Anda di halaman 1dari 15

ETOS KERJA MUSLIM UNTUK MENCAPAI PRESTASI YANG OPTIMAL

Nama : Zakiya Afifatun Nadhiroh


Prodi : D3 RMIK
NIM : 30523074
Matkul : Agama Islam
PEMBAHASAN:

Etos kerja menggambarkan aspek-aspek etos kerja yang baik yang ada
pada manusia, yang berasal dari kualitas diri dan diterapkan dalam aktivitas
kerja. Ajaran Islam memuat inspirasi dan motivasi, dan sangat mendorong
umatnya untuk bekerja keras. Pada perkembangan budaya dan standar kerja
yang tinggi. Dalam kasus di mana umat Islam tampaknya tidak melakukan apa-
apa secara praktis, yang perlu dilakukan bukanlah merevisi teologi. Sebaliknya,
yang perlu dilakukan adalah mencari cara untuk mendapatkan pemahaman dan
pemahaman yang benar tentang sifat dan karakteristik penting dari ajaran Islam
yang sebenarnya. Nilai-nilai tentang "kerja" yang ditemukan dalam al-Qur'an dan
al-Sunnah terkait erat dengan etos kerja Islam. Nilai-nilai ini dapat menjadi
sumber inspirasi dan motivasi bagi setiap Muslim. Untuk menyelesaikan tugas di
berbagai aspek kehidupan. Etos kerja Islam berasal dari cara orang memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai dorongan kerja dari al-Qur'an dan al-
Sunnah.

Etos kerja dalam Islam berarti menggunakan gagasan bahwa, sebagai


sistem keimanan, Islam pasti memiliki perspektif positif tentang etos kerja.Ada
standar kerja yang kuat memerlukan kesadaran pada orang bersangkutan
tentang hubungan suatu pekerjaan dengan pandangan hidupnya yang lebih
menyeluruh, yang memberinya keinsafan akan makna dan tujuan hidupnya.
Dengan kata lain, jika suatu pekerjaan tidak bermakna bagi seseorang dan tidak
berhubungan dengan tujuan hidupnya yang lebih tinggi, baik secara langsung

1
maupun tidak langsung, seseorang akan sulit melakukan suatu pekerjaan
dengan tekun.

Menurut Nurcholish Madjid, etos kerja dalam Islam berasal dari keyakinan
seorang Muslim bahwa kerja terkait dengan tujuan hidupnya, yaitu mendapatkan
perkenan Allah Swt. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pekerjaan
ini.

Menurut Nurcholish Madjid, etos kerja dalam Islam adalah hasil suatu
kepercayaan seorang Muslim, bahwa kerja mempunyai kaitan dengan tujuan
hidupnya, yaitu memperoleh perkenan Allah Swt. Berkaitan dengan ini, penting
untuk ditegaskan bahwa pada dasarnya, Islam adalah agama amal atau kerja
(praxis). Inti ajarannya ialah bahwa hamba mendekati dan berusaha memperoleh
ridha Allah melalui kerja atau amal saleh, dan dengan memurnikan sikap
penyembahan hanya kepada-Nya.

Menurut buku Akh. Mwafik Sale, bekerja dengan Hati Nurani.


Mengajarkan hal-hal untuk kepentingan duniawi, mengabaikan kepentingan
akhirat. Oleh karena itu, sudah saatnya bagi karyawan untuk menunjukkan
kepribadian yang baik yang dibenarkan oleh Islam dan didorong untuk memenuhi
sifat-sifat berikut:

1. Niat yang baik dan tepat (mengharapkan ridha Allah). Sebelum mendapat
pekerjaan, kita harus tahu apa yang mendorong kita untuk bekerja dan
apa yang mendorong kita untuk melakukannya motivasi ini akan
menentukan bagaimana kita akan bergerak dalam bekerja. Jika tujuan
bekerja hanya untuk mendapatkan uang, maka hanya itulah yang akan di
dapatkan. Namun, jika tujuan bekerja juga untuk menambah simpanan
akhirat, mendapatkan harta halal, dan menafkahi keluarga, maka hasilnya
pasti akan lebih baik dan mendapatkan sesuai apa yang diniatkan.
2. Takwa dalam bekerja. Pengabdian memiliki dua makna. Pertama,
perhatikan perintah dan menghindari larangan. Kedua, keyakinan bahwa
umat Islam harus bertanggung jawab atas keimanan yang mereka
janjikan. Orang yang taat pada pekerjaannya adalah orang yang dapat
menanggung semua tanggung jawab yang diberikan kepadanya . Orang

