A. SALES FORECAST
Pengertian Forecasting
Dalam dunia usaha, penting bagi suatu perusahaan untuk memperkirakan hal-hal yang terjadi
di masa depan sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam menjalankan usahanya,
perusahaan dapat menganut salah satu pendekatan ini:
● Pendekatan Speculative
Perusahaan tidak memperhitungkan risiko yang diakibatkan oleh ketidakpastian
faktor-faktor internal dan eksternal.
● Pendekatan Calculated Risk
Perusahaan secara aktif melakukan estimasi terhadap risiko yang diakibatkan oleh
ketidakpastian faktor-faktor eksternal dan internal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan:
● Faktor Internal
Kualitas dan kegunaan produk
Ongkos produksi dan distribusi
Kecakapan manajemen perusahaan
● Faktor Eksternal
Kecakapan manajemen pesaing
Volume kegiatan perekonomian
Barang subtitusi serta kemungkinan barang baru yang lebih baik
Selera masyarakat
● Faktor-Faktor Lain
Barrier to entry
Iklim dan perubahan pemakaian produk
Konflik politik
Forecast penjualan adalah proyek teknis daripada permintaan langganan potensial untuk suatu
waktu tertentu dengan berbagai asumsi. Dapat dikatakan forecast epnjualan merupakan
“pusat” dari seluruh perencanaan perusahaan, dan ini akan menentukan potensi penjualan dan
luas pasar yang dikuasai mendatang.
2. Rencana Keuangan
Rencana keuangan merupakan usaha untuk mengkuantitaskan segala tujuan, rencana
dan kebijaksanaan perusahaan. Secara lebih jauh rencana keuangan merupakan
penyajian secara lebih terperinci semua tujuan, rencana dan strategi tersebut untuk
periode-periode waktu tertentu.
MINGGU 3
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
Anggaran Produksi
Perencanaan produksi mencakup masalah-masalah yang bersangkutan dengan penentuan:
1. Tingkat produksi
2. Kebutuhan fasilitas-fasilitas produksi
3. Tingkat persediaan barang jadi
Jumah barang yang direncanakan untuk dijual yang dihubungkan dengan kebijaksanaan
tingkat produksi dan tingkat persediaan akan menghasilkan jumlah barang yang akan
diproduksi. Masing-masing kebijakan mengakibatkan adanya cara pendekatan yang berbeda
dalam penyusunan anggaran produksi:
1. Kebijakan yang mengutamakan stabilitas
2. Kebijakan yang mengutamakan pengendalian tingkat persediaan barang
3. Kebijakan yang merupakan kombinasi dari kedua kebijakan
Anggaran bahan baku adalah semua anggaran yang berhubungan dan merencanakan
secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan baku untuk proses produksi selama periode
yang akan datang. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dikelompokkan
menjadi bahan baku langsung (direct material) dan bahan baku tak langsung (indirect
material). Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang merupakan bagian barang
jadi yang dihasilkan. Bahan baku tak langsung adalah bahan mentah yang ikut berperan
dalam proses produksi, tetapi tidak secara langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan.
Anggaran bahan baku hanya merencanakan kebutuhan dan penggunaan bahan baku langsung.
Bahan mentah tak langsung akan direncanakan dalam anggaran biaya overhead pabrik.
1. Sebagai dasar untuk menyusun budget pembelian bahan mentah, jumlah satuan bahan
mentah yang dibeli ditentukan oleh beberapa banyak satuan bahan mentah yang
dibutuhkan oleh berapa banyak satuan bahan mentah dibutuhkan dalam proses
produksi.
2. Sebagai dasar untuk menyusun anggaran biaya bahan mentah besarnya biaya bahan
mentah ditentukan oleh berapa banyak satuan bahan mentah tersebut dibutuhkan
untuk proses produksi.
Data dan informasi digunakan untuk menyusun anggaran kebutuhan bahan baku adalah:
1. Rencana produksi yang tertuang dalam anggaran yang akan diproduksi. Khususnya
tentang jumlah dari masing-masing jenis barang yang akan diproduksi dari waktu ke
waktu selama periode tertentu.
