Anda di halaman 1dari 24

PESERTA DIDIK

Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:

1. Dian Astuti (E1S022102)

2. Sri Wahyuni (E1S022077)

3. Juliana (E1S022111)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

UNIVERSITAS MATARAM

2022
PEMBAHASAN

PENGERTIAN PESERTA DIDIK

Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu.Secara terminologi peserta
didik adalah anak didik atau individu yangmengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan
bimbingan danarahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural prosespendidikan.

Secara bahasa peserta didik adalah orang yang sedang berada pada fasepertumbuhan dan perkembangan baik
secara fisik maupun psikis, pertumbuhan danperkembangan merupakan ciri dari seseorang peserta didik yang
perlu bimbingandari seorang pendidik. Pertumbuhan yang menyangkut fisik, perkembanganmenyangkut psikis.

Hery Noer Aly (1999: 113) peserta didik ialah setiap manusia yang sepanjanghayatnya selalu berada dalam
perkembangan. Jadi, bukan hanya ank-anak yangsedang dalam pengasuhan dan pengasihan orangtuanya, bukan
pula anak-anakdalam usia sekolah.

Toto Suharto (2006: 123) peserta didik adalah makhluk Allah yang terdiri dariaspek jasmani dan rohani yang
belum tercaapi taraf kematangan, baik fisik, mental, intelektual, maupun psikologinya. Oleh karena itu, ia
senantiasa memerlukanbantuan, bimbingan dan arahan pendidik agar dapat mengembangkan potensinyasecara
optimal dan membimbingnya menuju kedewasaan.

Abdul Mujib (2006:103) mengatakan berpijak pada paradigma “belajarsepanjang masa”, maka istilah yang
lebih tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik bukan anak didik. Lebih lanjut
Abdul Mujibmengatakan peserta didik cakupannya sangat luas, tidak hanya melibatkan anak- anak tetapi
mencakup orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya mengkhususkan bagi individu yang berusia kanak-
kanak. Penyebutan peserta didikmengisyaratkan tidak hanya dalam pendidikan formal seperti sekolah, madrasah
dansebagainya tetapi penyebutan peserta didik dapat mencakup pendidikan non formalseperti pendidikan di
masyarakat, majlis taklim atau lembaga-lembagakemasyarakatan lainya.

Abu Ahmadi, peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan
orang lain untuk menjadi dewasa, guna

dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga Negara, sebagai
anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atauindividu

Muhammad Abduh peserta didik adalah semua orang, baik laki-laki ataupunperempuan. Laki-laki dan
perempuan memiliki kesamaan dalam hal pendidikan.

Abdullah Nashih Ulwan (Rahardjo, 1999:59) mengatakan peserta didik adalahobjek pendidikan. Ia
merupakan pihak yang harus di didik, dibina dan dilatih untukmempersiapkan menjadi manusia yang kokoh iman
dan Islamnya serta berakhlak

mulia.
Samsul Nizar menuliskan, Peserta didik merupakan orang yang belumdewasa dan memilki sejumlah potensi
(kemampuan) dasar yang masih perludikembangkan.

Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkandirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.

Kesimpulan :

Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang serta memerlukanbimbingan dan arahan yang berlangsung
seumur hidupnya (tidak hanya anak, tetapijuga orang dewasa) guna mampu mengembangkan dirinya.

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

Menurut Piuas Partanto, ahlan (1994) Karakteristik berasal dari kata karakter dengan arti tabiat/watak, pembawaan
atau kebiasaan yang dimiliki oleh individuyang relatif tetap. Menurut Moh. Uzer Usman (1989) Karakteristik
adalahmengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secarateratur
sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan. Menurut Sudirman (1990) Karakteristik
peserta didik adalah keseluruhanpola kelakuan dan kemampuan yang ada pada peserta didik sebagai hasil
daripembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalammeraih cita-citanya.

Karakteristik Peserta Didik berdasarkan aspek Fisik

Pertumbuhan fisik adalah perubahan–perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam
pertumbuhan remaja. Perubahan-perubahan ini meliputi:perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh,
munculnya ciri-ciri kelaminutama(primer) dan ciri kelamin kedua(skunder) Istilah pertumbuhan biasa
digunakanuntuk menyatakan perubahan-perubahan ukuran fisik yang secara kuantitatif yangsemakin lama
semakin besar atau tinggi. Pokok-pokok pertumbuhan dan perkembangan:

a. Pertumbuhan fisik, pada dasarnya merupakan perubahan fisik dari kecil atau pendek menjadi besar dan tinggi
yang prosesnya terjadi sejak sebelum lahir hinggadia dewasa pertumbuhan fisik ini sifatnya dapat di indra oleh
mata dan dapat di ukur oleh satuan tertentu.

b. Pertumbuhan fisik berpengaruh terhadaf:

1. Perkembangan Intelektual atau daya pikir Intelek atau daya pikir seseorangberkembang berjalan dengan
pertumbuhan saraf otaknya dalam tahap ini inidividu lebih menonjolkan pada sikap refleknya terhadap stimular
danrespon terhadap stimulan tersebut.

2. Perkembangan emosi. Berhubungan erat dengan keinginan untuk segeramemenuhi kebutuhan terutama
kebutuhan primer. Emosi ini merupakan perasaaan yang disertai oleh perubahan perilaku fisik sebagai contoh
bayiyang lapar akan menangis dan akan semakin keras tangisanya jika tidaksegera diberi makan.
3. Perkembangan Sosial Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, setiap individu tidak dapat berdiri
sendiri atau membutuhkan bantuan individu lain demi untuk dapat mempertahankan kehidupanya.

