Anda di halaman 1dari 20

KUTIPAN UNTUK MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Pertemuan 1

MATERI : PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kejiwaaan, karakter,


serta sifat dan tingkah laku seseorang. Menurut Wahab (2016:2), ”Psikologi
merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan pada manusia termasuk
perilaku manusia tersebut.”

Psikologi pendidikan merupakan cabang ilmu psikologi yang membahas


tentang keadaan psikis dan perilaku manusia yang berhubungan dengan pendidikan.
Menurut Wahab (2016 : 2), “psikologi pendidikan merupakan disiplin cabang ilmu
psikologi yang mempelajari atau membahas tentang keadaan psikis dan perilaku
manusia dalam hubungannya dengan belajar yang berupaya mengungkapkan hakikat
umum belajar dan syarat – syarat yang diperlukan agar peristiwa belajar itu terjadi.”

Tujuan mempelajari psikologi pendidikan adalah untuk mengetahui karakter


peserta didik sehingga kita dapat mempelajari bagaimana keadaan peserta didik kita
dan apa yang harus kita terapkan untuk mengembangkan karakter peserta didik.
Menurut Khadijah (2006 : 14), “tujuan mempelajari psikologi pendidikan yaitu agar
dapat mengetahui keberhasilannya merupakan hal yang paling penting yang harus
diketahui oleh pendidik dan calon peserta didik, dimana sebagai seorang pendidik
dapat menerapkan untuk membantu para pendidik dapat meningkatkan hasil
belajarnya.”
Pertemuan 2

MATERI : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Pertumbuhan merupakan perubahan yang terjadi pada individu yang


berkaitan dengan keaadaan fisiknya seperti perubahan volume tubuh, berat badan dan
lain sebagainya. Sedangkan perkembangan itu lebih berhungan dengan perubahan
spikologis seseorang, seperti kematangan kemampuan berfikir dan sebagainya.
Sehubungan dengan itu, Wahab (2016:94) mengatakan

Pertumbuhan merupakan proses atau tahapan peningkatan dan


pertambahan aspek kuantitatif yang bermuara pada perubahan
perubahan structural manusia dalam jumlah, ukuran dan arti penting
lainnya, seperti dari kecil menjadi besar, dari pendek menjadi panjang,
dan lainnya. Perkembangan adalah proses tahapan perubahan meliputi
aspek kualitatif dari setiap fungsi kejiwaan dan kepribadiaan kearah
yang lebih maju, penekanan perkembangan ini berpusat pada
penyempurnaan psikologis, kejiwaan, kerohanian yang terefleksikan dari
tingkahlaku dan perbuatan.

Faktor utama yang mempengaruhi prtumbuhan dan perkembangan


sesorang adalah dalah faktor genetik dan lingkungan. Sehubungan dengan itu,
Muhibbin Syah (2006 : 104) mengatakan

Faktor yang paling mempengaruhi tinggi atau rendahnya mutu


perkembangan siswaterdiri atas dua macam yaitu : Faktor intern, yang
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individuyang meliputi
pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mempengaruhi
perkembangan spikologis seseorang. Faktor ekstern, berasal dari luar
diri yang meliputi lingkungan dan pengalaman berinteraksi siswa
dengan lingkungannya. Apabila kita amati aspek yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tidak lepas dari faktor hereditas dan
lingkungan.
Secara psesifik hukum perkembangan dapat diartikan sebagai kaidah
atau patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat perkembangan. Menurut
wahab (2016 : 106), “hukum perkembangan dapat diartikan sebagai kaidah atau
patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan, dapat
dikatakan juga dalam perkembangan ini adalah generalisasi sebab akibat terjadinya
peristiwa perkembangan dalam diri manusia, ada beberapa hukum perkembangan
yaitu: hukum konvergensi, masa peka, kesatuan organis, dan hukum rekapitulasi.”

