Disusun Oleh :
NAYLA KHUMAIROH
(30523047)
D3 REKAM MEDIS
2
beraturan, gerakanrefleksi dan gerakan-gerakan lain yang terjadi tanpa
dorongan kehendakatau proses pemikiran. (Asifudin, 2000:27)
Allah telah mengatur siang dan malam agar kita para hambanya
dapat memanfaatkannya, ia telah memberikan rahmatnya yang mana telah
mengatur malam dan siang agar hambanya dapat memanfaat waktu
dengan sebaik-baiknya. Ia menjadikan waktu siang untuk kita bekerja
keras untuk mencari nafkah, karena karunia Allah banyak sekali di alam
(Hamka, 1989, 20: 122). Tidak lupa ia juga menjadikan malam sebagai
waktu untuk mengistirahatkan fisik Setelah seharian penuh dituntut untuk
bekerja keras dalam mencari nafkah.
3
PEMBAHASAN
4
tingkat pemahaman umat islam terhadap etos kerja islam masih rendah.
Sebagai bukti bahwa kelemahan etos kerja umat islam adalah akibat
kekeliruan dalam pemahaman terhadap teks kitab suci Al-Quran terdapat
ayat ayat dua kelompok ayat yang jika dilihat sepintas ada pertentangan,
disatu pihak ada kelompok ayat yang menggambarkan seolah-olah
manusia tidak berdaya sama sekali
Ketika bekerja pun kita memiliki etika karena islam telah mengatur
bahwa ekonomi bukanlah satu-satunya unsur yang ada dalma kehidupan
manusia. Sebagaimana firman allah dalam (Q.S An-Nahl: 97).
5
B. Hukum Bekerja
Ayat tersebuat telah menjelaskan bahwa alam yang luas ini harus
digunakan dan diolah sebagaimana semestinya oleh manusia dan harus
terus giat dalam bekerja. Sangat banyak Allah telah mnyebutkannya di
dalam Al-Quran agar umat islam tidak melupakan hal yang sudah
semestinya mereka jalankan dan mereka syukuri. Kemalasan merupakan
sikap dan sifat yang madzmumah dalam pandangan etika islam. Karena
itu sifat tersebut haruslah di musnahkan, baik dari diri sendiri atau dengan
meminta pertolongan pada Allah agar di jauhkan dari sifat-sifat tersebut.
Demikian kenyataannya bahwa tidak ada yang perlu diharapkan, karena
hasil yang di hasilkan sudah dapat di pastikan tidak akan sesuai dengan
ketentuannya dan tidak akan memiliki kualitas.
6
anak muda zaman sekrang yang sering menghabiskan waktu dengan
bermain game seharian. Menonton film, keluar masuk media sosial, hingga
melakukan hal yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Dalam kehidupan
bermasyarakat, orang yang sukses adalah orang yang senantiasa dapat
memanfaatkan waktu dengan kegiatan yang bermanfaat dan tidak
mengahamburka waktu dengan sia-sia. Karena time is money (waktu
adalah uang), artinya waktu itu sangat berharga jika dilewatkan satu detik
pun dengan kegiatan yang kurang berfaidah. Ada pepatah Arab
menyatakan:
Islam juga telah memiliki aturan dalam bekerja, agar manusia tidak
seenaknya melakukan pekerja tanpa harus memperhatikan aturan yang
telah di jelaskan dalam Al-Quran. Karena bekerja merupakan bukti adanya
sikap menghargai kita kepada Allah. Bekerja juga memiliki tujuan bukan
hanya untuk memperoleh gaji atau upah, tetapi berharap juga untuk
mendapatkan ridho dari Allah. Prinsip inilah yang utama dan harus
dipegang teguh oleh setiap umat islam dalam bekerja, sehingga
mendapatkan hasil yang bermutu sesuai apa yang telah diharapkan
sebelumnya.
