1. PRODUKSI SINAR-X
1.1 Tabung sinar-x
Tabung sinar-x terdiri dari tabung gelas hampa udara yang didalamnya terdapat katoda dan anoda.
Radiasi sinar-x timbul dengan terjadinya tumbukan electron yang bergerak cepat pada material ( anoda ) .
Energi kinetic electron diubah menjadi energi panas ( > 99 % ) dan energi elektronik yang kita gunakan
sebagai sinar-x ( < 1 % ).
Electron-elektron yang bergerak cepat dihasilkan dengan cara memberikan tegangan percepatan sekitar
25 s/d 150 kV antara katoda dan anoda . Elektron-elektron terebut akan bergerak makin cepat didalam
medan listrik dan energi kinetiknya ditentukan oleh tegangan yang diberikan.Tegangan tinggi yang
diberikan , dihasilkan dari Generator Tegangan Tinggi ( High Voltage Generator ), yang diubah dari
tegangan listrik P L N.
Gambar tabung Ro
2. Dapat menimbulkan Ionisasi dan exitasi pada atom / molekul-molekul bahan yang
diliwati
3. Dapat merubah susunan kimia bahan yang diliwati
4. Dapat menimbulkan fluorecense pada material seperti Calsium Tungstate dan Zinc
Cadmium Sulphate. Efek ini menghasilkan gambaran yang tampak pada alat fluoroskopi
sinar-x dan juga digunakan untuk bahan Intensifying screen.
5. Dapat menghasilkan bayangan latent pada film Rontgen dan apabila dibangkit kan akan
menjadi bayangan tampak. Efek ini juga dapat digunakan untuk keperluan dosimeter,
yaitu alat monitoring personil yang kita kenal dengan film badge.
6. Menimbulkan efek biologi dalam kehidupan organisme. Mematikan sel-sel tubuh , juga
bisa memutasi sel-sel reproduksi manusia.
u.v sinar infra merah radar MW , FM radio siaran
tampak
sinar – x
sinar gamma
Gelombang elektromagnetis timbul akibat efek dari medan listrik dan medan magnit dengan
intensitas yang berubah-ubah, sedangkan arah rambatannya selalu tegak lurus terhadap arah
medan listrik maupun arah medan magnit. Gelombang elektro magnetis , yaitu gelombang yang
dapat merambat tanpa memerlukan medium, dengan kata lain gelombang elektromagnetis dapat
merambat melalui ruang hampa.
Formulasi Maxwell ----- cahaya tidak lain adalah suatu bentuk radiasi elektro-magnetis..
Gelombang elektromagnetis mempunyai sifat seperti cahaya tampak, mempunyai kecepatan
rambat didalam ruang hampa sebesar 2,99 x 108 meter/sekon dan dapat dipantulkan, dibiaskan ,
interferensi dan difraksi.
Herzt adalah orang pertama yang membuktikan dengan suatu eksperimennya , bahwa semua
gelombang elektromagnetis merambat dalam ruang vakum dengan kecepatan rambat yang sama
yaitu :
C = 3 x 108 m / detik.
Radiasi elektromagnetis adalah perpindahan energi dari suatu tempat ketempat lain. Tipe dari
gelombang kita sebut dengan gelombang transversal. Gelombang ini bergerak keatas dan
kebawah sebagaimana terlihat pada gambar.
C = f
Dimana :
= panjang gelombang
f = frekuaensi gelombang ( Hz )
1.5 TEORI KWANTUM RADIASI
Hukum klasik menyatakan besarnya tenaga radiasi sebagai fungsi dari pada frekwensi dan suhu
mutlaknya.
Besarnya tenaga radiasi persatuan frekwensi persatuan volume didalam medan radiasi telah
dihitung oleh Rayleigh – Jeans (1900) , dan untuk frekwensi tinggi oleh Wien ( 1896 ). Kedua
hukum ini menunujukkan adanya sifat diskontinu dari tenaga radiasi untuk frekwensi menengah,
dimana besarnya tenaga menjadi tak hingga . Dilemma ini dipecahkan oleh Max Planck ( 1901 )
dengan menurunkan suatu rumus interpolasi terhadap hukum Rayleigh-Jeans dan Wien.
