Anda di halaman 1dari 16

ESSAY

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“Keterikatan Etos Kerja Muslim Pada Pencapaian
Prestasi”
Dosen Pengampu : Safari Hasan, S.IP.,M.MRS

Disusun Oleh :
NAYLA KHUMAIROH
(30523047)
D3 REKAM MEDIS

KELAS VIRTUAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


D3 REKAM MEDIS FAKULTAS INFORMASI DAN
MANAJEMEN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2024
PENDAHULUAN

“Etos” berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memiliki makna


watak atau karakter. Bisa diartikan secara menyeluruh bahwa etos adalah
karakteristik dan sikap, serat kebiasaan dan kepercayaan khusus individu
atau sekelompok manusia. Dalam buku Hand Book of Psycologi Term
disebutkan bahwa etos iartikan sebagai pandangan khas suatu kelompok
sosial, system nilai yang melatarbelakangi adat istiadat dan tata cara suatu
komunitas yang memiliki nilai sacral yakni realitas spiritual keagamaan
yang diyakininya.

Secara Istilah etos memiliki persamaan dengan etika. Istilah etika,


secara teoritis dapat dibedakan menjadi dua pengertian. Pertama berasal
dari bahasa Yunani (ethos) yang artinya kebiasaan dan karakter, yang
maksudnya berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri
sendiri ataupun suatu masyarakat. Kedua, merupakan gerkan random
(ramdommoment) seperti terlihat pada gerakan bayi yang tidak berturan,
gerakan yang terjadi tanpa ada dorongan atau kehendak tanpa pemikiran.
Dari kata etos ini dikenal pula kata etika yang hamper mendekati pada
pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk moral
sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat
kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik dan bahkan
berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sempurna.

Adapun definisi kerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang


diartikan sebagai kegiatan melakukan sesuatu. (Anton, 1944:488) El-
Qussy seperti dikutip oleh Ahmad Janan Asifuddin mengemukakan bahwa
kegiatan atau perbuatan manusia ada dua jenis. Pertama, perbuatan yang
berhubungan dengan kegiatan mental, dan kedua tindakan yang dilakukan
dengan secara tidak sengaja. Jenis pertama mempunyai ciri
kepentingan,yaitu untuk mencapai maksud atau mewujudkan tujuan
tertentu.Sedangkan jenis kedua adalah gerakan random (random
movement) sepertiterlihat pada gerakan bayi kecil yang tampak tidak

2
beraturan, gerakanrefleksi dan gerakan-gerakan lain yang terjadi tanpa
dorongan kehendakatau proses pemikiran. (Asifudin, 2000:27)

Islam merupakan agama yang banyak mengatur tentang tata


kehidupan manusia mulai dari baru lahir ke dunia hingga kembali ke bumi,
aturan itu telah tertulis jelas di dalam Al-Quran yang telah turun ketika
zaman Nabi Muhammad saw. Islam juga telah mengajarkan agar hidup
memiliki tujuan yang telah ditanamkan agar keinginan itu wajib di wujudkan
dengan banyak aspek yang mendukung. Banyak sekali persoalan di dunia
yang sudah terdapat penjelasan dalam menyelesaikannya di dalam
kandungan pedoman kita sebagai umat muslim. Islam juga menjelaskan
bahwa Allah telah menyediakan segala sesuatu yang kita butuh kan di
muka bumi ini untuk kelangsungan hidup para hambanya.

Allah telah mengatur siang dan malam agar kita para hambanya
dapat memanfaatkannya, ia telah memberikan rahmatnya yang mana telah
mengatur malam dan siang agar hambanya dapat memanfaat waktu
dengan sebaik-baiknya. Ia menjadikan waktu siang untuk kita bekerja
keras untuk mencari nafkah, karena karunia Allah banyak sekali di alam
(Hamka, 1989, 20: 122). Tidak lupa ia juga menjadikan malam sebagai
waktu untuk mengistirahatkan fisik Setelah seharian penuh dituntut untuk
bekerja keras dalam mencari nafkah.

