Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan upaya mewujudkan UUD 1945, yaitu memajukan


kesejahtraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan
ketertiban dunia. Sesuai dengan UUD 45 pasal 27 pendidikan merupakan hak setiap
warga negara Indonesia dimana pelaksanaannya diselenggarakan melalui Sistem
Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa masyarakat sebagai mitra pemerintah
berkesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan
pendidikan nasional.

Dalam pelaksanaannya pendidikan merupakan usaha untuk mendapatkan


pengetahuan baik itu secara formal melalui sekolah maupun secara informal dari
pendidikan di dalam rumah tangga. Anehnya di jaman yang modern ini tidak sedikit
orang yang tidak mengerti hakikat, tujuan, fungsi, dan prinsip-prinsip yang sebenarnya
tentang pendidikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mencoba untuk
memaparkan tentang hakikat pendidikan, perkembangan kognitif serta perkembangan
moral pada anak usia Sekolah Dasar.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Apa hakikat, tujuan, dan fungsi pendidikan ?

2. Sebutkan tahap-ahap perkembangan kognitif anak ?

3. Bagaimana peran IQ dan EQ dalam keberhasilan belajar siswa ?

4. Bagimana perkembangan moral dan sosial pada anak usia Sekolah Dasar

1
C. Tujuan Pembuatan makalah

Tujuan pembuatan makalah ini adalah :

1. Dapat menyebutkan hakikat, tujuan serta fungsi pendidikan

2. Dapat menyebutkan tahapan perkembangan anak

3. Dapat menjelaskan terwujudnya bakat anak

4. Dapat menjelaskan peran IQ dan EQ dalam keberhasilan belajar

5. Dapat menjelaskan perkembangan moral dan sosial pada anak usia Sekolah Dasar

D. Manfaat Pembuatan makalah

Manfaat pembuatan makalah ini adalah :

1. Dapat mengetahui hakikat pendidikan

2. Dapat mengetahui peran kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional anak SD

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan

Pengertian pendidikan menurut Prof. Herman H. Horn Pendidikan adalah proses


abadi dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisk dan
mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam
sekitar, intelektual, emosional dan kemauan dari manusia.

Pengertian pendidikan menurut M.J. Langeveld Standar dari pendidikan adalah


setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan
lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.

Pengertian pendidikan menurut Prof. Dr. John Dewey Konsep dari pendidikan
adalah suatu proses pengalaman. Karena kehidupan adalah pertumbuhan, pendidikan
berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan
ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan di dalam
perkembangan seseorang.

Pengertian pendidikan menurut Prof. H. Mahmud Yunus Inovasi pendidikan adalah


usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan
tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat
mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi. Agar si anak hidup bahagia,
serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.

Pengertian pendidikan menurut Wikipedia Fungsi Pendidikan adalah untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) Sistem


Pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai
pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan
spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu
mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.

Dari definisi yang di kemukakan beberapa tokoh diatas maka kita dapat mengambil
kesimpulan yang sama namun dalam kata yang berbeda-beda tergantung persepsi dan
perspektif anda melihat pendidikan itu sendiri. Yang jelas bahwa dasar pendidikan
merupakan usaha untuk mencari ilmu pengetahuan yang dilakukan secara sadar.

3
B. Perkembangan kognitif

Menurut Jean Piaget dan Vigotsky the National of young Children mendefinisikan
pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang melayani anak usia lahir hingga 8
tahun untuk kegiatan setengah hari maupunpenuh baik di rumah ataupun institusi luar.
Asosiasi para pendidik yang berpusat di Amerika tersebut mendefinisikan rentang usia
berdasarkan perkembangan hasilpenelitian dibidang psikologi perkembangan anak yang
mengidentifikasikan bahwa terdapat pola umum yang dapat di prediksi menyangkut
perkembangan yang terjadi selama 8 tahun pertama kehidupan anak

C. Moral

Zainuddin Sifullah nainggolan moral ialah suatu tendensi rohani untuk melakukan
seperangkat standar dan norma yang mengatur perilaku seseorang dan masyarakat

Sonny Keraf, moral menjadi tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk
menentukanbaik buruknya tindakan manusia sebagai manusia, mungkin sebagai orang
dengan jabatan tertentu atau profesi tertentu.

Russel Swanburg, moral adalah pernyataan pikiran yang berhubungan dengan


semangat atau keantusiasan seseorang dalam bekerja.

4
BAB III

PEMBAHASAN

A. Hakikat, Tujuan, dan Fungsi Pendidikan

Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah


usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan


tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan


mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk
berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek
kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemrintah
ini, maka usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat
Universitas.

Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi disini pendidikan
hanya menekankan pada intelektual saja, dengan bukti bahwa adanya UN sebagai tolak
ukur keberhasilan pendidikan tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi
pekerti anak.

