PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
4. Bagimana perkembangan moral dan sosial pada anak usia Sekolah Dasar
1
C. Tujuan Pembuatan makalah
5. Dapat menjelaskan perkembangan moral dan sosial pada anak usia Sekolah Dasar
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan
Pengertian pendidikan menurut Prof. Dr. John Dewey Konsep dari pendidikan
adalah suatu proses pengalaman. Karena kehidupan adalah pertumbuhan, pendidikan
berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan
ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan di dalam
perkembangan seseorang.
Dari definisi yang di kemukakan beberapa tokoh diatas maka kita dapat mengambil
kesimpulan yang sama namun dalam kata yang berbeda-beda tergantung persepsi dan
perspektif anda melihat pendidikan itu sendiri. Yang jelas bahwa dasar pendidikan
merupakan usaha untuk mencari ilmu pengetahuan yang dilakukan secara sadar.
3
B. Perkembangan kognitif
Menurut Jean Piaget dan Vigotsky the National of young Children mendefinisikan
pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang melayani anak usia lahir hingga 8
tahun untuk kegiatan setengah hari maupunpenuh baik di rumah ataupun institusi luar.
Asosiasi para pendidik yang berpusat di Amerika tersebut mendefinisikan rentang usia
berdasarkan perkembangan hasilpenelitian dibidang psikologi perkembangan anak yang
mengidentifikasikan bahwa terdapat pola umum yang dapat di prediksi menyangkut
perkembangan yang terjadi selama 8 tahun pertama kehidupan anak
C. Moral
Zainuddin Sifullah nainggolan moral ialah suatu tendensi rohani untuk melakukan
seperangkat standar dan norma yang mengatur perilaku seseorang dan masyarakat
Sonny Keraf, moral menjadi tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk
menentukanbaik buruknya tindakan manusia sebagai manusia, mungkin sebagai orang
dengan jabatan tertentu atau profesi tertentu.
4
BAB III
PEMBAHASAN
Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk
berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek
kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemrintah
ini, maka usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat
Universitas.
Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi disini pendidikan
hanya menekankan pada intelektual saja, dengan bukti bahwa adanya UN sebagai tolak
ukur keberhasilan pendidikan tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi
pekerti anak.
5
B. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif
Tak dapat dipungkiri bahwa IQ mempunyai peran yang besar dalam menentukan
keberhasilan seseorang, namun IQ bukanlah satu-satunya penentu dalam keberhasilan
seseorang. Oleh karena keberhasilan manusia bukan hanya karena faktor inteligensia
saja, tetapi juga faktor emosi turut bermain dalam menentukan keberhasilan seseorang.
Penelitian dari National Center (dalam Goleman, 1995) untuk program balita di
Amerika menunjukkan bahwa keberhasilan di sekolah bukan diramalkan hanya oleh
kemampuan dirinya dalam membaca, menulis dan matematika, melainkan oleh ukuran
emosi dan sosial, yaitu yakin pada diri sendiri, tahu pola perilaku apa yang diharapkan
orang dan bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk berbuat nakal, maupun
mengganggu, mengikuti petunjuk, dan mengenali minatnya sendiri. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa kesiapan anak untuk masuk sekolah bergantung pada beberapa
hal yang paling dasar dari semua pengetahuan, yaitu bagaimana caranya belajar.
Pada dasarnya emosi adalah dorongan untuk bertindak yang mempengaruhi reaksi
seketika untuk mengatasi masalah. Sehingga emosi yang cerdas akan mempengaruhi
tindakan anak dalam mengatasi masalah, mengendalikan diri, semangat, tekun serta
mampu memotivasi diri sendiri yang terwujud dalam hal-hal berikut ini, yaitu:
a. Motivasi belajar yang berasal dari dalam diri, di mana dengan pengendalian diri yang
baik, anak yang mampu mengatur sendiri kegiatannya, akan mengenal kecepatan
belajarnya serta lebih mengerti tujuan dan manfaat belajar: Anak tidak perlu terlalu
diatur dan disuruh belajar karena is sendiri sudah menetapkan jadwal belajarnya dan
bisa menciptakan kesenangan dalam belajar.
b. Pandai. Umumnya anak yang secara emosi cerdas, juga mampu mengoptimalkan
prestasinya karena didorong oleh motivasi belajar yang besar. Kepandaian seorang anak
tidak hanya didukung oleh kecerdasan kognitif yang tinggi saja. Tidak akan berarti jika
anak yang pandai tetapi di sekolah ia tidak berprestasi baik karena malas belajar, tidak
bisa berkonsentrasi sehingga potensinya yang baik tidak terwujud secara memadai.
c. Memiliki minat. Anak yang cerdas secara emosional, sejak dini sudah mengerti
keinginannya dan lebih terarah dalam melakukan tugastugasnya. Minatnya lebih
menetap dan upayanya lebih berkaitan dengan kegiatan yang sesuai dengan minatnya.
