Anda di halaman 1dari 4

A.

Sejarah Sekolah Alam

Sekolah alam di Indonesia pertama kali di gagas oleh seorang Tokoh muda Indonesia
yang bernama Lendo Novo. Lendo terinspirasi oleh gagasan ayahnya tentang integrasi ilmiah
ilahiah. Ayahanda Lendo, Zuardin Azzaino adalah seorang pegawai Bank Indonesia yang
juga penulis buku. Zuardin berpendapat bahwa integrasi ilmiah ilahiah atau integrasi antara
iman dan ilmu pengetahuan-teknologi adalah cara untuk mengembalikan kebangkitan Islam.
Selama ini, umat Islam terlena dan membahas fikih saja. Selain itu umat Islam juga perlu
untuk kembali memegang teguh akhlak mulia. Menurut Lendo, tujuan pendidikan dalam
Islam adalah mencetak khalifatullah fil ardh. Sehingga, kurikulum sekolah alam juga
bertujuan untuk mencetak pribadi yang siap mengemban amanah Allah dalam mengelola
bumi ini (khalifatullah fil ardh). Sebagai seorang khalifatullah atau delegasi Allah, manusia
harus:

1. Mengetahui cara diri menyembah Allah.


2. Mengetahui cara makhluk dan semesta alam menyembah Allah
3. Mengetahui cara menjadi pemimpin/khalifah karena Allah. Ide-ide awal Lendo
mengenai pendidikan ia terapkan pertama kali di TK Salman al-Farisi di Bandung.

Setelah itu ia mendirikan sekolah alam. Sekolah Alam pertama kali didirikan di Ciganjur
pada tahun 1998, tepatnya di Jalan Damai, Ciganjur, Jakarta Selatan dengan nama Sekolah
Alam Ciganjur. Sekolah ini dimulai hanya dengan 8 orang murid, yakni 5 orang di Playgroup
dan 3 orang di SD, dengan didampingi oleh 6 orang guru, dimana 3 guru adalah guru
Playgroup, 2 guru adalah guru SD dan satu orang adalah guru Iqra`/tahfidz.

Pada tahun 2001, lokasi Sekolah Alam Ciganjur ini berpindah tempat di Jalan Anda
Nomor 7X, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lendo sendiri kemudian mengembangkan
sekolah alam bernama School of Universe di Jalan Raya Parung 314 km.43, Parung - Bogor.
Sejak berdiri pada tahun 1998, konsep sekolah alam telah diadopsi di berbagai daerah. Mulai
dari Aceh hingga Papua. Pada Jambore Sekolah Alam Nusantara di Lembang, Juli 2011,
dibentuklah Jaringan Sekolah Alam Nusantara (JSAN) sebagai wadah sekolah alam se-
nusantara. Tidak kurang dari 57 sekolah alam bergabung dalam jaringan ini.1

B. Pengertian Sekolah Alam

1
Septriana (2008). Novobiografi. Bogor: SoU Publisher. p.81-83
Sekolah alam merupakan konsep sekolah yang unik dibandingkan dengan sekolah
konvensional, dimana di dalam sekolah alam terdapat elemen visual, spasial, kinestetis, dan
naturalis. Konsep sekolah ini mengedepankan alam sebagai sumber inspirasi bagi peserta
didik yang diwujudkan dalam bentuk perancangan tempat belajar yang terintegrasi dengan
ruang luar (Veronika, 2012:1). Maulana (2016:24) menyebutkan bahwa sekolah alam
merupakan model sekolah yang memberikan peluang kepada peserta didik untuk dapat
berkembang sesuai dengan potensinya tanpa dibatasi oleh kegiatan eksternal berupa
pengaturan yang baku. Pengertian lebih luas diungkapkan Nasir (dalam Hadziq, 2016:24)
yang berpendapat bahwa sekolah alam merupakan salah satu upaya penyelenggaraan sistem
pendidikan yang secara komprehensif memadukan konsep keseimbangan antara nilai, sikap
pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan, komunikasi, serta kesadaran akan
ekologi lingkungan.2

Sehingga anak sejak dini dikenalkan dengan lingkungan alam. Konsep sekolah alam
berintegrasi dengan 3 pilar pendidikan yang menjadi faktor kunci keunggulan umat manusia.
Ketiga pilarnya yaitu :

1. Pilar Imam
2. Pilar Ilmu
3. Pilar Kepemimpinan

Karena itulah kurikulum di sekolah alam bukan hanya menekankan pada tercapainya
tujuan akademik, namun juga mengembangkan kurikulum non akademik. Sekolah alam
menerapkan model implementasi pembelajaraan yang terintegrasi dan berbasis alam serta
potensi lokal, sehingga sekolah alam dapat terus melakukan upaya daam perbaikan
terutama pada 3 hal yang menjadi pilar kunci mutu sekolah, yaitu peningkatan kualitas
guru, pengembangan model pembelajaran yang efektif dalam penyediaan sumber serta
media belajar yang mampu memadai.