Menurut Max Planck didalam penyerapan maupun dalam pancaran radiasi oleh benda hitam ,
jumlah tenaga selalu bersifat diskrit dan harganya selalu merupakan kelipatan bulat dari kwanta
tenaga tertentu.Kwanta-kwanta tenaga tersebut tergantung pada frekwensi radiasi dan besarnya
dinyatakan dengan :
E = h f
Dimana : h = 6,625 x 10 -34 joule.sekon = 6,625 x 10 –27 erg.sekon
Dengan gagasan Planck ini , mulailah terjadi perubahan pola pikir dalam fisika dengan
berpedoman pada sifat kwantisasi dari tenaga, dan dari hubungan panjang gelombang (lamda) ,
frekwensi ( f ) dan kecepatan rambat gelombang c , sehingga rumus dapat ditulis menjadi :
h c
E = ---------
( cm )
1240
E = ----------- x 10 –6
( nm)
Didalam perkembangannya , teori kwantum radiasi dari Planck mendapat kesulitan dalam
menerangkan beberapa peristiwa , yaitu :
a. Pancaran sinar x :
Sinar ini sebagai suatu radiasi dapat mengionisasi atom-atom atau molekul - molekul gas
yang dilaluinya , yang berarti sinar x dapat melepaskan elektron dari atomnya.
b. Efek foto listrik :
Suatu berkas sinar yang jatuh pada sebuah permukaan logam dapat mengeluarkan elektron-
elektron dari permukaan logam . Disini terlihat bahwa gelombang radiasi sinar x dapat
mempunyai interaksi dengan materi.
c. Efek Compton
Peristiwa ini menunjukkan adanya interaksi sinar x dengan inti atom ringan , dimana sebuah
berkas sinar –x yang menumbuk sebuah inti atom didalam rambatannya akan terhambur dengan
mengalami perubahan panjang gelombang.
Disini Comptom memandangnya sebagai suatu peristiwa tumbukan elastis antara dua benda
yang mempunyai massa sama , yaitu sebesar massa dari inti atom yang ditumbuk oleh sinar.x
Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum dan hukum kekekalan tenaga untuk
peristiwa ini , Compton dapat menghitung besarnya perubahan panjang gelombang yang dialami
oleh sinar x tersebut ,
h
- 0 = ----------- ( 1 – cos )
m0 c
Pada tahun 1905 Albert Einstein mengatasi kesulitan untuk menerangkan peristiwa-peristiwa
diatas berdasarkan efek foto listrik. Tenaga radiasi mempunyai sifat terkwantisasi dalam
penyerapan , pemancaran dan juga dalam perambatannya.
Jadi Einstein lebih menekankan bahwa radiasi memiliki sesuatu butiran ( photon ) tenaga yang
besarnya adalah seperti pada rumus :
E = h f ,
oleh karena itu teori ini dikenal sebagai teori photon dari Einstein.
Didalam efek photo listrik , berkas sinar yang jatuh pada permukaan logam akan memiliki tenaga
sebesar h.f dan tenaga ini diubah untuk mengeluarkan elektron-elektron dari permukaan logam
Persamaan yang
diturunkan oleh Einstein untuk efek foto listrik adalah :
H f = 2 mV 2 + e
Dimana :
h.f = tenaga photon yang datang.
2 mV 2 = tenaga kinetis elektron-elektron
e = work function dari elektron.
Dengan adanya teori kwantum Planck dan teori photon Einsteins , maka timbul dualisme dalam
sifat-sifat radiasi seperti apa yang dikenal dalam teori klasik mengenai cahaya , teori gelombang
dari Huygens dan teori korpuskel dari-pada Newton. Radiasi merupakan kwanta-kwanta tenaga,
kalau kita lihat dari peristiwa pancaran , rambatan , penyerapan , difraksi dan interferensi..Pada
peristiwa photo listrik , pancaran sinar x dan efek Compton , harus ditinjau radiasi sebagai
photon-photon tenaga dengan sifat-sifat sebagai partikel.
Dualisme sifat radiasi ini membawa para ahli fisika kepada pemikiran bahwa sifat ini tentu juga
berlaku bagi partikel., dan pada tahun 1923 Louis de Broglie mengambil kesimpulan bahwa
dualisme merupakan sifat alam yang pokok. Dengan menggunakan teori kwantum dan teori
reletivitas , Louis de Broglie menurunkan rumus sebagai berikut :
H f = m c2
I
n
t
e I = Intensitas sinar-
x n Z = Nomor
atom target
f- I
F = faktor rektifikasi ,--------------------------------------------
E = Nomor atom target yang lebih tinggi menunjukkan jumlah elektron yang lebih banyak,
memungkinkan interaksi lebih banyak terjadi dan sinar-x lebih banyak dihasilkan.
MA = Arus tabung yang lebih besar menunjukkan jumlah elektron yang menumbuk target
semakin banyak memungkinkan interaksi lebih banyak terjadi dan sinar-x lebih banyak
dihasilkan
KVp = mengerjakan tegangan puncak yang lebih tinggi menghasilkan intensitas sinar-x lebih
banyak
F = tipe rektifikasi yang terbaik menghasilkan intensitas yang paling tinggi pada produksi sinar –
x
Degan memakai tipe rektifikasi constant potensial diperoleh intensitas paling tinggi dibanding
tipe rektifikasi full wave , maupun half – wave
Kualitas adalah kekuatan / kemampuan sinar-x , diukur dari daya tembusnya terhadap obyek
yang dikenai.
