Anda di halaman 1dari 10

BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN

1.Pemikiran Klasik
Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme,
dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun
dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
a. Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi
eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan
manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada
lingkungan,sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh
anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa
stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh
orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke.
b. Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan
kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor
pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan
tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran.
Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
c. Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak
baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak
karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah
dapat merusak pembawaan baik anak itu.
d. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang
anak dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan
buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor
lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada
waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan
sesuai untuk perkembangan anak itu.
2. Pemikiran baru tentang pendidikan
a. Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah
gerakan pengajaran alam sekitar,perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di
Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll Leven.
b. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia
dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang
pengajaran global. Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna
bagi pendidikan dan pengajaran, yaitu:Metode Global dan Centre d’interet.
c. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari
pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam
pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar pendidikan mengembangkan
pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H. Pestalozzi mengajarkan bermacam-
macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya.
d. Pengajaran Proyek
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar
di Indonesia, antara lain dengan nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan
sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan
menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan
secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin
penting, utamanya masyarakat maju.
e. home schooling
Homeschooling adalah sebuah system pendidikan alternatif untuk anak
selain di sekolah. Dimana saat ini mulai perkembang di Indonesia , dan
keberadaanya sah dan dijamin undang - undang. Homeschooling mulai menjadi
pilihan masyarakat sebagai alternatif metode pendidikan karena beberapa hal,
misalnya karena adanya keinginan masyarakat untuk lebih fleksibel dalam
mendidik anak, menyediakan system pendidikan yang lebih ramah terhadap
perkembangan anak, maupun menjamin bahwa proses belajar mengajar anak
bisa terlaksana secara maksimal.
Hal ini terjadi karena adanya keinginan para orang tua untuk memberikan
pendidikan terhadap anak yang lebih sesuai dengan bakat dan minat sang anak,
maupun karena disebabkan adanya kondisi di system pendidikan konvensional
yang tidak bisa memuaskan kehendak orang tua untuk mendidik anaknya,
misalnya terjadi kasus kekerasan terhadap anak, maupun system pendidikan
masal yang mengakibatkan potensi anak kurang tergali secara maksimal.
f. sekolah alam
Kegagalan sistem pendidikan di Indonesia merangsang tumbuhnya sekolah-
sekolah alternatif yang diyakini memiliki mutu pendidikan lebih baik dari sekolah
biasa. Salah satu sekolah alternatif yang kini banyak diminati ialah sekolah alam.
Konseptor sekolah alam Ir Lendo Novo menjelaskan, sekolah alam yang dia
pelopori merupakan suatu reaksi dari kegagalan pendidikan di Indonesia. Mutu
pendidikan Indonesia masih jauh dari negara-negara lain, bahkan masih di
bawah Vietnam. Ini berarti ada yang salah dengan sistem pendidikan di negara
