Anda di halaman 1dari 14

A.

Pengertian Keuntungan

Pengertian laba secara bahasa atau menurut Al –Qur’ an, As – Sunnah, dan pendapat
ulama – ulama fiqih dapat kita simpulkan bahwa laba ialah pertambahan pada modal
pokok perdagangan atau dapat juga dikatakan sebagai tambahan nilai yang timbul karena
barter atau ekspedisi dagang. Tujuan dalam perdagangan dalam arti sederhana adalah
memperoleh laba atau keuntungan, secara ilmu ekonomi murni asumsi yang sederhana
menyatakan bahwa sebuah industry dalam menjalankan produksinya adalah bertujuan
untuk memaksimalkan keuntungan (laba/profit) dengan cara dan sumber-sumber yang
halal. Demikian pula dengan transaksi bisnis dalam skala mikro, artinya seorang
pengusaha atau industry dapat memilih dan menentukan komposisi tenaga kerja, modal,
barang-barang pendukung proses produksi, dan penentuan jumlah output. Yang kesemua
itu akan dipengaruhi oleh harga, tingkat upah, capital, maupun barang baku, dimana
keseluruhan kebutuhan input ini akan diselaraskan oleh besarnya pendapatan dari
perolehan output1.

Dalam konsep jual beli dan perolehan laba Islami, memberikan tuntunan pada
manusia dalam perilakunya untuk memenuhi segala kebutuhannya dengan keterbatasan
alat kepuasan dengan jalan yang baik dan alat kepuasan yang tentunya halal, secara zatnya
maupun secara perolehan-nya. Prinsip keridhoan, ta’āwun, kemudahan, dan transparansi,
dalam jual beli Islam mencegah usaha-usaha eksploitasi kekayaan dan serta mengambil
keuntungan dari kerugian pihak lain. Konsep laba dalam Islam, secara teoritis dan realita
tidak hanya berasaskan pada logika semata-mata, akan tetapi juga berasaskan pada nilai-
nilai moral dan etika serta tetap berpedoman kepada petunjuk-petunjuk dari Allah .
Islam menganggap manusia berperilaku-nya rasional jika konsisten dengan prinsip-
prinsip Islam yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang seimbang. Tauhid nya
mendorong untuk yakin, Allah-lah yang berhak membuat rules untuk mengantarkan
kesuksesan hidup.
Sedangkan teori laba dalam konvensional dibangun di atas filosofis
materialisme dan sekulerisme. Ilmu ekonomi konvensional sangat memegang
teguh asumsi bahwa tindakan individu adalah rasional. Rasionality yang

1
Isnaini Harapah, Yenni Samri Juliati Nasution, Marliyah, Rahmi Syahriza. 2015. Hadis Hadis Ekonomi. Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP. Fachri Fachrudin. Jurnal Ekonom
dimaksud adalah tindakan individu dianggap rasional jika tertumpu kepada
kepentingan diri sendiri (self interest) yang menjadi satu-satunya tujuan bagi
seluruh aktivitas.
Menurut konvensional, rasionalitas diartikan sebagai tindakan manusia
dalam memenuhi keperluan hidupnya yaitu memaksimumkan kepuasan atau
keuntungan senantiasa berdasarkan pada keperluan (need) dan keinginan-
keinginan (want) yang digerakkan oleh akal yang sehat dan tidak akan
bertindak secara sengaja membuat keputusan yang bisa merugikan kepuasan
atau keuntungan mereka. Teori laba konvensional mengabaikan moral dan
etika dalam pembelanjaan dan asumsi mereka terhadap unsur waktu adalah
terbatas hanya di dunia saja tanpa mengambil hari akhirat.2
Agama Islam bukan berarti melarang umatnya untuk mencari keuntungan dan laba.
Keuntungan yang diperbolehkan oleh Islam adalah laba yang diperoleh secara wajar, tidak
merugikan dan mengurangi hak-hak bagi kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual
beli. Ekonomi Islam tidak hanya memfokuskan pada keuntungan materi atau duniawi
semata, tetapi juga keuntungan ukhrawi. Allah menegaskan dalam firman-Nya:
‫يد حرث ال ّدنيا نؤته منهاوماله‬V‫من كان يريد حرث األخرة نزدله فى حرثه ومن كان ير‬
‫فى األخرة من نصيب‬
Artinya : Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akherat akan Kami tambah
keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami
berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu
bagianpun di akherat.(Q.S Asy-syuro A-20)

