Oleh;
Hayana Jasmine (3023035)
pg. 1
ETOS KERJA MUSLIM UNTUK MENCAPAI PRESTASI YANG OPTIMAL
PENDAHULUAN
pg. 2
PEMBAHASAN
Dari penjelasan tersebut tersirat makna bahwa etos berkaitan dengan nilai
kejiwaan seseorang.oleh karena itu seorang muslim harus mengisinya dengan
kebiasaan positif,sehingga akan mencerminkan kepribadiannya sebagai seorang
muslim yang pekerjaannya akan mengarah pada hasil yang baik dan sempurna.
(sunardi, 2016)
ASPEK AKIDAH
ASPEK AKHLAK
pg. 3
dapat dijadikan sebagai barometer atau alat ukur untuk menilai seberapa tinggi
nilai aqidah, ibadah dan muamalah seorang muslim.
Dalam ahlaq yang menjadi dasar untuk menilai baik atau buruk prilaku
manusia bersandar kepada kitab suci Al-Qur’an dan sunnah Rasul, dalam
pengertian jiak baik menuruk al-Qur’an dan Sunah, maka prilaku seseorang akan
dinilai baik. Sementara yang menjadi dasar penilaian dalam etika adalah nilai
nilai yang berkembang dimasyarakat yang menurut ukuran logika /akal manusia
baik pada waktu itu. Oleh karena itu nilainya bersifat temporer, tidak kekal seperti
halnya ahlaq.
Oleh sebab itu seorang muslim yang memiliki etos kerja islami akan
selalu menyandarkan prilakuknya kepada nilai nilai islam yang termaktub dalam
dua sumber utamanya yakni al-Qur’an dan sunnah Rasul yang bersifat absolut.
Karena itu seorang muslim yang beretos kerja islami akan melahirkan sikap
hidup yang tercermin dalam ahlaqnya sehari hari, yang diantaranya sebagai
berikut :
pg. 4
digunakan untuk menunjukan perilaku yang menindas, seperti penguasa,
pimpinan, majikan yang menindas, perilaku mereka dianggap dhalim.
3. Rendah hati, dalam arti tidak menyombangkan diri kepada orang lain,
karena dia menganggap manusia itu sebenarnya sama dan sederajat
dihadapan Allah. Yang membedakannya hanya nilai taqwa.
Ada empat pilar teori utama. Keempat pilar inilah yang sesungguhnya
bertanggung jawab menopang semua jenis dan sistem keberhasilan yang
berkelanjutan (sustainable success system) pada semua tingkatan. Keempat
elemen itu lalu dikonstruksikan dalam sebuah konsep besar yang disebutnya
sebagai Catur Dharma Mahardika (Bahasa Sansekerta) yang berarti Empat
Darma Keberhasilan Utama,yaitu:
pg. 5
Keempat darma ini kemudian dirumuskan menjadi delapan aspek etos
1. Kerja adalah rahmat. Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai
kantor, sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari Tuhan.Anugerah itu
kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigendan udara tanpa biaya
sepeser pun.
3. Kerja adalah panggilan. Kerja merupakan suatu darma yang sesuai dengan
panggilan jiwa sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas. Jadi, jika
pekerjaan atau profesi disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap pada diri
sendiri, I'm doing my best!. Dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika hasil
karya kita kurang baik mutunya.
4. Kerja adalah aktualisasi. Pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai
hakikat manusia yang tertinggi, sehingga kita akan bekerja keras dengan penu
semangat. Apa pun pekerjaan kita, entah dokter, akuntan, ahli hukum, semuanya
bentuk aktualisasi diri. Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap
merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita
merasa ada.Bagaimanapun sibuk bekerja jauh lebih menyenangkan daripada
duduk termenung tanpa pekerjaan.
5. Kerja adalah ibadah. Bekerja merupakan bentuk bakti dan ketakwaan kepada
Tuhan, sehingga melalui pekerjaan manusia mengarahkan dirinya pada tujuan
agung Sang Pencipta dalam pengabdian. Kesadaran ini pada gilirannya akan
pg. 6
membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan
semata.
6. Kerja adalah seni. Kesadaran ini akan membuat kita bekerja dengan perasaan
senang seperti halnya melakukan hobi. Contonya Edward V Appleton, seorang
fisikawan peraih nobel. Dia mengaku, rahasia keberhasilannya meraih
penghargaan sains paling begengsi itu adalah karena dia bisa menikmati
pekerjaannya.
