Anda di halaman 1dari 30

MINGGU 2

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PENJUALAN

A. SALES FORECAST
Pengertian Forecasting
Dalam dunia usaha, penting bagi suatu perusahaan untuk memperkirakan hal-hal yang terjadi
di masa depan sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam menjalankan usahanya,
perusahaan dapat menganut salah satu pendekatan ini:
● Pendekatan Speculative
Perusahaan tidak memperhitungkan risiko yang diakibatkan oleh ketidakpastian
faktor-faktor internal dan eksternal.
● Pendekatan Calculated Risk
Perusahaan secara aktif melakukan estimasi terhadap risiko yang diakibatkan oleh
ketidakpastian faktor-faktor eksternal dan internal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan:
● Faktor Internal
Kualitas dan kegunaan produk
Ongkos produksi dan distribusi
Kecakapan manajemen perusahaan
● Faktor Eksternal
Kecakapan manajemen pesaing
Volume kegiatan perekonomian
Barang subtitusi serta kemungkinan barang baru yang lebih baik
Selera masyarakat
● Faktor-Faktor Lain
Barrier to entry
Iklim dan perubahan pemakaian produk
Konflik politik
Forecast penjualan adalah proyek teknis daripada permintaan langganan potensial untuk suatu
waktu tertentu dengan berbagai asumsi. Dapat dikatakan forecast epnjualan merupakan
“pusat” dari seluruh perencanaan perusahaan, dan ini akan menentukan potensi penjualan dan
luas pasar yang dikuasai mendatang.

Teknik-Teknik Forecast Penjualan


● Forecast Berdasarkan Pendapat
Pendapat salesman
Pendapat sales manajer
Pendapat para ahli
Survey konsumen
● Forecast Berdasarkan Perhitungan Statistik
Penerapan garis trend secara bebas
Penerapan garis trend secara bebas suatu cara penerapan garis trend tanpa
menggunakan rumus matematika.
Penerapan garis trend dengan setengah rata-rata
Pada metode ini sudah digunakan perhitungan-perhitungan. Unsur subjektifitas sudah
dihilangkan.
Rumus:
Y = a +bX
Keterangan:
a = Rata-Rata Kelompok Tahun Dasar
b = (Rata2 Kelompok 2 - Rata2 Kelompok 1) / n
X = Jumlah tahun dihitung dari periode dasar
Penerapan garis trend secara matematis
Metode Moment
Rumus:
Y = a +bX
∑Yi = n.a + b∑Xi
∑XiYi = a∑Xi + b∑Xi^2
Metode Least Square
Y = a +bX
a = ∑Y / n
b = ∑XY / ∑X^2
Analisis Korelasi

● Forecast dengan Metode-Metode Khusus


Analisa Industri
Analisa Product Line
Analisa Pengguna Akhir
B. SALES BUDGET
Anggaran Penjualan (Sales Budget) adalah sebuah perencanaan secara terperinci tentang
jenis, volume, harga, daerah distribusi, serta waktu penjualan produk yang akan dijual
nantinya. Kegunaannya adalah untuk dijadikan sebagai dasar penyusunan anggaran produksi
dan anggaran biaya penjualan (biaya distribusi produk), bahkan dijadikan dasar dalam
penyusunan anggaran laba rugi.
Masalah-masalah utama yang dihadapi pada saat akan menjual barang/jasa pada umumnya
adalah:
1. Barang/jasa yang akan dijual
2. Biaya-biaya yang perlu dikeluarkan agar barang/jasa tersebut dapat terjual
3. Berapa harga barang/jasa tersebut agar mendapatkan keuntungan tapi tetap terjangkau
oleh pembeli
Konsep Anggaran Penjualan Komponen-komponen pokok konsep anggaran penjualan dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Dasar-dasar penyusunan anggaran:
a. Menyusun tujuan perusahaan
b. Menyusun strategi perusahaan
c. Menyusun forecast penjualan
2. Menyusun anggaran penjualan:
a. Anggaran promosi dan advertensi
b. Anggaran biaya-biaya penjualan
c. Rencana pemasaran
Dengan pengertian bahwa forecasting dan control atas penjualan dapat dilakukan,
maka semua kegiatan tersebut disusun rencananya secara terperinci. Dasar-dasar penyusunan
anggaran digunakan sebagai pegangan pokok dalam hal ini.
Anggaran penjualan disusun dengan menggunakan berbagai pendekatan dan masing
masing mempunyai konsekuensi yang berbeda. Dalam melakukannya perlu dipertimbangkan
beberapa faktor, seperti :
1. Karakteristik Pasar
a. Luas Pasar
- Bersifat Lokal
- Bersifat Regional
- Bersifat Nasional
b. Keadaan Persaingan
- Monopoli
- Persaingan Bebas
- Persaingan Monopolistis
c. Kemampuan pasar untuk menyerap barang
d. Keadaan/sifat konsumen, apakah konsumennya merupakan
- Konsumen Akhir
- Konsumen Industri
2. Kemampuan Finansial
a. Kemampuan membiayai penelitian pasar yang dilakukan
b. Kemampuan membiayai usaha-usaha untuk mencapai target penjualan (modal kerja)
c. Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi target penjualan
3. Keadaan Personalia
a. Kemampuan membiayai penelitian pasar yang dilakukan - kemampuan membiayai
usaha-usaha untuk mencapai target penjualan (modal kerja)
b. Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi target penjualan
4. Dimensi Waktu
Hal ini perlu diperhatikan sebab apabila membuat rencana terlalu awal, kemungkinan
akan terjadi perubahan keadaan, juga perlu dipertimbangkan sampai seberapa lama
rencana yang disusun tersebut masih reliable.
Forecast penjualan, suatu teknik untuk memproyeksikan tingkat permintaan
konsumen potensial pada suatu tahun tertentu, dengan berbagai asumsi tertentu pula.
Dapat berubah fungsi menjadi sales plan, apabila manajemen memasukkan unsur
unsur pertimbangan subyektif, rencana, strategi dan lain-lain.
Perencanaan penjualan, adalah juga meliputi perencanaan advertensi dan
promosi, perencanaan biaya-biaya penjualan dan rencana pemasaran.

Politik Harga dalam Anggaran Penjualan


Masalah penetapan harga jual per unit produk adalah masalah yang utama dalam
penyusunan anggaran penjualan. Terdapat saling ketergantungan antara kuantitas (volume)
penjualan yang diharapkan dengan tingkat harga yang direncanakan. Karena itu manajemen
harus memperhatikan masalah kebijakan penetapan harga.
Ada 2 (dua) dasar yang berhubungan dengan masalah penentuan harga ini, dalam
hubungannya dengan volume penjualan yakni:
1. Estimasi terhadap kurva permintaan, yakni bahwa perubahan tingkat harga akan
mengakibatkan perubahan tingkat permintaan.
2. Kurva biaya per unit, yakni makin tinggi volume produksi maka semakin besar biaya
yang ditanggung. Kadang-kadang terjadi kesulitan bagi manajer untuk mengambil
keputusan seandainya ia diharuskan memilih salah satu dari 2 kebijaksanaan:
- Menaikkan tingkat harga per unit produk tetapi volume penjualan dalam unit
menurun.
- Menurunkan tingkat harga per unit produk tetapi volume penjualan akan meningkat.
Pengaruh Upaya Marketing Terhadap Volume Penjualan
Di dalam kenyataan yang lebih umum terjadi, besarnya penjualan yang dapat dicapai
tidak hanya bergantung pada tingkat harga yang kita pilih. Di dalam struktur persaingan yang
sempurna, justru perusahaan tidak mungkin mempengaruhi tingkat harga. Harga ekuilibrium
lah yang akan mampu bertahan lama, karena pada harga ini jumlah yang ditawarkan akan
sama dengan jumlah yang diminta.
Pada tingkat harga yang lebih tinggi dari harga ekuilibrium jumlah penawaran akan
melebihi permintaan. Sebaliknya pada harga yang lebih rendah dari harga ekuilibrium,
jumlah yang diminta akan melebihi penawarannya. Sebaliknya di dalam struktur persaingan
yang kurang sempurna atau persaingan monopolistis, dan hal ini yang lebih sering terjadi,
para konsumen kurang menguasai informasi pasar yang diperlukan untuk membuat pilihan
yang tepat.
Dalam keadaan yang demikian para produsen dan penjual mencoba mempengaruhi
pasaran hasil produksinya melalui variabel bukan harga, seperti mutu dan kelengkapan
produk mereka, syarat pembayaran, jasa pelayanan yang lain, distribusi yang merata sehingga
mempermudah calon pembeli mencari produk mereka, program promosi yang intensif dan
sebagainya. Semua usaha ini membutuhkan biaya.
Oleh karena itu tinggi rendahnya anggaran yang disediakan untuk membiayai
kegiatan-kegiatan ini pada akhirnya yang menentukan tinggi rendahnya penjualan yang dapat
diharapkan.