Pertemuan ke 3: TAHAP – TAHAP DAN TUGAS – TUGAS PERKEMBANGAN

Tahap – tahap atau fase perkembangan manusia dibagi kedalam


beberapa tahapan tertentu berdasarkan karakteristik utama yang paling menonjol
dalam kurun waktu tertentu. Menurut Sukmadinata ( 2003 : 116-17), “Penentuan fase
perkembangan atau tahap perkembangan didasarkan atas karakterstik utama yang
muncul pada periode waktu tertentu dimana pembagian fase atau tahap
perkembangan tidaklah selalu sama, pembagian tahap perkembangan yang paling tua
dikemukakan oleh aristoteles yangdi bagi menjadi tiga tahapan yaitu : masa kanak –
kanak (0-7 tahun), masa anak(7-14 tahun), masa remaja (14-21), setelah itu adalah
masa dewasa”.

Beberapa tugas perkembangan yang dituntut pada masa anak antara lain sebagai
berikut:

a. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan. Anak pada asa
ini senang kali bermain,unntuk itu diperlukan keterampilan fisik, seperti
menangkap, melepar, menendang, mengendarai sepeda, dan lain sebagainya.
b. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu
yang berkembang. Pada masa ini anak dituntut mengenal dan dapat
memelihara kepentingan dan kesejahteraan dirinya.
c. Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini anak dituntut untuk
mampu bergaul, bekerjasama dan membina hubungan baik dengan teman
sebaya,saling menolong dan membentuk kepribadiann sosial.
d. Belajar melakukan peranan sosial laki – laki dan wanita.
e. Belajar menguasai keterampilan – keterampilan intelegtual dasar, yaitu
membaca, menulis, dan berhitung.
f. Pengembangan konsep – konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari –
hari, agar dapat menyesuaikan diri dan perilaku sesuai dengan tuntutan dari
lingkungannya.
g. Pengembangan moral dan hati nurani. Pada masa ini anak dituntut telah
mampu menghargai perbuatan – perbuatan sesuai dengan moral, dapat
mengontrol perilakunya sesuai dengan moral.
h. Memiliki kemerdekaan pribadi.
i. Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial.

( Sukmadinata, 2003 : 123 – 124 ).

Pertemuan ke 4: PERANAN INTELIGENSI DALAM BELAJAR

Inteligensi merupakan tingkatan kemampuan berfikir seseorang,


sebagai upaya penyesuaian diri terhadap lingkungannya yang baru. Menurut Jahja (
2011: 43 ), “ intelegtual atau inteligensi berarti mengorganisasikan, menghubungkan,
atau menyatukan antara satu dengan yang lainnya”. Menurut Jahja (2011) yang
mengangkat pendapat Stern, yang dimaksud dengan intelegtual adalah “daya
menyesuaikan diri dengan keadaan baru menggunakan alat – alat berfikir menurut
tujuannya”.

Tes intelegtual terus berkembang. Pada 1939 David Wechsler


memciptakan individual intelligence test, yang dikenal dengan tes intelligensi wb.
Pada tahun 1949, diciptakan test Wechsler intelligence scale for children atau yang
dikenal dengan WISC, yang khusus dipentukan untuk anak – anak. Klasifikasi IQ –
nya antara lain:

a. Very superior : IQ diatas 130


b. Superior : IQ 120 – 129
c. Bright normal : IQ 110 – 119
d. Average : IQ 90 – 109
e. Dull normal : IQ 80 – 89
f. Borderline : IQ 70 – 79
g. Mental defective : IQ 69 kebawah

Wechsler berpendapat bahwa keseluruhan inteligensi seseorang tidak


dapat diukur. IQ adalah suatu nilai yang hanya dapat ditentukan secara kira - kira
karena selalu dapt terjadi perubahan – perubahan berdasarkan faktor individual dan
situasional ( Jahja, 2011 : 46 – 47).

Akhir – akhir ini banyak dibahas konsep kecerdasan jamak atau


multiple intelligensi. Konsep ini berawal dari karya Howard Gardner dalam
penelitiannya tentang kapasitas kogniftif manusia. Gadner menolak asumsi, bahwa
kognisi manusia merupakan satu kesatuan dan individu hanya mepunyai kecerdasan
tunggal. Individu memiliki beberapa kecerdasan, dan kecerdasan – kecerdasan
tersebut bergabung menjadi satu kesatuan membentuk kemampuan pribadi yang
cukup tinggi. Menurut Gardner seorang individu memiliki tujuh macam kecerdasan
yaitu:

a. Intelligensi linguistik – verbal


Merupakan kecakapan berfikir melalui kata – kata, menggunakan bahasa
untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks.
b. Kecerdasan matematis – logis
Kecakapan untuk menghitung, merumuskan preposisi, serta dapat
memecahkan perhitungan matematis yang kompleks.
c. Kecerdasan ruang – visual
Merupakan kecakapan berfikir dalam ruang tiga dimensi.
d. Kecerdasan kinestetik
Kecakapan melakukan gerakan dan keterampilan kecekatan fisik seperti
dalam olah raga, atletik, menari, kerajinan tangan, dan lain sebagainya.
e. Kecerdasan music
Kecakapan untuk menghasilkan dan menghargai musik, sensitivitas terhadap
melodi, ritme, nada, dan menghargai bentuk – bentuk ekspresi musik.
f. Kecerdasan hubungan sosial
Merupakan kecakapan memahami dan merspon serta berinteraksi dengan
orang lain dengan cepat, watak, tempramen, motivasi, dan kecendrungan
orang lain.
g. Kecerdasan kerohanian
Kecakapan memahami kehidupan emosional membedakan emosi orang –
orang, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.
( Sukmadinata, 2003 : 95 – 97 ).

Pertemuan ke – 5 : PERANAN BAKAT DALAM PROSES BELAJAR


a. Pegertian bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dimiliki oleh individu
yang perludiasah dan dikembangkan. Menrurut Sukmadinata ( 2011 : 101 ), “ bakat
atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus dalam suatu
bidang atau kemampuan tertentu, misalnya seorang berbakat pada bidang matematika
ataupun bahasa”.
b. Jenis – jenis bakat
Menurut Rahayu ( 2002 : 70 ), ada dua jenis bakat, yaitu diantaranya:
1) Bakat umum
Merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar yang bersifat umum,
artinya setiap orang memiliki.
2) Bakat khusus
Merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus, artinya tidak semua
orang memiliki misalnya bakat seni, memimpin, berceramah, olahraga. Bakat
khusus ini terbagi lagi menjadi beberapa macam, diantaranya:
1) Bakat Verbal, yaitu bakat tentang konsep-konsep yang diungkapkan
dalam bentuk kata-kata.
2) Bakat Numerikal, yaitu bakat tentang konsep-konsep dalam bentuk
angka.
3) Bakat bahasa (linguistik), yaitu bakat tentang penalaran analitis bahasa
(ahli sastra) misalnya untuk jurnalistik, stenografi, penyiaran, editing,
hukum, pramuniaga dan lain-lainnya.
4) Bakat kecepatan, ketelitian, klerikal, yaitu bakat tentang tugas tulis
menulis, ramu-meramu untuk laboratorium, kantor dan dalam
kerohanian.
Pertemuan ke – 6
Materi : PERANAN KREAKTIVITAS DALAM BELAJAR
a. Pengertian kreaktivitas
Kreaktivitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang baru. Menurut Sukmadinata (
2003 : 104 ), “Kreaktivitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang
untuk menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang baru, cara – cara baru,
model baru yang berguna bagi dirinya dan masyarakat.
b. Ciri – ciri peserta didik yang kreaktiv
Kreaktivitas atau perbuataan keaktiv banyak berhubungan dengan intelligensi.
Seorang yang kreaktif biasanya memiliki tingkat intelligensi yang cukup
tinggi. Seorang tingkat intelligensinya yang rendah, maka kreaktivitasnya juga
akan rendah. Seseorang yang kreaktiv adalah orang yang memiliki ciri – ciri
kepribadian tertentu:
1) Mandiri
2) Bertanggung jawab
3) Bekerja keras
4) Memiliki motivasi yang tinggi
5) Optimis
6) Punya rasa ingin tahu yang besar
7) Terbuka
8) Memiliki rasa toleransi
9) Kaya akan pemikiran
( Sukmadinata, 2003 : 105 )
c. Tahap – tahap berkembangnya kreaktivitas
Wallas (1921) mengemukakan ada empat tahap perbuatan atau kegiatan
kreaktiv yaitu:
1) Tahap persiapan ( preparation )
Merupakan tahap awal yang berisi kegiatan pengenalan masalah,
pengumpulan informasi data yang relevan, melihat hubungan hipotesis
dengan kaidah kaidah yang ada.
2) Tahap pematangan ( incubation )
Merupakan tahap menjelaskan, membatasi, dan membandingkan
masalah.
3) Tahap pemahaman ( illumination )
Merupakan tahap mencari dan menemukan kunci pemecahan,
menghimpun informasi dari luar, untuk dianalisis dan disintesis,
kemudian merumuskan beberapa keputusan.
4) Tahap pengetesan ( verification )
Merupakan tahap pengetesan atau membuktikan hipotesis apakah
keputusan yang diambil itu tepat atau tidak.
( Sukmadinata, 2003 : 105 )
Pertemuan ke – 7
Materi : PEMPROSESAN INFORMASI DALAM BELAJAR
a. Konsep sensasi, atensi, persepsi, dan memori
b. Lupa dalam belajar
1) Faktor – faktor penyebab lupa dalam belajar
Muhibbin ( 2003 : 170 – 172 ), memaparkan beberapa faktor yang
menyebabkan lupa dalam belajar diantaranya yaitu :
a) Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item – item
informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa.
b) Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan
terhadap item yang telah ada baik disengaja maupun tidak
disengaja.
c) Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi
lingkungan antara waktu belajar dan waktu mengingat kembali.
d) Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa
terhadap proses dan siyuasi belajar tertentu.
e) Lupa dapat terjadi karena materi yang telah dikuasai siswa
tidak pernah diulang dan dibaca kembali.
f) Lupa dapat terjadi karena perubahan atau pergeseran syaraf
otak akibat sesuatu misalnya kecelakaan.
( Muhibbin, 2003 : 170 – 172 ).
c. Kiat mengurangi lupa dalam belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya
ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba dalam meningkatkan
daya ingatan siswa antara lain :
1) Overlearning
Overlearning ( belajar lebih ) artinya upaya belajar yang melebihi
batas penguasaan dasar atau materi tertentu. Overlearning terjadi
apabila respon atau reaksi tertentu muncul setelah siswa mempelajari
respon tersebut dengan cara diluar kebiasaan.
2) Extra study time
Extra study time ( tambahan waktu belajar ) adalah upaya penambahan
alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi aktivitas belajar.
3) Mnemonic device
Mnemonic device ( muslihat memori ) merupakan kiat khusus yang
digunakan sebagai pengait untuk memasukan item – item informasi
kedalam sistem akal siswa.
4) Pengelompokan
Maksudnya ialah menata ulang item – item materi menjadi kelompok
– kelompok kecil yang logis dalam arti bahwa item – item tersebut
memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
5) Latihan terbagi
Dalam latihan terbagi siswa melakukan latihan – latihan dengan
alokasi watu yang pendek dan dipisah – pisahkan di antara waktu –
waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk menghindari
charming, yakni belajar materi secara tergesa – gesa dalam waktu yang
singkat ( Muhibbib syah, 2003 : 174 – 178 ).