Berdasarkan daya tembusnya sinar-x ini maka kualitas sinar-x kita bedakan atas Hard beam dan
soft beam.
Hard beam ( berkas sinar x keras adalah sinar-x yang mempunyai daya tembus yang baik.
( kuat )
Soft beam ( berkas sinar-x lunak ) adalah sinar-x yang daya tembus nya kurang.
B B = inherent
Additional filter adalah filter yang ditambahkan pada alat Rontgen selain dari inherent filter
Tebalnya filter additional berkisar antara 1,0 mm Al s/d 2.0 mm Al.
Total filter = filter inheren + filter additional :
0 – 70 kV total filternya setara denga 1,5 mm Al
70 – 100 kV total filternya setara dengan 2,0 mm Al
> 100 kV total filternya lebih besar dari 2 mm Al.
Dengan memakai filter , radiasi yang mempunyai gelombang panjang akan diserap Radiasi
yang mempunyai gelombang panjang tersebut tidak bisa menghasilkan gambaran yang cukup ,
bahkan hanya menambah / memperbesar dosis kulit . Jadi filter juga bermanfa’at / berfungsi
sebagai proteksi radiasi.
Pada penyinaran terhadap filter atau bahan lain , dimana x adalah ketebalan bahan, sedangkan adalah
angka serap linear bahan tersebut. Apabila kontras radiasi pada filter atau bahan tersebut = 2 , maka filter
atau bahan tersebut dinamakan HVL ( Half Value Layer ) atau HVT ( Half Value Thickness).
Io
Jika -------- = 2 , maka I0 = 2 It atau It = 50 % dari Io
It
Padahal It = I0 e-x -------------- It = 2 It e-x ( x ketebalan bahan )
It
------ = e-x
2 It
x
2 = e
Potensial ,baik intensitas maupun kualitas Radiasi menjadi lebih besar dibandingkan
dengan model rektifikasi full wave.
Energi
Dalam pemanfaatan sinar-x pada obyek , intensitas juga dipengaruhi oleh :
1 Waktu ( lamanya suatu penyinaran kita lakukan ) Semakin lama waktu penyinaran maka
intensitas sinar-x makin besar pula. Dalam praktek kita membuat photo Rontgen, waktu
penyinaran ( s ) selalu kita kaitkan dengan mA ( arus tabung ) Pada waktu nilai mA ( arus
tabung ) tetap , penggunaan waktu ( sekond ) yang lebih besar akan menghasilkan Intensitas
yang lebih besar.
2. Ukuran bidang fokus . Kita mengenal adanya 2 ( dua) fokus yaitu fokus besar dan fokus kecil.
Bidang fokus adalah daerah tempat dikeluarkan sinar-x dari target , maka penggunaan fokus
besar akan menghasilkan intensitas yang lebih besar dari pada fokus kecil.
Dalam Radiografi fokus besar kita gunakan untuk memanfaatkan mA yang besar dan luas
lapangan penyinaran yang relatif lebar , sedangkan penggunaan fokus kecil untuk penyinaran
obyek yang kecil.
3. Jarak , jarak adalah antara sumber dengan tempat dimana intrensitas yang ingin kita ketahui.
Dalam hal ini berlaku hukum kwadrat terbalik ( inverse squar law )
I1 : I 2 = 1 / R12 ; 1 / R22
Semakin jauh jarak dari sumber radiasi , maka intensitas radiasi akan semakin kecil.
4. EFEK INTERAKSI ENERGI FOTON SINAR-X DENGAN MATERI PADA
STRUKTUR RADIOGRAFI
Efek Efek yang ditimbulkan oleh energi foton sinar-x dalam interaksinya dengan materi yang
dikenainya pada perjalanan sinar-x dari fokus ke film dapat digolongkan dalam 3 efek , yaitu :
- Efek yang bersifat fisik ( physical effect )
- Efek yang bersifat Kimia ( chemical effect )
- Efek yang bersifat biologi ( biological effect )
Efek yang bersifat fisik , apabila sinar-x mengenai atom maka dapat menimbulkan 5
kemungkinan :
- Hamburan klasik
- Penyerapan foto listrik
- Hamburan Compton
- Pembentukan pasangan
- Desintegrasi foto nuklir
Efek Kimia , apabila energi foton mengenai struktur kimia tubuh manusia ( 80 % terdiri dari
air )
__________________________________________________________________
Efek biologis dari radiasi ,terutama efek yang merugikan secara statistik dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
- Efek non Stokastik
- Efek stokastik.
