Anda di halaman 1dari 4

Nama : Wahyu Kurniawan.

Dosen: Khairunsyah Purba


NIM : 11970510666
Kelas : ANA F/III
Matkul : Manajemen SDM Sektor Publik
A. Sumber daya manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah individu produktif yang bekerja sebagai penggerak
suatu organisasi, baik itu di dalam institusi maupun perusahaan yang memiliki fungsi sebagai
aset sehingga harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya.
Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari ilmu manajemen yang
memfokuskan perhatiannya pada pengaturan peranan sumber daya manusia dalam kegiatan
suatu organisasi. Sumber daya manusia (SDM) adalah faktor sentral dalam suatu organisasi.
Apapun bentuk serta
tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan visi untuk kepentingan manusia dan dalam
pelaksanaanya misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Manusia merupakan faktor strategis
dalam semua kegiatan institusi/organisasi.
1. Perencanaan Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Lembaga pendidikan Islam adalah
Perencanaan Sumber Daya Manusia.
Prinsip- prinsip yang penulis sarankan untuk yang
dapat dijadian dasar dalam perencanaan SDM dilembaga pendidikan Islam yaiti bahwa Allah
Maha Membuat rencana, Rencana Allah sangat teguh, merujuk pada petunjuk Allah dalam
membuat perencanaan, perencanaan dibuat dengan teliti, perencanaan disertai dengan
tawakal, hasil perencanaan dipetik kemudian hari, perencanaan yang dibuat adalah
perencanaan yang baik, perencanaan berdasarkan konsep pembelajaran dan hasil musyawarah
orang-orang yang berkompeten, cermat, luas pandangannya dan orientasi
perencanaan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
2.Pengadaan Sumber Daya Manusia
Dalam Lembaga pendidikan Islam dalam rekrutmen
SDMnya harus memiliki kualifiasi pekerja yang baik sesuai
dengan konsep Islam dalam surah Al-Qhashas ayat 26. Orang yang paling baik untuk dijadikan
SDM di lembaga pendidikan Islam adalah SDM yang kuat dan dapat dipercaya. Kuat disini di
analogikan dengan ketrampilan dan kualifikasi tertentu yang diisyaratkan oleh jabatan sehingga
menjadi pekerja yang
profesional dan pada akhirnya menjadi exspert pada bidangnya dan mampu memahami
kemudian menerapkan prinsip prinsip Islam.
3.Penilaian sumber daya manusia
Penilaian sumber daya manusia pada lembaga pendidikan Islam harus dilakukan secara
teratur dan terus menerus pada setiap jenjang hierarkri akan menjadi dasar untuk tersedianya
dan mendorong umpan balik, dia menentukan hal-hal apa saja yang berjalan dengan baik dalam
membangun fondasi kesuksesan organisasi lembaga
pendidikan Islam dan juga menandai hal-hal apa saja yang
tidak berjalan dengan baik sehingga tindakan perbaikan dapat
diambil.
Penilaian sumber daya manusia pada lembaga pendidikan Islam menjadikan taqwa
menjadi barometer penilaiannya. Takwa inilah yang menentukan derajat kualitas SDM
dilembaga pendidikan Islam. Di dalam lembaga pendidikan Islam SDM lembaga pendidikannya
meyakini
bahwa Allah sangat tepat dan cepat perhitungannya dalam menilai kinerja umatnya. Allah
memberikan penilaian terhadap setiap perbuatan manusia sebagaimana firman Allah dalam
surah Al-Baqarah ayat 134 dan juga dalam surah Al-
Baqarah 202.
Manajemen sumber daya manusia dalam perspektif
Islam menjadikan Akidah Islam/ tauhid sebagai asas aktivitasnya SDMnya. Tauhid yang benar
menjadi syarat
sempurnya amal. Asas tauhid ini menjadi nilai tambah bagi SDM lembaga pendidikan
Islam yang lebih berorientasi pada
misi mengharap keridaan Allah, mengutamakan tujuan jangka panjang (akhirat) dibandingkan
keuntungan jangka pendek (akhirat) dan menjadikan sumber daya manusia sebagai aset
utama di dalam lembaga pendidikan Islam.
Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah dibekali dengan kehendak bebas,
rasionalitas, dan kesadaran moral. Semua ini dikombinasikan dengan kesadaran ke-Tuhanan
yang inheren sehingga manusia dituntut untuk hidup dalam kepatuhan dan ibadah kepadanya.
Semua sumber daya yang ada ditangan manusia tidak lain adalah suatu amanah, oleh karena
itu sebagai kholifah (wakil Allah), manusia akan dituntut suatu pertanggung jawaban amanah di
akhirat kelak. Bagi mereka yang berbuat baik maka mereka akan memetik kebaikan pula.
QS. Az Zalzalah (9) : 7-8 menyebutkan. “Barangsiapa mengerjakan kebaikan, meskipun
seberat zarrah, akan dilihatnya balasan kebaikan itu. Barangsiapa mengerjakan kejahatan,
meskipun seberat zarrah, akan dilihatnya balasan kejahatan itu.” Artinya, jika kita bekerja
dengan baik sesuai dengan tuntunan-Nya akan mendapatkan ganjaran; sebaliknya jika bekerja
dengan tidak baik kita juga akan menerima ganjarannya. Hal ini berlaku pula dalam tugas
mengelola sumber daya insani yang dimiliki organisasi, oleh karena itu menjadi kewajiban bagi
setiap muslim untuk mengetahui bagaimana manajemen yang baik dan sesuai dengan tuntunan
syari’ah.
1.  Bekerja Sebagai Kewajiban
Bagi islam bekerja adalah sebuah kewajiban, setiap muslim yang mampu bekerja harus
bekerja karena hal itu adalah juga tanggung jawab moral terhadap masyarakat dan dirinya
sendiri. Kuatnya dorongan bekerja ini sehingga bagi mereka yang melakukan suatu pekerjaan,
pahalanya sama seperti orang yang melakukan ibadah (At-Tmimi, 1992)[2]. Casio salah seorang
tokoh konvensional berpendapat, pekerjaan adalah hal yang amat penting bagi individu karena
pekerjaan menentukan standar kehidupan, tempat tinggal, status bahkan harga diri. Sedangkan
bagi organisasi pekerjaan penting artinya karena merupakan kendaraan yang diapakai
organisasi untuk mencapai tujuannya.
2. Manusia Sebagai Homo Islamicus
Manajemen adalah terapan dari ilmu ekonomi, dan salah satu kekeliruan mendasar
dalam teori ekonomi konvensional adalah asumsi bahwa manusia pada intinya adalah makhluk
ekonomi (homo economicus) yang mementingkan dirinya sendiri. Islam tidak memandang
manusia ‘seburuk’ ini.  Islam menempatkan manusia sebagai makhluk termulia, sehingga
pengelolaannya pun tidak merendahkan derajatnya seperti asumsi homo economicus dalam
teori ekonomi. Sehingga membagi manusia dalam beberapa kelompok yang terdiri dari
kelompok malas dan kelompok rajin. Bagi islam manusia adalah homo islamicus mengacu pada
As-Sajdah: 9, yang terjemahannya, “Kemudian, Ia sempurnakan kejadiannya, dan ia tiupkan
padanya sebagian dari ruh-Nya dan ia jadikan bagi kamu pendengaran dan penglihatan dan
hati, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur”. Peniupan ruh yang dimaksud dalam ayat ini dapat
diartikan dengan sifat-sifat Allah yang mulia juga ditiupkan pada manusia.
3.  Empat Pijakan Dasar Manajemen SDM
Empat pijakan dasar dalam MSDM adalah sebagai berikut:

A. Khalifah
Sebagai manusia kesadaran bahwa kita diciptakan untuk beribadah/mengabdi pada-Nya
harus tertanam dalam jiwa dan pikiran. Implikasi dan kesadaran ini adalah setiap tingkah laku
dan keputusan yang kita ambil akan selalu mengacu pada mencari ridho-Nya. Dan ini berlaku
pula ketika kita diserahi beban amanah untuk mengelola sumber daya insasi. Islam selalu
mengajak pemeluknya agar selalu berada di depan, menjadi yang terbaik, yang dapat
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi umat manusia.
B.  Konsep Adil
Adil dapat pula dipahami sebagai moderasi, yaitu sikap tengah dan seimbang.
Keseimbangan ini antara hak dan kewajiban. Orang yang mejalankan kewajiban tanpa
mendapat hak berarti ia adalah budak. Sebaliknya orang yang hanya menuntut hak tanpa mau
menjalankan kewajiban berarti ia pemeras atau preman. Keseimbangan ini juga bermakna tidak
berpihak pada pihak yang berperkara. Keadilan yang berintikan keseimbangan merupakan
hukum kosmik atau hukum alam jagat raya, oleh karena itu keadilan tak boleh dilawan apalagi
dilenyapkan, karean hal demikian akan menimbulkan kekacauan social yang amat berbahaya
bagi kelangsungan hidup suatu masyarakat.
C. Tujuan Organisasi dan Tujuan Individu SDI
Pada awal ketika individu karyawan bergabung dengan organisasi dapat dipastikan
tujuannya tidak sama dengan tujuan organisasi, bahkan sangat mungkin individu tidak tahu apa
yang menjadi tujuan organisasi. Secara kasat mata akan terlihat bahwa individu masuk dalam
organisasi  perusahaan tidak lain didorong untuk hasrat mencari nafkah, mendapatkan jaminan
hidup, membina karier dan lain sebagainya.
Pendekatan yang islami mengatakan bahwa tujuan hidup setiap manusia pada akhirnya
adalah Ridho Allah SWT apapun pekerjaan dan profesi yang dipegangnya. Jadi, baik karyawan
yang bekerja maupun pimpinan yang mengarahkan kerja karyawan, sama-sama memilki Allah
SWT sebagai tujuan hidup.

Anda mungkin juga menyukai