Anda di halaman 1dari 9

ALIRAN PENDIDIKAN YANG BERADA

DI INDONESIA DAN PENGARUHNYA

Nama:
Ayung Lesmana Ramadhan (23216008)
Intan Puspita Sari (232160010)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA


TAHUN 2023 FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
BAB I

PENDAHULUAN

Menurut undang-undang no. 20 tahun 2003. Pendidikan adalah usaha secara sadar dan
terencan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting sekali dalam mengembangakan
potensi individu, agar kita bisa relevan dalam pergaulan dalam masyarakat dan turut serta
menyumbang kontribusi positif pada masyarakat. Pendidikan berperan memberi bekal yang tidak ada
pada masa kanak-kanak dan akan kita butuhkan pada saat telah dewasa (Rousseau:2003). Artinya
tanpa pendidikan seorang individu akan kehilangan arah dalam menentukan langkah kehidupannya, ia
akan menjadi individu yang tidak relevan terhadap nilai yang berlaku dalam masyarakat. Sebab
pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri
sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengan menimbulkan perubahan pada dirinya sendiri yang
kemudian memberikan dampak pada lingkungan (oemar hamalik : 2001). Selain absennya pendidikan
juga membuat individu kesulitan dalam memenuhi hajat hidupnya sendiri.

Ada aliran dalam pendidikan yang mempengaruhi pemikiran pendidikan.Tentang bagaimana


kita memandang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan, apa fokusnya, dan pendekatan
apa yang dipakai dalam pemikiran pendidikan itu khususnya. secara umum aliran dalam pendidikan
terbagi dalam aliran klasik dan kontemporer. Keduanya adalah hasil pemikiran para pemikir ternama,
disini penulis ingin mengungkap apa pengaruh dari aliran ini terhadap pemikiran pendidikan
diindonesia, sehingga agaknya akan menjadi lebih terang bagi kita semua tentang bagaimana kita
memandang dan ikut terlibat dalam pendidikan.

Maka rumusan masalah dalam kajian ini adalah, apa pengertian dari aliran-aliran pendidikan
tersebut, serta bagaimana pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

Aliran pendidikan merupakan pemikiran-pemikiran yang memberi pembaharuan dalam


pendidikan, pemikiran tersebut berlangsung dalam sebuah diskusi yang berkepanjangan dan terjadi
pembaharuan teori dan gagasan yang menggantikan gagasan lama. Setiap aliran yang ada memiliki
pandangan yang berbeda dalam memandang pertumbuhan manusia, sehingga menimbulkan corak dan
konsentrasi yang berbeda dalam gagasannya terhadap perkembangan manusia. Secara umum aliran
pendidikan terbagi menjadi dua yakni aliran pendidikan klasik dan kontemporer, dalam sekilas
pandang bisa kita ketahui bahwa aliran klasik lebih menekankan pada perkembangan kognitif, yakni
bagaimana individu mampi mencerap pengetahuan yang diterimanya sedang dalam aliran modern
yang ditekankan adalah metode pengembangan manusia.

2.1 Aliran Klasik

Aliran klasik telah berkembang sejak zaman yunani, dan terbagi kedalam empat aliran sebagai
berikut.

2.1.1 Aliran nativisme

Nativisme berasal dari bahasa latin Nativus artinya “terlahir”. Salah satu tokoh dari
aliran ini adalah arthur schopenhauer. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan
seseorang ditentukan oleh bakat bawaan lahir seseorang. Aliran ini menyatakan bahwa
seseorang yang “berbakat” pasti akan tumbuh dengan baik menjadi orang yang hebat
dan sebaliknya orang yang “kurang berbakat” bagaimanapun usaha yang ia lalui pasti
tidak akan mampu menyaingi orang yang “berbakat” sehingga aliran ini merupakan
suatu pandangan pesimistik yang menekankan bahwa bakatlah yang akan menentukan
nasib seseorang (Munib, 2008). Seseorang yang memiliki bakat atletis cenderung akan
mampu unggul dalam bidang yang menjadi bakatnya itu daripada dalam bidang yang
bukan bakatnya, aliran ini menekankan pada pencarian bakat setiap individu untuk
mencari jenis pendidikan yang sesuai dengan bakatnya, agar perkembangannya
optimal.