Pertemuan 9

Materi: TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

a. Pengertian belajar menurut teori behavioristik

Dalam teori behavioristik belajar merupakan proses perubahan tingkah


laku yang berhubungan dengan pemberian respon dan reaksi yang ditimbulkan
berdasarkan respon yang diberikan. Menurut Soemanto ( 2006: 37 ), “teori belajar
behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan tingkahlaku yang dapat
diamati, diukur, dinilai secara konkret. Teori ini memandang individunya dari sisi
jasmaniah, dan mengabaikan aspek - aspek mental.”
b. Prinsip – prinsip belajar menurut teori behavioristik
Teori ini dinamakan behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau
tingkah laku yang dapat diamati. Tokoh yang sangat terkenal dari teori ini
adalah Thorndike, Thorndike berpendapat dalam Sukmadinata ( 2003 :167 )
ada tiga macam prinsip atau hukum dalam belajar, yaitu:
1) Law of radiness
Belajar akan berhasil jika apabila individu memiliki kesiapan untuk
belajar.
2) Law of exercice
Belajar akan berhasil jika banyak dilakukan latihan latihan serta
mengulang pelajaran.
3) Law of effect
Belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil
yang baik.
c. Peranan teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar
behavioristik adalah ciri – ciri kuat yang mendasarinya yaitu :
1) Mementingkan pengaruh lingkungan.
2) Mementingkan bagian – bagian.
3) Mementingkan peranan reaksi.
4) Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui
prosedur stimulus respon.
5) Mementingkan peranan kemampuan yang telah terbentuk sebelumnya.
6) Mementingkan pembetulan kebiasaan melalui latihan dan
pengulangan.
7) Hasil belajar yang dicapai ialah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi dari teori ini guru harus menggunakan paradigm
behaviorisme dalam menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang telah
siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan
secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi
instruksi singkat yang diikuti contoh – contoh baik yang dilakukan sendiri
maupun melalui simulasi. Bhahan pembelajaran disusun secara hirarkidari
yang sederhana sampai yang kompleks ( Jahja, 2011 : 106 – 107 ).

