Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Landasan Kependidikan”

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya yang berjudul “ALIRAN-ALIRAN DAN ASAS PENDIDIKAN” . Dengan
selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan
masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi tercapainya
kesempurnaan dari makalah ini.
DAFTAR ISI
1. Kata pengantar ............................................................................................i
Daftar isi .....................................................................................................ii
Bab I pendahuluan ......................................................................................1
A. Latar belakang .......................................................................................1
B. Rumusan masalah ..................................................................................1
Bab II pembahasan .....................................................................................2
Bab II pembahasan ....................................................................................16
Daftar Pustaka ...........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan individu.
Dengan tiada pendidikan , manusia menjadi sama dengan hewan. Ia tidak dapat
mengerti dan mengucapkan bahasa sesame manusia , ia kehilangan kesadaran religius
dan kesusilaan , sehingga pada pergaulan hidup sesame manusia ia akan sama sekali
tidak dapat mengambil bagian dalam perikehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu
pendidikan sangat perlu dalam kehidupan manusia.
      
B.     Rumusan Masalah
a. Apa pengertian pendidikan ?
b. Apa saja aliran pendidikan ?
c. Apa asas-asas pendidikan ?
       
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendidikan
- Definisi luas Pendidikan
Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah
segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individi.
- Definisi sempit pendidikan
Pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segla sesuatu yang
diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar
mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-
hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.
- Menurut UU no.2 tahun 1989
Pendidikan adalah usaha sadar menyiapkan peserta didik dengan cara proses
pengajaran pembimbingan dan pelatihan untuk peran peserta didik dimasa yang
akan datang.
- Menurut UU no. 20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
didiknya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri ,
kecerdasan , akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.

