PENDAHULUAN
Sinar Gamma begitu istimewa dibandingkan dengan sinar/partikel radioaktif
lainnya dikarenakan dia tidak memiliki massa dan muatan. Sinar Gamma
memiliki panjang gelombang yang paling kecil dan energi terbesar dibandingkan
spektrum gelombang elektromagentik yang lain. Selain itu, sinar gamma memiliki
daya ionisasi yang paling rendah namun jangkauan tembus yang paling besar
dibandingkan sinal beta dan sinar alfa. Karena daya tembusnya yang begitu tinggi,
sinar gamma mampu menembus berbagai jenis bahan, termasuk jaringan tubuh
manusia. Material yang memiliki densitas tinggi seperti timbal sering digunakan
sebagai shielding untuk memperlambat atau menghentikan foton gamma yang
memancar.
Pada chapter report ini membahas tentang sinar gamma dengan sub bahasan
sebagai berikut:
1. Sifat sinar gamma
2. Perjalanan sinar melewati materi
3. Penyerapan Fotolistrik Sinar
4. Hamburan Compton sinar
5. Produksi pasangan elektron positron oleh sinar
6. Penghancuran elektron positron
7. Penentuan energi sinar
8. Spektrum sinar dan tingkat energi inti
9. Radiasi transisi pada inti
10. Isomeris inti
11. Konversi internal
12. Penciptaan pasangan internal
13. Transisi nol-nol
14. Eksitasi coulomb
15. Hambuuran inelastis elektron
16. Flurosensi resonansi
17. Efek mossbaeur
18. Aplikasi efek mossbaeur
19. Eksperimen korlasi anguler
20. Pengukuran lebar radiasi
BAB II
PEMBAHASAN
6.1 Sifat sinar gamma
Kita telah melihat bahwa inti dapat tertinggal dalam keadaan tereksitasi
disertai pemisahan dan . Inti yang tereksitasi kemudian berpindah ke keadaan
energi yang lebih rendah dengan pemancaran radiasi elektromagnetik, yang
diketahui sebagai sinar. Sinar gamma penetrasinya jauh lebih dalam
dibandingkan sinar dan (lihat gambar 3.1). Mereka tidak dibelokkan oleh
medan listrik atau medan magnet. Ahli sains Prancis P.V. Villard (1900)
merupakan orang yang pertama kali menyadari bahwa sinar berbeda dari sinar
dan dengan mengobservasi kekuatan penetrasi sinar yang sangat besar.
Pancaran sinar dianalogikan dengan pancaran radiasi elektromagnetik
dari keadaan eksitasi atom. Dalam kasus yang terakhir, radiasi yang dipancarkan
karena transisi elektron orbital dari yang lebih tinggi kekeadaan energi yang lebih
rendah dan terletak di daerah yang terlihat, ultraviolet atau infra-merah.
Perpindahan dari elektron valensi dalam atom dari satu keadaan energi ke keadaan
lain selalu menghasilkan pancaran energi foton hanya beberapa elektron-volt.
Dalam kasus yang sama, energi ini mungkin dapat menjadi pecahan dari sebuah
elekton-volt. Dalam kata lain, pengukuran dari energi sinar dan menunjukkan
bahwa sinar dan memiliki energi orde jutaan (106) elektron-volt. Adanya
perpindahan energi nuklir menghasilkan pancaran foton dengan energi mulai dari
beberapa ribu elektron-volt hingga beberapa juta elektron-volt. Hal ini akan
dibahas dalam bab VIII volume I karakteristik sinar X dipancarkan karena
perpindahan elektron dalam kulit bagian dalam (kulit K, L dan seterusnya) dari
atom memiliki energi hingga beberapa ribu elektron-volt. Ternyata, sinar secara
umum energinya lebih tinggi dibandingkan karakteristik energi sinar X ini.
Karakteristik sinar X memiliki panjang gelombang satu angstrom hingga sebagian
dari satu angstrom (10-10 m). Panjang gelombang sinar secara jelas lebih pendek.
Menggunakan persamaan 5.6 dalam vol. I, kita memiliki
h c 12412,5
(6.1-1)
=
eV
()
Jadi panjang gelombang sinar 104,105, dan 106 memiliki energi masing-
E=h v=
, dan 0,0124
E =2,62 MeV .
a ). Ketika
melewati materi, sinar foton yang baik benar-benar diserap atau dibelokkan
(tersebar) dari jalur mereka, biasanya pada sudut yang besar. Untuk kedua alasan
ini, intensitas sinar yang terkolimasi sinar berkurang saat melewati materi.
x
I - I
Jika
dI
sebagaimana
diketahui proporsional
dI = Idx
Diintegralkan, maka diperoleh
I =I 0 exp ( x)
disebut koefisien redaman. Jika
... (6.2-1)
... (6.2-2)
memiliki dimensi panjang (m)
m=/
dimana
... (6.2-3)
( x )=I exp ( x )
0
( x )
sc
adalah koefisien
dimana
N0
M
adalah bilangan Avogadro dan
tulis
M
= =
n N 0
N0
Atau,
=n=
M
dimana n memiliki dimensi timbal balik volume (m-3),
luas (m2). Kita sebut
(6.2-4)
memiliki dimensi
dua bagian:
= ab + sc
dimana ab =ab /n dan sc = sc /n
ab
sc
adalah penampang
hamburan
Beberapa teori telah dikembangkan untuk menghitung penampang dari
proses yang berbeda dimana sinar berinteraksi dengan materi.
Dengan menggunakan eksperimen dapat diukur koefisien redaman
yang berada dalam plot In
yang
() . Persamaan
(6.2-2) menjadi
Ata
u
ln
I
1
=ln = d 1/ 2
I0
2
ln 2 0,693
=
d 1/ 2 d 1 /2
(6.2-5)
adalah (i) efek fotolistrik, (ii) hamburan Compton, dan (iii) pasangan-produksi
elektron-positron. Kita dapat menuliskan jumlah total dari penampang untuk tiga
proses di atas adalah:
= ph+ c + p
Dimana
ph , c , p
(6.2-6)
secara berturut-turut adalah penampang untuk
E
). Selanjutnya, kita akan
mendiskusikan ketiga proses satu demi satu. Hal ini harus dinyatakan bahwa teori
dari ketiga proses ini didasarkan pada elektrodinamika kuantum dan melebihi
materi dari buku yang ada. Kita akan mendiskusikan hasil yang penting saja.
6.3 Penyerapan Fotolistrik Sinar
Jika sebuah energi foton
hv
Be
dari sebuah elektron dalam sebuah kulit atom, adalah peristiwa selanjutnya,
kemudian elektron menyerap seluruh energi kuantum dari foton dan dipancarkan
dari atom dengan energi kinetik
E=hvBe
(6.3-1)
Elektron ini diketahui sebagai fotoelektron (lihat bab V volume I). karena
energi biasanya cukup besar, fotoelektron dapat dipancarkan dari dalam kulit
elektron (K, L, dst). Fotoelektron dipancarkan dari kulit tertentu yang memiliki
energi kinetik yang sama untuk sebuah energi yang diberikan. Jika elektron
dalam kulit K, L, M dst. memiliki energi ikatan
B eK , B eL , B eM
tuliskan
E K =h vBeK , E L = h vBeL , E M = h vBeM
(6.3-2)
h v= E K + BeK =E L + BeL=E M + BeM
sehingga
(6.3-2a)
B
>
B
>
B
Karena
eK
eL
eM
E
<
E
<
Ini mengikuti
K
L E M < Jika energi fotoelektron diukur dengan
menggunakan foto spektrometer- magnetik, kita memperoleh sejumlah
puncakpada angka tertentu dari medan magnet. Energi elektron yang lebih tinggi
memiliki medan magnet yang lebih tinggi yang mana puncak dihasilkan. Hal ini
berarti bahwa fotopuncak-K dihasilkan pada medan magnet yang lebih rendah
dibandingkan puncak-L, yang mana dihasilkan pada medan yang lebih rendah
dibandingkan puncak-M dan seterusnya.