2
yang bertakwa juga akan selalu menampilkan sikap-sikap positif, karena
itu orang yang bertakwa dalam bekerja akan menampilkan sikap-sikap
sebagai berikut:
 Bekerja dengan cara terbaik sebagai bentuk tanggung jawab
terhadap kerja dan tugas yang telah diamanahkan/diberikan.
 Menjauhi segala bentuk kemungkaran untuk dirinya dan orang lain
dalam bekerja, seperti tidak bermalas-malasan dan merugikan
rekan kerja.
 Taat pada aturan yang berlaku di tempat kerjanya.
 Selalu ingin melakukan yang terbaik dalam pekerjaannya.
3. Ikhlas dalam Bekerja. Keikhlasan adalah syarat utama untuk diakui amal
perbuatan. Orang-orang berada di sisi Allah swt. Apapun yang dilakukan,
termasuk bekerja, jika dilakukan dengan ikhlas, akan mendapat rahmat
dari Allah swt.
4. Jujur dalam bekerja bukan hanya merupakan tuntutan melainkan juga
ibadah. Seorang muslim yang dekat dengan Allah akan bekerja dengan
baik untuk dunia danm akhirat.
5. profesional, setiap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang muslim harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang optimal.
Tentu saja, profesionalisme harus didukung dengan sarana ilmiah,
kontemporer, dan canggih.
6. Kreatif. Orang yang hari ini sama dengan hari kemarin dianggap merugi
karena tidak ada kemajuan dan tertinggal oleh perubahan. Orang yang
hari ini lebih buruk dari hari kemarin juga dianggap celaka karena berarti
mereka akan tertinggal jauh lagi dan akan sulit untuk mengejar mereka.
Satu-satunya orang yang beruntung adalah mereka yang hari ini lebih
baik dari hari kemarin karena selalu ada penambahan. Ini adalah sikap
yang diharapkan setiap muslim selalu memiliki agar tidak tertinggal; dia
selalu menentang perubahan dan selalu siap untuk menghadapi
perubahan. Menurut Didin, 2000:34)
7. Amanah dalam bekerja adalah suatu perbuatan yang sangat mulia dan
utama.

3
Ciri-ciri orang yang bekerja dengan niat baik dan benar untuk
mengharap ridho Allah SWT yaitu:

 Mengharapkan pahala sebagai imbalan atas pekerjaan yang


dilakukan.
 Rezeki yang halal merupakan salah satu dorongan untuk bekerja.
 Memandang pekerjaannya sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT.
 Bekerja sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT.

Ciri-ciri orang yang bekerja dengan Ikhlas:

 Bekerja karena semata mengharap karunia Allah Swt.


 Bersih dari segala tujuan ria dan pamrih.
 Penuh semangat dan antusias dalam mengerjakan seluruh pekerjaan.
 Tidak merasa dibawah karena cacian dan makian sehingga tidak
mengurangi dan menghambat semangat dalam bekerja.

Ciri-ciri etos kerja dalam pandangan islam:

 Al-Salah atau baik dan manfaat. Adalah melakukan suatu pekerjaan


dengan sebaik-baiknya serta dapat bermanfaat bagi orang sekitar dan
orang banyak.
 Al-Itqan atau kemantapan dan perfectness. Adalah dengan
melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh, tekun, dan teliti.
Dengan kata lain yaitu melakukan suatu pekerjaan dengan sempurna.
 Al-Ihsan atau melakukan yang terbaik dan lebih baik lagi. Adalah
melakukan pekerjaan dengan lebih baik lagi, yaitu bekerja tanpa kata
puas, artinya bekerja dengan sebaik-baiknya lebih tepatnya selalu
ingin melakukan pekerjaan dengan lebih baik lagi dari hari
sebelumnya.
 Al-Mujahadah atau kerja keras dan optimal. Adalah melakukan
pekerjaan dengan kerja keras tanpa pantang menyerah agar dapat
mendapatkan hasil yang maksimal.
 Tanafus dan ta’awun atau berkompetisi dan tolong menolong.Adalah
seseorang yang melakukan pekerjaan dengan bekerjasama dengan