4. Perkembangan Bahasa Fungsi pokok bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau sarana pergaulan dengan
sesamanya. Bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai tanda, gerak, dan suara untuk mnyampaikan
isi pikiran dan perasaan kepada orang lain,

5. Bakat Khusus seseorang yang memiliki bakat akan mudah dapat diamatikarena kemampuan yang dimilikinya
berkembang dengan pesat, sepertikemampuan dibidang seni,olahraga, atau ketrampilan

6. Sikap, Nilai, dan Moral. Adapun masa anak-anak,perkembangan moral yangterjadi masih relative terbatas

Karakteristik peserta didik berdasarkan aspek intelektual

Binet dan Simon mendefinisikan intelligensi sebagai kemampuan untukmengarahkan fikiran atau tindakan,
kemampuan untuk mengubah arah tindakan bilatindakan tersebut dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengeritik
diri sendiri atau melakukan autocriticsm. Istilah kemampuan dan kecerdasan luar biasa sering dipadankan dengan
istilah "gifted" atau berbakat. Meskipun hingga saat ini belum ada satu definisi tunggal yang mencakup seluruh
pengertian anak berbakat. Sebutan lain bagi anak gifted ini misalnya genius, bright, dan talented. Satu ciri yang
palingumum diterima sebagai ciri anak berbakat ialah memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari anak normal,
sebagaimana di ukur oleh alat ukur kecerdasan (IQ) yang sudah baku. Pada mulanya memang tingkat kecerdasan
(IQ) dipandang sebagai satu-satunya ukuran anak berbakat. Pandangan ini disebut pandangan berdimensitunggal
tentang anak berbakat. Intelligensi adalah kemampuan dalam memberika respon yang baik dari pandangan
kebenaran atau fakta. Intelligensi terdiri atasberbagai kemampuan spesifik yang ditampakkan dalam wujud
perilaku intelligen. Thorndike mengklasifikasikan intelligensi dalam bentuk kemampuan abstraksi yaitu suatu
kemampuan untuk menggunakan gagasan dan simbolsimbol, kemampuanmekanik yaitu suatu kemampuan untuk
melakukan pekerjaan dengan alat-alat mekanis dan pekerjaan dengan aktivitas indra gerak (sensorymotor), dan
kemampuan sosial yaitu kemampuan menghadapi orang lain disekitar diri dengancara yang efektif.

Karakteristik peserta didik berdasarkan aspek intelektual

Binet dan Simon mendefinisikan intelligensi sebagai kemampuan untukmengarahkan fikiran atau tindakan,
kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengeritik
diri sendiri atau melakukan autocriticsm. Istilah kemampuan dan kecerdasan luar biasa sering dipadankan dengan
istilah "gifted" atau berbakat. Meskipun hingga saat ini belum ada satu definisi tunggal yang mencakup seluruh
pengertian anak berbakat. Sebutan lain bagi anak gifted ini misalnya genius, bright, dan talented. Satu ciri yang
paling umum diterima sebagai ciri anak berbakat ialah memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari anak normal,
sebagaimana di ukur oleh alat ukur kecerdasan (IQ) yang sudah baku. Pada mulanya memang tingkat kecerdasan
(IQ) dipandang sebagai satu-satunya ukuran anak berbakat. Pandangan ini disebut pandangan berdimensi tunggal
tentang anak berbakat. Intelligensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan
kebenaran atau fakta. Intelligensi terdiri atas berbagai kemampuan spesifik yang ditampakkan dalam wujud
perilaku intelligen. Thorndike mengklasifikasikan intelligensi dalam bentuk kemampuan abstraksi yaitu suatu
kemampuan untuk menggunakan gagasan dan simbolsimbol, kemampuan mekanik yaitu suatu kemampuan untuk
melakukan pekerjaan dengan alat-alat mekanis dan pekerjaan dengan aktivitas indra gerak (sensorymotor), dan
kemampuan sosial yaitu kemampuan menghadapi orang lain disekitar diri dengan cara yang efek

Karakteristik peserta didik berdasarkan aspek Sosio-Emosional

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini
menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Goleman (2000 : 411)
emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi
merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luardan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira
mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong
seseorang berperilaku menangis. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia,
karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku
intensional manusia. Goleman (2000 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yaitu :

a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati

b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa

c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,waspada,

d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bang

e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa

f. Terkejut : terkesiap, terkej

g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka

h. malu : malu hati, kesal

Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk
bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku
terhadap stimulus yang ada. Goleman, (2000 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani
dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat
keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih
bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.

Faktor Kecerdasan Emosional

Goleman menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasartentang kecerdasan emosional
yang dicetuskannya menjadi lima kemampuan utama, yaitu;

a. Mengenali Emosi Diri, Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan
sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahlipsikologi
menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.
b. Mengelola Emosi, mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat
terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu.

c. Memotivasi Diri Sendiri, Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti
memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai
perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.

d. Mengenali Emosi Orang Lain, Kemampuan untuk mengenali emosi orang laindisebut juga empati. Menurut
Goleman (2000 :57) kemampuan seseoranguntuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan
empati seseorang.

e. Membina Hubungan, Kemampuan dalam membina hubungan merupakansuatu keterampilan yang menunjang
popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2000:59). Keterampilan dalam
berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk
mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan sertakemauan orang lain.

Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Aspek Moral

Istilah moral berasal dari kata Latin mos‖ (moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai
atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralita merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan,
nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti seruan untuk berbuat baik kepadaorang lain,
memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan, danmemelihara hak orang lain, serta larangan
mencuri, berzina, membunuh, meminum minuman keras dan berjudi. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila
tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompoksosialnya.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral

Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya Anakmemperoleh nilai-nilai
moral dari lingkungannya, terutama dari orangtuanya. Dia belajar untuk mengenal nlai-nilai dan berprilaku sesuai
dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan nilai moral anak, peranan orangtua sangatlah penting,
terutama pada waktu anak masih kecil. Beberapa sikap orangtua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
perkembangan moral anak, diantaranya sebagai

berikut :

a. Konsisten dalam mendidik anak

Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang ataumembolehkan tingkah
laku tertentu kepada anak. Suatu tingkah laku anak yangdilarang oleh orangtua pada suatu waktu, harus juga
dilarang apabila dilakukan pada waktu lain.

