Disusun oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian produksi?
2. Ayat apa saja di dalam Al-Qur’an yang membahas tentang produksi?
3. Hadis apa saja yang di dalamnya terdapat masalah produksi?
4. Bagaimana penafsiran salah satu ayat tentang produksi?
5. Bagaimana penafsiran salah satu hadis tentang produksi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian produksi
2. Untuk mengetahui ayat apa saja di dalam Al-Qur’an yang membahas tentang
produksi
3. Untuk mengetahui hadis apa saja yang di dalamnya terdapat masalah produksi
4. Untuk memahami bagaimana penafsiran salah satu ayat tentang produksi
5. Untuk memahami bagaimana penafsiran salah satu hadis tentang produksi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Produksi
Produksi Dalam bahasa Arab yaitu al-intaj dari akar kata nataja, yang berarti
mewujudkan atau mengadakan sesuatu, atau pelayanan jasa yang jelas dengan
menuntut adanya bantuan penggabungan unsur- unsur produksi yang terbingkai dalm
waktu yang terbatas. Produksi adalah menciptakan manfaat atas suatu benda. Secara
terminologi, kata produksi berarti menciptakan dan menambah kegunaan (nilai guna)
suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru
atau lebih dari semula. Secara umum, produksi adalah penciptaan guna (utility) yang
berarti kemampuan suatu barang tau jasa untuk memuaskan kebutuhan manusiawi
tertentu.1
Pada ekonomi Islam, produksi juga merupakan bagian terpenting dari aktivitas
eknomi bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu dari rukun ekonomi disamping
konsumsi, distribusi, infak, zakat, nafkah dan sedekah. Produksi adalah kegiatan
manusia untuk menghasilkan barang dan jasa kemudian manfaatnya dirasakan oleh
kunsumen. Produksi dalam presfektif Islam bukan hanya beriontasi untuk
memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya namun yang palin utama adalah
kemaslahatan individu dan masyarakat secara berimbang.2 Dengan kata lain ada yang
menyatakan bahwa pertimbangan produsen juga buka semata pada hal yang bersifat
sumber daya yang memiliki hubungan teknis dengan output, namun juga
pertimbangan kandungan berkah (non teknis) yang ada pada sumber daya maupun
output.3
1
Idris, Hadis Ekonomi “Ekonomi dalam Presfektif Hadis Nabi”, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015),
h. 51
2
Ibid, h. 62-63
3
P3EI, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 259
produksi diberikan kewenangan kepada manusia, namun kepemilikan dipegang oleh
Allah. Apabila dikerjakan sesuai dengan tuntunan maka akan pahala yang didapat.
ََأ ُك ْم ِمنH َو َأ ْن َشHُ ُرهُ ۖ هH ٍه َغ ْيHَا لَ ُك ْم ِم ْن ِإ ٰلH ُدوْ ا هَّللا َ َمHُوْ ِم ا ْعبHHَا قHHَال يH َ اهُ ْمHََوِإلَ ٰى ثَ ُموْ َد َأخ
َ Hَالِحًا ۚ قHص
ِ ْاَأْلر
ٌض َوا ْستَ ْع َم َر ُك ْم فِيهَا فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ ثُ َّم تُوْ بُوا ِإلَ ْي ِه ۚ ِإ َّن َربِّي قَ ِريبٌ ُم ِجيب
Artinya:
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu
mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku
amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)" (QS. Hud (11):
61).
َفَهَلْ ْأ ْنتُ ْم َشـ ِكـرُوْ ن صنَ ُكـ ْم ِّم ْن بَْأ ِس ُك ْم
ِ ْس لَّـ ُكـ ْم لِتُح َ َُوعَلَّ ْمنَـه
ٍ ْص ْن َعةَ لَبُو
Artinya:
Dan kami telah ajarkan kepada Dawud membuat baju besi untuk kamu, guna
memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada
Allah). (QS. Al-Anbiya (21): 80)
4
Ibid, h. 109
Allah swt. telah mengajarkan Dawud cara membuat baju besi atau baju
pelindung saat ia menghadapi peperangan. Dan kita sebaiknya mensyukuri apa yang
Allah berikan (petunjuk atau cara) membuat sesuatu (contoh; baju besi).