2.1.2 Aliran Empirisme


Bertolak belakang dari aliran nativisme, aliran empirisme ini mengabaikan
semua atribut bawaan yang kita sebut bakat. Aliran ini dicetuskan oleh john locke
(1632-1704). Dalam teorinya john locke berpendapat bahwa seorang anak adalah
sebuah kertas kosong yang siap diwarnai oleh faktor eksternal yang mempengaruhi
dirinya. Empirisme secara stimologis berasal dari bahasa latin empiricus yang berarti
pengalaman, dalam teori ini dijelaskan bahwa sumber pengetahuan adalah
pengalaman manusia yang dikumpulkan selama hidupnya, sehingga tingkat
pengetahuan yang sama dapat diperoleh jika dua orang terpapar pengalaman yang
serupa. John locke menekankan pentingnya anak untuk diajarkan belajar berdasarkan
rasio bukan atas dorongan hati atau bakatnya.
Aliran ini mengesampingkan bakat dan berpendapat bahwa pengalaman
adalah faktor satu-satunya yang berpengaruh dalam perkembangaan seorang individu
sehingga aliran ini menyatakan bahwa kepiawaian dan tingkat pengetahuan seseorang
bisa direproduksi dengan pengalaman yang sama. Sehingga teori ini lebih
mengetengahkan egalitarianisme dalam pendekatannya terhadap metode pendidikan
yang dilakukan, kita bisa mencetak 100 orang einstein atau 100 orang gandhi dengan
memberikan pengalaman yang sama. Kapasitas intelektual dianggap sama antar
individu dan hanya dibedakan oleh pengalaman yanhg terakumulasi menjadi
perkembangan pengetahuan. Di Indonesia hal ini termanifestasi kedalam wacana
pendidikan bagi seluruh rakyat indonesia, seluruh rakyat berhak memperoleh
pendidikan. Yang berarti bahwa seluruh rakyat dipandang egaliter sehingga didorong
untuk memperoleh pendidikan.
2.1.3 Aliran Naturalisme

Aliran ini terkadang disamakan dengan aliran nativisme karena aliran ini
mempercayai bahwa bakat bawaan lahir memang ada, sehingga setiap orang memiliki
modal berbeda atau titik permulaan yang berbeda dalam perkembangannya.
Naturalisme berasal dari kata “nature” yang artinya “alam”, dalam aliran ini
dikemukakan pendapat bahwa setiap manusia pada dasarnya dilahirkan
berkecenderungan baik dan yang mengubah kecenderungan itu adalah pendidikan
yang ia alami selama hidup. Jadi aliran ini bisa dibilang merupakan jalan tengah dari
kedua aliran yang sebelumnya yang memadukan antara faktor “bakat lahir” dan
pengalaman yang dialami oleh individu.

Sehingga semata-mata “bibit” yang unggul atau sekadar pengalaman saja tidak
bisa menentukan perkembangan individu. Akan tetapi kombinasi antara keduanyalah
yang menjadikan penentu bagi perkembangan seseorang, seseorang dengan bakat
atletis yang tidak pernah berlatih melempar lembing akan kalah dari seseorang yang
tidak berbakat namun rajin berlatih melempar lembing. Pun seseorang yang rajin
berlatih musik akan kalah dari orang yang berbakat dalam musik juga proporsi
latihannya sama. Aliran ini mengedepankan pengembangan individu melalui
lingkungan mendukung bakat bawaannya agar bisa muncul hasil yang optimal
sebagai sinergi antara bakat dan pengalaman.

Dalam pandangan aliran ini semua manusia secara kodrati diciptakan dengan
baik oleh tuhan, akan tetapi manusialah yang seiring waktu merusaknya. Sehingga
pendidikan sedari anak-anak sangat ditekankan, anak-anak tidak boleh dianggap kecil
dan kerdil melainkan sebagai sesuatu yang unik dan berkembang dengan caranya
sendiri. Oleh karena itu pendidikan yang demokratis harus diwujudkan agar individu
bisa berkembang menurut cara yang alami yang menjadi kodratnya, tugas pendidik
adalah mengarahkan moral dan nilai dari individu itu agar sesuai dengan masyarakat.
Hal ini terwujud dalam peminatan dan pemfasilitasan terhadap siswa dengan berbagai
potensi yang majemuk.