4
orang lain dalam mewujudkan sesuatu untuk kebaikan diri maupun
kebaikan bersama.
 Mencermati nilai waktu. Adalah mengenai bagaimana seseorang
mengatur waktu dalam kehidupan demi kebaikan dirinya, artinya
seseorang yang melakukan pekerjaan harus mampu mengatur waktu
dengan sebaik-baiknya.
 Memiliki jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan berarti kemampuan
untuk mengambil posisi dan memainkan peran sehingga pengaruh
dirinya terhadap lingkungannya. Orang yang hebat adalah pemimpin.
Dia larut dalam keyakinannya, tetapi dia tidak segan untuk menerima
kritik dan bahkan mengikuti yang terbaik. Karena dia dilatih untuk
berpikir kritis dan analitis sebagai seorang pemimpin dan karena dia
tahu bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah
selama seluruh hidupnya, sebagaimana firman Allah SWT:

Jenis-jenis gaya kepemimpinan:

Menurut Siagian (2008), ada tiga macam gaya kepemimpinan yang telah dikenal
secara luas, yaitu :

 Demokratis, yaitu gaya kepemimpinan yang mengarah pada pengambilan


keputusan sebagai keputusan bersama dan seluruh anggota system
sosial yang bersangkutan.
 Otokrasi, yaitu kepemimpinan yang mengarah pada pengambilan
keputusan tergantung kepada pemimpinnya sendiri.
 Laissez Faire, yaitu gaya kepemimpinan yang menyerahkan pengambilan
keputusan kepada masing-masing anggota sistem sosial itu sendiri.

Kerja merupakan penjabaran Aqidah, meliputi:

5
a. Dapat menerima kenyataan berkenaan dengan diri sendiri,orang lain,
dan alam.
b. Berperilaku wajar tidak dibuat-buat.
c. Berpendirian teguh dan tidakmudah terpengaruh.
d. Konsentrasi perbuatan tidak padaego, melainkan pada kewajibandan
rasa tanggung jawab.
e. Memiliki kesegaran apresiasiterhadap alam dan kehidupan.
f. Mempunyai kehidupan motivasi yang terutama digerakan oleh motivasi
ibadah danm Hasrat memperoleh kehidupan surgawi diakhirat kelak.

Motivasi etos kerja dalam islam:

a. Semangat beribadah kepada Allah SWT


Etos kerja dalam Islam dilandasi oleh semangat beribadah kepada
Allah SWT, sehingga bekerja tidak hanya memenuhi kebutuhan duniawi
melainkan juga meraih rida Allah SWT.
b. Sistem keimanan dan ajaran dalam agama Islam
Etos kerja Islami terbentuk oleh adanya motivasi yang terpancar
dari sistem keimanan atau aqidah Islam yang berkenaan dengan kerja
yang bertolak dari ajaran wahyu bekerja sama dengan akal.
c. Aqidah dan kepercayaan
Aqidah ini terbentuk oleh pemahaman yang diperoleh dari ajaran
wahyu dan akal yang bekerja sama secara profesional. Maksud terpancar
disini mencangkup arti dan fungsi aqidah yang menjadi sumber motivasi
serta sumber acuan dan nilai sehubungan dengan kerja.
d. Karakteristik etos kerja Islam
Etos kerja seorang terbentuk oleh adanya motivasi yang terpancar
dari sistem keimanan atau aqidah Islam yang berkenaan dengan kerja,
yang dapat menjadi karakter dan kebiasaan manusia berkenaan dengan
kerja.
e. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan
Menjadi profesional dalam bidangnya dan mengembangkan
kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan.