Hal yang mungkin dicatat bahwa penyerapan fotolistrik dapat berlangsung
dari ikatan elektron dalam atom. Sebuah elektron bebas tidak dapat menyerap
seluruh energi foton, karena di dalam kasus ini konservasi energi dan momentum
tidak dapat dipenuhi secara bersamaan. Semakin erat ikatan elektron berada dalam
kulit atom, lebih mungkin adalah pancaran fotolistrik. Dengan demikian
pemancaran dari kulit-K elektron adalah yang paling mungkin (sekitar 80% dari
waktu). Variasi koefisien penyerapan foto listrik sebagai fungsi dari energi foton
menunjukkan diskontinuitas yang tajam pada energi sama dengan energi
minimum yang diperlukan untuk mengeluarkanelektronterikat dalamkulit K, L,
Mdll(tepi
penyerapan).
penyerapan-K,
meningkatnyaenergi h v melewati
Dengan
yang
munculpadaenergi
yang
tepi
lebih
(6.3-3)
penampang
hamburan
Thomson;
(h <m0 c2 ) .
adalah tetapan
7 /2
h Z
Dalam wilayah relativistic
(6.3-4)
2
(h m0 c )
(6.3-5)
( )
E .
yang tinggi (yaitu memimpin dengan Z = 82) lebih efektif untuk pemancaran
fotolistrik yang lebih peredam Z yang rendah (yaitu dengan Z = 13).
Di daerah tepi penyerapan persamaan (6.3-3) tidak berlaku. Dalam kasus
ini energi yang dikeluarkan elektron adalah
energi ikatan elektron
Be
Ee =h Be
sebanding dengan
v
0
Dimana
Z e2
hv
BK
2
=
=
h B K
2 adalah rasio energi ikatan kulit K elektron terhadap energi kinetik
elektron yang dikeluarkan.
Disini kita meletakkan energi ikatan kulit K pada elektron Sebagai
B K =h K =h v K
sehingga
vK
E m0 c2
2
2
2
2
(6.3-8)
m0 c
r 0 sin cos
d h =4 2 Z
x
d
E
( 1 cos ) 4
Persamaan di atas memberikan kemungkinan pancaran fotolistrik sampai
5
sudut padat
( )
d ;
pe .
( pe , p
dan
( 0) , intensitas pancaran
hv memberikan hamburan
Compton pada sudut dari sebuah elektron, dalam keadaan bebas, panjang
gelombang meningkat dengan jumlah
=2 c sin 2 /2
Dimana
h , m0
dan
berturut turut
adalah tetapan Plank, massa awal elektron dan kecepatan cahaya di ruang hampa.
Jika v adalah frekuensi dari hamburan foton, maka energi kinetik dari pentalan
elektron diperoleh dari
Ee =E E' =hvh v '
Energi pentalan
(6.4-1)
adalah
2 h v cos2
( 1+ )2 2 cos2
(6.4-3)
= /2 .
dari 0 hingga
=0
=0
hingga
(dengan kata lain untuk hamburan balik foton). Ini ditunjukkan oleh
2 hv
(6.4-4)
( Ee )max = 1+2
Apabila menjadi sangat besar (dengan kata lain
hv m0 c
),
( Ee )max hv .
O. Klein dan Y. Nishina pertama kali yang mengembangkan teori untuk
menghitung penampang hamburan Compton pada dasar elektrodinamika
kuantum.
Penampang hamburan Compton per elektron dihubungkan dengan
(6.4-5)
( c / )=n e c / =N 0 Z c / M
( c )m =
N
( 0 Z )/ M adalah jumlah elektron per tiap volume dari penghambur,
n e =
( 265 + )
3
26
( 1 ) : =
12 + + )
(
8
5
( 1 ) : c = e 12 +
e
(6.4-6a)
(6.4-6b)
hv ,
(c )m
c
per elektron, hal ini jelas-jelas independen dari Z. persamaan Z/M tidak berubah
banyak untuk unsur berbeda. Jadi kemungkinan hamburan Compton lebih atau
kurang sama untuk unsur berbeda.
Gambar 6.2 Massa koefisien penyerapan untuk timah (Z=82) sebagai fungsi energi
(c )m
untuk timah.
6.5 Pasangan elektron-positron yang dihasilkan oleh sinar
Ini adalah proses ketiga yang penting dimana sinar berinteraksi dengan
materi. Kita telah melihat di sub bab 5.5 bahwa beberapa inti radioaktif dihasilkan
secara buatan dirusak oleh pancaran positron. Positron adalah anti partikel dari
elektron, memiliki massa dan perputran (1/2) yang sama sebagaimana elektron,
mempunyai muatan sama dan berlawanan terhadap elektron.
Adanya positron ini telah diprediksi oleh ilmuwan inggris P.A.M Dirac
(1928) ketika dia mengembangkan teori mekanika kuantum elektron relativistic.
Hal ini sebelum eksperimen positron ditemukan. Perputaran elektron, yang mana
telah diperkenalkan lebih dahulu oleh Goudsmit dan Uhlenbeck pada dasar khusus
untuk menjelaskan struktur ganda spectrum garis alkali seperti juga efek
penyimpnagan Zeeman (lihat bab VI volume I) yang kemudian diikuti cukup
secara alami dari teori Dirac.
Teori Dirac:
Dirac mencoba mengembangkan teori mekanika kuantum dari elektron
yang mana menyatakan adanya hubungan relativistic anttara energi dan
10
momentum;
2 4
E = p c + m0 c
momentum partikel;
m0
dimana
p adalah
dan
adalah
^ i
^p , E
i
t
Persamaan yang dipostulatkan oleh Dirac untuk partikel bebas
(relativistic) mengikuti bentuk berikut:
Dimana
i =ic . + mc2
(6.5-1)
t
m=m 0 / 1 2 ; m adalah massa relativistic. Tiga komponen dari
dan
tidak dapat dirubah dan sebab itu tidak dapat menjadi angka.
komponen.
Dirac menafsirkan dua komponen
Hubungan ini menunjukkan bahwa energi total elektron dapat lebih besar
dari pada+
mana
m0
adalah massa
11
E>m0 c
ditemukan didunia fisika. Namun sebuah elektron dalam keadaan energi negatif
biasanya tidak terwujud keberadaannya didunia fisika. Kita tahu bahwa semua
sistem fisika memiliki kecenderungan alami untuk bergerak dari keadaan energi
lebih tinggi ke energi yang lebih rendah. Jika keberadaan bentuk energi negatif
dari elektron, seperti yang diperkirakan oleh teori Dirac, ada dalam realitas fisika,
maka semua elektron dalam keadaan energi yang positif akan memiliki
kecenderungan untuk turun kebentuk negatif dan dengan demikian akan hilang ke
dari dunia fisika. Namun, hal ini tidak benar-benar terjadi, karena menurut Dirac,
semua bentuk energi negatif benar-benar penuh dengan elektron. Sebagaimana
elektron mematuhi prinsip larangan Pauli, tidak ada dua elektron dapat menempati
keadaan yang sama. Jadi tidak ada elektron dari keadaan energi positif dapat
berpindah ke bentuk energi negatif, karena nantinya semua diisi dengan elektron.
Namun, bagaimanapun juga apabila elektron di lepaskan dari bentuk
energi negatif, kemudian dibuat sebuah ruang kosong atau lubang dalam lautan
energi negatif dipenuhi dengan elektron. Karena sebuah lubang dihasilkan dalam
kaitan dengan tidak adanya elektron muatan negatif, maka akan berperilaku
sebagaimana partikel bermuatan positif, dengan muatan ( e) atau + e.
Selanjutnya, ketidakadaan partikel dalam dalam bentuk energi negatif E dan
momentum negatif p akan dimanifestikan sebagai partikel energi positif (E )
atau + E dan momentum positif (p) atau +p. Sehingga lubang yang dibuat
dalam bentuk energi positif akan muncul sebagai parikel bermuatan positif dan
oleh sebab itu akan mampu diamati dalam dunia fisika kita.
12
Awalnya dirac memiliki pikiran bahwa partikel yang diduga ini adalah
proton. Tapi hal ini terlihat tidak masuk akal, karena proton jauh lebih berat
dibandingkan elektron.
Sesudah itu, pada tahun 1933, C.D Anderson menemukan sebuah partikel
baru dalam sinar kosmik, memiliki massa yang sama dengan eleketron, tetapi
mengandung muatan yang sama dan berlawanan dengan elektron, menggunakan
bilik kabut Wilson di institus teknologi California Amerika Serikat. Kita akan
membahas percobaan ini lebih detail dalam bab XIX.