ini, ujar Lendo Novo di Jakarta, baru-baru ini.
Lebih dari 1.000 sekolah alam kini telah tumbuh di Indonesia. Di kawasan
Jakarta Bogor Depok Tanggerang Bekasi (Jabodetabek) saja kini telah berdiri
lebih dari 50 sekolah. Sekolah alam, menurut dia, merupakan sekolah yang
mengedepankan pembentukan akhlak dan mental siswa dengan konsep
mendekatkan diri pada alam. Metode pembelajaran yang diterapkan juga
berbeda.
Kami berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
membuat anak-anak senang dan merasa bahwa belajar adalah suatu kebutuhan
dan kesenangan, bukan sesuatu yang membosankan dan harus dipaksakan, jelas
Ketua Litbang Sekolah Alam Indonesia Ciganjur, Novi Hardian.
Hampir seluruh sekolah alam yang ada memiliki konsep utama yaitu upaya
memaksimalkan potensi anak untuk tumbuh menjadi manusia yang berkarakter,
berakhlak mulia, berwawasan ilmu pengetahuan dan siap menjadi pemimpin.
Metode pengajaran sekolah alam juga membuat bersekolah lebih
menyenangkan dan anak tidak merasa terpenjara.
Sekolah alam juga mendorong anak untuk aktif dan kreatif dan bukan
semata-mata mendapatkan materi yang diberikan oleh guru. Di Sekolah Alam
Indonesia, Ciganjur, misalnya, proses belajar lebih banyak dilakukan melalui
diskusi dan permainan.
Ilmu tidak hanya dijejali oleh guru, tetapi anak juga aktif bereksplorasi. Ini
melatih keberanian mengungkapkan pendapat, jelas Novi. Konsep Tematik Hal
serupa juga dilakukan oleh Sekolah Alam Depok di Sawangan, Depok, Jawa
Barat. Sekolah yang memiliki jenjang pendidikan Pre-School, TK, dan SD itu juga
mendorong siswanya untuk aktif menemukan sendiri jawaban atas berbagai hal
melalui buku-buku di perpustakaan dan sumber-sumber lain.
Menurut Pendiri Sekolah Alam Depok Edi F Rizal Darma, lahirnya sekolah
alam adalah karena ingin menciptakan hubungan belajar tanpa sekat antara
guru dan murid. Selama ini kan arah belajar di sekolah selalu dari guru ke murid,
sehingga ada jarak antara mereka. Sekolah alam ini muncul sebagai sekolah yang
non-classical dan tanpa sekat, jelas Edi.
Sekolah alam pada umumnya menggunakan konsep tematik. Setiap tema
dibahas dari berbagai sisi akhlak, seni, bahasa, kepemimpinan, dan ilmu
pengetahuan. Tiap tingkatan memiliki sejumlah tema pembahasan yang
berbeda-beda.
Selain memiliki metode dan visi yang berbeda dari sekolah pada umumnya,
sesuai dengan namanya, suasana yang disuguhkan pun membuat siswa dekat
dengan alam. Rimbunnya pepohonan, lahan untuk berkebun, bahkan sejumlah
hewan ternak seperti angsa dan bebek menjadi bagian dari suasana alami yang
ada di sekolah alam. Ruang kelas berupa bangunan semen dan bersekat-sekat
tidak ada di sekolah alam, yang ada hanyalah saung-saung belajar yang terbuat
dari kayu berukuran 5 x 5 meter dan beratap rumbia.
Menurut Edi, saung sebagai tempat belajar selain dapat lebih dekat
dengan alam, juga sebagai ciri khas bangsa Indonesia. Selain itu, pembuatan
saung juga lebih murah dibanding dengan membangun ruangan beton yang
berpendingin udara.
Lendo Novo menjelaskan, konsep sekolah alam dengan saung memang
cocok untuk Indonesia, yang beriklim tropis. Sekolah kan tidak harus di kelas.
Justru dengan belajar di saung yang tanpa meja dan kursi akan menimbulkan
suasana yang lebih bebas bagi siswanya, katanya.
Namun, proses belajar siswa tidak hanya dilakukan di saung, tapi juga di
kebun atau belajar keluar, dengan mengunjungi sejumlah tempat yang terkait
dengan tema pembelajaran. Anak-anak belajar Fisika, Biologi, Matematika dan
mata pelajaran lainnya langsung dengan mempraktikkannya dari alam. Dengan
menggunakan sistem learning by doing, penyerapan materi oleh siswa bisa
mencapai 90 persen, jelas Lendo Novo.
Hal senada juga diungkapkan Novi. Menurut dia, dengan berhubungan
dekat dengan alam, siswa akan lebih bijak karena semakin menghargai alam dan
mendekatkan diri dengan Sang Pencipta. Diharapkan lulusan sekolah kami dapat
menjadi anak yang ramah terhadap lingkungan dan tidak ada lagi yang
menebang pohon sembarangan, jelasnya.
Pelajaran di sekolah alam juga padat dengan materi keagamaan. Di
Sekolah Alam Depok, pada pagi hari dan sebelum pulang sekolah, siswa
melakukan tahfidz, yaitu melancarkan hapalan Al-Quran. Menurut Edi, berbagai
keunggulan itulah yang menyebabkan banyak orang tua yang mempercayakan
anak mereka bersekolah di sekolah alam.