b. Sikap orangtua dalam keluarga

Secara tidak langsung, sikap orangtua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atausebaliknya, dapat
mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui prosespeniruan (imitasi). Sikap orangtua yang keras
(otoriter) cenderung melahirkan sikapdisiplin semu pada anak, sedangkan sikap yang acuh tak acuh atau sikap
masabodoh, cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggungjawab dan kurangmempedulikan norma pada
diri anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orangtuaadalah sikap kasih saying, keterbukaan, musyawarah
(dialogis).Interaksi dalamkeluarga turut mempengaruhi perkembangan moral anak

Sikap konsisten orangtua dalam menerapkan norma

Orangtua yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur, maka mereka harus
menjauhkan dirinya dari prilaku berbohong atau tidak jujur. Dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai
pencerminan nilai-nilai hidupterterntu, Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan moral peserta didik,
diantaranya yaitu

1. Faktor tingkat harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak.


2. Faktor seberapa banyak model (orang-orang dewasa yang simpatik, teman-teman, orang-orang yang
terkenal dan hal-hal lain) yang diidentifikasi oleh anak sebagai gambaran-gambaran ideal.
3. Faktor lingkungan memegang peranan penting. Diantara segala unsur lingkungan sosial yang berpengaruh,
yang tampaknya sangat penting adalah unsur lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau
dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu.
4. Faktor selanjutnya yang memengaruhi perkembangan moral adalah tingkat penalaran. Perkembangan
moral yang sifatnya penalaran menurut Kohlberg, dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana
dikemukakan oleh Piaget. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menrut tahap-tahap
perkembanganPiaget, makin tinggi pula tingkat moral seseorang.
5. Faktor Interaksi sosial dalam memberi kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan menerapkan standart
perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain.

FUNGSI PESERTA DIDIK


1. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, yaitu agar mereka dapat
mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak hambatan. Potensi-potensi bawaan tersebut
meliputi: kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya.

2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik adalah agar peserta didik dapat
mengadakan sosialisasi dengan teman sebayanya, dengan lingkungan sosial sekolahnya, dan lingkungan sosial
masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.

3. Fungsi yang bertujuan untuk menyampaikan aspirasi dan harapan peserta didik, agar para peserta didik dapat
mengalirkan hobinya, kesenangan, dan minatnya. Hobi, kesenangan, dan minat peserta didik yang disalurkan
karena juga dapat mendukung perkembangan diri peserta didik secara keseluruhan.

4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik adalah agar peserta didik
sejahtera dalam hidupnya
Fungsi murid dalam interaksi belajar mengajar adalah sebagai subyek dan obyek. Sebagai subyek karena
murid menentukan hasil belajaar dan sebagai obyek, karena muridlah yang menerima pelajaran dari guru.

Dengan dasar pandangan tersebut, maka tugas murid dapat dilihat dari berebagai aspek, sejalan dengan aspek
tugas guru, yaitu aspek yang berhubungan dengan belajar, aspek yang berhubungan dengaan bimbingan, dan aspek
yang berhubungan dengan administrasi. Selain tiu murid pun bertugas pula menjaga hubungan baik dengan guru
maupun dengan sesama temannya dan untuk senantiasa meningkatkan kefektifan belajra bagi kepentingan dirinya
sendiri.

1. Aspek Yang Berhubungan dengan Belajar

Hal-hal yang harus diperhatikan murid agar belajar menjadi efektif dan produktif diantaranya:

a. Murid harus menyadari sepenuhnya akan arah tujuan belajarnya, sebagai ia senantiasa siap siaga untuk
menerima dan mencernakan bahan.

b. Murid harus memiliki motive yang murni (instrinsik/niat). Niat yang benar adalah “karena Allah”, bukan karena
sesuatu yang entrinsik, sebagai terdapat keikhlasan dalam belajar.

c. Harus belajar dengan “kepala penuh” artinya murid memiliki pengetahuan dan pengalaman-pengalaman belajar
sebelumnya (appersepsi) sehingga memudahkan dirinya untuk menerima sesuatu yang baru.

d. Harus senantiasa memusatkan perhatian (konsentrasi pikiran) terhadap apa yang sedang dipelajari dan berusaha
menjauhkan hal-hal yang mengganggu konsentrasi sehingga terbina suasana ketertiban dan keamanan belajar
bersama atau sendiri dan lain-lain.

2. Asapek yang berhubungan dengan bimbingan

Dan untuk itu menjadi tugas muridlah untuk berpartisipasi secara aktif, sehingga bimbingan itu dapat
dilaksanakan secara efektif. Keikut sertaan dibuktikan diantaranya dengan:

a. Murid harus menyediakan dan merelakan diri dibimbing, sehingga ia memahami akan potensi dan
kemampuan dirinya dalam belajar dan bersikap.

b. Menaruh kepercayaan kepada pembimbing dan menjawab setiap pertanyaan dengan sebenarnya dan
sejujurnya.

c. Secara jujur dan ikhlas mau menyampaikan dan menjelaskan berbagai masalah yang diderita atau
dialaminya, dalam rangka mencari pemecahan atau memilih jalan keluar untuk mengatasinya.