B.    Aliran-Aliran Pendidikan


Dengan tiada pendidikan , manusia menjadi sama dengan hewan. Ia tidak dapat
mengerti dan mengucapkan bahasa sesame manusia , ia kehilangan kesadaran religius
dan kesusilaan , sehingga pada pergaulan hidup sesame manusia ia akan sama sekali
tidak dapat mengambil bagian dalam perikehidupan kemasyarakatan. Apabila
pendidikan itu suatu keharusan , kemudian timbul suatu problematik : apakah
pendidikan itu dan sampai dimanakah kekuasaannya ? Dari sinilah muncul adanya
aliran-aliran dalam pendidikan :
 1.    Aliran Nativisme
Kaum pesimis dalam pendidikan ini menyatakan pendapatnya bahwa
pendidikan tidak akan menghasilkan apa-apa.
Schopenhauer seorang filsuf berkebangsaan jerman yang mewakili aliran ini
berkata : yang jahat tidak akan menjadi baik karena pendidikan, paling tinggi
hanya menjadi agak berhati-hati. Yang baik tidak menjadi rusak jiwanya karena
teladan-teladan yang jelek.
“Lombroso” seorang professor berkebangsaan Italia mengemukakan suatu teori
tentang : “Dilahirkan sebagai penjahat “. Teori mengatakan bahwa seseorang
waktu dilahirkan telah membawa sifat pembawaan dari orang tuanya, yang akan
membawanya ke rumah penjara atau mungkin akan menjadikannya sebagai orang
yang baik.
Kaum pesimistik penganut aliran ini mengatakan bahwa bakat atau
pembawaan itu menentukan nasib seseorang.
Nativisme berasal dari kata natives yang berarti pembawaan. Pengertian
nativisme dalam kamus Paedagogik : istilah yang dipakai untuk menyatakan suatu
pendirian terhadap masalah kebakatan. Penganut nativisme mengutamakan sifat
yang tertentu, yaitu sifat pembawaan (Panitia istilah paedagogik, 1954;60)
2.   Aliran Empirisme
Kaum optimistik dalam pendidikan penganut aliran empirisme asal kata dari
empiris yang artinya pengalaman berpendapat bahwa pembawaan itu tidak ada,
yang dimiliki orang adalah akibat dari pendidikan baik , sifat yang baik maupun
yang jelek. Kaum optimis ini menyatakan bahwa pendidikan itu sangat berkuasa.
Dalam golongan kaum optimis pendidikan ini termasuk ersmus (Belanda), yang
menyamakan peserta didik seperti segumpal tanah liat yang dapat mempunayai
bentuk menurut kehendak orang yang akan membentuk. Pada abad ke 18 orang
berpengharapan terhadap besarnya pengaruh pendidikan.
“Leibiz” seorang fisuf berkebangsaan Jerman , menulis : Pendidikan memang
segala-galanya. Salzman mengatakan bahwa hati anak itu seperti malam yang
dapat dikepal dalam bentuk yang kita kehendaki. John Locke dengan teori
tabularasanya memperumpamakan jiwa seorang anak seperti kertas putih, yang
dapat ditulis sesuai kehendak orang yang menulis .
Pengertian empirisme dalam Kamus Paedagogik :
a. Didalam Filsafat : ajaran , bahwa pengalaman sajalah yang menjadi sumber
pengetahuan. Yang mula-mula mengemukakan aliran ini adalah Bacon dan
Locke.
b. Di dalam pendidikan : Ajaran , bahwa watak semata-mata dibentuk oleh
pengalaman dan lingkungan , jadi belumlah ada pada pembawaan , ketika
seorang dilahirkan (Panitia Istilah Paedagogik, 1954:27)
Pengertian Empiris : pengalaman yang diperoleh dari penbgamatan (Panitia Istilah
Paedagbogik, 1954 : 27)
3.   Aliran Naturalisme
Aliran yang hamper bersamaan dengan aliran Nativisme yang berdasarkan
konsepsi yang dikemukakan oleh “J.J. Rousseau”, filsuf bangsa Prancis ini dinamai
aliran Naturalisme. Dalam bukunya tentang Emile, Rousseau berpendapat semua
anak adalah baik pada waktu datang dari Sang Pencipta, tetapi menjadi buruk
ditangan manusia. Berbeda dengan Schopenhauer , Roussaeu berpendapat bahwa
semua anak yang baru lahir mempunyai pembawaan yang buruk. Pembawaan yang
baik sejak lahir itu menjadi buruk (rusak) oleh tangan manusia. Aliran ini
berpendapat bahwa pendidikan hanya wajib member kesempatan kepada
anakuntuk tumbuh dengan sendirinya, pertumbuhan diserahkan saja kepada alam.
Yang dapat dilaksanakan oleh pendidikan hanyalah menyerahkan anak didik
kepada alam agar pembawaan yang baik itu tidak rusak oleh tangan manusia
melalui apa yang dinamakan pendidikan.
Prinsip kembali ke alam ini menjadi cirri utama aliran naturalisme. Rousseau
memandang masyarakat itu buruk , jelek, rusak, oleh karena itu kebaikan anak
yang dimiliki secara alamiah sejak kelahirannya biarlah berkembang secara
spontan dan bebas di alam. Pendidikan yang dikehendaki oleh Rousseau hendaklah
dimulai dengan  mempelajari perkembangan anak. Anak tidak boleh dianggap
sebagai manusia dewasa dalam bentuk miniatur. Pada masa anak pengembangan
panca indera dilakukan melaui kegiatan anak itu sendiri, yang penting
pengembangan alam (lingkungan) dan berbagai peristiwa yang terjadi didlamnya
sebagai pembimbing tingkah laku. Pada masa remaja kemampuan berfikir harus
dikembangkan , karena ia mulai memasuki kehidupan sosial. Agama dan moral
diajarkan semata-mata dalam kaitan alas an-alasan belaka.
        Rousseau berpendapat bahwa lebih baik menunda sesuatu pengajaran
daripada cepat-cepat melaksanakannya, karena ingin menanamkan suatu aturan
atau otoritas tertentu (Ditjen Dikti, 1983/1984 : 37)
4.    Aliran Konvegensi
Pendapat aliran Nativisme dan Empirisme pada dewasa ini tidak mempunyai pengikut lagi.
Orang menerima buah pikiran (pendapat) William Stern yang merumuskan Hukum
Konvergensi. Hukum itu mengatakan bahwa bakat, pembawaan dan lingkungan
(pengalaman) itu bekerja bersama-sama seperti dua komponen yang hasilnya pribadi tertentu
dari seseorang. Jadi tegasnya proses perkembangan individu itu  adalah hasil kerjasama dari
factor bakat (pembawaan) denagn factor lingkungan (termasuk pendidikan). Untuk memberi
jawab atas problematik : Apakah pendidikan itu mungkin dan sampai di manakah
kekuasaannya ? Dapat kiranya dikemukakan jawaban : anak dididik karena :
a. Mempunyai sifat ketidakberdayaan
Sejak anak lahir mempunyai sifat ketidakberdayaan yang memerlukan pertolongan , bantuan ,
bantuan, tuntunan, asuhan, perlindungan, pemeliharaan dari orang tuannya.
b. Anak memiliki masa perkembangan
Anak tumbuh dan berkembang terus baik jasmani maupun rohaninya sebagi manusia.

