NIM : 18010105035
Semester :4
Prodi : PIAUD
a. Biografi tokoh
John Locke lahir di sebuah desa kecil Somerset, Inggris pada tanggal
26 Agustus 1632 dari seorang ibu yang sangat sholeh dan penyayang dan
seorang ayah yang keras. Locke terkenal sebagai bapak empirisme di bidang
filsafat dan bapak teori belajar di bidang psikologi.
b. Teori Environmentalisme
a. Biografi tokoh
b. Teori Naturalisme
1) Masa bayi (dari usia 0 2 tahun ) Bayi mengenali i. Masa bayi (dari
usia 0-2 tahun ). Bayi mengenali dunia langsung lewat indranya.
Mereka tidak mengetahui ide atau pemikiran apapun; mereka hanya
sekedar mengalami rasa enak dan rasa sakit (1762b, h.29).
2) Masa kanak-kanak (dari usia 2 sampai 12 tahun). Tahap ini di mulai
ketika anak-anak mendapatkan sebuah indepedensi baru; mereka
sekarang bisa berjalan, berbicara, maka sendiri, dan berlari kesana
kemari. Yang pasti mereka mengembangkan kemampuan-
kemampuan ini dengan cara mereka sendiri juga (1762b, h 42).
3) Masa anak-anak akhir (dari usia 12 sampai 15 tahun). Tahap ketiga
adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Selama
periode ini, anak-anak memperoleh sejumlah besar kekuatan fisik;
mereka bisa memotong kayu, mendorong gerobak, mencangkul dan
melakukann perkejaan orang-orang dewasa (1762b, h.128).
4) Masa dewasa. Seseorang menjadi makhluk yang sosial sepenuhnya
hanya di tahap ke 4, di mulai di masa pubertas. Rousseau
menyatakan bahwa pubertas di mulai pada usia 15 tahun. Tubuh
mengalami perubahan dan hasrat mulai naik dari dalam dirinya.
“perubahan tempramen yang seringkali mengkristal dalam
kemarahan dan sebuah pengendakian terus menerus terhadap
pikiran, membuat seorang anak hampir tidak bisa di atur lagi”
(1762b, h.172).
a. Filosofi
b. Konten Perkembangan
2) Asimetri Fungsional
3) Pengaturan diri
1. Pada peringkat pertama yaitu pada usia lahir hingga satu tahun. Ciri
- ciri perkembangan tingkah laku yang dihasilkan pada usia 1 bulan
ialah bayi dapat menghasilkan tangisan berbeda-beda untuk
menyatakan keinginan yang berbeda seperti tangisan lapar berbeda
dengan tangisan ketika popoknya basah. Pada usia 4 bulan,
koordinasi fisik yang berlaku pada bayi yaitu mata bayi selalu
mengikut objek yang bergerak. Pada usia 6bulan bayi sudah dapat
menggenggam sesuatu objek misalnya bola, kubus kayu, keringcing
dan sebagainya. Pada usia tujuh bulan, bayi sudah mulai duduk dan
merangkak dengan sendirinya tanpa bantuan orang lain karena pada
masa ini otot leher, tangan, kaki, pinggul bayi sudah semakin kuat
dan memungkinkan bayi duduk serta merangkak dengan cepat. Pada
usia dua belas bulan, bayi sudah mahir untuk melangkahkan kakinya
dengan berpegangan pada kursi atau meja.
2. Pada peringkat kedua yaitu pada usia satu hingga dua tahun,
kematangan fisik dan mental mulai meningkat yaitu bayi sudah
dapat berjalan walaupun masih dibantu oleh pengasuhnya. Pada
tahap ini juga, bayi sudah mulai mengerti dengan istilah” jangan”
dan pada usia dua tahun bayi sudah mampu untuk berjalan tanpa
bantuan dari pengasuhnya kerana bayi sudah memperoleh
keseimbangan badan yang sempurna.
3. Pada peringkat ke tiga yaitu pada usia dua hingga tiga tahun bayi
sudah mencapai koordinasi mata, tangan dan kaki yang semakin
sempurna misalnya dapat makan dan memakai sepatu sendiri sendiri
dan sudah bisa berbicara meskipun belum begitu fasih.