7
Mengenai tanggung jawab, sebenarnya ada jenis empat tanggung
jawab. Pertama, tanggung jawab kepada Allah atas perilaku dan
perbuatan. karena Allah akan meminta pertanggung jawaban setiap
manusia ketika di akhirat kelak. Kedua, tanggung jawab dalam
kelenbagaan. Yaitu tanggung jawab kepada pihak yang telah memberikan
wewenang. Ketiga, tanggung jawab terhadap hukum. Tanggung jawab
terhadap ketentuan hukum yang telah dilakukan. Sesuai dengan firman
Allah (Q.S An-Nahl: 93)
ِ ﺍﺣ َﺩﺓ ً ﱠﻭ ٰﻟ ِﻛ ْﻥ ﻳ
ﱡﺿ ﱡﻝ َﻣ ْﻥ ﻳﱠﺷ َۤﺎ ُء ِ َﻭ َﻟ ْﻭ ﺷ َۤﺎ َء ﺍﻟﻠﱣﻪُ َﻟ َﺟ َﻌ َﻠ ُﻛ ْﻡ ﺍ ُ ﱠﻣﺔً ﱠﻭ
(93) َِﻱ َﻣ ْﻥ ﻳﱠﺷ َۤﺎ ۗ ُء َﻭ َﻟﺗ ُ ْﺳـ‚ﻠُ ﱠﻥ َﻋ ﱠﻣﺎ ُﻛ ْﻧﺗ ُ ْﻡ ﺗ َ ْﻌ َﻣﻠُ ْﻭﻥ
ْ َﻭ َﻳ ْﻬﺩ
Artinya: Seandainya Allah berkehendak, niscaya Dia
menjadikanmu satu umat (saja). Akan tetapi, Dia menyesatkan siapa yang
Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki
(berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Kamu pasti akan
ditanya tentang apa yang kamu kerjakan.
8
senantiasa berpesan agar mengingat dan berkomunikasi disela-sela
bekerja. Kedua, menghindari eksploitasi terhadap sumber-sumber alam
dengan cara yang melampaui batas. Sesungguhnya rezeki Allah itu
melimpah dan tidak terbatas, namun Allah jug telah menetapkan takaran
dan ukuran, sehingga manusia tidak bisa seenaknya melakukan eksploitasi
melampaui batas. Oleh karena itu manusia harus bisa mengendalikan
dirinya dengan bersyukur akan karunia Allah. Ketiga, menghindarkan dari
perbuatan merugikan orang lain atau merusak lingkungan. Berbagai
pernyataan dalam Al-Quran yang menyatakan bahwa rezeki Allah itu
terbuka bagi siapa saja dan beraneka ragam. Keempat, rezeki yang
didapatkan dar hasil kerja yang berfungsi sosial. Perbedaan kemampuan
dan situasi yang terdapat pada seseorang memungkinkan timbulnya
perbedaan dalam hasil perolehan. Hal ini tidak perlu menimbulkan sikap
kurang baik diantara sesame manusia. Kelima, adanya keterikatan individu
terhadap diri dan kerja yang menjadi tanggung jawabnya. Memiliki
kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol, dan menghitung seluruh amal
perbuatan secara adil dan fair.
9
ﺍﻟﺭ ْﺟﺯَ َﻓﺎ ْﻫ ُﺟ ۖ ْﺭ „
َﻭ ﱡ
Segala (perbuatan) yang keji, tinggalkanlah!