Banyak sekali pengertian yang telah menjelaskan bekerja keras


untuk memenuhi kebutuhan hidup. Salah satunya bekerja dapat diartikan
sebagai kegiatan untuk mengerahkan seluruh daya dan ikhitiar agar dapat
mewujudkan semua keinginan yang harus diwujudkan yang dibarengi
dengan kesungguhan agar kita tidak dengan mudah melakukan atau
menghalalkan segala cara agar keinginan tersebut dapat terwujud.

Manusia adalah makhluk yang dikendalikan oleh batin Dn bersifat


psokologis, bukan oleh fisik yang Nampak (Abdus, 1988:86). Hadist nabi
bun tidak membenarkan manusia untuk bermalas-malasan ‘bekerjalah
untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan bekerjalah untuk
akhiratmu seakan-akan besok kau akan mati. (Al-hadist).

3
PEMBAHASAN

A. Pandangan Islam Terkait Bekerja

Islam telah menempatkan kerja di tempat yang sangat mulia dan


masuk ke dalam golongan fii sabilillah. Hal ini juga termasuk perkataan
rasulullah yang diriwayatkan dari Ka’ab bin Umrah: ada seseorang yang
berjalan melalui tempat rasulullah saw, bahwa orang itu sedang bekerja
dengan giat dan tangkas. Para sahabat lalu berkataAl-Quran juga
senantiasa memerintahkan umat islam untuk berkerja keras dan tidak
bermalas-malasan, karena kemalasan merupakan penyakit atau sifat yang
jelek dan perlu dijauhi dalam diri. Allah pun telah mengikat pekerjaan
dengan rezeki atau nafkah agar umat islam lebih rajin dan bersemangat
dalam melakukan pekerjaan. Bekerja bagi kita sebagai sesorang muslim
bukan hanya sekedar sebagai pengukur, melainkan juga sebagai esensi
dirinya pada Allah. Beberapa hadist nabi pun telah penyatakan pentingnya
generasi yang kuat ketimbang yang lemah dan tidak boleh
menggantungkan dirinya pada orang lain. Islam juga menempatkan prinsip
kebebasan pada tempat yang sentralnya guna mengejar tujuan
keduniawian, dan juga mengharuskan umat islam bekerja secara etik
menurut norma yang secara garis besar telah disuratkan dan disiratkan
dalam Al-Quran dan Hadist. Oleh sebab itu seorang muslim yang memiliki
etos kerja islami akan selalu menyandarkan prilakuknya kepada nilai nilai
islam yang termaktub dalam dua sumber utamanya yakni Al-Quran dan
sunnah Rasul yang bersifat absolut. Karena itu seorang muslim yang
beretos kerja islami akan melahirkan sikap hidup yang tercermin dalam
ahlaqnya sehari hari.

Kualitas sumber daya manusia juga terkait erat dengan pola


pemahaman mereka terhadap etos kerja yang difahaminya. Demikian juga
kamajuan umat islam dan kemundurannya ternyata dipengaruhi oleh
tingkat pemahamannya terhadap etos kerja islam yang selama ini
difahaminya, yang bersumber pada Al-Quran dan assunah. Dengan
demikian kemunduran umat islam yang terjadi sekarang ini bisa jadi karena

4
tingkat pemahaman umat islam terhadap etos kerja islam masih rendah.
Sebagai bukti bahwa kelemahan etos kerja umat islam adalah akibat
kekeliruan dalam pemahaman terhadap teks kitab suci Al-Quran terdapat
ayat ayat dua kelompok ayat yang jika dilihat sepintas ada pertentangan,
disatu pihak ada kelompok ayat yang menggambarkan seolah-olah
manusia tidak berdaya sama sekali

Rasulullah pun telah mencontohkan dan mempraktekannya dalam


kehidupan sehari-hari yang di dalamnya sudah menjelaskan tentang
ibadah dan bekerja untuk kelangsungan hidup. Sudah banyak yang
meriwayatkannya dalam hadist, salah satunya terdapat dalam sebuah
hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa bekerja untuk anak dan
istrinya melalui jalan yang halal, maka bagi mereka pahala seperti orang
yang berjihad di jalan Allah." (HR Bukhari). Terdapat pun hadist riwayat
muslim No.1729 yang telah menjelaskan tentang larangan meminta-minta
kepada orang lain.