3. Aspek yang berhubungan dengan administrasi

Tugas murid sehubungan dengan aspek administrasi, meliputi:

a. Tugas dan kewajiban terhadap sekolah, yaitu:


1. Mentaati tatatertib sekolah
2. Membayar SPP dan segala sesuatu yang dibebankan sekolah kepadanya.
3. Turut membina suasana sekolah yang aman, tertib dan tentram
4. Menjaga nama baik sekolah dimanapun ia berada.

b. Tugas dan kewajiban terhadap kelas, yaitu:

1. Senantiasa menjaga kebersihan kelas dan lingkungannya.


2. Memelihara keamanan dan ketertiban kelas sehingga suasana belajar menjadi aman, tentram dan
nyaman.
3. Melakukan kerja sama yang baik dengan teman sekelasnya
4. Memlihara dan mengembangkan semangat dan solidaritas, kesatuan dan kebangsaan dan suasana
keagamaan dalam kelas.

c. Tugas dan kewajiban terhadap kelompok

1. Membentuk kelompok belajar bersama untuk memperoleh berbagai pemahaman dan pengalaman
dalam mempelajari bahan pelajaran melalui penelaah dan diskusi kelompok.
2. Mengembangkan pola sikap keagamaan dan mempergunakan waktu senggang untuk belajar bersama,
bersilaturrahmi dengan keluarga dari anggota kelompoknya dan saling membantu sehingga terwujud
ukhuwah islamiyah diantara mereka.
3. berusaha untukmenemukan hal-hal atau pengalaman baru yang mengarah kepada dorongan untuk
melakukan penelitian yang mungkin dilakukan oleh kelompoknya.
4. Memelihara semangat dan solidaritas kelompok, saling mempercayai dan saling menghargai akan
kemampuan masing-masing anggota kelompok, sehingga belajar menjadi lebih terarah dan bermakna
bagi diri msing-masing.
5. Adab dalam bergaul

a. Adab terhadap guru

Guru adalah orang yang telah memberikan ilmu atau pelajaran kepad murid, maka adalah menjadi tugas murid
untuk memulyakan guru dengan cara antara lain:

1. Ucapkanlah salam terlebih dahulu bila berjumpa dengan guru.


2. Senantiasa patuh dan horamat kepada kepada segala perintah guru, sepanjang tidak melanggar ajaran
agama dan undang-undang Negara.
3. Tunjukkan perhatian guru ketika guru memberikan penjelasan.
4. Bersikap merendahkan diri, sopan dan hormat dalam bergaul atau berhadapan dengan guru
5. Jangan berjalan di muka atau berjalan mendahului guru, kecuali dengan izinnya.

b. Adab terhadap sesame murid

Untuk itu hendaknya menjadi tugas murid, agar:


1. Senantiasa menjaga “jarak” baik dalam arti yang sesungguhnya maupun dalam arti kiasan, sehingga
hubungan hanya berlangsung sesuai dengan kepentingan dan seperlunya.
2. Berpakaian secara pantas, sopan dan memadai sehingga tidak mempunyai batas pandangan mata dapat
menimbulkan berbagai gairah yang menyesatkan.
3. Pelihara diri dari ucapan dan tingkah laku yang saling memikat agar terhindar dari pikiran dan
perbuatan maksiat.
4. Saling ingat mengingatkan diantara mereka kepada kehormatan dirinya, kepada tanggung jawab yang
terikul di atas pundaknya serta keselamatan dunia dan akhirat, sehingga mereka terhindar dari
keterlanjuran yang mungkin menjadi.
5. Secara bersama-sama senantiasa berusaha membina pergaulan sesuai dengan norma-norma agama
dalam berbagai kaidah belajar diluar maupun di dalam kelas atau sekolah.[8]

5. Meningkatkan efektifitas belajar.

Syarat-syarat belajar yang memadai adalah sebagai berikut:

a. Kesadaran atas tanggung jawab belajar

b. Cara Belajar yang efisien

c. Syarat-syarat yang diperlukan:

Syarat-syarat yang diperlukan meliputi unsur-unsur:

1. Kesehatan jasmani.

2. Kesehatan mental atau rohani.

3. Tempat belajar yang menyenangkan

4. lingkungan yang tenang

5. Tersedia cukup bahan dan alat bantu yang diperlukan.

6. Peranan dan tugas murid dalam pembelajaran masteri:

a. Murid perlu belajar dan bukan bertanding dengan rekan yang lain
b. Murid mempunyai sifat berdikari
c. Murid mengetahui hasil belajar yang perlu dikuasai
d. Murid memberi tahu pada guru jika masih belum menguasai pembelajaran.
e. Murid haruslah bermotifasi terarah dan tekun dalam menghadapi pembelajaran
PERAN PESERTA DIDIK
Dalam dunia pendidikan peserta didik berperan sebagai organisme yang rumit yang mempunyai
kemampuan luar biasa untuk tumbuh. Peranan peserta didik adalah belajar bukan untuk mengatur pelajaran.
Peserta didik dituntut aktif belajar dalam rangka mengkontruksi pengetahuannya, dan karena itu peserta didik
sendirilah yang harus bertanggung jawab atas hasil belajarnya. (Wahyudin, 2002).

Implikasi dari konsep perkembangan individu terhadap pendidikan antara lain:

1. Sebab perkembangan individu semenjak lahir tidak mengalir ibarat aliran air melainkan
berlangsung secara bertahap, yang mana setiap tahap perkembangan mempunyai sifatnya sendiri,
memunculkan masalah atau krisis-krisis tertentu yang berbeda dari tahapan sebelumnya, setiap
tahap mengandung tugas-tugas perkembangan tertentu yang harus diselesaikannya, yang mana jika
tugas-tugas perkembangan pada tahapannya tidak diselesaikan dengan baik maka akan berakibat
negatif terhadap perkembangan selanjutnya maka individu memerlukan pendidikan untuk dapat
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sesuai tahap perkembangannya, dan sebab itu pula
individu akan dapat didik.
2. Dalam konteks ini maka pendidikan merupakan upaya membantu peserta didik untuk dapat
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya
3. 3.Tahap perkembangan peserta didik mengandung tugas-tugas perkembangan yang harus
diselesaikannya, serta mengimplikasikan kemampuan dan kesiapan belajarnya. Karena itu,
keberhasilan pendidik dalam melaksanakan peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya
tentang perkembangan peserta didik serta emampuan mengaplikasikannya dalam praktik
pendidikan.