Fungsi Pendidikan adalah untuk mewujudkan suasana belajar dan proses


pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

5
B. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif

Tahap-tahap perkembangan kognitif adalah sebagai berikut :

1. Sensori motor (lahir-2 tahun)

2. Praoperasional (2-7 tahun)

3. Operasional konkret (7-11 tahun)

4. Formal operasional (> 11 tahun)

C. Peran IQ dan EQ dalam Keberhasilan Belajar Siswa

Tak dapat dipungkiri bahwa IQ mempunyai peran yang besar dalam menentukan
keberhasilan seseorang, namun IQ bukanlah satu-satunya penentu dalam keberhasilan
seseorang. Oleh karena keberhasilan manusia bukan hanya karena faktor inteligensia
saja, tetapi juga faktor emosi turut bermain dalam menentukan keberhasilan seseorang.

Penelitian dari National Center (dalam Goleman, 1995) untuk program balita di
Amerika menunjukkan bahwa keberhasilan di sekolah bukan diramalkan hanya oleh
kemampuan dirinya dalam membaca, menulis dan matematika, melainkan oleh ukuran
emosi dan sosial, yaitu yakin pada diri sendiri, tahu pola perilaku apa yang diharapkan
orang dan bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk berbuat nakal, maupun
mengganggu, mengikuti petunjuk, dan mengenali minatnya sendiri. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa kesiapan anak untuk masuk sekolah bergantung pada beberapa
hal yang paling dasar dari semua pengetahuan, yaitu bagaimana caranya belajar.

Pada dasarnya emosi adalah dorongan untuk bertindak yang mempengaruhi reaksi
seketika untuk mengatasi masalah. Sehingga emosi yang cerdas akan mempengaruhi
tindakan anak dalam mengatasi masalah, mengendalikan diri, semangat, tekun serta
mampu memotivasi diri sendiri yang terwujud dalam hal-hal berikut ini, yaitu:

a. Motivasi belajar yang berasal dari dalam diri, di mana dengan pengendalian diri yang
baik, anak yang mampu mengatur sendiri kegiatannya, akan mengenal kecepatan
belajarnya serta lebih mengerti tujuan dan manfaat belajar: Anak tidak perlu terlalu
diatur dan disuruh belajar karena is sendiri sudah menetapkan jadwal belajarnya dan
bisa menciptakan kesenangan dalam belajar.

b. Pandai. Umumnya anak yang secara emosi cerdas, juga mampu mengoptimalkan
prestasinya karena didorong oleh motivasi belajar yang besar. Kepandaian seorang anak
tidak hanya didukung oleh kecerdasan kognitif yang tinggi saja. Tidak akan berarti jika
anak yang pandai tetapi di sekolah ia tidak berprestasi baik karena malas belajar, tidak
bisa berkonsentrasi sehingga potensinya yang baik tidak terwujud secara memadai.

c. Memiliki minat. Anak yang cerdas secara emosional, sejak dini sudah mengerti
keinginannya dan lebih terarah dalam melakukan tugastugasnya. Minatnya lebih
menetap dan upayanya lebih berkaitan dengan kegiatan yang sesuai dengan minatnya.

6
d. Konsentrasi. Dengan kemampuannya untuk mengendalikan diri secara sehat, anak
yang cerdas secara emosional akan lebih bisa memusatkan konsentrasinya dan tidak
mudah teralih oleh situasi sesaat. Kemampuan untuk memusatkan konsentrasi tidak
hanya pada pelajaran sekolah, tetapi juga pada semua kegiatan yang tengah ditekuninya.
Dengan demikian, dalam belajar dan melakukan kegiatan, anak akan mampu
menunjukkan efisiensi dan efektivitas kerja. Waktu tidak banyak terbuang dan hasil
belajar atau kerja yang diperoleh akan cukup banyak.

e. Mampu membaur diri di lingkungan. Anak dengan emosi yang sehat akan lebih
terampil dalam menyesuaikan diri di lingkungannya. Sikapnya menyenangkan hati orang
lain dan lebih dapat diterima lingkungannya. Mereka cenderung lebih ramah dan tidak
menuruti kehendak hatinya dalam menyelesaikan suatu masalah.

Anak yang kecerdasan kognitifnya biasa, tetapi memiliki kecerdasan emosi yang
tinggi tidak jarang mampu berprestasi setara dengan anak-anak yang kecerdasan
kognitifnya tinggi. Kemampuan mereka untuk membina kerja sama clan menunjukkan
empati clan toleransi terhadap orang lain menjadikan mereka memiliki banyak kawan
serta bisa memperoleh informasi pelajaran yang cukup luas. Ditambah lagi dengan
konsentrasinya yang tinggi, mereka cukup mampu meraih prestasi optimal. Anak dengan
kecerdasan kognitif yang tinggi clan kecerdasan emosi yang tinggi biasanya menjadi anak
yang disukai oleh lingkungannya clan mampu mewujudkan diri dengan optimal. Di
samping pandai, anak ini pandai bergaul clan biasanya menjadi pemimpin dalam
kelompoknya.

Anak mampu memecahkan masalah dan menjadi tumpuan harapan untuk


memperoleh masukan dari lingkungannya.

Anak yang cerdas secara emosional akan lebih bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan tugas-tugasnya.

