan anak yang tidak begitu tertarik dengan
tugas-tugas belajar yang menggunakan metode menghafal di sekolah, tetapi dia lebih
berminat dengan tugas-tugas yang menggunakan daya imajinasi. Kelainan sifatnya itu
dipengaruhi:
Selama masa kanak-kanak, keadaan tubuh Pestalozzi lemah sehingga menyebabkan
dia sering sakit-sakitan. Hal ini kemudian menyebabkan dia tidak dapat bergaul dan bermain
seperti anak laki-laki pada umumnya dan lebih merasa aman dalam hubungan dengan ibunya.
Di samping itu, fakta bahwa tidak adanya tokoh laki-laki yang mengambil peran
dalam keluarga Pestalozzi, membuat dirinya hidup dalam dunia khayalan. Alhasil, Pestalozzi
tampak memiliki kelainan sifat yang berbeda dengan teman-teman sebayanya, sehingga
akhirnya dia dijuluki Heinrich Bodoh dari Kota Aneh.
Di desa dia melihat masyarakat yang miskin dan menderita. Inilah yang mengilhami
Pestalozzi labih mengedepankan tujuan dari pada pendidikan. Cinta kasih dan perhatiannya
kepada rakyat miskin dan anak-anak itulah yang membuat Pestalozzi kemudian dinamakan
bapak sekolah rakyat atau pendidik rakyat. Tujuan pendidikan Pestalozzi adalah mengangkat
derajat status sosial umat manusia denagn mengembangkan semua aspek individualnya,
yaitu: otak, tangan dan hati. Pendidikannya bersifat kontinyu, wajar dan spontan.
Pendidikan yang ditempuh johann Heinrich Pestalozzi dimulai dengan memasuki
Sekolah Dasar , sekolah Menengah, kemudian memasuki Collegium Carollinum yaitu sebuah
sekolah lanjutan yang didirikan ada abad 8 kemudian dibangkitkan kembali pada abad 17.
Sebagai sekolah Humanist oleh seorang tokoh pembaharu agama yang liberal dan
Sarjana Klasik yaitu Ulrich Zwingli.
Di Akademi Pestalozzi belajar Bahasa dan Sastra Yunani, Yahudi, Sejarah,
Retorika serta Filsafat dibawah bimbingan professor yang berpikiran progresif beliau terus
mendorong dan mendukung idealism dan minat Pestalozzi terhadap reformasi social.
Untuk menopang hidupnya Pestalozzi menjadikan menulis sebagai karir.Tahun 1780
ia menulis artikel pada sebuah jurnal The Evening Hours Of A Hermit yang isinya
memerinci prinsip-prinsip pandangan pedegogik dalam bentuk aporisma.
Program-program Pestalozzi bertujuan membantu meletakkan dasar pendidikan pra-
sekolah kearah perkembangan sikap dan perilaku, pengetahuan, keterampilan ,kreativitas dan
daya cipta tinggi yang diperlukan oleh anak usia dini dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
b. Maria Montessori
Montessori dilahirkan di Ancona, Italia 1870, Ayahnya seorang pejabat sipil yang
berpengaruh namun masih memiliki pandangan konservatif tentang peran wanita di
masyarakat. Sebaliknya ibunya berpandangan wanita harus maju dan mencapai cita-citanya
sejauh mungkin yang dapat dicapai dalam hidup.
Pada usia 26 tahun Montessori menjadi dokter wanita pertama di Italia. Ia ditugaskan
menjabat sebagai bagian perawatan medis untuk menangani pasien dari rumah sakit jiwa dan
di sanalah ia menemui anak-anak keterbelakangan mental yang mempunyai cara mereka
sendiri untuk belajar. Hal ini merupakan sebab utama yang membakar kecintaannya pada
pendidikan dan dunia anak-anak. Dimulai dengan fasilitas tempat penitipan anak di salah satu
lingkungan termiskin di Roma, Montessori meletakkan berbagai teorinya dalam praktek.
Kedua metode itu dipengaruhi oleh pelatihan sebelumnya di bidang kedokteran, pendidikan,
dan antropologi.
Tokoh ini sangat identik dengan pendidikan di Indonesia. Dia dikenal sebagai Bapak
Pendidikan Nasional.Hari lahirnya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya
pun dipakai oleh Departemen Pendidikan RI sebagai jargon, yaitu tut wuri handayani, ing
madya mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberi dorongan, di tengah
menciptakan peluang untuk berprakarsa, di depan memberi teladan).
Ki Hajar Dewantara dilahirkan di Yogyakarta (2 Mei 1889) dengan nama Raden Mas
Soewardi Soeryaningrat. Semasa kecilnya, RM Soewardi Soeryaningrat sekolah di ELS (SD
Belanda). Kemudian, ia melanjutkan ke STOVIA (sekolah dokter bumiputra), namun tidak
tamat. Setelah itu, dia bekerja sebagai wartawan di Sedyotomo, Midden Java, De
Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Tulisan-tulisannya
sangat tajam dan patriotik sehingga membangkitkan semangat antipenjajahan.
