Anda di halaman 1dari 5

Tugas kelompok

Presentasi mata kuliah Ilmu Pendidikan

ALIRAN NATURALISME DAN ALIRAN KONVERGENSI DALAM TEORI PENDIDIKAN


KLASIK

Program Penddidikan Agama Islam

Semester I

Oleh kelompok lima :

1. Mithwa favian jiwani 4. Muthi’ah ramadhani


2. Nurul sa’adah 5. Emi
3. Syarifah maemunah 6. Nurul Hidayati

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYYAH TANJUNG REDEB

BERAU, KALTIM, INDONESIA

TAHUN AJARAN : 2023/2024


Aliran naturalisme dan aliran konvergensi dalam teori pendidikan klasik

Abstrak

Aliran pendidikan adalah pemikiran- pemikiran yang membawa pembaharuan dalam


dunia pendidikan pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni
pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya,
sehingga timbul pemikiran yang baru, danemikian seterusnya. Pemikiran-pemikiran yang
membawa pembaharuan pendidikan disebut aliran-aliran pendidikan. Setiap gagasan dan
pelaksanaan pendidikan selalu dinamis seiring dengan dinamika manusia dan masyarakatnya,
hingga baik dulu, kini maupun dimasa depan pendidikan akan selalu mengalami perkembangan
seiring dengan perkembangan sosia budaya dan perkembangan Iptek.

Pembahasn

Macam-Macam Aliran –Aliran Klasik Dalam Pendidikan

Pemahaman tentang pemikiran klasik ada beberapa pendapat yang berbeda mulai dari
yang optimis hingga pesimis. Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda tersebut, maka
berikut ini akan dibahas tentang pemikiran yang termasuk pemikiran klasik (Empirisme,
nativisme, naturalism dan konvergensi). Dan fokus kami pada kesempatan ini akan membahas
dua aliran tersebut, Naturalisme dan Konvergensi.

a. Aliran Naturalisme

Aliran ini di pelopori oleh seorang filosof Prancis Jean Jacques Rousseau (1712-1778).
Naturalisme mempunyai beberapa pengertian, yaitu dari segi bahasa, Naturalisme berasal dari
dua kata, “Natural” artinya “Alami” dan “Isme” artinya “Paham”. Aliran naturalisme dapat juga
disebut sebagai “Paham Alami”. Maksudnya, bahwa setiap manusia yang terlahir ke bumi ini
pada dasarnya memiliki kecenderungan atau pembawaan yang baik dan tak ada seorangpun
terlahir dengan pembawaan yang buruk.

Aliran Naturalisme berpendapat bahwa semua anak yang dilahirkan mempunyai


pembawaan baik, dan tidak satu pun dengan pembawaan buruk. Bagaimana hasil
perkembangannya kemudian sangat ditentukan oleh pendidikan yang di terimanya atau yang

1
mempengaruhinya. “Jika pengaruh itu baik maka akan baiklah ia akan tetapi jika pengaruh itu
buruk, akan buruk pula hasilnya” (Arifin, 2016). Pandangan Naturalisme tidak memandang
penting pendidikan, aliran ini juga disebut "negativisme", karena berpendapat pendidik wajib
membiarkan pertumbuhan anak pada alam, dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan.
Rouseau dengan gigihnya mengajak agar kembali ke alam (nature), dengan kata lain “back to
nature”, dengan menjauhkan anak dari lingkungan kebudayaan. la ingin menjauhkan anak dari
segala keburukan masyarakat yang serba dibuat (artificial), sehingga kebaikan anak-anak yang
diperoleh secara alamiah sejak lahir dapat tampak secara spontan dan bebas.

Prinsip pembelajaran dalam aliran Naturalisme

1. Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara
pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan pengalaman di dalam dirinya secara
alami.
2. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan
sebagai fasilitator, menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian anak ke
arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan untuk memperoleh
bimbingan dan sugesti dari pendidik. Serta memberikan tanggung jawab belajar pada diri
anak didik sendiri.
3. Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan
menyediakan lingkungan belajar yang beorientasi pada pola belajar anak didik. Anak
didik diberi kesempatan menciptalan lingkungan belajarnya sendiri.

