Anda di halaman 1dari 4

Ruang kolaborasi-Mendesain Kerangka Pembelajaran Sesuai dengan Pemikiran KHD

1) Hal-hal positif yang telah Anda pelajari dan pemikiran KHD yang juga Anda dilihat pada
budaya di daerah Anda

     Hal -Hal positif yang kami pelajari terkait pemikiran KHD, antara lain:

 Pendidikan itu adalah tuntunan agar anak menjadi bijaksana


 Pendidikan hendaknya memerdekakan anak atau memberikan kebebasan anak dalam
belajar
 Pendidikan harus memahami kodrat anak, potensi, bakat dan minat anak-anak
 Pendidikan didasarkan pada kodrat alam dan kodrat zaman
 ‘Menghamba pada anak’ (memandang anak dengan rasa hormat dan pembelajaran yang
berorientasi pada anak)
 Pendidikan adalah persemaian benih-benih kebudayaan yang menghasilkan budi pekerti
(olah cipta, olah rasa, olahrasa dan olahkarsa
 Pendidikan adalah taman bermain
 Konsep trilogi pendidikan, yaitu: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso,
dan Tut Wuri Handayani
 Trisentra pendidikan yaitu pelibatan sekolah, orang tua dan masyarakat dalam proses
pendidikan.
 Anak adalah sehelai kertas yang masih samar-samar dan pendidik berfungsi untuk
mengarahkan serta menebalkan bagian yang samar sehingga anak-anak berkembang
sesuai kodratnya.

Pemikiran KHD yang juga dilihat pada budaya di daerah Anda.

a)  Pendidikan itu adalah benih-benih kebudayaan yang dapat mengantarkan murid pada budi
pekerti (olah cipta, olah rasa, olah karsa dan olahraga) yang luhur serta kebijaksanaan.

      Pemikiran positif ini dapat dilihat pada budaya di daerah kami yaitu Malang. Malang
memiliki potensi kebudayaan yang dapat dikembangkan dan diintegrasikan dalam proses
pembelajaran dalam berbagai jenjang (TK-SMA). Salah satu budaya yang terkenal di Kota
Malang adalah topeng malang. Topeng Malang mampu mengarahkan peserta didik untuk
melakukan olah cipta, olah rasa, olah karsa dan olah raga menuju murid yang bahagia dan
bijaksana.

b)   Pendidikan itu adalah taman bermain (kodrat anak adalah bermain)

     Pemikiran ini dapat dilihat pada konteks budaya di daerah Malang dimana murid cenderung
suka bermain baik melakukan permainan tradisional dan atau permainan berbasis digital. Potensi
ini dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran yaitu pembelajaran berbasis permainan.

c)  Pendidikan pada anak disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman

     Di daerah kami khususnya Kota Malang terkenal sebagai Kota Pendidikan. Artinya, secara
alam, murid-murid telah tumbuh, lahir dan berkembang dalam lingkungan pendidikan yang baik.
Semangat murid-murid untuk belajar juga sangat baik didukung oleh orang tua sehingga iklim
kondusif terbangun secara alami. Sementara, kodrat zaman, murid-murid atau anak-anak di Kota
Malang memiliki kemampuan yang baik dalam mengikuti perkembangan zaman khususnya
dalam perkembangan teknologi.

d) Trilogi Pendidikan

     Pemikiran positif dari Ki Hadjar Dewantara yang dikenal dengan Trilogi Pendidikan, yaitu:
Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Trilogi ini
berusaha diterapkan oleh pendidik/rekan sejawat dalam proses pembelajaran. Pendidik berusaha
memberikan teladan yang baik jika berada di depan, memberikan semangat Ketika berada di
tengah dan memberikan dorongan Ketika berada di belakang.

e) Pemikiran tentang Trisentra Pendidikan

     Pemikiran positif tentang trisentra pendidikan ini terwujud dengan adanya sinergi antara guru,
orang tua dan masyarakat dalam proses pendidikan dan pembelajaran yang ada di sekolah.