Ketika bekerja pun kita memiliki etika karena islam telah mengatur
bahwa ekonomi bukanlah satu-satunya unsur yang ada dalma kehidupan
manusia. Sebagaimana firman allah dalam (Q.S An-Nahl: 97).

ً ‫ﺻﺎ ِﻟ ًﺣﺎ ِ ّﻣ ْﻥ َﺫ َﻛ ٍﺭ ﺍ َ ْﻭ ﺍ ُ ْﻧ ٰﺛﻰ َﻭ ُﻫ َﻭ ُﻣﺅْ ِﻣ ٌﻥ َﻓ َﻠﻧُ ْﺣ ِﻳ َﻳﻧﱠﻪٗ َﺣ ٰﻳﻭﺓ‬َ ‫ْﻥ َﻋ ِﻣ َﻝ‬


ۚ َ
‫۝‬gh َ‫ﺳ ِﻥ َﻣﺎ َﻛﺎﻧُ ْﻭﺍ َﻳ ْﻌ َﻣﻠُ ْﻭﻥ‬ َ ‫ﻁ ِﻳّ َﺑﺔً َﻭ َﻟﻧ َْﺟ ِﺯ َﻳﻧﱠ ُﻬ ْﻡ ﺍ َ ْﺟ َﺭ ُﻫ ْﻡ ِﺑﺎ َ ْﺣ‬
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan
Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.

Rezeki yang diberikan oleh Allah keoada manusia tidak ditimbang,


rezeki hanya bisa didapat dari bekerja keras, bersungguh-sungguh, penuh
perjuangan, dan benar-benar maksimal dalam menjalankan kewaiban
yang dapat mendatangkan rezeki.

5
B. Hukum Bekerja

Islam sebagai agama yang memiliki tujuan untuk mengantarkan


hidup manusia kepada kesejahteraan dunia maupun akhirat, lahir batin.
Islam pula telah membentangkan memberi keleluasaan kepada manusia
untuk memiliki pola hidup yang praktis. Maka hokum dari bekerja adlah
wajib bagi orang yang telah berkeluarga, untuk memenuhi kebutuhan hidup
bermah tangga dengan tujuan untuk mewujudkan kesejahtaraan secara
lahir maupun batin dalam berumah tangga. Allah telah menyiapkan fasilitas
yang sangat banyak dan terhamapr di bumi yang luas ini.Sebagaimana
yang telah di jelaskan dalam (Q.S Al-Mulk: 15)

ُ ‫ﺽ َﺫﻟُ ْﻭ ًﻻ َﻓﺎ ْﻣ‬


‫ﺷ ْﻭﺍ ِﻓ ْﻲ َﻣﻧَﺎ ِﻛﺑِ َﻬﺎ‬ ْ ‫ُﻫ َﻭ ﺍﻟﱠﺫ‬
َ ‫ِﻱ َﺟ َﻌ َﻝ ﻟَ ُﻛ ُﻡ ْﺍﻻَ ْﺭ‬
(15)‫ﺭ‬ ُ ‫ﺍﻟﻧﱡ‬
ُ ‫ﺷ ْﻭ‬ ‫َﻭ ُﻛﻠُ ْﻭﺍ ِﻣ ْﻥ ِ ّﺭ ْﺯﻗِ ٖ ۗﻪ َﻭﺍِ َﻟ ْﻳ ِﻪ‬
Artinya: Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah
dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian
dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan.

Ayat tersebuat telah menjelaskan bahwa alam yang luas ini harus
digunakan dan diolah sebagaimana semestinya oleh manusia dan harus
terus giat dalam bekerja. Sangat banyak Allah telah mnyebutkannya di
dalam Al-Quran agar umat islam tidak melupakan hal yang sudah
semestinya mereka jalankan dan mereka syukuri. Kemalasan merupakan
sikap dan sifat yang madzmumah dalam pandangan etika islam. Karena
itu sifat tersebut haruslah di musnahkan, baik dari diri sendiri atau dengan
meminta pertolongan pada Allah agar di jauhkan dari sifat-sifat tersebut.
Demikian kenyataannya bahwa tidak ada yang perlu diharapkan, karena
hasil yang di hasilkan sudah dapat di pastikan tidak akan sesuai dengan
ketentuannya dan tidak akan memiliki kualitas.