Sehingga pada akhirnya, produksi dan konsumsi adalah dua hal paling
determinan untuk keberhasilan bisnis sangat dependen terhadap kesejahteraan
masyarakat yang ada dalam sebuah masyarakat. Jika tidak ada konsumsi maka secara
otomatis tidak mungkin akan ada produksi. Begitu juga jika masyarakat tidak
memiliki daya beli, maka bisa dipastikan semua produksi juga akan rontok. Hal
tersebut menunjukkan betapa vitalnya hubungan antara kesejahteraan umum yang ada
dalam masyarakat dan keberlangsungan aktivitas bisnis. Dengan demikian, tanpa bisa
dibantah lagi, penekanan al-Qur’an terhadap pentingnya infak memainkan peran yang
sangat desisif dalam hal distribusi kekayaan, penghapusan kemiskinan, membawa
kesejahteraan umum, dan tentu saja menggerakkan aktivitas bisnis.
c. QS. Al-Jaatsiyah (45): 13
ِ َح َّدثَنَا ُعبَ ْي ُد هَّللا ِ ب ُْن ُمو َسى َأ ْخبَ َرنَا اَأْلوْ زَا ِع ُّي ع َْن َعطَا ٍء ع َْن َجابِ ٍر َر
َ Hَض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ق
انُواHHال َكH
ٌهُ َأرْ ضHََت ل
ْ انHHلَّ َم َم ْن َكH ِه َو َسHلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيHص
َ ال النَّبِ ُّيH
َ َف فَق ِ ُيَ ْز َر ُعونَهَا بِالثُّل
ْ ِّث َوالرُّ ب ُِع َوالن
ِ Hص
َّدثَنَاHةَ َحHَو تَوْ بHHُافِ ٍع َأبHHَ ُع ب ُْن نHا َل ال َّربِيHHَهُ َوقHض
َ ْ ْك َأرHلْ فَ ْليُ ْم ِسHHفَ ْليَ ْز َر ْعهَا َأوْ لِيَ ْمنَحْ هَا فَِإ ْن لَ ْم يَ ْف َع
لَّىHص َ ِ و ُل هَّللاHا َل َر ُسHHَض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل ق ِ اويَةُ ع َْن يَحْ يَى ع َْن َأبِي َسلَ َمةَ ع َْن َأبِي هُ َري َْرةَ َر ِ ُم َع
َ َْت لَهُ َأرْ ضٌ فَ ْليَ ْز َر ْعهَا َأوْ لِيَ ْمنَحْ هَا َأخَاهُ فَِإ ْن َأبَى فَ ْليُ ْم ِس ْك َأر
ضهُ (رواه ْ هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َكان
)بـخارى
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Musa] telah mengabarkan kepada
kami [Al Awza'iy] dari ['Atha'] dari [Jabir radliallahu 'anhu] berkata: "Dahulu orang-
orang mempraktekkan pemanfaatan tanah ladang dengan upah sepertiga, seperempat
atau setengah maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang memiliki
tanah ladang hendaklah dia garap untuk bercocok tanam atau dia hibahkan. Jika dia
tidak lakukan maka hendaklah dia biarkan tanahnya". Dan berkata, [Ar-Rabi' bin Nafi'
Abu Taubah] telah menceritakan kepada kami [Mu'awiyah] dari [Yahya] dari [Abu
Salamah] dari [Abu Hurairah radliallahu 'anhu] berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Siapa yang memiliki tanah ladang hendaklah dia garap untuk
bercocok tanam atau dia berikan kepada saudaranya (untuk digarap). Jika dia tidak
lakukan maka hendaklah dia biarkan tanahnya.” (HR. Bukhari)
Karena, berapapun bidang tanah yang kita miliki alangkah baiknya memanfaatkan
dengan cara bercocok tanam atau dihibahkan. Dan hendak memanfaatkan harta (tanah)
yang dimiliki kita untuk menjadi sumber penghasilan kita agar dapat mencukupi
kebutuhan sendiri dan dapat membantu orang lain. Jika memang tidak ingin
mengelolanya sebaiknya berikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan agar ia
mengelolanya menjadi hal yang bermanfaat.