Pertemuan ke – 10
Materi : TEORI BELAJAR KOGNITIF
a. Pengertian belajar menurut teori belajar kognitif
Menurut Muhibbin syah ( 2003 : 103 ), “dalam perspektif psikologi kognitif,
belajar pada asanya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (
yang bersifat jasmaniah ) meskipun hal – hal yang bersifat behavioral tampak
lebih nyata dalam hamper setiap peristwa belajar. Secara lahiriah seorang
anak yang sedang belajar membaca dan menulis misalnya, tentu akan
menggunakan perangkat jasmaniah ( mulut dan tangan ), untuk
mengungkapkan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, perilaku
menggoreskan pena yang dilakukan anak tersebutbukan semata – mata
respons atas stimulus yang ada, melainkan yang lebih penting karena
dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
b. Prinsip belajar menurut teori kognitif
Menurut Sukmadinata ( 2003 : 170 ) dalam landasan Psikologi Proses
pendidikan, “ dalam teori kognitif individu itu aktif, kontruktif, dan
berencana, bukan pasif menerima stimulus dari lingkungan. Menurut para ahli
kognitif individu merupakan partisipan aktif dalam proses memperoleh dan
menggunakan pengetahuan”. Disini bisa kita tangkap, bahwa prinsip belajar
menurut teori kognitif ini adalah individu harus aktif dan berfikir secara aktif
untuk menyelesaikan permasalahnnya.