Pada sekolah alam, alam memiliki fungsi antara lain :

1. Alam sebagai ruang belajar


2. Alam sebagai media dan bahan pelajaran
3. Alam sebagai obyek pembelajaran

2
Heri Maulana. 2016. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah Alam. Jurnal Khasanah Ilmu. Volume 7, No.1
: 21-31.
Proses pembelajaran di sekolah alam menyandarkan pada 4 pilar, yaitu :

1. Pengembangan akhlak yang baik (Akhlaqul Karimah) Pilar pertama yaitu pembentukan
akhlak yang diaktualisasikan dalam bentuk keseharian dimana para guru menjadi contoh
bagi anak didik dalam berperilaku, bertutur sapa, bukan hanya kepada anak didik namun
juga kepada alam.

2.Pengembangan logika dan daya cipta melalui percobaan (Experiental Learning)


Sedangkan pilar ke dua pengembangan logika dan daya cipta, diaplikasikan dalam bentuk
Experiental learning dimana para guru memposisikan diri bukan sebagai sumber
informasi melainkan hanya sebagai mediator dan fasilitator.

3. Pengembangan kepemimpinan dengan metode Outbond Training Adapun pilar ke tiga


mengembangkan jiwa kepemimpinan diwujudkan dalam bentuk kegiatan yang
bersentuhan langsung dengan alam seperti : rafting, hiking, sampai kepada permainan
yang sarat akan nilai-nilai kehidupan seperti : bekerjasama, tolong-menolong,
musyawarah, kepemimpinan , berlaku adil, dan sebagainya.

4. Pengembangan kemampuan berwirausaha (Entrepreneurship) Serta di pilar yang ke


empat yaitu pengembangan kewirausahaan, siswa di sekolah alam akan di ajak ke sentra-
sentra usaha untuk melihat secara langsung proses terjadinya sebuah produk. Selain
daripada itu siswa juga dikenalkan kepada pelaku usaha, melakukan dialog dan tanya
jawab, sehingga pengalaman belajar yang mereka dapatkan tidak sebatas teori melainkan
langsung kepada narasumber yang kredibel.

Ke empat pilar inilah yang menjadi acuan di sekolah-sekolah alam sebagai sebuah
terobosan dari kebuntuan system pendidikan yang berjalan selama ini.3

C. Teori Penerapan Pembelajaran Sekolah Alam

1. Determinis Resiprokal : Anak-anak melalui sekolah alam akan belajar melalui


lingkungan yang secara tidak langsung juga akan mempengaruhi perkembangan
perilakunya. Di sekolah alam anak diajarkan untuk mengenal dan mencintai alam
sehingga mereka akan menghargai dan menjaga alam.

2. Tanpa Reinforcement: Di sekolah alam, anak-anak belajar melalui observasi di dalam


secara langsung, yang membuat mereka mendapatkan kesenangan dalam belajar dan tidak
3
http://ww1.sekolahalamindonesia.org/?page_id
membutuhkan reinforcement dari luar untuk memacu mereka untuk belajar. Menurut
mereka mendapatkan jawaban dari rasa keingintahuan itu sendiri, sudah menjadi
kesenangan dan kebutuhan.

3. Anak-anak memilih sendiri apa yang ingin diketahuinya dari lingkungan sekitar dan
mengatur cara belajarnya sendiri. Mereka mampu untuk menemukan masalahnya dan
mencari jalan keluar, sehingga apabila mereka dihadapkan pada masalah yang sama
mereka dapat menyelesaikannya dengan cara mereka sendiri sebagai individu yang unik.4

D. Dasar Hukum Sekolah Alam

DAFTAR PUSTAKA

Septriana (2008). Novobiografi. Bogor: SoU Publisher. p.81-83

http://ww1.sekolahalamindonesia.org/?page_id

Heri Maulana. 2016. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah Alam. Jurnal Khasanah Ilmu.
Volume 7, No.1 : 21-31.

4
Septriana (2008). Novobiografi. Bogor: SoU Publisher. p.81-83

Anda mungkin juga menyukai