Anda di halaman 1dari 11

RANGKUMAN MATA KULIAH DDIP

Tentang : Implementasi Pilar-Pilar Pendidikan

Oleh :

 Ari Ervansyah
 Danisa Warni
 Tenty Metilia
 Reidha Mahaesti

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2016/2017
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui
peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu bangsa,
bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas pendidikan sangat penting artinya, karena
hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa depan. Manusia yang
dapat bergumul dalam masa dimana dunia semakin sengit tingkat kompetensinya adalah
manusia yang berkualitas. Manusia demikianlah yang diharapkan dapat bersama-sama
manusia yang lain turut bepartisipasi dalam percaturan dunia yang senantiasa berubah dan
penuh teka-teki (Isjoni, 2008:vii).

Berangkat dari pemikiran tersebut, Persarikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui


lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization)
mencanangkan empat pilar pendidikan, yakni: (1) Learning to know, (2) Learning to do, (3)
Learning to live together, dan (4) Learning to be. Berikut ini akan kami sampaikan ulasan
mengenai ke empat pilar pendidikan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian pilar pendidikan?
2. Apakah jenis-jenis pilar pendidikan itu?
3. Bagaimanakah implikasi masing-masing pilar pendidikan tersebut?

1.3 Tujuan Makalah


1. Mengetahui apa itu pilar pendidikan.
2. Mengetahui jenis-jenis pilar pendidikan.
3. Mengetahui bagaimana implikasi pilar-pilar pendidikan tersebut.
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pilar pendidikan


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “pilar” diartikan sebagai“tiang
penyangga” (terbuat dari besi atau beton). Kata pilar dalam bahasa Inggris berarti pillars
(sama artinya dengan pilar dalam bahasa Indonesia). Dalam bahasa Arab sering disebut ‫سﺎﺳأ‬.

Eksistensi pilar dalam berbagai hal bisa dikatakan sangat penting peranannya sebagai
penopang agar menjadi suatu yang utuh (unity). Bangunan atau rumah berangkat dari
pondasi yang dilengkapi dengan pilar agar atap bisa berdiri kokoh dan tidak mudah roboh
sehingga tampak menjadi lengkap dan melengkapi.
Istilah pilar dalam pendidikan bisa menjadi bagian yang tak kalah penting,
eksistensinya seperti halnya tujuan, sasaran, instrument pendidikan, dll. Adapun maksud dari
pembahasan pilar-pilar pendidikan adalah bahwa sendi pendidikan ditopang oleh semangat
belajar yang kuat melalui pola belajar yang bervisi ke depan dengan melihat perubahan-
perubahan kehidupan.Dalam pendidikan, belajar merupakan bagian yang tak terpisahkan
karena pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya
manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran (belajar-mengajar). Belajar juga dikatakan
sebagai key term (kata kunci) paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa
belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.
Hal ini juga melihat dari kondisi zaman yang cepat berubah terutama di bidang
teknologi dan informasi sehingga visi paradigma pendidikan harus relevan yang kemudian
diturunkan ke dalam metode pembelajaran. Yaitu merubah paradigma teaching (mengajar)
menjadi learning (belajar). Dengan perubahan ini proses pendidikan menjadi proses
bagaimana“belajar bersama antar guru dan anak didik”. Guru dalam konteks ini juga
termasuk dalam proses belajar. Sehingga lingkungan sekolah menjadi learning society
(masyarakat belajar). Dalam paradigma ini, peserta didik tidak lagi disebut pupil (siswa) tapi
learner (yang belajar).
Sebagai objek sekaligus subjek pendidikan manusia menjadi titik sentral dalam
proses belajar yang mengarah pada tujuan pendidikan. Manusia belajar dari apa saja di
sekitarnya untuk survive sekaligus pengembangan potensi diri, lahir dari ketidaktahuan dari
rahim seorang ibu dan dibekali pengelihatan, pendengaran dan akal untuk digunakan dalam
tugasnya sebagai khalifatullah fil ardh.
Berangkat dari sinilah, paradigma learning ingin diusung sebagai pilar pendidikan
untuk kepentingan manusia dengan perubahan zaman dan ini berangkat dari paradigma
belajar. Jadi maksud dari pilar-pilar pendidikan yang penulis maksud dalam pembahasan ini
adalah sendi-sendi pendidikan menurut Unesco harus ditopang setidaknya oleh empat hal,
learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together.

2.2 Jenis-Jenis Pilar Pendidikan

Menurut suwarno yang dikutip oleh Abdul Kadir menyebutkan, ada lima pilar
pendidikan yang direkomendasikan UNESCO yang dapat digunakan sebagai prinsip
pembelajaran yang bias diterapkan di dunia pendidikan.