4. Karena keberhasilan peserta didik menyelesaika tugas-tugas perkembangan pada tahapannya akan
mempengaruhi keberhasilan penyelesaian tugas-tugas perkembangan pada tahap perkembangan selanjutnya maka
pendidikan yang dilaksanakan menyimpang dari tahapan dan tugas-tugas perkembangan individu peserta didik.

ODEK ETIK PESERTA DIDIK


Dalam Kode Etik [Standar Prilaku] Siswa adalah sebagai berikut :

1. Kode Etik [Standar Prilaku] adalah pedoman tertulis sebagai norma dan azas yang diterima sebagai
landasan ukuran tingkah laku bagi siswa dalam berinteraksi dengan aktivitas akademik dalam lingkup
kegiatan pembelajaran, ekstrakurikuler dan aktivitas lainnya serta interaksi dengan masyarakat pada
umumnya.
2. Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat dipakai sebagai panduan, tatanan dan pengendalian
yang sesuai.
3. Sekolah adalah sebagai Badan Hukum Milik Negara yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat.
4. Fakultas adalah unsur pelaksana akademik yang mengoordinasikan dan/atau melaksanakan pendidikan
akademik dan/ atau professional, dan/atau vokasi dalam satu atau seperangkat cabang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan/atau kesenian tertentu.
5. Guru adalah tenaga pendidik pada Sekolah yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar.
6. Siswa adalah peserta didik yang terdaftar secara sah pada salah satu program akademik, profesi dan vokasi
Sekolah, termasuk di dalamnya siswa tugas belajar,siswa cangkokan, siswa pendengar dan siswa asing.
7. Ujian adalah bentuk penilaian hasil belajar yang dapat diselenggarakan melalui ujian tengah semester,
ujian akhir semester, ujian akhir program studi, dan ujian skripsi.
8. Sivitas Akademika adalah satuan yang terdiri dari guru dan siswa di Sekolah.
9. Perbelajaran adalah proses yang terjadi dalam perencanaan dan penyajian materi belajar mengajar di
Perguruan Tinggi serta evaluasi atas proses-proses itu berserta produk dan unsur yang terlibat.
10. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah seperangkat kegiatan aktivitas di luar kurikulum guna meningkatkan
kemampuan siswa di bidang akademik dan profesionalitas yang dilandasi dengan akhlak yang mulia.
11. Etika Siswa adalah nilai-nilai, azas-azas akhlak yang harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari oleh
siswa.

PESERTA DIDIK SEBAGAI KOMPONEN PENDIDIKAN


Komponen-komponen PendidikanDalam aktifitas pendidikan terdapat enam komponen pendidikan yang dapat
membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi namun komponen integrasinya terutama terletak pada
pendidik dengan segala kemampuan dan keterbatasannya. Komponen-komponen pendidikan

tersebut meliputi :

1. Tujuan,

2. Pendidik,

3. Siswa,

4. Isi/materi,

5. Alat pendidikan, dan

6. Ituasi lingkungan.

1. Komponen Tujuan
Tujuan pendidikan berfungsi sebagai arah yang ingin dituju dalam akifitas pendidikan. Dengan adanya
tujuan yang jelas, maka komponen-komponen pendidikan yang lain serta aktivitasnya senantiasa berpedoman
kepada tujuan, sehingga efektifitas proses pendidikannya selalu diukur apakah dapat mencapai tujuan atau tidak.

Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam pendidikan. Sebab tanpa perumusan yang jelas tentang
tujuan pendidikan, perbuatan menjadi acak-acakan, tanpa arah, bahkan bisa sesat atau salah langkah. Oleh karena
itu perumusan tujuan dengan jelas dan tegas, menjadi inti dari seluruh pemikiran pedagogis dan perenungan
filosofis.Dalam perspektif Islam, sebagaimana yang dikemukakan oleh Yusuf Amir Faisal, tujuan pendidikan
Islam pada hakekatnya sama dengan tujuan diturunkannya agama Islam yaitu untuk membentuk manusia yang
bertakwa (muttaqin). Adapun manusia yang bertakwa itu adalah yang:

A. Dapat melaksanakan ibadah mahdah dan ghairu mahdah.

B. Membentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada masyarakat, bangsanya, dalam rangka
bertanggung jawab kepada Allah.

C. Membentuk dan mengembangkan tenaga profesional yang siap dan terampil untuk memasuki
teknostruktur masyarakatnya.

D. Mengembangkan tenaga ahli dibidang ilmu agama Islam.Urain tentang tujuan di atas menunjukkan
bahwa tanpa adanya tujuan yang jelas maka hasil yang didapat tentu tidak akan baik.

2. Komponen Pendidik

Pendidik adalah individu yang akan memenuhi kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkahlaku peserta
didik. Terdapat dua kategori pendidik yaitu pendidik menurut kodrat (orang tua) dan pendidik menurut jabatan
(guru).Abudin Nata menjelaskan bahwa “dari komponen-komponen pendidikan, guru merupakan komponen
pendidikan terpenting, terutama dalam menghadapi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan
mutu pendidikan.”Sedangkan tugas guru (pendidik) yang utama, menurut Imam al Ghazali adalah
“menyempurnakan, membersihkan dan menyucikan serta membawa hati manusia untuk mendekatkan diri pada
Allah Swt.”

Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab dari tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan
negara. Tanggung jawab dari orang tua diterima guru atas dasar kepercayaan, bahwa guru mampu memberikan
pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perkembangan siswa.Dalam lembaga pendidikan formal seorang
pendidik dikatakan baik jika memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.Menurut Mustaqim
dalam Psikologi pendidikan, ada tiga bagian utama kompetensi yang harus dikuasai seorang guru untuk dapat
mengajar dengan baik, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan materi ajar, dan kompetensi cara
mengajar.Penguasaan materi pelajaran diperlukan agar peserta didik dibimbing untuk mampu menguasai
penyampaian informasi dalam bentuk ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan baik. Kompetensi cara mengajar
sangat dibutuhkan agar guru terampil dalam perencanaan pembelajaran, merancang strategi pembelajaran yang
tepat, mampu melaksanakan dengan baik, dan mengevaluasinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
28Sementara itu, menurut peraturan Pemerintah No 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3
menyatakan bahwa guru wajib memiliki empat kompetensi, yaitu 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi
profesional, 3) kompetensi kepribadian, 4) kompetensi sosial. Kometensi kepribadian penting dikuasai seorang
guru karena dengan kompetensi kepribadian inilah memungkinkan guru meramu berbagai potensi yang
dimilikinya sehingga pembelajaran menjadi efektif.