Berdasarkan ayat di atas, maka sebagai masyarakat muslim sudah seharusnya dalam
melakukan jual beli tidak hanya mengejar keuntungan duniawi semata, tetapi juga
keuntungan ukhrawi, yaitu bertindak secara jujur dan amanah, bukan sebaliknya.
Tidak ditemukan satu dalilpun yang membatasi keuntungan yang boleh direngguk
oleh seorang pedagang dari bisnisnya. Bahkan sebaliknya, ditemukan beberapa dalil yang
menunjukkan bahwa pedagang bebas menentukan prosentase keuntungannya. Berikut
adalah sebagian dari dalil-dalil berikut

2 Ahmad asy-Syurbashi, Al-Mu'jam al-Iqtisad al-Islamiy, (T.tp.: Dar al-Jail, 1981), hlm. 91.
‫ت´ ´اف َ´را َ ِ ِه ُ´َه ِر ُتب´ ´ا ْ´ ِا ُ´هَ ى´ ´ع ´هر ´َ َ´ر َا ِ ِعيا´ر َي َ´ ´هر ´اعَ ِ ِعيا´ر‬
َْ ‫ي اِ تم ´عددَ ´حر ى´ب´ر ´ب َ´ْر´ تي ِن ِ ِه ُ´هَ ى´ر‬
‫)ىِي ِه ُ´ ´اِ ´ر دُْا ´اد ´ت د تَْ´ ´اف ُ´ تو َ´ ْ´ر ´ن ِ´ تي ِع ِه ىِن)مسلم بخاري‬

Artinya : Dari Urwah al Bariqi Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasûlullâh Shallallahu


‘alaihi wa sallam memberinya satu dinar uang untuk membeli seekor kambing. Dengan
uang satu dinar tersebut, dia membeli dua ekor kambing dan kemudian menjual kembali
seekor kambing seharga satu dinar. Selanjutnya dia datang menemui Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan membawa seekor kambing dan uang satu dinar. (Melihat hal ini)
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan keberkahan pada perniagaan
sahabat Urwah, sehingga seandainya ia membeli debu, niscaya ia mendapatkan laba
darinya. [HR. Bukhâri, no. 3443]
Profit dalam bahasa Indonesia disebut dengan keuntungan atau laba, yang dimana
merupakan salah satu unsur penting dalam perdagangan, melalui proses pemutaran modal
dalam kegiatan ekonomi. Atau disebut juga dengan suatu keuntungan atau yang
merupakan pendapatan seseorang yang melakukan jual beli atau berbisnis dalam
berdagang.
Profit dalam bahasa Arab disebut dengan ar-ribh yang berarti petumbuhan dalam
berdagang, merupakan pertambahan penghasilan dalam berdagang. Kadang profit
dikaitkan dengan pedagang dan dikaitkan dengan dagangannya sendiri. Dalam istilah lain
yang berkaitan dengan keuntungan yaitu an-nama', al-ghallah, dan al-faidah. Nama' yaitu
laba dagang atau pertambahan pada harta yang telah dikhususkan untuk perdagangan
sebagai hasil dari proses barter dan perjalanan bisnis. Adapun al-faidah yaitu laba yang
berasal dari modal pokok atau pertambahan pada barang milik (asal modal pokok) yang
ditandai dengan perbedaan antara harga waktu pembelian dan harga penjualan sesuatu
yang baru dan berkembang dari barang dagang milik.3
Menurut Qal'ahjiy, profit adalah tambahan dana yang diperoleh sebagai kelebihan dari
beban biaya produksi atau modal. tambahan yang merupakan perbedaan antara harga
pembelian barang dengan harga barang yang dijual. Menurut at-Tabari, untung yang
diperoleh dari perdagangan adalah sebagai ganti barang yang dimiliki oleh si penjual
ditambah dengan kelebihan dari harga barang saat dibeli sebelumnya. Adapun an-