Efek non stokastik terjadi apabila dosis yang diterima melebihi dosis ambang Harga dosis
ambang untuk macam efek tertentu tidak sama untuk setiap orang dan tergantung pada kondisi
penyinarannya.Untuk penerimaan dosis diatas dosis ambang , efeknya akan makin gawat bila
dosis yang diterima makin tinggi.
Efek non stokastik dapat menimbulkan :
- Tingkat sakit bertambah bila penerimaan dosis bertambah.
- Besar kemungkinan adanya ambang dosis.
- Selalu timbul bila efek stokastik terjadi.
Misalnya : - Bila terkena radiasi sampai 2000 rad terjadi eritema pada kulit.
Terjadinya efek Stokastik mengikuti hubungan probabilitas , dalam arti suatu kelompok orang
menerima dosis dengan bobot tinggi, akan makin besar kemungkinan terjadinya efek stokastik
tertentu. Efek ini akan dialami oleh beberapa orang dalam kelompok ini secara acak. Dalam hal
genetik , frekuensi insiden adanya suatu kelainan pada generasi berikutnya makin tinggi bila
dosis yang diterima oleh kelompok itu makin tinggi.
Efek Stokastik dapat menimbulkan akibat :
- Tanpa adanya dosis ambang.
- Kemungkinan efek tergantung penerima dosis.
- Tingkat sakit tidak tergantung pada banyaknya dosis yang diterima
Misalnya : - induksi kanker
- Efek genetik.
5. Formulasi gambar radiografi
Obyek yang terkena berkas sinar-x memiliki kemampuan untuk menyerap , menghamburkan atau
meneruskan berkas tersebut , tergantung pada nomor atom bahan ( Z ) , kerapatan bahan ( ρ ),dan besar
kecilnya energi foton yang mengenainya.
Tulang dibandingkan dengan jaringan lunak , berbeda kemampuan dalam menyerap, menghamburkan
atau meneruskan sinar-x . Intensitas berkas sinar-x yang dapat menembus tulang akan lebih kecil dari
pada berkas sinar-x yang dapat menembus jaringan lunak .
Selanjutnya disebut bahwa attenuasi pada tulang lebih besar dibanding pada jaringan lunak
Attenuasi,Absorpsi dan hamburan
*Atenuasi adalah berkurangnya / melemahnya suatu intensitas sinar-x setelah melewati materi /
bahan.
Ib = I0. e - υ b.x
It = I0. e - υ t.x
Tissue
υ t
Bone
υ b
Pada hal Ib < I t , maka
I b It
- υ b < -υt
Berkas sinar-x ( sinar primer ) yang meliwati materi / bahan akan menjadi kecil karena terjadi
perlemahan ( atenuasi ) oleh karena adanya :
- Absorpsi
- Hamburan
Sinar bocoran adalah radiasi yang keluar dari rumah tabung Rontgen.
Koefisien Attenuasi :
I 0
Koefisien atenuasi dibedakan atas :
- atenuasi linier , yaitu angka serapan terdadap radiasi pada ketebalan suatu materi .
- Atenuasi massa , yaitu angka serapan terhadap radiasi pada kerapatan suatu materi .
“ Transmission ratio” ( angka transmisi cahaya pada film ) adalah merupakan perbandingan
antara intensitas cahaya yang meliwati film dengan intensitas yang mengenai film.
Transmitted light Lt
Transmission ratio = ------------------------------- = ----------
Insident light Li
“Opasitas” adalah nilai kebalikan dari angka transmisi , yaitu perbandingan antara intensitas
cahaya yang mengenai film dengan intensitas cahaya meliwati film ( menembus )
Densitas film adalah nilai yang menyatakan tingkat penghitaman yang terjadi film akibat suatu
penyinaran . Densitas film merupakan lagaritma dari perbandingan antara incident light dengan
transmitted light dengan kata lain merupakan harga logaritma dari opasitas.
Li
Densitas ( D ) = Log -------
Lt
D = Log Li – Log Lt ----------- Lt = Li .e-µ x
Substitusikan :
D = Log Li - Log Lt
D = Log Lt + Log e µx- - Log Lt
D = Log e µx
D = µx Log e Log e = 0,4343
Jadi D = µ.x . 0,4343
X = tebal film ( bahan ) dan µ adalah koefisien atenuasi linear.
Rentang penilaian densitas secara teoritis adalah antara 0 s/d 4 .
Dalam praktek radiografi karena adanya factor karakteristik film, keterbatasan pengukuran serta
alasan subyektif kemampuan pengamatan mata maka :
- Untuk radiograf pada umumnya berkisar antara 0,25 sampai 2
- Untuk Radiografi thorax ,berkisar antara 0,30 sampai 1,50
- Densitas diluar obyek pada film yang terkena penyinaran antara 2.00 sampai 3.00
Sensitivitas warna
Sensitivitas warna ( colour sensitivity ) atau juga dikenal dengan spectral sensitivity adalah
istilah untuk menjelaskan respon emulsi film terhadap berbagai macam warna cahaya.