c. Penerapan teori belajar kognitif dalam belajar


Menurut Sukmadinata ( 2003 : 170 ) dalam landasan Psikologi Proses
pendidikan, “ dalam teori kognitif individu itu aktif, kontruktif, dan
berencana, bukan pasif menerima stimulus dari lingkungan. Menurut para ahli
kognitif individu merupakan partisipan aktif dalam proses memperoleh dan
menggunakan pengetahuan”. Dari sini bisa kita kembangkan bahwa seorang
guru harus mampu menciptaka situasi belajar yang aktif sehingga dapat
merangsang pengetahuan siswa untuk berkembang.
Pertemuan ke – 11
Materi : TEORI BELAJAR SOSIAL HUMANISTIK
a. Pengertian belajar menurut teori belajar sosial humanistic
Belajar pada teori belajar sosial adalah proses dimana manusia itu meniru
perilaku yang yang ditampilkan hingga itu akan menjadi karakter dari diri
seseorang yang meniru tersebut. Menurut Muhibbin ( 2003 : 107 ), “ seorang
siswa belajar mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian cara orang
atau sekelompok orang merespon stimulus tertentu. Pendekatan teori belajar
sosial terhadap proses perkembangan perilaku sosial dan moral siswa
ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasaan merespon ) dan imitation
( peniruan )”.
b. Prinsip belajar menurut teori sosial humanistic
Menurut Muhibbin syah ( 2003 : 103 ), “prinsip dasar belajar hasil temuan
Bandura termasuk belajar sosial dan moral, sebagian besar yang dipelajari
manusia terjadi melalui peniruan dan penyajian cintoh perilaku.
c. Penerapan teori belajar sosial humanistik dalam belajar
Menurut Muhibbin syah ( 2003 : 108 ) dalam Psikologi Belajar, ” dalam hal
ini, orang tua dan guru seyogyanya memainkan peranan penting sebagai
seorang model atau tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral
bagi siswa”. Disini guru hendaknya menampilkan perilaku yang baik bagi
siswa dengan mengajak atau menggak siswa melakukan kegiatan belajar yang
baik pada siswa seperti mengucapkan salam, percaya diri dan lain sebagainya.
Pertemuan ke -12
Materi : MOTIVASI DALAM BELAJAR
a. Pengertian motivasi
Motivasi adalah keseluruhan dorongan, keinginan, kebutuhan, dan daya yang
sejenis yang menggerakkan perilaku sesorang. Menurut Wahab ( 2006 : 130
), “motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan dan
menjamin kelangsungan dan menberi arahan belajar”.
b. Fungsi motivasi
Motivasi memiliki dua fungsi, yaitu :
1) Mengarahkan ( directional function )
Dalam mengarahkan kegiatan motivasi berperan mendekatkan atau
menjauhkan individu dari sasaran yang ingin dicapai.
2) Mengaktivkan atau meningkatkan kegiatan
Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotiv atau motivnya
sangat lemah akan dilakukan dengan tidak sungguh – sungguh, tidak
terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya
apabila motivasinya besar dan kuat maka akan dilakukan secara
terarah, sungguh – sungguh, penuh semangat dan kemungkinan akan
berhasil ( Sukmadinata, 2003 : 62 – 63 ).
c. Upaya guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
Belajar membutuhkan motivasi secara konstan tetap tinggi dari pada
siswanya,agar para siswa memiliki motivasi yang tinggi, beberapa usaha perlu
dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi ini antara lain :
1) Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang diberikan.
2) Memilih materi atau bahan pelajaran yang betul – betul dibutuhkan
siswa.
3) Memilih cara penyajian yang bervaiasi, yang disesuaiakan dengan
kemampuan siswa.
4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk sukses.
5) Berikan kemudahan dan bantuan dalam pembelajaran
6) Berikan pujian atau hadiah atas keberhasilannya.
7) Penghargaan terhadap pribadi anak.
( Sukmadinata, 2003 : 71 – 72 ).
Pertemuan ke – 13
Materi : KEJENUHAN DAN TRANSFER DALAM BELAJAR
a. Pengertian kejenuhan dalam belajar
Kejenuhan dapat diartikan sebagai rasa bosan, atau jemu terhadap sesuatu.
Dalam belajar dapat juga dikatakan suatu masa dimana seseorang merasa
bosan mengikuti proses belajar tersebut karena proses yang menoton. Menurut
Reber (1986) dalam Muhibbin syah ( 2003 : 181), “kejenuhan belajar adalah
rentangan waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak
memperlihatkan asil belajar”. Seorang siswa yang mengalami kejenuhan
belajar merasa seakan – akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari
belajar tidak ada kemajuannya.
b. Faktor penyebab dan cara mengatasi kejenuhan belajar
Chaplin ( 1972) dalam Muhibbin syah (2003:181-182), “ kejenuhan belajar
dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dan kehilangan
konsolidasi salah satu tingkat konsolidasi tertentu sebelum siswa
tersebutsampai pada tingkat keterampilan berikutnya. Selain itu kejenuhan
juga dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada proses belajar
siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan.
Namun penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang
melanda siswa, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan
bosan pada siswa yang bersangkutan.
c. Pengertian transfer dalam belajar
Transfer dalam belajar merupakan proses pemindahan informasi dari guru
kepada muridnya yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Menurut Muhibbin ( 2003 : 159 ) , ” transfer dalam belajar yang lazim disebut
transfer belajar itu mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar
dari suatu situasi kesituasi lainnya”.