2. Berbagai standar pemakaian bahan baku dari masing-masing bahan baku untuk proses
produksi, yang ditetapkan dan berlaku di perusahaan. Standar pemakaian bahan baku
diperlukan untuk mengendalikan efisiensi pemakaian bahan baku (controlling).
Anggaran Bahan Baku ini terdiri dari empat jenis anggaran, yaitu :
Anggaran Pembelian Bahan Baku berisi rencana kuantitas bahan baku yang
harus dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang. Ini harus dilakukan
secara hati-hati terutama dalam hal jumlah dan waktu pembelian.
Apabila jumlah bahan baku yang dibeli terlalu besar akan mengakibatkan
berbagai resiko, misalnya bertumpuknya bahan baku di gudang yang mungkin itu
dapat mengakibatkan penurunan kualitas, terlalu lamanya bahan baku yang bergiliran
untuk diproses, atau biaya penyimpanan yang menjadi lebih besar. Apabila jumlah
bahan baku yang dibeli terlalu kecil, juga akan mendatangkan resiko berupa
terhambatnya kelancaran proses produksi akibat kehabisan bahan baku, serta
timbulnya biaya tambahan untuk mencari bahan baku pengganti secepatnya.
Dalam kebijaksanaan FIFO, bahan mentah yang lebih dahulu digunakan untuk
produksi adalah bahan mentah yang lebih dahulu masuk di gudang, sehingga sering
diterjemahkan Masuk Pertama Keluar Pertama. Dengan kata lain, penilaian bahan
baku di gudang nilainya diurutkan menurut urutan waktu pembeliannya.
Salah satu tujuan penyusunan Anggaran Perusahaan Bahan Baku adalah untuk
pengawasan, tingkat persediaan bahan baku di gudang yang tidak terkontrol akan
sangat membahayakan perusahaan sendiri.
Tentu tidak semua bahan baku yang tersedia akan habis digunakan untuk produksi.
Hal ini disebabkan karena 2 hal, yakni :
- Perlu adanya persediaan akhir, yang akan menjadi persediaan awal periode
berikutnya.
- Perlu adanya persediaan besi agar kelangsungan produksi tidak terganggu
akibat kehabisan bahan baku.
Bahan mentah yang telah digunakan dalam proses produksi harus dihitung nilainya.
Rencana besarnya nilai bahan baku yang habis digunakan dalam proses produksi
dituangkan dalam suatu anggaran tersendiri disebut Anggaran Bahan Baku yang
Habis Digunakan. Manfaat disusunnya Anggaran Bahan Baku yang Habis
Digunakan antara lain adalah;
- Untuk keperluan Produk Costing, yaitu perhitungan harga pokok barang yang
dihasilkan perusahaan.
- Untuk keperluan pengawasan penggunaan bahan baku.
Bentuk Dasar Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan Dalam anggaran
ini standar penggunaan bahan baku masih diperhatikan, tetapi tidak dicantumkan pada
Anggaran Kebutuhan Bahan Baku. Anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan
perlu merinci hal-hal :
1. Rencana produksi
2. Bagian atau departemen yang digunakan untuk melakukan proses produksi
3. Standar penyelesaian produk, waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit
produk
4. Sistem upah yang digunakan ada beberapa macam:
a. Sistem upah menurut waktu per jam Upah yang besarnya ditentukan
berdasarkan jam standar tenaga kerja langsung dikalikan dengan tarif upah
standar tenaga kerja langsung
b. Sistem upah menurut hasil per unit. Upah yang besarnya berdasarkan unit
yang diselesaikan dikalikan dengan tarif upahnya.
c. Sistem upah dengan insentif interval Upah yang besarnya pada unit yang
diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan berdasarkan intervalnya.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tenaga kerja antara lain adalah:
● Kebutuhan tenaga kerja.
● Pencarian atau penarikan tenaga kerja.
● Latihan bagi tenaga kerja baru.
● Evaluasi dan spesifikasi pekerjaan bagi para tenaga kerja.
● Gaji dan upah yang harus diterima oleh tenaga kerja.
● Pengawasan tenaga kerja.
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi sangat kompleks jenisnya. Yang
dikategorikan sebagai biaya overhead adalah biaya dalam pabrik yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam rangka proses produksi, kecuali biaya bahan baku dan tenaga kerja
langsung.