Di antara nikmat besar yang sering dilalaikan manusia adalah


nikmat waktu luang. Tanpa kita sadari bahwa kita memiliki waktu luang
yang sia-sia jika memang tidak dimanfaatkan dengan sebaiknya, terlebih

6
anak muda zaman sekrang yang sering menghabiskan waktu dengan
bermain game seharian. Menonton film, keluar masuk media sosial, hingga
melakukan hal yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Dalam kehidupan
bermasyarakat, orang yang sukses adalah orang yang senantiasa dapat
memanfaatkan waktu dengan kegiatan yang bermanfaat dan tidak
mengahamburka waktu dengan sia-sia. Karena time is money (waktu
adalah uang), artinya waktu itu sangat berharga jika dilewatkan satu detik
pun dengan kegiatan yang kurang berfaidah. Ada pepatah Arab
menyatakan:

“Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya


(menggunakannya untuk memotong), ia akan memotongmu
(menggilasmu).”

C. Aturan Bekerja Dalam Islam

Islam juga telah memiliki aturan dalam bekerja, agar manusia tidak
seenaknya melakukan pekerja tanpa harus memperhatikan aturan yang
telah di jelaskan dalam Al-Quran. Karena bekerja merupakan bukti adanya
sikap menghargai kita kepada Allah. Bekerja juga memiliki tujuan bukan
hanya untuk memperoleh gaji atau upah, tetapi berharap juga untuk
mendapatkan ridho dari Allah. Prinsip inilah yang utama dan harus
dipegang teguh oleh setiap umat islam dalam bekerja, sehingga
mendapatkan hasil yang bermutu sesuai apa yang telah diharapkan
sebelumnya.

Dalam bekerja harus memiliki komitmen dan motivasi untuk


menjalankan kewajiban-kewajiban kepada Allah. Disamping itu,
mengembangkan etika juga memiliki aturan agar tidak salah dalam
menjalankan nya. Seperti memiliki tanggung jawab kepada pekerjaannya,
hal ini berkalu untuk umat islam yang telah balig, berkal, dan pernah
mendapatkan informasi keislaman, dan dibebani tanggung jawab terhadap
pekerjaan.

7
Mengenai tanggung jawab, sebenarnya ada jenis empat tanggung
jawab. Pertama, tanggung jawab kepada Allah atas perilaku dan
perbuatan. karena Allah akan meminta pertanggung jawaban setiap
manusia ketika di akhirat kelak. Kedua, tanggung jawab dalam
kelenbagaan. Yaitu tanggung jawab kepada pihak yang telah memberikan
wewenang. Ketiga, tanggung jawab terhadap hukum. Tanggung jawab
terhadap ketentuan hukum yang telah dilakukan. Sesuai dengan firman
Allah (Q.S An-Nahl: 93)

ِ ‫ﺍﺣ َﺩﺓ ً ﱠﻭ ٰﻟ ِﻛ ْﻥ ﻳ‬
‫ﱡﺿ ﱡﻝ َﻣ ْﻥ ﻳﱠﺷ َۤﺎ ُء‬ ِ ‫َﻭ َﻟ ْﻭ ﺷ َۤﺎ َء ﺍﻟﻠﱣﻪُ َﻟ َﺟ َﻌ َﻠ ُﻛ ْﻡ ﺍ ُ ﱠﻣﺔً ﱠﻭ‬
(93) َ‫ِﻱ َﻣ ْﻥ ﻳﱠﺷ َۤﺎ ۗ ُء َﻭ َﻟﺗ ُ ْﺳـ‚ﻠُ ﱠﻥ َﻋ ﱠﻣﺎ ُﻛ ْﻧﺗ ُ ْﻡ ﺗ َ ْﻌ َﻣﻠُ ْﻭﻥ‬
ْ ‫َﻭ َﻳ ْﻬﺩ‬
Artinya: Seandainya Allah berkehendak, niscaya Dia
menjadikanmu satu umat (saja). Akan tetapi, Dia menyesatkan siapa yang
Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki
(berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Kamu pasti akan
ditanya tentang apa yang kamu kerjakan.