1. Learning to Know (belajar untuk menguasai)


Tidak hanya memperoleh pengetahuan tapi juga menguasai teknik memperoleh
pengetahuan tersebut. Pilar ini berpotensi besar untuk mencetak generasi muda yang
memiliki kemampuan intelektual dan akademik yang tinggi.
Secara implisit, learning to know bermakna belajar sepanjang hayat (Life long
education). Asas belajar sepanjang hayat bertitik tolak atas keyakinan bahwa proses
pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup, baik didalam maupun diluar sekolah.
Sehubungan dengan asas pendidikan seumur hidup berlangsung seumur hidup, maka peranan
subjek manusia untuk mendidik dan mengembangkan diri sendiri secara wajar merupakan
kewajiban kodrati manusia.Dengan kebijakan tanpa batas umur dan batas waktu untuk
belajar, maka kita mendorong supaya tiap pribadi sebagai subjek yang bertanggung jawab
atas pedidikan diri sendiri menyadari, bahwa:
1)   Proses dan waktu pendidikan berlangsung seumur hidup sejak dalam kandungan
hingga manusia meninggal.
2)      Bahwa untuk belajar, tiada batas waktu. Artinya tidak ada kata terlambat atau
terlalu dini untuk belajar.
3)      Belajar/ mendidik diri sendiri adalah proses alamiah sebagai bagian integral/
totalitas kehidupan (Burhannudin Salam, 1997:207).
Menurut Isjoni (2008:47), guru adalah orang yang identik dengan pihak yang
memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Di tangan gurulah
tunas-tunas bangsa ini terbentuk sikap dan moralitasnya, sehingga mampu memberikan yang
terbaik untuk anak negeri ini di masa yang akan datang.
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas
pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat
perencanaan secara saksama dalam meningkatkan kemampuan belajar bagi siswanya, dan
memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam
pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar-mengajar, maupun
sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar-mengajar.
Guru bisa dikatakan unggul dan profesional bila mampu mengembangkan kompetensi
individunya dan tidak banyak bergantung pada orang lain. Konsep learning to know ini
menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu berperan sebagai berikut:
a.       Guru berperan sebagai sumber belajar
Peran ini berkaitan penting dengan penguasaan materi pembelajaran. Dikatakan guru
yang baik apabila ia dapat menguasai materi pembelajaran dengan baik, sehingga benar-benar
berperan sebagi sumber belajar bagi anak didiknya.
b.      Guru sebagai Fasilitator
Guru berperan memberikan pelayanan memudahkan siswa dalam kegiatan proses
pembelajaran.
c.       Guru sebagai pengelola
Guru berperan menciptakan iklim blajar yang memungkinkan siswa dapat belajar
secara nyaman. Prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan guru dalam pengelolaan
pembelajaran, yaitu:
a)      Sesuatu yang dipelajari siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri.
b)      Setiap siswa yang belajar memiliki kecepatan masing-masing.
c)    Siswa akan belajar lebih banyak, apabila setiap selesai melaksanakan tahapan
kegiatan diberikan reinforcement.
d)      Penguasaan secara penuh.
e)      Siswa yang diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar.

d.      Guru sebagai demonstrator


Guru berperan untuk menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat
siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.
e.       Guru sebagai pembimbing
Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap
perbedaan. Perbedaan inilah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing.
f.Guru sebagai mediator
Guru selain dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang media pendidikan juga
harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan media dengan baik.
g.       Guru sebagai Evaluator
Yakni sebagai penilai hasil pembelajaran siswa. Dengan penilaian tersebut, guru dapat
mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta
ketepatan/ keefektifan metode mengajar (Fakhruddin, 2010:49-61).

2.     Learning to do (belajar untuk menerapkan)


Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh
untuk terampil berbuat/ mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna
bagi kehidupan. Sasaran dari pilar kedua ini adalah kemampuan kerja generasi muda untuk
mendukung dan memasuki ekonomi industry (Soedijarto, 2010). Dalam masyarakat industri
tuntutan tidak lagi cukup dengan penguasaan keterampilan motorik yang kaku melainkan
kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan seperti “controlling, monitoring,
designing, organizing”. Peserta didik diajarkan untuk melakukan sesuatu dalam situasi
konkrit yang tidak hanya terbatas pada penguasaan ketrampilan yang mekanitis melainkan
juga terampil dalam berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain, mengelola dan
mengatasi suatu konflik. Melalui pilar kedua ini, dimungkinkan mampu mencetak generasi
muda yang intelligent dalam bekerja dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi.
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya untuk
mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning to
do” dapat terealisasi.
Learning to do merupakan konsekuensi dari learning to know. Kelemahan model
pendidikan dan pembelajaran yang selama ini berjalan lebih mengajarkan teori, dan kurang
mengarahkan untuk praktik. Learning to do bukanlah pembelajaran yang hanya menumbuh
kembangkan kemampuan berbuat mekanis dan keterampilan tampa pemikiran, tetapi
mendorong peserta didik agar terus belajar bagaimana menumbuhkembangkan kerja, juga
bagaimana mengembangkan teori atau konsep.
3. Learning to be  (belajar menjadi seseorang)
Melengkapi learning to know dan learning to do, Rubinson Crussoe berpendapat
bahwa manusia itu tidak biasa hidup sendiri tanpa kerja sama, manusia saling membutuhkan
satu sama lain dalam menjalankan kehidupan. Learning to be akan menuntun peserta didik
menjadi ilmuan sehingga mampu menggali dan menentukan nilai kehidupannya sendiri
dalam hidup bermasyarakat sebagai hasil belajarnya.
Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa
agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa
untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian
dari proses menjadi diri sendiri (learning to be) (Atika, 2010). Menjadi diri sendiri diartikan
sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai
dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil,
sesungguhnya merupakan proses pencapain aktualisasi diri.

4. Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama)


Learning to live together mengajarkan seseorang untuk hidup bermasyarakat dan
menjadi manusia berpendidikan yang bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat maupun
seluruh umat manusia. Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok
individu yang bervariasi akan membentuk keperibadian pebelajar untuk memahami
kemajemukan danmelahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekragaman dan
perbedaan hidup.

5. Learning to believe in God


Satu pilar lagi yang sangat penting dalam proses pembelajaran dan sistem pendidikan
adalah belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai bentuk
rasa syukur dan aplikasi dari nilai keagamaan dari setiap peserta didik. Yang bertujuan untuk
membentuk kepribadian dan karakter serta akhlak mulia.
Learning to believe in god mengajarkan seseorang untuk mempercayai bahwa segala
yang terjadi semuanya adalah kehendak Tuhan. Dalam hal ini manusia diharapkan untuk
percaya dan selalu memprioritaskan Tuhan dalam segala tindakan yang dilakukannya.

2.3 Impliaksi masing-masing pilar-pilar pendidikan.


a.       Kekuatan
Ke empat pilar pendidikan tersebut dirancang sangat bagus, dengan tujuan yang bagus
pula, dan sesuai dengan keadaan zaman sekarang yang menuntut pesera didik tidak hanya
diajarkan IPTEK, kemudian dapat bekerja sama dan memecahkan masalah, akan tetapi juga
hidup toleran dengan orang lain ditengah-tengah maraknya perbedaan pendapat
dimasyarakat. Dengan ke kempat pilar ini akan bisa tercapai pendidikan yang berkualitas.
b.      Kelemahan
Meskipun ke empat pilar pendidikan ini dirancang sedemikian bagusnya, namun perlu
diingat, masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut, seperti kurangnya
SDM guru yang benar-benar “mumpuni”, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau daerah
dalam memandang arti penting pendidikan, kemudian ada lagi fasilitas, fasilitas yang masih
minim akan sangat menghambat kemajuan proses belajar mengajar, dan kendala-kendala lain.
c.       Peluang
Apabila pendidikan di Indonesia diarahkan pada ke empat pilar pendidikan ini, maka
pada gilirannya masyarakat Indonesia akan menjadi masyarakat yang bermartabat di mata
masyarakat dunia.
d.      Ancaman
Ke empat pilar pendidikan UNESCO ini bisa menjadi bumerang bagi peserta didik dan
pengajar apabila tujuan atau keinginan yang hendak dicapai tidak kunjung terwujud. Bisa jadi
akan muncul sikap pesimis dan putus asa kehilangan kepercayaan diri.
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan.
Pilar-pilar pendidikan tersebut dirancang dengan sangat bagus dan dengan tujuan
yang sangat bagus pula. Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan pendidikan
yang berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi lebih baik.
Namun masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut, baik mengenai
SDM nya, fasilitasnya, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau daerah dalam
memandang arti penting pendidikan, dan kendala-kendala lain.
Persoalan pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama, karenanya tentu
secara bersama-sama pula kita mencari alternative pemecahannya. Mudah-mudahan ke empat
pilar tersebut dapat kita realisasikan dan akan nampak hasinya.
Mari melakukan introspeksi diri sejauh mana kita sudah melakukan yang terbaik
untuk perubahan dan perbaikan terhadap persoalan pendidikan yang melilit negeri ini. Satu
harapan kita semua, agar dunia pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik dan
berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Kadir, Abdul. Dkk. Dasar-Dasar Pendidikan. Learning Assistance Program for Islamic
School PGMI. 2009.

Ahmad, Patimah . http://patimahahmad.blogspot.com/2013/10/resume-4-pilar-pendidikan-


menurut-unesco.html, 2013, diakses pada 12 Maret 2014.

Nuralawiyah, Huda, http://hudanuralawiyah.wordpress.com/2011/11/25/makalah-teori-teori-


pendidikan/, 2011, diakses pada 12 Maret 2014.

PERTANYAAN :

1. Apa yang kan terjadi jika salah satu dari empat pilar pendidikan yang ada tidak
terpenuhi?
2. Faktor apa sajakah yang jadi penghalang bagi guru untuk menerapkan ke empat pilar
pendidikan itu?
3. Salah satu pilar pendidikan yaitu learning to be, dimana seseorang diharapkan bisa
menjadi seseorang yang memiliki tanggung jawab, hal apa yang dapat mempengaruhi
siswa untuk dapat mengaplikasikan pilar ini?
4. Bagaimakah peran pemerintah untuk dapat mengawasi dan memastikan bahwa pilar
pendidikan tersebut dapat berjalan dengan baik?
5. Faktor apa sajakah yang dapat membuat siswa maupun guru bisa berpedoman
terhadap ke empat pilar pendidikan tersebut?

Anda mungkin juga menyukai