Langkah dalam Menyusun Rencana Penjualan


Dalam menyusun anggaran penjualan, langkah yang perlu dilakukan meliputi:
1. Penentuan Dasar-dasar Anggaran
a. Penentuan relevant variable yang mempengaruhi penjualan
b. Penentuan tujuan umum dan khusus yang diinginkan
c. Penentuan strategi pemasaran yang dipakai
2. Penyusunan Rencana Penjualan
a. Analisis Ekonomi, dengan mengadakan proyeksi terhadap aspek-aspek Makro
seperti:
- moneter
- kependudukan
- kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi
- teknologi
b. Melakukan Analisis Industri
c. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan masyarakat menyerah produk
sejenis yang dihasilkan oleh industri.
d. Melakukan Analisa Prestasi Penjualan yang Lalu
e. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui posisi perusahaan pada masalalu. Dengan
kata lain untuk mengetahui market share yang dimiliki perusahaan di masa depan.
f. Analisa Penentuan Prestasi Penjualan yang akan datang
g. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan mencapai target
penjualan di masa depan, dengan memperhatikan faktor produksi seperti:
- bahan mentah
- tenaga kerja
- kapasitas produksi
- keadaan permodalan
h. Menyusun Forest Penjualan, yaitu meramalkan jumlah penjualan yang diharapkan
dengan anggapan segala sesuatu berjalan seperti masa yang lalu (Forecasted Sales).
i. Menentukan jumlah penjualan yang dianggarkan.
j. Menghitung rugi/laba yang mungkin diperoleh (Budgeting Profit).
k. Mengkomunikasikan rencana penjualan yang telah disetujui pada pihak lain yang
berkepentingan.
C. KOMPONEN RENCANA PENJUALAN KOMPREHENSIF
Komprehensif artinya menyeluruh atau secara keseluruhan. Dalam menyusun anggaran,
perusahaan dapat melakukannya dengan dua cara, yakni secara sebagian demi sebagian
(partial) dan secara keseluruhan (comprehensive). Karena itu dikenal Comprehensive Budget.
Comprehensive budget (Anggaran komprehensif) yakni penyusunan rencana perusahaan
(Business budget) secara keseluruhan.
Anggaran komprehensif merupakan anggaran dengan ruang lingkup yang menyeluruh.
Aktivitas yang tercakup dalam anggaran komprehensif mencakup seluruh aktivitas
perusahaan baik dalam bidang pemasaran, produksi, keuangan dan administrasi.
Anggaran komprehensif dapat diartikan sebagai suatu catatan anggaran yang bersifat
menyeluruh atau penyusunan rencana perusahaan secara keseluruhan. Penyusunan anggaran
komprehensif akan mendatangkan manfaat berupa adanya pendekatan secara sistematis
terhadap kebijaksanaan manajemen, serta mempermudah diadakannya evaluasi tujuan akhir
perusahaan secara kuantitatif. Dengan menyusun anggaran komprehensif juga membantu
fungsi pengawasan menjadi lebih dinamis terhadap pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan
manajemen.
Pengertian istilah ”Komprehensif” secara khusus di dalam penganggaran suatu perusahaan
dapat diartikan sebagai:
1. Pemakaian secara lebih luas konsep penganggaran dalam setiap kegiatan perusahaan.
2. Pemakaian pendekatan secara menyeluruh dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari.
Sedangkan pedoman umum yang harus diperhatikan sebelum menyusun suatu anggaran
komprehensif adalah :
1. Mengadakan spesifikasi terhadap tujuan yang luas dari perusahaan.
2. Mempersiapkan rencana pendahuluan secara keseluruhan.
3. Menyusun rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek.

a. Manfaat Anggaran Komprehensif


Penyusunan anggaran komprehensif mendatangkan manfaat berupa adanya pendekatan
secara sistematis terhadap kebijakan management serta mempermudah diadakannya
evaluasi tujuan akhir perusahaan secara kuantitatif.
b. Perbedaan Anggaran Komprehensif dengan Partial

Anggaran Komprehensif Anggaran Partial

· Kondisi keuangan perusahaan yang


· Kemampuan teknis yang terbatas dari
memadai, sehingga perusahaan mampu
kurangnya data untuk melakukan penyusunan
menyusun anggaran secara lengkap dan
anggaran secara lengkap dan menyeluruh.
menyeluruh.

· Kondisi keuangan perusahaan yang


kurang memadai, sehingga perusahaan tidak
· Mempersiapkan rencana – rencana
mampu menyusun anggaran secara lengkap/
pendahuluan secara keseluruhan
keseluruhan dan hanya dapat menyusun
anggaran yang diperlukan saja.
· Menyusun rencana anggaran
jangka panjang dan jangka pendek

c. Komponen Anggaran Komprehensif


Berdasarkan pedoman diatas, anggaran komprehensif dapat diuraikan menjadi sebagai
berikut :
1. Rencana Substantif
Substantive Plan merupakan rencana yang mencerminkan tujuan apa yang ingin
dicapai oleh suatu perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,
strategi yang dipakai serta asumsinya. Rencana substantif sedapat mungkin disusun
dalam bentuk yang formal sehingga dapat dijadikan pedoman yang sungguh-sungguh
bagi perusahaan. Secara umum rencana substantif dicirikan dengan bentuk narasi atau
rencana, bukan dalam bentuk bilangan rencana yang biasanya dalam rencana
keuangan
● Tujuan umum perusahaan
● Sasaran khusus perusahaan
● Strategi perusahaan
● Instruksi perencanaan manajemen eksekutif (dasar-dasar perencanaan)

2. Rencana Keuangan
Rencana keuangan merupakan usaha untuk mengkuantitaskan segala tujuan, rencana
dan kebijaksanaan perusahaan. Secara lebih jauh rencana keuangan merupakan
penyajian secara lebih terperinci semua tujuan, rencana dan strategi tersebut untuk
periode-periode waktu tertentu.

Anggaran komprehensif merupakan suatu penyusunan catatan anggaran perusahaan secara


keseluruhan atau menyeluruh. Anggaran komprehensif memberikan beberapa manfaat seperti
adanya pendekatan secara sistematis terhadap kebijaksanaan manajemen, serta
mempermudah diadakannya evaluasi tujuan akhir perusahaan secara kuantitatif. Dengan
menyusun anggaran komprehensif juga membantu fungsi pengawasan menjadi lebih dinamis
terhadap pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan manajemen.
Dalam penyusunan suatu anggaran komprehensif terdapat dua syarat manajerial yaitu syarat
yang pertama adalah Manajer telah menentukan pokok-pokok kebijakan (rencana) jangka
panjang, syarat yang kedua manajer telah menetapkan pentahapan realisasi rencana jangka
panjang kedalam rencana jangka pendek secara berkesinambungan.
Terdapat dua komponen dalam anggaran komprehensif yaitu rencana substantif (meliputi
tujuan umum perusahaan, sasaran khusus perusahaan, strategi perusahaan dan instruksi
perencanaan manajemen eksekutif) dan rencana keuangan (meliputi anggaran operasional
dan anggaran keuangan).

MINGGU 3
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
Anggaran Produksi
Perencanaan produksi mencakup masalah-masalah yang bersangkutan dengan penentuan:
1. Tingkat produksi
2. Kebutuhan fasilitas-fasilitas produksi
3. Tingkat persediaan barang jadi
Jumah barang yang direncanakan untuk dijual yang dihubungkan dengan kebijaksanaan
tingkat produksi dan tingkat persediaan akan menghasilkan jumlah barang yang akan
diproduksi. Masing-masing kebijakan mengakibatkan adanya cara pendekatan yang berbeda
dalam penyusunan anggaran produksi:
1. Kebijakan yang mengutamakan stabilitas
2. Kebijakan yang mengutamakan pengendalian tingkat persediaan barang
3. Kebijakan yang merupakan kombinasi dari kedua kebijakan

Tujuan Penyusunan Anggaran


1. Menunjang kegiatan penjualan
2. Menjaga tingkat persediaan yang memadai
3. Mengatur produksi sedemikian rupa untuk meminimalkan biaya

Penyusunan Anggaran Produksi


1. Tahap Perencanaan
● Menentukan periode waktu yang akan dipakai sebagai dasar dalam penyusunan
bagian produksi
● Menentukan jumlah satuan fisik dari barang yang harus dihasilkan
2. Tahap Pelaksanaan
● Menentukan kapan barang diproduksi
● Menentukan dimana barang akan diproduksi
● Menentukan urutan-urutan proses produksi
● Menentukan standar penggunaan fasilitas produksi untuk mencapai efisiensi
● Menyusun program tentang penggunaan bahan mentah, buruh, service dan peralatan
● Menyusun standar biaya produksi
● Membuat perbaikan-perbaikan bila diperlukan

Kebijakan Penyusunan Anggaran Produksi


1. Mengutamakan Stabilitas Produksi
Terlebih dahulu menentukan kebutuhan produksi selama satu tahun kemudian
diperkirakan kebutuhan setiap bulannya. Akhirnya tingkat persediaan disesuaikan dengan
kebutuhan agar produksi tetap stabil. Untuk menentukan alokasi produksi setiap bulan
dilakukan dengan membagi rata 12 bulan. Namun, cara tersebut terkadang tidak bulat
sehingga sukar digunakan. Cara kedua dapat menggunakan pembagian menjadi 12 bulan
namun disesuaikan dengan mengalokasikan bilangan ganjil pada bulan dengan tingkat
penjualan tinggi. Dua cara ini tidak merubah jumlah unit diproduksi.
2. Mengutamakan Pengendalian Tingkat Persediaan
Terlebih dahulu ditentukan tingkat perkiraan besarnya persediaan awal dan akhir tahun
untuk mendapatkan tingkat persediaan yang perlu dari bulan ke bulan dapat dilakukan
dengan 2 cara yakni:
● Selisih antara persediaan awal dan akhir tahun dibagi dengan 12. Kelemahan cara ini
juga berupa sering ditemukannya bilangan yang tidak bulat.
● selisih antara persediaan awal dan akhir tahun dibagi dengan suatu bilangan tertentu
sehingga dihasilkan suatu bilangan bulat dan mudah dilaksanakan dengan tepat.
3. Kombinasi
Pada cara ini, tingkat produksi maupun tingkat persediaan “dibiarkan” berubah-ubah.
Meskipun tetap diusahakan agar terjadi keseimbangan yang optimum antara tingkat
penjualan, persediaan, dan produksi.
Kebijakan Persediaan
Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum diputuskan berapa besarnya
persediaan:
1. Daya tahan daripada barang yang akan disimpan
2. Sifat penawaran (bahan mentah)
3. Biaya yang timbul
4. Besarnya modal kerja yang tersedia
5. Risiko-risiko yang ditanggung
Penentuan besarnya persediaan dapat dilakukan dengan:
1. Disesuaikan dengan kebutuhan bulanan
2. Dengan ditentukan terlebih dahulu batas maksimum dan minimum persediaan
3. Dengan menghitung tingkat perputaran persediaan