Diceritakan bahwa ketika Anderson membuat penemuan yang sangat
penting ini, dia tidak mengetahui prediksi teori Dirac, selanjutnya dia mengetahui
bahwa ini adalah anti partikel dari praktikum yang diprediksi Dirac.
Untuk menghasilkan sebuah positron, dibutuhkan sebuah lubang yang
dibuat dalam bentuk energi negatif elektron. Setelah semua bentuk energi sudah
diisi dengan elektron, sebuah lubang dalam salah satu bentuk ini dapat dibuat
hanya jika elektron yang menempati di transfer ke sebuah bentuk energi positif
yang kosong, hal ini dikarenakan prinsip larangan pauliyang melarang transfer ke
bentuk energi negatif. Energi minimum yang dibutuhkan untuk perpindahan
adalah
2 m0 c 2=
transfer ke bentuk energi positif yang kosong dan kemudian berperilaku secara
normal seperti elektron yang mampu diamati. Lubang yang dibuat dlama bentuk
energi negatif tentunya berperilaku seperti positron. Jadi energi sinar lebih besar
dibandingkan
2 m0 c 2
elektron-positron.
Produksi pasangan elektron-positron tidak dapat dilakukan dalam hampa
udara (vakum), karena energi dan momentum tidak dikonservasi dalam kasus ini.
Pembuatan pasangan selalu terjadi dalam sekitar inti atom dengan segera, dimana
medan listrik Coulomb sangat kuat. Dalam kaitan interaksi antara medan elektrik
ini dengan foton, nantinya terwujud menjadi sebuah pasangan elektron-positron.
Sehingga pembentukan pasangan merupakan salah satu contoh dari transformasi
energi menjadi materi.
13
( p )m=
p
dalam kaitannya dengan interaksi foton dengan atom per tiap area dari penyerap.
p
bergantung pada energi sinar dan nomor atom Z dari penyerap. Untuk
ditunjukan oleh
28 183 2
ln 1
9
27
Z3
Disini adalah konstanta struktur halus Sommerfeld.
p =Z 2 r 20
(6.5-23)
p
p
r0
adalah jari-jari
energi tertentu.
3
4
5
6
10
20
30
100
hv /m0 c2
2
2
6,4
7,9
11,5
p / Z r 0 0,085 0,32 0,61 0,89 1,94 3,75
2
2
p / Z r 0 yang ditemukan independ dari Z kecuali pada energi yang sangat
tinggi. Nilai yang diberikan pada tabel di atas dalam dua kasus terakhir adalah
untuk timah.
Dalam gambar 6.2 menunjukkan variasi dari
( p )m
dengan energi
hv >3
MeV).
Produksi pasangan adalah proses yang paling penting untuk interaksi sinar
dengan materi.
Karena
pZ
14
yang dirubah menjadi dua foton . Karena elektron dan positron diam
MeVdan mereka
harus bergerak menjauh dalam arah yang berlawanan dengan momentum sama
dan berlawanan. Foton yang dihasilkan diketahui sebagai radiasi penghancuran.
Penghancuran elektron dan positron dapat divisualisasikan dengan
mengukuti cara dasar teori Dirac. Sebagaimana positron kehilangan energi, lubang
dalam bentuk energi negatif menjadi lebih dan lebih ke atas. Akhirnya ketika
sudah kehilangan energi kinetik sepenuhnya, maka akan menjadi ke tingkat
m
( 0 c 2) . Pada saat ini sebuah elektron dalam kedaan diam, yang mana
+m 0 c
15
m0 c
kehilangan bentuk energi positif dan pada waktu yang sama, lubang dalam bentuk
energi negatif (yaitu positron) juga dilenyapkan. Berdasarkan perpindahan ini,
jumlah perubahan dalam energi elektron, yang mana adalah
m0 c2(m0 c2 )
+e
e
sebenarnya meliputi
10
.Penurunan massa
ps =m2e / 2 me =me /2 .
Sehingga konstanta Rydberg dan energi ikatan adalah separuh dari atom hidrogen,
sedangkan jari-jari berukuran dua kali lebarnya.
Hasil perputaran S dari positronium mungkin 0 atau 1, bergantung pada
apakah putaran elektron dan positron anti paralel atau paralel. Keadaan ini
diketahui
sebagai
para-positronium
dan
orto-positronium.
Jumlah
total
16
dari sinar
RaC.
Metode kurva Kristal oleh J.W.M Dumond dan Y. Cauchois telah
digunakan untuk menentukan panjang gelombang yang kurang dari 0,01
puncak
ditunjukkan
dalam
gambar
6.4.
dari
nilai
17
Gambar 6.4.Foto Puncak yang dihasilkan oleh sinar diperoleh menggunakan spectrometer
magnetik
18
radiator yang dibelokkan melewati 180 dalam arah berlawanan dengan medan
magnet dan masuk berlawanan dua sinar .
19
Ra
222
86
Rn
20
Dua perbedaan dari kelompok sinar yang diobservasi dalam rerasan ini,
memiliki energi kinetik 4,795 dan 4,611 MeV. Inti anak
222
Rn ditemukan untuk
Gambar 6.7 transansisi antara tingkat energi 222Rn yang dibentuk oleh peluruhan dari 222Ra
222
eksitasi energi 0,188 MeV. Dalam keadaan selanjutnya, transisi ke bentuk dasar
memberikan kenaikan pancaran dari energi sinar 0,188 MeV.
Dalam 4.11 kita telah mendiskusikan tentang struktur halus dari
spectrum sinar .sebagai contoh, dalam peluruhanThC ThC", lima kelompok
yang berbeda diamati, memiliki energi berturut-turut adalah 6,11; 6,07; 5,76;
5,62; dan 5,60 MeV. Pengamatan energi sinar adalah 0,491;0,471; 0,451; 0,431;
0,327; 0,287; 0.162 dan 0,040 MeV.
ditunjukkan dalam diagram tingakt energi gambar 6.2 dari yang mana asal dari
sinar yang berbeda adalah jelas.
21
Gambar 6.8. transisi antara tingkat energi ThC (208 TI) dibentuk oleh peluruhan ThC (212Bi).
Energi menunjukan energi pemisahan Q
22
Gambar 6.9. transisi dalam234Pa, 20Ne, 34S, dan 64Ni dibentuk oleh peluruhan dari masing-masing
inti induk UX (234Th), 20F, 34Cl, dan64Cu
/ ...........................................................(6.10-1)
23
.................................................(6.10-2)
Or
............................................(6.10-3)
tot
.................................(6.10-4)
dimana tot adalah permukaan lebar total, sedangkan dst adalah lebar parsial
untuk emisi dst. Jika , , adalah rata-rata hidup terhadap emisi dari radiasi
yang berbeda, maka kita peroleh
1 1
1
1
............................................(6.10-5)
24
1.05459 10 34
6.5822 10 16
6.58 10 15 s
0.1 1.60219 10 19
0.1
Jadi masa hidup terhadap transisi radiatif adalah 10-14 s atau lebih. Jika
transisi radioaktif adalah hanya satu kemungkinan, kemudian keadaan ground
selalu memiliki hidup yang tak terbatas ( ) sehingga lebar =0.
Sebab itu keadaan ground dalam keadaan ini tajam absolut. Jika
bagaimanapun, keadaan ground sistem dapat reraras oleh emisi partikel (misalnya
dalam keadaan peluruhan atau ), kemudian akan tidak menjadi tajam absolute,
tapi akan memiliki panjang yang terbatas.
Mari sekarang kita perhatikan mekanisme emisi radiasi elektromagnetik
dengan sistem muatan.
It is known that the static potential V at some point P due to a distribution of
charges around some arbitrarily chosen origin of coordinates 0 is given by
Telah diketahui bahwa potensial statis V pada beberapa titik dalam kaitan
distribusi muatan sekitar berubah-ubah pilihan asal dengan koordinat 0 ditunjukan
oleh
4 0 V
i
qi
qi
Ro ri
i
Ro2 ri 2 2 Ro ri cos i
1/ 2
.....(6.10-6)
Jika distribusi muatan terbatas dalam daerah kecil dari dimensi lineara
<<Rokemudian secara sungguh-sungguhRo>> risehingga lambang diatas r untuk
potesnial dapat di jabarkan sebagai berikut:
25
4 0 V
i
qi
1
2
Ro Ro
q r cos
i i
1
1
3
q r 2 cos 2 i ....