6
d. Konsentrasi. Dengan kemampuannya untuk mengendalikan diri secara sehat, anak
yang cerdas secara emosional akan lebih bisa memusatkan konsentrasinya dan tidak
mudah teralih oleh situasi sesaat. Kemampuan untuk memusatkan konsentrasi tidak
hanya pada pelajaran sekolah, tetapi juga pada semua kegiatan yang tengah ditekuninya.
Dengan demikian, dalam belajar dan melakukan kegiatan, anak akan mampu
menunjukkan efisiensi dan efektivitas kerja. Waktu tidak banyak terbuang dan hasil
belajar atau kerja yang diperoleh akan cukup banyak.
e. Mampu membaur diri di lingkungan. Anak dengan emosi yang sehat akan lebih
terampil dalam menyesuaikan diri di lingkungannya. Sikapnya menyenangkan hati orang
lain dan lebih dapat diterima lingkungannya. Mereka cenderung lebih ramah dan tidak
menuruti kehendak hatinya dalam menyelesaikan suatu masalah.
Anak yang kecerdasan kognitifnya biasa, tetapi memiliki kecerdasan emosi yang
tinggi tidak jarang mampu berprestasi setara dengan anak-anak yang kecerdasan
kognitifnya tinggi. Kemampuan mereka untuk membina kerja sama clan menunjukkan
empati clan toleransi terhadap orang lain menjadikan mereka memiliki banyak kawan
serta bisa memperoleh informasi pelajaran yang cukup luas. Ditambah lagi dengan
konsentrasinya yang tinggi, mereka cukup mampu meraih prestasi optimal. Anak dengan
kecerdasan kognitif yang tinggi clan kecerdasan emosi yang tinggi biasanya menjadi anak
yang disukai oleh lingkungannya clan mampu mewujudkan diri dengan optimal. Di
samping pandai, anak ini pandai bergaul clan biasanya menjadi pemimpin dalam
kelompoknya.
Anak yang cerdas secara emosional akan lebih bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan tugas-tugasnya.
Perilaku moral berarti perilaku yang menyesuaikan dengan kode moral dari
kelompok sosialnya. Dikendalikan oleh konsep moral berupa aturan-aturan bertingkah
laku / berperilaku dalam masyarakat. Perilaku immoral adalah perilaku yang gagal
menyesuaikan pada harapan social. Perilaku unmoral adalah perilaku yang tidak
menghiraukan harapan dari kelompok sosialnya. Perilaku ini cenderung terlihat pada
anak-anak. Dalam perkembangan moralnya kelak akan belajar mana yang benar dan
mana yang salah, kemudian begitu anak menjadi besar, ia juga harus tahu alas an kenapa
sesuatu dianggap benar sementara yang lain tidak. Yang penting anak perlu dilibatkan
dalam aktifitas kelompok agar menemukan kebenaran dan membedakan kesalahan.
7
Menurut Piaget antara usia 5 tahun dan 12 tahun konsep anak mengenai keadilan
sudah tumbuh. Pengertian yang kaku tentang benar dan salah yang dipelajari dari orang
tua menjadi berubah dan anak mulai mempertimbangkan keadaan khusus di sekitar
pelanggaran moral. Sedangkan Kohlberg menamakan tingkat kedua dari perkembangan
moral pada anak usia sekolahsebagai tingkat moralitas konvensional. Dalam tingkat ini
disebut juga sebagai moralitas anak baik, anak mengikuti peraturan untuk mengambil
hati orang lain dan untuk memperhatikan hubungan yang baik. Menurut Hurlock dalam
perkembangan moral ada 4 elemen, yaitu:
8
BAB IV
A. Simpulan
B. Saran