Anda di halaman 1dari 8

ETOS KERJA DAN KEWIRAUSAHAAN DALAM ISLAM

TUGAS MATA KULIAH PAI

beranggota 2 orang yaitu:

04. Den Rafid Rizkulloh


18. Muhamad Rusdi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah dengan segala puji bagi Allah Semesta Alam yang telah memberikan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Tak lupa sholawat serta salam kami junjungkan kepada Nabi besar, Muhammad SAW. yang senantiasa kami
nantikan syafaatnya di hari akhir kelak.

Makalah ini dibuat dan disusun dengan maksimal. Tidak terlepas dari itu, adanya kekurangan dalam tata bahasa dan penyusunan
kalimat, baik itu penulisan dalam materi pembahasan. Dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan saran dari pembaca.

Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memenuhi tugas pada khususnya dan bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


PENDAHULUAN

Ajaran Islam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. AL-Ma’idah ayat 3 yang (artinya) :

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam

sebagai agama bagimu. Oleh karenanya Islam adalah sebuah aturan, norma, pola hidup yang melingkupi kehidupan manusia

dan menjadi pedoman dalam mengarungi kehidupannya yang selanjutnya pedoman itu dijabarkan dalam fiqih Islam. Sedang fiqih

itu sendiri adalah suatu pola hidup yang ditawarkan Islam dalam bentuk pemahaman secara mendalam terhadap hukum dan

ketentuan Allah untuk diaplikasikan dalam kehidupan manusia.

Adapun kewirausahaan dalam disiplin ilmu fiqh merupakan bagian pembahasan mu'amalah. Sedangkan perdagangan adalah bagian

dari kegiatan kewirausahaan. Bila kita berbicara tentang kewirausahaan menurut pandangan Islam, maka rambu-rambu yang

harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah teori-teori yang telah di gambarkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah sebagai norma

dan etika dalam berwirausaha khususnya dalam perdagangan.

Selain itu, islam juga mengatur secara jelas hubungan antara pemberi kerja dan karyawan atau buruh yang melaksanakan perintah dari

pemberi kerja. Islam juga memberikan petunjuk yang jelas masalah utang piutang antara seseorang dengan yang lain dalam melakukan

transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena masalah utang piutang merupakan hal yang tidak bisa diabaikan dalam

kehidupan sehari-hari. Dalam situasi globalisasi saat ini kita dituntut untuk menunjukkan etos kerja yang tidak hanya rajin, gigih, setia,

akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-nilai islami yang tentunya tidak boleh melampaui batasan yang telah ditetapkan

Al-Qur’an dan As-Sunnah (hadist dan sunah Rasul). Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
PEMBAHASAN
A. Etos Kerja Dalam Islam

Etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu.Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu,

tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos

ini dikenal pula kata etika yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk moral sehingga dalam etos

tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal lebih baik dan bahkan berupaya untuk mencapai

kualitas kerja yang sempurna mungkin.

Etos kerja seorang muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin harus memegang amanah

terutama para hakim. Hakim berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut sebagaimana Nabi Daud ketika ia diminta untuk memutuskan perkara yang adil dan

harus didasarkan pada nilai-nilai kebenaran, maka berilah keputusan dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran, sebagaimana dalam QS.

Ash Shahad ayat 22.

Seorang muslim yang memiki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan bagian amanah

dari Allah SWT. Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu identitas manusia, sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid dan

tanggung jawab, bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah SWT.

Di dalam Al-Qur’an juga dijelaskan dalam surat an-najm ayat 39 yang berbunyi :

ِ ‫س لِاۡل ِ ۡن َس‬
ۙ‫ان اِاَّل َما َس ٰعى‬ َ ‫َواَ ۡن لَّ ۡي‬

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (QS. An-Najm:39).

Nilai suatu pekerjaan tergantung pada niat pelakunya yang tergambar pada firman Allah SWT agar tidak membatalkan sedekah (amal kebajikan), dan

menyebut-nyebutnya sehingga mengakibatkan penerima merasa tersakiti hatinya.


B. Karakteristik Etos Kerja Dalam Islam
1. Iman Dan Taqwa

Yang dinamakan iman adalah meyakini didalam hati, menyatakannya dengan lisan, dan melaksanakannya dengan perbuatan. Kata taqwa
(at-taqwa). Dan kata-kata benda yang dikaitkan dengannya memiliki tiga arti, menurut Abdullah Yusuf Ali pertama, takut kepada Allah,
merupakan awal dari ke’arifan. Kedua, menahan atau menjaga lidah, tangan dan hati dari segala kejahatan. Ketiga ketaqwaan, ketaatan dan
kelakuan baik.

