Kelompok 133 D
Nama Kelompok :
1. Emprimawati, S.Pd
3. Ishak, S.PdI
Pada diskusi kelompok kami telah berdiskusi tentang semua tugas kelompok yang ada pada modul
1.1.a.5. pada diskusi tersebut kami banyak menemukan hal-hal positif yang terkandung dalam
pemikiran KHD.
1. Hal-hal positif yang telah Anda pelajari dan pemikiran KHD yang juga Anda dilihat pada
budaya di daerah Anda
Hal-hal positif yang kami pelajari terkait peikiran KHD antara lain ;
c. Pendidikan harus memahami kodrat anak, potensi, bakat dan minat anak-anak
e. ‘Menghamba pada anak’ (memandang anak dengan rasa hormat dan pembelajaran yang
berorientasi pada anak atau disebut juga Student Center)
h. Konsep trilogi pendidikan, yaitu: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan
Tut Wuri Handayani
i. Trisentra pendidikan yaitu pelibatan sekolah, orang tua dan masyarakat dalam proses
pendidikan.
j. Anak adalah sehelai kertas yang masih samar-samar dan pendidik berfungsi untuk
mengarahkan serta menebalkan bagian yang samar sehingga anak-anak berkembang sesuai
kodratnya.
Hal positif yang dapat kami lihat pada pemikiran KHD terhapap Budaya daerah kami Minang
Kabau. Minang kabau memiliki potensi kebudayaan yang sangat mengemukan rasa kekeluargaan
yang tinggi, yang dapat di integrasikan dalam pembelajaran dari tingkat TK-SMA. Salah satu
budaya yang terkenal di minang kabau yaitu “Sepak Rago”. Sepak rago mengandung nilai-nilai
etika, norma dan identitas masyarakat Minang Kabau, yang mana mengutamakan budi pekerti
(olah cipta, olah rasa, olah karsa dan olahraga)
Pemikiran ini dapat dilihat pada konteks budaya di daerah Minang Kabau dimana murid
cenderung suka bermain baik melakukan permainan tradisional seperti sepak rago dan atau
permainan berbasis digital seperti Kahoot. Potensi ini dapat dikembangkan dalam proses
pembelajaran yaitu pembelajaran berbasis permainan.
c. Pendidikan pada anak disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman
Di daerah kami Minang Kabau terkenal dengan adat istiadat yang kental, yang tergambar dalam
sebuah falsafah adat minang yaitu Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah yang mana
artinya adat berlandaskan agama,agama berlandaskan Kitab Suci Al-quran. Jadi perkembangan
kodrat alam yang terjadi di Minang Kabau berkembang dengan sawajarnya karna masih
banyaknya surau-surau (Musholla) tempat mengajai serta bermain anak. Sementara itu kodrat
zaman juga berjalan dan di ikuti oleh masyarakat Minang Kabau dengan antusiasnya, tanpa
mengurangi nilai-nilai adat yang ada di Minang Kabau.
d. Trilogi Pendidikan
Pemikiran positif dari Ki Hadjar Dewantara yang dikenal dengan Trilogi Pendidikan, yaitu: Ing
Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Trilogi ini berusaha
diterapkan oleh pendidik/rekan sejawat dalam proses pembelajaran. Pendidik berusaha
memberikan teladan yang baik jika berada di depan, memberikan semangat Ketika berada di
tengah dan memberikan dorongan Ketika berada di belakang.
e. Pemikiran tentang Trisentra Pendidikan
Pemikiran positif tentang trisentra pendidikan ini terwujud dengan adanya sinergi antara guru,
orang tua dan masyarakat dalam proses pendidikan dan pembelajaran yang ada di sekolah.
2. Sepakati satu hal positif dari pemikiran KHD yang akan diterapkan di kelas/ sekolah Anda?
Hal positif yang akan kami terapkan di kelas berdasarkan pemikiran KHD adalah “Pendidikan
adalah Taman Bermain”
Bukan tanpa alasan Ki Hadjar Dewantara menggunakan istilah “Taman” sebagai konsep
pendidikannya. Taman berarti sebuah tempat bermain. Teduh, tenang, dan tentunya
menyenangkan. Anak-anak senantiasa gembira berada di taman. Mereka dengan senang hati
menghabiskan waktu di taman. Ki Hadjar ingin konsep pendidikan seperti sebuah taman.
Pendidikan haruslah menyenangkan, belajar adalah proses kegembiraan.
Ketika lonceng sekolah berbunyi semestinya sebuah tanda dimulainya kegembiraan. Lalu
ketika lonceng pulang berbunyi anak-anak akan enggan untuk pulang karena ia tak ingin
kesenangannya berhenti.
Ikhtiar untuk mendorong pendidikan sebagai sebuah kegembiraan itu terus kita dorong bersama.
Salah satu masalah yang timbul selama ini adalah pendidikan terasa seperti sebuah penderitaan.
Jadi kami ingin menerapkan kembali Belajar sambil Bermain dengan metode-metode atau model-
model pembelajaran yang mengutamakan atau mengedepankan siswa yang disebut juga dengan
Student Center.
Mengadakan permainan-permainan tradisional dan modern yang mana siswa merasa bahagia
belajar dan dapat menyerap ilmu dengan baik.
Hormat Kami
25 Oktober 2021
A. Tujuan Utama
‘Merdeka Belajar’ dirancang dengan tujuan tercapainya ‘Pelajar Indonesia merupakan
pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila’
Profil Pelajar Pancasila dalam kerangka ‘Merdeka Belajar “salah satunya adalah Gotong
Royong. Sumber daya dan potensi yang dimiliki oleh sekolah untuk mendukung ‘Merdeka
Belajar’ diantaranya adalah:
1. Memiliki pendidik
2. Memiliki peserta didik
3. Memiliki program sekolah dan masyarakat sekolah
D. Indikator Ketercapaian
1. Siswa mampu menumbuhkan rasa dan sikap saling tolong-menolong, sukarela, saling
membantu, dan memiliki sifat kekeluargaan.
2. Siswa mampu membina hubungan sosial yang baik dengan masyarakat di sekitar.
3. Siswa mampu menciptakan rasa kebersamaan dan menumbuhkan kasih sayang.
4. Siswa mampu mempererat tali silaturahmi (persaudaraan).
5. Siswa mampu meringankan pekerjaan dan menghemat waktu dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan.
6. Siswa mampu meningkatkan produktivitas pembelajaran
7. Terciptanya rasa persatuan dan kesatuan dalam lingkungan sekitar.
E. Pelaksaan Konkret
Pelaksanaan konkret dalam kelas atau disekolah dapat dirumuskan dengan melakukan
pembiasaan kepada siswa seperti,Kerja Bakti, Tanggap Bencana,Musyawarah, dan Belajar
Bersama.
Profil pancasila ini dipilih karena profil pancasila ini bisa menumbuhkan rasa Persatuan,
Kesatuan, Sosialisasi, Sukarela, Tolong menolong dan rasa Kekeluargaan. Selain itu profil
Pancasila ini juga sesuai dengan sila ke-lima yang mana Mengembangkan perbuatan yang
luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Untuk mencapai profil pancasila yang kami pilih dapat dengan cara diskusi, kolaborasi dan
motivasi.
Pihak yang terlibat adalah Pengawas sebagai koordinator berjalannya profil pelajar pancasila
di sekolah,Kepsek sebagai orang yang pertama memberikan contoh, pendidik yang
membimbing siswa agar tercapainya profil pancasila, Peserta didik dan seluruh unsur
masyarakat sekolah untuk melaksanakan gotong royong yang baik.