2.1.4 Aliran konvergensi

Aliran ini memiliki inti yang senada dengan aliran naturalisme, dimana bakat dan
lingkungan sama-sama penting bagi perkembangan individu. Aliran ini pertama kali
dicetuskan oleh william stern (1871-1939), ia berpendapat bahwa manusia terlahir
dengan kecenderungan baik dan buruk, dan akan berkembang menurut apa yang ia
konsumsi dari lingkungannya.
Dalam aliran ini ada sebuah pendapat bahwa anak akan berbicara menurut situasi
lingkungan, sorang anak yang hidup dilingkungan berbahasa sunda akan bertutur dan
berpikir dengan cara sunda. Singkat kata antara lingkungan yang mendukung dan
bakat adalah dua garis yang akan saling menyatu ke satu titik (konvergensi) yang
mengakibatkan perkembangan yang optimal bagi individu.

Dalam teori konvergensi ada pandangan terhadap pendidikan sebagai berikut :

1. Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan.


2. Pendidikan adalah pertolongan yang diberikan lingkungan kepada
individu untuk mengembangkan potensi yang baik serta memitigasi
perkembangan potensi yang kurang baik.
3. Yang membatasi pendidikan adalah pembawaan “bakat” lahir dan
ingkungan.
2.2 Aliran Modern
Aliran modern muncul sebagai respon terhadap perubahan yang cepat
dibidang sosial, ekonomi dan teknologi. Aliran ini muncul sebagai upaya
menyelaraskan oendidikan dengan kebutuhan zaman dan meningkatkan relevansi
pembelajaran dengan dunia nyata, difikuskan untuk membentuk pemikiran kritis,
kreativiytas, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Aliran modern ini terbagi menjadi
lima yakni sebagai berikut.
2.2.1 Progresivisme

Aliran ini adalah aliran yang memfokuskan pembelajaran disekolah yang


berpusat pada anak (child-centered), sebagai respon dari pembelajaran yang
berpusat pada guru dan materi pembelajaran yang tidak menghasilkan anak
yang punya pemikiran kreatif dan mandiri, disini guru sebagai fasilitator,
pembimbing dan pengarah bagi peserta didik. Tujuan pendidikan ini adalah
agar anak dapat bekerja secara sistematis, mencintai kerja dan bekerja dengan
hati juga otaknya. Aliran ini berkeinginan untuk menggantikan metode
pembelajaran yang otoriter menjadi lebih emokratis dengan menghargai
setiap potensi yang dimiliki oleh peserta didik serta lebih melibatkan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran.

Arti progresivisme sendiri adalah kemajuan yang bertingkat-tingkat.


Manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan
menyempurnakan lingkungannya dengan menerapkan kecerdasan yang
dimilikinya dan metode ilmiah untuk menyelesaikan permasalahan yang
timbul baik dalam kehidupan personal manusia itu sendiri maupun
kehidupan sosial (Guten:1974). Menurut john s. brubacher yang dikutip oleh
jalaludin dan abdullah idi (2012:83) progresivisme bermuara pada filsafat
pragmatisme yang bertitikberat pada maanfaat dari segi hidup praktis.
Sehingga aliran ini sangat fleksibel, toleran dan tidak terikat pada doktrin
tertentu dan melihat pendidikan sebagai alat yang berguna dalam kehidupan
manusia, mudahnya dalam aliran ini yang menjadi dasar nilai pijakannya
adalah nilai guna atau utilitarianisme sehingga progresivisme kerap disebut
instrumentalisme. Hal ini bisa kita lihat pada semakin bebasnya pembelajaran
dari buku modul dan lebih kearah pembelajaran kreatif dengan
mengutamakan peran peserta didik untuk menemukan metode dan cara
berpikir dengan lebih bebas dan fleksibel lagi, seperti penerapan kurikulum
merdeka.

2.2.2 Esensialisme

Berlawanan dari progresivisme yang dasar pijakannya terbuka pada


perubahan, esensialisme berpendapat bahwa dasar pijakan yang demikian itu
mudah goyah dan kurang terarah. Sehingga diperlukan nilai yang tahan lama,
tidak mudah goyah sehingga bisa menjadi pijakan yang lebih terarah. Dalam
esensialisme kurikulum merupakan miniatur dunia dimana serorang pelajar
akan mempelajari tentang realitas kehidupan, atau bisa dibilang esensialisme
merupakan miniatur dari dunia yang memberikan simulasi bagi pelajar untuk
menghadapi dunia yang sesungguhnya. Isi kurikulumnya mencakup
pengetahuan, seni dan segala sesuatu yang mampu menggerakkan kehendak
manusia. Meskipun pendidikan diindonesia sudah lebih bebas dan fleksibel
sifatnya, namun pengajaran nilai fundamental yang menjadi asas bagi
pengembangan karakter.