Pertemuan ke – 14
Materi : PERBEDAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR
a. Gaya Belajar
Perbedaan gaya belajar menunjukan cara tercepat dan terbaik bagi setiap
individu untuk bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Ada
beberapa tipe gaya belajar yang dapat kita cermati dan kita ikuti diantaranya
sebagai berikut:
1) Gaya belajar visual
Ada beberapa karakteristik dari orang – orang yang menyukai gaya
belajar visual ini. Pertama, kebutuhan melihat sesuatu secara visual
untuk memahaminya; kedua, memiliki kepekaa yang kuat terhadap
warna; ketiga, memiliki kepahaman yang cukup terhadap artistic;
keempat, memiliki kesulitan berdialog secara langsung; kelima, terlalu
reaktiv terhadap suara; keenam,sulit mengikuti anjuran secara lisan;
ketujuh, sering salah dalam menginterpretasikan kata atau ucapan.
2) Gaya belajar auditory learners
Gaya belajar auditory learners adalah gaya belajar yang mengandalkan
pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya.
Karakteristik model belajar seperti ini benar – benar menempatkan
pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau
pengetahuan.
3) Gaya belajar tactual learners
Dalam gaya belajar ini kita harus menyentuh sesuatu yang
memberikan informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya. Ada
beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tidak semua
orang bisa melakukannnya. Pertama adalah menempatkan tangan
sebagai alat penerima informasi utama agar kita bisa terus
mengingatnya. Kedua, hanya dengan memegang kita kita bisa
menyerap informasinya tanpa harus membaca penjelasannya. Ketiga,
tidak tahan duduk terlalu lama mendengarkan pembelajaran. Keempat,
bisa belajar lebih baik jika diikuti dengan kegiatan fisik. Kelima,
memiliki kemampuan mengorganisasikan sebuah tim dan
mengendalikan gerak tubuh (Hamzah, 2006 : 180 – 182 ).

b. Perbedaan sosial ekonomi dan budaya


Dikutip dari ( Jeanne Ellis Omrod, 2010: 187),” status sosial ekonomi
mencangkup sejumlah variabel yang termasuk penghasilan keluarga, tingkat
pendidikan orang tua, yang memberikan petunjuk kepada kita tentang
kedudukan keluarga dimata masyarakat. Presrasi sekolah siswa sering
dihubungkan dengan status sosial ekonomi mereka, siswa dengan status sosial
ekonomi tinggi cendrung memiliki prestasi akademis yang tinggi,
dibandingkan dengan siswa yang perekonomian keluarganya rendah.

c. Kepribadian dan tempramen


Dikutip dari ( Jeanne Ellis Omrod, 2010: 91),”temperamen adalah tendensi
umum untuk merespon dan menangani peristiwa – peristiwa lingkungan
dengan cara – cara tertentu. Tiap anak memiliki tempraen yang unik dan khas
sejak lahir. Contohnya, beberpa anak bersifat cenderung tenang dan pemalu
sedangkan anak lainnya lebih ekspresif dan bersemangat. Temperamen anak
yang diwariskan memengaruhi kesempatan – kesempatan belajar yang mereka
dapatkan dan juga mempengaruhi faktor lingkungan yang berperan
membentuk perkembangan pribadi dan sosial mereka.

Pertemuan ke – 15

Materi : PERBEDAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR

a. Siswa berisiko
Dikutip dari ( Slavin, 2008) dalam Jeanne Ellis Omrod siswa berisiko adalah
siswa yang memiliki probabilitas tinggi untuk gagal menguasai keterampilan
akademis minimum yang penting bagi keberhasilan mereka dimasa dewasa.
Banyak diantara mereka putus sekolah sebelum lulus smu, dan banyak lagi
yang lulus tanpa keterampilan dasar membaca atau matematika. Individu
semacam itu kerap tidak memiliki bekal untuk memberikan kontribusi
produktif bagi keluarga, komunitas atau masyarakat.
b. Siswa berkebutuhan khusus
Siswa berkebutuhan khusus ‘exceptional’, diartikan sebagai anak yang
mempunyai karakteristik yang berbeda dari individu lainnyayang dipandang
normal oleh masyarakat. Secara lebih khusus anak luar biasa menunjukan
karakteristik fisik, intelegtual,dan emosional yang lebih rendah dari anak
normal sebayanya, atau berada diluar standar norma – norma yang berlaku
dimasyarakat apakah itu menyimpang keatas maupun kebawah, baik dari segi
fisik, intlegtual maupun emosional sehingga mengalami kesulitan dalam
meraih suksesdari segi sosial, personal maupun aktivitas pendidikan ( thalib,
samsyul bachri, 2010 : 245).
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
TUGAS INDIVIDU
KUTIPAN MATERI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

NAMA : MINDA MISDA MELA


NIM : 16033018
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA
DOSEN : Dr. YARMIS SYUKUR, M.Pd, Kons

MATA KULIAH UMUM


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017

Anda mungkin juga menyukai