Anggaran Bahan Mentah

Anggaran bahan baku adalah semua anggaran yang berhubungan dan merencanakan
secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan baku untuk proses produksi selama periode
yang akan datang. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dikelompokkan
menjadi bahan baku langsung (direct material) dan bahan baku tak langsung (indirect
material). Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang merupakan bagian barang
jadi yang dihasilkan. Bahan baku tak langsung adalah bahan mentah yang ikut berperan
dalam proses produksi, tetapi tidak secara langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan.
Anggaran bahan baku hanya merencanakan kebutuhan dan penggunaan bahan baku langsung.
Bahan mentah tak langsung akan direncanakan dalam anggaran biaya overhead pabrik.

Ada 2 fungsi penting anggaran bahan baku, yaitu:

1. Sebagai dasar untuk menyusun budget pembelian bahan mentah, jumlah satuan bahan
mentah yang dibeli ditentukan oleh beberapa banyak satuan bahan mentah yang
dibutuhkan oleh berapa banyak satuan bahan mentah dibutuhkan dalam proses
produksi.
2. Sebagai dasar untuk menyusun anggaran biaya bahan mentah besarnya biaya bahan
mentah ditentukan oleh berapa banyak satuan bahan mentah tersebut dibutuhkan
untuk proses produksi.

Manfaat Anggaran Kebutuhan Bahan Baku

Anggaran bahan baku mempunyai 3 kegunaan pokok yaitu :

1. Sebagai pedoman kerja.


2. Sebagai alat untuk menciptakan koordinasi kerja.
3. Sebagai alat untuk melakukan pengawasan kerja.

Data dan Informasi Untuk Menyusun Anggaran Kebutuhan Bahan Baku

Data dan informasi digunakan untuk menyusun anggaran kebutuhan bahan baku adalah:

1. Rencana produksi yang tertuang dalam anggaran yang akan diproduksi. Khususnya
tentang jumlah dari masing-masing jenis barang yang akan diproduksi dari waktu ke
waktu selama periode tertentu.
2. Berbagai standar pemakaian bahan baku dari masing-masing bahan baku untuk proses
produksi, yang ditetapkan dan berlaku di perusahaan. Standar pemakaian bahan baku
diperlukan untuk mengendalikan efisiensi pemakaian bahan baku (controlling).

Tujuan Penyusunan Anggaran Bahan Baku

Secara ringkas tujuan penyusunan anggaran bahan baku, antara lain:

1. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku


2. Memperkirakan jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan
3. Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk
melaksanakan pembelian bahan baku.
4. Sebagai dasar penyusunan biaya produksi, yakni memperkirakan komponen harga
pokok pabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi.
5. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan baku.

Jenis - jenis Anggaran Bahan Baku

Anggaran Bahan Baku ini terdiri dari empat jenis anggaran, yaitu :

1. Anggaran Kebutuhan Bahan Baku (Unit of Direct Materials Used


Budget)

Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah disusun untuk merencanakan jumlah


fisik bahan baku langsung yang diperlukan, bukan nilainya dalam rupiah. Secara
terperinci anggaran ini harus dicantumkan :

a. Jenis barang jadi yang dihasilkan.


b. Jenis bahan baku yang digunakan.
c. Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi.
d. Standar penggunaan bahan baku.
e. Waktu penggunaan bahan baku.

Standar penggunaan bahan (SP) adalah bilangan yang menunjukkan berapa


satuan bahan baku yang diperlukan untuk menghasilkan 1 (satu) satuan barang jadi.

2. Anggaran Pembelian Bahan Baku

Anggaran Pembelian Bahan Baku berisi rencana kuantitas bahan baku yang
harus dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang. Ini harus dilakukan
secara hati-hati terutama dalam hal jumlah dan waktu pembelian.

Apabila jumlah bahan baku yang dibeli terlalu besar akan mengakibatkan
berbagai resiko, misalnya bertumpuknya bahan baku di gudang yang mungkin itu
dapat mengakibatkan penurunan kualitas, terlalu lamanya bahan baku yang bergiliran
untuk diproses, atau biaya penyimpanan yang menjadi lebih besar. Apabila jumlah
bahan baku yang dibeli terlalu kecil, juga akan mendatangkan resiko berupa
terhambatnya kelancaran proses produksi akibat kehabisan bahan baku, serta
timbulnya biaya tambahan untuk mencari bahan baku pengganti secepatnya.

3. Anggaran Persediaan Bahan Baku

Dalam penyusunan Anggaran Kebutuhan Bahan Baku dan Anggaran


Pembelian Bahan Baku di muka, tampak bahwa masalah nilai persediaan awal
dan persediaan akhir bahan baku selalu diperhitungkan. Setiap perusahaan
mempunyai kebijaksanaan dalam menilai persediaan yang berbeda.

Tetapi pada dasarnya kebijaksanaan tentang penilaian persediaan dapat


dikelompokkan menjadi :

1. Kebijaksanaan FIFO (First In First Out)


2. Kebijaksanaan LIFO (Last In First Out)

Dalam kebijaksanaan FIFO, bahan mentah yang lebih dahulu digunakan untuk
produksi adalah bahan mentah yang lebih dahulu masuk di gudang, sehingga sering
diterjemahkan Masuk Pertama Keluar Pertama. Dengan kata lain, penilaian bahan
baku di gudang nilainya diurutkan menurut urutan waktu pembeliannya.

Perlu diperhatikan dahulu oleh perusahaan, kebijaksanaan mana yang akan


dipilih. Hal penting dalam rangka penyusunan Anggaran Persediaan Bahan Baku
dan Anggaran Biaya Bahan Baku yang habis digunakan, karena adanya perbedaan
faktor perbedaan harga dari waktu ke waktu. Harga bahan baku mungkin berbeda
dari waktu ke waktu, dan ini perlu diperhatikan karena nilai bahan baku yang ada di
dalam gudang dan dipakai untuk produksi juga berbeda dari waktu ke waktu. Karena
itu harus diperhitungkan, apakah bahan mentah digunakan secara LIFO atau FIFO.

Salah satu tujuan penyusunan Anggaran Perusahaan Bahan Baku adalah untuk
pengawasan, tingkat persediaan bahan baku di gudang yang tidak terkontrol akan
sangat membahayakan perusahaan sendiri.

4. Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan dalam Produksi

Tentu tidak semua bahan baku yang tersedia akan habis digunakan untuk produksi.
Hal ini disebabkan karena 2 hal, yakni :

- Perlu adanya persediaan akhir, yang akan menjadi persediaan awal periode
berikutnya.
- Perlu adanya persediaan besi agar kelangsungan produksi tidak terganggu
akibat kehabisan bahan baku.

Bahan mentah yang telah digunakan dalam proses produksi harus dihitung nilainya.
Rencana besarnya nilai bahan baku yang habis digunakan dalam proses produksi
dituangkan dalam suatu anggaran tersendiri disebut Anggaran Bahan Baku yang
Habis Digunakan. Manfaat disusunnya Anggaran Bahan Baku yang Habis
Digunakan antara lain adalah;

- Untuk keperluan Produk Costing, yaitu perhitungan harga pokok barang yang
dihasilkan perusahaan.
- Untuk keperluan pengawasan penggunaan bahan baku.

Bentuk Dasar Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan Dalam anggaran
ini standar penggunaan bahan baku masih diperhatikan, tetapi tidak dicantumkan pada
Anggaran Kebutuhan Bahan Baku. Anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan
perlu merinci hal-hal :

- Jenis bahan baku yang digunakan.


- Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang habis digunakan untuk
produksi.
- Harga per unit masing-masing jenis bahan baku.
- Nilai masing-masing bahan baku yang habis digunakan dalam proses
produksi.
- Jenis barang yang (dihasilkan dan) menggunakan bahan baku.
- Waktu penggunaan bahan baku.