3 Ahmad asy-Syurbashi, Al-Mu'jam al-Iqtisad al-Islamiy, (T.tp.: Dar al-Jail, 1981), hlm. 91.
laba.4

'‫َا‬ َْ‫نط‬ a´‫َل‬ ´ً ´‫ي´ َ˚ ْع ˚ل ´رل‬


ْ ´ِ ‫ِ´يلَ ´ي َِّ˚´ ´ل ن´وَ ةْ ْو ´ن ˚ع َن‬ ‫دَ ْهمط´ي َ' م´ ˚َّل´ ِْل ن´وَ ةْ ْو‬VV‫ش´ َ˚ ْو ´ر ´تش َ ´ي ً´ ˚ن ´ني‬

‫´ ´ل‬ ‫ر ي !َ َد! ْة ْةمط ِري َل‬ ‫'نَّف ن´ ا ي ْ ة ' َ´ي ْة ْةمط‬


‫ن‬ ‫ة´ َ˚ ْيو‬ ‫ْةي ˚نْ´ ´ل‬
´َِّ ' ‫َ´ي ح‬ ´ ´´ْ !َْ
˚ ‫ْا ا‬ َ‫َ´ ني ن´و‬ ‫´ي ´ ´ة‬ ‫´يَ ن‬ ِ ‫´ل' ´لْة‬
‫ل‬ ‫ر‬ ‫و‬

Artinya : 'Urwah bahwa Nabi SAW memberinya satu dinar untuk dibelikan seekor
kambing, dengan uang itu ia beli dua ekor kambing, kemudian salah satunya dijual
seharga satu dinar, lalu dia menemui beliau dengan membawa seekor kambing dan uang
satu dinar. Maka beliau mendoa'akan dia keberkahan dalam jual belinya itu".
Sungguh dia apabila berdagang debu sekalipun, pasti mendapatkan untung" (HR.
Bukhari).
Dalam hadits tersebut dijelaskan, bahwa Urwah diberi uang satu dinar oleh
Rasulullah SAW untuk membeli seekor kambing. Kemudian ia membeli dua ekor
kambing dengan harga satu dinar. Maka ia menuntun dua ekor kambing tersebut, tiba-
tiba seorang lelaki menghampirinya dan menawar kambing tersebut. maka ia menjual
seekor dengan harga satu dinar. Kemudian ia menghadap ke Rasulullah SAW dengan
membawa satu dinar dan satu ekor kambing. Beliau lalu meminta penjelasan dan ia
ceritakan kejadiannya, maka beliau berdo'a: "Ya Allah berkatilah Urwah dalam

B. Keuntungan Dari Bagi Hasil


Bagi hasil menurut terminologi asing (bahasa Inggris) dikenal dengan profit
sharing. Profit dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara definisiprofit
sharing diartikan "distribusi beberapa bagian dari laba pada pegawai dari suatu

4
Husain Syahatah, pokok-pokok Pikiran Akuntansi Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2001), hlm.
Perusahaaa". Menurut Antonio, bagi hasil adalah suatu sistem pengolahan dana dalam
perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik modal(shahibul

4
Husain Syahatah, pokok-pokok Pikiran Akuntansi Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2001), hlm.
maa/) dan pengelola (Mudharib). Secara umum prinsip prinsip bagi hasil dalam
perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu, al Musyarokah, al
Mudharabah, al muzara’ah, dan al musaqolah. Sungguhpun demikian prinsip yang
paling banyak dipakai adalah al musyarakah dan al mudharabah, sedangkan al muzara’ah
dan al musaqolah dipergunakan khusus untuk plantation financing atau pembiayaan
pertanian untuk beberapa Bank Islam.5
Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan
bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan
adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak
atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syari’ah merupakan ciri khusus yang
ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang berkaitan dengan
pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak
(akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai
kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di
masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.

Firrman Allah dalam surah Al Baqaroh Ayat 198 menjelaskan tentang tiada larangan
berjualan atau perniagaan selagi tidak ada unsur seseorang yang dirugikan.