Keempat ialah tanggung jawab terhadap sosial. Perbuatan ke


masyarakat pun harus dipertanggung jawabkan agar tidak ada perbuatan
tersela dan tidak bermoral. Sebab perbuatan tercela di masyarakat akan
sangat memalukan dan mendapat gunjingan karena perbuatan tersebut.

Menjaga kualitas kerja artinya adalah berusaha sekuat kemampuan


untuk menjaga amanah yang telah di berikan dan di percayakan kepada
kita. Karena menjaga dan memelihara amanah tersebut merupakan salah
satu prinsip akhlaqul karimah.

D. Etika dalam Bekerja

Berikut adalah pedoman etis bekerja yang diberikan islam.


Pertama, bekerja adalah manifestasi keimanan. Dengan kata lain, poros
dari kerja adalah tauhid. Kesibukan menusia dalam bekerja seringkali
membuatnya lupa berkomunikasi kepada allah, oleh kerena itu allah

8
senantiasa berpesan agar mengingat dan berkomunikasi disela-sela
bekerja. Kedua, menghindari eksploitasi terhadap sumber-sumber alam
dengan cara yang melampaui batas. Sesungguhnya rezeki Allah itu
melimpah dan tidak terbatas, namun Allah jug telah menetapkan takaran
dan ukuran, sehingga manusia tidak bisa seenaknya melakukan eksploitasi
melampaui batas. Oleh karena itu manusia harus bisa mengendalikan
dirinya dengan bersyukur akan karunia Allah. Ketiga, menghindarkan dari
perbuatan merugikan orang lain atau merusak lingkungan. Berbagai
pernyataan dalam Al-Quran yang menyatakan bahwa rezeki Allah itu
terbuka bagi siapa saja dan beraneka ragam. Keempat, rezeki yang
didapatkan dar hasil kerja yang berfungsi sosial. Perbedaan kemampuan
dan situasi yang terdapat pada seseorang memungkinkan timbulnya
perbedaan dalam hasil perolehan. Hal ini tidak perlu menimbulkan sikap
kurang baik diantara sesame manusia. Kelima, adanya keterikatan individu
terhadap diri dan kerja yang menjadi tanggung jawabnya. Memiliki
kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol, dan menghitung seluruh amal
perbuatan secara adil dan fair.

Pedoman etis bekerja yang diberikan islam diatas harus


diimplementasikan oleh umat islam dalam bekerja. Kecerobohan dan
kelalaian, apalagi kesengajaan untuk tidak menerapkan etika dalam
bekerja bisa berakibat fatal bagi dirinya.

Sebenarnya etos kerja dapat dilihat dari seberapa banyak


semangat yang muncul dalam diri, unsurnya antara lain: pertama, adanya
ketergantungan terhadap waktu (disiplin). Allah telah memberikan
kesempatan berupa waktu yang memiliki nilai serta tidak berbiaya bagi
manusia yang telah menikmatinya. Seorang muslim harus memiliki
ketergantungan mengatur waktu agar bermanfaat dan tidak terbuang
dengan sia-sia. Kedua, adanya sikap moral bersih (ikhlas). Keikhlasan
merupakan salah satu sifat manusia yang berbudaya islami, sebab hal itu
dapat menghindarkan kita dari prasangka-prasangka kotor terhadap apa
yang sudah Allah tetapkan untuk kehidupan kita. Sebagaimana dalam
firman Allah dalam (Q.S Al-Muddatsir: 5)

9
‫ﺍﻟﺭ ْﺟﺯَ َﻓﺎ ْﻫ ُﺟ ۖ ْﺭ „۝‬
‫َﻭ ﱡ‬
Segala (perbuatan) yang keji, tinggalkanlah!