Ada tiga golongan film menurut kepekaannya terhadap macam warna pencahayaan , yaitu :
1. Panchromatic film , yaitu jenis film yang memiliki kepekaan terhadap semua warna cahaya
.jenis ini digunakan dalam bidang fotografi
2. Monochromatic film , yaitu jenis film yang memiliki kepekaan terhadap satu jenis warna
cahaya , misalnya warna biru saja.Jenis ini digunakan untuk x-ray film blue sensitive
3. Orthochromatic film , yaitu jenis film yang memiliki kepekaan terhadap terhadap warna hijau
sampai violet. Jenis ini digunakan untuk x-ray film green sensitive.
Kharakteristik film :
Ada 3 karakter utama pada film , yakni speed , latitude dan kontras.
Speed film
Speed film adalah kemmpuan film dalam merespon sinar-x , dengan kata lain ini adalah
merupakan sensitivitas dari film itu , selanjutnya lebih dikenal dengan istilah speed film
1
Speed = --------------------------------------------------------
Jumlah R ( Rontgen ) yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 satuan densiti
Jika untuk menghasilkan 1 satuan densiti dibutuhkan sinar-x sejumlah 25 mR , maka peed film
terebut adalah :
1 1
Speed = ------------------ = ------------------ = 40
25 mR 0,025 R
Dengan demikian semakin tinggi nilai speed film , maka semakin rendah jumlah penyinaran
( mR ) yang dibutuhkan.
Speed film dapat diperlihatkan dalam kurva karakteristik film berikut
*Latitude
Kemampuan film dalam menerima eksposi terbatas sampai tingkat eksposi tertentu., film mungkin belum
merespon sempurna untuk terjadinya penghitaman. Apabia ditambahkan eksposi , pada rentang nilai
eksposi tertentu mungkin film tersebut sangat baik dalam meresponnya, sehingga menghasilkan
penghitaman yang proporsional terhadap eksposi yang diberikan. Tetapi bila ditambahkan lagi
eksposinya, mungkin film tersebut sudah tidak mampu lagi menaikkan penghitamannya secara
proporsional , atau penghitamannya bahkan menurun.
Latitude eksposi menerangkan pada batas eksposi berapa film terebut dapat merespon eksposi menjadi
penghitaman secara proporsional.
Gambar memperlihatkan kurva kharakteritik film dengan berbagai daerah eksposi , maing-
masing kita kenal dengan daerah kabut ( fog ) , daerah tumit , daerah ekposure ( straight part ) ,
daerah shoulder
Bagian-bagian dari kurva :
Daerah kabut ( Fog ) a ---b
Υ ( gamma )
Daerah bahu ( shoulder ) d ---- e
Pada daerah shoulder , film berkurang kemampuannya untuk menampilkan densitas yang sebanding
dengan besarnya eksposi yang diberikan , sehingga pada daerah ini dapat kita katakan batas puncak
kemampuan nya untuk menampilkan densitas.
Bila eksposi kita naikkan lagi sampailah kita pada daerah dimana film mencapai kejenuhan terhadap
eksposi , sehingga walaupun eksposi ditambah , densitas malah menurun
Rentang eksposi yang dapat diterima oleh film , yang dapat menghasikan nilai densitas yang sebanding
dengan besarnya eksposi yang diberikan disebut dengan latitude eksposi.
Daerah tumit dan daerah bahu harus dihindari , sebab kontras didaerah ini sangat kecil. Ini adalah daerah
kekurangan atau kelebihan eksposi.
Pada daerah tumit , film belum mampu menampilkan densitas yang sebanding dengan besarnya eksposi
yang diberikan
Pada daerah eksposure , film mampu menampilkan densitas sebanding dengan besarnya eksposure yang
diberikan
Pada daerah shoulder , film berkurang kemampuannya untuk menampilkan densitas yang sebanding
dengan besarnya eksposi yang diberikan , sehingga pada daerah ini dapat kita kita katakan batas puncak
kemampuan nya untuk menampilkan densitas.
Bila eksposi kita naikkan lagi sampailah kita pada daerah dimana film mencapai kejenuhan terhadap
eksposi , sehingga walaupun eksposi ditambah , densitas malah menurun
Rentang eksposi yang dapat diterima oleh film , yang dapat menghasikan nilai densitas yang sebanding
dengan besarnya eksposi yang diberikan disebut dengan latitude eksposi.