‫عن َد‬
‫ف ضت ۡ ع ت فَٱ ˚ا ٱ ّ َلل‬Vَ‫ٗ ل ِ ك َذا أ‬ َ‫ۡ ج ح ۡ ب ˚ا ف‬ ‫ل َ ۡيس ع‬
‫ۡذك رو‬ ‫م ن ر‬ ˘ “ۡ ّ ‫من‬ ‫َا أَن تَ غو‬V‫م ن‬ َ‫ل‬
‫َٰف‬ ‫ َِإ‬V‫ض بم ف‬ ‫ك‬ ‫ۡي‬
‫م‬
‫ر‬
٨٩١ ‫من ل ن ض ن‬
ِ ۡ ‫َه َد‬
‫ت‬V ‫وإ ك ن‬ ‫ٱ ۡل مشع ٱ حر ۡ ذ ر‬
‫ۡبلِ ِم ٱل ا˘ِل‬ ‫م ن م‬ ‫م ك وه‬ªِ ‫ۡل ا‬
‫ي‬ ‫ۦه‬ ‫َى كما ك‬ ‫وٱ‬ ‫ر‬

Artinya: ”Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari
Tuhanmu. Maka apabila kamu Telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di
Masy'arilharam dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang
ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk
orang-orang yang sesat”. (QS. Al-Baqarah:198).

5
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari teori ke praktik,(Jakarta:Gema Insani , 2011)hlm.
1. Konsep Bagi Hasil
Konsep bagi hasil ini sangat berbeda sekali dengan konsep bunga yang
diterapkan oleh sistem ekonomi konvensional. Dalam ekonomi syariah, konsep bagi
hasil dapat dijabarkan sebagai berikut.

5
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari teori ke praktik,(Jakarta:Gema Insani , 2011)hlm.
a. Pemilik dana menanamkan dananya melalui institusi keuangan yang bertindak
sebagai pengelola dana.
b. Pengelola mengelola dana-dana tersebut dalam sistem yang dikenal dengan
sistem pool of fund (penghimpunan dana), selanjutnya pengelola akan
menginvestasikan dana-dana tersebut kedalam proyek atau usaha-usaha yang layak dan
menguntungkan serta memenuhi semua aspek syariah.
c. Kedua belah pihak membuat kesepakatan (akad) yang berisi ruang lingkup
kerjasama, jumlah nominal dana, nisbah, dan jangka waktu berlakunya kesepakatan
tersebut.
d. Sumber dana terdiri dari:
1) Simpanan: tabungan dan simpanan berjangka.
2) Modal : simpanan pokok, simpanan wajib, dana lain-lain.
3) Hutang pihak lain.6

2. Jenis-jenis Akad Bagi Hasil


Bentuk-bentuk kontrak kerjasama bagi hasil secara umum dapat dilakukan
dalam empat akad, yaitu Musyarakah, Mudharabah, Muzara’ah dan Musaqah.
Namun, pada penerapannya prinsip yang digunakan pada sistem bagi hasil, pada
umumnya perbankan syariah menggunakan kontrak kerjasama pada akad
Musyarakah dan Mudharabah.
a. Musyarakah (Joint Venture Profit & Loss Sharing)
Menurut Antonio Musyarakah adalah akad kerja sama antara dun pihak atau lebih
untuk suatu tertentu dimana masing-mating pihak memberikan kontribusi dana
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan. Manan mengatakan, musyarakah adalah hubungan
kemitraan antara bank dengan konsumen untuk suatu masa terbatas pada suatu
proyek baik bank maupun konsumen memasukkan modal dalam perbandingan
yang berbeda dan menyetujui suatu laba yang ditetapkan sebelumnya, Lebih
lanjut Manan mengatakan bahwa sistem ini juga didasarkan atas prinsip untuk
mengurangi kemungkinan partisipasi yang menjerumus kepada kemitraan akhir
oleh konsumen dengan diberikannya hak pada bank kepada mitra usaha untuk
membayar kembali saham bank secara sekaligus ataupun secara berangsurangsur