2.2.3 Aliran perennialisme

Aliran ini mengangkat gagasan nostalgia ke zaman keemasan yang telah


teruji ketangguhannya. Perennialisme melihat bahwa modernitas telah
membawa berbagai peribahan yang mengakibatkan kesemrawutan sehingga
menutup jalan untuk kembali ke keadaan semula.

Ada dua kiblat filasafat kebudayaan yang dianut dari aliran ini, yakni
perennialisme yang teologis-bernaung dibawah supremasi gereja katolik
dengan orientasi pada sir thomas aquinas dan perennialisme sekuler yang
berkiblat pada gagasan dan filsafat plato dan aristoteles. Menurut pandangan
aristoteles ilmu pengetahuan dan nilai-nilai adalah manifestasi dari hukum-
hukum yang abadi dan sempurna, ideal. Maka ketertiban akan dapat
diwujudkan apabila nilai-nilai tadi diterapkan sebagai ukuran dan asas
normatif dalam tata pemerintahan, sehingga tujuan pendidikan adalah
membina pemimpin yang bisa mewujudkan hal-hal tadi. Dalam pemikiran
plato manusia memiliki 3 potensi secara kodrati, yakni nafsu, pikiran dan
kemauan. Kemudian aristoteles mengembangkan konsep lebih dekat dengan
dunia kenyataan, dalam pandangan aristoteles tujuan pendidikan adalah
kebahagiaan maka semua aspek jasmani dan intelektual harus dikembangkan
secara seimbang.

2.2.4 Aliran rekonstruksionalisme

Aliran ini memiliki ide yang senada dengan perennialisme dimana


kebudayaan modern dinilai membawa kesemrawutan, kesimpangsiuran dan
ketidakjelasan. Kata rekonstrusionalisme berasal dari kata reconstruct dalam
bahasa inggris yang berarti membangun kembali. Adapun aliran ini bertujuan
untuk merombak tata susunan lama menjadi tata susunan hidup kebudayaan
yang baru yang bercorak modern.

Aliran ini merupakan elaborasi lebih lanjut dari aliran progresivisme,


disamping menekankan pada perbedaan individual seperti pada
progresisvisme aliran ini mengutamakan berpikir kritis, pemecahan masalah
dan sebagainya, Aliran ini mengutamakan hasil daripada proses. Dalam
pandangan aliran ini keselamatan dunia berada ditangan seluruh umat
manusia atau seluruh bangsa, sehingga pembinaan kembali daya intelektual
dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan
yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan
generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan
umat manusia. Sekarang kita bisa melihat upaya perombakan besar-besaran
dalam pembelajaran di Indonesia lewat kurikulum merdeka yang sangat
berbeda dengan kurikulum sebelumnya.

2.2.5 Aliran eksistensialisme

Pandangan dalam pendidikan yang didasarkan pada filsafat eksistensialisme,


yang menekankan pentingnya individu, kebebasan dan tanggungjawab
pribadi. Eksistensialisme berasal dari bahasa inggris “existance” dengan kata
kerja “to exist” yang artinya ada/ mengada-adakan. Eksistensialisme adalah
bentuk protes para filosof terhadap filsafat yunani hingga modern yang dirasa
menyetir manusia dengan serangkaian kaidah berpikir yang kadang tidak
dekat dengan kehidupan, eksistensialisme menekankan tentang cara pandang
yang tanpa aliran, mengesampingkan kumpulan keyakinan atau dogma, dan
mengkritik aktifitas teknologi yang membelenggu manusia sebagai makhluk
bereksistensi. Sebagai contoh adalah media sosial yang menggiring kita
kepada konsumerisme, kita mengonsumsi suatu produk atau tayangan atau
pemikiran bukan karena kehendak asli kita sendiri namun hanya sebagai
akibat pengaruh tayangan yang dipaparkan kepada kita melalui media sosial,
kita kehilangan keotentikan diri dan terseret kedalam tren. Bisa dibilang
eksistensialisme adalah aliran yang menguak dan berusaha menemukan jati
diri individu.