Kontras film
Kontras film adalah kemampuan film dalam mengekspressikan rentang nilai penghitaman dari
daerah yang paling terang sampai daerah paling gelap
Dengan demikian kontras film menunjukkan latitude density dari film tersebut.
(D max - D min )ax film A terlihat > (D max –D Min ) film B
Latitude densiti film A > latiude film B
Kontras film A > kontras film B
Bagaimana menggunkan filter safe light.
Pada saat menangani film , penting untuk memilih filter safelight yang benar, pertimbangan
rentang sensitifitas warna film yang digunakan , cahaya yang meliwati filter safelight harus
berada dalam rentang sempit yang dapat dilihat untuk mata manusia tapi pada film tidak sensitif.
Film reguler :
Film merah atau kekuningan harus digunakan ,karena ia hanya meloloskan cahaya dengan
panjang gelombang yang lebih panjang dari cahaya hijau kebiru-biruan.
Film Orthochromatis. Harus menggunakan filter merah dengan panjang gelombang yang lebih
panjang dari panjang gelombang cahaya jingga.
Waktu yang aman untuk pemakaian filter safelight tergantung pada kondisi khusus pada film
yang digunakan , sumber cahaya dll. Karenanya perlu untuk melakukan test untuk memastikan
keamnan filter pada kondisi-kondisi tersebut iluminasi dan jarak sumber cahaya dengan film.
Komposisi .
(A) Penyangga ( base )
Film Radiografi Ketebalan sekitar 180 micron base dari Poliethylene
Film Imaging Terephthalate ( PET ), sangat baik ketahanan
Film Duplikat mekanisnya, kerataannya dan stabilitas dimensinya
Film Fluorografi Ketebalan base Triacetate cellulose ( TAC ) sekitar 120
micron atau ketebalan sekitar 100 micron ketebalan base
PET. Base TAC mudah dipotong dan atau dilipat dan
bahan terhadap listrik statis.
( B ) Fungsi setiap lapisan
Lapisan pelindung : Mencegah goresan dan tekanan
Lapisan emulsi : Lapisan yang peka sinar-x yang berisi perak halida.
Lapisan bawah : Mengikat emulsi pada lapisan penyangga ( base )
Lapisan anti halation : mencegah halasi cahaya ( pemantulan yang tidak teratur pada permukaan
base ) untuk meningkatkan ketajaman gambaran yang dibentuk.
Lapisan backing : mencegah pembentukan listrik statis dilapisan belakang film fluorografi.
( C ) Silver hallida / perak Halida
Terutama terdiri dari Silver bromida ( Ag Br ) dengan sedikit silver iodida (Ag I ) silver hallida
bervariasi karakternya sesuai dengan komposisinya , ukuran partikel dan distribusi ukuran
partikel silver halida Apabila di ekspose dengan cahaya , lalu dikembangkan , berubah menjadi
perak hitam.
( D ) Gelatin
Silver hallida partikel-partikelnya disebarkan dalam media gelatin yang terbuat dari kulit dan
tulang-tulang binatang.
( E ) Bahan-bahan tambahan.
Hardener / pengeras : Bereaksi dengan gelatin untuk mengeraskan tiap-tiap lapisan dan
mencegah goresan dan tanda-tanda adanya tekanan.
Bahan pembungkus : pencegah penempelan antara film atau film dan IS dan juga memberikan
kehalusan yang pas pada permukaan film. Bahan ini juga efektif untuk mencegah pembentukkan
listrik statis.
Bahan anti statis : mencegah masalah yang disebabkan oleh listrik statis , yang menyebabkan
permukaan film bersifat konduktif dan film tidak dapat di muati untuk muatan listrik.
Zat pemeka spektrum : Fungsi-fungsi untuk memperlebar daerah sensitif spektrum silver
hallida.
Anti foggant / anti fog : mengurangi kekaburan akibat penambahan usia atau selama
penyimpanan.
Campuran antihalasi : menyerap halasi.
Intensifying Screen
Prinsip dari tabir penguat ( intensifying screen ) adalah apabila bahan yang menyerap radiasi sinar-x
dan memancarkannya kembali dalam bentuk sinar tampak Tabir penguat ini dipakai dalam radiography
dan tabir fluoroskopi . Banyaknya cahaya yang dipancarkan berbanding lurus dengan exposi sinar-x yang
mengenai tabir . Jadi setiap pola yang terbentuk oleh berkas sinar-x akan diubah kedalam pola yang
serupa dan kelihatan.
