1. Maria Montessori
Maria Montessori seorang pendidik bekebangsaan Italia mengemukakan teori tentang hukum
masa peka pada hukum perkembangan manusia Menurutnya masa peka merupakan masa
pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah sekali dipengaruhi dan dikembangkan (Desmita,
2011: 17). Beliau mengemukakan teori tentang anak, yaitu:
“Jika pendidikan mengenali nilai intrinsik dari kepribadian seorang anak, maka memberikan
nuansa yang tepat bagi pertumbuhan spiritualnya, kita menyingkapkan anak yang sama sekali
baru, dimana karakternya yang memukau pada akhirnya dapat menyumbang kepada dunia
yang lebih baik”.
Teori ini menjelaskan mengenai eksistensi anak sebagai suatu masa yang sangat esensial bagi
keseluruhan hidupnya. Beliau juga menegaskan tentang konsep Child’s Self-Construction yang
menyatakan bahwa anak membangun sendiri perkembangan jiwanya. Sensitive period menyatakan
usia anak dini adalah masa peka, absorbent mind serta pada masa anak usia dini memiliki jiwa
penyerap berbagai pengetahuan dan pengalaman hidupnya. Teorinya berkontribusi terutama dalam
pendidikan anak usia dini.
2. Jean Piaget
Piaget berpendapat bahwa memaksa merupakan metode mengajar yang paling buruk, karena
tanpa paksaan siswa akan merekontruksi apa yang dipelajarinya (inquiry). Kemudian Piaget
membagi tahap perkembangan kognitif manusia menjadi 4 tahap, yaitu
1. Tahap sensori-motorik (sejak lahir sampai usia 2 tahun)
(refleks instinktif, pemikiran simbolis, pengoordinasian pengalaman)
2. Tahap pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun)
(mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar)
3. Tahap konkret-operasional (usia 7 sampai 11 tahun)
(berpikir secara logis tentang peristiwa konkret dan pengklasifikasian benda)
4. Tahap operasional-formal (usia 11 tahun ke atas)
(berpikir abstrak, logis, dan lebih idealistik)
(Desmita, 2011: 101)
Piaget sebenarnya tidak banyak menulis tentang pendidikan dan secara langsung tidak
bermaksud memberikan semacam sugesti kepada guru serta penerapan teori-teorinya di dalam
ruangan kelas. Meskipun demikian dalam perkembangan selanjutnya teori Piaget ternyata
memberikan pengaruh yang sangat besar serta acuan penting dalam pelaksanaan proses pendidikan
di sekolah. Banyak guru mendapatkan inspirasi dari teori Piaget dalam mendesain kurikulum dan
memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didiknya.
Teresa M.McDevitt dan Jeanne Ellis Ormod (dalam Desmita, 2011: 112) menyebutkan
beberapa implikasi teori Piaget bagi guru-guru sekolah, yaitu
1. Memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan eksperimen terhadap objek-objek
fisik dan fenomena-fenomena alam
2. Mengeksplorasi kemampuan penalaran siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau
pemberian tugas-tugas pemecahan masalah
3. Tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget menjadi acuan dalam menginterpretasikan tingkah
laku siswa dan mengembangkan rencana pelajaran
4. Tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget juga memberikan petunjuk bagi para guru dalam
memilih strategi pembelajaran yang lebih efektif pada tingkat kelas yang berbeda
5. Merancang aktivitas kelompok di mana siswa berbagi pandangan dan kepercayaan dengan
siswa lain
Menurut Piaget interaksi dengan teman sebaya sangat membantu anak memahami bahwa orang
lain memiliki pandangan dunia yang berbeda dengan pandangannya sendiri dan ide-ide mereka tidak
selalu akurat dan logis. Dalam artian interaksi dengan teman sebaya akan memungkinkan siswa
menguji pemikirannya, merasa tertantang, menerima umpan balik, dan melihat bagaimana orang lain
mengatasi masalah.
Teori Piaget cocok dengan pendidikan di Indonesia yang bercorak demokratis, meski tidak
sepenuhnya di Indonesia bisa menjalankan teori belajar kontruktivisme sepenuhnya seperti teori Piaget.
Namun Kurikulum KTSP 2006 sudah merupakan awal pembelajaran dengan konsep kontruktivisme.
3. Benjamin S. Bloom
Konsep taksonomi Bloom memang sudah mengemuka di dunia pendidikan. Teori tersebut
dikembangkan dalam rangka mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Konsep tersebut mengalammi perbaikan seiring dengan perkembangan dan
kemajuan zaman serta teknologi. Revisi yang dilakukan oleh Lorin Anderson pada 1990 terkait
perubahan kata kunci, pada kategori kata benda menjadi kata kerja.
Gambar 2.1 Perubahan Taksonomi Bloom
Sumber: Suyitno, 2009
Taksonomi Bloom mengenai sasaran pendidikan ranah kognitif merupakan model yang
sederhana untuk diterapkan dalam kerangka kurikulum, termasuk di Indonesia. Siswa dapat
mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir mereka dan guru dapat bersikap adil dengan
tidak memisahkan anak berbakat dari anak yang lain. Guru hanya perlu menyesuaikan jumlah waktu
untuk setiap tingkat taksonomi dengan tingkat kemampuan anak
Pidarta, M. (2007). Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Mudyahardjo, R. (2008). Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan
pada Umumnya dan Pendidikan di indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Sadulloh, U & Setiasih, O. (2009). Landasan Historis Pendidikan. Dalam Sub Koordinator MKDP
Landasan Pendidikan (hlm 143-203) Bandung: UPI
Suyitno. (2009). Tokoh-Tokoh Pendidikan Dunia. Sekolah Pascasarjana UPI: Tidak Diterbitkan