7. Kerja adalah kehormatan. Segampang apa pun pekerjaan kita, itu adalah
sebuah kehormatan. Jika bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka
kehormatan lain yang lebih besar akan datang kepada kita.
dengan sempurna dan penuh kerendahan hati. Apa pun pekerjaan kita,
Sedangkan, bagi individu atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja
yang rendah, maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya yaitu :
pg. 7
Dari berbagai aspek yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
seseorang yang memiliki etos kerja tinggi Etos (etika) dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
Islam tidak meminta penganutnya sekedar bekerja, tetapi juga meminta agar
mereka bekerja dengan tekun dan baik yakni dapat menyelesaikannya dengan
sempurna. Untuk mencapai ketekunan dalam bekerja, salah satu pondasinya
adalah amanah dan ikhlas dan berusaha semaksimal mungkin dengan prinsip
melakukan yang terbaik dan bertawakkal serta dibentengi oleh etika mulia dan
hanya berharap mendapatkan keberkahan Allah swt. atas usaha yang
dilakukannya di dunia dan kelak di akhirat mendapat ganjaran pahala.
Dalam bekerja seorang muslim harus mempunyai etos kerja islami yang
menekankan agar bekerja dengan tekun dan baik yaitu dapat menyelesaikannya
dengan sempurna karena itu merupakan kewajiban setiap muslim.
ibadah. Seorang muslim yang dekat dengan Allah akan bekerja dengan
pg. 8
4. Amanah dalam bekerja adalah suatu perbuatan yang sangat mulia dan
utama.
5. Kreatif. Orang yang hari ini sama dengan hari kemarin dianggap merugi,
karena tidak ada kemajuan dan tertinggal oleh perubahan. Terlebih lagi orang
yang hari ini lebih buruk dari kemarin dianggap orang yang celaka, karena berarti
akan tertinggal jauh dan sulit lagi mengejar. Orang yang beruntung hanyalah
orang yang hari ini lebi baik dari kemarin, berarti selalu ada penambahan. Inilah
sikap perubahan yang diharapkan selalu terjadi pada setiap muslim,sehingga
tidak akan pernah tertinggal, dia selalu antisaifatif terhadap perubahan, dan
selalu siap menyikapi perubahan. (kirom, etos kerja islami, 2018)
Tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia tidak lepas dari factor
factor yang mempengaruhinya,ada factor yang memengaruhi etos kerja
seseorang,namun secara umum dibedakan menjadi 2 faktor yaitu:
FAKTOR INTERNAL
Yang dimaksud faktor internal adalah faktor yang berasal dari suasana batin atau
semangat hidup (inner life). Faktor ini dapat menggerakan atau membangkitkan
seseorang bahkan dapat menjadi mesin pendorong yang amat dasyat. Dan
biasanya faktor ini berasal dari ajaran agama yang diyakininya.
Sedikitnya ada tiga doktrin keagamaan atau doktrin teologi yang mempengaruhi
etos kerja seseorang, di antaranya sebagai berikut:
pg. 9
tidak dapat diidentikkan (dinisbahkan) kepadanya. Intinya pendapat ini menafikan
kemampuan, kesanggupan dan daya bagi manusia dan semua perbuatan
manusia adalah keterpaksaan belaka yang itu semuanya merupakan ciptaan
Tuhan semata.
2. Faham Qadariyah (free will). Faham ini berpendapat bahwa semua perbutan
manusia adalah atas kehendaknnya sendiri. Manusia bebas menentukan
perbuatannya sendiri tanpa ada campur tangan (intervensi) dari kehendak Allah.
Semua urusan saat ini (sekarang), ditentukan oleh Manusia sendiri, tidak ada
ketentuan Allah.
3. Faham Sunni (ahli sunnah wal Jama’ah). Faham ini dikenal sebagai aliran
jalan tengah dari dua faham sebelumnya yang saling bertolak belakang. Aliran ini
mempunyai pemahaman bahwa semua perbuatan manusia ada kaitannya
dengan ketentuan Allah, tetapi Allah memberikan manusia potensi untuk
melakukan usaha atau ihtiar. Dan jika usahanya sungguh- sungguh maka
manusia dapat merubah nasibnya sendiri dengan izin Allah swt.
FAKTOR EKSTERNAL
Factor eksternal adalah pengaruh yang datangnya dari luar diri manusia,yakni
factor lingkungan,baiklingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja.
1. Faktor utama yaitu keamanan kerja (Job Security). Para pekerja yakin bahwa
mereka akan memiliki etos kerja tinggi, apabila pekerjaannya merupakan
pekerjaan yang aman dan tetap, artinya tidak mudah diganti atau diberhentikan.
4. Faktor keempat adalah rekan kerja yang baik (good workong companion).
Hubungan sosial atau interaksi sosial antar karyawan merupakan faktor
pg. 10
yang cukup penting dalam menumbuhkan gairah kerja dan etos kerja.
5. Faktor kelima adalah adanya kompensasi, gaji atau imbalan. Faktor ini
walaupun pada umumnya tidak menempati urutan paling atas, tetapi hal ini
termasuk dapat mempengaruhi ketenangan, dan semangat kerja.
Harus yakin bahwa semangat juang yang mempengaruhi etos kerja muslim tidak
datang dari benda-benda keramat, tetapi dari energi dorong yang kuat dari
keyakinan terhadap Allah Swt. Kualitas keyakinan kepada Allah (tauhidullah)
inilah, yang menentukan atau mempengaruhi etos kerja seseorang, jika
keyakinannya tipis atau lemah maka etos kerjanya rendah dan sebaliknya
apabila keyakinannya kuat maka etos kerjanya akan tinggi. (saifullah, 2010)
pg. 11
Bekerja keras yang dibarengi dengan berdzikir dan berdo’a inilah yang menjadi
ciri khas etos kerja seorang muslim, jika hal ini terrealisasi dalam kehidupannya,
maka dapat menghasilkan rizki yang halal dan diridlai Allah, yang pada akhirnya
akan mendapatkan keberkahan dan keuntungan dunia akherat. Setelah bekerja
keras, berdzikir dan berdo‘a, maka berhasil tidaknya diserahkan keputusan
akhirnya kepada Allah Swt. Di sinilah posisi tawakkal atau berserah diri dan ridla
dalam menerima keputusan Allah. Apabila keputusan Allah sesuai dengan usaha
keras dan permohonan, berarti kesuksesan yang diraih (kaya), maka diharuskan
untuk mensyukurinya, namun apabila ternyata keputusan Allah tidak sesuai
dengan yang diharapkan, dalam arti gagal (miskin), maka harus bersabar dan
tabah mengahadapinya.Konsep ajaran Islam tersebut apabila dijadikan
pegangan hidup setiap muslim, maka akan mendapatkan ketenangan hidup
dalam menghadapi segala situasi dan kondisi apapun. Sukses tidak sombong
dan gagalpun tidak akan berputus harapan, apalagi putus asa. Sikap Syukur
apabila sukses dan sabar apabila gagal, akan menjadikan kita punya sikap
qana‘ah, yang pada gilirannya akan membawa ketenangan dan ketentraman
dalam hidup. Dan inilah hakekat kebahagiaan hidup yang sebenarnya.
1). Niat ihlas. Niat merupakan kemantapan tujuan luhur untuk apa pekerjaan itu
dilakukan. Hal ini sesuai dengan falsafah hidup muslim yang bekerja dengan
tujuan mengharapkan ridha Allah Swt. Islam memberikan petunjuk pada
pg. 12
umatnya, agar dalam setiap aktivitas dunia yang dilaksanakannya tidak boleh
keluar dari tujuan taqarrub dan ibadah.
Walaupun pekerjaan itu formalnya duniawi, tetapi hakekatnya bernilai ibadah jika
disertai niat yang ihlas karena Allah Swt. Dengan demikian ihlas merupakan
energi batin yang akan membentengi diri seseorang dari segala bentuk
perbuatan kotor dalam bekerja, seperti korupsi, mencuri, berbohong, menipu,
dan lainnya, karena itu termasuk jalan haram yang amat dibenci oleh Allah Swt.
3). Ketekunan (istiqamah). Istiqamah adalah daya tahan mental dan kesetiaan
melakukan sesuatu yang telah direncanakan sampai ke batas akhir suatu
pekerjaan. Istiqamah juga berarti tidak mudah berbelok arah betapapun kuatnya
godaan untuk mengubah pendiriannya, ia tetap pada niat semula. Walaupun
dihadapkan dengan segala rintangan, ia masih tetap berdiri (konsisten), ia tetap
menapaki jalan yang lurus, tetap tangguh menghadapi badai, tetap berjalan
sampai batas, tetap berlayar sampai ke pulau, walaupun sejuta halangan
menghadang. Ini bukan idialisme, tetapi sebuah karakter yang melekat pada jiwa
seorang muslim yang memiliki semangat tauhid yang tangguh.
4). Kesabaran. Kesabaran adalah sikap hidup seorang muslim yang sangat
berharga. Sikap ini sangat dibutuhkan dalam berjuang dan bekerja, dan ini
termasuk akhlakul karimah yang seharusnya diperjuangkan dalam
hidup.Berbagai hambatan dan tantangan akan dapat ditanggulangi selama
kesabaran masih melekat dan bersemi dalam jiwa manusia. Ahli hikmah
mengatakan bahwa kesabaran itu pahit laksana jadam, tetapi buahnya manis
pg. 13
bagaikan madu. Kenyataan hidup mengatakan bahwa orang-orang yang sukses
dan berhasil mencapai kemajuan dalam hidup karena mereka memiliki
kesabaran dalam mengatasi berbagai ujian dan cobaan dalam kehidupan.
Islam bukanlah agama langit, melainkan sekaligus agama yang dapat membumi
(workable). Penghargaan Islam terhadap budaya kerja bukan sekedar pajangan
alegoris, penghias retorika, pemanis bahan pidato, indah dalam pernyataan,
tetapi kosong dalam kenyataan. Bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip
iman, bukan saja menunjukkan seorang muslim, melainkan sekaligus
meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah(‘abdullah). Maksudnya,
hanya di tangan hamba Allah yang beriman, apapun yang dilakukan tidak
mungkin cacat atau rusak, sehingga pantaslah jika mereka diberi amanah,
karena mereka sudah membuktikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya
(al-amin, credible). Ini artinya, hanya orang Islam yang tangguh imannya, yang
dapat menjadi pekerja keras dan beretos kerjatinggi. Iman bukanlah sekedar
percaya, iman bukanlah pernyataan yang tersembunyi tanpa bukti, melainkan
merupakan pelita jiwa yang menerangiseluruh pori-pori syaraf batin yang
mendorong seseorang untuk berbuat menggapai prestasi kerja dalam
mengemban misi kehidupannya. Iman akan bermakna bila berwujud dalam gerak
kerja keras, ada dorongan untuk membuahkan sesuatu yang bermanfaat.
Dengan kata lain dapat dipahami bahwa tidaklah beriman atau tidaklah
sempurna iman seseorang yang hanya menyakini dalam hati dan mengucap
dalam kata, tetapi hampa dalam perbuatan. Pandai membuat pernyataan, tetapi
bodoh mewujudkannya dalam kenyataan. (saifullah, etos kerja dalam perspektif
islam, 2010)
pg. 14
menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai,
disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini
mendorong dikembangkannya standar kompetensi sesuai dengan jenjang
persekolahan yang secara nasional yang ditandai dengan ciri-ciri :
Dalam proses pembelajaran tentu akan berujung dengan prestasi belajar yang
diraih anak didik, yang akan menggambarkan keberhasilan dan kesuksesan
siswa dalam pembelajaran. Untuk mencapai prestasi belajar dengan baik,
banyak hal yang mempengaruhinya antara lain,tanggung jawab orang tua dan
minat siswa itu sendiri, dan masih banyak lagi faktor-faktor lain diluar
pembahasan ini.Prestasi belajar akan dapat dicapai dengan baik apabila semua
pg. 15
KESIMPULAN
pg. 16
DAFTAR PUSTAKA
etos kerja islami. (n.d.). 84.
kirom, c. (2018). etos kerja dalam islam. junral of sharia economic law, 64.
kirom, c. (2018). etos kerja islam. jurnal of sharia economic law, 61-63.
kirom, c. (2018). etos kerja islami. jurnnal of sharia economic law, 66.
maesaroh, s. (2013). peranan metode pembelajaran terhadap minat dan prestasi belajar
pendidikan agama islam. jurnal kependidikan, 152.
maesaroh, s. (2013). peranan metode pembelajaran terhadap minat dan prestasi belajar
pendidikan agama islam. jurnal kependidikan, 154.
saifullah. (2010). etos kerja dalam perspektif islam. jurnal sosial humaniora, 61-67.
saifullah. (2010). etos kerja dalam perspektif islam . jurnal sosial humaniorah , 57-61.
sunadi, d. (2016). etos kerja dalam islami. jurnal sosial humaniora, 85.
sunardi, d. (2016). etos keja dalam islami. jurnal sosial humaniora, 84.
sunardi, d. (2016). etos kerja dalam islami. jurnal sosial humaniora, 91-93.
pg. 17