g. pendidikan berasrama (boarding school)


Sekolah Berasrama adalah alternative terbaik buat para orang tua
menyekolahkan anak mereka dalam kondisi apapun. Selama 24 jam anak hidup
dalam pemantauan dan control yang total dari pengelola, guru, dan pengasuh di
seklolah-sekolah berasrama. Anak betul-betul dipersiapkan untuk masuk
kedalam dunia nyata dengan modal yang cukup, tidak hanya kompetensi
akademis, tapi skill-skill lainnya dipersiapkan sehingga mereka mempunyai
senjata yang ampuh untuk memasuki dan manaklukan dunia ini. Di sekolah
berasrama anak dituntut untuk dapat menjadi manusia yang berkontribusi besar
bagi kemanusiaan. Mereka tidak hanya hidup untuk dirinya dan keluarganya tapi
juga harus berbuat untuk bangsa dan Negara. Oleh sebab itu dukungan fasilitas
terbaik, tenaga pengajar berkualitas, dan lingkungan yang kondusif harus
didorong untuk dapat mencapai cita-cita tersebut.

Keunggulan Boarding School

Buku Harry Potter yang telah laris terjual dalam jumlah sangat besar di seluruh dunia
sangat membantu dalam mempopulerkan sekolah berasrama(boarding school). Hal ini
disebabkan setting cerita itu diambil dari petualangan di sekolah berasrama. Banyak
“petualangan” dalam sekolah berasrama karena waktu yang panjang berada dalam
lembaga pendidikan memungkin siswa untuk dapat mengekspresikan apa yang
diinginkannya di sekolah. Ada beberapa keunggulan Boarding School jika dibandingkan
dengan sekolah regular yaitu:

•. Program Pendidikan Paripurna

Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan akademis


sehingga banyak aspek hidup anak yang tidak tersentuh. Hal ini terjadi karena
keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan program pendidikan pada sekolah
regular. Sebaliknya, sekolah berasrama dapat merancang program pendidikan yang
komprehensif-holistic dari program pendidikan keagamaan, academic development, life
skill(soft skill dan hard skill) sampai membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran
tidak hanya sampai pada tataran teoritis, tapi juga implementasi baik dalam konteks
belajar ilmu ataupun belajar hidup.

• Fasilitas Lengkap

Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap; mulai dari fasilitas sekolah
yaitu kelas belajar yang baik(AC, 24 siswa, smart board, mini library, camera),
laboratorium, clinic, sarana olah raga semua cabang olah raga, Perpustakaan, kebun
dan taman hijau. Sementara di asrama fasilitasnya adalah kamar(telepon, TV, AC,
Pengering Rambut, tempat handuk, karpet diseluruh ruangan, tempat cuci tangan,
lemari kamar mandi, gantungan pakaian dan lemari cuci, area belajar pribadi, lemari es,
detector kebakaran, jam dinding, lampu meja, cermin besar, rak-rak yang luas, pintu
darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan fasilitas dapur terdiri dari: meja dan kursi
yang besar, perlengkapan makan dan pecah belah yang lengkap, microwape, lemari es,
ketel otomatis, pembuat roti sandwich, dua toaster listrik, tempat sampah,
perlengkapan masak memasak lengkap, dan kursi yang nyaman.