3. Komponen Siswa

Siswa/ peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang
ada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan
merupakan ciri dari seseorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik.Syamsul Nizar
mendeskripsikan enam kriteria peserta didik:

A. Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri.

B. Peserta didik memiliki periodisasi perkembangan dan pertumbuhan.

C. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor
bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.

D. Peserta didik merupakan unsur utama jasmani dan rohani.

E. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan berkembang secara
dinamis.Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian, maka proses pengembangan perencanaan dan desain
pembelajaran, siswa harus dijadikan pusat dari segala kegiatan.Dalam proses pendidikan peserta didik di
samping sebagai objek juga sebagai subjek. Oleh karena itu agar seorang pendidik berhasil dalam proses
pendidikan, maka ia harus memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya.

4. Komponen Materi/Isi Pendidikan (Kurikulum) Salah satu konsep yang harus dikuasai oleh guru untuk
menunjang kompetensi adalah kurikulum. Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir
yang artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada
zaman Romawi Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari
garis startsampai garis finish.
Membicarakan masalah kurikulum pendidikan yang dikaitkan dengan madrasah diniyah sebenarnya
merupakan sesuatu hal yang tabu dikalangan ini terutama madrasah diniyah yang berada dikawasan pondok
pesantren salaf/tradisional.Kata kurikulum tidak begitu populer, kalaupun yang dimaksud dengan kurikulum
adalah kegiatan baik yang berorientasi pada pengembangan intelektual, keterampilan, maupun kegiatan-kegiatan
lain. Terlepas dari hal tersebut madrasah diniyah yang berada di pesantren salaf menyebutnya dengan materi
pelajaran. Dalam dunia pendidikan kurikulum bisa diartikan secara sempit maupun secara luas. Secara sempit
kurikulum diartikan hanya sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di
madrasah atau perguruan tinggi.
Kurikulum secara sempit menurut Supiana adalah sejumlah materi/isi pelajaran. Materi/isi pendidikan
adalah segala sesuatu pesan yang disampaikan oleh pendidik kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.Secara lebih luas Nurdin dan Basyirudin mengartikan kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran
saja, tetapi lebih luas daripada itu:kurikulum diartikan merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan madrasah
dalam rangka memengaruhi peserta didik dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, termasuk di dalamnya
kegiatan pembelajaran, mengatur strategi dalam pembelajaran, cara mengevaluasi program pengembangan
pembelajaran dan sebagainya.Crow and Crow mendefinisikan bahwa “kurikulum adalah rancangan pengajaran
atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk
memperoleh ijazah.Sedangkan M. Arifin memandang “kurikulum sebagai seluruh bahan pelajaran yang harus
disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan.Konsep kurikulum dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 pasal 1 ayat 11: menyatakan kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.Definisi di atas menjadi pedoman bagi konsep kurikulum setiap jenis
dan jenjang lembaga pendidikan di Indonesia. Dengan demikian kurikulum merupakan rencana dan pengaturan
kegiatan pembelajaran yang terwujud dokumen tertulis dan sekaligus sebagai pedoman penyelenggaraan kegiata
pembelajaran. Dalam usaha pendidikan yang diselenggarakan di keluarga, di sekolah dan di masyarakat, terdapat
syarat utama dalam pemilihan bahan/materi pendidikan yaitu: 1) materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan, 2)
materi harus sesuai dengan kebutuhan siswa.Materi pelajaran dapat dibedakan menjadi: pengetahuan, ketrampilan
dan sikap. Pengetahuan menunjuk pada informasi yang disimpan dalam pikiran siswa, dengan demikian
pengetahuan berhubungan dengan berbagai informasi yang harus dihafal dan dikuasai oleh siswa. Keterampilan
menunjuk pada tindakan-tindakan yang dilakukan seseorang dengan cara yang kompeten untuk mencapai tujuan
tertentu. Sikap menunjuk pada kecenderungan seseorang untuk bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang
diyakini kebenaranya oleh siswa.

5.) Komponen Alat Pendidikan

Alat pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan yang berfungsi sebagai
perantara pada saat menyampaikan materi pendidikan, oleh pendidik kepada siswa dalam mencapai tujuan
pendidikan.Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif. Agar interaksi dapat berlangsung
secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan, maka disamping dibutuhkan pemilihan bahan materi pendidikan
yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.Dalam prakteknya ada dua macam alat pendidikan. Pertama alat pendidikan dalam
arti metode, kedua alat pendidikan dalam arti perangkat keras yang digunakan seperti media pembelajaran dan
sarana pembelajaran.Media pembelajaran memiliki peranan yang penting sebagai salah satu komponen
pembelajaran. Tanpa media pembelajaran, proses pembelajaran sebagai proses komunikasi tidak dapat
berlangsung secara maksimal. Menurut Omar Hamalik dalam bukunya Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem, “media dalam proses belajar mengajar memiliki dua peranan penting: 1) media sebagai alat
bantu mengajar, 2) media sebagai sumber belajar yang digunakan sendiri oleh peserta didik secara
mandiri.”Dengan adanya uraian komponen-komponen pendidikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
memerhatikan komponen-komponen dalam pendidikan adalah sangat penting dilakukan karena adanya hubungan
antara satu dengan yang lain dan membentuk suatu sistem, sebagai suatu sistem tentunya setiap komponen
memberikan sumbangan bagi keberhasilan pengajaran sesuai dengan fungsi masing-masing.