3 i i
2
Ro i
2
1
L
q r PL ( cos i) ....
L 1 i i
Ro i
(6.10-7)
untuk L 0, Vo
1
4 0 R0
q
i
..................(6.10-8)
Ini merupakan potensial untuk monopol yang mana tak lain hanya
perubahan titik
q
i
berlokasi di asal.
untuk L 1, V1
1
4 0 R02
q r cos
i i
.......(6.10-9)
p qi ri
i
Hal yang sama untukL = 2, kita peroleh potensial untuk quadrupole elektrik
berlokasi di asal
V2
Secara
1
1
3
q r 2 cos 2 i
3 i i
2 ...........(6.10-10)
4 0 R0 i
2
umum,
VL
menggambarkanpotensial
terhadap
sebuah
1
q r 2 PL cos i
L 1 i i
4 0 R0 i
..................(6.10-11)
26
....................................................(6.10-12)
Dimana Iidan Ifsecara berturut-turut adalah momentum sudut daru keadaan awal
dan akhir. Hal ini berarti bahwa untuk Iidan If, L dapat memiliki nilai berdasarkan
model vektor yang didiskusikan dalm bab VI Vol I:
Ii I f L Ii I f
....................................(6.10-13)
(6.9-14)...................................(6.10-14)
27
Sebenarnyatransisijugadiatur
olehaturanpemilihanparitas.
multipolaritasL,
tidaksepertidalam
radiasimungkinmemiliki
paritasgenap
dan
ganjil,
kasusemisipartikelsaatparitasditentukanolehmomentum
sudutorbital.
Aturan pemilihan paritas menyatakan bahwa dalam transisi multipol eketrik
(EL) paritas adalah peristiwa ketika L genap (E2, E4 dst) dan ketika L ganjil (E1,
E3 dst) sehingga paritas diberikan oleh (- 1)L. Untuk transisi multipol magnetik
(ML), paritas diberikan oleh(-1)L+1sehingga paritas ganjil untuk L genap (M2, M4
dst) dan genap untuk L Ganjil (M1, M3 dst).
Poin yang pentinting untuk dicatat adalah tidak mungkin ada radiasi
multipol dengan L=0. Karena transisi Ii= 0 keIf =0 secara penuh dilarang (lihat
bagaimana 6.13).
Dalam tabel 6.1 kita ringkas momentum sudut dan aturan pemilihan untuk
jenis transisi multipol berbeda.
Tabel 6.1
Dalam tabel 6.2 kita mendaftar tipe radiasi diperbolehkan dalam transisi
Ii Ifuntuk nilai yang berbeda dariIidan If konsisten dengan aturan pemilihan di
atas.
28
Tabel 6.2
Telah
ditemukanbahwakemungkinanemisimultipolemenurunpesatdengan
meningkatnyaL.UntukLyang
sama,
emisiradiasilistrikjauhlebih
.Jika
dan
melambangkanparitaskeadaanawal
dan
adalah
akhir,
makatransisidiklasifikasikan sebagai
Paritas yang disukai jika
i f (1)
Ii I f
i f (1)
I i I f 1
dengan
L Ii I f
melebihi
radiasi
magnetik
dengan
Untuk transisi paritas yang tidak disukai, radiasi magnetik secara umum
mendominasi dengan
L Ii I f
L Ii I f 1
29
Keadaan dariIi = If adalah sebuah pengecualian dari aturan. Dalam kasus ini
i f
i f
c ch 3 10 8 6.626 10 34 12.42 10 13
metres
v E
E ( MeV )
1.6 10 13 E ( MeV )
MeV. Jadi radiasi multipol dengan tingkat lebih tinggi adalah lebih lemah dan
paling rendah tingkat transisi multipol biasanya mendominasi.
Kemungkinan transisi radiasi untuk multipol tingkat yang berbeda telah
dihitung oleh Blatt dan Weisskopf.
Kemungkinan transisi untuk multipolaritas L diberikan (untuk transisi EL)
bila dijumlahkan selama Mf berbeda dan mengambil rata-rata di atas Mi
1 oc 2
Tif ( L)
8 ( L 1)
.
2
L ( 2 L 1)!! c
2 L 1
Bif ( L)
...............(6.10-15)
Dimana Bif (L)adalah probabilitas transisi penurunan yang berisi semua faktor
nuklir yang relevan tergantung pada karakteristik keadaan awal (i) dan akhir (f).
Faktorial ganda(2L + 1)!!= 1, 3, 5, 7... (2L + 1).
4
7
10
H/m
2L
........................................................(6.10-16)
30
Untuk transisi ML
1 1 R
2 ( L 1)
.....................................................(6.10-17)
Dalam gambar 6.13 a, putaran dari tingkat terendah adalah 0 dan karenanya
hanya satu nilai L yang mungkin untuk memancarkan radiasi dari bentuk lain.
Dalam transisi 2+ke 0+, perubahan I adalah2unit dengan tidak ada perubahan
paritas. Oleh karena itu hanya transisiE2 yang mungkin. Dalam transisi 4+ke 2+,
perubahan minimal dalamIadalah 2 unit dengan tanpa perubahan paritas. Jadi
transisi berlawanan dengan E2. Nilai lain yang mungkin dari L adalah 3, 4, 5 dan
6. Jadi transisi lain yang mungkin adalah: M3, E4, M5dan E6 yang mana memiliki
banyak intensitas yang lebih rendah dan oleh karenanya tidak ditunjukkan.
Demikian pula transisi langsung dari tingkat paling atas 4+ ke tingkat
terendah 0+ melibatkan emisi radiasi E4 yang jauh lebih sedikitkemungkinannya.
Dalam gambar 6.13 b, untuk transisi 2+ke 1-, I = 1, 2 atau 3 dengan
perubahan paritas.Jadi itu adalah transisi E1 (dipole listrik). Transisi lain yang
mungkin adalah M2 dan E3 yang mana sangat ditekan. Transisi1 - ke 0+ dengan
jelasadalahEl.
Dalam gambar 6.13 c, untuk transisi 2+ke 1+ I = 1, 2 atau 3 dengan tanpa
perubahan paritas. Jadi ini adalah campuran dari M1 dan E2 yang mana sebanding
31
Gambar 6.14. Ketergantungan dari masa paruh transisi radiatif pada -energi untuk A = 100
Dalam gambar 6.14 menunjukan plot dari masa paruh berdasarkan partikel
tunggalformula Weisskopf yang diberikan di atas untuk nomor massa A = 100
untuk multipolaritas yang berbeda, baik listrik dan magnetik, yang membuktikan
hasil secara luas diringkas dalam paragraf di atas.
6.10 Isomer Nuklir
Dari gambar 6.14 kita lihat bahwa multipolaritas yang tinggi (L besar) dan
energi rendah (E), transisi radiatif waktu paruh adalah hal yang lama dan
karenanya probabilitas transisi tersebut rendah. Lama hidup bentuk nuklir yang
tereksitasi disebut isomers. Nilai Z dan A tetap tidak berubah setelah transisi
isometrik. Dalam banyak kasus transisi isometrik dikaitkan dengan emisi elektron
konversi
internal
(lihat
6.11).
Tidak
ada
perbedaanesensialantara
32
Br dibentuk oleh transmutasi buatan isotop stabil 79Br(Z = 35) oleh penangkapan
elektron lambat. Dua waktu paruh berbeda dari 80Br diketahui yaitu 17,6 menitdan
4,4 jam. Keadaan waktu paruh 4,4 jamadalah keadaan isomerik ditulis
sebagai80Brm. Diagramtingkat energidan transisiditunjukkan pada gambar6.15a.
Keadaanisomerikturunke keadaanyang lebih rendahdariwaktu paruh17,6menit
denganduaruntutan emisi melaluikeadaan peralihandariparuh7,3nanodetik(10-9
s).