• Guru yang Berkualitas


Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas guru yang
lebih jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Kecerdasan intellectual, social,
spiritual, dan kemampuan paedagogis-metodologis serta adanya ruh mudarris pada
setiap guru di sekolah berasrama. Ditambah lagi kemampuan bahsa asing: Inggris, Arab,
Mandarin, dll. Sampai saat ini dalam penilaian saya sekolah-sekolah
berasrama(boarding school) belum mampu mengintegrasikan guru sekolah dengan guru
asrama. Masih terdapat dua kutub yang sangat ekstrim antara kegiatan pendidikan
dengan kegiatan pengasuhan. Pendidikan dilakukan oleh guru sekolah dan pengasuhan
dilakukan oleh guru asrama.

• Lingkungan yang Kondusif

Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam komplek sekolah terlibat
dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau bisa dibalik gurunya bukan
hanya guru mata pelajaran, tapi semua orang dewasa yang ada di boarding
schooladalah guru. Siswa tidak bisa lagi diajarkan bahasa-bahasa langit, tapi siswa
melihat langsung praktek kehidupan dalam berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya
di dalam kelas, tapi juga kehidupan kesehariannya. Sehingga ketika kita mengajarkan
tertib bahasa asing misalnya maka semuanya dari mulai tukang sapu sampai principal
berbahasa asing. Begitu juga dalam membangun religius socity, maka semua elemen
yang terlibat mengimplementasikan agama secara baik.

• Siswa yang heterogen

Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar belakang yang
tingkat heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai
latar belakang social, budaya, tingkat kecerdasan, kempuan akademik yang sangat
beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk membangun wawasan national dan siswa
terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi
anak untuk melatih wisdom anak dan menghargai pluralitas.

• Jaminan Keamanan

Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswa-siswinya.


Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola pendidikan militer untuk
menjaga keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat sangat rigid lengkap dengan
sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar “dosa” dilist sedemikan rupa dari dosa kecil,
menengah sampai berat. Jaminan keamanan diberikan sekolah berasarama, mulai dari
jaminan kesehatan(tidak terkena penyakit menular), tidak NARKOBA, terhindar dari
pergaulan bebas, dan jaminan keamanan fisik(tauran dan perpeloncoan), serta jaminan
pengaruh kejahatan dunia maya.

• Jaminan Kualitas

Sekolah berasrama dengan program yang komprehensif-holistik, fasilitas yang


lengkap, guru yang berkualitas, dan lingkungan yang kondusif dan terkontrol, dapat
memberikan jaminan kualitas jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Dalam
sekolah berasrama, pintar tidak pintarnya anak, baik dan tidak baiknya anak sangat
tergantung pada sekolah karena 24 jam anak bersama sekolah. Hampir dapat dipastikan
tidak ada variable lain yang “mengintervensi” perkembangan dan progresivits
pendidikan anak, seperti pada sekolah konvensional yang masih dibantu oleh lembaga
bimbingan belajar, lembaga kursus dan lain-lain. Sekolah-sekolah berasrama dapat
melakukan treatment individual, sehingga setiap siswa dapat melejikan bakat dan
potensi individunya.

Problem Sekolah Berasrama

Sampai saat ini sekolah-sekolah berasrama dalam pengamatan saya masih banyak
mempunyai persoalan yang belum dapat diatasi sehingga banyak sekolah berasrama
layu sebelum berkembang dan itu terjadi pada sekolah-sekolah boarding perintis.
Faktor-faktornya adalah sebagai berikut:

1. Ideologi Sekolah Boarding yang Tidak Jelas

Term ideology saya gunakan untuk menjelaskan tipologi atau corak sekolah
berasrama, apakah religius, nasionalis, atau nasionalis-religius. Yang mengambil corak
religius sangat beragam dari yang fundamentalis, moderat sampai liberal.Masalahnya
dalam implementasi ideologinya tidak dilakukan secara kaffah. Terlalu banyak
improvisasi yang bias dan keluar dari pakem atau frame ideology tersebut. Hal itu juga
serupa dengan yang nasionalis, tidak mengadop pola-pola pendidikan kedisiplinan
militer secara kaffah, akibatnya terdapat kekerasan dalam sekolah berasrama.
Sementara yang nasionalis-religius dalam praktik sekolah berasrama saya melihatnya
masih belum jelas formatnya.