Ayat tersebut merupakan perintah bagi seseorang untuk meninggalkan


dosa, sesuatu yang kotor. Dalam konteks ekonomi, kotor, hina, haram
adalah bagian dari syirik dalam kontek mencari rizqi. Mu’amalah dengan
penuh tipu daya, suap maka itu adalah bagian dari sesuatu yang kotor yang
jauh dari sifat putih, ikhlas. Ketiga, kejujuran. Dalam kamus bahasa arab,
kata shidq bermakna kejujuran. Seseorang tidak hanya cukup untuk
memiliki kejujuran saja, tetapi juujur pada diri sendiri tidak ada yang
disembunyikan dalam kesadaran nuraninya. Keempat, adanya komitmen
(Akad, Aqad, Itiqad). Maksudnya adalah kenyakinan yang mengikat (aqad)
dan menggerakkan perilaku menuju arah tertentu yang telah diyakini
(I’tiqad). Keyakinan seseorang akan melahirkan komitmen, sehingga
memberikan dorongan untuk lebih bekerja secara optimal. Semangat ini
juga akan membuat keberhasilan pada diri dan memunculkan etos kerja
yang berfungsi sebagai pemicu kerja secara output. Kelima, istiqomah atau
kuat pendirian. Sebagai pribadi yang professional kita harus bisa konsisten
terhadap apa yang telah kita lakukan, seperti sikap pantang menyerah dan
mampu mempertahankan prinsip walau banyak resiko yang akan kita
hadapi. Sebagai seorang yang istiqomah kita tidak akan mudah untuk
berbelok arah hanya karena godaan di depan kita. Semua tergantung apa
yang telah kita niatkan pada allah dan diri kita sendiri. Istiqamah adalah
daya tahan mental dan kesetiaan melakukan sesuatu yang telah
direncanakan sampai ke batas akhir suatu pekerjaan. Istiqamah juga
berarti menjadikan manusia kuat melawan arus, niat dan jalan yang lurus.
Walaupun dihadapkan dengan segala rintangan, manusia kuat
menghadapi guncangan hidup, tekanan kerja, dan persaingan usaha yang
tidak bisa terhindarkan. Masih banyak ciri-ciri yang dapat kita liahat untuk
mengetahui etos kerja dar seseorang, tetapi mungkin sebagian besar telah
ada pada diri kita.

Banyak sekali faktor yang dapat memengaruhi etos kerja


seseorang, karena jika karyawan memiliki etos kerja yang positif maka

10
akan berpengaruh juga untuk perusahaan nya. Sebenarnya etos kerja
yang tepat dapat dipengaruhi dari motivasi, budaya, sosial politik,
lingkungan, pendidikan, dan performa karyaan itu sendiri. Menurut
Tasmara (2002), menyatakan etos kerja individu dapat diukur melalui
menghargai waktu, keinginan untuk mandir, penyesuaian, tangguh dan
pantang menyerah. Faktor yang dapat memengaruhi etos kerja seseorang
dalam bekerja, yang pertama factor kebijakan meliputi gaji yang dapat
dirasa sangat mensejahterkan. Kedua, faktor imbalan, faktor ini dapat
memotivasi karyawan untuk terus berprestasi dan bekerja keras. Ketiga,
faktor kultur, faktor ini memeiliki peran yang sangat luar biasa dalam
memberikan dampak penigkatan motivasi kerja. Keempat, faktor mental
para karyawan, karyawan dalam perusahaan harus memiliki mental yang
sehat agar tetap memiliki motovasi untuk bekerja meski terdapat faktor-
faktor yang kurang mendukung, (Winardi, 2007).

Amirullah (2003: 87) menjelaskan bahwa sikap kerja seseorang


terbentuk akan sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yakni: 1. Faktor internal
yaitu faktor yang terdapat pada diri orang yang bersangkutan. Seseorang
tidak dapat menangkap seluruh perangsang dari luar melalui persepsi kita,
oleh karena itu kita cenderung melakukan seleksi atas rangsangan-
rangsangan yang ada, mana yang akan didekati dan mana yang harus
dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh faktor interen, sebab dalam tindakan
memilih seseorang terlebih dahulu menentukan apakah ia akan berdampak
positif atau negatif bagi kehidupannya. 2. Faktor eksterenal yang berasal
dari luar diri seseorang, jika dikaitkan dengan dunia kerja maka faktor
eksteren adalah yang berkaitan dengan situasi organisasi kerja atau
instansi pekerjaan yang meliputi, upah, teman sejawat, lingkungan atau
situasi kerja, dan peran serta dalam instansi.