Anggaran Tenaga Kerja


Anggaran biaya tenaga kerja langsung dipakai sebagai dasar untuk menentukan besarnya
biaya tenaga kerja langsung per unit yang nantinya dipakai untuk menentukan harga pokok
produksi per unit bersama sama dengan biaya bahan baku dan biaya overhead pabrik.
Anggaran biaya tenaga kerja langsung dalam satu tahun akan tergantung pada Anggaran jam
kerja langsung dan Tarif upah per jam kerja langsung. Tenaga kerja langsung pada prinsipnya
terbatas pada tenaga kerja di pabrik yang secara langsung terlibat pada proses produksi dan
biayanya dikenakan pada biaya produksi atau pada barang yang dihasilkan. Sedangkan tenaga
kerja tak langsung pengertiannya terbatas pada tenaga kerja di pabrik yang tidak terlibat
secara langsung pada proses produksi dan biayanya dikenakan pada biaya overhead pabrik.
Tenaga kerja langsung mempunyai sifat-sifat:
1. Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja jenis ini berhubungan secara langsung
dengan tingkat kegiatan produksi
2. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja jenis ini merupakan biaya variabel
3. Umumnya dikatakan bahwa tenaga kerja jenis ini merupakan tenaga kerja yang
kegiatannya langsung dapat dihubungkan dengan produk akhir (terutama dalam
penentuan harga pokok).
Yang dikategorikan sebagai tenaga kerja langsung antara lain adalah para buruh pabrik yang
ikut serta dalam kegiatan proses produksi dari bahan mentah sampai berbentuk barang jadi.
Fungsi atau kegunaan anggaran tenaga kerja langsung:
1. Penggunaan TKL (Tenaga Kerja Langsung) dan biaya yang lebih terencana
2. Harga pokok dapat dihitung dengan tepat
3. Dapat digunakan sebagai alat pengawas
4. Alat pengawas biaya tenaga kerja

Pendekatan Yang Digunakan dalam Perencanaan Biaya Tenaga Kerja Langsung

Pendekatan yang digunakan untuk membuat anggaran tenaga kerja langsung:


1. Memperkirakan standar jam tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk setiap unit
dari setiap produk, kemudian memperkirakan tingkat upah rata-rata menurut
departemen, pusat biaya, atau operasi dikalikan waktu standar per unit dari produk
dengan rata-rata tingkat upah per jam, menghasilkan biaya tenaga kerja langsung per
unit keluaran untuk setiap departemen,pusat biaya, atau operasi menurut tingkat biaya
tenaga kerja langsung per unit untuk memperoleh total biaya tenaga kerja langsung
menurut produk.
2. Memperkirakan rasio dari biaya tenaga kerja langsung untuk beberapa pengukuran
dari keluaran yang dapat direncanakan secara realistik.
3. Membuat data personel menurut kebutuhan jumlah personel(termasuk biaya)untuk
tenaga kerja langsung setiap pusat tanggung jawab.

Faktor-faktor yang diperhatikan dalam penyusunan anggaran tenaga kerja langsung:

1. Rencana produksi
2. Bagian atau departemen yang digunakan untuk melakukan proses produksi
3. Standar penyelesaian produk, waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit
produk
4. Sistem upah yang digunakan ada beberapa macam:
a. Sistem upah menurut waktu per jam Upah yang besarnya ditentukan
berdasarkan jam standar tenaga kerja langsung dikalikan dengan tarif upah
standar tenaga kerja langsung
b. Sistem upah menurut hasil per unit. Upah yang besarnya berdasarkan unit
yang diselesaikan dikalikan dengan tarif upahnya.
c. Sistem upah dengan insentif interval Upah yang besarnya pada unit yang
diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan berdasarkan intervalnya.

Kegunaan anggaran tenaga kerja langsung


Perencanaan dan biaya tenaga kerja langsung yang efektif memiliki keuntungan perusahaan
sebagai berikut:
1. fungsi personel dapat ditampilkan lebih efisien karena ada dasar untuk perencanaan
yang efektif, pengarahan, pelatihan,dan penggunaan personel.
2. Fungsi keuangan dapat ditampilkan lebih efisien karena tenaga kerja sering
merupakan permintaan yang terbesar dalam kas selama tahun tersebut. Dengan
mengetahui perkiraan biaya tenaga kerja langsung memungkinkan pegawai keuangan
merencanakan kebutuhan kas bagi periode interim
3. biaya produksi yang dianggarkan untuk setiap produk (biaya per unit dan total biaya).
Mungkin merupakan faktor penting dalam beberapa bidang pembuat keputusan
seperti kebijakan harga dan negosiasi serikat tenaga kerja.
4. Pengendalian biaya tenaga kerja langsung secara signifikan dipertinggi.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tenaga kerja antara lain adalah:
● Kebutuhan tenaga kerja.
● Pencarian atau penarikan tenaga kerja.
● Latihan bagi tenaga kerja baru.
● Evaluasi dan spesifikasi pekerjaan bagi para tenaga kerja.
● Gaji dan upah yang harus diterima oleh tenaga kerja.
● Pengawasan tenaga kerja.

Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi sangat kompleks jenisnya. Yang
dikategorikan sebagai biaya overhead adalah biaya dalam pabrik yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam rangka proses produksi, kecuali biaya bahan baku dan tenaga kerja
langsung.
Perencanaan Besarnya Anggaran
Dalam menentukan besarnya dana yang harus dianggarkan untuk anggaran biaya overhead
pabrik, terdapat dua permasalahan pokok yang perlu dipecahkan, yakni:
1. Masalah penanggung jawab perencanaan
Di sini, perlu diterapkan prinsip akuntansi pertanggungjawaban (responsibility
accounting) atau juga sering disebut prinsip biaya departemen langsung (direct
departemen cost)
2. Masalah menentukan jumlah biaya
Masing-masing departemen (produksi dan jasa) berhak merencanakan biaya sesuai
dengan jenis biaya yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing. Sedangkan untuk
menentukan jumlahnya biaya masing-masing item maupun biaya keseluruhan bagi
departemennya, kita perlu memperhatikan sifat biaya dan wewenang dalam menentukan
anggaran.

Pengawasan Biaya Overhead


Salah satu fungsi manajemen yang harus diperhatikan adalah pengawasan. Biaya
overhead juga memerlukan pengawasan agar sesuai dengan apa yang direncanakan. Dalam
rangka pengawasan biaya overhead, salah satu masalah yang dihadapi adalah pengalokasian
biaya bagian jasa/ pembantu kepada bagian produksi. Karena bagian jasa/pembantu tidak
hanya menanggung biaya yang timbul di bagian jasa itu sendiri, tetapi juga biaya yang timbul
akibat proses produksi.
Dalam pengalokasian biaya bagian jasa/pembantu diperlukan satu cara pendekatan
yang disebut clean cost concept. Cara ini merupakan salah satu alokasi biaya, dimana biaya
overhead pada bagian jasa/pembantu secara langsung dialokasikan kebagian-bagian produksi,
berdasarkan proporsi pemakaian jasa oleh masing-masing bagian produksi.

Masalah Satuan Kegiatan

Adalah satuan yang dipakai untuk mengetahui jumlah kegiatan yang telah dilakukan oleh
bagian produksi dan bagian jasa, dalam rangka proses produksi. Satuan ini sangat diperlukan
dalam penyusunan anggaran BOP, karena pada dasarnya BOP merupakan hasil perkalian
antara satuan kegiatan dengan rupiah tertentu sbg tarif biaya overhead (overhead
rate).Satuan kegiatan yang umum dipakai pada bagian produksi dan bagian
jasa/pembantu adalah:
1. Bagian Produksi
● Unit barang yang dihasilkan
● Jam buruh langsung (DLH).
● Jam mesin langsung (DMH).
● Biaya tenaga kerja langsung.
2. Bagian jasa/pembantu
● Jam reparasi langsung (DRH).
● KWH, untuk bagian pembangkit tenaga listrik.
● Nilai pembelian bahan mentah, untuk bagian pembelian.

Perhitungan Harga Produksi


Harga Pokok Produksi barang-barang yang dihasilkan dapat dihitung apabila diketahui
hal-hal sbb:
1. Volume produksi masing-masing barang (dilihat dari anggaran produksi)
2. Biaya bahan mentah untuk masing-masing barang (dilihat dari anggaran bahan baku)
3. Biaya tenaga kerja langsung untuk masing-masing barang (dilihat dari anggaran
tenaga kerja)
4. Biaya overhead masing-masing bagian produksi dan bagian jasa/pembantu
5. Satuan kegiatan masing-masing bagian produksi dan bagian jasa/pembantu
6. Angka-angka standar pada masing-masing bagian produksi dan bagian jasa/pembantu.

MINGGU 5
PROYEKSI LABA RUGI

A. Proyeksi Harga Pokok Penjualan


Harga pokok penjualan menurut Syarifudin Alwi dalam bukunya Alat-Alat Analisa Dalam
Pembelanjaan, (1997:98) bahwa harga pokok penjualan adalah hasil perkalian antar
perputaran persediaan dengan rata-rata persediaan selama satu periode tertentu.
Harga pokok penjualan adalah kesatuan dari harga pokok produksi ditambah dengan biaya
penjualan. Suatu perusahaan manufaktur umumnya memiliki jumlah persediaan yang
besar sehingga manajer produksi hanya fokus pada besarnya harga pokok produksi.
● Harga Pokok Penjualan = Harga Pokok Penjualan + Biaya Penjualan
● Harga Pokok Produksi = Harga Pokok Persediaan + Biaya Produksi
● Harga Pokok Persediaan = Persediaan bahan baku untuk produksi
● Persediaan = Pembelian bahan baku + Biaya Pembelian
● Beban Usaha = Biaya diperlukan untuk penjualan dan administrasi
● Biaya Produksi = Biaya Tenaga Kerja + Biaya Overhead Pabrik

B. Anggaran Biaya Distribusi


Biaya Distribusi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memasarkan
barang atau menyampaikan barang ke pasar. Termasuk ke dalamnya adalah:
1. Biaya tenaga kerja bagian penjualan, yang terdiri dari:
a. Pengawas penjualan (supervisor).
b. Tenaga Penjual ( salesman).
c. Pegawai kantor penjualan.
2. Biaya angkut (Freight); dalam hal ini biaya pengangkutan barang jadi dari pabrik ke
pasar.
3. Biaya perjalanan yang terdiri dari:
a. Biaya transport petugas penjualan.
b. Biaya penginapan petugas penjualan.
c. Biaya konsumsi petugas penjualan.
4. Biaya telepon; dalam hal ini biaya telepon yang dikeluarkan untuk kepentingan
penjualan barang.
5. Komisi yaitu uang yang diberikan kepada orang-orang tertentu yang telah ikut berjasa
dalam transaksi jual beli barang, mungkin juga para salesman sendiri dan pihak-pihak
lain.
6. Penyusutan alat-alat kantor bagian penjualan.
7. Biaya administrasi penjualan.
8. Biaya asuransi.
9. Pajak.
10. Biaya Advertensi dan Promosi.