Keadaan lebih rendah
80
33
UX 1 ( 24
.1 d ) UX 2 ( 24
.1 d ) U II
Namunpada
sekitar0,12%
kasus,
yang
berbedadaripeluruhan
radioaktifdariUX1, diamati:
UX 1 ( 24
.1 d ) UZ (6 .7 h ) U II
Jadi hasil UX2 dan UZ dari peluruhan UX1, memiliki dua perbedaan waktu
paruh. Baik UX2dan UZ memiliki nilai
Inmyang mana dihasilkan oleh penagkapan neutron lambat dari isotop 115 In
stabil. Bentuk isomeric juga diamati dalam nuklida stabil. Sebuah contohbentuk
7/2+109Agmdari isotop stabil
transformasi
109
109
perbedaanmomentumbesarsudutdari
34
Ada lagi jenis isomerisme lain yang dikenal sebagai bentuk isomerismeyang
diamati di beberapa inti berat yang mengalami fisi spontan.
6.11 Konversi Internal
Selama mendiskusikan tentang spektrum sinar dalamBab V kita lihat
bahwa dalam beberapa keadaan spektrum sinar secara terus-menerus melewati
satu atau lebih puncak yang tajam, yang mana karena kelompok elektron dari
energi pasti tertentu (lihat gambar 5.9). hal ini diketahui sebagai elektron konversi
internal atau mudahnya adalah elektron konversi.
Emisi dari beberapa konversi monoenergetik kelompok elektron dapat
dipahami sebagai berikut:
Transformasi atau dari intimeninggalkan terakhir dalam bentuk pasti
energi E1 yang mana mungkin menjadi bentuk eksitasi lain atau bentuk dasar inti.
Jika
sebuah
bentuk
eksitasi,Jika
ia
adalah
sebuahkeadaan
tereksitasi,
Namun
adaprosesalternatif
dimanaintitereksitasidapatdeeksitasisendiri.
palingdekatdengan
inti,distribusikemungkinanelektron
di
kulitini
seringkeelektronKdibandingkanelektrondiluar
konversi
biasanya
kulitL,
Mdll.
memilikikemungkinanterbesar.
Di
sinihvadalah
.................................(6.12-2)
energidari
fotonyang
35
( E e ) K h v ( Be ) K
( E e ) L h v ( Be ) L
( E e ) M h v ( Be ) M ...............................................(6.12-3)
Dan sebagainya
Selanjutnya kita dapat menulis
hv ( E e ) K ( Be ) K ( Ee ) L ( Be ) L ( Ee ) M ( Be ) M ....
.....(6.12-4)
hv=E1=E2memilikinilai
keadaannuklirtertentu
yang
akanmenjadi
sama
monoenergetic,
untuktransisi
antaradua
danenergipengikatanelektronBeuntukkulittertentujuga
memilikinilai tertentu.
Sebagaimana
telah
kita
lihatdalam
6,7,
adalah
mungkin
Disini
.............................................................(6.12-5)
dan
esebanding
denganprobabilitastransisi
sebanding
denganprobabilitastransisi
daripemukaan,
dengan
keluardariNini
membuattransisiradiasisementaraNemembuat
36
transisiolehemisielektronkonversi,
makaN=N+Ne.
Kitamendefinisikankoefisienkonversiinternal sebagai
N e e
Mungkin
..........................................................(6.12-6)
adakasus
di
manatransisiantara
duatingkatterjadi
dengan
manatransisiterjadidenganemisielektronkonversisaja.Dalamhal
dan
N=Nesehingga=.
Dengan
demikiankoefisienkonversidapat
K L M ...
Pengukurankoefisienkonversimemberikaninformasi berharga tentangtransisi
multipolaritasL.
NilaiKmeningkatdenganmeningkatnya
menurunnyaenergitransisi,
seperti
dandengan
perkiraanpersamaan
berikut(lihatFisikaNuklirTeoritisolehBlattdanWeisskopf):
e2
K ( EL) Z
4 o c
3
Persamaandi
Ze 2 / 4 o c 1
atasberlaku
L 5 / 2
2 me c 2
..................(6.12-7)
untukparitastransisi-disukai
ELdalam
batas
e2
K ( EL) Z
4 o c
3
2 me C 2
Kondisimenguntungkankonversi
L 3 / 2
.................(6.12-8)
Ksangat
mirip
denganth,
telah
disebutkan,
transisiisomerikdisertai
denganemisi
elektronkonversi.
Secara umum, nilai koefisien konversi lebih besar untuk energi transisi
rendah, multipolaritas tinggi (L) dan untuk elemen Z tinggi. Untuk energi yang
sama dan L, transisi multipol magnetik lebih memungkinkandibandingkan transisi
37
multipol listrik. Dalam Gambar. 6.16 ditunjukkan variasi K untuk multipol listrik
yang berbeda.
Gambar. 6.16. Ketergantungan dari koefisien konversi internal pada E untuk multipol yang
berbeda
Konversi internal juga dapat terjadi dari kulit atom L. KonversiL pada
umumnya kurang mungkin daripada konversi K, karena probabilitas sebuah
elektron Lyang dekat dengan inti jauh lebih sedikit daripada elektron K. Rasio K
terhadap koefisien konversi L menurun dengan meningkatnya tingkat multipolL.
Untuk L yang sama, rasio lebih besar untuk radiasi magnetik daripada radiasi
listrik.
Dapat dicatat bahwa istilah konversi internal adalah keliru. Pendapat awal
bahwa dalam proses ini energi sinar hv=E1E2awalnya dipancarkan dari inti,
yang kemudian diserap oleh elektron orbital dalam atom yang sama, yang terakhir
ini kemudian dipancarkan oleh proses fotolistrik. Kemudian disadari bahwa
proses konversi akan sangat jarang terjadi, karena probabilitas akan sama dengan
hasil dari probabilitas dari dua proses, yaitu probabilitas emisi dan probabilitas
penyerapan fotolistrik dari foton . Gambaran yang kita miliki saat ini adalah
bahwa tidak ada sinar sama sekali yang dipancarkan dalam proses konversi
internal, energi surplus inti langsung ditransfer ke orbital elektron.
6.12 Pembentukan Pasangan Internal
Jika energi transisi (E1 E2)melebihi 2mec2=1,02 MeV, maka kadang-kadang
dihasilkan sepasang elektron dan positron, bukan transisi radiasi antara dua
bentuk. Hal ini dikenal sebagai permbentukan pasangan internal dan merupakan
38
alternatif untuk transisi radiasi. Karena pasangan dibuat dalam medan listrik inti
yang independen dari densitas probabilitas elektron pada inti, yaitu independen
dari Z. Kemungkinan pembentukan pasangan internal meningkat dengan
peningkatan energi transisi dan lebih besar untuk multipolarities kecil. Kondisi
demikian berlawanan dengan kondisi yang mendukung konversi internal.
Pembentukaninternal berpasangan harus dibedakan dari pembentukan
berpasangan oleh sinar (saat transisi terjadi radiasi) energi E1 E2> 2moc2di
beberapa inti lainnya. Karena proses yang terakhir ini lebih mungkin untuk media
Z tinggi (lihat 6.5), pembentukan berpasangan internal termudah untuk
mengamati dalam inti ringan.
6.13 Transisi Nol-nol
Kita lihat dalam 6,9 bahwa transisi radiasi Ii=0 sampai If=0 (monopol
listrik, E0) dilarang keras. Namun, jika distribusi probabilitas elektron orbital
memiliki amplitudo yang cukup pada inti, seperti dalam kasus elektron K, transisi
mungkin terjadi dengan emisi elektron konversi saja. Karena tidak ada transisi
radiasi yang terjadi, koefisien konversi K= sehingga ada konversi 100%.
Sebuah konversi elektron puncak energi E1 E2 (Be)Kdiamati dalam kasus ini.
Masa hidupdari tingkat eksitasi biasanya cukup panjang. Transisi tersebut telah
diamati dalam inti berat untuk energi transisi rendah. Contohnya adalah 0,72 MeV
0+dalam keadaan di 72Gemeluruh ke keadaan 0+dasar.
Dalaminti ringan, untuk energimelebihi2moc2pembentukan pasanganinternal
dapatberlangsung
lebihmudah
dalamtransisi0
0.
Dengan
Tidak
ada
kasusyangdikenal
dalam
transisi0
denganperubahanparitassepertitransisi0- ke 0+.
6.14 Eksitasi Coulomb
Sinar
gammayangdipancarkanketikaintitereksitasimembuattransisike
39
ketikaproyektilnuklirmasukke
manapartikel
dalam
inti.