6.) Komponen Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah suatu ruang dan waktu yang mendukung kegiatan pendidikan. Proses
pendidikan berada dalam suatu lingkungan, baik lingkungan keluaga, lingkungan sekolah atau lingkungan
masyarakat. Lingkungan ada dua macam, lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yakni suasana
dan keadaan berlangsungnya pendidikan. Lingkungan sosial yakni iklim dan suasana kependidikan.

Siswa dengan berbagai potensinya akan berkembang maksimal jika berada dalam sebuah lingkungan
yang kondusif. Iklim yang kondusif bagi pencapaian tujuan pendidikan adalah merupakan kurikulum tersembunyi
bagi pencapaian tujuan pendidikan. Iklim lingkungan kelas yang kondusif merupakan faktor pendorong yang dapat
memberikan daya tarik bagi proses pembelajaran. Iklim belajar yang menyenangkan akan membangkitkan
semangat dan menumbuhkan aktivitas serta kreativitas peserta didik. Lingkungan kelas yang kondusif, nyaman,
menyenangkan, bersih, dan rapi berperan penting dalam menunjang efektifitas pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

http://cahkopen.blogspot.com/2009/06/pengertian-dan-fungsi-peserta-didik.html?m=1

https://educhannel.id/blog/artikel/peran-peserta-didik-pendidik-dan-satuan-pendidikan-dalam-
pelaksanaan-projek-penguatan-profil-pelajar-pancasila.html#:~:text=Peserta%20didik%20berperan
%20sebagai%20subjek,satuan%20pendidikan%20berperan%20sebagai%20pendukung

https://www.silabus.web.id/pengertian-peserta-didik/
TABEL PENDALAMAN MASALAH KOMPONEN-KOMPONEN

PENDIDIKAN DI INDONESIA

NO TOPIK INDIKATOR SUB INDIKATOR SOLUSI DARI HASIL REFRENSI


MASALAH KAJIAN
1 Peserta 1. Pembelajaran 1. Sebagian besar Kesulitan belajar siswa Dra.Sucihatini
Didik peserta didik biasanya dilihat dari prestasi ngsih
kesulitan dalam belajar atau nilai DWP,M.Si
pembelajaranya akademiknya. Sugihartono Heny
Apa faktor-faktor (2007) menyebutkan bahwa Sulistyowati
penyebab peserta didik prestasi belajar siswa yang Abdurrahman,
sulit dalam pelajaranya mengalami kesulitan belajar, Mulyono.1999
dan cara mengatasinya prestasi belajarnya lebih . Pendidikan
seperti apa? rendah bila dibandingkan Bagi Anak
dengan prestasi belajar Berkesulitan
teman-temanya, atau prestasi Belajar.
belajar mereka lebih rendah Jakarta Rineka
apabila dibandingkan dengan Cipta.
prestasi belajar sebelumnya. Abin
Kesulitan siswa dalam Syamsuddin.
belajar disebabkan oleh 2003.
berbagai faktor. Psikologi
Aunurrahman (2011) Pendidikan.
menyebutkan penyebab Bandung: PT
kesulitan belajar dipengaruhi Remaja
oleh Rosada Karya
dua faktor yaitu: Prayitno dan
1) Faktor Internal Erman Anti.
yang berasal dari dalam 1995. Dasar-
diri siswa, diantaranya Dasar
karakteristik siswa, sikap Bimbingan dan
terhadap Konseling.
belajar, konsentrasi Jakarta:
belajar, kemampuan Depdikbud
mengolah bahan belajar, Prayitno.
kemampuan 2003.
menggali hasil belajar, Panduan
rasa percaya diri, serta Bimbingan
kebiasaan belajar dan Konseling.
 Kesehatan Jakarta:
 Psikologis Depdikbud
 Merasa jenuh Direktorat
 Intelektualisasi Pendidikan
atau Kecerdasan Dasar dan
 Minat belajar Menengah.
 Sikap atau
Perilaku
 Kesiapan Belajar
siswa
2) faktor Eksternal
adalah faktor yang
berasal dari luar siswa
meliputi faktor guru,
lingkungan sosial,
kurikulum sekolah, dan
sarana prasarana.
 Faktor keluarga
 Faktor sekolah
 Faktor masa
media dan
lingkungan
social
 Faktor-faktor
dari lingkungan
masyarakat
 Keadaan
ekonomi
keluarga
Cara Mengatasi:
Mengatasi malas belajar
siswa agar bersemangat dan
tidak malas untuk belajar,
adalah hal yang harus
dilakukan oleh orangtua di
rumah maupun guru di
sekolah. Terkadang siswa
malas untuk belajar karena
minat dan motivasi yang
kurang dari orangtua maupun
guru. Orangtua maupun guru
harus mendukung dan
memotivasi siswa agar
bersemangat dan tidak malas
untuk belajar
1).Menanamkan pengertian
yang benar tentang belajar
pada siswa sejak dini,
menumbuhkan inisiatif
belajar mandiri pada siswa,
menanamkan kesadaran serta
tanggung jawab sebagai
pelajar pada siswa
merupakan hal lain yang
bermanfaat jangka panjang.

2) .Berikan contoh belajar


pada peserta didik.

3).Berikan intensif jika siswa


belajar. Intensif yang dapat
diberikan ke siswa tidak
selalu berupa materi, tapi
bisa juga berupa
penghargaan dan perhatian.

4).Orang tua sering


mengajukan pertanyaan
tentang hal-hal yang
diajarkan di sekolah pada
anak. Sehingga orangtua tahu
perkembangan anak di
sekolah.

5).Mengajarkan kepada
siswa pelajaran-pelajaran
dengan metode tertentu yang
sesuai dengan kemampuan
siswa.

6).Komunikasi. Orangtua
harus membuka diri,
berkomunikasi dengan anak
untuk mendapat informasi
tentang perkembangan anak
tersebut.

