Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH AGAMA ISLAM II

PROFESIONALISME DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH:
BRILIANT AGENG A. M. 041911333221
AMMAR YASIR BAHANAN 041911333245
ARDHELIA DWI INDIRA 041911333247
ALYA SUFI IKRIMA 041911333248

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
PENDAHULUAN
Islam diturunkan Allah di muka bumi sebagai ajaran yang sempurna dalam
berbagai aspek kehidupan. Salah satu hal yang menunjukkan kesempurnaan ajaran
Islam adalah adanya perintah bekerja kepada para pemeluknya. Seorang muslim (laki-
laki) dibebani kewajiban untuk bekerja dengan beberapa alasan dan sebab, antara lain
untuk memenuhi nafkah dirinya sendiri atau pun keluarganya, menjaga dirinya dari
kehinaan meminta-minta, dan agar dapat menghindarkan diri dari perbuatan yang
menyimpang atau tidak dibenarkan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Bekerja didefinisikan sebagai upaya mengerahkan segala kemampuan dan
kesanggupan yang dimilikinya baik jasmani, rohani, maupun akal pikiran untuk
memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Bekerja dapat berupa berusaha
sendiri (berwiraswasta) maupun dengan bekerja kepada orang lain/institusi sebagai
pegawai/buruh/karyawan dengan mendapatkan imbalan/gaji/upah. Islam mendorong
para pemeluknya untuk bekerja dan menekuni kegiatan ekonomi dalam segala
bentuknya seperti pertanian, industri, perdagangan, dan bekerja dalam berbagai bidang
keahlian atau profesi. Ada banyak nash-nash Islam baik berupa Firman Allah SWT
maupun Hadits Rasulullah SAW yang memuat ajakan dan perintah untuk melakukan
usaha dalam rangka mencari rezeki dan mengembangkan hartanya dengan disertai
tawakkal kepada Allah. Perintah bekerja ini sejajar dengan perintah sholat, shodaqoh,
dan jihad di jalan Allah SWT.
Rasulullah, para nabi, dan para sahabat adalah para profesional yang memiliki
keahlian dan pekerja keras. Mereka selalu menganjurkan dan menteladani orang lain
untuk mengerjakan hal yang sama. Profesi Nabi Daud adalah seorang ahli pertenunan
(kain dan baju besi), Nabi Adam seorang petani, Nabi Idris adalah tukang jahit dan
nabi Musa adalah seorang pengembala. Bekerja menurut pandangan Islam bukan
hanya sekedar bekerja atau bekerja asal-asalan. Namun ada nilai-nilai yang harus
diperhatikan dan diamalkan oleh setiap muslim yang bekerja. Nilai-nilai tersebut
adalah ihsan (baik), jiddiyah (integritas), dan itqon (profesional).
Profesionalisme Rasulullah SAW dalam berbisnis melekat erat dengan
karakter yang ada pada diri beliau dan keutamaan sifat beliau, yaitu siddiq, fathonah,
amanah dan tabligh. Praktek bisnis yang dilakukan oleh Rasulullah SAW merupakan
salah satu amanah sebagai khalifah di muka bumi dan kita diperintahkan agar mampu
melaksanakan tugas ini dengan kualitas terbaik sehingga tercapai tujuan manusia
sebagai“insan kamil.”
PEMBAHASAN
A. Profesionalisme Dalam Islam
Profesionalisme dapat diartikan sebagai pandangan untuk selalu berfikir,
berpendirian, bersikap dan bekerja sungguh sungguh, bekerja keras, bekerja sepenuh
waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi dan penuh dedikasi demi keberhasilan
pekerjaannya.
Dengan pengertian tersebut, profesionalisme sangat diperlukan untuk
keberhasilan suatu perusahaan, organisasi dan lembaga. Perusahaan, organisasi dan
sejenisnya apabila ingin berhasil program-program yang dimiliki, maka harus
melibatkan orang-orang yang mampu bekerja secara profesional. Tanpa sikap dan
perilaku profesional maka lembaga, organisasi tersebut tidak akan memperoleh hasil
yang maksimal, bahkan bisa mengalami kebangkrutan.
Dalam realitas masyarakat, banyak ditemukan adanya perusahaan, organisasi,
dan lembaga yang maju, sedang atau biasa-biasa. Diantara faktor yang mempengaruhi
kemajuan dan kemunduran perusahaan atau organisasi tersebut adalah sikap dan
perilaku profesional dari orang-orang yang terlibat didalamnya, terutama para
pemimpinnya.

B. Sifat Rasulullah SAW yang Mendasari Profesionalisme


Ajaran Islam sebagai agama universal sangat kaya akan pesan-pesan yang
mendidik bagi muslim untuk menjadi umat terbaik, menjadi khalifah, yang mengatur
dengan baik bumi dan se isinya. Pesan-pesan sangat mendorong kepada setiap muslim
untuk berbuat dan bekerja secara profesional, yakni bekerja dengan benar, optimal,
jujur, disiplin dan tekun.
Akhlak Islam yang diajarkan oleh Nabiyullah Muhammad SAW, memiliki
sifat-sifat yang dapat dijadikan landasan bagi pengembangan profesionalisme. Ini dapat
dilihat pada pengertian sifat-sifat akhlak Nabi sebagai berikut :
1. Sifat kejujuran (Shiddiq).
Kejujuran ini menjadi salah satu dasar yang paling penting untuk membangun
profesionalisme. Hampir semua bentuk usaha yang dikerjakan bersama menjadi
hancur, karena hilangnya kejujuran. Oleh karena itu kejujuran menjadi sifat wajib bagi
Rasulullah SAW. Dan sifat ini pula yang selalu diajarkan oleh islam melalui al-Qur’an
dan sunnah Nabi. Kegiatan yang dikembangkan di dunia organisasi, perusahan dan
lembaga modern saat ini sangat ditentukan oleh kejujuran. Begitu juga tegaknya negara
sangat ditentukan oleh sikap hidup jujur para pemimpinnya. Ketika para pemimpinya
tidak jujur dan korupsi, maka negara itu menghadapi masalah nasional dan akan sulit
untuk bangkit kembali.
2. Sifat Dapat dipercaya atau Tanggung Jawab (Amanah).
Sikap Dapat dipercaya dan bertanggung jawab menjadi dasar penting seseorang
untuk bersikap profesional Suatu perusahaan/organisasi/lembaga apapun pasti hancur
bila orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak dapat dipercaya pekerjaan yang
diberikan kepada mereka.
3. Sifat Komunikatif (Tabligh).
Salah satu ciri profesional adalah sikap komunikatif dan transparan. Dengan
sifat komunikatif, seorang penanggung jawab suatu pekerjaan akan dapat menjalin
kerjasama dengan orang lain lebih lancar. Ia dapat juga meyakinkan rekannya
untuk melakukan kerja sama atau melaksanakan visi dan misi yang disampaikan.
Sementara dengan sifat transparan, kepemimpinan dapat dipahami oleh semua pihak,
tidak ada kecurigaan, sehingga semua anggota dan rekan kerjasamanya akan
memberikan apresiasi yang tinggi kepada kepemimpinannya. Dengan begitu, perjalanan
sebuah organisasi akan berjalan lebih lancar, serta mendapat dukungan penuh dari
berbagai pihak.
4. Sifat Cerdas (Fathanah).
Dengan kecerdasannya seorang profesional akan dapat melihat peluang dan
menangkap peluang dengan cepat dan tepat. Dalam sebuah organisasi, kepemimpinan
yang cerdas akan cepat dan tepat dalam memahami permasalahan yang ada di
lembaganya. Ia cepat memahami aspirasi anggotanya, sehingga setiap peluang dapat
segera dimanfaatkan secara optimal dan problem dapat dipecahkan dengan cepat dan
tepat sasaran.
Disamping itu, masih terdapat pula nilai-nilai islam yang dapat mendasari
pengembangan profesionalisme, yaitu :
1. Bersikap positif dan berfikir positif (husnuzh zhan).
Berpikir positif akan mendorong setiap orang melaksanakan tugas-tugasnya
lebih baik. Hal ini disebabkan dengan bersikap dan berfikir positif mendorong
seseorang untuk berfikir jernih dalam menghadapi setiap masalah. Husnuzh zhan
tersebut, tidak saja ditujukan kepada sesama kawan dalam bekerja, tetapi yang paling
utama adalah bersikap dan berfikir positif kepada Allah SWT. Dengan pemikiran
tersebut, seseorang akan lebih lebih bersikap objektif dan optimistik. Apabila ia
berhasil dalam usahanya tidak menjadi sombong dan lupa diri, dan apabila gagal tidak
mudah putus asa, dan menyalahkan orang lain.
2. Memperbanyak shilaturahhim.
Dalam Islam kebiasaan shilaturrahim merupakan bagian dari tanda-tanda
keimanan. Namun dalam dunia profesi, shilaturahhim sering dijumpai dalam bentuk
tradisi lobi. Dalam tradisi ini akan terjadi saling belajar.
3. Disiplin waktu dan menepati janji.
Begitu pentingnya disiplin waktu, al-Qur’an menegaskan makna waktu bagi
kehidupan manusia dalam surat al-Ashr, yang diawali dengan sumpah ”Demi Waktu”.
Begitu juga menepati janji, al-Qur’an menegaskan hal tersebut dalam ayat pertama al-
Maidah, sebelum memasuki pesan-pesan penting lainnya.
“Hai orang-orang yang beriman, penuhi lah aqad-aqad itu”. (Al-
Maaidah/05:01). Yang di maksud aqad-aqad adalah janji-janji sesama
manusia.
4. Bertindak efektif dan efisien.
Bertindak efektif artinya merencanakan , mengerjakan dan mengevaluasi
sebuah kegitan dengan tepat sasaran. Sedangkan efisien adalah penggunaan fasilitas
kerja dengan cukup, tidak boros dan memenuhi sasaran, juga melakukan sesuatu yang
memang diperlukan dan berguna. Islam sangat menganjurkan sikap efektif dan efesien.
5. Memberikan upah secara tepat dan cepat.
Sesuai dengan Hadist Nabi, yang mengatakan berikan upah kadarnya, akan
mendorong seseorang pekerja atau pegawai dapat memenuhi kebutuhan diri dan
keluarganya secara tepat pula. Sementara apabila upah ditunda, seorang pegawai
akan bermalas-malas karena dia harus memikirkan beban kebutuhannya dan merasa
karya-karyanya tidak dihargai secara memadai.

C. Profesionalisme dalam surat Al Isra 36 dan hadits Rasulullah SAW


1. Bahwa pekerjaan itu harus dilakukan berdasarkan kesadaran dan pengetahuan
yang memadai. Sebagaimana firman Allah :

Artinya :

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. al-Isra/17:36).
2. Pekerjaan harus dilakukan berdasarkan keahlian. Seperti sabda Nabi :
“Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggu
lah saat kehancuran” (Hadist Bukhari).
3. Berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik. Dalam Islam, amal dan kerja harus
dilakukan dalam bentuk yang shalih. Sehingga makna amal shalih dapat
dipahami sebagai kerja sesuai standar mutu, baik mutu dihadapan Allah maupun
dihadapan manusia rekanan kerjanya.
4. Pekerjaan itu senantiasa diawasi oleh Allah, Rasulullah, dan masyarakatnya.
Oleh karena itu, pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
5. Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan etos kerja yang tinggi
6. Pengupahan harus dilakukan secara tepat dan sesuai dengan amal atau karya yang
dihasilkannya.

PENUTUP
Demikian uraian singkat tentang profesional dalam islam. Secara ideal, Islam
sangat mendorong tumbuhnya sikap profesionalisme, baik dalam kerja untuk orientasi
duniawi maupun ukhrawi. Amal perbuatan yang ditunjukan untuk kehidupan dunia
harus dilakukan seoptimal mungkin (sebagai amal shalih), begitu juga amal perbuatan
untuk tujuan akherat. Semuanya itu merupakan ibadah kepada Allah. Maka
profesionalisme adalah pelaksanaan suatu amal atau pekerjaan dengan kualitas kerja
yang tinggi dengan mutu produktivitas yang tinggi pula.

Daftar Pustaka
1. Al-Qur’an dan Terjemahan. Sofware Qur’an Versi 6.50. Edisi 1997.
2. Zuhdi, M. Najmuddin. 2004 Ber Islam : menuju keshalehan individual dan sosial.
Surakarta: Lembaga Studi Islam.

Anda mungkin juga menyukai