Dalam bagian yang membicarakan Anggaran Komprehensif telah dikatakan bahwa


biaya Advertensi dan promosi harus disusun tersendiri lebih dahulu, sebagai anggaran biaya
advertensi (termasuk anggaran type Appropriasi). Dalam materi ini biaya advertensi yang
telah direncanakan, kemudian dimasukkan sebagai salah satu elemen biaya Distribusi.

Untuk merencanakan besarnya biaya distribusi digunakan berbagai cara pendekatan


yaitu:
1. Diperkirakan secara langsung. Cara ini sangat subjektif sifatnya sehingga banyak
sekali kelemahan-kelemahannya.
2. Dengan mempertimbangkan keadaan persaingan. Pada dasarnya apabila tingkat
persaingan dirasakan semakin ketat, maka biaya distribusi terpaksa diperbesar,
terutama untuk biaya advertensi dan promosi.
3. Dengan menentukan persentase tertentu dari penjualan. Umpamanya ditetapkan biaya
distribusi per bulan selama tahun tersebut dari penerimaan penjualan bulan-bulan
yang bersangkutan.
4. Dengan menentukan jumlah tertentu untuk setiap unit barang yang terjual.
5. Dengan memperhatikan tingkat keuntungan tahun yang lalu. Apabila keuntungan
tahun yang lalu besar, maka biaya distribusi untuk tahun berikutnya juga besar, karena
pesaing-pesaing yang dihadapi akan lebih banyak.
6. Berdasarkan Return on Investment; yaitu imbangan antara tingkat keuntungan dengan
investasi.
7. Task Method: dalam metode ini kegiatan promosi yang akan dijalankan diperinci.
Tujuan yang ingin dicapai dengan kegiatan ini ditentukan. Sehingga apabila
digunakan pendekatan ini budget biaya advertensi harus disusun secara sempurna
terlebih dahulu. Perlu diperhatikan bahwa tujuan yang ingin dicapai dengan
dilakukannya kegiatan advertensi dan promosi adalah tingkat keuntungan yang
maksimal, bukan tingkat penjualan yang maksimal.
Penyusunan anggaran biaya distribusi mendatangkan manfaat yang besar bagi perusahaan,
terutama dalam hal:

1. Perencanaan
2. Koordinasi
3. Pengawasan

Dalam bidang perencanaan, dengan disusunnya anggaran biaya distribusi maka perusahaan
dihadapkan pada keharusan untuk merencanakan secara terperinci biaya-biaya yang akan
dikeluarkan. Di lain pihak, anggaran biaya distribusi dapat dipakai sebagai alat koordinasi
bagian penjualan. Semua petugas penjualan, baik pengawas penjualan maupun tenaga
salesman dapat bekerja sama untuk merencanakan kegiatan promosi. Anggaran biaya
distribusi juga bermanfaat sebagai alat pengawasan. Penyimpangan biaya distribusi dari
rencana (misalnya menjadi terlalu besar) kadang-kandang mengakibatkan kenaikan harga jual
barang.

C. Anggaran Biaya Administrasi


Menurut Munandar (2003, hal 187) pengertian anggaran biaya administrasi adalah
Anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang biaya yang terjadi serta
biaya lain yang sifatnya untuk keperluan secara keseluruhan, yang di dalamnya
meliputi rencana tentang jenis biaya administrasi, jumlah biaya administrasi, dan
waktu (kapan) biaya administrasi tersebut terjadi dan dibebankan, yang
masing-masing dikaitkan dengan tempat (departemen) dimana biaya administrasi
tersebut terjadi.
Hal ini menggambarkan bahwa jika perusahaan membagi kantor administrasi menjadi
beberapa bagian, maka rencana tentang biaya administrasi dan masing-masing bagian
tersebut juga harus dirinci dan dipisahkan secara jelas.
Termasuk dalam beban ini adalah :
1. Gaji pegawai bagian administrasi
2. Biaya tulis menulis
3. Penyusutan atau depresi bangunan kantor
4. Penyusutan atau depresi inventaris kantor
5. Biaya telepon
6. Biaya listrik
7. Gaji pimpinan perusahaan dan staf, dan lain-lain
Biaya operasi ini sifatnya berubah-ubah sejalan dengan kegiatan perusahaan atau
biasanya biaya operasi ini tergolong pada biaya variabel.
Ada beberapa bagian yang biasanya dipergunakan dalam kantor administrasi dan
umum antara lain :
1. Bagian secretariat
2. Bagian keuangan
3. Bagian perlengkapan
4. Bagian personalia
5. Bagian perhubungan
Dalam penyusunan anggaran biaya administrasi ada beberapa faktor yang
mempengaruhi penyusunan anggaran biaya administrasi antara lain :
1. Anggaran penjualan
2. Anggaran unit yang diproduksikan
3. Berbagai standar yang telah ditetapkan perusahaan
4. Sistem pembayaran upah (gaji)
5. Metode depresiasi
6. Metode alokasi biaya
Dalam mempersiapkan dan menyusun anggaran sangat tergantung pada struktur
organisasi dari masing-masing perusahaan, akan tetapi pada garis besarnya tugas
mempersiapkan dan menyusun anggaran dapat didelegasikan kepada :
Bagian administrasi, bagi perusahaan kecil. Hal ini disebabkan karena
kegiatan-kegiatan perusahaan tidak terlalu kompleks, sederhana dengan ruang lingkup
terbatas, sehingga tugas penyusunan anggaran dapat diserahkan kepada salah satu
bagian saja dari perusahaan yang bersangkutan. Dibagian administrasi inilah
terkumpul semua data-data dan informasi yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan,
baik kegiatan di bidang pemasaran, kegiatan di bidang produksi, kegiatan di bidang
pembelanjaan, maupun kegiatan di bidang personalia. Dengan bekal data dan
informasi tersebut ditambah dengan data dan informasi dari luar perusahaan (ekstern),
bagian administrasi diharapkan lebih mampu menyusun anggaran daripada
bagian-bagian lain dalam perusahaan.
Panitia anggaran, bagi perusahaan yang besar. Hal ini disebabkan karena kegiatan
perusahaan yang cukup kompleks, beraneka ragam, dengan ruang lingkup yang cukup
luas, sehingga bagian administrasi tidak mungkin dan tidak mampu lagi menyusun
anggaran sendiri tanpa partisipasi secara aktif bagian-bagian lain dalam perusahaan.
Oleh karena itu tugas menyusun anggaran perlu melibatkan semua unsur yang
mewakili semua bagian yang ada dalam perusahaan, yang duduk dalam panitia
anggaran . Tim penyusun anggaran ini biasanya diketuai oleh salah seorang pimpinan
perusahaan dengan anggota-anggota yang mewakili bagian pemasaran, bagian
produksi, bagian perbelanjaan serta bagian personalia.
Sebelum disahkan oleh pimpinan tertinggi perusahaan, masih dimungkinkan pula
untuk diadakannya pembahasan-pembahasan antara pimpinan tertinggi perusahaan
dengan pihak yang diserahi tugas menyusun rancangan anggaran tersebut.
Setelah disahkan oleh pimpinan tertinggi perusahaan, maka rancangan anggaran
tersebut telah menjadi anggaran yang definitif, yang akan dijadikan sebagai pedoman
kerja, sebagai alat pengkoordinasian kerja dan sebagai alat pengawasan. Bilamana
tugas penyusunan rancangan anggaran serta anggaran yang definitif telah selesai,
maka panitia anggaran tidak bubar, melainkan secara berkala masih perlu
mengadakan pertemuan-pertemuan konsultatif guna membahas pelaksanaan anggaran
tersebut dari waktu ke waktu, untuk meningkatkan kerja sama dan koordinasi, serta
mengadakan revisi-revisi terhadap anggaran yang telah disusun bilamana memang
dirasa perlu.
Menurut Mulyadi (2003: 502) dalam organisasi penyusunan anggaran terdapat tiga
pihak utama yang terkait dalam penyusunan anggaran :
Komite anggaran terdiri dari :
● Direktur utama, sebagai ketua merangkap anggota komite
● Direktur pemasaran, sebagai anggota
● Direktur produksi, sebagai anggota
● Direktur keuangan dan administrasi, sebagai anggota
● Manajer departemen keuangan, sebagai sekretaris komite
● Departemen anggaran

D. Proyeksi Laba-Rugi
Pada dasarnya, proyeksi laba rugi adalah sebuah laporan keuangan. Laporan ini
memuat informasi utama seputar neraca keuangan, arus kas, perubahan dalam modal, serta
laba rugi itu sendiri. Tujuan dari lahan data biaya. Tujuan dari proyek ini adalah untuk
mengetahui perk proyeksi ini adalah untuk mengetahui perkiraan pen iraan pendapatan atau
perkiraan uang dapatan atau perkiraan uang masuk yang bisa didapatkan setiap bulan ke
depan dalam perusahaan.
Contoh:
Laporan L/R Tahun 2011 dan Laporan Proforma 2012