Luminisensi ( perpendaran )
Bahan-bahan luminisense yang dapat memancarkan cahaya sebagai akibat disinar dengan sinar-x dapat
dibagi kedalam 2 golongan :
1. Bahan Fosforesensi
Bahan ini apabila menerima radiasi radiasi sinar-x akan menyerapnya terlebih dahulu , baru
memancarkan cahaya tampak setelah selang waktu tertentu. Bahan seperti ini tidak cocok untuk
fluoroskopi , sebab kita menghendaki bahwa setiap perubahan pola sinar-x harus terlihat dengan
segera.Penundaan dalam pancaran cahaya juga akan mengakibatkan pola menjadi kabur karena
pergerakan obyek. Penundaan perubahan dari berkas sinar-x menjadi sinar tampak disebut afterglow.
2. Bahan fluoresensi
Bahan ini akan berpendar setelah menerima radiasi , langsung memancarkan cahaya tampak Bahan ini
sangat cocok untuk tabir fluoroskopi, sebab setiap perobahan pola sinar-x dapat terlihat dengan
segera.
Bahan-bahan fluoresensi terbuat dari kristal-kristal yang mempunyai tingkatan-tingkatan energi elektron
seperti dalam atom-atom yang terpisah-pisah, demgan mempunyai pola tingkatan-tingkatan tenaga yang
terpisah pisah ( kulit K,L, M )
Untuk tingkatan luar kebanyakan kosong. Disini tiap elektron tidak terikat pada tenaga tertentu , tetapi
kehadiran atom-atom lain memungkinkan bagi tiap elektron untuk mempunyai sembarang tenaga .
Tingkatan-tingkatan tenaga ini membentuk band ( daerah ) tenaga-tenaga elektron tertentu.
O
Daerah ( band ) konduksi
E1
Daerah terlarang
E2
Band ( daerah ) terisi ( valensi band )
Makanisme pencahayan Intensifying screen
Foton sinar-x yang mengenai kristal fosfor , dapat menghasilkan beribu foton cahaya yang diemisikan
oleh kristal fosfor. Proses perubahan energi sinar-x menjadi cahaya tampak oleh screen disebut dengan
luminisensi ( perpendaran cahaya = pencahayaan )
Mekanisme luminisensi adalah sebagai berikut :
1. Energi radiasi diserap ( penyerapan photo listrik oleh atom-atom dari material fosfor
2. Elektron yang terlepas meninggalkan pita valensi menuju pita konduksi . Pada posisi ini electron
memasuki kondisi high energi state. Material fosfor yang tidak murni ( impurity) , menghasilkan
luminescence centre yang cenderung memiliki kekuatan menarik electron.kembali ke pita valensi.
3. Akibat electron kembali ke pita valensi , electron kembali memasuki kondisi lower energy state ,
sambil melepaskan energi yang berbentuk cahaya tampak.
Fosfor murni sangat sedikit menghasilkan pencahayaan.
Impurity *( ketidak murnian ) fosfor yang sangat banyak dipakai dalam radiografi adalah :
Zn ------ ZnCdS
Tl === NaLTl dan
WO4 CaWO4
Ada 2 model pencahayan , yaitu fosforisensi dan fluororisensi
Fosforisensi adalah pencahayan yang terjadi saat setelah material fosfor dikenai radiasi ,Delay waktu
sampai terjadinya pencahayaan > 10-8 detik
Fluorisensi adalah pencahayaan yang terjadi seketika dan sesaat, pada waktu material fosfor dikenai
radiasi. Waktu tejadinya pencahayaan < 10-8 detik
Mekanisme Pencahayan pada screen.
Dengan adanya penyerapan foto listrik, electron yang dikenai radiasi akan memiliki kelebihan energi
segera meninggalkan daerah valensi ( Valence band ) menuju daerah konduksi ( Conduction band ).
Selanjutnya electron memasuki daerah konduksi dan melintas dengan kecepatan tinggi pada daerah
konduksi. Pada saat bersamaan luminicence center bekerja menarik electron kembali ke lower energi state
Karena energinya cukup tinggi maka terjadi lompatan electron dari energi tinggi ke daerah energi rendah.
Pada saat terjadi lompatan energi terebut terjadilah pelepasan energi foton cahaya ,sebagai bentuk
pencahayaan fluoricensi.
Syarat-syarat bahan fluorosensi ( I S ):
- Dapat menyerap radiasi cukup besar ( Z tinggi )
- Mengeluarkan cahaya ( warna )tertentu
- Mempunyai after glow yang singkat .
Bahan-bahan yang kita pakai untuk intensifying screen ( IS ) adalah :
- Konvensionil : CaWO4 , ZnSO3 , ZnCdO4 , BaPbSO4, bahan ini biasa disebut dengan salt screen.
- Rare Earth :
Rare earth substances adalah material-material fosfor yang secara alamiah jumlahnya sangat terbatas.
Rare earth merupakan material fosfor yang sangat baik efisiensi pencahayaannya, sehingga banyak
dipakai sebagai bahan baku intensifyaing screen. Keunggulannya adalah dapat menghasilkan
pencahayaan 4 kali lebih besar dari Intensifyaing Screen CaWO4 jenis fast.