10
akan berpengaruh juga untuk perusahaan nya. Sebenarnya etos kerja
yang tepat dapat dipengaruhi dari motivasi, budaya, sosial politik,
lingkungan, pendidikan, dan performa karyaan itu sendiri. Menurut
Tasmara (2002), menyatakan etos kerja individu dapat diukur melalui
menghargai waktu, keinginan untuk mandir, penyesuaian, tangguh dan
pantang menyerah. Faktor yang dapat memengaruhi etos kerja seseorang
dalam bekerja, yang pertama factor kebijakan meliputi gaji yang dapat
dirasa sangat mensejahterkan. Kedua, faktor imbalan, faktor ini dapat
memotivasi karyawan untuk terus berprestasi dan bekerja keras. Ketiga,
faktor kultur, faktor ini memeiliki peran yang sangat luar biasa dalam
memberikan dampak penigkatan motivasi kerja. Keempat, faktor mental
para karyawan, karyawan dalam perusahaan harus memiliki mental yang
sehat agar tetap memiliki motovasi untuk bekerja meski terdapat faktor-
faktor yang kurang mendukung, (Winardi, 2007).
11
dari dalam diri untuk tekun dalam mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. pertama, motivasi sebagai penggerak perilaku
manusia. Seseorang yang memiliki motivasi dan dorongan psikologis,
maka akan memiliki cita-cita tinggi dengan kekuatan yang tinggi pula untuk
mencapainya. Begitu juga sebaliknya jika keinginan menurun, maka
kekuatan yang diupayakan juga tidak sebesar ketika cita-cita itu maksimal.
Motivasi menjadikan tindakan yang timbul sebagai dorongan. Kedua:
Sumber daya diri. Ketiga; Keahlian. Keempat; perencanaan dan angan-
angan menuju kesuksesan. Kelima; tindakan adalah jalan menuju
kekuatan. Keenam; proyeksi adalah jalan menuju kenyataan; ketujuh;
komitmen sebagai benih terwujudnya perencanaan dan angan-angan.
Kedelapan; fleksibilitas mampu menghadapi rintangan dan meraih etos
kerja dan kesuksesan. Paper Ismaeel dan Blaim (2012) memaparkan
bahwa Islam memiliki komitmen etis. Kerangka etika dilakukan dengan
pendekatan sertifikasi halal yang berfungsi untuk perkembangan praktik
bisnis halal. Selain itu mengedepankan harmonisasi standar global dan
struktur tata kelola, dan mengintegrasikan tanggung jawab dan isu etika
dalam standar halal.
12
E. Hikmah Bekerja
13
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengertian makna “etos” menyebutkan bahwa ia berasal dari
bahasa Yunani (ethos) yang bermakna watak atau karakter. Secara
lengkapnya, pengertian etos ialah karakteristik dan sikap, kebiasaan serta
kepercayaan, dan seterusnya, yang bersifat khusus tentang seorang
individu atau sekelompok manusia. Dari perkataan “etos” terambil pula
perkataan “etika” dan “etis” yang merujuk kepada makna “akhlaq” atau
bersifat “akhlaqi”, yaitu kualitas esensial seseorang atau suatu kelompok,
termasuk suatu bangsa. Juga dikatakan bahwa “etos” berarti jiwa khas
suatu kelompok manusia, yang dari jiwa khas itu berkembang pandangan
bangsa tersebut tentang yang baik dan yang buruk, yakni, etikanya.
Etos kerja islami bermakna sebagai aktivitas yang dilakukan
seorang muslim dengan mengerahkan segala kemampuan yang
dimilikinya untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai hamba Allah, yang
melahirkan hasil pekerjaan yang terbaik dan bermanfaat tidak hanya untuk
dirinya tapi juga untuk orang lain. Sihingga akan melahirkan sikap dan
kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa
bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakan
kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal
shaleh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur.
Bagi seorang muslim bekerja adalah manifestasi dari keimanan dan
ketaqwaannya kepada Allah yang terwujud dalam bentuk amal saleh. Oleh
sebab itu, jika bekerja adalah amal saleh, maka bekerja termasuk dalam
katagori ibadah. Dan jika bekerja itu merupakan ibadah kepada Allah,
maka kehidupan seorang muslim tidak bisa dilepaskan dari bekerja, karena
dalam keyakinannya ketika meninggalkan bekerja maka yang ia dapatkan
adalah kemurkaan Allah.