4. Pada peringkat keempat yaitu pada usia tiga hingga empat tahun,
koordinasi dan kematangan fisik anak sudah semakin sempurna
misalnya sudah bisa mengendarai sepeda beroda tiga dan menuruti
arahan dari orang tua disekitarnya.
5. Pada tahap kelima yaitu pada usia empat hingga lima tahun, proses
interaksi anak mulai terbentuk karena pada tahap ini anak mulai
bersosialisasi dan bergaul dengan teman seusianya kerana pada masa
ini anak sudah memasuki usia sekolah. Pada tahap ini juga anak suka
bertanya tentang apa yang dilihatdan dialaminya pada orang tua atau
pengasuhnya.
1. Ranah Fisik
2. Ranah Kognitif
Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian :
3. Ranah Afektif
3. Keterampilan matematika
Hitungan dari satu sampai sepuluh
Tahu bentuk dasar (lingkaran, persegi panjang, persegi, segitiga)
Awal untuk menghitung dengan satu-ke-satu korespondensi
Dapat mengurutkan item berdasarkan satu atau lebih atribut
Dapat mengidentifikasi warna dasar (hitam, biru, coklat, hijau,
oranye, merah, ungu, kuning)
1. Aspek Administrasi
2. Aspek Pendidikan
Aktivitas terdiri dari unit dan tema yang luas yang didasarkan pada
studi minat anak. Anak-anak bebas memilih aktivitas yang diinginkan.
Penyusunan aktivitas didasarkan pada tema yang disusun melalui berbagai
permainan. Strategi pemberian motivasi dilakukan melalui motivasi
instrinsik verbal misalnya do’a (harapan). Anak-anak dibentuk dalam suatu
kelompok yang heterogen. Pada saat tertentu dilakukan secara homogen
berdasarkan pada usia/tahap perkembangan. Susunan kegiatan belajar yang
fleksibel dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan minat anak-anak.
Penjajakan pada kemampuan anak dilakukan melalui observasi secara
keseluruhan yang mencakup hal-hal yang bersifat fisik, kognitif dan afektif.
3. Evaluasi Program
e. Classroom Management
f. Assesmen
Etologi adalah studi tentang tingkah laku manusia dan hewan dalam
konteks evolusi. Charles Darwin (1809-1882) menyatakan bahwa
perkembangan manusia ditentukan oleh seleksi alam. Seleksi alam tidak
hanya terjadi pada fisik seperti warna kulit, namun juga pada beragam
tingkah laku. Konrad Lorenz (1903-1989) dan Niko Tindbergen (1907-
1988) menyatakan insting ikut berkembang karena menjadi adaptif dalam
lingkungan tertentu dan insting memerlukan lingkungan yang tepat untuk
berkembang dengan benar (Crain, 2007: 64). Untuk mendapatkan
perlindungan anak-anak harus mengembangkan tingkah laku kemelekatan
(attachment) yaitu sinyal yang mempromosikan dan mempertahankan
kedekatan anak dengan pengasuhnya (Bowlby, 1982: 182)
Pada tahap ini seorang anak akan mulai belajar untuk beradaptasi
dengan sekitarnya. Hal pertama yang akan dipelajari oleh seorang anak
adalah rasa percaya. Percaya pada orang-orang yang berada di sekitarnya.
Seorang ibu atau pengasuh biasanya adalah orang penting pertama yang ada
dalam dunia si anak. Jika ibu memperhatikan kebutuhan si anak seperti
makan maupun kasih sayang, maka anak akan merasa aman dan percaya
untuk menyerahkan atau menggantungkan kebutuhannya kepada ibunya.
Namun, bila ibu tidak memberikan apa yang harusnya diberikan kepada si
anak, maka secara tidak langsung itu dapat membentuk anak menjadi
seorang yang penuh kecurigaan, sebab ia merasa tidak aman untuk hidup di
dunia (Slavin, 2006).