6 M. Syafei Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Tazkia Institute dan BI, 1999) Cet. ke-I,hal..
dari sebagian pendapatan bersih operasinya. Musyarakah adalah mencampurkan
salah satu dari macam harta dengan harta lainnya sehingga tidak dapat dibedakan
di antara keduanya. Dalam pengertian lainmusyarakah adalah akad kerjasama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan7.
b. Mudharabah (Trustee Profit Sharing)
Mudharabah atau qiradh termasuk salah satu bentuk akad syirkah (perkongsian).
Istilah laian mudharabah digunakan oleh orang Irak, sedangkan orang Hijaz
menyebutnya dengan istilah qiradh. Dengan demikian, mudharabah dan qiradh
adalah istilah maksud yang sama. Mudharabah termasuk juga perjanjian antara
pemilik modal (uang dan barang) dengan pengusaha dimana pemilik modal
bersedia membiayai sepenuhnya suatu usaha /proyek dan pengusaha setuju untuk
mengelola proyek tersebut dengan bagi hasil sesuai dengan perjanjian.[11]Di
samping itu mudharabah juga berarti suatu pernyataan yang mengandung
pengertian bahwa seseorang memberi modal niaga kepada orang lain agar modal
itu diniagakan dengan perjanjian keuntungannya dibagi antara dua belah pihak
sesuai perjanjian, sedang kerugian ditanggung oleh pemilik modal.

C. Keuntungan Dari Persekutuan


Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika (fi’il madhi), yashruku
(fi’il mudhari’) syarikan/syirkatan/syarikatan (masdar/kata dasar); artinya menjadi sekutu
atau syarikat (kamus al Munawar). Menurut arti asli bahasa Arab, syirkah berarti
mencampurkan dua bagian atau lebih sehingga tidak boleh dibedakan lagi satu bagian
dengan bagian lainnya.
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau kompensasi,
expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah adalah akad kerjasama atau usaha patungan

7 M. Syafei Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Tazkia Institute dan BI, 1999) Cet. ke-I,hal..
antara dua/lebih pemilik modal atau ahliah, untuk melaksanakan suatu jenis usaha yang
halal dan produktif.

‫وع ص حا‬ ‫نآ‬ ‫ض إِ َّّل‬ ‫وإن ًرا ا ْل خل! ْب ِغي ب ض علَ ’ى‬
ِ
Artinya:
‫ِملُ!واال ال ت‬ ‫َمنُ!وا‬ ‫الَّ! ِذي‬ ‫َب ْع‬ ‫كثِي من طَا ْع ء َليَ ه‬
‫ْم‬
“ Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian
mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal yang saleh” (Q.S. shaad: 24)
Maksud dari ayat diatas bahwa, Ayat ini merujuk pada dibolehkannya praktik akad
musyarakah. Lafadz “al-khulatha” dalam ayat ini bisa diartikan saling
bersekutu/partnership, bersekutu dalam konteks ini adalah kerjasama dua atau lebih pihak
untuk melakukan usaha perniagaan. Berdasarkan pemahaman ini, jelas sekali bahwa
pembiayaan musyarakah mendapat legalitas dari syariah.
Orang-orang yang benar-benar memperhatikan hak orang lain dalam persekutuan
dan pertemanan serta tidak melakukan sedikit pun kezaliman pada teman-temannya hanya
sedikit jumlahnya. Hanya orang-orang yang cukup modal keimanan dan amal salehnya
saja yang pada umumnya begitu memperhatikan hak-hak temannya dan orang-orang yang
mereka kenal dengan cara sempurna dan adil.
Ayat di atas menunjukkan perkenaan dan pengakuan Allah SWT. akan adanya
perserikatan dalam kepemilikan harta dalam QS. Shad: 24 terjadi atas dasar akad
(Ikhtiyari).
Firman Allah dalam surat Al-Ma’idah ayat 2:

‫عل!َى ا ْل ُع ْد‬ ‫وال!تَ!ّ ْق َت َعا َونُوا‬ ‫وَت َعا َونُ!وا ا ْلبِ ر‬


Artinya: ‫ِْل ْث ِم َوا “ ِن‬ ‫و َّل‬ ‫َوى‬ ‫عل! َى‬
‫وا‬
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

Hadis yang bersumber dari As Said, diriwayatkanoleh Abu Daud

‫ك ْنتَ ش كيفي !ا ْلجا ل ة ْن خ ش َدا ْي وَّلتُ!م ر يْ ِني‬


ِ ِ
‫ا‬ ‫ي ف َت ْير ر كالَتُ ر‬ ‫ر‬
‫ِْين‬ ‫ْي‬ ‫ّ ك‬ ‫ْي‬
‫ه‬
Dari Saib ra bahwa ia berkata kepada Nabi saw, “Engkau pernah menjadi
kongsiku pada (zaman) jahiliyah, (ketika itu) engkau adalah kongsiku yang paling baik.
Engkau tidak menyelisihku, dan tidak berbantah-bantahan denganku.” (Shahih: Shahih
Ibnu Majah no: 1853 dan Ibnu Majah II: 768 no: 2287).

