Anda di halaman 1dari 22

Bagaimana Etos Kerja Muslim Untuk Mencapai Prestasi Yang Optimal

Disusun untuk Memenuhi Penugasan Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Agama
Dosen Pengampu Mata Kuliah:
Safari Hasan, S.IP., M.MRS

Disusun oleh:
Salsabilla Dyah Ayu Destya Maharani
30523055

PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
2023/2024

1
Sudah menjadi sebuah kewajiban bagi manusia untuk melakukan usaha
demi memenuhi kebutuhan dan kepentingan kehidupannya. Bagi seorang
muslim, menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat sangatlah
diharuskan atau wajib. Dan untuk bisa menyeimbangkan antara dunia dan
akhirat, maka wajib baginya untuk bekerja.

Pengertian Etos Kerja


Dalam Islam, bekerja dianggap sebagai ibadah apabila dilakukan dengan
tekun, jujur, dan etos. Apa itu Etos Kerja? Etos Kerja dan Kepemimpinan Islam,
Mengutip Syah (2021: 1), kata ethos berasal dari bahasa Yunani ethos yang
berarti sikap, budi pekerti, perangai, watak, keyakinan terhadap sesuatu. Etos
dibentuk oleh kebiasaan, pengaruh, budaya, dan nilai-nilai yang Anda yakini.
(Sumber referensi: https://kumparan.com/berita-update/pengertian-etos-kerja-
dalam-islam-dan-konsepnya-21exGOBjtv7/full)

Ilustrasi foto: https://mycompass.io/psychology/6-cara-mengetahui-kamu-kerja-


keras-atau-kerja-berlebihan/

Pengertian etos kerja bagi umat Islam yaitu sebuah keyakinan yang
dimiliki oleh seorang umat bahwa bekerja bukan hanya sekedar untuk mencapai
tujuan duniawi saja, akan tetapi sebagai sarana untuk beramal saleh
dikarenakan bekerja adalah bentuk pengabdian dan rasa Syukur kepada Allah
Swt. Bisa dibilang bekerja adalah nilai ibadah yang tinggi bagi seorang umat
Islam.

2
Nilai-nilai tersebut berakar pada ajaran Islam yang mendorong umat Islam
untuk rajin, bertanggung jawab, dan beretika dalam segala bidang kehidupan.
Etos kerja juga dipengaruhi oleh budaya Islam yang sangat menekankan
tanggung jawab komunitas dan sosial. Salah satu prinsip utama etos kerja
Muslim adalah ketekunan. Umat Islam didorong untuk bekerja keras dan
berusaha mencapai keunggulan dalam semua bidang kehidupan mereka. Hal ini
tercermin dalam konsep Islam tentang ihsan yang mengacu pada keunggulan
dalam segala hal.
Prinsip penting lainnya adalah kejujuran yang ditekankan dalam ajaran
Islam. Umat Islam diharapkan jujur dan dapat dipercaya dalam semua urusan
mereka, baik dalam bisnis atau hubungan pribadi. Akuntabilitas juga merupakan
aspek penting dari etos kerja. Umat Islam diharapkan untuk mengambil tanggung
jawab atas tindakan mereka dan bertanggung jawab kepada komunitas mereka
dan kepada Tuhan.
Meski memiliki banyak manfaat, etos kerja Muslim menghadapi kritik dan
tantangan. Beberapa orang berpendapat bahwa etos kerja terlalu kaku atau
membatasi, dan hal ini dapat menyebabkan kelelahan atau stres. Ada pula yang
berpendapat bahwa umat Islam menghadapi tantangan unik di tempat kerja,
seperti diskriminasi dan bias.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, etos kerja dapat diadaptasi dan
diterapkan dalam konteks modern. Misalnya, umat Islam dapat memprioritaskan
perawatan diri dan keseimbangan dalam kehidupan profesionalnya, dengan
tetap menjaga komitmen terhadap kerja keras dan nilai-nilai etika. Mereka juga
dapat berupaya untuk mendorong inklusivitas dan keberagaman di tempat kerja,
serta menentang diskriminasi dan bias di mana pun hal tersebut terjadi.

Hadits Yang Memerintahkan Seorang Muslim untuk Bekerja


Banyak literatur dalam Al-Qur'an dan Hadits yang menganjurkan seorang muslim
untuk bekerja memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawinya. Salah satu
perintah Allah SWT kepada umatnya untuk bekerja terdapat dalam QS. at-
Taubah 105 berikut ini:
‫َو ُقِل ٱْع َم ُلو۟ا َفَسَيَر ى ٱُهَّلل َعَم َلُك ْم َو َر ُس وُلُهۥ َو ٱْلُم ْؤ ِم ُنوَن ۖ َو َس ُتَر ُّدوَن ِإَلٰى َٰع ِلِم ٱْلَغ ْي ِب َو ٱلَّش َٰه َدِة َفُيَن ِّب ُئُك م ِبَم ا ُك نُتْم َت ْع َم ُلوَن‬
Artinya: “Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan

3
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT menyuruh kita untuk bersemangat
beramal shaleh sebanyak-banyaknya. Allah SWT melihat perbuatan
tersebut dan menilainya.
(Sumber referensi: https://www.liputan6.com/islami/read/5247792/konsep-dan-
contoh-penerapan-perilaku-etos-kerja-dalam-islam)

Pentingnya Etos Kerja dalam Islam


Pentingnya memiliki etos kerja yang baik bagi seorang individu adalah
kedisiplinan yang akan diperoleh untuk melaksanakan kehidupannya. Hal ini
dapat menjadi sebuah dorongan bagi individu untuk melakukan pendekatan
terhadap setiap tugas yang dilakukannya dengan serius dan bertanggung jawab.
Sudah pasti ia akan bekerja dengan teratur, menjalankan tugas tepat waktu, dan
bisa menghindari sikap malas.
Sebagai contoh, apabila seseorang memiliki etos kerja yang baik, ia pasti
akan memiliki sebuah jadwal yang terorganisir untuk melakukan semua
aktivitasnya dan bisa membagi waktu dengan baik untuk bekerja, ibadah, dan
juga waktu bersama dengan keluarga. Dengan etos kerja yang baik, semua akan
berjalan dengan disiplin dan efisiensi yang baik.

Prinsip Etos Kerja Pribadi Muslim


Kerja bukan hanya sekedar bekerja, akan tetapi juga demi menjalankan
perintah dari Allah Swt., untuk menjauhi larangan yang diberikan, dan juga
mendapatkan ridho-Nya. Toto Tasmara dalam Muslim Personal Work
Ethic (1994) mengemukakan ada sembilan etika kerja dalam Islam, yaitu:
Prinsip yang pertama adalah dasar etos kerja dalam islam, bahwa semua
pekerjaan yang dikerjakan harus dengan dasar pengetahuan sesuai dengan
firman Allah Swt., dalam Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:
Surat Al-Isra’ Ayat 36
‫َو اَل َت ْق ُف َم ا َلْيَس َلَك ِبِه ِع ْل ٌم ۚ ِإَّن الَّسْم َع َو اْلَبَص َر َو اْل ُفَؤ اَد ُك ُّل ُأوَٰل ِئَك َك اَن َع ْن ُه َمْس ُئواًل‬
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS, 17: 36).

4
Prinsip kedua, disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad Saw., bahwa
semua pekeraan yang dikerjakan haruslah berdasarkan keahlian yang dimiliki.
“Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah saat
kehancurannya.” (Hadis Shahih riwayat al-Bukhari).
Prinsip yang ketiga, semua berorientasikan kepada hasil terbaik dan juga
mutu sesuai dengan makna yang diperoleh dari firman Allah Swt.: “Dialah Tuhan
yang telah menciptakan mati dan hidup untuk menguji siapa di antara kalian yang
dapat melakukan amal (pekerjaan) yang terbaik; kamu akan dikembalikan
kepada Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia
memberitahukan kepadamu tentang apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-
Mulk: 67: 2).
Prinsip Keempat, menurut firman Allah Swt., dalam surat At-Taubah ayat
105, seorang muslim diharuskan mengerjakan pekerjaannya dengan penuh
tanggung jawab. Hal itu dikarenakan Allah selalu mengawasi setiap pekerjaan
yang dilakukan oleh umat-Nya. “Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah
dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan
yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
(QS. 9: 105).
Prinsip Kelima, rasa semangat dan etos kerja yang tinggi. Dari
Anas Ibnu Malik (menurut sebuah riwayat) dia berkata: Rasulullah Saw. telah
bersabda, “Apabila salah seorang kamu menghadapi kiamat sementara di
tangannya masih ada benih hendaklah ia tanam benih itu.” (H.R. Ahmad).
Prinsip Keenam, hak mendapatkan imbalan atas kerja keras yang sudah
dilakukan merupakan sebuah konsep yang pokok dalam agama. Hal tersebut
dikarenakan konsep mengenai imbalan ini tidak hanya berlaku untuk duniawi
saja, namun juga berlaku bagi pekerjaan yang memiliki sifat ukhrawi. Ukhrawi
adalah sesuatu yang mengenai akhirat.
“Allah membalas orang-orang yang melakukan sesuatu yang buruk dengan
imbalan setimpal dan memberi imbalan kepada orang-orang yang berbuat baik
dengan kebaikan,” (QS. 53: 31).
Dalam hadis Nabi juga dikatakan, “Sesuatu yang paling berhak untuk kamu ambil
imbalan atasnya adalah Kitab Allah.” (H.R. al-Bukhari).