Pada tahap ini, kemampuan motorik dan bahasa anak mulai matang,
sehingga memungkinkan mereka untuk lebih agresif dalam mengeksplor
lingkungan mereka baik secara fisik maupun sosial. Pada usia-usia ini anak
sudah mulai memiliki inisiatif dalam melakukan suatu tindakan misalnya
berlari, bermain, melompat dan melempar. Orang tua yang suka
memberikan hukuman terhadap upaya anaknya dalam mengambil inisiatif
akan membuat anak merasa bersalah tentang dorongan alaminya untuk
melakukan sesuatu selama fase ini maupun fase selanjutnya.
Pada tahap ini, seseorang sudah mengetahui jati diri mereka dan
akan menjadi apa mereka nantinya. Jika pada masa sebelumnya, individu
memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini
ikatan kelompok sudah mulai longgar. Pada fase ini seseorang sudah
memiliki komitmen untuk menjalin suatu hubungan dengan orang lain. Dia
sudah mulai selektif untuk membina hubungan yang intim hanya dengan
orang-orang tertentu yang sepaham. Namun, jika dia mengalami kegagalan,
maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam berinteraksi dengan
orang. Keberhasilan dalam melewati fase ini tentu saja tidak terlepas dari
fase-fase sebelumnya. Jika pada fase sebelumnya seseorang belum dapat
mengatasi rasa curiga, rendah diri maupun kebingungan identitas, maka hal
tersebut akan berdampak pada kegagalan dalam membina sebuah hubungan,
dan menjadikannya sebagai seseorang yang terisolasi. Pada tahap ini,
bantuan dari pasangan ataupun teman dekat akan membantu seseorang
dalam melewati tahap ini.
Pada masa ini, salah satu tugas untuk dicapai ialah dengan
mengabdikan diri guna mendapatkan keseimbangan antara sifat melahirkan
sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi).
Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah
kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui generativitas akan
dapat dicerminkan sikap memperdulikan orang lain. Pemahaman ini sangat
jauh berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu pemujaan terhadap diri sendiri
dan sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi ini adalah tidak perduli
terhadap siapapun.
Seseorang yang berada pada fase ini akan melihat kembali (flash
back) kehidupan yang telah mereka jalani dan berusaha untuk
menyelesaikan permasalahan yang sebelumnya belum terselesaikan.
Penerimaan terhadap prestasi, kegagalan, dan keterbatasan adalah hal utama
yang membawa dalam sebuah kesadaran bahwa hidup seseorang adalah
tanggung jawabnya sendiri.
Orang yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat
mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami. Individu
ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.
Keputusasaan dapat terjadi pada orang-orang yang menyesali cara mereka
dalam menjalani hidup atau bagaimana kehidupan mereka telah berubah.
Falsafah Jawa 388 people like this. Sign Up to see what your friends
like. Like Share Anda dapat melihat daftar isi blog melalui tombol
Sitemap atau klik di sini. [AS3] Disable Fullscreen Video
ActionScript 3 [AS3] XML Loader ActionScript 3 [AS3] Drag dan
Drop Object ActionScript 3 [AS3] TransitionManager dan Time
Delay ActionScript 3 [Web] Membuat Sticky Navigation dan Sticky
Widget Polimorfisme pada C++ C++ - Mengenal Friend C++ -
Mencari String dengan strstr() Mengenal Vector pada C++ Array
pada C++ Teori Belajar Kognitif Dan Penerapannya Dalam
Pembelajaran Single Linked List pada C++ POPULAR POSTS
Proses akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif
ke situasi baru.
Proses ekuilibrasi adalah penyasuaian berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi. Sebagai contoh, seorang anak sudah
memahami prinsip pengurangan. Ketika mempelajari prinsip
pembagian, maka terjadi proses pengintegrasian antara prinsip
pengurangan yang sudah dikuasainya dengan prinsip pembagian
(informasi baru). Inilah yang disebut proses asimilasi. Jika anak
tersebut diberikan soal-soal pembagian, maka situasi ini disebut
akomodasi. Artinya, anak tersebut sudah dapat mengaplikasikan
atau memakai prinsip-prinsip pembagian dalam situasi yang baru
dan spesifik.