Dengan demikian, aliran naturalisme menitikberatkan pada strategi pembelajaran yang


bersifat paedosentris, artinya faktor kemampuan anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar
dan mengajar.

b. Aliran Konvergensi

Tokoh aliran konvergensi adalah Wiliam Stern, seorang tokoh pendidikan Jerman yang
hidup tahun 1871-1939. konvergensi mengatakan bahwa pertumbuhanan perkembangan manusia
itu adalah tergantung pada dua faktor yaitu : faktor bakat/pembawaan dan faktor lingkungan,
pengalaman/pendidikan. Faham Konvergensi ini berpendapat bahwa di dalam perkembangan

2
individu itu baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan memainkan peranan penting. Bakat
sebagai kemungkinan telah ada pada diri individu, akan tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu
menemukan lingkungan yang sesuai agar dapat berkembang dengan optimal. Dalam
perkembangan manusia, pendidikan berperan penting, tetapi seorang pendidik tidak pada
tempatnya dengan bangga menunjukkan: “Inilah hasil didikan saya”. Ungkapan tersebut bila
ditelaah tergantung pula dari situasi saat pendidikan itu berlangsung, dari cara anak
menerimanya atau menolaknya, dari bakat dan kemampuan yang ada di anak, sulit ditentukan
mana hasil didikan, mana penjabaran bakat dan bawaan (Ningsih, 2009).

Prinsip pembelajaran dalam Aliran Konvergensi

1. Pendidikan harus bisa memberikan lingkungan kepada anak sebanyak mungkin dan
beraneka ragam. Agar seluruh pembawaan anak didiknya dapat diberi kemungkinan
berkembang secara maksimal. Sebaliknya pembawaan-pembawaan yang tidak baik dapat
dicegah perkembangannya.
2. Pendidikan memang dibatasi oleh pembawaan anak dan bimbingan yang diberikan
kepada anak juga harus memperhatikan sifat-sifat yang terdapat pada anak itu sendiri.
Anak tidak boleh dianggap sebagai makhluk pasif, tetapi kita harus menganggap anak
sebagai individu yang bisa menentukan dan memilih segala sesuatu.
3. Setiap anak memiliki kebebasannya dalam memilih mana yang baik untuk dirinya dan
mana yang buruk untuk dirinya. Bimbingan yang diberikan kepada peserta didik pun
harus tetap memperhatikan sifat-sifat atau karakter dasar dari anak itu sendiri.
4. Seorang guru sebaiknya harus memahami bahwa setiap peserta didik memiliki karakter,
bakat dan kemampuan yang berbeda-beda. Sehingga dalam mengajar pun dapat
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengeksploitasi dan mengeksplorasi
segala potensi dan kemampuan yang ada dalam peserta didik.
5. Guru tidak berperan sebagai teacher learning center namun seharusnya student learning
center, di mana peserta didik adalah objek utama yang harus dikembangkan, harus dibina
dan harus dipimpin agar mampu menemukan potensi yang ada dalam dirinya. Dalam hal
ini, guru hanya berperan sebagai tutor atau pendamping peserta didik yang membantu
peserta didik dalam menemukan potensi dan bakat yang ada dalam peserta didik itu
sendiri.

3
Oleh karena Konvergensi tidak menafikan secara mutlak faktor pembawaan dan juga tidak
menafikan secara mutlak faktor lingkungan. Prinsip konvergensi menganggap bahwa faktor
lingkungan dan faktor pembawaan serta bakat dari orang tua memiliki pengaruh yang signifikan
pada perkembangan anak.

Sumber :

8417-Article%20Text-23064-1-10-20230214%20(1).pdf

TEORI2%20penddikan%20klasik%20(1).pdf
Article%20Text-23064-1-10-20230214%20(1).pdf

https://cls.ikipsiliwangi.ac.id/blog
https://erudisi.com/implikasi-penerapan-teori-konvergensi/

Anda mungkin juga menyukai