Motivasi kerja dalam islam

6
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti dorongan atau daya
penggerak. Menurut Mathis (2006:71) motivasi merupakan hasrat didalam diri
seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan. Motivasi
diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu guna mencapai tujuan
(Handoko, 2001:25).

Dalam agama Islam, mencari nafkah adalah kewajiban. Islam adalah


agama yang berdasarkan fitrah, yang memenuhi kebutuhan manusia, termasuk
kebutuhan fisik. Bekerja adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan fisik.
Dalam Islam, motivasi untuk bekerja tidak didasarkan pada keinginan untuk
mendapatkan status atau kekayaan. Oleh karena itu, motivasi untuk bekerja
dalam Islam adalah bukan hanya untuk mendapatkan uang semata-mata, tetapi
juga sebagai tanggung jawab untuk beribadah kepada Allah SWT setelah
melakukan ibadah wajib lainnya.

Prinsip-prinsip etos kerja dalam islam:

a. Bahwa perkerjaan itu dilakukan berdasarkan pengetahuan sebagaimana


dapat dipahami dari firman Allah dalam al-Qur‟an, “Dan janganlah kamu
mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
mengenainya.” (QS, 17: 36).
b. Pekerjaan harus dilaksanakan berdasarkan keahlian sebagaimana dapat
dipahami dari hadis Nabi Saw, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada
bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.” (Hadis Shahih
riwayat al-Bukhari).
c. Berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik sebagaimana dapat
dipahami dari firman Allah, “Dialah Tuhan yang telah menciptakan mati
dan hidup untuk menguji siapa di antara kalian yang dapat melakukan
amal (pekerjaan) yang terbaik; kamu akan dikembalikan kepada Yang
Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukan
kepadamu tentang apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Mulk: 67: 2).
Dalam Islam, amal atau kerja itu juga harus dilakukan dalam bentuk saleh

7
sehingga dikatakan amal saleh, yang secara harfiah berarti sesuai, yaitu
sesuai dengan standar mutu.
d. Pekerjaan itu diawasi oleh Allah, Rasul dan masyarakat, oleh karena itu
harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, sebagaimana dapat
dipahami dari firman Allah, “Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah,
Rasul dan orang-orang beriman akan melihat pekerjaanmu.” (QS. 9: 105).
e. Orang berhak mendapatkan imbalan atas apa yang telah ia kerjakan. Ini
adalah konsep pokok dalam agama. Konsep imbalan bukan hanya
berlaku untuk pekerjaan-pekerjaan dunia, tetapi juga berlaku untuk
pekerjaan-pekerjaan ibadah yang bersifat ukhrawi. Di dalam al-Qur‟an
ditegaskan bahwa: “Allah membalas orang-orang yang melakukan
sesuatu yang buruk dengan imbalan setimpal dan memberi imbalan
kepada orang-orang yang berbuat baik dengan kebaikan.” (QS. 53: 31).
Dalam hadis Nabi dikatakan, “Sesuatu yang paling berhak untuk kamu
ambil imbalan atasnya adalah Kitab Allah.” (H.R. al-Bukhari). Jadi,
menerima imbalan atas jasa yang diberikan dalam kaitan dengan Kitab
Allah; berupa mengajarkannya, menyebarkannya, dan melakukan
pengkajian terhadapnya, tidaklah bertentangan dengan semangat
keikhlasan dalam agama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja dalam islam:

a. Agama

Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai yang akan


mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berfikir,
bersikap dan bertindak seseorang tentu diwarnai oleh ajaran agama yang
dianut jika seseorang sungguhsungguh dalam kebidupan beragama. Etos
kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya kualitas
keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah
kokohnya tingkat etos kerja yang rendah.

b. Budaya
Siap mental, tekad, disiplin dan semangat kerja masyarakat juga
disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga

8
disebut sebagai etos kerja. Kualitas etos kerja ini ditentukan oleh sistem
orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat yang
memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki etos kerja yanhg tinggi
dan sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang
konservatif akan memiliki etos kerja yang rendah, bahkan bisa sama
sekali tidak memiliki etos kerja.
c. Sosial politik
Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh
ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk
bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras dengan penuh. Etos
kerja harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti
tanggungjawab kepada masa depan bangsa dan negara. Dorongan untuk
mengatasi kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan hanya mungkin
timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki orientasi kehidupan
yang teerpacu ke masa depan yang lebih baik.
d. Kondisi lingkungan/geografis
Etos kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis.
Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada
di dalamnya melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil
manfaat, dan bahkan mengundang pendatang untuk turut mencari
penghidupan di lingkungan tersebut.
e. Pendidikan
Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya
manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang
seseorang mempunyai etos kerja keras. Meningkanya kualitas penduduk
dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan bermutu disertai
dengan peningkatan dan perluasan pendidikan, keahlian dan
keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan
produktivitas masyarakat sebagai pelaku ekonomi.
f. Kerja adalah ibadah.
Bekerja merupakan bentuk bakti dan ketakwaan kepada Tuhan,
sehingga melalui pekerjaan manusia mengarahkan dirinya pada tujuan agung
Sang Pencipta dalam pengabdian. Kesadaran ini pada gilirannya akan

9
membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau
jabatan semata.
g. Kerja adalah seni.
Kesadaran ini akan membuat kita bekerja dengan perasaan senang
seperti halnya melakukan hobi. Sinamo mencontohkan Edward V Appleton,
seorang fisikawan peraih nobel. Dia mengaku, rahasia keberhasilannya
meraih penghargaan sains paling begengsi itu adalah karena dia bisa
menikmati pekerjaannya.

Faktor-faktor pendorong etos kerja dalam islam:

a. Sistem iman dan ajaran agama Islam.


b. Kesadaran tentang tanggung jawab manusia sebagai khalifah.
c. Pelajaran ihsan dan instruksi untuk orang Islam untuk mandiri dalam
bekerja.
d. Kewajiban untuk saling mengingatkan satu sama lain.

Faktor-faktor penghambat etos kerja dalam islam:

a. Takhayul
Segala macam kepercayaan takhayul memiliki dua akibat negatif
yang fatal bagi manusia: mereka merendahkan martabat
kemanusiaannya dan menghilangkan nilai-nilai pekerjaan muslim yang
berdiri atas iman, ilmu, dan kewajiban mereka sebagai hamba Allah SWT.
b. Tak akan lari gunung dikejar (pelan-pelan asal dilakukan)
Pelan-pelan asal dilakukan, yang menunjukkan bahwa setiap
tindakan harus didasarkan pada hal-hal berikut: kesungguhan, ketelitian,
ketepatan data serata proses, dan orientasi data. Mereka memberi tahu
kita bahwa kita harus mampu bersabar, telaten, dan optimis dalam
melakukan tugas, pekerjaan, atau kiprah. Baik manusia maupun dunianya
tidak tetap. Seorang muslim tidak boleh menunggu atau kehilangan
momen penting dalam kehidupan. Subjek yang ditunggu adalah seorang
muslim. Bukan dirinya yang mengubah dunia, tetapi dialah yang
mengubahnya. Muslim tidak pernah tenggelam dan memperhambakan
diri pada dunia, tetapi dunialah yang membuatnya.
c. Jimat

10
Hampir diseluruh pokok dunia, keyakinan akan suatu benda yang
membawa tuah (kesaktian) atau memberi rezeki, perlindungan,
ketentraman, diyakini oleh banyak orang. Jimat, tidak lebih dari lambang
keraguan seseorang menghadapi realitas hidup tanpa adanya confidence
(keyakinan diri). Semangat etos kerja muslim haruslah karena adanya
rasa mahabbah Iillah (cinta kepada Allah) yang sangat menggelora
mempengaruhi seluruh jiwanya.

Langkah-langkah pengembangan etos kerja dalam islam:

a. Memotivasi diri sendiri bahwa kerja adalah Amanah, panggilan,


akualitasasi, ibadah, seni, dan kehormatan.
b. Mematuhi aturan-aturan yang berlaku dan melaksanakan tugas
sesuai dengan bidang dan keahlian yang dimiliki.
c. Mengerti tentang system penilaian karyawan.
d. Mencintai pekerjaan dan mengawali setiap kegiatan kerja dengan
ucapan basmalah.
e. Selalu melibatkan Allah dalam setiap Tindakan yang dilakukan.
f. Menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan ibadah.
g. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan
dalam pekerjaan.
h. Menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerja dan atasan.
i. Menjaga integritas dan etika kerja yang baik.
j. Berusaha untuk meningkatkan kualitas kerja dan mencapai
prestasi yang optimal.

Manfaat etos kerja dalam islam:

 Mendapat pahala dari Allah SWT


Salah satu keuntungan utama dari memiliki etos kerja yang baik
dalam Islam adalah mendapatkan pahala dari Allah. Dalam Islam,
pekerjaan dianggap sebagai ibadah jika dilakukan dengan niat yang
ikhlas dan dilakukan dengan baik. Seorang Muslim dapat mendapatkan
pahala dari Allah dengan bekerja dengan sungguh-sungguh dan jujur.
Mereka dapat memperoleh pahala materi dan spiritual.
 Menjadi terladan bagi orang lain.

11
Orang Muslim yang memiliki etos kerja yang baik akan menjadi
teladan bagi orang lain. Ketika seseorang melihat seorang Muslim yang
bekerja dengan sungguh-sungguh, jujur, dan bertanggung jawab, mereka
akan terinspirasi untuk mengikuti contohnya dan memperbaiki standar
kerja masyarakat secara keseluruhan.
 Meningkatkan kualitas diri.
Selain itu, etos kerja Islam dapat membantu meningkatkan
kualitas diri seseorang. Ketika seseorang bekerja dengan sungguh-
sungguh dan bertanggung jawab, mereka akan mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan yang lebih baik dalam pekerjaan mereka,
yang akan meningkatkan kualitas diri mereka dan membuat mereka lebih
kompeten dalam bidang pekerjaan mereka.
 Membantu Masyarakat.
Bekerja dengan etos kerja yang baik dalam Islam juga dapat
membantu masyarakat secara keseluruhan. Ketika seseorang bekerja
dengan sungguh-sungguh dan jujur, mereka akan memberikan kontribusi
yang positif bagi masyarakat. Misalnya, seorang Muslim yang bekerja
sebagai dokter dengan etos kerja yang baik akan membantu
menyelamatkan nyawa orang lain dan memperbaiki kualitas hidup
mereka.
 Mendapatkan rezeki yang halal.
Rezeki seseorang dianggap sebagai anugerah dari Allah dalam
agama Islam. Jika seorang Muslim memiliki etos kerja yang baik, mereka
akan mendapatkan rezeki yang halal dan barokah. Allah akan
memberikan rezeki kepada mereka yang bekerja dengan sungguh-
sungguh, jujur, dan bertanggung jawab. Dalam hidup seseorang,
keberkahan akan muncul dari rezeki yang halal.
 Mencapai kesuksesan dunia akhirat.
Etos kerja dalam Islam juga dapat membantu seseorang mencapai
kesuksesan dunia dan akhirat. Ketika seseorang bekerja dengan
sungguh-sungguh dan jujur, mereka akan mencapai kesuksesan dalam
pekerjaan mereka. Selain itu, mereka juga akan mendapatkan pahala dari
Allah dan mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Dengan memiliki etos
kerja yang baik, seorang Muslim dapat mencapai kesuksesan yang abadi.

12
Kesimpulan Etos kerja dalam Islam memiliki banyak manfaat yang penting
bagi setiap Muslim. Dengan bekerja dengan sungguh-sungguh, jujur, dan
bertanggung jawab, seorang Muslim dapat mendapatkan pahala dari Allah,
menjadi teladan bagi orang lain, meningkatkan kualitas diri, membantu
masyarakat, mendapatkan rezeki yang halal, dan mencapai kesuksesan dunia
dan akhirat. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk memiliki etos
kerja yang baik dalam menjalankan pekerjaan mereka.