Perencanaan Besarnya Anggaran
Dalam menentukan besarnya dana yang harus dianggarkan untuk anggaran biaya overhead
pabrik, terdapat dua permasalahan pokok yang perlu dipecahkan, yakni:
1. Masalah penanggung jawab perencanaan
Di sini, perlu diterapkan prinsip akuntansi pertanggungjawaban (responsibility
accounting) atau juga sering disebut prinsip biaya departemen langsung (direct
departemen cost)
2. Masalah menentukan jumlah biaya
Masing-masing departemen (produksi dan jasa) berhak merencanakan biaya sesuai
dengan jenis biaya yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing. Sedangkan untuk
menentukan jumlahnya biaya masing-masing item maupun biaya keseluruhan bagi
departemennya, kita perlu memperhatikan sifat biaya dan wewenang dalam menentukan
anggaran.
Adalah satuan yang dipakai untuk mengetahui jumlah kegiatan yang telah dilakukan oleh
bagian produksi dan bagian jasa, dalam rangka proses produksi. Satuan ini sangat diperlukan
dalam penyusunan anggaran BOP, karena pada dasarnya BOP merupakan hasil perkalian
antara satuan kegiatan dengan rupiah tertentu sbg tarif biaya overhead (overhead
rate).Satuan kegiatan yang umum dipakai pada bagian produksi dan bagian
jasa/pembantu adalah:
1. Bagian Produksi
● Unit barang yang dihasilkan
● Jam buruh langsung (DLH).
● Jam mesin langsung (DMH).
● Biaya tenaga kerja langsung.
2. Bagian jasa/pembantu
● Jam reparasi langsung (DRH).
● KWH, untuk bagian pembangkit tenaga listrik.
● Nilai pembelian bahan mentah, untuk bagian pembelian.
MINGGU 5
PROYEKSI LABA RUGI
1. Perencanaan
2. Koordinasi
3. Pengawasan
Dalam bidang perencanaan, dengan disusunnya anggaran biaya distribusi maka perusahaan
dihadapkan pada keharusan untuk merencanakan secara terperinci biaya-biaya yang akan
dikeluarkan. Di lain pihak, anggaran biaya distribusi dapat dipakai sebagai alat koordinasi
bagian penjualan. Semua petugas penjualan, baik pengawas penjualan maupun tenaga
salesman dapat bekerja sama untuk merencanakan kegiatan promosi. Anggaran biaya
distribusi juga bermanfaat sebagai alat pengawasan. Penyimpangan biaya distribusi dari
rencana (misalnya menjadi terlalu besar) kadang-kandang mengakibatkan kenaikan harga jual
barang.
D. Proyeksi Laba-Rugi
Pada dasarnya, proyeksi laba rugi adalah sebuah laporan keuangan. Laporan ini
memuat informasi utama seputar neraca keuangan, arus kas, perubahan dalam modal, serta
laba rugi itu sendiri. Tujuan dari lahan data biaya. Tujuan dari proyek ini adalah untuk
mengetahui perk proyeksi ini adalah untuk mengetahui perkiraan pen iraan pendapatan atau
perkiraan uang dapatan atau perkiraan uang masuk yang bisa didapatkan setiap bulan ke
depan dalam perusahaan.
Contoh:
Laporan L/R Tahun 2011 dan Laporan Proforma 2012
LANGKAH I
PT. ABC
Laporan L/R per 31 Desember 2011 dan Laporan L/R Proforma 31 Desember 2012
Tetapi kelemahan ini dapat dihilangkan dengan cara membagi komponen-komponen biaya
menurut sifat masing-masing. Misalnya setiap komponen biaya dipilih menjadi biaya variabel
dan biaya tetap. Setelah itu ditetapkan besarnya persentase untuk tiap komponen biaya.
Misalnya besar biaya persentase biaya variabel untuk biaya operasi adalah 10% dari
penjualan.