LaO2S2:Tb ……> Terbium activated lantanum Oxysulfida.
GdO2S2:Tb ……> Terbium Activated Gadolium Oxysulfida
Y2O2S2:Tb…….> Telerium Activated Yitrium Oxysulfida
Calcium tungstate bisa dipakai untuk tabir penguat , sedangkan Zinc Cadmium Sulphide untuk tabir
fluoroskopi. Barium lead sulphide dan Zinc Sulphide tidak dipakai lagi untuk tabir penguat hanya
kadang-kadang dipakai dalam tabir mass miniature radiography ( photo fluoroskopy )
Intensifikasi gambar
Radiografi memerlukan Intensifying screen , yang berfungsi sebagai lembar penguat gambar , melalui
proses pencahayaan akibat penyinaran. Bila memamakai Intensifying screen dapat menghemat nilai
penyinaran , disamping menghasilkan mutu gambar yang lebih baik. Proses yang demikian kita sebut
dengan intensifikasi gambar.. Dengan demikian apabila menggunakan Intensifying screen memerlukan
Factor Intensifikasi , yaitu nilai perbandingan antara penyinaran tanpa menggunakan Intensifying screen
dengan penyinaran dengan menggunakan intensifying screen.
EA EB
Dengan memakai tabir penguat maka eksposi sinar-x yang diperlukan untuk menghasilkan densitas film
tertentu jauh berkurang. Pengurangan ini diukur dengan faktor penguat ( IF )
Tabir dengan IF yang tinggi disebut tabir cepat.
Kurva karakteristik dari film A disinar tidak dengan tabir penguat , sedangkan film B denga tabir penguat.
IF untuk kombinasi film dan tabir pada densitas = 1 adalah IF = EA / EB.
Harga IF dapat menjadi besar , yang berarti pengurangan banyak dalam eksposi sebagai akibat
dari pemakaian tabir penguat.
Faktor-faktor pengaruh I S adalah::
1. Komposisi phosphor : dimana komposisi yang diproduksi dengan baik ( well manufactured )
tentu akan menghasilkan efisiensi pencahayaan yang baik.
2. Ketebalan lapisan phosphor ; Lapisan yang lebih tebal akan menghasilkan pencahayaan yang
lebih banyak , akan tetapi lapisan yang tipis menghasilkan detail gambar yang lebih baik.
3. Reflective layer ; reflective layer menambah speed , tetapi mengurangi resolusi gambar.
4. Crystal size ( ukuran kristal ). Ukuran kristal yang lebih besar , menghasilkan emisi
pencahayaan yang lebih besar dan sebaliknya.
High speed screen , ukuran kristalnya = 8 micron
Fine detail screen , ukuran kristalnya = 4 micron.
5. Konsentrasi phosphor ; konsentrsiny tinggi maka speed dari tabir penguat jyga tinggi juga dan
sebaliknya.
6. Dye ( cat ) berfungsi untuk mengontrol penyebaran cahaya , menyerap cahaya hamburan ,
sehingga cat ( dye ) dapat meningkatkan ketajaman gambar.
Jenis-jenis intensifying screen ( I S )
Slow screen ( High definition )
Par speed ( medium )
Fast screen ( low definition )
Speed dari intensifying screen
Intensifying screen yang effisiensinya tinggi dalam pencahayaan disebut memiliki speed yang
tinggi . Berdasarkan nilai speednya dikenal berbagai macam intensifying screen :
Fine detail Par speed High speed Ultra high
speed
( 50 ) ( 100 ) ( 200 – 300 ) (200 – 1200)
Resolusi lp/mmi 15 10 7 7 - 15
1. Speed yang rendah , yang berhubungan dengan emisi pencahayaan dengan spectrum yang
lebih sempit
2. Speed yang rendah , factor intensifikasinya juga rendah
3. Speed yang rendah menghasilkan resolusi gambar yang lebih tinggi , kecuali pada ultera
high speed resolusi gambar yang baik masih dapat dipertahankan
Pada hakekatnya , penggunaan screen meningkatkan nilai penghitaman gambar pada film.
Dengan demikian berarti meningkat speed film , yang juga berarti meningkatkan kontras
gambar.
Berbagai material dan tipe pencahayaannya
Dari tingkat kekelabuan dan brightness berbeda-beda ini para Radioloog dapat mengirakan
mengenai tebal dan jenis bahan yang dilalui sinar-x dan membuat diagnosa klinis.
berkurang dari X0 menjadi X1 , sedangkan melalui otot ( 2 ) dari X0 menjadi X2.
Perbedaan intensitas ini X1 dan X2
membentuk pola berkas sinar-x.
X1 X2