D. Perkembangan Moral dan Sosial pada Anak Usia Sekolah Dasar

Perilaku moral berarti perilaku yang menyesuaikan dengan kode moral dari
kelompok sosialnya. Dikendalikan oleh konsep moral berupa aturan-aturan bertingkah
laku / berperilaku dalam masyarakat. Perilaku immoral adalah perilaku yang gagal
menyesuaikan pada harapan social. Perilaku unmoral adalah perilaku yang tidak
menghiraukan harapan dari kelompok sosialnya. Perilaku ini cenderung terlihat pada
anak-anak. Dalam perkembangan moralnya kelak akan belajar mana yang benar dan
mana yang salah, kemudian begitu anak menjadi besar, ia juga harus tahu alas an kenapa
sesuatu dianggap benar sementara yang lain tidak. Yang penting anak perlu dilibatkan
dalam aktifitas kelompok agar menemukan kebenaran dan membedakan kesalahan.

E. Cara Mempelajari Moral

7
Menurut Piaget antara usia 5 tahun dan 12 tahun konsep anak mengenai keadilan
sudah tumbuh. Pengertian yang kaku tentang benar dan salah yang dipelajari dari orang
tua menjadi berubah dan anak mulai mempertimbangkan keadaan khusus di sekitar
pelanggaran moral. Sedangkan Kohlberg menamakan tingkat kedua dari perkembangan
moral pada anak usia sekolahsebagai tingkat moralitas konvensional. Dalam tingkat ini
disebut juga sebagai moralitas anak baik, anak mengikuti peraturan untuk mengambil
hati orang lain dan untuk memperhatikan hubungan yang baik. Menurut Hurlock dalam
perkembangan moral ada 4 elemen, yaitu:

1. Peran hukum, Kebiasaan/Tata Krama dan Aturan dalam Perkembangan Moral.


Elemen pertama yang penting dalam belajar individu yang bermoral adalah
belajar apa yang diharapkan kelompok. Dalam pada ini suatu perbuatan dianggap
benar jika telah mampu memberikan kesejahteraan kelompoknya. Pada masa
kanak-kanak tidak terlalu dituntut tunduk pada hokum dan kebiasaan pada anak
yang lebih besar. Setelah memasuki usia sekolah mulai diajarkan hukum yang
berlaku di lingkungannya, misalnya sopan santun pada orang yang lebih tua,
membantu orang cacat.
2. Peran Kata Hati dalam Perkembangan Moral. Kata hati merupakan control
internal terhadap tingkah laku seseorang. Tidak ada anak yang lahir dengan kata
hati tertentu dan setiap anak tidak hanya belajar mengenai apa yang benar dan
apa yang salah, tetapi anak harus menggunakan kata hatinya sebagai control
terhadap tingkah lakunya.
3. Peran Rasa Bersalah dan Malu dalam Perkembangan Moral. Setelah anak
mengembangkan kata hati, maka kata hati akan dipergunakan sebagai pedoman
bagi tingkah laku mereka. Jika kata hatinya tidak sesuai dengan yang diharapkan
maka kata hatinya akan merasa bersalah, malu, atau keduanya.
4. Peran Interaksi Sosial dalam Perkembangan Moral. Interaksi social memegang
peran penting dalam perkembangan moral anak karena dapat memberikan
dasar-dasar dari tingkah laku yang diterima masyarakat,memeberikan motivasi
melalui apa yang diterima dan tidak diterima dalam kelompok. Interaksi pertama
yang dialami anak adalah kehidupan keluarganya.
Dalam proses sosialisai, anak menunjukkan perilaku sesuai aturan – aturan sosial
yang ditentukan. Anak pun mulai membutuhkan teman dekat, yaitu teman sebagai
orang yang dapat membantu jika dibutuhkan. Umumnya teman dekat ini adalah
kelompok sebayanya. Kelompok sebaya dapat sebagai model dalam berperilaku, di mana
anak cenderung meniru perilaku kelompoknya. Jika mempunyai teman berperilaku
sesuai tuntutan masarakat, anak pun akan mengikutinya. Berbagai karakteristik dari
kelompok sebaya menunjukkan bahwa kelompok sebaya memiliki keunikan tersendiri
yang mungkin tidak dijumpai di kelompok yang lain. Hal ini pula yang membuat anak
sebagai anggota kelompok dapat mempelajari pola – pola perilaku anggota
kelompoknya. Meskipun kelompok sebaya merupakan hal yang diutamakan dalam
perkembangan seorang anak, namun peran guru maupun orang tua tetap diperlukan
dalam menanamkan norma yang sesuai dengan tuntutan lingkungan agar apa yang
dituntut oleh kelompok seimbang dengan apa yang dituntut oleh lingkungan.

8
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Fungsi Pendidikan adalah untuk mewujudkan suasana belajar dan proses


pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

2. Tahap-tahap perkembangan kognitif adalah sebagai berikut :

a. Sensori motor (lahir-2 tahun)

b. Praoperasional (2-7 tahun)

c. Operasional konkret (7-11 tahun)

d. Formal operasional (> 11 tahun)

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka disarankan agar mahasiswa/guru:

1. Mewujudkan pembelajaran yang efektik dengan mengembangkan potensi peserta


didik

2. Menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan kognitif anak

Anda mungkin juga menyukai