Dalam Al-Qur’an banyak memuat ayat yang menganjurkan taqwa dalam setip perkara dan pekerjaan. Ayat- ayat tentang keimanan selalu
diikuti dengan ayat- ayat kerja, demikian pula sebaliknya. Ayat seperti “Orang-orang yang beriman” diikuti dengan ayat”dan mereka yang
beramal sholeh”.

Jika Allah SWT ingin menyeru kepada orang- orang mukmin dengan nada panggilan seperti “Wahai orang- orang yang beriman” , maka
biasanya diikuti oleh ayat yang bereorientasi pada kerja dengan muatan ketaqwaan, diantaranya, “keluarkanlah Sebagian dari apa yang kami
anugerahkan kepada kamu”, “janganlah kamu ikuti/ rusakkan sedekah- sedekah ( yang telah kamu keluarkan ) dengan olok-olokan dan kata –
kata yang menyakitkan” , “ Wahai orang- orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah”.

2. Niat (komitmen)

Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang sesuai dengan tinggi rendah nilai komitmen yang dimilikinya. Dan komitmen atau
nilai adalah suatu bentuk pilihan dan keputusan pribadi yang dikaitkan dengan sistem nilai ( value system ) yang dianutnya. Oleh karena itu
komitmen atau niat juga berfungsi sebagai sumber dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan sunguh- sungguh.
C. Pengertian Kewirausahaan

Wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.
Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi resiko rasa takut atau cemas sekalipun
dalam kondisi tidak pasti.

Kewirausahaan adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dari perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup
untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya.

Hakikat kewirausahaan adalah ilmu, seni maupun perilaku, sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan
gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif (create new & gagasan different). Berpikir sesuatu yang baru (kreativitas) dan bertindak
melakukan sesuatu yang baru ( keinovasian ) guna menciptakan nilai tambah ( valueadded ) agar mampu bersaing dengan tujuan
menciptakan kemakmuran individu dan masyarakat. Karya dari wirausaha dibangun berkelanjutan, dilembagakan agar kelak dapat tetap
berjalan dengan efektif di tangan orang lain.
1. Maksud Dan Tujuan Kewirausahaan
- Meningkatkan jumlah wirausaha berkualitas
Dengan bimbingan yang tepat, sumber daya manusia tersebut tidak hanya dapa diberdayakan kemampuannya, namun dapat juga dilatih
dan dikembangkan supaya dapat menjadi calon usaha yang berkualitas.
- Membudayakan Semangat Wirausaha di Masyarakat
Tujuan kewirausahaan membudayakan semangat wirausaha di masyarakat dapat diwujudkan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu
dengan bersikap seperti apa adanya seorang entrepreneur.
- Mewujudkan Dan Mensejahterakan Masyarakat
Semakin sukses dan semakin berkembangnya sebuah bisnis, pasti akan membutuhkan semakin banyak sumber daya manusia. Dengan
berkurangnya jumlah pengangguran, berarti sebuah bisnis telah behasil mewujudkan tujuan kewiraushaan untuk memajukan dan
mensejahterakan masyarakat.

2. Membangun Diri Dan Jiwa Wirausaha Muslim

Wirausaha harus mempunyai sifat percaya diri dalam melakukan bisnisnya, seorang wirausaha harus yakin bahwa dia harus sukses dalam
menjalankan usahanya. Seorang wirausaha harus bisa belajar mandiri sebagai individualitas dan selalu optimis dalam setiap menentukan
langkah. Seorang wirausaha juga harus memberikan kepercayaan kepada rekan mitra kerjanya agar tumbuhnya saling percaya dalam
memberikan peluang yang besar, wirausaha harus selalu berpikir positif dari pada berpikir negative.
Adapun yang diperlukan adalah wawasan atau pengetahuan yang mampu meningkatkan kepekaan ushawan dan manajer yaitu :
Bangkitkan rasa jiwa ingin tahu, berani mencoba, jangan takut mengambil resiko, berfikir positif, terus mencoba, dan tingkatkan spiritualitas
religious.
PENUTUP

Kesimpulan

Etos kerja adalah semangat dan totalitas dalam bekerja yang dapat menjadi kunci kesuksesan baik didunia maupun diakhirat.
Oleh karena itu mari kita tanamkan dalam diri kita etos kerja yang islami. Bekerja dalam prinsip- prinsip keimanan dan ketaqwaan.
Lakukanlah pekerjaan dengan total, sungguh- sungguh, dan maksimal karena niat beribadah kepada Allah SWT.

Kewirausahaan merupakan semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang
mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efesiensi
dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik.

Sebagai seorang muslim, kita dianjurkan untuk memiliki kemampuan untuk melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis dam
kemudian mengumpulkan sumber daya untuk mendapatkan keuntungan yang berkah. Kemampuan tersebut harus dimiliki oleh
seorang wirausaha muslim

Anda mungkin juga menyukai