2) Tahap intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh
pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak. Dalam
menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata.
Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan isi
hatinya secara simbolik terutam bagi mereka yang memiliki
pengalaman yang luas.
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu
berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir
“kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-de-ductive
dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik
kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.
2. Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffolding adalah
istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk
mendeskripsikan perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana
orang yang lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan
anak.Dialog adalah alat yang penting dalam ZPD. Vygotsky memandang
anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan spontan. Dalam
dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang
sistematis, logis dan rasional.
Carl Gustav Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di sebuah desa kecil
di Swiss bernama Kessewil. Ayahnya bernama Paul Jung, seorang pendeta
desa dan ibunya bernama Emilie Preiswerk Jung. Ida lahir di
tengah keluarga besar yang cukup pendidikan. Di antara anggota keluarga
besar Jung senior, ada yang jadi pendeta dan punya pikiran yang
eksentrik. Jung senior mulai mengajari Jung bahasa latin ketika dia
berumur 6 tahun, dan inilah yang menjadi awal minatnya pada bahasa dan
sastra –khususnya sastra kuno. Di samping bahasa-bahasa Eropa Barat
modern, Jung dapat membaca beberapa bahasa kuno, termasuk Sanskerta.
Semasa remaja, Jung adalah seorang yang penyendiri, tertutup dan
sedikit tidak peduli dengan masalah sekolah, apalagi dia tidak punya
semangat bersaing. Dia kemudian dimasukkan ke sekolah asrama di Basel,
Swiss. Di sini, dia merasa tertekan karena dicemburui oleh teman-temannya.
Lalu dia mulai sering bolos dan pulang ke rumah dengan alasan sakit.
Walaupun awalnya bidang yang dia pilih adalah arkeologi, namun dia
masuk ke fakultas kedokteran di University of Basel. Karena bekerja
bersama neurolog terkenal, Kraft-Ebing, dia kemudian menetapkan psikiatri
sebagai karier pilihannya. Setelah lulus, dia bekerja di Burghoeltzli Mental
Hospital di Zurich di bawah bimbingan Eugene Bleuler, seorang pakar dan
penemu skizofrenia. Tahun 1903, dia menikahi Emma Rauschenbach. Dia
juga mengajar di University of Zurich, membuka praktik psikiatri dan
menemukan beberapa istilah yang masih tetap dipakai sampai sekarang.
1. Kesadaran (Consciusness)
2. Ego
a) Arkhetipe-Arkhetipe
b) Persona
d) Bayang-bayang (Shadow)
e) Diri (Self)
Arkhetipe yang mencerminkan perjuangan manusia kearah kesatuan
(Wilhelm dan Jung 1931). Diri adalah titk pusat kepribadian, disekitar mana
semua sistem lain terkonstelasikan. Ia mempersatukan sistem-sistem ini dan
memberikan kepribadian dengan kesatuan, keseimbangan dan kestabilan
pada kepribadian.
f) Simbolisasi (Symbolization)
Simbol adalah tanda yang tampak yang mewakili hal lain (yang
tidak tampak). Arsetip yang terbenam di dalam taksadar kolektif hanya
dapat mengekspresikan diri melalui symbol-simbol. Hanya dengan
menginterpretasi symbol-simbol ini, yang muncul dalam mimpi, fantasi,
penampakan (vision), mythe, seni, dll, dapat diperoleh pengetahuan
mengenai taksadar kolektif dan arsetipnya.
5. Sikap
6. Fungsi
a) Pikiran
b) Perasaan
Perasaan adalah fungsi evaluasi; Ia adalah nilai benda-benda,entah bersifat
positif maupun negatif,bagi subjek. Fungsi perasaan memberikan kepada
manusia pengalaman-pengalaman subjektifnya tentang kenikmatan dan rasa
sakit, amarah, ketakutan, kesedihan, kegembiraan dan cinta.
c) Pendirian
d) Intuisi
Intuisi adalah persepsi melalui proses-proses tak sadar dan isi di bawah
ambang kesadaran. Orang yang intuitif melampaui fakta-fakta, perasaan-
perasaan dan ide-ide dalam mencari hakikat kenyataan.