b. Shahih Muslim Kitab Al-Buyu’ Bab Kira’a Al-Ardhi No. 1544
اويَةُ ب ُْن َساَّل ٍم ع َْن ِ َح َّدثَنَا ِإب َْرا ِهي ُم ب ُْن َس ِعي ٍد ْال َجوْ ه َِريُّ َح َّدثَنَا َأبُو تَوْ بَةَ ال َّربِي ُع ب ُْن نَافِ ٍع َح َّدثَنَا ُم َع
لَّ َمH ِه َو َسH صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي َ ِ ال قَا َل َرسُو ُل هَّللا َ َير ع َْن َأبِي َسلَ َمةَ ع َْن َأبِي هُ َري َْرةَ ق ٍ ِيَحْ يَى ب ِْن َأبِي َكث
َ َْت لَهُ َأرْ ضٌ فَ ْليَ ْز َر ْعهَا َأوْ لِيَ ْمنَحْ هَا َأخَ اهُ فَِإ ْن َأبَى فَ ْليُ ْم ِس ْك َأر
)ضهُ (رواه أبن ماجه ْ َم ْن َكان
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Sa'id Al Jauhari] berkata, telah
menceritakan kepada kami [Abu Taubah Ar Rabi' bin Nafi'] berkata, telah menceritakan
kepada kami [Mu'awiyah bin Salam] dari [Yahya bin Abu Katsir] dari [Abu Salamah]
dari [Abu Hurairah] ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa memiliki sebidang tanah hendaklah ia menanaminya atau ia berikan
pengolahannya kepada saudaranya, namun jika menolak hendaklah ia tahan
tanahnya.” (HR. Sunan Ibn Majah).
Kemusykilan ini dijawab dengan memahami bahwa yang dilarang adalah menyia-
nyiakan harta itu sendiri atau manfaat yang ada gantinya. Sebab, jika tanah itu
ditinggalkan tanpa dikelola, maka manfaatnya tidak terputus. Bahkan, akan tumbuh
rerumputan dan kayu-kayu sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat penggembalaan
dan lain sebagainya.
Meskipun apa yang kami sebutkan tidak ada, tetapi membiarkan lahan tidak digarap
tetap dapat menyuburkan lahan tersebut. Mungkin saja hasil yang diperoleh pada tahun
ini dapat menutupi hasil ketika tanah itu dibiarkan tanpa digarap.
ِ َّلِلن
{اس } َو َمنَافِ ُع
dan berbagai manfaat bagi manusia. (Al-Hadid: 25)
Yaitu dalam kehidupan mereka, karena besi itu dapat dijadikan sebagai sarana
untuk pekerjaan mereka seperti cangkul, kapak, gergaji, pahat, alat untuk membajak
tanah, dan peralatan lainnya yang digunakan untuk keperluan pertanian, pertukangan
serta alat-alat lainnya yang diperlukan oleh manusia.
Alba ibnu Ahmad telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa ada tiga hal yang diturunkan bersama-sama dengan Adam, yaitu
landasan palu, penjepit (tang), dan palu. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir dan
Ibnu Abu Hatim.5
Tafsir Al-Ambiya ayat :80
َ
{ َشا ِكرُون صنَ ُك ْم ِم ْن بَْأ ِس ُك ْم فَهَلْ َأ ْنتُ ْم
ِ ْ}لِيُح
guna memelihara kalian dalam peperangan kalian. Maka hendaklah kalian bersyukur
(kepada Allah). (Al-Anbiya: 80)
5
http://www.ibnukatsironline.com
Yaitu bersyukurlah atas nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada kalian
melalui hamba-Nya Daud yang telah diajarkan-Nya cara membuat baju besi untuk
kalian.6
Dari tafsir ayat tersebut terlihat secara implisit semangat produksi . Di dalam
tafsir kita dapatkan penjelasan bahwa, Allah Swt menganugerahkan kepada manusia
“besi” suatu karunia yang tidak terhingga nilai dan manfaatnya. Dengan besi dapat
dibuat berbagai macam keperluan manusia, sejak dari yang besar sampai kepada yang
kecil, seperti berbagai macam kenderaan di darat, di laut dan di udara, keperluan
rumah tangga dan sebagainya. Tentu saja semuanya itu hanya diizinkan Allah
menggunakannya untuk menegakkan agama-Nya, menegakkan keadilan dan menjaga
keamanan negeri.7
اويَةُ ب ُْن َساَّل ٍم ع َْن ِ َح َّدثَنَا ِإب َْرا ِهي ُم ب ُْن َس ِعي ٍد ْال َجوْ ه َِريُّ َح َّدثَنَا َأبُو تَوْ بَةَ ال َّربِي ُع ب ُْن نَافِ ٍع َح َّدثَنَا ُم َع
لَّ َمH ِه َو َسH صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي َ ِ ال قَا َل َرسُو ُل هَّللا َ َير ع َْن َأبِي َسلَ َمةَ ع َْن َأبِي هُ َري َْرةَ ق ٍ ِيَحْ يَى ب ِْن َأبِي َكث
َ َْت لَهُ َأرْ ضٌ فَ ْليَ ْز َر ْعهَا َأوْ لِيَ ْمنَحْ هَا َأخَ اهُ فَِإ ْن َأبَى فَ ْليُ ْم ِس ْك َأر
)ضهُ (رواه أبن ماجه ْ َم ْن َكان
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Sa'id Al Jauhari] berkata, telah
menceritakan kepada kami [Abu Taubah Ar Rabi' bin Nafi'] berkata, telah menceritakan
kepada kami [Mu'awiyah bin Salam] dari [Yahya bin Abu Katsir] dari [Abu Salamah]
dari [Abu Hurairah] ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa memiliki sebidang tanah hendaklah ia menanaminya atau ia berikan
pengolahannya kepada saudaranya, namun jika menolak hendaklah ia tahan
tanahnya.” (HR. Sunan Ibn Majah).