Para ahli fiqih membagi syirkah menjadi empat bagian dan mereka menjelaskan syirkah
dan cabang-cabangnya ini secara panjang dalam kitab-kitab fiqih. Adapun macam-macam
syirkah adalah:
a. Syirkah al ‘Inan
Syirkah al ‘Inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih, setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan modal dan berpartisipasi dalam kerja.
b. Syirkah al A’maal
Syirkah al-A’mal adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi untuk menerima
perkerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu
c. Syirkah al Wujuh
Syirkah al Wujuh adalah kontrak kerjasama antara dua orang atau lebih yang
memiliki reputasi dan prestise yang baik secara ahli dalam bisnis.8

‫ أَنا ثَاِلث‬:‫ّلُ!ال تَ!عال ى‬ :‫وسل ّم‬ َ‫صل!ّى عل‬ ‫رسول ّلال‬ :‫عن أَبي ه َر رضي ّل ُال ع ْنهُ! قال‬
‫"َقال‬ ‫ّلال ْيه‬ ‫قال‬ ‫ْي رة‬

"‫ه َما‬
ِ‫َب ْين‬ ‫ خا َرج‬،‫ه‬ُ ‫صاحَب‬ َ ُ ‫ال!شر ْي َك ْين ما َل ْم خن‬
‫من‬ ‫ت‬ ‫فَإذا ن‬ ‫َي أ د م‬
‫خ‬ ‫ا‬
‫حه‬

.‫ه حا ِك ُم‬
ُ ‫واه أبو دا َد صحح‬
ُ َ‫ر‬
ْ‫ا ل‬ ‫و‬
‫و‬

Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a. beliau berkata: Rasulullah pernah bersabda Allah telah
berfirman: “Aku menemani dua orang yang bermitrausaha selama salah seorang dari
keduanya tidak mengkhianati yang lain. Bila salah seorang berkhianat, maka Aku akan
keluar dari kemitrausahaan mereka”.(HR. Abu Daud)

Apabila dua pihak melakukan akad (kontrak) kemitrausahaan dengan berbagai


macam bentuknya, maka Allah akan memberikan dukungan penuh kepada kedua
pihak tersebut selama keduanya memegang amanah masing-masing dan tidak
mengkhianati janjinya. Bila salah seorang dari keduanya tidak memiliki komitmen
lagi terhadap (isi) perjanian yang telah disepakati dalam akad (kontraknya), maka
Allah akan berlepas diri dari kemitrausahaan keduanya, dengan mencabut kepedulian-

8
Muhammad, Abubakar, 1995, Hadits Tarbiyah, Surabaya: Al-Ikhlas, Cetakan I, hal 20
Nya untuk mendukung usaha mereka. Sehingga usaha mereka selamanya tidak akan
mendapatkan pertolongan, bimbingan dan barakah-Nya.
Maka, Berdasarkan sumber hukum diatas maka secara ijma para ulama sepakat
bahwa hukum syirkah yaitu boleh.Makna Hadits itu ialah bahwa Allah bersama
keduanya dalam pemeliharaannya, pengawasannya, dalam bantuan dan pertolongan
kepada keduanya dalam pengembangan harta keduanya dan Allah menurunkan berkah
pada perdagangan keduanya. Apabila terjadi pengkhianatan salah satu dari keduanya,
maka akan dicabut berkah dari harta keduanya. Jadi dalam hadits tersebut terkandung
anjuran kerjasama tanpa ada pengkhianatan serta ancaman Allah terhadap orang yang
mengadakan persekutuan yang terdapat pengkhianatan antara kedua belah pihak.

Anda mungkin juga menyukai