Kesatuan dari yang berlawanan tercapai lewat apa yang oleh Jung
disebut fungsi transenden. Bekerjanya fungsi ini menghasilkan sintesis
antara sistem-sistem yang bertentangan dan membentuk kepribadian yang
seimbang dan terintegrasi. Pusat dari kepribadian yang terintegrasi ini
adalah diri (self).
1) Energi Psikis
2) Prinsip Ekuivalensi
Prinsip ekuivalensi menyatakan bahwa jika energi dikeluarkan unutk
menghasilkan suatu kondisi tertentu, maka jumlah yang akan dikeluarkan
itu akan muncul di salah satu tempat lain dalam sistem.
3) Prinsip Entropi
4) Penggunaan Energi
e. Perkembangan Kepribadian
2) Sinkronisitas
3) Hereditas
4) Tahap-tahap Perkembangan
Ketika individu mencapai usia 30-an atau awal 40-an terjadi perubahan nilai
yang radikal. Orang yang berusia setengah baya menjadi lebih introvet dan
kurang implusif. Kebijaksanaan dan kecerdasan menggantikan gairah fisik
dan kejiwaan. Orang menjadi lebih spiritual. Peralihan ini merupakan
peristiwa yang sangat menentukan dalam kehidupan seseorang. Ia
merupakan saat yang paling berbahaya, karena kalau terjadi ketidakberesan
selama perpindahan energi ini, kepribadian bisa menjadi lumpuh selamanya.
6) Proses Individuasi
Perkembangan adalah mekarnya kebulatan asli yang tidak
berdiferensiasi yang dimiliki manusia pada saat dilahirkan. Tujuan terakhir
pemekaran ini adalah realisasi diri. Untuk memiliki kepribadian yang sehat
dan terintegrasi, setiap sistem harus dibiarkan mencapai tingkat diferensiasi,
perkembangan, dan pengungkapan yang paling penuh. Proses untuk
mencapai ini disebut proses individuasi ( Jung, 1939, 1950 ).
7) Fungsi Transenden
9) Perlambangan
Tahap ini dimulai antara usia 35 atau 40 tahun. Periode ini ditandai
dengn aktualisasi potensi yang sangat bervariasi. Pada tahap usia
pertengahan, muncul kebutuhan nilai spiritual, yaitu kebutuhan yang selalu
menjadi bagian dari jiwa, tetapi pada usia muda dikesampingkan, karena
pada usia itu orang lebih tertarik pada nilai materialistic. Usia pertengahan
adalah usia realisasi diri.
Ujaran dua dan tiga kata juag disebut ujaran telegrafis, karena
sebagaimana sebuah telegram, ujaran itu hanya terdiri atas kata-lata yang
bermakna yang paling penting saja, juga ada yang menyebutnya kalimat
primitif.
Bagaimana cara aktualisasi diri ini tampil, tidaklah sama pada setiap
orang. Sesudah kebutuhan ini, muncul kebutuhan untuk tahu dan mengerti,
yakni dorongan untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan pemahaman.
Sesudahnya, Maslow berpendapat adanya kebutuhan estetis, yakni dorongan
keindahan, dalam arti kebutuhan akan keteraturan, kesimetrisan dan
kelengkapan. Maslow membedakan antara empat kebutuhan yang pertama
dengan tiga kebutuhan yang kemudian. Keempat kebutuhan yang pertama
disebutnya GHÀFLHQF\QHHG (kebutuhan yang timbul karena
kekurangan), dan pemenuhan kebutuhan ini pada umumnya bergantung
pada orang lain. Sedangkan ketiga kebutuhan yang lain dinamakan growth
need (kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih bergantung pada
manusia itu sendiri. Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan
sangat penting.
Adapun kriteria yang disyaratkan dengan model ini adalah sebagai berikut :
Ivan P. Pavlov
B.F. Skinner
1. Keluarga
2. Sekolah
Suatu alternatif yang mungkin dilakukan sesuai situasi dan kondisi sekolah
antara lain :
3. Masyarakat
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga sisi, yaitu :
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH