Anda di halaman 1dari 31

FISIKA RADIODIAGNOSTIK

1. PRODUKSI SINAR-X
1.1 Tabung sinar-x
Tabung sinar-x terdiri dari tabung gelas hampa udara yang didalamnya terdapat katoda dan anoda.
Radiasi sinar-x timbul dengan terjadinya tumbukan electron yang bergerak cepat pada material ( anoda ) .
Energi kinetic electron diubah menjadi  energi panas ( > 99 % ) dan energi elektronik yang kita gunakan
sebagai sinar-x ( < 1 % ).
Electron-elektron yang bergerak cepat dihasilkan dengan cara memberikan tegangan percepatan sekitar
25 s/d 150 kV antara katoda dan anoda . Elektron-elektron terebut akan bergerak makin cepat didalam
medan listrik dan energi kinetiknya ditentukan oleh tegangan yang diberikan.Tegangan tinggi yang
diberikan , dihasilkan dari Generator Tegangan Tinggi ( High Voltage Generator ), yang diubah dari
tegangan listrik P L N.
Gambar tabung Ro

1.2  Anode ( Target )


Bahan yang dipakai untuk anode sebagai target yang akan ditembaki oleh electron-elektron , dimana
energinya yang dilepaskan dari filament ( katode ) hanya sedikit sekali yang yang diubah jadi sinar-x  ( <
1 % ) yang selebihnya menjadi energi panas , oleh sebab itu diperlukan bahan yang dipakai untuk target
( anode ) haruslah bahan yang tahan panas ( bahan yang mempunyai  titik didih yang tinggi ) seperti
Paltina , Tungsten atau Wolfram . Pilihan bahan untuk target  ditentukan oleh beberapa factor , yang
paling penting adalah efisiensi ( ditekankan  prosentase energi electron yang mencapai target diubah
menjadi radiasi sinar-x dan daya tahannya harus cukup kuat ). Untuk efisiensi lebih ditekankan yang
mempunyai nomor atom tinggi, seperti Tungsten ( Z = 74 ), Platina ( Z = 78 )atau emas ( Z = 79 ), juga
mempunyai titik didih yang tinggi seperti Tungsten ( 3350 0C ) ,Platina  ( 1770 oC ) dan Gold ( 1060
0
C ).Pemakaian bahan target anode diam biasanya digunakan Tungsten
Gambar  anode

1.3    Sifat-sifat sinar-x


1  Mempunyai daya tembus yang sangat tinggi.Dapat menembus bahan / materi yang diliwatinya. Ini
dapat kita manfa’atkan untuk membuat photo Rontgen dibidang diagnostik dan di bidang Terapi
kita dapat  memberikan dosis tertentu untuk membunuh sel-sel kanker yang terdapat dalam tubuh
manusia dan sinar-x tidak dapat dilihat dengan mata.

2. Dapat menimbulkan Ionisasi dan exitasi pada atom / molekul-molekul bahan yang
diliwati
3. Dapat merubah susunan kimia bahan yang diliwati
4. Dapat menimbulkan fluorecense pada material seperti Calsium Tungstate dan Zinc 
Cadmium  Sulphate. Efek ini menghasilkan gambaran yang tampak pada alat fluoroskopi
sinar-x dan juga digunakan untuk bahan Intensifying screen.
5. Dapat menghasilkan bayangan latent pada film Rontgen dan apabila dibangkit kan akan
menjadi bayangan tampak. Efek ini juga dapat digunakan untuk keperluan dosimeter,
yaitu alat monitoring personil yang kita kenal dengan film badge.
6. Menimbulkan efek biologi dalam kehidupan organisme. Mematikan sel-sel tubuh , juga
bisa memutasi sel-sel reproduksi manusia.

1.4  TENAGA DAN RADIASI.


Tenaga bukan berupa materi, jadi tidak memerlukan ruang, tapi merupakan suatu azas kegiatan.
Tenaga ada didalam setiap gerakan dan karena itu dapat dikatakan bahwa tenaga merupakan
suatu kemampuan untuk melakukan sesuatu / kemampuan untuk bekerja.
Didalam fisika kita mengenal berbagai bentuk tenaga seperti , tenaga mekanis , tenaga kalor,
tenaga cahaya , tenaga listrik, tenaga magnetis, tenaga kimia tenaga atom dan tenaga inti , tenaga
radiasi dan bentuk-bentuk tenaga tersebut dapat diubah dari suatu bentuk kebentuk lain.. Tenaga
atom merupakan tenaga yang bersumber dari reaksi fisika , yaitu reaksi penyusunan yang terjadi
dalam atom-atom . Dalam hal ini terjadi suatu reaksi fisika maka sejumlah tenaga akan
dilepaskan. Apabila reaksi yang terjadi mencakup perubahan-perubahan massa didalam inti
atom( reaksi inti ),  jumlah tenaga yang dilepaskan sangat besar.Pelepasan tenaga yang besar
dalam waktu yang singkat , akan menimbulkan suatu ledakan yang dahsyat,   bom
atom.misalnya.
Didalam reaktor inti , tenaga itu dilepaskan secara terkendali sehingga dapat digunakan untuk
berbagai keperluan. Tenaga radiasi merupakan bagian penting dalam pengetahuan atom. Radiasi
adalah suatu bentuk tenaga yang dapat dirambatkan dari suatu titik ke titik lain didalam
alam,tanpa membutuhkan medium apapun. Radiasi yang paling dikenal adalah cahaya dan
gelombang radio.. Tenaga dari permukaan matahari dirambatkan ke bumi dalam bentuk radiasi
cahaya , ketika mencapai permukaan bumi , tenaga ini diserap oleh daun-daun hijau dan
disimpan dalam bentuk tenaga kimia, atau tenaga ini diubah menjadi panas dalam atmosfir. Pada
gelombang radio, sejumlah tenaga yang kecil dirambatkan dari suatu pemancar dan ditangkap
oleh alat penerima pada jarak tertentu .Gelombang radio tidak dapat dilihat karena panjang
gelombangnya tidak dapat memberi kesan pada mata kita. Bentuk lain dari  radiasi  yang tidak
dapat dilihat adalah sinar Rontgen , sinar gamma. Gelombang-gelombang radio ,cahaya, sinar-x
dan sinar gamma merupakan gelombang-gelombang elektromagnetis , yang dibuktikan oleh
Maxwell ( 1864 )   secara matematis dari pengamatan spektrum yang dipancarkan oleh benda
hitam .
Spektrum radiasi digambarkan  sebagai berikut :
            1020          1018           1016            1014            1012          1010             108             106           
104        f
        
            10-10          10-8           10-6             10-4             10-2          100             102            104
106     cm

                                                  
u.v     sinar    infra merah       radar       MW , FM           radio siaran
                                                             tampak
                                sinar – x
           sinar gamma
Gelombang elektromagnetis timbul akibat efek dari medan listrik dan medan magnit dengan
intensitas yang berubah-ubah, sedangkan arah rambatannya selalu tegak lurus terhadap arah
medan listrik maupun arah medan magnit. Gelombang elektro magnetis , yaitu gelombang yang
dapat merambat tanpa memerlukan medium, dengan kata lain gelombang elektromagnetis dapat
merambat melalui ruang hampa.
Formulasi  Maxwell ----- cahaya tidak lain adalah suatu bentuk radiasi elektro-magnetis..
Gelombang elektromagnetis mempunyai sifat seperti cahaya tampak, mempunyai kecepatan
rambat didalam ruang hampa sebesar 2,99 x 108 meter/sekon dan dapat dipantulkan, dibiaskan ,
interferensi dan difraksi.
Herzt adalah orang pertama yang membuktikan dengan suatu eksperimennya , bahwa semua
gelombang elektromagnetis merambat dalam ruang vakum dengan kecepatan rambat yang sama 
yaitu  :
                                        C  =  3  x 108  m / detik.
Radiasi elektromagnetis adalah perpindahan energi dari suatu tempat ketempat lain. Tipe dari
gelombang kita sebut dengan gelombang transversal. Gelombang ini bergerak keatas dan
kebawah sebagaimana terlihat pada gambar.
 

Untuk semua gelombang elektromagnetis yang merambat


dalam ruang vakum , berlaku persamaan dasar gelombang 

                                                       C =  f

Dimana :

        = panjang gelombang       
                    f    =  frekuaensi gelombang ( Hz )      
1.5  TEORI  KWANTUM RADIASI
Hukum klasik menyatakan besarnya tenaga radiasi sebagai fungsi dari pada frekwensi dan suhu
mutlaknya.
Besarnya tenaga radiasi persatuan frekwensi persatuan volume didalam medan radiasi telah
dihitung oleh Rayleigh – Jeans (1900)  , dan  untuk frekwensi tinggi oleh Wien ( 1896 ). Kedua
hukum ini menunujukkan adanya sifat diskontinu dari tenaga radiasi untuk frekwensi menengah,
dimana besarnya tenaga menjadi tak hingga . Dilemma ini dipecahkan oleh Max Planck ( 1901 )
dengan menurunkan suatu rumus interpolasi terhadap hukum Rayleigh-Jeans dan Wien.
Menurut Max Planck didalam penyerapan maupun dalam pancaran radiasi oleh benda hitam ,
jumlah tenaga selalu bersifat diskrit dan harganya selalu merupakan kelipatan bulat dari kwanta
tenaga tertentu.Kwanta-kwanta tenaga tersebut tergantung pada frekwensi radiasi dan besarnya
dinyatakan dengan :

                                                              E  =  h f
Dimana : h = 6,625 x 10 -34 joule.sekon = 6,625 x 10 –27 erg.sekon

Dengan gagasan Planck ini , mulailah terjadi perubahan pola pikir dalam fisika dengan
berpedoman pada sifat kwantisasi dari tenaga, dan dari hubungan panjang gelombang  (lamda) ,
frekwensi ( f ) dan kecepatan rambat gelombang c , sehingga rumus dapat ditulis menjadi :

        h c
                                                                           E  = ---------

            

dengan memasukkan harga-harga :   h  = 6,625 x 10 –27 erg.sekon


                                                            c = 3 x 1010 cm/sekon,
maka tenaga kwanta dalam erg adalah :
                                                           6,625 x 10 –27  x   3 . 1010     erg.cm

                                                   E ( erg ) = ----------------------------------------------

        ( cm )

                                                                  1,99  x 10-16


                                                       =    -----------------------   erg
                                                                           
misalnya sinar gamma dengan  = 10-10 cm , akan memiliki tenaga dalam setiap kwanta sebesar
1,99 x 10-6 erg.
Dalam teori  atom , satuan tenaga dinyatakan dengan elektronvolt yang disingkat dengan ev.
Satu elektronvolt didefenisikan sebagai besarnya tenaga yang dimiliki oleh sebuah benda yang
muatannya sebesar muatan elektron , jika kepadanya diberikan tegangan listrik sebesar 1 volt.
1 ev = 1,6 x 10-19 Joule = 1,6 x 10-12 erg.
Dengan ini rumus E (tenaga ) menjadi :
                                                          1,99 x 10-16                 1,24 x 10-4
                                                     E ( ev ) = -------------------  =     ------------------
                                                                             1,6  x 10-12                         ( cm)
Bila tenaga dinyatakan dalam  Mega-elektronvolt ( Mev ) dan panjang gelombang dalam
nanometer, dimana 
                        1 Mev =  106  ev
                         1 nm   = 10-9 m = 10 –7 cm
maka akan kita dapatkan rumus :

                                                1240
                                                  E  =  -----------   x  10 –6
                                                               ( nm)
Didalam perkembangannya , teori kwantum radiasi dari Planck mendapat  kesulitan dalam
menerangkan beberapa peristiwa , yaitu :
a.       Pancaran sinar x  :
Sinar ini sebagai suatu radiasi dapat mengionisasi atom-atom atau molekul - molekul      gas
yang dilaluinya , yang berarti sinar x  dapat melepaskan elektron dari atomnya.
b.      Efek foto listrik :
Suatu berkas sinar yang jatuh pada sebuah permukaan logam dapat mengeluarkan elektron-
elektron dari permukaan logam . Disini terlihat bahwa gelombang radiasi sinar x dapat
mempunyai interaksi dengan materi.
c.       Efek Compton
Peristiwa ini menunjukkan adanya interaksi sinar x dengan inti atom ringan , dimana sebuah
berkas sinar –x  yang menumbuk sebuah inti atom didalam rambatannya akan terhambur dengan
mengalami perubahan panjang gelombang.
Disini Comptom memandangnya sebagai suatu peristiwa tumbukan elastis antara dua benda
yang mempunyai massa sama , yaitu sebesar massa dari inti atom yang ditumbuk oleh sinar.x
Dengan menggunakan hukum kekekalan  momentum dan hukum kekekalan tenaga untuk
peristiwa ini , Compton dapat menghitung besarnya perubahan panjang gelombang yang dialami
oleh sinar x tersebut ,
 

               h
  - 0   = ----------- ( 1 – cos  )
                     m0 c
Pada tahun 1905  Albert Einstein mengatasi kesulitan  untuk menerangkan peristiwa-peristiwa
diatas berdasarkan efek foto listrik. Tenaga radiasi mempunyai sifat terkwantisasi dalam
penyerapan , pemancaran dan juga dalam perambatannya.
Jadi Einstein lebih menekankan bahwa radiasi memiliki sesuatu butiran ( photon ) tenaga yang
besarnya adalah seperti pada rumus :
                                            E  = h f ,
oleh karena itu teori ini dikenal sebagai teori photon dari Einstein.
Didalam efek photo listrik , berkas sinar yang jatuh pada permukaan logam akan memiliki tenaga
sebesar  h.f  dan tenaga ini diubah untuk mengeluarkan elektron-elektron dari permukaan logam
Persamaan yang
diturunkan oleh Einstein  untuk          efek foto listrik adalah :

H f    = 2 mV 2   +  e 

Dimana :
h.f     = tenaga photon yang datang.
2 mV 2  = tenaga kinetis elektron-elektron
 e    = work function dari elektron.

1.6  Partikel dan gelombang

Dengan adanya teori kwantum Planck dan teori photon Einsteins , maka timbul dualisme dalam
sifat-sifat radiasi seperti apa yang dikenal dalam teori klasik mengenai cahaya , teori gelombang 
dari Huygens dan teori korpuskel dari-pada Newton. Radiasi merupakan kwanta-kwanta tenaga,
kalau kita lihat dari peristiwa pancaran , rambatan , penyerapan , difraksi dan interferensi..Pada
peristiwa photo listrik , pancaran sinar x dan efek Compton , harus ditinjau radiasi sebagai
photon-photon tenaga dengan sifat-sifat sebagai partikel.
Dualisme sifat radiasi ini membawa para ahli fisika kepada pemikiran bahwa sifat ini tentu juga
berlaku bagi partikel., dan pada tahun 1923 Louis de Broglie mengambil kesimpulan bahwa
dualisme merupakan sifat alam yang pokok. Dengan menggunakan teori kwantum dan teori
reletivitas , Louis de Broglie menurunkan rumus sebagai berikut :
                                              H f  =  m c2

Karena  c = f     maka  : 


                                              h.c
                                             -----  =   mc2
                                              
sehingga diperoleh :      
                                               h
                                              ---  =   m.c
                                               
Dengan demikian sesuatu radiasi dengan panjang gelombang sebesar  , akan memiliki
momentum ( sifat partikel ) sebesar :           
                                                h
                                        p =  ---
                                                
dan sebaliknya , sebuah partikel dengan momentum sebesar p , akan mempunyai panjang
gelombang sebesar :
                                                  h
                                         = -------
                                                  p
Panjang gelombang sebuah partikel seperti ini dinamakan panjang gelombang de Broglie.
Panjang gelombang yang pendek dapat diamati ,tetapi yang mempunyai tenaga yang cukup
rendah belum ada alat yang dapat mengamati nya.
Sifat –sifat gelombang dari elektron dilakukan penyelidikan oleh C.J Davisson dan L A Germer
( 1927 ) di Bell Telephone Laboratory..Dengan mempelajari pemantulan dan hamburan oleh
kristal Nikkel terhadap berkas elektron , dimana elektron telah mengalami percepatan oleh suatu
selisih potensial listrik , terlihat bahwa  berkas elektron itu lebih menunjukkan sifat sebagai
berkas gelombang. Untuk selisih potensial 54 volt, hasil percobaan Davisson dan Germer
mendapatkan harga panjang gelombang elektron sebesar 1,65 A 0, sedangkan menurut rumus de
Broglie adalah 1,67 A0
Pembuktian selanjutnya  dilakukan oleh G.S Thomson ( 1927 ) putera dari J.J.Thomson, suatu
arus eletron diliwatkan melalui selembar logam tipis dan membiarkan berkas elektron itu
menembus logam tadi dan jatuh pada plat film. Ternyata lembaran film tersebut terjadi suatu
pola diffraksi berupa lingkaran yang konsentris , seperti yang diperoleh bila menggunakan sinar
x. Efek-efek difraksi ini dapat juga terjadi pada partikel-partikel lain seperti , proton  ,partikel-
partikel alpha dan lain-lain.
2.    Intensitas dan kualitas.
Intensitas adalah jumlah tenaga foton sinar-x  ( energi ) yang keluar dari tabung sinar-x pada
luasan , jarak dan waktu tertentu.
Dalam produksi sinar-x ,  besarnya  Intensitas yang dihasilkan ditentukan oleh nomor atom target
, arus tabung , tegangan puncak dan faktor rektifikasi.

 
              I                                                                                                        
               n                                                      
               t
               e                                                                                  I = Intensitas sinar-
x                        n                                                                    Z = Nomor
atom target

                       s                                                                                          mA = arus tabung

                        i                                                                                          kVp =


tegangan puncak
                        t                                                                                             

                                                           f- I
F  =  faktor rektifikasi ,--------------------------------------------

                                                               energi                                 

E = Nomor atom target yang lebih tinggi menunjukkan jumlah elektron yang lebih banyak,
memungkinkan interaksi lebih banyak terjadi dan sinar-x lebih banyak dihasilkan.
MA = Arus tabung yang lebih besar menunjukkan jumlah elektron yang menumbuk target
semakin banyak memungkinkan interaksi lebih banyak terjadi dan sinar-x lebih banyak
dihasilkan
KVp = mengerjakan tegangan puncak yang lebih tinggi menghasilkan intensitas sinar-x  lebih
banyak
F = tipe rektifikasi yang terbaik menghasilkan intensitas yang paling tinggi pada produksi sinar –
x
Degan memakai tipe rektifikasi constant potensial diperoleh intensitas paling tinggi dibanding
tipe rektifikasi full wave , maupun half – wave
Kualitas adalah kekuatan / kemampuan sinar-x , diukur dari daya tembusnya terhadap obyek
yang dikenai.
Berdasarkan daya tembusnya sinar-x ini maka kualitas sinar-x kita bedakan atas Hard beam dan
soft beam.
Hard beam ( berkas sinar x keras  adalah sinar-x yang mempunyai daya tembus yang baik.
( kuat )
Soft beam ( berkas sinar-x lunak ) adalah sinar-x yang daya tembus nya kurang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sinar-x  adalah :


1.      Kilovolt ( kV )
2.      Filter
3.      Rektifikasi
         Pengaruh kV terhadap kualitas sinar-x , Bila dibandingkan antara panjang gelombang sinar-x
yang dihasilkan oleh kV yang rendah dengan kV  tinggi adalah panjang gelombang yang
dihasilkan oleh kV rendah lebih panjang dari panjang gelombang yang dihasilkan apabila kita
memakai kV  tinggi. Semakin tinggi kV yang kita pakai  , panjang gelombang nya makin pendek
dan daya tembusnya semakin kuat. ( kualitas sinar semakin baik )
         Pengaruh filter terhadap kualitas . Intensitas sinar-x sebelum melewati filter adalah berupa
berkas sinar x yang heterogen  ( terdiri dari berbagai panjang gelombang ) , dan setelah melewati
filter , berkas berkas sinar-x  yang menembus filter hanya berkas yang yang kuat ( yang
mempunyai panjang gelombang yang pendek ) sehingga sinar-x yang meliwati filter lebih
homogen sehingga intensitas sinar-x  yang meliwati filter akan berkurang , tapi kualitasnya
meningkat.
 
                     Iuf                                  A                     A  =
unfilter

 
                                                                                                                                                                               
B                                                            B  = inherent
                                                        

  C                                                      C = total filter


                       If                                                          

Filter pada pesawat Rontgen kita


bedakan atas 2 bagian , dimana kita sebut :
         Inherent filter   , filter yang terdapat di tabung alat Rontgen ( rumah tabung )
      - Untuk Radiografi  biasa filternya setara dengan  0,5 mm Al           
                              - Untuk Mammografi filternya setara dengan 1.0 mm Al

         Additional filter adalah filter yang ditambahkan pada alat Rontgen selain dari inherent filter
Tebalnya filter additional berkisar antara  1,0 mm Al s/d 2.0 mm Al.
Total filter   =  filter inheren  + filter additional :
  0 –   70  kV   total filternya setara denga  1,5 mm Al
70 – 100 kV    total filternya setara dengan 2,0 mm Al
 > 100 kV        total filternya  lebih besar dari 2 mm Al.

Dengan memakai filter  , radiasi  yang mempunyai gelombang  panjang akan diserap Radiasi
yang mempunyai gelombang panjang tersebut tidak bisa menghasilkan gambaran yang cukup ,
bahkan hanya menambah / memperbesar dosis kulit . Jadi filter juga bermanfa’at / berfungsi
sebagai proteksi radiasi. 
Pada penyinaran terhadap filter atau bahan lain , dimana x adalah ketebalan bahan, sedangkan    adalah
angka serap linear bahan tersebut. Apabila kontras radiasi pada filter atau bahan tersebut = 2 , maka filter
atau bahan tersebut dinamakan HVL  ( Half Value Layer ) atau HVT  ( Half Value  Thickness).
                       Io
          Jika   --------  = 2 , maka I0 = 2 It      atau  It  = 50 % dari Io
                       It
Padahal      It = I0  e-x  -------------- It = 2 It e-x               ( x ketebalan bahan )

                    It
                          ------  =    e-x 
                   2 It
x
                              2   =   e  

                         Ln  2  =  x  Ln e  


                                                                                0,693
                         0,693   = x      ----     X   =    --------
                                                                                  
                                      0,693
               Jadi       HVL    =  --------------
                                           
Pengaruh rektifikasi terhadap kwalitas.

I                                                                                       Dengan memakai model rektifikasi 


constant 

Potensial ,baik intensitas maupun kualitas Radiasi menjadi lebih besar                   dibandingkan
dengan  model rektifikasi full wave.
                                                                         Energi
Dalam pemanfaatan sinar-x pada obyek , intensitas juga dipengaruhi oleh :
1 Waktu ( lamanya suatu penyinaran kita lakukan )  Semakin lama waktu penyinaran maka
intensitas  sinar-x  makin besar pula. Dalam praktek kita membuat photo Rontgen, waktu
penyinaran ( s )  selalu kita kaitkan dengan mA ( arus tabung ) Pada waktu nilai mA ( arus
tabung ) tetap , penggunaan waktu ( sekond ) yang lebih besar akan menghasilkan Intensitas
yang lebih besar.

2. Ukuran bidang fokus . Kita mengenal adanya 2 ( dua) fokus yaitu fokus besar dan fokus kecil.
     Bidang fokus adalah daerah tempat dikeluarkan sinar-x dari target , maka  penggunaan fokus
besar akan menghasilkan intensitas yang lebih besar dari pada fokus kecil.
     Dalam Radiografi fokus besar kita gunakan untuk memanfaatkan  mA yang besar dan luas
lapangan penyinaran yang relatif lebar , sedangkan penggunaan fokus kecil untuk penyinaran
obyek yang kecil.
3.    Jarak , jarak adalah antara sumber dengan tempat dimana intrensitas yang ingin kita ketahui.
      Dalam hal ini berlaku hukum kwadrat terbalik ( inverse squar law )   
     I1   :  I 2     =  1 / R12   ;   1 / R22
Semakin jauh jarak dari sumber radiasi  , maka intensitas radiasi  akan semakin kecil.
4. EFEK INTERAKSI ENERGI FOTON SINAR-X DENGAN MATERI PADA
STRUKTUR RADIOGRAFI

Efek Efek  yang ditimbulkan oleh energi foton sinar-x dalam interaksinya  dengan materi yang
dikenainya pada perjalanan sinar-x dari fokus ke film dapat digolongkan dalam 3 efek , yaitu :
-         Efek  yang bersifat  fisik  ( physical effect )
-         Efek yang bersifat  Kimia  ( chemical effect )
-         Efek  yang bersifat biologi ( biological effect )

Efek yang bersifat fisik , apabila sinar-x mengenai atom maka  dapat menimbulkan  5
kemungkinan :
-         Hamburan klasik
-         Penyerapan foto listrik
-         Hamburan Compton
-         Pembentukan pasangan
-         Desintegrasi foto nuklir
Efek Kimia , apabila energi foton mengenai struktur kimia tubuh manusia ( 80 %  terdiri dari
air )

                                            Radiasi pengion


                                 H2O   -------------------------  H2O  +     +  e  -
                                                                                                                            ion positif

        +  e  -        + H2O         ----------------------- >- H2O –


                                                                                                                                ion negatif

 __________________________________________________________________

                          2  H2O         ----------------- H2O  +     +   H2O –


H2O  +      +         H2O          ------------------- >2 OH *  + 2 H+aq

H2O –       +         H2O           ……………….> 2 H *   + 2 OH-aq


                                                                      Radikal bebas

 2 H+aq       +   2 OH-aq       ----------------  2 H2O


_______________________________________________________  +

Hasil                                       radiasi pengion


                   2 H2O          ------------------------  2 H *    +  2 OH * 
                                                                            Terjadilah radikal-radikal bebas

     OH *          + OH *     -------------------  H2O2


H2O2     Ini racun bagi tubuh kita
Bila OH * bereaksi dengan molekul-molekul organic yang ada dalam tubuh manuasia   ---
terjadilah radikal organic dalam tubuh manusia
Efek kimia terhadap molekul organic ( RH )
RH  +  E  ( radiasi )   -----------  RH +     ----------  H +  +  R -
                                                      Penyinaran radiasi pada molekul organic dapat memecahkan
                                                      Structure DNA
Efek kimia pada emulsi film.

AgBr   +  E ( radiasi )     ------------  Ag +   +  Br –


                                                            Radiasi yang mengenai emulsi film dapat memecahkan
kristal-
                                                            kristal AgBr menjadi ion-ion Perak dan ion-ion Bromida.
Efek Biologi :
Jaringan tubuh bila terkena radiasi , maka akan mengakibatkan terjadinya perubahan molekuler ,
dengan kemungkinan lanjutan  yang dapat terjadi :

1. Jaringan akan melakukan proses penyembuhan / pemulihan kembali secara enzymatic ,


tanpa efek lanjutan
2. Jaringan akan melakukan proses penyembuhan / pemulihan  kembali secara enzymatic ,
tetapi diikuti dengan mutasi genetic.
3. Tejadinya efek biochemical , tetapi masih dapat melakukan proses pemulihan kembali
tanpa efek lanjutan.
4. Terjadinya efek biochemical , tetapi tidak dapat melakukan proses pemulihan kembali ,
dan berakibat kematian sel . Kematian sel dapat terjadi secara latent atau secara akurat

 Jariongan  +  Radiasi  ……  >  perubahan  -  pemulihan     --  efek

                                                   Molekul     -----enzym        <……biochemical

                                                                              Mutasi                  kematian sel


 

genetik              laten          akut 

Efek biologi radiasi terhadap


tubuh tergantung :
-          sumber radiasi
-          organ tubuh yang kena radiasi
faktor-faktor yang berkaitan dengan sumber radiasi :
-          besarnya dosis
-          kualitas radiasi
-          jenis radiasi
-          distribusi radiasi tergantung pada faktor ruang dan faktor waktu

Faktor-faktor organ tubuh


-          kepekaan organ / jaringan
-          kemampuan perbaikan organ
pada umumnya kepekaan manusia terhadap radiasi berbanding terbalik dengan tingkat
perkembangannya
-          sel kelamin lebih peka dari pada embrio
-          embrio lebih peka dari pada bayi
-          bayi lebih peka dari pada balita
-          balita lebih peka dari pada usia subur
-          usia subur lebih peka dari pada manula

Efek biologis dari radiasi  ,terutama efek yang merugikan secara statistik dapat  dikelompokkan
sebagai berikut :
-         Efek non Stokastik
-         Efek  stokastik.
Efek non  stokastik terjadi apabila dosis yang diterima melebihi dosis ambang Harga dosis
ambang untuk macam efek tertentu tidak sama untuk setiap orang  dan tergantung pada kondisi
penyinarannya.Untuk penerimaan dosis diatas dosis ambang , efeknya akan makin gawat bila
dosis yang diterima makin tinggi.
Efek non stokastik dapat menimbulkan :
-         Tingkat sakit bertambah bila penerimaan dosis bertambah.
-         Besar kemungkinan adanya ambang dosis.
-          Selalu timbul bila efek stokastik terjadi.
Misalnya :   - Bila terkena radiasi sampai 2000 rad terjadi  eritema pada kulit.
Terjadinya efek Stokastik mengikuti hubungan probabilitas , dalam arti suatu kelompok orang
menerima dosis dengan bobot tinggi, akan makin besar kemungkinan terjadinya efek stokastik
tertentu. Efek ini akan dialami oleh beberapa orang  dalam kelompok ini secara acak. Dalam hal
genetik , frekuensi insiden adanya suatu kelainan pada generasi berikutnya makin tinggi bila
dosis yang diterima oleh kelompok itu makin tinggi.
Efek Stokastik dapat menimbulkan akibat :
-         Tanpa adanya dosis ambang.
-         Kemungkinan efek tergantung penerima dosis.
-         Tingkat sakit tidak tergantung pada banyaknya dosis yang diterima
Misalnya :  -     induksi kanker
-         Efek genetik.
5.    Formulasi gambar radiografi
Obyek yang terkena berkas sinar-x memiliki kemampuan untuk menyerap , menghamburkan atau
meneruskan berkas tersebut , tergantung pada nomor atom bahan ( Z ) , kerapatan bahan ( ρ ),dan besar
kecilnya energi foton yang mengenainya.
Tulang dibandingkan dengan jaringan lunak , berbeda kemampuan dalam menyerap, menghamburkan
atau meneruskan sinar-x . Intensitas berkas sinar-x yang dapat menembus  tulang akan lebih kecil dari
pada berkas sinar-x yang dapat menembus  jaringan lunak .
Selanjutnya disebut bahwa attenuasi pada tulang lebih besar dibanding  pada jaringan lunak 
Attenuasi,Absorpsi dan hamburan
*Atenuasi adalah berkurangnya / melemahnya suatu intensitas sinar-x  setelah melewati materi /
bahan.
 

 
 
 
 
                                                                                             
   
 
 
 
 
 
 
 
                                                                 Ib  = I0. e - υ b.x
                                                                              It    = I0. e - υ t.x
                                                                                         

                                                                                                         

Tissue
    υ t
 

Bone
   υ b
 
                                                                                Pada hal Ib  <  I t , maka

                                                                                   I0. e - υ b.x   <   I0. e - υ t.x


 

                                                                                                                                                          - υ b.x   log e


<  - υ t.x   log e                                       
Log e

     I b                   It
 
                                                                                     - υ b   <   -υt   

                                                                              Jadi :    υ b   >  υt   

Berkas sinar-x  ( sinar primer ) yang meliwati materi / bahan akan menjadi kecil karena terjadi
perlemahan ( atenuasi ) oleh karena  adanya :
                   -     Absorpsi
-         Hamburan

 *Absorpsi adalah penyerapan sinar-x oleh atom-atom obyek.

Besarnya penyerapan tergantung pada :


-         Nomor atom obyek
-         Ketebalan obyek
-         Energi sinar x  (  kV )

      

*Hamburan adalah radiasi


ysng keluar dari obyek tapi tidak searah dengan sinar primer, dan
besarnya hamburan ini tergantung pada :
-         Volume obyek
-         Energi sinar-x

Hamburan kita bedakan atas :


-         Hamburan primer
-         Hamburan sekunder.

Sinar bocoran  adalah radiasi yang keluar dari rumah tabung Rontgen.
Koefisien Attenuasi  :

                  I 0
 
Koefisien atenuasi dibedakan atas :
-         atenuasi linier , yaitu angka serapan  terdadap radiasi pada ketebalan suatu materi .

-         Atenuasi massa , yaitu angka serapan  terhadap radiasi pada kerapatan suatu materi .

            I 1                   I 2           


5. FILM RONTGEN

Film mempunyai kemampuan untuk membuat pola dari bermacam-macam kehitaman 


( densitas ) yang sebanding dengan intensitas cahaya / radiasi yang diserapnya
1. Penyinaran terhadap film
     Insident light adalah tenaga foton yang berinteraksi dengan film , dimana sebagian akan
terabsorpsi oleh emulsi film dan selebihnya akan diteruskan melewati film , yang kemudian
disebut dengan “transmitted light.”                              

                                             Insident light

                                           Transmitted light

“ Transmission ratio” ( angka transmisi cahaya pada film ) adalah merupakan perbandingan
antara intensitas cahaya yang meliwati film dengan intensitas yang  mengenai  film.

                                      
                                               Transmitted light                      Lt
      Transmission ratio  = -------------------------------    =  ----------
                                                 Insident light                          Li
“Opasitas” adalah nilai kebalikan dari angka transmisi , yaitu perbandingan antara intensitas
cahaya yang mengenai film dengan intensitas cahaya meliwati film ( menembus )

                                                 Insident light                          Li


            Oppasitas         =  ------------------------------  =     -----------
                                              Transmitted light                      Lt

Densitas film adalah nilai yang menyatakan tingkat penghitaman yang terjadi film akibat suatu
penyinaran . Densitas film merupakan lagaritma dari perbandingan antara incident light dengan
transmitted light  dengan kata lain merupakan harga logaritma dari opasitas.

                                                                          Li
                                Densitas    ( D )  = Log  -------
                                                                          Lt
      D   =  Log   Li – Log  Lt                 -----------  Lt   =   Li .e-µ x

.                                                                                    Li  =   Lt .eµ x

                                                                                    Log Li  =   Log Lt  +  Log e µx

Substitusikan :
                D  =  Log  Li  -  Log  Lt
                  D  =   Log Lt  +  Log e µx-  - Log  Lt               
                  D  =   Log e µx
                 D  =   µx Log  e                                       Log  e  =  0,4343
Jadi          D   =  µ.x .  0,4343

                             X  = tebal film  ( bahan  )   dan µ   adalah koefisien atenuasi linear.
Rentang penilaian densitas  secara teoritis  adalah antara  0  s/d 4 .
Dalam praktek radiografi karena adanya factor karakteristik film, keterbatasan pengukuran  serta
alasan subyektif kemampuan pengamatan mata maka :
-          Untuk radiograf pada umumnya berkisar antara 0,25  sampai 2
-          Untuk Radiografi thorax ,berkisar antara 0,30 sampai  1,50
-          Densitas diluar obyek pada film yang terkena penyinaran  antara 2.00 sampai 3.00

Sensitivitas warna

Sensitivitas warna ( colour sensitivity ) atau juga dikenal dengan spectral sensitivity adalah
istilah untuk menjelaskan respon emulsi film terhadap berbagai macam warna cahaya.
Ada tiga golongan film menurut kepekaannya terhadap macam warna pencahayaan , yaitu :
1.      Panchromatic film , yaitu jenis film yang memiliki kepekaan terhadap semua warna cahaya
.jenis ini digunakan dalam bidang fotografi
2.      Monochromatic film , yaitu jenis film yang memiliki kepekaan terhadap satu jenis warna
cahaya , misalnya warna biru saja.Jenis ini digunakan untuk x-ray film blue sensitive
3.          Orthochromatic film , yaitu jenis film yang memiliki kepekaan terhadap terhadap  warna hijau
sampai violet. Jenis ini digunakan untuk x-ray film green sensitive.
Kharakteristik film :
Ada 3 karakter utama pada film , yakni  speed , latitude  dan kontras.
Speed film
Speed film adalah kemmpuan film dalam merespon sinar-x , dengan kata lain ini adalah
merupakan sensitivitas dari film itu , selanjutnya lebih dikenal dengan istilah speed  film

                                                                                1
                             Speed     =  --------------------------------------------------------
                                                Jumlah R ( Rontgen ) yang dibutuhkan untuk
                                                menghasilkan  1 satuan densiti

Jika untuk menghasilkan 1 satuan densiti dibutuhkan sinar-x sejumlah 25 mR , maka peed film
terebut adalah  :
                                         
                                                  1                                    1
                        Speed   =  ------------------  =       ------------------         =     40    
                                             25  mR                    0,025  R

Dengan demikian semakin  tinggi nilai speed film , maka semakin rendah jumlah penyinaran
( mR ) yang dibutuhkan.
Speed film dapat diperlihatkan dalam kurva karakteristik film berikut

Untuk menghasilkan densitas yang sama yaitu  D  =  D A  =  D B Ternyata film B  membutuhkan


eksposi lebih rendah dari Film A (  E  film  B > E film A )  berarti  :
                              Speed film  B  >  speed film  A
Latitude film A  <  latitude film B
Speed film A  >  Speed fil B
Kontras fim A  >  kontras film B
Speed film adalah kemampuan film dalam merespon sinar-x , dengan kata lain ini adalah
merupakan sensitivitas dari film itu.  

*Latitude 

Kemampuan film dalam menerima eksposi terbatas sampai tingkat eksposi tertentu., film mungkin belum
merespon sempurna untuk terjadinya penghitaman. Apabia ditambahkan eksposi , pada rentang  nilai
eksposi tertentu mungkin  film tersebut sangat baik dalam meresponnya, sehingga menghasilkan
penghitaman yang proporsional terhadap eksposi  yang diberikan. Tetapi bila ditambahkan lagi
eksposinya, mungkin film tersebut sudah tidak mampu lagi menaikkan penghitamannya secara
proporsional , atau penghitamannya bahkan menurun.
Latitude eksposi menerangkan pada batas eksposi berapa film terebut dapat merespon eksposi menjadi
penghitaman secara proporsional.
      
Gambar memperlihatkan kurva kharakteritik film dengan berbagai daerah eksposi , maing-
masing kita kenal dengan daerah kabut ( fog ) , daerah   tumit , daerah ekposure ( straight part ) ,
daerah shoulder
Bagian-bagian dari kurva :
Daerah kabut  ( Fog )  a ---b

 Tidak tergantung pada besarnya eksposi


 Tergantung pada penyimpanan film
 Densitas dari base
 Diatas densitas fog  -------------- densitas akibat eksposi.

Daerah tumit  ( b -----c )

 Daerah eksposi ambang


 Daerah terang ( opasitas )
 Daerah densitas tulang
 Besarnya  0,1  -  0,4

Daerah garis lurus ( c --- d  )

 Daerah yang terpenting dari film


 Densitas berbanding lurus dengan eksposi
 Kemiringan kurva  ( slope )
 Perbedaan densitas maksimum dari daerah eksposi yang berbeda  ( tertenru )  --

Υ ( gamma )             
Daerah bahu ( shoulder )    d ---- e

 Daerah sangat hitam   - D  =  3 – 4


 Daerah radiografi paru
 Daerah kelbihan eksposi

Pada daerah shoulder , film berkurang kemampuannya untuk menampilkan densitas yang sebanding
dengan  besarnya eksposi yang diberikan , sehingga pada daerah ini dapat  kita katakan batas puncak
kemampuan nya untuk menampilkan densitas.
Bila eksposi kita naikkan lagi sampailah kita pada daerah dimana film mencapai kejenuhan terhadap
eksposi , sehingga walaupun eksposi  ditambah , densitas malah menurun
Rentang eksposi yang dapat diterima oleh film , yang dapat menghasikan nilai densitas yang sebanding
dengan besarnya eksposi yang diberikan disebut dengan latitude eksposi.
Daerah tumit dan daerah bahu harus dihindari , sebab kontras didaerah ini sangat kecil. Ini adalah daerah
kekurangan atau kelebihan eksposi.
Pada daerah tumit , film belum mampu menampilkan densitas yang  sebanding dengan besarnya eksposi
yang diberikan
Pada daerah eksposure , film mampu menampilkan densitas sebanding dengan besarnya eksposure yang
diberikan
Pada daerah shoulder , film berkurang kemampuannya untuk menampilkan densitas yang sebanding
dengan  besarnya eksposi yang diberikan , sehingga pada daerah ini dapat kita kita katakan batas puncak
kemampuan nya untuk menampilkan densitas.
Bila eksposi kita naikkan lagi sampailah kita pada daerah dimana film mencapai kejenuhan terhadap
eksposi , sehingga walaupun eksposi  ditambah , densitas malah menurun

Rentang eksposi yang dapat diterima oleh film , yang dapat menghasikan nilai densitas yang sebanding
dengan besarnya eksposi yang diberikan disebut dengan latitude eksposi.
Kontras film
Kontras film adalah kemampuan film dalam mengekspressikan rentang nilai penghitaman dari
daerah yang paling terang sampai daerah paling gelap
Dengan demikian kontras film menunjukkan latitude density dari film tersebut.

               

(D max  - D min )ax  film A    terlihat  >  (D max –D Min ) film B
Latitude densiti film A > latiude film B
Kontras film A   > kontras film B
         Bagaimana menggunkan filter safe light.
         Pada saat menangani film , penting untuk memilih filter safelight yang benar, pertimbangan
rentang sensitifitas warna film yang digunakan , cahaya yang meliwati filter safelight harus
berada dalam rentang sempit yang dapat dilihat untuk mata manusia tapi pada film tidak sensitif.
         Film reguler :
Film merah atau  kekuningan harus digunakan ,karena ia hanya meloloskan cahaya dengan
panjang gelombang yang lebih panjang dari cahaya hijau kebiru-biruan.
         Film Orthochromatis. Harus menggunakan filter merah dengan panjang gelombang yang lebih
panjang dari panjang gelombang cahaya jingga.
Waktu yang aman untuk pemakaian filter safelight tergantung pada kondisi  khusus pada film
yang digunakan , sumber cahaya dll. Karenanya perlu untuk melakukan test untuk memastikan
keamnan filter pada kondisi-kondisi tersebut iluminasi dan jarak sumber cahaya dengan film.

Komposisi .
(A)    Penyangga ( base )
Film Radiografi Ketebalan sekitar 180 micron base  dari Poliethylene
Film Imaging Terephthalate ( PET ), sangat baik ketahanan
Film Duplikat mekanisnya, kerataannya dan stabilitas dimensinya
Film Fluorografi Ketebalan base Triacetate cellulose ( TAC ) sekitar 120
micron atau ketebalan sekitar 100 micron ketebalan base
PET. Base TAC mudah dipotong dan atau dilipat dan
bahan terhadap listrik statis.
( B ) Fungsi setiap lapisan
         Lapisan pelindung : Mencegah goresan dan tekanan
         Lapisan emulsi : Lapisan  yang peka sinar-x yang berisi perak halida.
         Lapisan bawah : Mengikat emulsi pada lapisan penyangga ( base )
         Lapisan anti halation  : mencegah halasi cahaya ( pemantulan yang tidak teratur pada permukaan
base ) untuk meningkatkan ketajaman gambaran yang dibentuk.
         Lapisan backing : mencegah pembentukan listrik statis dilapisan belakang film fluorografi.
( C ) Silver hallida  / perak Halida
Terutama terdiri dari Silver bromida ( Ag Br ) dengan sedikit silver iodida (Ag I ) silver hallida 
bervariasi karakternya sesuai dengan komposisinya , ukuran partikel dan distribusi ukuran
partikel  silver halida Apabila di ekspose dengan cahaya , lalu dikembangkan , berubah menjadi
perak hitam.
( D )  Gelatin
Silver hallida partikel-partikelnya disebarkan dalam media gelatin yang terbuat dari kulit dan
tulang-tulang binatang.
( E )  Bahan-bahan tambahan.
         Hardener / pengeras : Bereaksi dengan gelatin untuk mengeraskan tiap-tiap lapisan dan
mencegah goresan dan tanda-tanda adanya tekanan.
         Bahan pembungkus : pencegah penempelan antara film atau film dan IS dan juga memberikan
kehalusan yang pas pada permukaan film. Bahan ini juga efektif untuk mencegah pembentukkan
listrik statis.
         Bahan anti statis : mencegah masalah yang disebabkan oleh listrik statis , yang menyebabkan
permukaan film bersifat konduktif dan film tidak dapat di muati untuk muatan listrik.
         Zat pemeka spektrum : Fungsi-fungsi untuk memperlebar daerah sensitif spektrum silver
hallida.
         Anti foggant / anti fog : mengurangi kekaburan akibat penambahan usia atau selama
penyimpanan.
         Campuran antihalasi : menyerap halasi.
Intensifying Screen
Prinsip dari tabir penguat  ( intensifying screen  ) adalah apabila bahan yang menyerap  radiasi sinar-x 
dan memancarkannya kembali dalam bentuk sinar tampak Tabir penguat  ini dipakai dalam radiography
dan tabir fluoroskopi . Banyaknya  cahaya yang dipancarkan berbanding lurus dengan exposi sinar-x yang
mengenai tabir . Jadi setiap pola yang terbentuk oleh berkas sinar-x akan diubah kedalam pola yang
serupa dan kelihatan.
Luminisensi ( perpendaran )
Bahan-bahan luminisense yang dapat memancarkan cahaya sebagai akibat disinar dengan sinar-x dapat
dibagi kedalam 2 golongan :
1. Bahan Fosforesensi
Bahan ini apabila menerima radiasi radiasi sinar-x akan  menyerapnya terlebih dahulu , baru
memancarkan   cahaya tampak  setelah selang waktu tertentu. Bahan seperti ini tidak cocok untuk
fluoroskopi , sebab kita menghendaki bahwa setiap perubahan pola sinar-x harus terlihat dengan
segera.Penundaan dalam pancaran cahaya juga akan mengakibatkan pola menjadi kabur karena
pergerakan  obyek. Penundaan perubahan dari berkas sinar-x  menjadi sinar tampak disebut afterglow.
2. Bahan fluoresensi
Bahan ini akan berpendar setelah menerima radiasi , langsung memancarkan cahaya tampak Bahan ini
sangat cocok untuk tabir fluoroskopi, sebab  setiap perobahan pola sinar-x dapat             terlihat dengan
segera. 
Bahan-bahan fluoresensi terbuat dari  kristal-kristal yang mempunyai tingkatan-tingkatan energi elektron 
seperti dalam atom-atom yang terpisah-pisah, demgan mempunyai pola tingkatan-tingkatan tenaga yang
terpisah pisah ( kulit K,L, M )
Untuk tingkatan luar kebanyakan kosong. Disini tiap elektron tidak terikat pada tenaga tertentu , tetapi
kehadiran atom-atom lain memungkinkan bagi tiap elektron untuk mempunyai sembarang tenaga .
Tingkatan-tingkatan  tenaga ini membentuk band ( daerah ) tenaga-tenaga elektron tertentu.
O
          Daerah ( band ) konduksi
E1
          Daerah terlarang

E2
         Band ( daerah ) terisi  ( valensi band )
Makanisme pencahayan Intensifying screen
Foton sinar-x yang mengenai kristal fosfor , dapat menghasilkan beribu foton cahaya yang diemisikan
oleh kristal fosfor. Proses perubahan energi sinar-x menjadi cahaya tampak oleh screen disebut dengan
luminisensi ( perpendaran cahaya = pencahayaan )
Mekanisme luminisensi adalah sebagai berikut :
1. Energi radiasi diserap ( penyerapan photo listrik oleh atom-atom dari material fosfor
2. Elektron yang terlepas meninggalkan pita valensi menuju pita konduksi . Pada posisi ini electron
memasuki kondisi  high energi state. Material fosfor yang tidak murni ( impurity) , menghasilkan
luminescence centre yang cenderung memiliki kekuatan menarik electron.kembali ke pita valensi.
3. Akibat electron kembali ke pita valensi , electron kembali memasuki kondisi lower energy state ,
sambil melepaskan energi yang berbentuk cahaya tampak.
Fosfor murni sangat sedikit menghasilkan pencahayaan.
Impurity *( ketidak murnian ) fosfor yang sangat banyak dipakai dalam radiografi adalah :
                                       
                                             Zn  ------  ZnCdS
                                             Tl  ===  NaLTl dan
                                             WO4    CaWO4
Ada 2 model pencahayan , yaitu fosforisensi dan fluororisensi
Fosforisensi adalah pencahayan yang terjadi saat setelah material fosfor dikenai radiasi ,Delay waktu
sampai terjadinya pencahayaan > 10-8 detik
Fluorisensi adalah pencahayaan yang terjadi seketika dan sesaat, pada waktu material fosfor dikenai
radiasi. Waktu tejadinya pencahayaan < 10-8 detik
Mekanisme  Pencahayan pada screen.
Dengan adanya penyerapan foto listrik,  electron yang dikenai radiasi akan memiliki kelebihan energi
segera meninggalkan daerah valensi ( Valence band ) menuju daerah konduksi ( Conduction band ).
Selanjutnya electron memasuki daerah konduksi dan melintas dengan kecepatan tinggi pada daerah
konduksi. Pada saat bersamaan luminicence center bekerja menarik electron kembali ke lower energi state
Karena energinya cukup tinggi maka terjadi lompatan electron dari energi tinggi ke daerah energi rendah.
Pada saat terjadi lompatan energi terebut terjadilah pelepasan energi foton cahaya ,sebagai bentuk
pencahayaan fluoricensi.
Syarat-syarat bahan fluorosensi ( I S ):
-          Dapat menyerap radiasi cukup besar ( Z tinggi )
-          Mengeluarkan cahaya ( warna )tertentu
-          Mempunyai after glow yang singkat .
Bahan-bahan yang kita pakai untuk intensifying screen ( IS ) adalah :
- Konvensionil :  CaWO4 ,  ZnSO3 , ZnCdO4 ,  BaPbSO4, bahan ini biasa disebut dengan salt screen.
- Rare Earth :
Rare earth substances adalah material-material fosfor yang secara alamiah jumlahnya sangat terbatas.
Rare earth merupakan material fosfor yang sangat baik efisiensi pencahayaannya, sehingga banyak
dipakai sebagai bahan baku intensifyaing screen. Keunggulannya adalah dapat menghasilkan
pencahayaan 4 kali lebih besar dari Intensifyaing Screen  CaWO4  jenis fast.
         LaO2S2:Tb ……> Terbium activated lantanum Oxysulfida.
         GdO2S2:Tb ……> Terbium Activated Gadolium Oxysulfida
         Y2O2S2:Tb…….> Telerium Activated Yitrium Oxysulfida
Calcium tungstate bisa dipakai untuk tabir penguat , sedangkan Zinc Cadmium Sulphide untuk tabir
fluoroskopi. Barium lead  sulphide dan Zinc Sulphide tidak dipakai lagi untuk tabir penguat hanya
kadang-kadang dipakai dalam tabir mass miniature radiography ( photo fluoroskopy )
Intensifikasi gambar
Radiografi memerlukan Intensifying screen , yang berfungsi sebagai lembar penguat gambar , melalui
proses pencahayaan akibat penyinaran. Bila memamakai Intensifying screen dapat menghemat nilai
penyinaran , disamping menghasilkan mutu gambar yang lebih baik. Proses yang demikian kita sebut
dengan intensifikasi gambar.. Dengan demikian apabila menggunakan Intensifying  screen memerlukan
Factor Intensifikasi , yaitu nilai perbandingan antara penyinaran tanpa menggunakan Intensifying screen
dengan penyinaran dengan menggunakan intensifying screen.

                                                                                        Eksposi tanpa  I S


                                                Faktor intensifikasi  =  ------------------------
                                                                                       Eksposi dengan I S
Sebagai contoh , suatu gambar dengan densitas 2.00 membutuhkan nilai penyinaran tanpa
intensifying screen sebesar 6400 mR. Apabila dilakukan penyinaran dengan menggunakan
Intensfying screen , bilai penyinaran hanya 200 mR , jadi factor intensifikasinya  adalah :
                                                                                              6400 mR
                                                     Faktor intensifikasi   =---------------------   =  32
                                                                                              200 mR
Apabila diketahui nilai mAS dengan Intensifying screen pada suatu pemotretan dibutuhkan 50 ,
maka kebutuhan mAS pada pemotreten tanpa intensifying screen adalah  32 x 50 mAS  = 1600
mAS.

                                                               EA          EB
Dengan memakai tabir penguat maka eksposi sinar-x yang diperlukan untuk menghasilkan densitas film
tertentu jauh berkurang. Pengurangan ini diukur dengan faktor penguat ( IF )
Tabir dengan IF yang tinggi disebut tabir cepat.
Kurva karakteristik dari film A disinar  tidak dengan tabir penguat , sedangkan film  B denga tabir penguat.
IF untuk kombinasi film dan tabir pada densitas = 1 adalah     IF  =  EA  /  EB.
Harga IF dapat menjadi besar , yang berarti pengurangan banyak dalam eksposi sebagai akibat
dari pemakaian tabir penguat.
Faktor-faktor pengaruh  I S  adalah::
1.       Komposisi phosphor : dimana komposisi yang diproduksi dengan baik ( well manufactured )
tentu akan menghasilkan efisiensi pencahayaan yang baik.
2.   Ketebalan lapisan phosphor ; Lapisan yang lebih tebal akan menghasilkan pencahayaan yang
lebih banyak , akan tetapi lapisan yang tipis menghasilkan detail gambar yang lebih baik.
3.        Reflective layer ; reflective layer menambah speed , tetapi mengurangi resolusi gambar.
4.       Crystal size ( ukuran kristal ). Ukuran  kristal yang lebih besar , menghasilkan emisi
pencahayaan yang lebih besar  dan sebaliknya.
High speed screen , ukuran kristalnya  = 8 micron
Fine detail screen , ukuran kristalnya  = 4 micron.
5.        Konsentrasi phosphor  ; konsentrsiny tinggi maka speed dari tabir penguat jyga tinggi juga dan
sebaliknya.
6.        Dye ( cat ) berfungsi untuk mengontrol penyebaran cahaya  , menyerap cahaya hamburan ,
sehingga cat ( dye ) dapat meningkatkan ketajaman gambar.
Jenis-jenis intensifying screen   ( I S )
         Slow screen ( High definition )
         Par speed ( medium )
         Fast screen ( low definition )
Speed dari intensifying screen
Intensifying screen yang effisiensinya tinggi dalam pencahayaan disebut memiliki speed yang
tinggi . Berdasarkan nilai speednya dikenal berbagai macam intensifying screen  :
Fine detail Par speed High speed Ultra high
speed
( 50 )  ( 100 ) ( 200 – 300 ) (200 – 1200)

Jenis fosfor Ca WO4 CaWO4 CaWO4 LaOBr : Tb


BaPbSO4 GdOBr:Tb

Emisi cahaya Violet Violet Violet / Ultra Blue / green


violet

Faktor 20 – 30 30 – 60 200 – 300 200 – 1200


intensifikasi

Resolusi  lp/mmi 15 10 7 7 - 15

Dari table diatas dapat dilihat bahwa :

1. Speed yang rendah , yang berhubungan dengan emisi pencahayaan dengan spectrum yang
lebih sempit
2. Speed yang rendah , factor intensifikasinya juga rendah
3. Speed yang rendah menghasilkan resolusi gambar yang lebih tinggi , kecuali pada ultera
high speed resolusi gambar yang baik masih dapat dipertahankan

Pada hakekatnya , penggunaan screen meningkatkan nilai penghitaman gambar pada film.
Dengan demikian berarti meningkat speed film  , yang juga berarti meningkatkan kontras
gambar.
Berbagai material dan tipe pencahayaannya

Material Emisi cahaya l maks ( nm ) Keterangan

Ca WO4 Violet-blue 430 Detail, par speed


BaSrSO4 Violet 390 Regular
GdO2S : Tb Green 545 Rare-earth
LaOBr :Tb Violet-blue 350 -500 Rare-earth
BaPbSO4 Violet 370 High speed
Y2O2S :Tb Blue - Green 350 -600 Mammografi
BaFCl :Eu2+ Violet – Blue 390 High speed
(ZnCd)S :Ag Blue – Green 530 Image Intensifier
CsI :Na Blue - green 420 Image intensifier

Efek pemakaian Intensifying screen ( I S )


1.Terjadi ketidak tajaman gambaran.

Sebuah pola yang tajam / dalam


Berkas sinar-x menghasilkan gambaran yang tajam pada film bila (a) tidak pakai tabir , tetapi
gambaran yang kabur  ( tidak tajam)  bila (b) dipakai tabir.
Pemakaian tabir penguat dengan If tinggi mengakibatkan pengurangan eksposi  tabung (mAS )
dan dosis pasien yang besar , akan tetapi menghasilkan pola yang kabur pada film.. Foton sinsr-x
yang diserap dalam lapisan tabir penguat menghasilkan foton cahaya yang dipancarkan kesegala
jurusan . Tidak seluruh foton sinar-x akan mencapai film, hanya yang sampai ke film yang akan
membentuk gambran latent.Dalam praktek keadaan ini menjadi lebih buruk dengan adanya sinar
hambur yang terjadi pada tabir. Pemasukan bahan cat kedalam tabir akan mengurangi hamburan
tersebut.Pada pembuatan tabir , pabrik akan mengatur tebalnya tabir , besar ukuran  kristal , dan
jumlah cat untuk menghasilkan kombinasi optimum dari IF dan ketidak tajaman tabir.
1.        Mottle
Mottle adalah adalah perbedaan densitas yang tidak beraturan pada gambaran Rontgen
Mottle dapat timbul karena :
-          Ketidak sama-rataan lapisan screen , sehingga radiograf tidak mendapatkan intensitas yang
sama. Ini disebut dengan screen mottle
-          Pemancaran sinar-x adalah proses yang random, seingga walaupun dalam berkas uniform,
jumlah rata-rata foton sinar-x yang sampai kesetiap bagian tabir tidak sama / tidak meratanya
intensitas sinar-x sampai ke Intensifyaing screen . Ini disebut Quantum Mottle
Efek penyinaran sinar-x pada gambaran Radiografi
Pola pada film sinar-x mempunyai tingkat kekelabuan yang berbeda-beda berkisar dari film 
yang hampir terang berasal dari bagian pasien  dimana sinar-x  hampir seluruhnya diatenuasi 
dan tak sampai ke film yang hampir hitam berasal dari bagian-bagian dimana banyak radiasi
melalui pasien dan mencapai film. Demikian pula  tabir fluoroskopi mempunyai brightness 
berkisar dari daerah yang sangat  suram dimana sedikit sinar-x  mencapai tabir  kedaerah  sangat
terang dimana banyak sinar-x mencapainya.

Dari tingkat kekelabuan dan brightness  berbeda-beda ini para Radioloog dapat mengirakan
mengenai tebal dan jenis bahan yang dilalui  sinar-x  dan membuat  diagnosa  klinis.

                                                                 Bila sinar-x yang keluar dari pasien itu kecil


                                                                 maka bagian pasien yang dilaluinya adalah
                                                                sangat tebal dan pekat dan /atau dari bahan
                                                                yang tidak begitu menyerap.
                                   X o             

                                                    Setelah melalui  tulang ( 1 ) intensitas sinar-x

                                                    berkurang dari X0 menjadi X1 , sedangkan melalui otot ( 2 ) dari X0 menjadi X2.
                                     Perbedaan intensitas ini X1 dan X2  
                                    membentuk pola berkas sinar-x.        
                          X1               X2 

                      Transmisi sinar-x  oleh dua bahan


                                            yang berbeda 
Fluoroskopi.
Dalam fluoroskopi pola intensitas yang diteruskan dan disebabkan oleh pasien diarahkan ketabir
fluoroskopi.
Brightness ( L ) cahaya yang dipancarkan setiap titik pada tabir sebanding dengan intensitas ( X ) sinar-x 
mengenai titik tersebut pada tabir. Jadi pola intensitas dalam berkas sinar-x diproduksi sebagai  pola dari
pancaran cahaya tampak yang berbeda.
Bila terdapat banyak sinar-x terdapat pula banyak cahaya dan sebaliknya.
Faktor-faktor  penting yang mempengaruhi pola tersebut adalah :
         Kualitas ( kV ) sinar-x
         Tebal bahan penyerap ( pasien )
         Nomor atom dan densitas berbagai bahan.
Sinar-x pada waktu melalui bahan akan mengalami pengurangan intensitas sesuai dengan hukum
eksponensial .
Jadi hubungan     X1 , X2  dan X0 adalah
                                 X1    =  X0 e -1x
                                  X2  =   X0 e -2x
  1  dan 2  = koefisien atenuasi linear kedua bahan
               x     = tebal bahan
Dari kedua persamaan diatas maka :
                       X1   <  X 2 , maka
                        X0 e -1x    <   X0 e -2x
                   - µ1 x    Log e        <   -  µ2 x  log e
                                                 - µ1   <  -  µ2
                    jadi  ,                µ1         >      µ2
Kombinasi film dengan screen

Anda mungkin juga menyukai