Mungkin
adaprosesalternatifdi
bermuatanmelewatiintidapatmengeksitasiselanjutnyake
internaldibahas
pentingbahwakeduaelektrondipancarkandalam
sebelumnyadenganperbedaan
transisinon-radiasi,
sementara
listrikpada
intidisebabkanvariasimuatanproyektildengan
waktu.
besardiamati.
Selanjutnya
adalah
urutan
acak.
Dengan
demikiankondisimenentukaneksitasiCoulombberlangsungadalahT << .
Penampang untuk eksitasi Coulomb ditentukan oleh lintasan partikel dan
tingkat kelebaran radiasi. Lebih besar tingkat kelebaran, semakin besar
kemungkinan eksitasi Coulomb.
Penampang untuk transisi jenis EL menjadi
2
( EL)
Ze 2 L 2
a
Bif ( EL) f ( E , Z , E )
4 o c
.....(6.15-1)
40
di mana E adalah energi dari partikel datang, dan E=Eadalah tingkat energi
eksitasi. f(E, Z, AE) adalah fungsi yang telah dievaluasi dan tersedia dalam bentuk
tabel (lihat K. Alder, A. Bhor, T. Huus, B. Mottleson dan A. Winther, Rev Mod.
Phys. 30 , 1950, hlm 353) Bif (EL) adalah probabilitas transisi berkurang (lihat
Persamaan. 6,9-14). Penampang untuk transisi multipole magnetik dihambat oleh
faktor (v/c)2 untuk tingkat multipol L yang sama.
EksitasiCoulombtelah diamatiuntuk sejumlah besarinti mulaidari Z rendah
hinggaZ
tinggi.Membombardir
partikeltermasuk
14
Ndan40A.
ionberatlainnyamisalnya,
proseseksitasiCoulombmelibatkantransisijenis
demikianmemungkinkanstudi
yangmengalami
partikeldan
E2yangtelah
tentangrendahnya
deformasi(lihatBabIX).
quadrupolinternalQ0yangdengan
Intitersebut
Banyak
diamati,
dengan
tingkatrotasidiinti
memilikimomen
demikiandapatdiukuroleh
sebuah
41
if (r ) f (r ) i (r )
............................................(6.16-1)
1
if (r ) exp (iq r ) d
Ze
............................(6.16-2)
E E o E r
, sedikit
kasusatom.
daripertimbangansederhana berikut.
Foton dipancarkan dan emitor recoiling membawa momentum yang sama
dan berlawanan (lihat Gambar. 6.17).
42
Sehingga pr=pv. Oleh karena itu energi lompatan pancaran atom (atau inti) adalah
p r2
pv2
Ev2
Er
2M 2M 2M c 2 .............................(6.17-1)
Disini M adalah masa atomdan pv = Ev /c = hv /c.
Padafluoresensi resonansi, radiasi yang dipancarkan olehatomdiserapoleh
atomlain untukmendorongtransisiselanjutnyaantara keduakeadaanyang sama,
yaitu, dari 2 ke 1, seperti ditunjukkan pada Gambar. 6.18. Jelasini hanya
mungkinjikafotonyang dipancarkandalamatompertama memilikienergi yangsama
denganenergi
yang
diserapuntuk
transisiberlangsungdiatom
kedua.
Tapi
Sebenarnyakarenarecoildari
Gambar 6.18. transisi dalam kasus fluoresensiresonansi. (a) Untuk pemanacar; (b)Untuk Penyerap
Sekarang tingkat energi dari atom dan inti memiliki lebar intrinsik ,
ditentukan oleh hubungan ketidakpastian: / . Di sini adalah waktu hidup
rata-rata. Jelas keadaan dasar tidak memiliki lebar sejak = . Semua keadaan
lain yang luas seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 6.19. Jika lebar ini cukup
besar dibandingkan dengan kekurangan dalam energi E dari foton dari energi
transisi E0, masih dimungkinkan untuk transisi berlangsung. Iniadalah kasus
untuktransisiatom
6.19a).
yang
menunjukkanperkiraannumerik
berikut(lihatgambar
43
Untuk atom dengan nomor massa A=50 memancarkan energi foton Ev=1eV
(yang merupakan urutan biasa besarnya energi yang terlibat dalam transisi optik),
kita memiliki
E 2 E r
Ev2
(1.6 10 19 ) 2
M c 2 50 1.66 10 27 9 1016
3.4 10 30 J 2.1 10 11 eV
Disisi lain, lebarintrinsikdarikeadaanatommemiliki masa hidup ~ 10-8 s
adalah
Dengan
1.05 10 34
1.05 10 26 J ~ 10 27 eV
10 8
demikian>>Edalam
Jadiresonansifluoresensiadalah
kasustransisiatom.
mungkindalamtransisidanbenar-benar
seringdiamati.
Dapat dicatat bahwa tingkat lebar intrinsik sebenarnya lebih besar dari yang
diperkirakan di atas, mengacu pada perluasan Doppler . selanjutnya diberikan oleh
Eo
c
2kT E v
M
c
Tadalahtemperaturabsolutdari
sumber.
2kT
M
Perluasan
Dopplerdisebabkan
44
E 2 E r
E v2
0.21eV
M c2
~ 10 5 eV
Dalam kasus inti << E, seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 6.19 b.
Dengan demikian, jika perluasanDoppler diabaikan, kekurangan E dalam energi
dari foton yang dipancarkan dari energi transisiEobegitu besar bahkan dengan
lebar intrinsik dari tingkat yang diperhitungkan, foton akan tidak dapat
menginduksi transisi di inti kedua. Jadi resonansi fluoresensi harus menjadi
kejadian langka untuk transisi nuklir. Hal ini dikonfirmasi secara eksperimen.
Namun, ada beberapa metode induksi fluoresensi resonansi yang dibahas di
bawah.
(a) tingkat perluasan Doppler membantu dalam menginduksi fluoresensi
resonansi. Estimasi perluasan Doppler karena gerakan termal dalam kasus
dianggap di atas untuk T = 300 K adalah DT ~ 0,1 eV yang dari urutan yang sama
besarnya sebagai E. Karena kedua sumber dan inti penyerap ikut serta dalam
gerak termal, efek dari perluasan Doppler estimasinya dua kali lipat. Jadi pentalan
energi yang hilang dapat dikompensasikan dengan memanaskan sumber, yang
meningkatkan perluasan Doppler.
Besaran lebar relatif dari temperatur bergantung lebar Doppler dan pentalanpergeseran untuk tingkat atom dan nuklir dibandingkan pada Gambar. 6.20.
(b) Metode lain dari kompensasi untuk kehilangan energi recoil adalah
untuk memindahkan sumber radiasi dengan kecepatan yang sangat tinggi, yang
dapat dilakukan dengan melakukan mounting sumber di ujung rotor berkecepatan
tinggi. Karenadengan gerakan
sumber, frekuensi
radiasi
mempengaruhi
45
E
Mc
193
25
25
Mg
46
Metode ini cukup akurat. Dalam kasus yang dikutip, kehidupan rata-rata 2,5 x 10 14
penyerapan untuk kasus atom hampir lengkap. Di sisi lain, seperti yang terlihat
pada Gambar. 6.20b untuk kasus nuklir, daerah overlapping antara kurva emisi
dan penyerapan umumnya kecil. Daerah overlapping dapat meningkat pesat
dengan memanaskan sumber, yang meningkatkan perluasan Doppler.
6.17 Efek Mssbauer
Pada tahun 1958, RL Mssbauer dari Jerman, membuat penemuan yang
sangat penting dalam bidang fisika sinar gamma, yang memenangkan hadiah
Nobel Fisika pada tahun 1961.
Mssbauer mengamati bahwa dalam keadaan tertentu, sinar bisa
dipancarkan dari inti tanpa kehilangan energi akibat recoil dari pemancaran inti.
Dengan demikian sinar memiliki energi yang sama sebagai energi transisi antara
dua keadaan. Jenis transisi ini dikenal sebagai transisi recoilless dan efeknya
dikenal sebagai efek Mssbauer.
Mssbauer melakukan eksperimen dengan menggunakan sinar keV 129
dari
191
191
keV dalam191Ir memiliki kehidupan rata-rata 1,3 10-10 s sehingga memiliki lebar
191
Ir (stabil) lebar
alami dari garis sinar 129 keV juga sama. Dalam transisi recoilless, sinar yang
dipancarkan sangat monokromatik dan karenanya dapat menginduksi transisi
resonansi di lain inti yang identik, asalkan proses penyerapan juga recoilless.