Keberhasilan dalam melaksanakan pekerjaan merupakan salah


satu keterikatas etos kerja terhadap prestasi, karena seseorang telah
berhasil menggapai Sesutu dengan ketekunannya dalam bekerja dan
mencari nafkah. Pencapaian setiap orang memiliki karakteristik masing-
masing, tidak mudah untuk melakukannya jika dari dalam diri memang
tidak ada kemauan dan itikad terhadap apa yang telah diharapkan. Tinggal

11
dari dalam diri untuk tekun dalam mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. pertama, motivasi sebagai penggerak perilaku
manusia. Seseorang yang memiliki motivasi dan dorongan psikologis,
maka akan memiliki cita-cita tinggi dengan kekuatan yang tinggi pula untuk
mencapainya. Begitu juga sebaliknya jika keinginan menurun, maka
kekuatan yang diupayakan juga tidak sebesar ketika cita-cita itu maksimal.
Motivasi menjadikan tindakan yang timbul sebagai dorongan. Kedua:
Sumber daya diri. Ketiga; Keahlian. Keempat; perencanaan dan angan-
angan menuju kesuksesan. Kelima; tindakan adalah jalan menuju
kekuatan. Keenam; proyeksi adalah jalan menuju kenyataan; ketujuh;
komitmen sebagai benih terwujudnya perencanaan dan angan-angan.
Kedelapan; fleksibilitas mampu menghadapi rintangan dan meraih etos
kerja dan kesuksesan. Paper Ismaeel dan Blaim (2012) memaparkan
bahwa Islam memiliki komitmen etis. Kerangka etika dilakukan dengan
pendekatan sertifikasi halal yang berfungsi untuk perkembangan praktik
bisnis halal. Selain itu mengedepankan harmonisasi standar global dan
struktur tata kelola, dan mengintegrasikan tanggung jawab dan isu etika
dalam standar halal.

Ada tanggapan yang mengakatakan bahwa kaum muslimin saat ini


tidak mengalami kemajuan karena imannya yang kurang. Beriman sudah,
tetapi belum beramal saleh dan bekerja, yaitu bekerja secara optimal yang
mengandung nilai-nilai kebijakan bagi umat manusia.

12
E. Hikmah Bekerja

Bekerja merupakan sesuatu saran untuk mendapatkan sesuatu


yang diinginkan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh
karena itu Setelah bekerja keras, seseorang akan mendapatkan dan
merasakan hikmah dari bekerja, antara lain:

1. Meningkatkan taraf hidup


2. Bisa memenuhi kebutuhan yang diingingkan
3. Terpenuhi tuntutan jiwa dan raga
4. Mendatangkan rezeki
5. Mengetaskan atau memberantas kemisinan
6. Adanya semacam kebahagian tersendiri Setelah lelah bekerja dan
mendapat hasil sesuai yang diinginkan. (Toto Tasmara, 1995: 13)

13
PENUTUP

KESIMPULAN
Pengertian makna “etos” menyebutkan bahwa ia berasal dari
bahasa Yunani (ethos) yang bermakna watak atau karakter. Secara
lengkapnya, pengertian etos ialah karakteristik dan sikap, kebiasaan serta
kepercayaan, dan seterusnya, yang bersifat khusus tentang seorang
individu atau sekelompok manusia. Dari perkataan “etos” terambil pula
perkataan “etika” dan “etis” yang merujuk kepada makna “akhlaq” atau
bersifat “akhlaqi”, yaitu kualitas esensial seseorang atau suatu kelompok,
termasuk suatu bangsa. Juga dikatakan bahwa “etos” berarti jiwa khas
suatu kelompok manusia, yang dari jiwa khas itu berkembang pandangan
bangsa tersebut tentang yang baik dan yang buruk, yakni, etikanya.
Etos kerja islami bermakna sebagai aktivitas yang dilakukan
seorang muslim dengan mengerahkan segala kemampuan yang
dimilikinya untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai hamba Allah, yang
melahirkan hasil pekerjaan yang terbaik dan bermanfaat tidak hanya untuk
dirinya tapi juga untuk orang lain. Sihingga akan melahirkan sikap dan
kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa
bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakan
kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal
shaleh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur.
Bagi seorang muslim bekerja adalah manifestasi dari keimanan dan
ketaqwaannya kepada Allah yang terwujud dalam bentuk amal saleh. Oleh
sebab itu, jika bekerja adalah amal saleh, maka bekerja termasuk dalam
katagori ibadah. Dan jika bekerja itu merupakan ibadah kepada Allah,
maka kehidupan seorang muslim tidak bisa dilepaskan dari bekerja, karena
dalam keyakinannya ketika meninggalkan bekerja maka yang ia dapatkan
adalah kemurkaan Allah.
Seorang muslim yang memiliki etos kerja islami akan melahirkan
sikap hidup seperti tercermin dalam aqidah, ibadah,muamalah dan
ahlaqnya sehari hari seperti:
1. Akan menjunjung tinggi nilai nilai kejujuran dalam melaksanakan
aktivitasnya.
2. Akan selalu istiqomah / konsisten, yakni kemampuan untuk bersikap taat
kepada azas
3. Akan selalu bertanggung jawab
4. Menjaga harga diri serta bekerja sesuai aturan yang ada
5. Seorang muslim akan bekerja dengan sebaik-baiknya, sebaik ketika
menjaLankan ibadah yang sifatnya hubungan langsung dengan Allah

