PELURUHAN GAMMA
JURUSAN FISIKA
2019
PELURUHAN GAMMA
Energi yang tersedia untuk peluruhan selanjutnya menjadi lebih rendah atau
dapat mencapai energi pada keadaan dasar yang tidak cukup untuk menyebabkan
pemancaran partikel lain, atau peluruhan dengan pemancaran partikel. Hal ini
menyebabkan terjadinya transisi dari keadaan energi yang lebih tinggi E i menuju
keadaan energi yang lebih rendah Ef , dan ini mengeluarkan kelebihan energi ∆E
= Ei - Ef .
Secara fisis dapat dijelaskan bahwa transisi tersebut dapat terjadi karena jika
suatu inti dalam keadaan tidak stabil maka akan mencapai tingkat
kestabilan/menuju ke tingkat dasar
Di mana jika energi yang dilepaskan dalam bentuk sinar gamma, maka inti
yang berada pada tingkat dasar tidak mengalami perubahan nomer massa dan
nomer atom. Seperti pada kasus spektrum atomik, spektrum sinar gamma
sebuah inti menunjukkan garis-garis tajam. Hal ini berarti bahwa inti
memiliki tingkat energi yang diskrit. Energi dari pancaran sinar gamma
diberikan oleh persamaan berikut.
hf = ∆E = Ei - Ef
Jika Ef sama dengan keadaan dasar, pada keadaan ini inti tidak akan
memancarkan foton. Sebaliknya inti akan memancarkan satu atau lebih foton
sebelum menuju ke keadaan dasar, seperti yang tampak pada Gambar 2 berikut
ini.
Diagram Tingkat Energi Inti
Energi sinar gamma yang dipancarkan sama dengan selisih antara tingkat –
tingkat energi diantara mana inti melakukan transisi
Secara umum Eγ = ∆E
Perhitungan yang lebih teliti harus melibatkan adanya pentalan inti. Jadi
energi yang dilepaskan dalam transisi diberikan kepada gamma serta sebagai
energi kinetik inti yang terpental.
Maka :
Dalam menghitung energi partikel alfa dan beta yang dipancarkan dalam
peluruhan radioaktif di depan dianggap tidak ada sinar gamma yang dipancarkan.
Jika ada sinar gamma yang dipancarkan, maka energi yang ada (Q) harus dibagi
bersama antara partikel dengan sinar gamma.
B. Pengukuran Energi
positron ), atau setelah peristiwa tangkapan elektron, dimana inti yang masih
dalam keadaan tereksitasi tersebut akan turun ke keadaan dasarnya dengan
memancarkan radiasi gamma. Beberapa metode yang umum dapat digunakan
untuk mengukur energi dari sinar gamma adalah sebagai berikut : (a) Metode
serapan (b) Spektometer difraksi-kristal (c) Spektometer magnetik (d)
Spektometer pasangan (e) Metode sintilasi (kilauan) atau (f) Metode lainnya.
a. Metode Serapan
Metode serapan adalah metode yang paling awal, paling sederhana, dan
paling cepat untuk menentukan energi sinar gamma. Hal itu berdasarkan
pengukuran koeffisien absorpsi dari suatu bahan penyerap dengan grafik antara
intensitas sinar gamma dengan ketebalan bahan penyerap.
Untuk sumber yang sangat lemah dengan energi diatas 400 keV,
menggunakan berbagai macam geometri yang memberikan nilai ketelitian yang
cukup baik dari energi sinar gamma. Cara yang tepat untuk mengukur energi
sinar gamma ini adalah mengukur ketebalan paruh pada suatu bahan penyerap
seperti Aluminium dan membandingkannya dengan grafik hubungan antara
energi dengan tebal paruh pada gambar 3. Tebal paruh adalah tebal bahan yang
dapat menyerap setengah intensitas paparan radiasi yang datang sehingga
intensitas paparan radiasi yang diteruskan tinggal setengah dari intensitas semula.
Nilai tebal paruh dari suatu bahan sangat berguna untuk menentukan tebal suatu
bahan yang diperlukan untuk proteksi radiasi atau sebagai perisai.
Untuk energi sinar gamma yang tinggi, misalnya 4 MeV, maka pasti
membutuhkan geometri bagus yang serupa sesuai dengan gambar 1 mengenai
rancangan pengukuran koeffisien absorpsi oleh Davisson dan Evan, tetapi hal ini
membutuhkan suatu kondisi bahwa sumber harus memiliki laju peluruhan yang
tinggi dengan baik untuk mendapatkan laju cacah yang cukup besar. Pengukuran
serapan tidak memberikan hasil yang akurat pada energi yang lebih tinggi karena
batas minimum pada kurva serapan sesuai dengan lebih dari satu energi.
Sedangkan untuk energi yang sangat rendah, katakan 1 keV sampai 100 keV,
maka metode utama penyerapan dapat digunakan untuk menentukan energi yang
akurat. Dengan membuat pengukuran penyerapan dalam bahan dari berbagai
nomer atom dapat digunakan untuk menggolongkan energi sinar gamma dalam
tepi penyerapan-K dari dua bahan penyerap dengan nomer atom yang berdekatan
Untuk mengetahui sudut difraksi (θ), panjang gelombang (�) dari sinar
gamma dapat dihitung dengan persamaan kondisi Bragg :
d: jarak kisi
n : orde difraksi
Prinsip kerja yang ditentukan secara skematis untuk mengukur energi sinar
gamma dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 4. Skema Diagram dari Kristal Spektrometer Sinar γ
Metode pengukuran energi sinar gamma ini merupakan metode yang paling
akurat dan presisi yang digunakan untuk menyediakan sumber standar kalibrasi.
Resolusi dari alat ini sekitar 1 persen, akurasinya 0,04 persen dan efesiensinya
10-9 per foton. Metode ini baik hanya sampai pada energi gamma 1 MeV karena
keterbatasan pada jarak kisi yang digunakan.
c. Spektometer Magnetik
Ketika satu atau beberapa kelompok sinar gamma memiliki energi sedang
(dari 1 MeV sampai 3 MeV), maka energi sinar gamma dapat ditentukan dengan
menggunakan spektrometer magnetik. Sinar gamma dibuat untuk menghasilkan
fotoelektron atau elektron mundur Compton, dimana energi elektron tersebut
diukur dengan menggunakan spektrometer. Prosedurnya adalah sebagai berikut.
Dalam interaksi sinar gamma dengan suatu materi terdapat tiga proses utama
di mana foton kehilangan energinya berdasarkan interaksi dengan bahan yang
terjadi antara lain melalui
I C .E . Ix …………………………………………………..9b)
10)
………………………………………………11)
Efek ini lebih mengutamakan foton penembak dengan energi yang rendah,
dimana foton penembak diserap oleh satu elektron pada atom. Pada prosesnya
foton menghilang dan elektron terlepas seperti yang tampak pada Gambar 3
dengan energi kinetik Ke dan dirumuskan sebagai berikut.
K e h I n .......................................................................................12)
elektron
foton
sebelum sesudah
jika energi foton cukup kecil, maka dapat diabaikan efek realtivitasnya, dan
energi yang cukup besar dengan mengabaikan energi dari orbital elektron.
Pengabaian energi dari K-elektron dapat dituliskan (dalam rentangan 0,1 Mev
sampai 0,35 Mev)
7
0 Z 5 1 137 4 2 n 2 .............................................................13a
4
a K
di mana
m0c 2
dan n ......................................................................................13c)
hv
Efek Compton
y y
hv '
hv' x
O x O
1
E m0 c 2 1
1 2
sesudah
sebelum
Gambar 4. Hamburan
Compton
1
h h ' m0 c 2 1 2 2 1
E hv; p
hv O
c
E m c cp
1
24 22 2
0
p' sin
p' cos
pe cos
pe
pe sin
Gambar 6. Analisis Hamburan Compton
Pada sumbu x : p p ' cos pe cos
p p' c K e'
E 2 mc 2 2
( pe c) 2 mc 2 K e' 2
mc 2 2
2
( pe c) 2 mc 2 2mc 2 K e' K e'
2
2
( pe c ) 2 2mc 2 K e' K e'
2 2
pe c 2 2mc 2 K e' K e'
1 cos
p p '
mc pp '
1 cos
1
1
mc p' p
h h
Karena p dan p ' maka :