47
48
atau
c E
...............................................(6.18-1)
4 10 11 v 0.012 m / s
3
c 129 10
Hasil yang diperoleh oleh Mssbauer menunjukkan variasi intensitas berkas
sinar ditransmisikan absorber terhadap kecepatan relatif dari sumber dan
absorber, ditunjukkan pada Gambar. 6.23. Angka ini menunjukkan bahwa dengan
kecepatan beberapa cm/s, dimana pergeseran Doppler dalamtingkat 10 -5 eV atau
kurang, kondisi resonansi terganggu. Ini menegaskan bahwa transisi recoilless
menimbulkan garis sinar dari lebar intrinsik ~5 x 10 -6 eV harus telah diproduksi
dalam percobaan ini.
57
Fe
yang diproduksi dalam peluruhan pengambilan K dari 57Co ( =270D), yang tidak
memerlukan pendinginan. Diagram tingkat energi 57Fe ditunjukkan ada Gambar.
6.21b. Transisi dari tingkat 14,4 MeV di 57Fe ke keadaan dasar menghasilkan sinar
energi 14,4 MeV yang paling cocok untuk digunakan dalam percobaan jenis
49
57
yang merupakan konstanta karakteristik padatan, ditentukan oleh massa atom dan
konstanta elastis.
Jika padatan terdiri dari atom dengan inti tereksitasi, maka pancaran dari
kuantum oleh inti akan mengarah kelompatan kedua. Energi recoil secara umum
berbeda dalam hal emisi dari inti dalam atom bebas. Namun, perhitungan
menunjukkan bahwa rerata energi rekoil, bahkan dalam kasus ini sama dengan
2
2
energi rekoil inti bebas E r E / 2Mc di mana M adalah massa nuklir. Jika<
Er>< maka beberapa transisi kan menjadi recoilless (tidak ada eksitasi
osilator) sejak transfer energi minimum keosilator adalah agar dalam
beberapa kasus emisi foton tidak akan menyebabkan transfer energi ke inti
memancarkany ang dengan demikian akan gagal untuk mengeksitasi osilator.
Kita dapat menyatakan keadaan < Er>< dengan menulis
E r (1 f ) .................................................(6.18-2)
50
p2
2 M ..................(6.18-3)
pv2
2
2M 2 M 2 .................................. (6.I8-4)
Er
2
x2
p2 2
2 ................................(6.18-5)
Dimana <x2> memberikan posisi kuadrat rata-rata osilator. Di sini kita telah
menggunakan hubungan ketidak pastian x.p=/2. Untuk osilator
x 2 x 2 x 2 x 2 dan p 2 p 2 p 2 p 2
Er x 2
2 .........................................(6.18-6)
x2
)
2
...................................... (6.18-7)
51
6 E r 1 T
f exp
kTD 4 TD
y dy
0 exp y 1
........(6.18-8)
2T
3 Er
3 Er
f exp
1
2 m
2 kTD
.....................(6.18-9)
6.18 Penerapan dari Efek Mssbauer
Ketepatan pengukuran variasi energi dicapai dengan memanfaatkan efek
Mssbauer luar biasa tinggi. Seperti dinyatakan sebelumnya, akurasi /E adalah
orde 10-11 atau lebih baik. Hal ini memungkinkan pengukuran variasi yang sangat
kecil dalam transisi energi radiasi dalam inti karena medan magnet yang
dihasilkan oleh elektron atom atau karena medan listrik homogen (membelah
hyperfine), efek dari muatan dalam struktur elektronik ekstra nuklir dalam
memancarkan dan menyerap atom, dll
(a) Pemisahan Hyperfine tingkat energi nuklir
Pemisahanhyperfinetingkatenergi
magnetikdarimomen
magnetiknuklir
magnetdisebabkanelektronorbitalpadainti(lihatbabVIII).
atomberasaldariinteraksi
denganmedan
Momen
o q
r v
4r 3
52
o q l
2 tesla
4 m r 3
Karenatingkatatommemiliki
energi~1eV,
magnitudrelatifpemisahanhyperfinedaritingkat energiatomadalah
E
~ 10 7 hingga 10 8
E
Karenabesarnyasangat
kecil,
pemisahantersebut
hanya
dapatdipelajaridengan bantuanefekMssbauer.
Pemisahan Hypefine tingkat nuklir pertama kali diamati dalam kasus 14.4
keVgarissinar Fe. Dua tingkat 3/2- dan 1/2- yang terlibat dalam transisi ini (lihat
Gambar. 6.21 b) berpisah dalam medan magnet, seperti ditunjukkan pada Gambar.
6.24, karena kuantisasi ruang. Transisi antara tingkat ini diatur oleh aturan seleksi
m = 0 1.
53
penyerapanberbedadarifrekuensi
melaluifluoresensiresonansidengan
berbeda,
yaitudari
yang
sedikitberbeda
menggerakkansumberdengankecepatanyang
urutan1mm/satau
kurang(lihatGambar6.25).
Medan
intidari57Fedisebabkanelektronorbitaltelah
magnetpada
nuklirjuga
dihasilkanoleh
listrikhomogenstatisyang
intiuntukspin
nuklirI1.
dihasilkan
Hal
inidiamati
yaitu,
padaatomidentik
atomdilokasi
kisi
yangmungkinpada
memancardanmenyerap.
Jika
tingkatnukliradalah
samabaik
demikian,atom-atomyang
dalam
atom
memiliki
dua
54
Pergeseranenergi nuklirkarenaelektronorbitaltergantung
adalah
fungsi
elektronikgelombangdiinti.
Hal
ini
(0)
di mana(0)
jugatergantungpadajari-
2
jarinuklirdalam keadaan dasardandalam keadaan tereksitasi E R . Jadi, dengan
mengukurpergeserankimia
dalampemecahantingkatnuklir
olehpengaruhelektronorbitaldalam
intipenyerapdalam
kaitannya
hal
ini,
perlumenghitungnilai-nilai
ab (0)
dan
em (0)
119
Sn, Rex
55
E gr mgl
dimanag
adalah
percepatan
gravitasi.
c2
gl
Dengan
demikianenergifotonakan
E gr
h
E
c 2h
gl
Penurunaninimenyebabkancahayadaripanjang
gelombanglebih
kasussebaliknya,
jikacahaya
bergerakke
bawahmelawangaya
gravitasi, ia akanmengalamipergeseranbiru.
Dalam percobaan Pound dand Rebka, l = 22.6 m, yang mana memberikan,
E gr
E
gl 9.8 22.6
2.5 10 15
c2
(3 10 8 )
Ini adalah efek yang sangat kecil, yang membutuhkan kecepatan Doppler
relatif kurang dari 1 mikron per detik untuk mengganti pergeseran frekuensi.
Nilai-nilai seperti kecepatan yang dicapai dengan menggunakan unit hidrolik
dengan dua piston diameter yang berbeda, yang lebih kecil dipindahkan oleh
pengaturan jarum jam.
Dalam percobaan selanjutnya oleh Pound dan Snyder (1965) keakuratan
pengukuran ditingkatkan dengan menggunakan vibrator listrik piezo untuk
memodulasi kecepatan emitor dalam batas-batas yang diperlukan. Hasil dari
pengukuran ini dalam perjanjian dengan prediksi dari Relativitas Umum Teori.
Dapat disebutkanbahwametodeMssbauertelah digunakanolehHay, Schiffer,
CranshawdanEgelstaff(1960) untuk memberikanverifikasi eksperimental dilatasi
waktu, didasarkanolehTeoriRelativitas Khusus.
6.19 Percobaan korelasi sudut
Salah satu metode yang paling penting untuk menentukan spin bentuk nuklir
adalah melakukan pengukuran sudut korelasi antara sinar gamma yang
dipancarkan dalam kaskade.