LANGKAH I
PT. ABC
Laporan L/R per 31 Desember 2011 dan Laporan L/R Proforma 31 Desember 2012

2011 2012 (Proforma)

Penjualan Bersih 34.450.288.560 48.230.403.984 (naik 40% dr


Penjualan bersih
2011)

HPP 27.498.976.340 38.498.566.876 (naik 40% dr


Penjualan bersih
2011)

Laba Kotor 6.951.312.220 9.731.837.108

Biaya Operasional 4.539.792.012 4.823.040.398 (naik 10% dr


(Dibulatkan) Penjualan bersih
2012)

EBIT 2.411.520.208 4.908.796.710

Biaya Bunga (6.151.110) 964.608.080 (naik 2% dr


(Dibulatkan) Penjualan bersih
2012)

EBT 2.405.369.098 3.944.188.630

Pajak 20% (481.073.820) 788.837.726

Laba Bersih 1.924.295.278 3.155.350.904

Note : Proyeksi menggunakan Persentase Penjualan


Analisa pertama adalah pada akun penjualan, hal ini dikarenakan pendapatan terbesar dari
perusahaan adalah dari penjualan. Pada umumnya penjualan akan mengalami kenaikan
penjualan setiap tahun karena dipengaruhi oleh waktu uang dan inflasi yang mempengaruhi
harga bahan harga bahan baku, kenaikan upah buruh dan sebagainya. sebagainya.

KELEMAHAN PERSENTASE PENJUALAN


Berdasarkan data yang saya peroleh bahwa proyeksi Laporan keuangan dengan metode
penjualan adalah kurang akurasinya angka hasil proyeksi. Hal ini terjadi akibat
digunakannya rasio historis antara penjualan dan HPP, biaya operasi, dan biaya bunga. Rasio
ini akan menimbulkan kesan bahwa semua komponen biaya adalah biaya variabel atau tidak
ada biaya tetap. Masalah akan muncul jika terjadi penurunan atau kenaikan volume
penjualan. Perubahan pada volume penjualan akan diikuti oleh perubahan persentase yang
sama besarnya dalam ketiga faktor tersebut. Hal ini mengurangi tingkat akurasi proyeksi
laporan yang kita buat.

Tetapi kelemahan ini dapat dihilangkan dengan cara membagi komponen-komponen biaya
menurut sifat masing-masing. Misalnya setiap komponen biaya dipilih menjadi biaya variabel
dan biaya tetap. Setelah itu ditetapkan besarnya persentase untuk tiap komponen biaya.
Misalnya besar biaya persentase biaya variabel untuk biaya operasi adalah 10% dari
penjualan.

LANGKAH II

PT. ABC
Laporan L/R per 31 Desember 2011 dan Laporan L/R Proforma 31 Desember 2012

2011 2012

Penjualan Bersih 34.450.288.560 48.230.403.984

HPP
- variabel 7.498.976.340 10.498.566.876*
- tetap 20.000.000.000 20.000.000.000

Laba Kotor 6.951.312.220 17.731.837.108

Biaya Operasional
- variabel 3.445.028.856 4.823.040.398 (dibulatkan)**
- tetap 1.094.763.156 1.094.763.156

EBIT 2.411.520.208 5.917.803.554

Note :
Perbedaan yang begitu besar dari perolehan EBIT. Terutama kita lihat dari laporan proforma
(2012) yang sebelumnya kita peroleh 3.155.350.904 menjadi 5.917.803.554 terjadi
kenaikan. Hal ini disebabkan adanya perhitungan biaya tanpa pemilahan sifat, setiap
kenaikan penjualan akan diikuti persentase yang sama dengan biaya-biaya. Diperolehnya
angka :
a. 7.498.976.340 + (40% x 7.498.976.340) = 10.498.566.876*
b. 20.000.000.000 angkanya selalu tetap karena fix cost besarnya tetap setiap tahunnya;
c. 48.230.403.984 x 10% = 4.823.040.398 (dibulatkan)**
d. 1.094.763.156 angkanya selalu tetap karena fix cost besarnya tetap setiap tahunnya;

MINGGU 6
PROYEKSI LABA RUGI

A. Estimasi Arus Kas Masuk Operasional


Arus kas operasi adalah semua arus yang tidak didefinisikan sebagai kegiatan
investasi atau pendanaan. Arus kas operasi mencakup berikut ini:
- Keterkaitannya dengan laba merupakan alasan untuk mengklasifikasikan arus tersebut
sebagai arus kas operasi.
- Arus kas dari transaksi lainnya yang pada awalnya mungkin merupakan arus investasi
atau pendanaan, diklasifikasikan sebagai arus operasi jika berhubungan dengan
kegiatan usaha yang utama.
Arus kas masuk yang berasal dari kegiatan operasional, misalnya:
- Penerimaan kas dari hasil penjualan barang dan jasa.
- Penerimaan kas dari customer yang terkait dengan pendapatan bunga dari piutang.
- Penerimaan retur atau dana pengembalian dari supplier.
- Penerimaan kas sehubungan dengan adanya asuransi, premi, anuitas, klaim, serta
manfaat asuransi lainnya.
- Penerimaan kas dari kontrak yang diadakan dengan tujuan transaksi usaha.
Dengan adanya arus kas masuk sebagai alat pengendalian kas, maka suatu
penerimaan dalam hal ini uang dalam suatu perusahaan berasal dari beberapa sumber
antara lain penerimaan piutang, pendapatan lain-lain.
Dibawah ini poin-poin penting agar pengendalian internal diterapkan dengan apik
dan mumpuni terhadap arus kas masuk aktivitas operasional, yakni:
- Penugasan hanya personil tertentu dipercaya mengelola kas yang masuk.
- Petugas penerimaan dan petugas penyimpanan dipisahkan.
- Kegiatan pemasukan uang disertai bukti catatan penerimaan kas.
- Departemen kasir dipercayakan menyimpan sementara uang kas sebelum disetorkan
ke bank
- Departemen kasir (kepala kasir) akan mengisi formulir setoran bank dan kemudian
menyetorkan uang kas tadi ke bank.
- Melaksanakan verifkasi intern
B. Estimasi Arus Kas Keluar Operasional
Aktivitas operasional ini menciptakan pendapatan dan beban yang berasal dari operasi
utama pada suatu perusahaan, maka dari itu aktivitas operasi akan mempengaruhi laporan
laba rugi yang telah dilaporkan dengan dasar secara akrual. Sedangkan laporan cash flow
melaporkan dampaknya terhadap kas. Pengumpulan kas dari langganan akan menciptakan
cash inflow terbesar dari operasi. Penerimaan bunga yang berdasarkan pinjaman dan
dividen atas investasi saham merupakan cash flow yang kurang penting. Untuk cash
outflow dari operasi dapat meliputi pembayaran terhadap karyawan dan pemasok serta
pembayaran pajak dan bunga.
Aktivitas operasi adalah laporan arus kas yang terdiri dari kegiatan operasional
perusahaan. Dengan kata lain, aktivitas ini dapat diperoleh dengan memasukkan nilai dari
pengaruh kas/bank pada transaksi yang dilibatkan dalam penentuan laba bersih. Sebagai
contoh seperti, penjualan barang dan jasa dari pelanggan, pembelian persediaan, atau
perlengkapan yang umurnya diperkirakan kurang dari setahun, utang kepada supplier dan
beban operasional lainnya.
Penggunaan kas keluar yang utama (cash outflows):
1) Berbagai pembayaran untuk keperluan operasi perusahaan sehari-hari seperti
membayar gaji, pembelian bahan baku, pengeluaran biaya overhead pabrik, biaya
penjualan dan administrasi.
2) Pembayaran kepada kreditur, baik berupa bunga maupun angsuran pokok pinjaman.
3) Pembayaran pada aktiva tetap, seperti pembelian aktiva tetap
4) Pembayaran kepada pemilik modal, seperti pembayaran dividen atau pengembalian
modal
5) Pembayaran kepada pemerintah, seperti pajak, restitusi, dll.

C. Estimasi Arus Kas Investasi


Ini mengacu pada kas bersih yang dihasilkan dari aktivitas terkait investasi perusahaan,
seperti investasi dalam sekuritas, pembelian aset fisik seperti peralatan atau properti, atau
penjualan aset. Di perusahaan sehat yang aktif berinvestasi dalam bisnis mereka, angka ini
sering kali negatif. Ada dua cara untuk menghitung cash flow, yakni:

Kas Masuk Bersih = Earning after tax (EAT) + Penyusutan


Cara ini dilakukan apabila bisnis atau usaha tersebut dibiayai dengan modal sendiri tanpa
pinjaman mau hutang dari pihak lain. Penyusutan dihitung juga karena penyusutan tidak
termasuk pengeluaran tunai dan penyusutan dapat timbul pada saat aktiva tetap dibeli.

Kas Masuk Bersih = Earning after tax (EAT) + Penyusutan + Bunga (1-tax)
Cara ini dilakukan apabila bisnis atau usaha yang dimiliki dibiayai dengan modal dari
pinjaman pihak lain.

D. Estimasi Arus Kas Pendanaan


Arus kas dari aktivitas pembiayaan atau cash flow from financing activities (CFF)
adalah bagian dari laporan arus kas perusahaan, yang menunjukkan arus kas bersih yang
digunakan untuk mendanai perusahaan. Aktivitas pembiayaan termasuk transaksi hutang,
ekuitas, dan dividen. Arus kas dari aktivitas pembiayaan memberi investor informasi
tentang kekuatan keuangan perusahaan dan seberapa baik struktur modal perusahaan
dikelola.
Pendanaan hutang dan ekuitas tercermin pada arus kas dari bagian pendanaan, yang
bervariasi mulai dari struktur modal yang berbeda, kebijakan dividen, atau jangka waktu
hutang yang mungkin dimiliki perusahaan.Transaksi yang menyebabkan arus kas positif
dari aktivitas pendanaan yaitu:
● Menerbitkan ekuitas atau saham, yang dijual ke investor
● Meminjam hutang dari kreditur atau bank
● Menerbitkan obligasi, yang hutangnya dibeli oleh investor
Angka positif pada arus kas dari aktivitas pendanaan berarti semakin banyak kas yang
mengalir ke perusahaan daripada keluar, maka akan meningkatkan aset perusahaan.
Transaksi yang menyebabkan arus kas negatif dari aktivitas pendanaan yaitu:
● Saham yang dibeli kembali
● Deviden
● Pembayaran hutang

MINGGU 7
Penyusunan Master Budget Perusahaan Manufaktur
1. Anggaran Penjualan
Menyajikan jumlah unit barang atau jasa sekaligus harganya yang diharapkan dapat
dijual oleh perusahaan di masa yang akan datang.
2. Anggaran Produksi
Memperlihatkan jumlah barang jadi yang harus diproduksi oleh perusahaan dalam satu
periode anggaran. Barang jadi yang akan diproduksi untuk periode anggaran harus
memperhatikan tingkat penjualan dalam unit, serta jumlah persediaan akhir dan awal
barang jadi.
3. Anggaran Penggunaan Bahan Baku
Jumlah kebutuhan pemakaian bahan baku : jumlah bahan baku yang diperlukan dalam
satu periode anggaran ditentukan oleh jumlah barang jadi yang akan diproduksi dan
standar kebutuhan bahan baku untuk setiap 1 unit barang jadi
4. Anggaran Pembelian Bahan Baku
Nilai pembelian bahan baku dalam rupiah : jumlah bahan baku yang akan dibeli dalam
satu periode anggaran diperoleh dengan persediaan akhir bahan baku dan dikurangi
dengan persediaan awal bahan baku yang ada di perusahaan. Kemudian nilai pembelian
bahan baku dalam rupiah diperoleh dengan mengalikan jumlah bahan baku yang akan
dibeli dengan perkiraan harga beli bahan baku per unitnya.
5. Anggaran Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja langsung adalah susunan anggaran yang berkaitan dengan proses
pembuatan produk. Selanjutnya tenaga kerja langsung juga dipahami sebagai seseorang yang
terlibat dalam pekerjaan pembuatan proses produksi. Dalam istilah lain, biaya tenaga kerja
biasa disebut direct labor cost. Umumnya biaya ini juga termasuk unsur yang masuk dalam
budget management oleh perusahaan dan diberikan pengawasan yang ketat. Dengan
demikian Anda juga bisa memahami bahwa, biaya ini berkaitan langsung dengan kegiatan
pengolahan bahan produksi hingga menjadi sebuah barang jadi. Sebagai contohnya dapat
meliputi gaji operator mesin, upah lembur, bonus, dan sebagainya. Untuk setiap pengeluaran
produksi dalam bisnis, jumlah yang dibayarkan kepada karyawan akan melebihi dari jumlah
upah. Hal ini disebabkan bahwa perusahaan tidak memberikan gaji pokok saja, namun bisa
menjadi biaya tunjangan lainnya termasuk dari contoh biaya tenaga kerja langsung seperti
asuransi jiwa, pensiun, kesehatan serta sejumlah pajak atas gaji karyawan yang dibayarkan.
6. Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:
1. Penggolongan biaya overhead menurut sifatnya. Dalam perusahaan yang
produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang
termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokan menjadi beberapa golongan di
bawah ini:
a. Biaya bahan penolong
b. Biaya reparasi dan pemeliharaan
c. Biaya tenaga kerja tidak langsung
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang
tunai.
2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan dengan
perubahan volume produksi. Biaya overhead pabrik dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
a. Biaya overhead pabrik tetap
b. Biaya overhead pabrik variabel
c. Biaya overhead semivariabel.

3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan Departemen.


Biaya overhead pabrik dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Biaya overhead pabrik langsung departemen.
b. Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen.

7. Anggaran Harga Pokok Produksi


Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya: biaya produksi dan biaya non
produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan
baku menjadi produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan non produksi, seperti pemasaran dan kegiatan administrasi umum.

Penentuan biaya produksi dipengaruhi oleh pendekatan yang digunakan untuk menentukan
unsur-unsur biaya produksi. Terdapat dua pendekatan dalam penentuan biaya produksi, yakni
(1) Full Costing dan (2) Variable Costing. Metode Full Costing merupakan metode penentuan
biaya produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi,
yang terdiri dari biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Metode Variable Costing merupakan
metode penentuan biaya produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang
berperilaku variabel ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan mentah, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Harga/biaya produksi dari barang-barang yang dihasilkan dapat dihitung apabila telah
diketahui hal-hal sebagai berikut:
1. Volume produksi masing-masing barang (anggaran produksi)
2. Biaya bahan mentah untuk masing-masing (anggaran bahan mentah)
3. Biaya tenaga kerja langsung untuk masing-masing barang (anggaran tenaga kerja)
4. Biaya overhead pabrik untuk masing-masing departemen produksi dan departemen
jasa (pembantu)
5. Satuan kegiatan masing-masing departemen produksi dan departemen jasa
(pembantu)
6. Angka-angka standar pada masing-masing departemen

Informasi tentang harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu
bermanfaat bagi manajemen untuk:
1. Menentukan harga jual produk
Informasi taksiran biaya produksi per satuan yang akan dikeluarkan untuk
memproduksi produk dalam jangka waktu tertentu dapat dipakai sebagai salah satu dasar
untuk menentukan harga jual per unit produk yang akan dibebankan kepada pembeli. Dalam
penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu informasi yang
dipertimbangkan di samping informasi biaya lain serta informasi non biaya.
2. Memantau realisasi biaya produksi
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di
dalam pelaksanaan rencana produksi. Informasi ini berguna untuk memantau apakah proses
produksi mengkonsumsi total biaya produksi yang sesuai dengan perhitungan sebelumnya.
3. Menghitung laba rugi perusahaan
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk
memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi ini berguna untuk mengetahui apakah
kegiatan produksi dan pemasaran dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto
atau justru mengakibatkan rugi bruto.
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca
Pada waktu manajemen membuat pertanggungjawaban keuangan periodik,
manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di
dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk persediaan
produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses.

8. Anggaran Biaya Pemasaran


Menurut M.Munandar (2007:187), Anggaran Biaya Pemasaran adalah budget yang
merencanakan secara sistematis dan lebih terperinci tentang biaya pemasaran yang
ditanggung perusahaan dari waktu ke waktu (bulan ke bulan) selama periode tertentu
yang akan datang. Sedangkan Biaya Pemasaran adalah semua biaya yang terdapat
serta terjadi di dalam lingkungan Bagian Pemasaran (M.Munandar, 2007: 187) Dalam
arti sempit biaya pemasaran seringkali dibatasi artinya sebagai biaya penjualan, yaitu
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual produk ke pasar (Mulyadi, 2012: 487)
Dalam arti luas biaya pemasaran meliputi biaya yang terjadi sejak saat produk selesai
diproduksi dan disimpan dalam gudang sampai produk tersebut diubah kembali dalam
bentuk tunai (Mulyadi, 2012: 487) Dengan demikian, dalam arti luas biaya pemasaran
tidak hanya meliputi biaya penjualan saja tetapi termasuk didalamnya biaya
advertensi, biaya pergudangan, biaya pembungkusan dan pengiriman, biaya kredit dan
penagihan, dan biaya akuntansi pemasaran (Mulyadi, 2012: 487)
Menurut Mulyadi (2012:458), berdasarkan fungsi pemasaran, biaya pemasaran
digolongkan sebagai berikut:
1. Fungsi Penjualan Biaya fungsi penjualan terdiri dari gaji karyawan bagian
penjualan, biaya depresiasi kantor, biaya sewa kantor.
2. Biaya Advertensi Biaya fungsi advertensi terdiri dari gaji karyawan bagian
advertensi, biaya iklan, biaya pameran, biaya promosi, biaya contoh (cost of samples).
3. Biaya Pergudangan Biaya fungsi pergudangan terdiri dari gaji karyawan bagian
gudang, biaya depresiasi gedung, dan biaya sewa gudang.
4. Fungsi Pembungkusan dan Pengiriman Biaya fungsi pembungkusan dan
pengiriman terdiri dari biaya karyawan bagian pembungkusan dan pengiriman, biaya
bahan untuk pembungkus, biaya pengiriman, biaya depresiasi kendaraan, biaya
operasi kendaraan.
5. Fungsi Kredit dan Penagihan Biaya fungsi kredit dan penagihan terdiri dari gaji
karyawan bagian penagihan, kerugian penghapusan piutang, potongan tunai.
6. Fungsi Akuntansi Pemasaran Biaya fungsi pemasaran terdiri dari gaji karyawan
bagian akuntansi pemasaran dan biaya kantor.
9. Anggaran Biaya Administrasi
Anggaran biaya administrasi umum adalah anggaran yang merencanakan secara lebih
terperinci tentang biaya-biaya yang akan terjadi serta terdapat didalam lingkungan
kantor administrasi umum perusahaan, serta biaya-biaya lain yang bersifat untuk
keperluan perusahaan secara keseluruhan, yang didalamnya meliputi rencana tentang
jenis biaya administrasi umum, jumlah dan waktu biaya administrasi umum tersebut
terjadi dan dibebankan, yang masing-masing dikaitkan dengan departemen dimana
biaya administrasi umum tersebut terjadi.
10. Anggaran Laba-Rugi
Anggaran laba rugi merupakan rencana laba atau rugi yang akan diperoleh dari
anggaran penjualan, produksi, beban operasional, biaya produksi yang akan
ditanggung perusahaan atau entitas pada satu periode anggaran. Secara sederhana,
anggaran laba rugi adalah jumlah laba dan atau rugi yang ingin diperoleh oleh
perusahaan.
11. Anggaran Kas
Anggaran kas (Cash Budget) adalah anggaran yang merencanakan secara lebih
terperinci tentang jumlah kas beserta perubahan-perubahan dari waktu ke waktu
selama periode yang akan datang, baik perubahan yang berupa permintaan kas,
maupun perubahan yang berupa pengeluaran kas.
Anggaran kas merupakan alat penting dalam proses perencanaan dan pengendalian
keuangan perusahaan, karena di dalam nya terdapat estimasi penerimaan dan
pengeluaran kas untuk periode tertentu dimasa datang sehingga akan bisa diketahui
kapan perusahaan dalam keadaan defisit kas atau surplus kas.
12. Anggaran Neraca
Anggaran neraca adalah anggaran yang paling terakhir disusun oleh perusahaan dalam
proses penyusunan anggaran induknya (master budget). Anggaran neraca menyajikan
informasi kepada manajemen tentang hasil akhir dari seluruh anggaran yang telah
disusun sebelumnya (anggaran penjualan sampai anggaran kas). Kemudian, anggaran
neraca juga memperlihatkan kepada manajemen tentang pengaruh kebijakan yang
diambil oleh manajemen terhadap aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan.