Keseimbangan antara kerja dan ibadah

Yusuf Qardhawi (1996:12) menjelaskan, bahwa Agama Islam memiliki


beberapa karakteristik, salah satu di antaranya adalah wasatiyah atau dengan
istilah lain tawazun, yaitu sikap hidup pertengahan atau sikap seimbang antara
kehidupan material dan spiritual. Ini artinya sebagai seorang Muslim harus dapat
menyeimbangkan antara dua kutub kehidupan yaitu kehidupan material yang
bersifat duniawi dan kehidupan spiritual yang bersifat ukhrawi.

Umat Islam digambarkan sebagai kelompok pertengahan karena nilai


moderat ini. Mereka dianggap sebagai kelompok moderat dibandingkan dengan
umat lain yang cenderung berlebih-lebihan di antara aspek yang berlawanan.
Misalnya, ada kelompok orang yang terlalu percaya pada spiritualitas sehingga
mereka mengabaikan hal-hal duniawi. Mereka lebih cenderung hidup dalam cara
yang bertapa, jauh dari orang lain, menikah, dan berpuasa sepanjang hari.
Namun, ada beberapa orang yang hanya berpikir tentang duniawi dan tidak
peduli dengan akhirat. Mereka adalah penganut materialisme dan sekulerisme,
tidak tahu tentang Tuhan atau agama, dan tidak percaya adanya hari kiamat.

Aqidah, syari‘ah Islam menolak keduanya dan mengambil jalan lurus,


yaitu jalan moderat sesuai dengan satusnya sebagai ummah wasatiyah (ummat
pertengahan), sebagaimana difirmankan Allah dalam al-Qur’an surat Al Baqarah:
143, yang artinya: Dan demikianlah kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
sebagai umat pertengahan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia.

Orang-orang yang beragama Islam harus menyeimbangkan kerja keras


mereka di dunia ini dengan kerja keras mereka di akhirat. Artinya, jika kita

13
bekerja keras, tidak hanya perlu berkonsentrasi untuk mendapatkan uang, tetapi
juga harus selalu mendekatkan diri kepada Allah. Sebagai seorang muslim,
ajaran ini mendorong untuk bekerja keras dalam berbagai hal dan tidak mudah
menyerah dan menyerah pada nasib yang mengancam. Sebagai umat Islam, kita
harus berikhtiar dan bertawakal kepada Allah swt sebelum takdir datang kepada
kita. Karena Allah tidak mengubah takdir seseorang kecuali mereka mengubah
pilihan mereka sendiri, seperti yang disebutkan dalam Surat Al-Ra'd ayat 13:11.

KESIMPULAN

Identitas seseorang, kelompok, atau bahkan bangsa dibentuk oleh etos


kerja mereka. Kekurangan dan kelemahan yang ada tidak dapat menyebabkan
penurunan atau bahkan tidak adanya etos kerja. Sebaliknya, kelebihan yang
ada, jika tidak diatur dengan benar, juga tidak memiliki dampak yang signifikan
terhadap peningkatan etos kerja. Keberhasilan dalam aktivitas bergantung pada
etos kerja. Dalam menentukan tinggi rendahnya etos kerja seseorang, faktor
agama, budaya, dan lingkungan juga harus dipertimbangkan. Motivasi juga
merupakan faktor penggerak. Sikap kerja penting untuk ditingkatkan agar
kualitas diri dapat ditingkatkan untuk mencapai produktivitas diri. Komitmen
seseorang akan memengaruhi lingkungan mereka. Sinergi yang akan
meningkatkan etos kerja adalah dukungan lingkungan dan kerja sama.

14
DAFTAR PUSTAKA

(Muwafik Saleh, 2009)Muwafik Saleh, A. (2009). Bekerja dengan hati nurani.

Qordhawi, Y. (1996). Surabaya:Risalah Islam. Karakteristik Islam.

Setyo, T. (2016). Etos Kerja Tinggi Cermin Kepribadian Muslim Unggul. Wahana
Akademika: Jurnal Studi Islam Dan Sosial, 3(2), 137.
https://doi.org/10.21580/wa.v3i2.1149

15

Anda mungkin juga menyukai