2) Sepakati satu hal positif dari pemikiran KHD yang akan diterapkan di kelas/sekolah Anda?
     Hal positif  pemikiran KHD yang akan kami terapkan dalam konteks kelas/sekolah adalah“
Kemerdekaan dalam belajar dengan berorientasi pada kebudayaan daerah/kearifan lokal”

    Penjabaran

     Kemerdekaan dalam belajar yang kami maksud adalah pembelajaran yang berpusat pada
murid. Murid bukanlah obyek dari pembelajaran tetapi menjadi subyek. Artinya, pembelajaran
harus didesain berdasarkan kebutuhan, karakteristik, kodrat dan potensi anak-anak. Pembelajaran
memberikan kesempatan yang lebih untuk murid dapat mengeksplorasi diri, mengembangkan
diri, menciptakan sesuatu, berkolaborasi, berdiskusi, memecahkan masalah namun dengan cara-
cara yang menyenangkan. Setiap murid/anak harus merasa merdeka dan bahgia Ketika mengikuti
proses pembelajaran tertentu.

     Kemerdekaan belajar dalam pengaplikasiannya hendaknya mengintegrasikan kebudayaan


lokal  atau kearifan budaya sehingga anak menjadi pebelajar yang berbudaya dan siap hidup di
masyarakat.

     Dasar Pemikiran Kontekstual

 Pembelajaran yang kita temui masih sering bersifat teacher centered yaitu didominasi
oleh guru.
 Pembelajaran masih bersifat mentransfer ilmu pengetahuan dan berbasis kompetensi
pengetahuan kognitif semata
 Penilaian dominan dari segi kognitif
 Pembelajaran belum berdiferensiasi dimana murid diajarkan secara homogen meskipun
memiliki keunikan masing-masing
 Pembelajaran masih minim mengintegrasikan kebudayaan lokal setempat sehingga
perlahan-lahan murid mulai melupakan bahkan tidak mengenali kebudayaannya sendiri
 Pembelajaran yang masih sering dilakukan hanya dalam sekat-sekat ruang kelas dan
belum memanfaatkan sepenuhnya lingkungan sebagai sumber belajar.
 Potensi Kota Malang sebagai Kota wisata, budaya untuk dikembangkan dan dijadikan
sumber pembelajaran.
 Kemampuan kolaborasi dan komunikasi peserta didik masih kurang
 Masih banyak dijumpai anak-anak yang dapat menerima dan menghargai perbedaan

   Contoh ide/gagasan pembelajaran merdeka belajar berbasis kebudayaan


daerah/kearifan lokal   

 Membuat survey non kognitif dan kognitif untuk mengetahui profile murid sehingga
dapat ditentukan strategi/metode/model pembelajaran
 Merancang pembelajaran berpusat pada murid dengan menggunakan model pembelajaran
inovatif dan kooperatif untuk membentuk kemampuan kolaboratif dan komunikasi
 Murid belajar dalam kelompok-kelompok kecil sesuai dengan minat dan potensinya
(pendidikan yang berdiferensiasi)
 Proses pembelajaran tidak hanya dikelas tetapi dapat dilaksanakan di luar kelas (outdoor
learning) dengan beragam aktivitas, seperti: bermain peran, percobaan, mengukur
lapangan, membuat proyek dan lain-lain.
 Pembelajaran memanfaatkan sumber belajar dari lingkungan
 Mengintegrasikan kebudayaan lokal daerah Malang dalam pembelajaran seperti budaya
Topeng Malangan dalam bentuk pembelajaran berbasis proyek atau proyek dengan
pendekatan STEAM.

   Tantangan yang mungkin dihadapi dan solusi

 Murid belum terbiasa dengan aktivitas pembelajaran konsep ‘merdeka belajar’ berbasis
budaya lokal. Solusinya: membangun kesepakatan kelas dan memberikan scaffolding
oleh guru
 Kemampuan guru dalam merancang pembelajaran merdeka belajar berbasis budaya lokal.
Solusinya dapat bekerjasama dengan pihak/mitra lain (masyarakat)
 Proses pembelajaran merdeka belajar akan kompleks dan memerlukan waktu yang lama
sehingga capaian kurikulum tidak tercapai. Solusinya : kolaborasi antar guru mata
pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai