Anda di halaman 1dari 14

HADITS TENTANG PRODUKSI

MAKALAH

Di susun guna memenuhi tugas mata kuliah: Tafsir ayat dan hadits ekonomi

Dosen pengampu : Bpk. Dede Rodin M.Ag.

Di susun oleh :

Hayyi’ lana (1605036068)

Moh Kharis Sa’dani (1605036069)

Dwi Kurnia Sari P S (1605036070)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN S-1 PERBANKAN SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Semua sumber daya yang ada di bumi dan di langit yang
disediakan oleh Allah SWT itu semua tidak lain untuk kebutuhan manusia,
supaya manusia dapat menikmati itu semua dan memiliki kehidupan yang
layak. Oleh karena itu manusia dituntut untuk berkreasi dalam mengolah
sumber daya tersebut. Salah satunya dengan kegiatan produksi.
Kegiatan produksi sendiri juga merupakan mata rantai dari
konsumsi dan distribusi. Kegiatan dari produksi ialah mengahasilkan
sebuah barang ataupun jasa dan selanjutnya didistribusikan kepada para
konsumen. Produksi sangat penting dalam kegiatan ekonomi, karena tanpa
adanya produksi maka kegiatan ekonomi akan terhenti..
Produksi juga berarti diciptakannya manfaat, seperti juga konsumsi
yaitu pemusnah produksi. Produksi tidak berarti menciptakan secara fisik
sesuatu yang tidak ada, karena tidak sesorang dapat menciptakan benda.
Tujuan dari adanya produksi yaitu menciptakannya kesejahtraan ekonomi.
Dalam Islam sendiri produksi memiliki beberapa batasan sehingga
menciptakan kesejahteraan yang haqiqi.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian produksi menurut Islam ?
2. Apa faktor-faktor produksi
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian produksi menurut Islam.
2. Mengetahui Faktor-faktor produksi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian produksi menurut Islam


Produksi merupakan sebuah proses yang lahir seiring dengan
keberadaan manusia di muka bumi. Karena produksi termasuk prinsip bagi
kelangsungan hidup manusia serta peradaban manusia dan bumi.1 dimana
dalam bahasa Arab, arti produksi adalah Al-intaj yang berasal dari akar
kata nataja, yang memiliki arti mewujudkan sesuatu, atau pelayanan jasa
yang jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan unsur-unsur
produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas.2
Sedangkan secara terminologi produksi adalah menciptakan dan
menambahkan kegunaan (nilai guna) suatu barang, dimana kegunaan suatu
barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru.3 produksi dalam
perspektif islam tidak hanya berorientasi dalam memperoleh keuntungan
yang sebanyak-banyaknya, dimana dalam islam, tujuan utama produksi
adalah untuk tercapainya kemaslahatan individu dan masyarakat secara
berimbang.4
Dimana bagi islam memproduksi sesuatu bukanlah untuk konsumsi
sendiri atau di jual di pasar saja, tetapi lebih jauh menekankan bahwa
setiap kegiatan produksi harus pula mewujudkan pada fungsi sosial.5
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan produksi
yaitu menciptakan nilai guna suatu barang ataupun jasa dengan tujuan
untuk mewujudkan kepuasan pada kebutuhan untuk kemaslahatan
manusiawi yang mana tidak hanya untuk individu personal namun juga
untuk kemaslahatan masyarakat.

1
Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang:CV. Karya Abadi Jaya, 2015, hal.106.
2
Idri, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hal.61.
3
Ibid.,
4
Ibid.,hlm.63
5
Ibid.,

3
Sistem ekonomi islam menyediakan beberapa landasan teoritis
seperti keadilan ekonomi, jaminan social, dan pemanfaatan sumber daya
ekonomi produktif secara efisien. Dimana kegiatan produksi yang pada
dasar nya halal, harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak
mengakibatkan kerugian dan mudharat dalam kehidupan masyarakat.6
B. Faktor-faktor dalam produksi
Kegiatan produksi membutuhkan berbagai sumber daya ekonomi
yang lazim disebut faktor produksi atau input, yakni segala hal yang
menjadi masukan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses
produksi.7
Dikalangan para ahli ekonomi muslim, belum ada kesepakatan
tentang faktor-faktor produksi. Menurut al-Maududi, faktor produksi
terdiri dari amal atau kerja, tanah, dan modal. Adapun menurut M. Abdul
Mannan, faktor produksi hanya berupa amal (kerja).8
Meskipun terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ahli
ekonomi tentang faktor produksi, namun secara umum faktor-faktor
produksi mencakup empat hal, yaitu: tanah (sumber daya alam), tenaga
kerja (sumber daya manusia), modal dan organisasi.9
1. Sumber Daya Alam (tanah)
Islam telah mengakui tanah sebagai suatu faktor produksi tetapi
tidak setepat dalam arti yang sama yang digunakan di zaman modern.10
Allah SWT menciptakan bumi dan sisinya sebagai sumber daya alam
untuk dikelola manusia demi kepentingan dan kebutuhan hidupnya.
Konsep tanah sebagai sumber daya alam memiliki makna yang
luas, yang mencakup segala sesuatu yang ada di dalam, luar, maupun
disekitar bumi.

6
Idri, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hal.64.
7
Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang:CV. Karya Abadi Jaya, 2015, hal.114
8
Idri, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hal. 81
9
Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang:CV. Karya Abadi Jaya, 2015, hal.114
10
Muhammad Abdul Manan, Ekonomi Islam:teori dan praktek, Jakarta: Intermesa, 1992,
hal.55

4
Rasulullah menyarankan agar sumber daya alam berupa tanah hendanya
digarap sebagai lahan produksi.

Rasulullah mendorong umatnya suapaya senantiasa berproduksi


untuk mendapatkan dan menghasilkan sesuatu. Jika seseorang mempunyai
lahan produksi, tetapi ia tidak mampu untuk melakukan kegiatan produksi,
maka hendaklah diserahkan kepada orang lain agar memproduksinya.
Jangan sampai lahan produksi itu dibiarkan sehingga menganggur.
Rasulullah bersabda:

ُ ‫ض َي هَّللا‬ ِ ْ‫َح َّدثَنَا ُعبَ ْي ُد هَّللا ِ ب ُْن ُمو َسى أَ ْخبَ َرنَا اأْل َو‬
ِ ‫زَاع ُّي ع َْن َعطَا ٍء ع َْن َجابِ ٍر َر‬
ُ ‫لَّى هَّللا‬i‫ص‬
َ ‫ا َل النَّبِ ُّي‬iiَ‫ف فَق‬ ْ ِّ‫ع َوالن‬i
ِ i‫ص‬ ِ ُ‫الثُّل‬iiِ‫ا ب‬iiَ‫انُوا يَ ْز َر ُعونَه‬ii‫ال َك‬
ِ iُ‫ث َوالرُّ ب‬ َ َ‫َع ْنهُ ق‬
‫ ْك‬i‫لْ فَ ْليُ ْم ِس‬ii‫إ ِ ْن لَ ْم يَ ْف َع‬iَ‫ا ف‬iiَ‫َت لَهُ أَرْ ضٌ فَ ْليَ ْز َر ْعهَا أَوْ لِيَ ْمنَحْ ه‬ْ ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َكان‬
َ‫اويَةُ ع َْن يَحْ يَى ع َْن أَبِي َسلَ َمة‬ ِ ‫ال ال َّربِي ُع ب ُْن نَافِ ٍع أَبُو تَوْ بَةَ َح َّدثَنَا ُم َع‬
َ َ‫ضهُ َوق‬ َ ْ‫أَر‬
‫لَّ َم َم ْن‬i‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس‬
َ ِ ‫ال قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
َ َ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ق‬
َ ْ‫ ْك أَر‬i‫إ ِ ْن أَبَى فَ ْليُ ْم ِس‬iَ‫ اهُ ف‬iَ‫َت لَهُ أَرْ ضٌ فَ ْليَ ْز َر ْعهَا أَوْ لِيَ ْمنَحْ هَا أَخ‬
‫هُ (رواه‬i‫ض‬ ْ ‫َكان‬
)‫بـخارى‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Musa]
telah mengabarkan kepada kami [Al Awza'iy] dari
['Atha'] dari [Jabir radliallahu 'anhu] berkata: "Dahulu
orang-orang mempraktekkan pemanfaatan tanah ladang
dengan upah sepertiga, seperempat atau setengah maka
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang
memiliki tanah ladang hendaklah dia garap untuk
bercocok tanam atau dia hibahkan. Jika dia tidak lakukan
maka hendaklah dia biarkan tanahnya". Dan berkata,
[Ar-Rabi' bin Nafi' Abu Taubah] telah menceritakan
kepada kami [Mu'awiyah] dari [Yahya] dari [Abu
Salamah] dari [Abu Hurairah radliallahu 'anhu] berkata;

5
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa
yang memiliki tanah ladang hendaklah dia garap untuk
bercocok tanam atau dia berikan kepada saudaranya
(untuk digarap). Jika dia tidak lakukan maka hendaklah
dia biarkan tanahnya.”(HR. Bukhari).
Hadits di atas menjelaskan tentang pemanfaatan faktor produksi
berupa tanah yang merupakan faktor penting dalam produksi. Tanah yang
dibiarkan dan tidaka olah tidak disukai oleh Nabi Muhammad SAW
karena tidak bermanfaat bagi yang punya dan orang sekelilingnya. Dalam
hadits di atas, Nabi menganjurkan agar umat Islam menggarap tanah yang
dimilikinya agar terproduksi biji-bijian dan buah-buahan sehingga dapat
memenuhi kebutuhan dan hajat hidup banyak orang. Nabi melarang
mebiarkan aset produksi yang berupa tanah menganggur tanpa sentuhan
penggarapan karena di samping mubadzir juga dapat mengurangi tingkat
produksi pertanian.11

ِ ْ‫ َرا ِء ااْل َر‬i‫م نَهَي ع َْن ِك‬iَ ّ‫ل‬i‫صلَّي هللاِ َعلَ ْي ِه َو َس‬
‫ض(روه‬ َ ِ‫ع َْن َجابِ ِر ب ِْن َع ْب ِد هللاِ أَ َّن َرسُوْ َل هللا‬
.)‫مسلم‬
“dari Jabir ibn ‘Abd Allah bahwasanyaRasulullah SAW
melarang menyewakan tanah pertanian.”(HR. Muslim)
Sewa tanah itu tidak sesuai dalam implikasi pemanfaatan tanah
atau cara muzaro’ah karena tanah tidak mengalami depresiasi.
Berbeda dengan modal fisik ataupun uang. Oleh karena itu Rasulullah
melarang sewa tanah untuk pertanian.12
Larangan menyewakan tanah untuk pertanian
َ i‫م نَهَي ع َْن ِك‬iَ ّ‫ل‬i ‫ ِه َو َس‬i ‫لَّي هللاِ َعلَ ْي‬i ‫ص‬
‫را ِء‬i َ ِ‫وْ َل هللا‬i ‫ ِد هللاِ أَ َّن َر ُس‬i ‫ابِ ِر ْب ِن َع ْب‬ii‫ع َْن َج‬
.)‫ض(روه مسلم‬ ِ ْ‫ااْل َر‬
“dari Jabir ibn ‘Abd Allah bahwasanya Rasulullah SAW
melarang menyewakan tanah pertanian.”(HR. Muslim)
11
Idri, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hal.
66.
12
Ibid.. hal. 81.

6
Sewa tanah itu tidak sesuai dalam implikasi pemanfaatan tanah
atau cara muzaro’ah karena tanah tidak mengalami depresiasi.
Berbeda dengan modal fisik ataupun uang. Oleh karena itu Rasulullah
melarang sewa tanah untuk pertanian.13
2. Sumber Daya Manusia (Tenaga Kerja)

‫ أِل َ ْن يَ ْغد َُو‬: ‫صلَّي هللاِ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ْم يَقُوْ ُل‬َ ِ‫ال َس ِمعْتَ َرسُوْ َل هللا‬ َ َ‫ع َْن أَبِ ْي هُ َري َْرةَ ق‬
‫اس خَ ْي ًر لَهُ ِمنَ اَ ْن يَسْأ َ َل‬ ِ َّ‫ق بِ ِه َويَ ْستَ ْغنِ َي بِ ِه ِمنَ الن‬ َ ‫ب َعلَي ظَه ِْر ِه فَيَت‬
iَ ‫َص َّد‬ َ ‫أَ َح ُد ُك ْم فَيَحْ ِط‬
‫ض ُل ِمنَ ْاليَ ِد ال ُّس ْفلَي َوا ْبد َْأ بِ َم ْن تَعُوْ ُل‬ َ ‫ك فَأِ َّن ْاليَ َد ْالع ُْليَا أَ ْف‬
َ ِ‫َر ُجأًل أَ ْعطَاهُ أَوْ َمنَ َعهُ َذل‬
)‫( َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬

“Dari Abu Hurairah r.a., katanya, aku mendengar Rasulullah

bersabda, “Hendaklah seseoramg diantara kalian berangkat


pagi-pagi sekali mencari kayu bakar, lalu bersedekah
dengannya dan menjaga diri (tidak minta-minta) dari manusia
lebih baik daripada meminta kepada seseorang baik diberi
ataupun tidak. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di
bawah. Mulailah (memberi) kepada orang yang menjadi
tanggung jawabmu.”(HR.Muslim)

Hadits di atas menjelaskan tentang beberapa hal terkait dengan


ekonomi, yaitu: (a) dorongan untuk rajin bekerja dengan berangkat pagi-
pagi sekali, (b) dorongan untuk bekerja dan berproduksi, (c) dorongan
untuk melakukan distribusi, (d) dorongan untuk hidup ksatria dengan tidak
meminta-minta, dan (e) dorongan untuk bertanggung jawab dalam
ekonomi keluarga.14

Allah menciptakan manusia dengan maksud agar memakmurkan


bumi, dalam arti memanfaatkan sumber daya alam dibumi dan menjadi
tenaga-tenaga yang bertugas mengelola dan memproduksi hasil-hasil bumi
sehingga tercapai kesejahteraan hidup.
13
Ibid.. hal. 81.
14
Idri, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hal.
64-65

7
Sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang paling
penting dari eberapa faktor produksi yang lain, karena manusialah yang
memiliki inisiatif atau ide dan memmpin semua faktor produksi. Dalam
kata lain, yang dimaksud dengan istilah tenaga kerja mmanusia bukanlah
kekuatan manusia untuk mencangkul, menggergaji dll. Tetapi yang
dimaksud adalah tenaga kerja tersebut bermakna lebih luas yakni sumber
daya manusia.15
3. Modal atau Kapital
Menurut M. Abdul Mannan, modal memiliki posisi yang stategis
dalam ekonomi Islam sebagai sarana produksi yang menghasilkan, tidak
sebagai faktor produksi pokok, melainkan sebagai perwujudan tanah dan
tenaga kerja.
Modal sangat pentimg dalam kegiatan produksi baik yang bersifat
tangible asset maupun intangible asset. Modal dapat pula memberikan
makna segala sesuatu yng digunakan dan tidak habis untuk diputar secara
ekonomis dengan harapan dari modal tersebut menghasilkan hasil yang
lebih (profit).16

Rasulullah menganjurkan bekerja atau berproduksi yang disertai


dengan kejujuran.

ِ ‫ أَ ْلت‬: ‫م‬iْ ِّ‫صلَّي هللاِ َعلَ ْي ِه َو َسل‬


‫َاج ُر‬ ِ ‫ع َْن أَبِي َس ِع ْي ِد ْال ُخ ْذ ِري َر‬
َ ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل َرسُوْ ُل هِللا‬
ِ ‫ق َم َع الَّنبِيِّ ْينَ َو‬
)‫الص ِّد ْيقِ ْينَ َوال ُّشهَدَا ِء (روه ألترمذي‬ َ ‫ْال‬
iُ ْ‫ص ُدو‬

“Pedagang yang senantiasa jujur lagi amanah akan


bersama para nabi, orang-orang yang selalu jujur dan
orang-orang yang mati syahid.”

ِ ‫ق َم َع الَّنبِيِّ ْينَ َو‬


‫الص ِّد ْيقِ ْينَ َوال ُّشهَدَا ِء‬ َ ‫َاج ُر ْال‬
iُ ْ‫ص ُدو‬ ِ ‫ أَ ْلت‬: ‫صلَّي هللاِ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم‬
َ ‫فقَا َل َرسُوْ ُل هِللا‬
)‫( رواية احمد‬.‫يوم القيامة‬
15
Idri, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hal. 87
16
Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang:CV. Karya Abadi Jaya, 2015, hal.122

8
“Pedagang yang senantiasa jujur lagi amanah akan
bersama para nabi, orang-orang yang selalu jujur dan
orang-orang yang mati syahidpada hari kiamat.”

Dalam hadits tersebut Rasulullah memberikan dorongan kepada


para pedagang yang memproduksikan dagangnnya dengan cara yang jujur
akan masuk surga bersama para nabi, para syuhada’, dan orang-orang
jujur.17

4. Organisasi (Manajemen)
Organisasi atau menejemen merupakan proses merencanakan dan
mengarahkan kegiatan usaha untuk mencapai tujuan. Organisassi
memegang peranan penting dalam kegiatan produksi, karena tanpa
organisasi dan manejemen yang baik kegiatan produksi tidak dapat
berjalan dengan baik.18

Produksi dan konsumsi harus seimbang

ُ ‫ َسأ َ ْل‬: ‫ال‬


‫ت‬ َ َ‫ َع ْنهُ ق‬iُ‫ضيَاهلل‬
ِ ‫َام َر‬ ٍ ‫ب أَ َّن َح ِك ْي َم ْبنَ ِحز‬ ِ َّ‫د ْب ِن ْال ُم َسي‬iِ ‫الزبَي ِْر َو َس ِع ْي‬
ُّ ‫ع َْن عُرْ َوةَ ْب ِن‬
‫صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ْم فَأ َ ْعطَانِي ثُ َّم َسأ َ ْلتُهُ فَأ َ ْعطَانِي ثُ َّم قَاَل يَا َح ِكي ُم أَ َّن هَ َذا‬َ ِ‫ُول هللا‬ َ ‫َرس‬
iِ ‫س بُوْ ِركَ لَهُ فِ ْي ِه َو َم ْن أَ َخ َذهُ بِأِ ْش َر‬
ً‫اف نَفءس‬ ٍ ‫ض َرةٌ ح ُْل َوةٌ فَ َم ْن أَ َخ َذهُ بِ َسخَا َو ِة نَ ْف‬ َ ‫ْال َم‬
ِ َ‫ال خ‬
)‫لَ ْم يُبِا َر ْك لَهُ فِ ْي ِه َكالَّ ِذي يَأْ ُك ُل َواَل يَ ْشبَ ُع ْاليَ ُد ْالع ُْليَا َخ ْي ٌر ِمنَ ْاليَ ِد ال ُّس ْفلَى (رواه البخاري‬

“Dari ‘urwah ibn Zubayr dan Sa’id ibn Al-musayyib bahwa Hakim
ibn Hizzam berkata: Aku meminta (sesuatu) kepada Nabi SAW lalu
ia memberikannya kepadaku kemudian aku memintanya lagi dan
memberikan kepadaku, lalu aku meminta lagi dan ia memberiku
lagi. Kemudian Nabi bersabda, “wahai hakim, sesungguhnya
harta ini hijau (indah) lagi manis. Barangsiapa yang
mengambilnya dengan jiwa yang baik, maka akan diberkahi dan
barangsiapa mengambilnya dengan jiwa yang boros, maka tidak
17
Ibid.. hal. 72.
18
Ibid..

9
akan diberkahi seperti orang yang makan tapi tidak kenyang-
kenyang. Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di
bawah.”HR. al-Bukhori).