2. Dikotomi guru sekolah vs guru asrama (pengasuhan)

Sampai saat ini sekolah berasrama kesulitan mencari guru yang cocok untuk
sekolah berasrama. Pabrikan guru (IKIP dan Mantan IKIP) tidak “memproduksi” guru-
guru sekolah berasrama. Akibatnya, masing-masing sekolah mendidik guru asrmanya
sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh lembaga tersebut. Guru sekolah
(mata pelajaran) bertugas hanya untuk mengampu mata pelajarannya, sementara guru
pengasuhan adalah tersendiri hanya bicara soal pengasuhan. Padahal idealnya, dua
kompetensi tersebut harus melekat dalam sekolah berasrama. Ini penting untuk tidak
terjadinya saling menyalahkan dalam proses pendidikan antara guru sekolah dengan
guru asrama.

3. Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku

Salah satu yang membedakan sekolah-sekolah berasrama adalah kurikulum


pengasuhannya. Kalau bicara kurikulum academicnya dapat dipastikan hampir sedikit
perbedaannya. Semuanya mengacu kepada kurikulum KTSP-nya produk DEPDIKNAS
dengan ditambah pengayaan atau suplemen kurikulum international dan muatan local.
Tapi kalau bicara tentang pola pengasuhan sangat beragam, dari yang sangat
militer(disiplin habis) sampai ada yang terlalu lunak. Kedua-duanya mempunyai efek
negative(Sartono Mukadis), pola militer melahirkan siswa yang berwatak kemiliter-
militeran dan terlalu lunak menimbulkan watak licik yang bisa mengantar sang siswa
mempermainkan peraturan.

4. Sekolah dan Asrama Terletak Dalam Satu Lokasi

Umumnya sekolah-sekolah berasrama berada dalam satu lokasi dan dalam jarak
yang sangat dekat. Kondisi ini yang telah banyak berkontribusi dalam menciptakan
kejenuhan anak berada di sekolah Asrama. Faktor ini(salah satu factor) yang
menyebabkan SMA Madania di parung Bogor sempat mengistirahatkan boarding
schoolnya. Karena menurut Komaruddin Hidayat(Direktur Executive Madania), siswa
harus mengalami semacam proses berangkat ke sekolah. Dengan begitu, mereka
mengenyam suasana meninggalkan tempat menginap, berinteraksi dengan sesama
siswa di jalan, serta melihat aktivitas masyarakat sepanjang jalan. Faktor ini juga yang
menyebabkan IIEC Group mendirikan International Islamic High School Boarding
Intermoda (IIHSBI), dimana sekolah dan asrama serta fasilitas utama lainnya tidak
berada dalam satu tempat sehingga siswa dituntut untuk mempunyai mobilitas tinggi,
kesehatan dan kebugaran yang baik, dan dapat membaca setiap fenomena yang ada
disekitarnya.

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN DAN IMPLIKASI TERHADAP DUNIA