Penjelasan tentang arti makna Hadist tersebut atau istilah kuncinya Adalah لِيَ ْمنَحْ هَا
hendaklah dia memberikan secara gratis. Maksudnya, diberikan untuk diambil
manfaatnya secara gratis. Imam Muslim meriwayatkan melalui jalur Mathar al-Warraq
dari Atha’, dari Jabir artinya:”Sesungguhnya Nabi SAW melarang menyewakan tanah”.
Pada jalur dari Mathar disebutkan :“Barang siapa memiliki lahan, maka hendaklah
menanaminya. Apabila tidak mampu, maka hendaklah memberikannya kepada
saudaranya sesama muslim, dan janganlah dia menyewakannya” riwayat al-Auza’i yang
6
http://www.ibnukatsironline.com
7
Ibid., h. 694
disebutkan Imam Bukhari menjelaskan maksud larangan ini, karena dalam riwayat itu
disebutkan sebab larangan tersebut “apabila tidak melakukannya, maka hendaklah dia
menahan tanahnya”. Yakni, jika tidak mau mengelolanya dan tidak mau memberikan
kepada orang lain untuk dikelola secara gratis, maka hendaklah menahan dan tidak
menyewakannya.
Dalam hal ini timbul kemusykilan bahwa menahan tanah tanpa dikelola berarti
menyia-nyiakan manfaat tanah itu. Dalam hal ini termasuk menyia-nyiakn harta,
sedangkan sikap seperti ini dilarang.Meskipun apa yang kami sebutkan tidak ada, tetapi
membiarkan lahan tidak digarap tetap dapat menyuburkan lahar tersebut. Mungkin saja
hasil yang diperoleh pada tahun ini dapat menutupi hasil ketika tanah itu dibiarkan tanpa
digarap.8
Dalam penjelsan diatas, akan menerangkan pula tentang kontekstualisasi Hadist
tersebut yang mana akan menjadikan persamaan antara Prduksi dari al-Qur’an maupun
Hadist. Pada prinsipnya Islam juga lebih menekankan berproduksi demi untuk memenuhi
kebutuhan orang banyak, bukan hanya sekedar memenuhi segelintir orang yang memiliki
uang, sehingga memiliki daya beli yang lebih baik. Karena itu bagi Islam produksi yang
surplus dan berkembang baik secara kwantitatif maupun kwalitatif, tidak dengan
sendirinya mengindikasikan kesejahteraan bagi masyarakat. Apalah arti produk yang
menggunung jika hanya bisa didistribusikan untuk segelintir orang yang memiliki uang
banyak.
Dari ungkapan Nabi SAW dalam hadits diatas yang menganjurkan bagi pemilik tanah
hendaklah menanami lahannya atau menyuruh saudaranya (orang lain) untuk
menanaminya. Ungkapan ini mengandung pengertian agar manusia jangan membiarkan
lingkungan (lahan yang dimiliki) tidak membawa manfaat baginya dan bagi kehidupan
secara umum. Memanfaatkan lahan yang kita miliki dengan menanaminya dengan
tumbuh-tumbuhan yang mendatangkan hasil yang berguna untuk kesejahteraan
pemiliknya, maupun bagi kebutuhan konsumsi orang lain. Hal ini merupakan upaya
menciptakan kesejahteraan hidup melalui kepedulian terhadap lingkungan.
8
Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuhu, Jus IV (Beirut: Dar Al-Fikr, 1989), hlm. 347.
BAB III
KESIMPULAN
Khaidirali Batubara. 2015. Makalah Tafsir Ayat dan Hadits tentang Produksi dan Konsumen.
https://nurulalmariah17.blogspot.com/2016/05/makalah-ayat-dan-hadits-produksi
https://media.neliti.com/media/publications/publications/255702-produksi-distribusi-
dan-konsumsi-dalam-i
http://www.ibnukatsironline.com/search?q=QS.+Al-Anbiya+%2821%29%3A+80