Seorang muslim yang memiliki etos kerja islami akan melahirkan
sikap hidup seperti tercermin dalam aqidah, ibadah,muamalah dan
ahlaqnya sehari hari seperti:
1. Akan menjunjung tinggi nilai nilai kejujuran dalam melaksanakan
aktivitasnya.
2. Akan selalu istiqomah / konsisten, yakni kemampuan untuk bersikap taat
kepada azas
3. Akan selalu bertanggung jawab
4. Menjaga harga diri serta bekerja sesuai aturan yang ada
5. Seorang muslim akan bekerja dengan sebaik-baiknya, sebaik ketika
menjaLankan ibadah yang sifatnya hubungan langsung dengan Allah
14
6. Seorang muslim akan bekerja keras atau rajin
7. akan selalu menekankan pentingnya kualitas kerja atau mutu produk.
8. Menjaga harga diri serta bekerja sesuai aturan yang ada
9. selalu bekerja dengan cara terbaik, profesional, dan tidak asal-asalan
10. tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun
11. tidak pernah menangguhkan pekerjaan
12. Menghargai waktu
13. Tidak berbuat dhalim
14. Rendah hati, dalam arti tidak menyombangkan diri kepada orang lain
15. Taat kepada hukum yang berlaku
16. dll Sikap sikap seperti itulah yang seharusnya tercermin dalam prilaku
seorang muslim delam seluruh aktifitasnya, baik dalam bidang ekonomi,
politik, sosial, dll.
15
DAFTAR PUSTAKA
(Cihwanul Kirom, 2018; Faucher et al., 2012; Fitriyani et al., 2019; Noer, n.d.; S
et al., 2023; Sosial et al., n.d.; Suatu et al., n.d.; Sunardi, 2019;
Tulungagung, n.d.)Cihwanul Kirom. (2018). Etos Kerja dalam Islam.
Tawazun: Journal of Sharia Economic Law, Vol.1(No.1), 59.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/tawazun/index
Faucher, J. F., Chirouze, C., Coutris, C., Fery-Blanco, C., Maurin, M., & Hoen, B.
(2012). Typhoidal Tularemia: 2 Familial Cases. Case Reports in Infectious
Diseases, 2012, 1–2. https://doi.org/10.1155/2012/214215
Fitriyani, D., Sundari, O., Dongoran, J., Kristen, U., & Wacana, S. (2019).
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ETOS KERJA PEGAWAI.
8(1), 24–34.
Noer, M. U. (n.d.). No Title.
S, P. M., Primagraha, U., Griya, K., Sakti, G., & Jamaksari, J. T. (2023). SEIKO :
Journal of Management & Business Pengaruh Kualitas Aparatur dan Etos
Kerja terhadap Prestasi Kerja Pegawai Kantor Kecamatan Tunjung Teja
Kabupaten Serang. 6(2), 258–263.
Sosial, H., Ushuluddin, F., & Smh, U. I. N. (n.d.). Etos kerja dalam perspektif
hadis.
Suatu, A., Dmdudq, V. V., Phplolnl, D. Q. J., Udkpdwdq, Y., Dmdudq, D. W.,
Phpsx, D. Q. J., Nhumd, W. R. V, Tingkat, D. P., Gdq, D. Q., Edkzd, D. Q.
D., Nhkdqfxudq, L. V., Phqlpsd, D. Q. J., Expl, G. L., Wlgdn, G. D. Q., Sdgd,
S., Vhqglul, G., Whodk, P., Gdodp, W., Vhehoxp, N., … Sekilas, A. S. W. T.
(n.d.). Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Jakarta. 82–94.
Sunardi, D. (2019). Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Industri.Ums.Ac.Id, 82–94. https://www.industri.ums.ac.id/
Tulungagung, I. (n.d.). Etos Kerja Dalam Islam. 1–27.
16