Van Cleve Morris berpendapat bahwa perhatian utama pandangan


pendidikan kalangan eksistensialis adalah upaya untuk sampai pada realisasi
yang lebih utuh menyangkut preposisi berikut:

1. Aku adalah subjek yang memilih, tidak bisa menghindari memilih


caraku menjalani hidup.
2. Aku adalah subjek yang bebas, sepenuhnya bebas untuk
mencanangkan tujuan-tujuan kehidupanku sendiri.
3. Aku adalah subjek yang bertanggung jawab, secara pribadi
mempertanggungjawabkan akan pilihan-pilihan bebasku karena hal
itu terungkapkan dalam bagaimana aku menjalani kehidupanku.

Ketiga poin ini adalah apa yang disebut individu, kebebasan, dan tanggung
jawab pribadi. Aliran ini muncul sebagai akibat adanya malaise(lemas-tak
nyaman) dieropa sebagai akibat yang ditimbulkan revolusi industri yang
memang mampu memenuhi produksi secara kuantitas tapi juga
menghilangkan kualitas kemanusiaan yang terkandung didalamnya. Manusia
yang tadinya disibukkan oleh berbagai pekerjaan diganti mesin, yang mebuat
hidup serasa hanya makan tidur dan sesekali bersenang-senang sehingga
terasa hambar. Ini juga kita bisa lihat dalam birokrasi pendidikan yang
menyeragamkan metode pembelajaran sehingga semakin mengurangi
kekuatan jati diri individu.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berbagai aliran pendidikan yang ada adalah hasil dari respon terhadap pemikiran, ideologi
dan kebutuhan serta kemendesakan pada zamannya untuk mencari jalan keluar bagi
pengembangan manusia serta peradaban, sehingga akan berbeda antara pemikiran satu aliran
dengan yang lain karena perbedaan latar belakang sosial budaya dimana teori itu tumbuh. Hal
tersebut juga menunjukkan bahwa pendidikan adalah hal yang lekat dengan peradaban, sehingga
diharapkan dengan metode pendidikan tertentu akan dapat membawa solusi atas masalah dari
peradaban baik dalam lingkup yang kecil yakni lingkup individual maupun secara kolektif.

Di Indonesia sendiri pendidikan semakin bebas dan membuka diri terhadap segala sumber
pembelajaran, akan tetapi tidak meninggalkan nilai dasar yang menjadi tuntunan arah bersama
kita sebagai sebuah bangsa. Kita juga semakin menghargai kemajemukan potensi individu dengan
membuka diri dan memberi fasilitas kepada peserta didik untuk mengembangkan bakat dan minat
mereka. Maka bisa dibilang bahwa progresivisme aliran yang paling berpengaruh dalam
pemikiran pendidikan di Indonesia.

3.2 Saran

Perlu bagi kita semua terutama yang berkecimpung dalam dunia pendidikan agar selalu
membuka diri, berendah hati dan awas terhadap setiap perubahan yang tgerjadi. Utamanya pada
perubahan teknologi yang mengubah kehidupan sosial sedemikian rupa, maksudnya agar kita tidak
terseret pada arus konsumerisme dan kehilangan nilai yang telah kita pegang selama ini. Maka
mengambil apa yang baik saja adalah kaidah yang mesti dipegang dalam menyelenggarakan dan
mengembangkan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. (2016). Implikasi aliran filsafat pendidikan dalam pengembangan kurikulum pendidikan
Islam. DINAMIKA: Jurnal Kajian Pendidikan dan Keislaman, 1(1), 67-92.

Mustafa, M. (2018). Mazhab Filsafat Pendidikan dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam. Jurnal Ilmiah
Iqra', 5(2).

Rohmat, R. (2019). Kurikulum Dalam Tinjauan Filsafat Rekonstruksianisme. INSANIA: Jurnal Pemikiran
Alternatif Kependidikan, 24(2), 247-261.

Fanani, A. (2020). ALIRAN EKSISTENSIALISME DALAM PENDIDIKAN. JIEGC Journal of Islamic


Education Guidance and Counselling, 1(1), 1-8.

Anda mungkin juga menyukai