‫صلَّي هُللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَأ َ ْعطَانِى ثُ َّم َسأ َ ْلتُهُ فَأ َ ْعطَانِي‬َ ‫ي‬ ُ ‫َام قَا َل َسأ َ ْل‬
َّ ِ‫ت النَّب‬ ٍ ‫ع َْن َح ِكي ِْم ا ْب ِن ِحز‬
ُ‫س بُوْ ِركَ لَه‬ٍ ‫ب نَ ْف‬ ِ ‫َض َرةٌ ح ُْل َوةٌ فَ َم ْن أَخَ َذهُ بِ ِط ْي‬
ِ ‫ال خ‬ َ ‫ أِ َّن هَ َذا ْال َم‬: ‫ثُ َّم َسأ َ ْلتُهُ فَأ َ ْعطَانِي ثُ َّم قَا َل‬
‫س لَ ْم يُبَا َر ْك لَهُ فِ ْي ِه َو َكانَ َكالَّ ِذي يَأْ ُك ُل َواَل يَ ْشبَ ُع ْاليَ ُد ْالع ُْليَا‬ ِ ‫فِ ْي ِه َو َم ْن أَ َخ َذهُ بِأِ ْش َر‬
ٍ ‫اف نَ ْف‬
)‫ َخ ْي ٌر ِمنَ ْاليَ ِد ال ُّس ْفلَى(روه مسلم‬.

“dari Hakim ibn Hizam, katanya: : Aku meminta (sesuatu) kepada


Nabi SAW lalu ia memberikannya kepadaku kemudian aku
memintanya lagi dan memberikan kepadaku, lalu aku meminta lagi
dan ia memberiku lagi. Kemudian Nabi bersabda, “sesungguhnya
harta ini hijau (indah) lagi manis. Barangsiapa yang
mengambilnya dengan jiwa yang baik, maka akan diberkahi dan
barangsiapa mengambilnya dengan jiwa yang boros, maka tidak
akan diberkahi seperti orang yang makan tapi tidak kenyang-
kenyang. Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di
bawah.”(HR. Muslim)

Aktivitas produksi konsumsi merupakan kegiatan yang sangat


berkaitan yang tidak bisa dipisahkan karena satu sama lainnya saling
berhubungan dalam sebuah proses kegiatan ekonomi. Oleh karena itu,
aktivitas produksi dan konsumsi harus balance. Apabila keduanya tidak
balance maka akan mengakibatkan ketimpangan dalam kegiatan ekonomi.
Hal ini dapat dideskripsikan, apabila barang/jasa yang diproduksi itu lebih
banyak dari pada permintaan konsumsi ,aka akan terjadi ketimpangan
ekonomi yaitu penumpukan output produksi sehingga terjadi
kemubadziran. Inilah yang disebut israf (produksi yang berlebihan) yang
dalam ekonomi Islam dianggap sebagai bentuk dosa sehingga output

10
produksi tidak memiliki nilai maslahah dan kehilangan berkahnya. Atau
sebaliknya.19

a. Rasulullah Melarang produksi yang haram


Islam melarang seseorang memproduksi atau mengkonsumsi
produk atau barang yang haram seperti alkohol, babi, anjing, bangkai,
heroin, narkotika, binatang yang disembelih tidak atas nama Allah dan
binatang buas.20 Sedangkan dalam ekonomi produksi konvensional
ialah tidak menganal yang halal ataupun yang haram, yang terpenting
ialah mengumpulkan laba sebanyak-banyaknya dan memenuhi
keinginan pribadi seseorang. Rasulullah memperingatkan dengan
keras agar menghindari barang-barang atau produk-produk yang
haram. Sebagaimana disabdakan:
‫صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ْال َحاَل ُل‬
َ ‫ي‬ ُ ِ‫ قَا َل النَّب‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ِ ‫ر َر‬iً ‫َع ِن النُّ ْع َما ِن ب ِْن بَ ِش ْي‬
‫م بَي ٌِّن َوبَ ْينَهُ َما أُ ُموْ ٌر ُم ْشتَبِهَةٌ فَ َم ْن تَ َركَ َما ُشبِّهَ َعلَ ْي ِه ِمنَ ْا ِأل ْث ِم َكانَ لِ َم‬iُ ‫بَي ٌِّن َو ْال َح َرا‬
َ‫ك أَ ْن يُ َواقِ َع َماا ْستَبَان‬
َّ ‫ا ْستَبَانَ اَ ْترُكَ َو َم ِن اجْ ت ََرأَ َعلَى َما يَ ُش ُّك فِ ْي ِه ِمنَ اأْل ِ ْث ِم أَوْ َش‬
‫لح َمي يُوْ ِش ْك أَ ْن‬ ِ ‫اصي ِح َمي هللاِ َم ْن يَرْ تَ ْع َحوْ َل ْال ِح َمي هللاِ َم ْن يَرْ تَ ْع َحوْ َل ْا‬ ِ ‫َو ْال َم َع‬
)‫يُ َواقِ َعهُ (رواه البخاري‬
“Dari Nu’man ibn Basyir r.a. katanya, Nabi SAW
bersabda, “yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas,
dan dianatra keduanya adalah perkara yang samar-samar
(subhat). Maka barangsiapa yang meninggalkan sesuatu
dosa yang samar, maka pada dosa yang jelas akan lebih
meninggalkannya. Barangsiapa yang terjatuh pada suatu
dosa yang diragukan, mka lebih dekat terjatuh pada dosa
yang lebih jelas. Maksiat itu pantangan Allah, barangsiapa