'
1 cos
'
mc h h
1 cos
'
mc h
Sehingga diperoleh:
h
1 cos '
mc
h
' 1 cos …………………………………………...17)
m0 c
1 1 h
1 cos
v' v m0 c 2
1
v'
1 h
1 cos
v m0 c 2
Jika penyebut dan pembilang pada sisi kanan persamaan ini dikalikan v, dan
jika kedua sisi persamaan dikalikan dengan h, maka hasilnya adalah:
hv
hv'
hv
1 2
1 cos …………………………………………..18)
m0 c
hv
1 cos
m0 c 2
T hv hv' hv …………………………...19)
hv
1 1 cos
m0 c 2
Energi kinetik bernilai maksimum jika cos =-1 atau =1800, yaitu foton
akan dipantulkan kea rah semula. Energi elektron dalam hal ini adalah:
hv0
Tmax
m0 c 2 ………………………………..………………….20)
1
2hv0
1 2(1 ) 1 1 1 3
3 0 2 ln(1 2 ) ln(1 2 ) ..21)
4 1 2 (1 2 ) 2
e
2
dengan
hv0
m0 c 2
Z
N e ……..……..……..……..……..……..……..…….….22)
A
tampang lintang Compton untuk energi dari hamburan foton, yang dinyatakan
dengan:
diserap oleh elektron. Penjumlahan tampang lintang untuk energi yang diabsorpsi
dan tampang lintang untuk energi yang dihamburkan dapat dirumuskan sebagai
berikut.
e e s e a ……………………………………………...24)
Produksi Pasangan
Proses yang ketiga ini memiliki suatu syarat di mana foton haruslah memiliki
energi ambang tertentu agar proses ini dapat berlangsung. Energi ambang adalah
energi maksimal yang harus dimiliki elektron agar terjadinya proses pembentukan
pasangan (Subratha, 2004). Energi ambang untuk proses ini adalah sama dengan
2m0c2. Hal ini mengungkapkan bahwa, jika foton energinya lebih besar dar 1,02
MeV menumbuk sebuah logam dengan Z yang tinggi, foton hilang dan dan pada
posisinya terbentuklah pasangan elektron-positron seperti yang terlihat pada
Gambar 7a. Jika pasangan ini diproduksi pada kamar kabut dalam medan magnet,
elektron dan positron akan dibelokkan dengan arah yang berlawanan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar b sebagai berikut.
h 2m0 c 2 E E E
nuc
2m0 c 2 : Energi yang ekivalen dengan massa diam elektron dan positron
E , E , E
nuc : Energi kinetik elektron, positron, dan inti terhambur.
Oleh karena massa inti sangat besar, sehingga dihasilan energi kinetik yang
sangat kecil, maka E
nuc dapat diabaikan. Dengan demikian persamaan 25
menjadi
h 2 m 0 c 2 E E
D. Konversi Internal
Sebuah inti yang tidak stabil tereksitasi dapat kembali ke keadaan dasar
dengan memberikan energy eksitsinya langsung ke electron di sekelilingnya
bukan dari pancaran gamma sehingga terjadi transfer energy. Electron itu sendiri
memancarkan energy kintik ketika berada di orbitnya dan . Energy kinetic dari
konversi elektron memberikan persamaan:
Ke = Et- EB
Keterangan :
EB = energi ikat dari elektron
Et = energi yang tersedia untuk pancaran gamma,
α = λγ +λe
Dan
αe = λK +λL + λM +
Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti sebuah partikel alfa
atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi.Energi yang tersedia
untuk peluruhan selanjutnya menjadi lebih rendah atau dapat mencapai energi
pada keadaan dasar yang tidak cukup untuk menyebabkan pemancaran partikel
lain, atau peluruhan dengan pemancaran partikel. Hal ini menyebabkan terjadinya
transisi dari keadaan energi yang lebih tinggi Ei menuju keadaan energi yang
lebih rendah Ef , dan ini mengeluarkan kelebihan energi E = Ei - Ef oleh salah
satu dari tiga proses yakni:
Daftar Pustaka
Arthur Beiser, 1986, Konsep Fisika Modern. Erlangga.
Allonso-Finn, 1968, Fundamental University Physics, Vol. III. Quantum And
Statistical Physics. Addison-Wesley Publishing Co. Massachusetts.
Irving Kaplan, 1963, Nuclear Physics. Addison Wesley Publishing Co.
Massachusetts.
Knetth Krane, 1992. Fisika Modern. UI Press Jakarta.