Pertemuan 1
Beberapa tugas perkembangan yang dituntut pada masa anak antara lain sebagai
berikut:
a. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan. Anak pada asa
ini senang kali bermain,unntuk itu diperlukan keterampilan fisik, seperti
menangkap, melepar, menendang, mengendarai sepeda, dan lain sebagainya.
b. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu
yang berkembang. Pada masa ini anak dituntut mengenal dan dapat
memelihara kepentingan dan kesejahteraan dirinya.
c. Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini anak dituntut untuk
mampu bergaul, bekerjasama dan membina hubungan baik dengan teman
sebaya,saling menolong dan membentuk kepribadiann sosial.
d. Belajar melakukan peranan sosial laki – laki dan wanita.
e. Belajar menguasai keterampilan – keterampilan intelegtual dasar, yaitu
membaca, menulis, dan berhitung.
f. Pengembangan konsep – konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari –
hari, agar dapat menyesuaikan diri dan perilaku sesuai dengan tuntutan dari
lingkungannya.
g. Pengembangan moral dan hati nurani. Pada masa ini anak dituntut telah
mampu menghargai perbuatan – perbuatan sesuai dengan moral, dapat
mengontrol perilakunya sesuai dengan moral.
h. Memiliki kemerdekaan pribadi.
i. Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial.
Pertemuan 9
Pertemuan ke – 10
Materi : TEORI BELAJAR KOGNITIF
a. Pengertian belajar menurut teori belajar kognitif
Menurut Muhibbin syah ( 2003 : 103 ), “dalam perspektif psikologi kognitif,
belajar pada asanya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (
yang bersifat jasmaniah ) meskipun hal – hal yang bersifat behavioral tampak
lebih nyata dalam hamper setiap peristwa belajar. Secara lahiriah seorang
anak yang sedang belajar membaca dan menulis misalnya, tentu akan
menggunakan perangkat jasmaniah ( mulut dan tangan ), untuk
mengungkapkan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, perilaku
menggoreskan pena yang dilakukan anak tersebutbukan semata – mata
respons atas stimulus yang ada, melainkan yang lebih penting karena
dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
b. Prinsip belajar menurut teori kognitif
Menurut Sukmadinata ( 2003 : 170 ) dalam landasan Psikologi Proses
pendidikan, “ dalam teori kognitif individu itu aktif, kontruktif, dan
berencana, bukan pasif menerima stimulus dari lingkungan. Menurut para ahli
kognitif individu merupakan partisipan aktif dalam proses memperoleh dan
menggunakan pengetahuan”. Disini bisa kita tangkap, bahwa prinsip belajar
menurut teori kognitif ini adalah individu harus aktif dan berfikir secara aktif
untuk menyelesaikan permasalahnnya.
Pertemuan ke – 14
Materi : PERBEDAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR
a. Gaya Belajar
Perbedaan gaya belajar menunjukan cara tercepat dan terbaik bagi setiap
individu untuk bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Ada
beberapa tipe gaya belajar yang dapat kita cermati dan kita ikuti diantaranya
sebagai berikut:
1) Gaya belajar visual
Ada beberapa karakteristik dari orang – orang yang menyukai gaya
belajar visual ini. Pertama, kebutuhan melihat sesuatu secara visual
untuk memahaminya; kedua, memiliki kepekaa yang kuat terhadap
warna; ketiga, memiliki kepahaman yang cukup terhadap artistic;
keempat, memiliki kesulitan berdialog secara langsung; kelima, terlalu
reaktiv terhadap suara; keenam,sulit mengikuti anjuran secara lisan;
ketujuh, sering salah dalam menginterpretasikan kata atau ucapan.
2) Gaya belajar auditory learners
Gaya belajar auditory learners adalah gaya belajar yang mengandalkan
pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya.
Karakteristik model belajar seperti ini benar – benar menempatkan
pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau
pengetahuan.
3) Gaya belajar tactual learners
Dalam gaya belajar ini kita harus menyentuh sesuatu yang
memberikan informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya. Ada
beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tidak semua
orang bisa melakukannnya. Pertama adalah menempatkan tangan
sebagai alat penerima informasi utama agar kita bisa terus
mengingatnya. Kedua, hanya dengan memegang kita kita bisa
menyerap informasinya tanpa harus membaca penjelasannya. Ketiga,
tidak tahan duduk terlalu lama mendengarkan pembelajaran. Keempat,
bisa belajar lebih baik jika diikuti dengan kegiatan fisik. Kelima,
memiliki kemampuan mengorganisasikan sebuah tim dan
mengendalikan gerak tubuh (Hamzah, 2006 : 180 – 182 ).
Pertemuan ke – 15
a. Siswa berisiko
Dikutip dari ( Slavin, 2008) dalam Jeanne Ellis Omrod siswa berisiko adalah
siswa yang memiliki probabilitas tinggi untuk gagal menguasai keterampilan
akademis minimum yang penting bagi keberhasilan mereka dimasa dewasa.
Banyak diantara mereka putus sekolah sebelum lulus smu, dan banyak lagi
yang lulus tanpa keterampilan dasar membaca atau matematika. Individu
semacam itu kerap tidak memiliki bekal untuk memberikan kontribusi
produktif bagi keluarga, komunitas atau masyarakat.
b. Siswa berkebutuhan khusus
Siswa berkebutuhan khusus ‘exceptional’, diartikan sebagai anak yang
mempunyai karakteristik yang berbeda dari individu lainnyayang dipandang
normal oleh masyarakat. Secara lebih khusus anak luar biasa menunjukan
karakteristik fisik, intelegtual,dan emosional yang lebih rendah dari anak
normal sebayanya, atau berada diluar standar norma – norma yang berlaku
dimasyarakat apakah itu menyimpang keatas maupun kebawah, baik dari segi
fisik, intlegtual maupun emosional sehingga mengalami kesulitan dalam
meraih suksesdari segi sosial, personal maupun aktivitas pendidikan ( thalib,
samsyul bachri, 2010 : 245).
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
TUGAS INDIVIDU
KUTIPAN MATERI PSIKOLOGI PENDIDIKAN