19
Idri, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hal.
67-68.
20
Idri, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hal.
69.

11
mengelilingi sekitar pantangan itu, maka bisa jadi ia jatuh
ke dalamnya.” (HR. Al-Bukhori).21
b. Rasulullah mencela orang yang tidak mau bekerja atau berproduksi

‫اس أَ ْم َوالَهُ ْم‬


َ َّ‫ َم ْن َسأ َ َل الن‬:ْ ‫صلَّي هللاِ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم‬
َ ِ‫ع َْن أَبِ ْي هُ َري َْرةَ قَال َرسُوْ َل هللا‬
)‫تَ َكثُّ ٍرا فَاِنَّ َما يَسْأ َ ُل َج ْمرًا فَ ْليَ ْستَقِ َّل أَوْ لِيَ ْستَ ْكثِرْ (روه مسلم‬

“Dari Abu Hurayrah, katanya: Rasulullah SAW bersabda,


“Barangsiapa meminta-minta harta kepada orang lain
dalam rangka untuk memperbanyak (hartanya).
Sesungguhnya ia meminta bara api, maka hendaklah ia
mempersedikit atau memperbanyaknya.(HR. Muslim)”22
Dalam hadits tersebut Rasulullah mengajarkan kepada umatnya
supaya umatnya tidak malas-malasan dalam bekerja atau berproduksi
serta dapat menghasilkan karya-karya untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia.

21
Idri, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hal.
69.
22
Idri, Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hal.
71.

12
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Produksi merupakan sebuah proses yang lahir seiring dengan


keberadaan manusia di muka bumi. Dalam bahasa Arab, arti produksi
adalah Al-intaj yang berasal dari akar kata najasa, yang memiliki arti
mewujudkan sesuatu, atau pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut
adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai
dalam waktu yang terbatas.

terminologi produksi adalah menciptakan dan menambahkan


kegunaan (nilai guna) suatu barang, dimana kegunaan suatu barang akan
bertambah bila memberikan manfaat baru.

produksi dalam perspektif islam tidak hanya berorientasi dalam


memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyak nya, dimana dalam islam,
tujuan utama produksi adalah untuk tercapainya kemaslahatan individu
dan masyarakat secara berimbang.

Faktor-faktor dalam produksi menurut al-Maududi, faktor produksi


terdiri dari amal atau kerja, tanah, dan modal. Adapun menurut M. Abdul
Mannan, faktor produksi hanya berupa amal (kerja). Namun secara umum
faktor-faktor produksi mencakup empat hal, yaitu: tanah (sumber daya
alam), tenaga kerja (sumber daya manusia), modal dan organisasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Idri. 2016. Hadits Ekonomi dalam perspektif Hadits Nabi. Jakarta:


PRENADAMEDIA GRUP. Cetakan ke-2.
Rodin, Dede. 2015. Tafsir Ayat Ekonomi. Semarang: CV. Karya Abadi
Jaya. Cet. Ke-1.
Abdul Mannan, Muhammad. 1992. Ekonomi Islam Teori dan Dasar-
Dasar Ekonomi Islam. Jakarta: Intermasa. Edisi 1.

14

Anda mungkin juga menyukai