7).Menciptakan disiplin.
Jadikan belajar sebagai
rutinitas yang pasti.

8).Pilih waktu belajar yang


tepat dan anak merasa
bersemangat untuk belajar
agar anak mampu memahami
apa yang sedang dipelajari.

9).Menciptakan suasana
belajar yang baik dan
nyaman, orangtua
memberikan perhatian
dengan cara mengarahkan
dan mendampingi anak saat
belajar.

10).Menghibur dan
memberikan solusi yang baik
dan bijaksana pada anak,
apabila anak sedang sedih
atau sedang sakit, sedang
tidak ada motivasi untuk
belajar, orangtua harus
membangun motivasi anak
agar bersemangat dalam
belajar.

11).Gunakan imajinasi
peserta didik. Orangtua
membantu peserta didik
membayangkan apa yang dia
inginkan untuk masa depan,
baik dalam waktu panjang
atau pendek.

12).Mengarahkan peserta
didik untuk berteman dan
hidup dalam lingkungan
yang baik dan mendukung.

13).Tidak memfokuskan
bahwa belajar hanya dari
buku saja. Tetapi dari
lingkungan sekitar juga dapat
digunakan untuk belajar.

14).Mengidentifikasi siswa
yang diperkirakan
mengalami kesulitan dalam
belajar.

15).Membangun motivasi
atau minat belajar siswa,
sehingga siswa bersemangat
dalam belajar.

16).Menyiapkan ruang kelas


yang nyaman, kondusif,
sehingga siswa dapat belajar
dengan nyaman.

17).Guru dalam mengajar


harus melibatkan anak secara
aktif melalui kegiatan
diskusi, tugas kelompok agar
anak tidak bosan di dalam
kelas. Karena metode guru
yang mengajar dengan
berceramah saja akan
membuat siswa merasa bosan
dan tidak memperhatikan.
18).Guru harus mempunyai
model pembelajaran yang
bervariasi dalam setiap
pertemuan agar tidak
monoton, sehingga siswa
semangat dengan metode
pembelajaran yang baru.

19).Melakukan pendekatan
terhadap siswa.

2. 2.Aktif 2. Dalam diri 1) Faktor Interna Yogyakarta,09


peserta didik Peserta didik yang November
kurangnya Mempengaruhi 2015
keaktifan dalam Keaktifan Belajar Dr.Ishartiwi,M
pembelajaran Berdasarkan hasil .Pd Ketua
Apa saja faktor penyebab penelitian penguji 18-12-
peserta didik kurang aktif menunjukkan bahwa 2015
dalam pembelajaran? faktor internal yang Aini
memengaruhi Mahabbati,M
keaktifan belajar A. Sekertaris
peserta didikyaitu penguji 21-12-
faktor fisiologis dan 2015
faktor psikologis. Fathur
Rahman,M.Si
 Faktor Pengujian
Fisiologi utama 10-12-
meliputi keadaan fisik (panca 2015
indera) dan keadaan
jasmani. Faktor fisiologis
sangat mendukung keaktifan
peserta didikdalam belajar,
karena dengan memiliki
panca indra yang sempurna
dan keadaan jasmani yang
sehat peserta didikdapat
mudah menerima
pembelajaran serta dapat
aktif di dalam kelas. Selain
itu, keadaanfungsi fisiologis
terutama fungsi panca indra
merupakan salah satu faktor
utama belajar, dimana jika
panca indra berdungsi baik
merupajan syarat belajar
dapat berlangsung dengan
baikSelain faktor fisiologi
 faktor
psikologis
juga sangat mendukung
keaktifan belajar. Faktor
psikologis yang muncul
dalam observasi ini meliputi
perhatian, tanggapan, dan
ingatan.Peserta didikterlihat
percaya diri untuk menjawab
pertanyaan dari guru, peserta
didikyang berani menanggapi
jawaban dari peserta
didiklain, peserta didikberani
menyempurnakan jawaban
dari peserta didiklain, dan
peserta didikberani bertanya
materi yang belum
dipahami. Oleh karena itu,
tanggapan memainkan
peranan penting dalam
belajar atau perkembangan
anak didik karena itu
tanggapan harus
dikembangkan dan dikontrol
sebaik-baiknya
 Faktor
internal
merupakan faktor yang
sangat memiliki pengaruh
besar pada keaktifan peserta
didikdalam pembelajaran.
Faktor ini dapat sangat
mendukung, namun kadang
kala dapat sangat
menghambat proses
pembelajaran serta
keaktifan peserta didikdalam
belajar di kelas. salah satu
contoh faktor internal yang
dapat menghambat keaktifan
belajar adalah adanya peserta
didikyang suka
mengganggu temannya di
dalam pembelajaran baik
dengan mengajar bermain
atau mengobrol bersama. Hal
itu dapat terjadi karena
banyak hal seperti pelajaran
yang kurang menarik,
pelajaran yang dilakukan
setelah beraktifitas yang
melelahkan seperti
olahraga, serta adanya cacat
tubuh yang dimiliki oleh
peserta didik. Pelaksanaan
penelitian ini
ditemukansalah satu kasus
bahwa pelajaran tidak
berlangsung dengan baik
karena peserta didiktidak
konsentrasi dalam
pembelajaran. beberapa
peserta didikbermain sendiri,
menguap/mengantuk, merasa
kepanasan dalam
pembelajaran. hal ini
mungkin disebabkan karena
pelajaran dilakukan setelah
kegiatan olahraga
berlangsung dan peserta
didikbelum merasa cukup
waktu untuk
beristirahat/makan dan
minum. Hal inikarena faktor
jasmani yang
mempengaruhi kegiatan
belajar Oleh sebab itu,
sebisa mungkin, sebelum
proses pembelajaran dimulai,
kondisi tubuh harus dalam
keadaan siap, tidak terlalu
lelah, tidak mengantuk, dan
sebagainya

Anda mungkin juga menyukai