Tahun 1943, ketika Jepang menduduki Indonesia, Ki Hajar Dewantara bergabung ke Pusat
Tenaga Rakyat (Putera).Di organisasi tersebut, dia menjadi salah seorang pimpinan bersama
Soekarno, Muhammad Hatta, dan K.H. Mas Mansur. Setelah Indonesia merdeka, ia pun
dipercaya menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan yang pertama.
Berbagai aktivitasnya dalam memperjuangkan pendidikan di tanah air sebelum hingga
Indonesia merdeka tersebut, membuatnya dianugerahui gelar doktor kehormatan oleh
Universitas Gadjah Mada (1957).
b. Mohammad Syafei
KH. Ahmad Dahlan dilahirkan di Kauman, Yogyakarta pada tahun 1868 dengan nama
kecil Muhammad Darwis. Beliau adalah putra keempat dari tujuh bersaudara pasangan KH.
Abu Bakar (seorang ulam dan khatib terkemuka mesjid besar Kesultanan Yogyakarta dan
Nyai Abu Bakar (putri dari H. Ibrahim yang menjabat sebagai penghulu kesultanan juga.
Dalam silsilah, disebutkan bahwa beliau masih keturunan yang kedua belas dari Maulana
Malik Ibrahim.
Sebagai seorang anak ulama, KH. Ahmad Dahlan yang memiliki nama kecil
Muhammad Darwis sudah belajar agama dan bahasa Arab kepada sang ayah. Setelah belajar
agama di kampungnya, beliau melanjutkan sekolah ke Mekah setelah sang xayah menyuruh
menunaikan rukun Islam kelima tahun 1883.
Saat berangkat ke Mekah untuk menuaikan haji, Muhammad Darwis masih berumur
15 tahun. Beliau sempat bermukim di Mekah selama lima tahun untuk memperdalam ilmu
agama seperti qira’at, tauhid, tafsir, fikih, ilmu mantiq dan ilmu falak. Setelah kembali dari
Mekah pada tahun 1902, beliau berganti nama menjadi Haji Ahmad Dahlan.
Satu tahun kemudian, beliau berkesempatan untuk memperdalam ilmu agama lagi di
Mekah.Dari sini, beliau banyak belajar mengenal pemikiran para pembaharu Islam. Antara
lain Ibnu Taimiyah, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid
Ridha.
d. Rahmah El Yunusiah
Rahmah El-Yunusiah adalah Ia anak bungsu dari lima bersaudara, lahir dari pasangan
Muhammad Yunus bin Imanuddin dan Rafiah, pada 29 Desember 1900/1
Rajab 1318 H, di Bukit Surungan, Padang Panjang. Ayah Rahmah el-Yunusiyah, Syekh
Muhammad Yunus adalah seorang ulama besar di zamannya. Syekh Muhammad Yunus
(1846-1906 M) menjabat sebagai seorang Qadli di negeri Pandai Sikat dan pimpinan Tarekat
Naqsabandiyah al-Khalidiyah.
Pada 1 November 1923 dia mendirikan sekolah untuk kaum perempuan dengan nama
Madrasah Diniyah lil al-Banat yang dipimpin selama 46 tahun. Ia juga mendirikan Diniyah
School Putri di Kwitang dan Tanah Abang pada 2 dan 7 September 1935, di Jatinegara dan
Rawasari, Jakarta, pada 1950. Tidak saja untuk pendidikan dasar, tapi berlanjut sampai
perguruan tinggi.
Selain berkiprah di dunia pendidikan, ia juga aktif berjuang untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia. Bahkan pada era kemerdekaan, ia bergabung dalam berbagai
organisasi sosial dan politik. Kiprahnya dimulai dari pembentukan Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) pada 2 Oktober 1945, kemudian mengayomi lasykar pejuang yang dibentuk oleh
organisasi Islam seperti Hizbullah dan Sabilillah, memimpin dapur umum untuk TNI dan
lasykar pejuang di Padang Panjang.
Pada 1952-1954 ia menjadi anggota Dewan Pimpinan Pusat Masyumi di
Jakarta, dan terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (1955-1958).
Pada 1958 itu berseberangan dengan Presiden Soekarno yang kala itu lebih condong kepada
PKI. Itu sebabnya ia kembali ke dunia pendidikan dengan meningkatkan kualitas Diniyah
School Putri.
Kiprahnya dalam dunia pendidikan mendapat perhatian Rektor Universitas
Al-Azhar, Kairo, Dr. Syekh Abdurrahman Taj, yang sempat berkunjung ke Diniyah School
Putri pada 1955. Pada 1957, ia mendapat gelar sebagai Syaihah oleh Universitas Al-Azhar,
setara dengan Syekh Mahmoud Salthout, mantan Rektor Al-Azhar. Ia bepulang ke
Rahmatullah pada Rabu 26 Februari 1969 (9 Zulhijah 1388).
Core Vreede dan De Stuers menyatakan ketokohan Rahmah dari dua sisi pertama
seperti Ki Hajar Dewantara karena mendirikan sebuah lembaga pendidikan atas inisiati
sendiri. Kedua seperi Kartini karena berjuang memperbaiki posisi perempuan melalui
pendidikan.