c. Anak itu ingin berdiri sendiri


Anak manusia itu mempunyai sifat keinginan untuk berdiri sendiri sebagai manusia dewasa
yang dalam pergaulan hidup diterima sebagai anggota masyarakat bukan lagi sebagi manusia
yang dilindungi oleh masyrakat (anak)

5. Aliran Behaviorisme
Behaviorisme adalah suatu aliran ilmu jiwa di Amerika. Pelopor aliran ini ialah : William
james, Thorndike , dan waston.
Ciri-ciri aliran Behaviorisme ialah:
a.  Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya,
melainkan hanya mengamati perbuatan dan tingkah laku berdasarkan kenyataan.
Pengalaman-pengalaman batin dikesampingkan. Dan hanya perubahan dan gerakan-gerakan
pada bada  saja yang dipelajari. Maka sering dikatakan bahwa Behaviorisme ilmu jiwa tanpa
jiwa.
b.   Semua perbuatan dikembalikan pada reflek.
Behaviorisme mencari unsure-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan
kesadaran dinamakan reflek. Reflek adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu
perangsang. Manusia dianggap suatu kompleks reflex atau suatu mesin reaksi.

c.   Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah sama.
Menurut Behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa. Manusia adalah makhluk yang hanya
berkembang karena kebiasaan-kebiasaan dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek
sekehendak hatinya. 

                   Pendapat para pengikut Behaviorisme :


a.   “William James (1842-1910)”
James adalah perintis jalan filsafat Pragmatisme. Pandangannya tentang filsafat dan
Psykologi ditulis dalam “Principles of Psychology”. Pokok ajaran Pragmatisme adalah :
1. Tiap berfikir mengandung maksud tertentu yaitu penyempurnaan hidup.
2.  Segala kenyataan bersifat pragmatis , yakni mengandung maksud-maksud tertentu, dan
kenyataannya itu hanya berarti kalau ada faedahnya bagi kehidupan manusia.
3. Nilai pengetahuan manusia harus diuji pada kehidupan praktis. Besar tidaknya suatu
fikiran itu dapat dilihat dari dapat tidaknya fikiran itu dipraktekan dan terbukti atau tidaknya
maksud yang terkandung didalamanya.
4.  Semboyan kaum Behaviorisme “The truth is in  the making”. Benar , adalah apa yang
dalam praktek ternyata tepat dan menguntungkan. Tidak benar, adalah apa yang dalam
praktek tidak member hasil. Misalnya : kalau anasir agama terbukti membawa kebahagiaan
manusia dapatlah dikatakan bahwa agama itu benar. Filsafat pragmatism ini kemudian diikuti
oleh John Dewey (murid James)
                    
 Psychology James
1.   Manusia adalah makhluk reaksi. Semua perangsang yang datang dari luar
menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi itu. Reaksi itu dapat dibedakan : reaksi
pembawaan dan reaksi yang diperoleh.
2.  James mengutamakan unsure-unsur motoris. Unsure-unsur yang terpenting
daripada perbuatan bukanlah baying-bayang dunia luar melainkan reflex senso-
motoris. Yakni bagaimana perangsang dari dunia luar itu ditambah denagn reaksi
yang berwujud gerakan-gerakan itu.
3.   James menghargai pendirian biologis. Semua peristiwa mengenal, merasakan dan
menghendaki adalah untuk berbuat dan berkembang.
4.  James menentang ilmu jiwa unsure. Manusia dipandang sebagai organism (jasad)
yang bereaksi seluruhnya terhadap perangsang-perangsang.
b.    “Throndike”
Ia adalah pengikut Behaviorisme yang tidak radikal. Pendapat-pendapatnya ditulis dalam
“Animal Intelegence” dan “Educational Psychology”.
c.    “Watson”
Ia adalah pengikut aliran Behaviorisme yang radikal. Sejak tahun 1912 Watson ingin
meninggalkan jiwa empiris dan hendak membentuk ilmu jiwa baru, yaitu ilmu jiwa yang
berdasarkan ilmu pengetahuan alam dengan bukti-bukti yang nyata.