56
Ii I f L Ii I f
(lihat persamaan 6.9-13). Jika transisi terjadi di bentukIi = 0 hingga bentuk If,
Maka sejak M= mi - mf(lihat persamaan6.10-14dand gambar6.12) kita harus
memilikiM = |mf|denganmi = 0. Dengan demikian keaddan akhir spinIf harus
sedemikian rupa sehingga proyeksi oada arah z hanya menjadi mf = 1.Jadi
57
orientasi arah If dalam ruang tidak tidak dapat lagi sepenuhny acak. Intensitas dari
sinar yang dipancarkan sebagai fungsi dari sudut emisi berhubungan dengan arah
orientasi pancaran spin inti. Jika kita menyatakan arah emisi dalam hal sudut (,
), maka intensitas radiasi yang dipancarkan sebanding vektor poynting S yang
mana memiliki besar
S LM
2
1
L( L 1) M ( M 1) YL M 1
2 L( L 1)
L( L 1) M ( M 1) YL M 1
2M 2 YLM
..............(6.20-1)
Ungkapan yang sama berlaku untuk listrik dan radiasi magnetik kutub multi
order L. Y LM adalah bola harmonic yang tergantung pada dan
Jika semua tingkat sub M berbeda sama-sama diisi, maka intensitas total
adalah isotropic. Namun, setelah transisi pertama, M berbeda nilai tidak semua
sama. Mari kita pertimbangkan transisi darih= 0 hinggaIf = 0 melalui keadaan
momentum sudut I = 1. Kedua transisi 0 hingga 1 dan 1 hingga 1 adalah transisi
dipol.Oleh karena itu, kita disini memiliki korelasi sudut dipole-dipole. Sehingga
kita memiliki L=1 untk masing-masing. Selanjutnya M= 1. Tiga bola harmonic
yang terlibat adalah
Y11 ( , )
Y11 ( , )
3
sin exp (i )
8
3
sin exp ( i )
8
Y10 ( , )
3
cos
4
W ( ) S11 S1, 1
1
4
3
2 Y 0 2 2 Y 1 2 2 Y 0 2 2 Y 1 2
1
1
1
1
......
(1 cos 2 )
(6.20-2)
58
Dalam kasusu umumIi I Ifdengan orde multipol Lidan Lf untuk dua sinar
berturut-turut, W() diberikan oleh
W ( ) A21 P21 (cos )
l
..................................................(6.20-3)
.......................................(6.20-4)
W (90 o )
W (90 o )
.....................(6.20-5)
Hal ini dapat dibandingkan dengan prediksi anisotropi secara teoritis yang
dihitung dengan menggunakan persamaan (6.20-1).
59
Yang perlu dicatat bahwa perhitungan di atas valid jika masa hidup bentuk
intermediet I sangat singkat. Ketentuan inimuncul dari faktabahwa spinbentukini
tidakharusreorientasiakibat tumbukan denganatom lainsebelumemisi radiasi.
Selanjutnyar, 1dan 2harus radiasi multipol murni. Jika hal ini tidak benar
dan masing-masing 1 dan 2 adalah campuran, maka perhitungan dapat
diperpanjang untuk mempertimbangkan seperti pencampuran dan evaluasi rasio
pencampuran adalah mungkin. Polarisasi detector sensitive memungkinkan
penentuan perubahan paritas dalam transisi.
Dalam analisis di atas kita harus mempertimbangkan korelasi sudut -.
Selain itu, dapat mengukurkorelasi sudut - atau-, dimana transisi
mengikutidengan seketika setelahtransisi atau . Hal yang mungkin untuk
menghitung distribusi sudut dalam kasus ini dengan mempertimbangkan
probabbilitas emisi dari sinar atau dalam transisi pertama dan sinar dalam
transisi kedua.
6.20 Pengukuranlebarradiasi
Karena transisi radiatif dari keadaan nuklir tereksitasi berlangsung pada saat
orde 10-13s, teknik khusus dibutuhkan untuk mengukur masa hidup dari keadaan
ini, lebar sinar dapat disimpulkan dengan menggunakan hubungan (6.10-1).
Beberapa metode dibahas di bawah ini.
(a)Perbandingan dengan masa hidup peluruhan : Kita telah melihat dalam
4.11 bahwa inti -aktif, memiliki paruhhidup sangat singkat, seperti RaC'atau
ThC' memancarkan partikel dengan range yang panjang. Masa hidup peluruhan
ThC'adalah 3x10-7s. Perbandingan intensitas dari range panjang partikel
dengan kelompok utama (biasanya 1:106) memberikan estimasi transisi radiasi
paruh hidup keadaan tereksitasi dari ThC' yang keluar menjadi sekitar 10 -13s untuk
keadaan 1,76 MeV.
(b)
Metodekoinsiden
tertunda:
Metode
inidapatdigunakanuntuk
60
19
dengan kecepatan ~ 106 m/s. Jika target bergerak cepat w.r.t. sudut perisai
melindungi detektor sampai datang di depan celah collimating menghadapi
detektor, jarak penerbangan sebelum peluruhan radiasi dapat ditentukan yang
memberikan masa hidup bentuk.
Masa hidup 6,06 MeV dan 6,13 MeV bentuk 16O telah ditemukan 7 x 10-11 s
dan 1,4 x 10-11 s masing-masing dengan metode ini.
(e) Metode pergeseran Dopler: metode ini digambarkan dalam gambar
6.28.Sinarproyektildariakseleratormenabraktarget
produkyangmengalami
untukmenghasilkan
transisiradiasi.
Jikastopperditempatkandekat
tertanamdi
dalamnya.
Dengan
demikian
dariintiprodukyangdiamsehingga
emisiberlangsung
energiaslitransisidapatdiukur
Gambar. 6.28. Metode pergeseran Dopplerdari pengukuranmasa hidup transisi radiatif yang
sangatsingkat
dariintiprodukketika
sedangterbangdan
karenanyaakanmengalamipergeseranDopplersejumlah
E=(Ev
manaEadalah
kecepatanintidanadalah
energitransisi,
sudutantaraarahemisidarisinar
nilaiEadalahbeberapakeVuntuk
Mengukurfraksidarikuantayang
vadalah
danarah
E~0,1
tidak
gerakaninti.
sampai
berpindahuntuk
cos
)/cdi
Karenav/c~10-2,
0,5MeV.
posisiyang
61
berbedadaristopper,
menjadi
hal
yang
mungkin
untukmenentukanmasa
hiduptransisi.
Metode inisecara khususcocok untukintiyang diproduksi dalam reaksi
induksiion
berat(lihat
11.16),
karenakecepatan
pentalan
lebih
Dalam
beberapa
kasus, metode
resonansi
fluoresensiyang
di
62
BAB III
PENUTUP
Bab inimenjelaskan tentangsinar gamma. Sinar gammayangdihasilkan
ketikaintitereksitasimembuattransisi
rendahdenganemisi
kekeadaanenergi
radiasielektromagnetik.
Sinargamma
yang
lebih
penetrasinyalebih
Kita
dapat
menggunakanhubungandi
bawah
ini
untukmenentukanenergisinar gamma.
E h
h c 12412.5
eV
o
( A)
Sinar yang diamati memiliki energi 8 10MeV atau bahkan lebih besar. Panjang
gelombang foton sinar ini memiliki orde seperseribu angstrom ata bahkan lebih
pendek.
Saat melewati materi, foton sinar secara penuh diserap atau dibelokkan
(tersebar) dari lintasannya, biasanya pada sudut besar. Untuk kedua alasan ini,
intensitas sinar terkolimasi dari sinar berkurang saat melewati materi. Jika I
adalah intensitas sinar gamma setelah melewati materi dan Io adalah intensitas
awal sinar gamma, kita dapat membuat hubungan di bawah ini:
I I o exp ( x)
Jikaketebalanyang
dibutuhkan
untukmengurangiintensitassetengah
ln 2 0.693
I
1
ln d1 / 2
d1 / 2
d1 / 2
Io
2
atau
Proses utama dimana sinar berinteraksi dengan materi adalah (i) efek
fotolistrik, (ii) hamburan Compton dan (iii) produksi pasangan elektron-positron.
Dalam dua proses pertama, foton bertumbukan dengan elektron atom,
sedangkan di proses ketiga, umumnya bertumbukan dengan inti. Pada energi
rendah, dua proses yang pertama adalah hal yang penting. Produksi pasangan
elektron-positron menjadi penting pada energi yang lebih tinggi (E> 3 MeV).
63
diukurdengan
menggunakanpersamaan / .
64
DAFTAR PUSTAKA
Ghoshal, S.N. 2002. Nuclear Physics. New Delhi: S. Chand & Company
LTD.