net/publication/342351979
CITATIONS READS
0 816
8 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Dwi Endah Ni'matul Amalia on 22 June 2020.
Pendahuluan
Pemeriksaan kelenjar payudara dengan menggunakan sinar-x untuk deteksi awal kanker
payudara disebut juga mamografi. Pemeriksaan medis ini semakin penting dilakukan dengan
munculnya payudara wanita tingkat morbiditas kanker, serta pentingnya kualitas jaminan (QA)
dan kontrol kualitas (QC) dari mamogram yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Spektrum sinar-x adalah informasi yang ideal untuk menunjukkan kualitas radiasi dan salah satu
faktor terpenting yang mempengaruhi kualitas gambar radiografi. Namun, pengukuran langsung
spektrum sinar-x primer dalam kondisi klinis sangat sulit karena tidak mungkin meningkatkan
jarak antara titik fokus dan detektor sinar-x serta menyesuaikan penjajaran sinar-x untuk
membuat perhitungan foton pengukuran yang mungkin. Metode yang digunakan untuk
mendapatkan spektrum sinar-x primer adalah koreksi hamburan Compton. Dalam metode ini,
spektrum sinar-x primer dapat diperoleh dengan mengoreksi spektrum yang terhambur 90 derajat
untuk hamburan Compton menggunakan pergeseran energi tanpa penumpukan foton karena
intensitas sinar-x yang tersebar menurun secara signifikan. Metode ini praktis dibuat untuk
tabung sinar-x target tungsten yang tegangannya lebih tinggi dari 50 kV. Namun, untuk
mamografi digunakan tegangan tabung kurang dari 30 hingga 35 kV dan terdapat sinar-x
karakteristik yang berpuncak pada 17,5 keV dari target molybdenum. Pengaruh hamburan
Rayleigh tidak dapat diabaikan, terutama pada kisaran energi foton di bawah 20 keV. Sistem
mamografi tipikal tidak dapat mengurangi arus tabung.
Teori
1. Hamburan Compton
… (1)
Di mana adalah panjang gelombang setelah foton terhambur, adalah panjang gelombang
sebelum foton terhambur, h adalah konstanta Planck, adalah massa diam, c adalah laju
cahaya, dan adalah sudut terhambur.
2. Hamburan Rayleigh
Hamburan Rayleigh adalah salah satu bentuk hamburan cahaya dengan frekuensi yang lebih
tinggi (cahaya yang biru) dihamburkan lebih banyak daripada cahaya merah dan hijau.
Hamburan ini terjadi ketika panjang gelombang radiasi lebih besar dibandingkan dengan ukuran
partikel penghambur.
3. Spektrum Sinar-X
Berkas sinar-x yang dihasilkan oleh sebuah sumber dapat terdiri atas dua jenis spektrum, yaitu
spektrum kontinu dan spektrum diskrit. Spektrum kontinu sinar-x timbul akibat adanya
pengereman elektron-elektron yang memiliki energi kinetik tinggi oleh anoda. Pada saat terjadi
pengereman tersebut, sebagian energi kinetiknya diubah menjadi sinar-x. Proses pengereman ini
dapat berlangsung baik secara tiba-tiba ataupun secara perlahan-lahan, sehingga energi sinar-x
yang dihasilkan akan memiliki rentang energi yang sangat lebar. Jika elektron-elektron tersebut
direm secara tiba-tiba, maka seluruh energi kinetiknya akan diubah menjadi energi sinar-x dan
energi panas yang menumpuk pada anoda. Energi sinar-x ini merupakan energi tertinggi yang
dapat dihasilkan oleh sebuah sumber sinar-x atau panjang gelombang terpendek (λmin) yang
dapat dihasilkan oleh sebuah sumber. Namun, jika elektron-elektron itu direm secara perlahan,
maka energi kinetiknya akan diubah secara perlahan menjadi energi sinar-x dan energi panas,
sehingga sinar-x yang dihasilkan akan memiliki energi yang bervariasi sesuai dengan besarnya
energi kinetik yang diubahnya. Sinar-x ini akan memiliki panjang gelombang dan energi yang
berbeda, sehingga sering disebut sinar-x polikromatik dan disebut juga sinar-x bremsstrahlung.