Pandangan Watson tentang Psychology ialah : perbuatan dianggap suatu reaksi organism
hidup yakni reaksi terhadap perangsang dari luar. Reaksi ini terdiri dari gerakan-gerakan
tertentu dan perubahan-perubahan dalam tubuh. Kesemuanya itu dapat dinyatakan secara
objektif. Hanya perubahanlah yang dapat diselidiki secara positif.
C.   Asas-Asas Pendidikan
Asas pendidikan memiliki arti hukum atau kaidah yang menjadi acuan kita dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan. Asas pendidikan debedakan menjadi 2 yaitu : 
a.    Asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara. Seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani
mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan
memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri,
dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya (Hamzah, 1991:90).
Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa
perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima
sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan, No.2:24). Asas Tut
Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada
kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik (Karya
Ki Hajar Dewantara, 1962:59). Hal itu tidak menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar
Dewantara, setiap kesalahan yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri,
kalau tidak ada pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut.
Dengan demikian, setiap kesalahan yang dialami anak tersebut bersifat mendidik.
Menurut asas tut wuri handayani :
1.    Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan,
2.    Pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among,
ngemong (Karya Ki Hajar Dewantara, hal. 13). Among mengandung arti mengembangkan
kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin
menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat
tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan
anak sendiri dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan, 
3.     Pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede),
4.     Pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak),
5.    Pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di
atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik. 
b. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan kecerdasan, harkat, dan martabat bangsa,
mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berkualitas, mandiri hingga mampu membangun diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya,
memenuhi kebutuhan pembangunan dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa
(GBHN, 1993:94). Gambaran tentang manusia Indonesia itu dilandasi pandangan yang
menganggap manusia sebagai suatu keseluruhan yang utuh, atau manusia Indonesia
seutuhnya, keseluruhan segi-segi kepribadiannya merupakan bagian-bagian yang tak
terpisahkan satu dengan yang lain atau merupakan suatu kebulatan. Oleh karena itu,
pengembangan segi-segi kepribadian melalui pendidikan dilaksanakan secara selaras, serasi,
dan seimbang. Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh harus ada keseimbangan dan
keterpaduan dalam pengembangannya.
Keseimbangan dan keterpaduan dapat dilihat dari segi:
1. Jasmani dan rohani; jasmani meliputi: badan, indera, dan organ tubuh yang lain; sedangkan
rohani meliputi: potensi pikiran, perasaan, daya cipta, karya, dan budi nurani, 
2. Material dan spiritual; material berkaitan dengan kebutuhan sandang, pangan, dan papan
yang memadai; sedangkan spiritual berkaitan dengan kebutuhan kesejahteraan dan
kebahagiaan yang sedalam-dalamnya dalam kehidupan batiniah,
3. Individual dan sosial; manusia mempunyai kebutuhan untuk memenuhi keinginan pribadi
dan memenuhi tuntutan masyarakatnya,
4. Dunia dan akhirat; manusia selalu mendambakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
sesuai dengan keyakinan agam masing-masing,
5. Spesialisasi dan generalisasi; manusia selalu mendambakan untuk memiliki kemampuan-
kemampuan yang umumnya dimiliki orang lain, tetapi juga menginginkan kemampuan
khusus bagi dirinya sendiri.
untuk mencapai integritas pribadi yang utuh sebagaimana gambaran manusia Indonesia
seutuhnya sesuai dengan nilai-niai Pancasila, Indonesia menganut asas pendidikan sepanjang
hayat. Pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap warga negara Indonesia:
1.  Mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan kemandirian sepanjang
hidupnya,
2.   Mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga pendidikan yang
ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan dapat bersifat formal, informal, non
formal,
3.  Mendapat kesempatan mengikuti program-program pendidikan sesuai bakat, minat, dan
kemampuan dalam rangka pengembasngan pribadi secara utuh menuju profil Manusia
Indonesia Seutuhnya (MIS) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
4.   Mendpaat kesempatan mengembangkan diri melalui proses pendidikan jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu sebagaimana tersurat dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 1989.
c.       Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar
itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila
diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama
sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam
melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
        Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi didiknya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri , kecerdasan , akhlak mulia , serta
keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Asas-asas
pendidikan antara lain; asas Tut  Wuri Handayani dan asas Belajar sepanjang hayat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A.R.S. 1991. Educational Theory, A Quranic Outlook (Alih bahasa:
Mutammam). Bandung: Diponegoro.
Anshari, E. S. 1983. Filsafat, Ilmu dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu.
AH, F. 1985. Realitas Manusia: Pandangan Sosiologis Ibnu Khaldun dalam Insan Kamil
(Penyunting: Dawam Rahardjo). Jakarta: Grafiti Pers.
Buber, M. 1959. Between Man and Man. (Translated by Ronald Gregor Smith). Boston:
Beacon Press.
Butler, J. D. 1957. Four Philosophies and Their Practice in Education and Religion. New
York: Harper & Brothers Publishers.
Cassirer, E. 1987. An Essay On Man. (Terj.: Alois A. Nugroho). Jakarta: Gramedia.
Friedman, S.M. 1954. Martin Buber, The. Life of Dialogue. London: Routledge and
Began Paul Ltd.

Anda mungkin juga menyukai