LANGKAH II
PT. ABC
Laporan L/R per 31 Desember 2011 dan Laporan L/R Proforma 31 Desember 2012
2011 2012
HPP
- variabel 7.498.976.340 10.498.566.876*
- tetap 20.000.000.000 20.000.000.000
Biaya Operasional
- variabel 3.445.028.856 4.823.040.398 (dibulatkan)**
- tetap 1.094.763.156 1.094.763.156
Note :
Perbedaan yang begitu besar dari perolehan EBIT. Terutama kita lihat dari laporan proforma
(2012) yang sebelumnya kita peroleh 3.155.350.904 menjadi 5.917.803.554 terjadi
kenaikan. Hal ini disebabkan adanya perhitungan biaya tanpa pemilahan sifat, setiap
kenaikan penjualan akan diikuti persentase yang sama dengan biaya-biaya. Diperolehnya
angka :
a. 7.498.976.340 + (40% x 7.498.976.340) = 10.498.566.876*
b. 20.000.000.000 angkanya selalu tetap karena fix cost besarnya tetap setiap tahunnya;
c. 48.230.403.984 x 10% = 4.823.040.398 (dibulatkan)**
d. 1.094.763.156 angkanya selalu tetap karena fix cost besarnya tetap setiap tahunnya;
MINGGU 6
PROYEKSI LABA RUGI
Kas Masuk Bersih = Earning after tax (EAT) + Penyusutan + Bunga (1-tax)
Cara ini dilakukan apabila bisnis atau usaha yang dimiliki dibiayai dengan modal dari
pinjaman pihak lain.
MINGGU 7
Penyusunan Master Budget Perusahaan Manufaktur
1. Anggaran Penjualan
Menyajikan jumlah unit barang atau jasa sekaligus harganya yang diharapkan dapat
dijual oleh perusahaan di masa yang akan datang.
2. Anggaran Produksi
Memperlihatkan jumlah barang jadi yang harus diproduksi oleh perusahaan dalam satu
periode anggaran. Barang jadi yang akan diproduksi untuk periode anggaran harus
memperhatikan tingkat penjualan dalam unit, serta jumlah persediaan akhir dan awal
barang jadi.
3. Anggaran Penggunaan Bahan Baku
Jumlah kebutuhan pemakaian bahan baku : jumlah bahan baku yang diperlukan dalam
satu periode anggaran ditentukan oleh jumlah barang jadi yang akan diproduksi dan
standar kebutuhan bahan baku untuk setiap 1 unit barang jadi
4. Anggaran Pembelian Bahan Baku
Nilai pembelian bahan baku dalam rupiah : jumlah bahan baku yang akan dibeli dalam
satu periode anggaran diperoleh dengan persediaan akhir bahan baku dan dikurangi
dengan persediaan awal bahan baku yang ada di perusahaan. Kemudian nilai pembelian
bahan baku dalam rupiah diperoleh dengan mengalikan jumlah bahan baku yang akan
dibeli dengan perkiraan harga beli bahan baku per unitnya.
5. Anggaran Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja langsung adalah susunan anggaran yang berkaitan dengan proses
pembuatan produk. Selanjutnya tenaga kerja langsung juga dipahami sebagai seseorang yang
terlibat dalam pekerjaan pembuatan proses produksi. Dalam istilah lain, biaya tenaga kerja
biasa disebut direct labor cost. Umumnya biaya ini juga termasuk unsur yang masuk dalam
budget management oleh perusahaan dan diberikan pengawasan yang ketat. Dengan
demikian Anda juga bisa memahami bahwa, biaya ini berkaitan langsung dengan kegiatan
pengolahan bahan produksi hingga menjadi sebuah barang jadi. Sebagai contohnya dapat
meliputi gaji operator mesin, upah lembur, bonus, dan sebagainya. Untuk setiap pengeluaran
produksi dalam bisnis, jumlah yang dibayarkan kepada karyawan akan melebihi dari jumlah
upah. Hal ini disebabkan bahwa perusahaan tidak memberikan gaji pokok saja, namun bisa
menjadi biaya tunjangan lainnya termasuk dari contoh biaya tenaga kerja langsung seperti
asuransi jiwa, pensiun, kesehatan serta sejumlah pajak atas gaji karyawan yang dibayarkan.
6. Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:
1. Penggolongan biaya overhead menurut sifatnya. Dalam perusahaan yang
produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang
termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokan menjadi beberapa golongan di
bawah ini:
a. Biaya bahan penolong
b. Biaya reparasi dan pemeliharaan
c. Biaya tenaga kerja tidak langsung
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang
tunai.