V3 > V2 > V 1
min
Gambar 1. Spektrum sinar-x bremsstrahlung untuk beberapa tegangan tinggi V3 > V2 > V1
Sementara sinar-x monokromatik timbul akibat adanya proses transisi eksitasi elektron di dalam anoda
dan timbul secara tumpang tindih dengan spektrum bremsstrahlung. Inensitas sinar-x monokromatik ini
jauh lebih besar daripada intensitas sinar-x bremsstrahlung. Sinar-x monokromatik terjadi jika energi
kinetik elektron sama dengan atau lebih besar daripada energi eksitasi atom di dalam anoda, maka pada
saat elektron menumbuk anoda, atom tersebut akan tereksitasi. Kemudian, saat atom-atom kembali ke
kaadaan ekuilibriumnya, maka akan melepaskan energinya dalam bentuk foton gelombang
elektromagnetik yang disebut sinar-x karakteristik. Nilai λ sinar-x karakteristik ini tidak bergantung
pada besarnya tegangan tinggi yang digunakan, tetapi hanya bergantung pada jenis bahan anoda
yang digunakan.
K
K
Tampang lintang hamburan merupakan salah satu besaran penting dalam proses hamburan. Ada
dua tampang lintang yaitu tampang lintang diferensial dan tampang lintang total. Tampang
lintang diferensial (differential cross section) adalah kebolehjadian terjadinya hamburan untuk
sudut tertentu. Sedangkan, tampang lintang total (total cross section) adalah kebolehjadian
terjadinya hamburan pada segala sudut hamburan.
Tampang lintang diferensial dari metode hamburan Rayleigh diberikan dengan mengalikan
kuadrat dari faktor bentuk F (x, z) dengan rumus penampang diferensial dari metode hamburan
Thomson sebagai berikut:
…(2)
di mana r₀ adalah jari-jari elektron klasik, adalah sudut hamburan, x=sin(θ/2)/λ, λ adalah
panjang gelombang, dan Z adalah nomor atom.
Sedangkan tampang lintang diferensial dari metode hamburan Compton diberikan dengan
mengalikan fungsi hamburan tidak koheren dengan rumus Klein-Nishina sebagai berikut:
[ ] { } …(3)
di mana x=sin(θ/2)/λ, r₀ adalah jari-jari elektron klasik, dan adalah fungsi hamburan tidak
koheren.
Kesimpulan
Untuk hamburan 90 derajat, rasio teoritis Rayleigh untuk total hamburan pada energi sinar-x
molybdenum Kα (17,5 keV) sekitar 20%. Sedangkan, untuk energi foton yang lebih rendah dari
17,5 keV, rasionya menjadi lebih besar dan mencapai sekitar 40% pada 10 keV. Ditunjukkan
bahwa koreksi hamburan Rayleigh dan hamburan Compton penting untuk merekonstruksi
spektrum sinar-x primer. Selain itu, dihasilkan tampang lintang diferensial dari metode
hamburan Rayleigh dan metode hamburan Compton.
Daftar Pustaka
Kawaguchi, S.,Yamaguchi, Y., Arimura, H., Morishita, J., Ohki, m., Uno, Y., Ideguchi, T.,
Higashida, Y., dan Toyofuku, F. 2009. Reconstruction of mammography x-ray spectrum by using
Rayleigh and Compton scattering corrections. O. Dössel and W.C. Schlegel (Eds.): WC 2009,
IFMBE Proceedings 25/II, pp. 231–233.
Khamdani, N., Nur M., dan Muhlisin Z. 2014. Kajian Tampang Lintang Hamburan Elektron
dengan Ion Melalui Teori Hamburan Berganda (Multiple Scattering Theory). Youngster Physics
Journal. Vol.3(4), 351-356.
Maeda, K., dan Matsumoto M. 2004. Mammographic x-ray spectra measured by Compton
spectroscopy using a high resolution Schottky CdTe detector. Jpn. J. Med. Phys. Vol.24(4).
Yamaguchi, Y., Kawaguchi, S., Arimura, H., Morishita, J., Ohki, M., Uno, Y., Ideguchi, T.,
Tokumori, K., Higashida, Y., dan Toyofuku, F. 2009. Rayleigh and Compton scattering analysis
for PMMA in the mammography energy range. O. Dössel and W.C. Schlegel (Eds.): WC 2009,
IFMBE Proceedings 25/II, pp. 234–237.