14
6. Seorang muslim akan bekerja keras atau rajin
7. akan selalu menekankan pentingnya kualitas kerja atau mutu produk.
8. Menjaga harga diri serta bekerja sesuai aturan yang ada
9. selalu bekerja dengan cara terbaik, profesional, dan tidak asal-asalan
10. tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun
11. tidak pernah menangguhkan pekerjaan
12. Menghargai waktu
13. Tidak berbuat dhalim
14. Rendah hati, dalam arti tidak menyombangkan diri kepada orang lain
15. Taat kepada hukum yang berlaku
16. dll Sikap sikap seperti itulah yang seharusnya tercermin dalam prilaku
seorang muslim delam seluruh aktifitasnya, baik dalam bidang ekonomi,
politik, sosial, dll.

15
DAFTAR PUSTAKA

(Cihwanul Kirom, 2018; Faucher et al., 2012; Fitriyani et al., 2019; Noer, n.d.; S
et al., 2023; Sosial et al., n.d.; Suatu et al., n.d.; Sunardi, 2019;
Tulungagung, n.d.)Cihwanul Kirom. (2018). Etos Kerja dalam Islam.
Tawazun: Journal of Sharia Economic Law, Vol.1(No.1), 59.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/tawazun/index
Faucher, J. F., Chirouze, C., Coutris, C., Fery-Blanco, C., Maurin, M., & Hoen, B.
(2012). Typhoidal Tularemia: 2 Familial Cases. Case Reports in Infectious
Diseases, 2012, 1–2. https://doi.org/10.1155/2012/214215
Fitriyani, D., Sundari, O., Dongoran, J., Kristen, U., & Wacana, S. (2019).
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ETOS KERJA PEGAWAI.
8(1), 24–34.
Noer, M. U. (n.d.). No Title.
S, P. M., Primagraha, U., Griya, K., Sakti, G., & Jamaksari, J. T. (2023). SEIKO :
Journal of Management & Business Pengaruh Kualitas Aparatur dan Etos
Kerja terhadap Prestasi Kerja Pegawai Kantor Kecamatan Tunjung Teja
Kabupaten Serang. 6(2), 258–263.
Sosial, H., Ushuluddin, F., & Smh, U. I. N. (n.d.). Etos kerja dalam perspektif
hadis.
Suatu, A., Dmdudq, V. V., Phplolnl, D. Q. J., Udkpdwdq, Y., Dmdudq, D. W.,
Phpsx, D. Q. J., Nhumd, W. R. V, Tingkat, D. P., Gdq, D. Q., Edkzd, D. Q.
D., Nhkdqfxudq, L. V., Phqlpsd, D. Q. J., Expl, G. L., Wlgdn, G. D. Q., Sdgd,
S., Vhqglul, G., Whodk, P., Gdodp, W., Vhehoxp, N., … Sekilas, A. S. W. T.
(n.d.). Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Jakarta. 82–94.
Sunardi, D. (2019). Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Industri.Ums.Ac.Id, 82–94. https://www.industri.ums.ac.id/
Tulungagung, I. (n.d.). Etos Kerja Dalam Islam. 1–27.

16

Anda mungkin juga menyukai