2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan dengan
perubahan volume produksi. Biaya overhead pabrik dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
a. Biaya overhead pabrik tetap
b. Biaya overhead pabrik variabel
c. Biaya overhead semivariabel.
Penentuan biaya produksi dipengaruhi oleh pendekatan yang digunakan untuk menentukan
unsur-unsur biaya produksi. Terdapat dua pendekatan dalam penentuan biaya produksi, yakni
(1) Full Costing dan (2) Variable Costing. Metode Full Costing merupakan metode penentuan
biaya produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi,
yang terdiri dari biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Metode Variable Costing merupakan
metode penentuan biaya produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang
berperilaku variabel ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan mentah, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Harga/biaya produksi dari barang-barang yang dihasilkan dapat dihitung apabila telah
diketahui hal-hal sebagai berikut:
1. Volume produksi masing-masing barang (anggaran produksi)
2. Biaya bahan mentah untuk masing-masing (anggaran bahan mentah)
3. Biaya tenaga kerja langsung untuk masing-masing barang (anggaran tenaga kerja)
4. Biaya overhead pabrik untuk masing-masing departemen produksi dan departemen
jasa (pembantu)
5. Satuan kegiatan masing-masing departemen produksi dan departemen jasa
(pembantu)
6. Angka-angka standar pada masing-masing departemen
Informasi tentang harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu
bermanfaat bagi manajemen untuk:
1. Menentukan harga jual produk
Informasi taksiran biaya produksi per satuan yang akan dikeluarkan untuk
memproduksi produk dalam jangka waktu tertentu dapat dipakai sebagai salah satu dasar
untuk menentukan harga jual per unit produk yang akan dibebankan kepada pembeli. Dalam
penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu informasi yang
dipertimbangkan di samping informasi biaya lain serta informasi non biaya.
2. Memantau realisasi biaya produksi
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di
dalam pelaksanaan rencana produksi. Informasi ini berguna untuk memantau apakah proses
produksi mengkonsumsi total biaya produksi yang sesuai dengan perhitungan sebelumnya.
3. Menghitung laba rugi perusahaan
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk
memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi ini berguna untuk mengetahui apakah
kegiatan produksi dan pemasaran dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto
atau justru mengakibatkan rugi bruto.
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca
Pada waktu manajemen membuat pertanggungjawaban keuangan periodik,
manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di
dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk persediaan
produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses.
6. Anggaran Kas
Tujuan perencanaan dan pengendalian uang kas:
- menentukan posisi kas pada berbagai waktu, yaitu dengan memperbandingkan uang
kas masuk dengan arus kas keluar.
- memperkirakan kemungkinan terjadinya defisit atau surplus
- mempersiapkan keputusan pembelanjaan berjangka pendek atau berjangka panjang
- menggunakannya sebagai dasar kebijaksanaan pemberian kredit
- menggunakannya sebagai dasar otorisasi dana anggaran yang disediakan
- anggaran kas yang sudah ada juga berfungsi sebagai dasar penelitian terhadap
realisasi pengeluaran kas yang sebenarnya
Pendekatan dalam penyusunan anggaran kas:
- anggaran kas jangka pendek yang merupakan alat operasional pengendalian kas
sehari-hari
- anggaran kas jangka panjang meliputi jangka waktu lima sampai sepuluh tahun
Sumber-kas dan penggunaan kas:
sumber kas masuk utama adalah:
- hasil penjualan produk secara tunai
- hasil menagih piutang dagang
- pendapatan lain seperti bunga dari Bank, jasa giro, dividen
- adanya pengurangan pada aktiva tetap, seperti menjual aktiva yang tak terpakai
- adanya penerimaan yang bukan penghasilan, seperti kredit dari Bank, penjualan
obligasi, dan lain-lain hutang jangka pendek
- penambahan modal sendiri oleh pemilik
penggunaan kas keluar yang utama:
- berbagai pembayaran untuk keperluan operasi perusahaan sehari-hari
- pembayaran pada para kreditur
- penambahan berbagai aktiva tetap seperti pembelian aktiva tetap
- pembayaran kepada pemilik modal, seperti pembayaran dividen atau pengembalian
modal
- pembayaran pada pemerintah, seperti membayar pajak, cukai, materai, restitusi, dan
lain-lain