PENDIDIKAN

A. Aliran Klasik
1. Aliran Empirisme
Menurut konsep empirisme pendidikan adalah maha kuasa
dalam      membentuk anak didik menjadi apa yang diinginkannya.Menurut John
Locke (dalam Blishen, 1970) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan
adalah:
a.       Pendidikan harus diberi sejak awal mungkin
b.      Pembiasaan dan latihan lebih daripada peraturan, perintah atau nasehat
c.       Anak didik harus diamati dari dekat untuk melihat:
1.      Apa yang paling tepat bagi anak itu sesuai dengan umurnya (tingkat
perkembangannya).
2.      Hasrat-hasratnya yang amat kuat
3.      Kecendrungannya mengikuti orang tua tanpa merusak semangat
anak itu amat kuat.
d. Anak harus dianggap sebagai mahluk rasional, dalam hal ini kepada anak
harus diberikan alasan tentang hal-hal yang dituntut darinya.
e.       Pelajaran di sekolah jangan sampai menjadi beban bagi anak, namun
hendaknya menyenangkan dan merupakan suasana bermain yang membuka
seluas-luasnya berbagai kemungkinan yang dapat timbul.
       2. Aliran Nativisme
Nativisme berasal dari bahas Lati, asal katanya “natives” berarti terlahir.
Aliran ini dipelopori oleh Sckophenhauer seorang filosof kebangsaan jerman yang
hidup dalam tahun 1788-1880. Dia berpendapat bahwa “Pendidikan ialah membiarkan
seseorang bertumbuh berdasarkan pembawaannya”. Seseorang akan berkembang
berdasarkan apa yang diabawaknya dari lahir. Hasil akhir perkembangan dan
pendidikan manusia ditentukan  oleh pembawaannya dari lahir. Pembawaan itu ada
yang baik dan ada yang buruk. Oleh karena itu manusia akan berkembang dengan
pembawaan baik maupun pembawaan buruk yang dibawaknya dari lahir.
                  Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya, sebab lingkungan
tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan, dan pendidikan tidak
berpengaruh sama sekali terhadap perkembangan seseorang. Contoh orang tua yang
mengiginkan anaknya menjadi pelukis. Ia berusaha mempersiapkan alat-alat untuk
melukis dan mendatangkan guru untuk melukis, tetapi gagal karena dalam diri anak
tidak ada bakat melukis. Oleh karena itu aliran ini merupakan aliran pesimis dalam
pendidikan (pesimisme)
3.      Aliran Naturalisme
Naturalisme berasal dari bahasa latin dari kata “nature” artinya alam, tabiat,
dan pembawaan. Aliran ini dipelopori oleh J.J Rousseau (1712-1778), filosof
kebangsaan prancis. Aliran ini dinamakan juga nagativisme ialah aliran yang
meragukan pendidikan untuk perkembangan seseorang karena dia dilahirkan dengan
pembawaan yang baik.
Ciri utama aliran ini ialah dalam mendidik seseorang kembalilah kepada alam
agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirusak oleh pendidik. Dengan kata
lain pembawaan yang baik itu supaya berkembang secara spontan.
Sebagai contoh, pada masa anak-anak pengembangan panca indra dilakukan
melalui kegiatan anak itu sendiri. Untuk membimbing tingkah laku anak, buku tidak
diperlukan, yang penting adalah pengembangan alam atau lingkungan dan berbagai
pristiwa yang terjadi di dalamnya. Pada masa remaja agama dan moral hendaklah
diajarkan kepada mereka semata-mata dalam kaitannya dengan alasan alamiah,
kemampuan berfikir harus dikembangkan dan fantasi tidak dibiarkan bekerja leluasa.
Pengajaran yang tujuannya ingin menanamkan suatu aturan atau otoritas tertentu lebih
baik ditunda pelaksanaannya.
4.      Aliran Konvergensi
Konvergensi berasal dari bahasa inggris asal katanya ”convergency” artinya
pertemuan pada suatu titik. Aliran ini dipelopori oleh William Stren seorang ahli
pendidikan bangsa jerman pada tahun 1871-1937. Aliran ini mempertemukan atau
mengawinkan dua aliran yang berlawanan di atas antara nativisme dan empirisme.
Perkembangan seseorang tergantung kepada pembawaan dan lingkungannya. Dengan
kata lain pembawaan dan lingkungan mempengaruhi perkembangan seseorang.
Pembawaan seseorang baru berkembang karena pengaruh lingkungan.

William Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari


pembawaan dan lingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju ke suatu titik
pertemuan sebagai berikut:
 Pembawaan
 Hasil Penidikan
 Lingakungan
Jadi, menurut teori Konvergensi
a.       Pendidikan mungkin dilaksanakan
b.      Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan pada anak didik
untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang
buruk.
c.       Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan
Aliran konvergensi pada umumn

Anda mungkin juga menyukai