Penyusunan Master Budget Perusahaan Dagang


1. Anggaran Penjualan
Anggaran induk yang menyajikan informasi tentang perkiraan jumlah barang dagang
yang akan dijual oleh perusahaan dan harga jual yang ditetapkan yang diharapkan
diperoleh untuk periode anggaran mendatang.
2. Anggaran Pembelian
Anggaran yang direncanakan secara terperinci tentang pembelian barang dagangan
selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang barang
dagang yang akan dibeli dan jumlah dana yang diperlukan untuk membeli barang dagang
3. Anggaran Harga Pokok Penjualan
Harga Pokok Penjualan atau HPP adalah jumlah pengeluaran dan beban yang dikeluarkan secara
langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan produk atau jasa.
Contohnya seperti, biaya produksi, impor, assembly, dll yang berhubungan dengan barang tersebut.
Biaya yang tidak langsung berhubungan dengan produk tidak bisa dimasukkan ke dalam harga pokok
penjualan. Oleh karena itu, perhitungan ini dibuat agar perusahaan mengetahui detail biaya dari
produk tersebut. Perusahaan harus mampu menentukan harga pokok penjualan untuk setiap barang
yang dijual untuk memperhitungkan keuntungan.
Ini diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan target pasar yang dituju oleh penjual dan dapat diterima
oleh masyarakat. Biasanya nilai HPP juga digunakan sebagai penentu dan patokan berapa laba
yang diinginkan oleh perusahaan.
Setelah perusahaan mengolah produk, tentunya perusahaan memerlukan dana untuk menggaji
karyawan yang mengerjakan proses dan beberapa hal lain yang berhubungan dengan
operasional perusahaan.Itulah alasan kenapa menghitung harga pokok penjualan atau HPP
menjadi sangat penting. HPP akan memberitahu perusahaan berapa banyak keuntungan yang
bisa didapat yang kemudian akan digunakan perusahaan untuk biaya operasional. Ini juga
membantu realisasi biaya produksi untuk perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur
dapat memperkirakan berapa jumlah nominal yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas
produksi di periode selanjutnya. Atau bahkan membantu perusahaan manufaktur melakukan
riset untuk produk terbaru.

4. Anggaran Beban Operasional


Setelah keseluruhan proses yang berkaitan dengan upaya menghasilkan produk untuk
perusahaan selesai maka produk tersebut harus disimpan, dijual, dan didistribusikan kepada
para pelanggan perusahaan. Tanpa aktivitas penyimpanan yang baik, penjualan kepada
konsumen dan pendistribusian yang tepat waktu dan efisien maka semua aktivitas produksi
tidak akan ada manfaatnya. Untuk menyimpan, menjual dan mendistribusikan produk
perusahaan tersebut diperlukan sejumlah pengeluaran yang berkaitan dengan aktivitas
tersebut. Pada bagian lain, sejak proses produksi dimulai hingga selesai dan sejak proses
penyimpanan produk hingga pendistribusian produk perusahaan ketangan konsumen, ada
bagian tertentu didalam perusahaan yang tidak terkait secara langsung dengan aktivitas
produksi dan pemasaran tersebut. Semua aktivitas administrasi kantor, seperti urusan hukum,
urusan korespondensi, urusan pajak, telepon, listrik, alat tulis menulis dan sebagainya. Tanpa
semua aktivitas tersebut maka organisasi tidak dapat dijalankan. Semua kegiatan tersebut
memerlukan biaya yang disesuaikan dengan besarnya organisasi. Anggaran biaya komersial
atau biaya operasional adalah semua rencana pengeluaran yang berkaitan dengan distribusi
dan penjualan produk perusahaan serta pengeluaran untuk menjalankan roda organisasi.
Biaya komersial atau biaya operasional merupakan biaya yang memiliki peran besar di dalam
mempengaruhi keberhasilan perusahaan mencapai tujuannya, yaitu memperoleh laba usaha.
Karena, produk yang telah dihasilkan perusahaan melalui proses produksi yang panjang harus
disampaikan kepada konsumen melalui serangkaian kegiatan yang saling menunjang.

5. Anggaran Laporan Laba-Rugi


Anggaran laba rugi merupakan rencana laba atau rugi yang akan diperoleh dari anggaran
penjualan, produksi, beban operasional, biaya produksi yang akan ditanggung perusahaan
atau entitas pada satu periode anggaran. Secara sederhana, anggaran laba rugi adalah jumlah
laba dan atau rugi yang ingin diperoleh oleh perusahaan.
Anggaran ini merupakan salah satu jenis anggaran yang harus dibuat oleh suatu perusahaan.
Dengan membuat laporan ini, perusahaan akan mengetahui seberapa besar laba yang diterima
atau rugi yang akan ditanggung sehingga perusahaan dapat membuat rencana program untuk
mengelola keuangannya dengan baik.
Metode membuat laporan laba rugi:
- metode a posteriori
Metode ini merupakan metode penyusunan anggaran laba dengan cara menetapkan
laba sesudah proses penetapan rencana keseluruhan tidak terkecuali juga penyusunan
anggaran operasional.
- metode a priori
Metode penyusunan anggaran laba ini berseberangan dengan metode a posteriori.
Pada metode ini jumlah laba yang diinginkan ditetapkan terlebih dahulu sebelum
proses perencanaan secara keseluruhan.
- metode pragmatis
Adalah metode penyusunan anggaran laba di mana jumlah laba yang direncanakan
berdasarkan standar tertentu yang sudah diuji secara empiris.

6. Anggaran Kas
Tujuan perencanaan dan pengendalian uang kas:
- menentukan posisi kas pada berbagai waktu, yaitu dengan memperbandingkan uang
kas masuk dengan arus kas keluar.
- memperkirakan kemungkinan terjadinya defisit atau surplus
- mempersiapkan keputusan pembelanjaan berjangka pendek atau berjangka panjang
- menggunakannya sebagai dasar kebijaksanaan pemberian kredit
- menggunakannya sebagai dasar otorisasi dana anggaran yang disediakan
- anggaran kas yang sudah ada juga berfungsi sebagai dasar penelitian terhadap
realisasi pengeluaran kas yang sebenarnya
Pendekatan dalam penyusunan anggaran kas:
- anggaran kas jangka pendek yang merupakan alat operasional pengendalian kas
sehari-hari
- anggaran kas jangka panjang meliputi jangka waktu lima sampai sepuluh tahun
Sumber-kas dan penggunaan kas:
sumber kas masuk utama adalah:
- hasil penjualan produk secara tunai
- hasil menagih piutang dagang
- pendapatan lain seperti bunga dari Bank, jasa giro, dividen
- adanya pengurangan pada aktiva tetap, seperti menjual aktiva yang tak terpakai
- adanya penerimaan yang bukan penghasilan, seperti kredit dari Bank, penjualan
obligasi, dan lain-lain hutang jangka pendek
- penambahan modal sendiri oleh pemilik
penggunaan kas keluar yang utama:
- berbagai pembayaran untuk keperluan operasi perusahaan sehari-hari
- pembayaran pada para kreditur
- penambahan berbagai aktiva tetap seperti pembelian aktiva tetap
- pembayaran kepada pemilik modal, seperti pembayaran dividen atau pengembalian
modal
- pembayaran pada pemerintah, seperti membayar pajak, cukai, materai, restitusi, dan
lain-lain

Anda mungkin juga menyukai