5
Disini dapat disimpulkan bahwa imbalan yang akan didapatkan atas jasa
yang diberikan berkaitan dengan Kitab Allah; caranya diajarkan, disebarluaskan,
dan diteliti tidak bertentangan dengan semangat keikhlasan dalam beragama.
Prinsip yang Ketujuh, memaknai menurut sabda Nabi jika nilai setiap
bentuk kerja tergantung dari niat yang dimiliki oleh setiap individu. Jikalau cita-
cita yang dimiliki tinggi seperti cita-cita untuk mencapai Ridha dari Allah Swt., ia
pasti juga akan menerima nilai yang tinggi atas karyanya.
Sebaliknya, jika tujuan yang dimilikinya rendah, misalnya hanya untuk
meraih simpati orang-orang terdekat. Maka itu setara dengan nilai karya. Nabi
Muhammad Saw bersabda., bahwa nilai suatu karya seseorang tergantung pada
dedikasinya dibalik karya tersebut. Tinggi rendahnya nilai pekerjaan yang
diterima seseorang sesuai dengan tinggi rendahnya nilai komitmen yang
dikerahkan.
“Sesungguhnya (nilai) segala pekerjaan itu adalah (sesuai) dengan niat-
niat yang ada, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Maka
barang siapa yang hijrahnya (ditujukan) kepada (ridla) Allah dan Rasul-Nya,
maka ia (nilai) hijrahnya itu (mengarah) kepada (ridla) Allah dan Rasul-Nya; dan
barang siapa yang hijrahnya itu ke arah (kepentingan) dunia yang
dikehendakinya, atau wanita yang hendak dinikahinya, maka (nilai) hijrahnya itu
pun mengarah kepada apa yang menjadi tujuannya.” (Shahih Muslim).
Prinsip Kedelapan, menurut ajaran Islam manusia ada karena kerja, dan
kerja itulah yang membuat atau mengisi keberadaan kemanusiaan. Nurcholish
Madjid dalam buku Islam, Doktrin, dan Peradaban (1992) menuliskan: Jika
seorang filsuf Perancis, Rene Descartes, terkenal dengan ucapannya, “Aku
berpikir maka aku ada” (Cogito ergo sum) – karena berpikir baginya bentuk
wujud manusia– maka sesungguhnya, dalam ajaran Islam, ungkapan tersebut
seharusnya berbunyi “Aku berbuat, maka aku ada.”
Beramal shaleh dengan semangat pengabdian yang tulus untuk
mencapai Allah Swt. Selain itu, meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat
merupakan tugas kemanusiaan Khalifah fi al-Ardl. Arti dari Khalifah fi al-Ardl yaitu
manusia sebagai seorang khalifah di muka bumi.
Prinsip terakhir yaitu yang kesembilan, menangkap pesan inti sebuah
hadis shahih yang menyampaikan sabda Nabi Muhammad SAW. Berikut:

6
“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah „azza wa jalla dari
pada orang mukmin yang lemah, meskipun pada kedua-duanya ada kebaikan.
Perhatikanlah hal-hal yang bermanfaat bagimu, serta mohonlah pertolongan
kepada Allah, dan janganlah menjadi lemah. Jika sesuatu (musibah)
menimpamu, maka janganlah berkata: “Andaikan aku lakukan sesuatu, maka
hasilnya akan begini dan begitu”. Sebaliknya ber-katalah: “Ketentuan (qadar)
Allah, dan apa pun yang dikehendaki-Nya tentu dilaksanakan-Nya”. Sebab
sesungguhnya perkataan “andaikan” itu membuka perbuatan
setan.” Mukhtashar, Jil. 2, hlm. 246 (Hadis No. 1840).
Pesan inti dari hadits diatas yaitu, “Orang mukmin yang kuat lebih disukai
Allah.” Sumber referensi: (https://bincangsyariah.com/kolom/sembilan-prinsip-
dasar-etos-kerja-dalam-islam/)

Contoh Etos Kerja dalam Islam


Menilik dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti karya
Mustahdi dan Mustakim, buku Pendidikan Agama Islam oleh Bachrul Ilmy dan
buku Pendidikan Agama Islam: Al-Qur'an Hadis yang ditulis oleh Prof Moh.
Matsna, berikut adalah contoh etos kerja dalam Islam:
1. Bekerja dan berusaha dengan dasar keikhlasan, nilai-nilai mengenai
akhlak yang mulia, dan peduli dengan sesama.
2. Berkeyakinan bahwa bekerja keras akan diikuti oleh hasil atau imbalan
yang diinginkan sesuai dengan ucapan ‘man jadda wa jada - siapa yang
giat, pasti dapat‘
3. Berbuat sesuatu berdasarkan sebuah prinsip yang berbunyi, “Memulai
dari diri sendiri, dari yang terkecil, dan dimulai dari sekarang.“
4. Pantang menyerah disaat sudah mulai melakukan sesuatu atau
pekerjaan.
5. Sebagai seorang muslim, apabila sudah mulai untuk bekerja atau
melakukan sesuatu haruslah melakukannya dengan bersungguh-sungguh
dan pantang berhenti sebelum lelah.
6. Usai menunaikan ibadah, umat Islam diharuskan Kembali bekerja tanpa
mengurangi sedikitpun rasa semangatnya.

7
7. Setiap mukmin diharuskan rajin dalam bekerja dan melakukan amal untuk
menggapai kesejahteraan dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Harus
seimbang.
8. Berbuat hal yang bermanfaat untuk diri sendiri, orang lain, bangsa dan
agama-Nya. Tidak berbuat hal yang merugikan bagi diri sendiri dan orang
disekelilingnya.
9. Disarankan bagi seorang pengusaha untuk membekali dirinya dengan
keimanan dan ilmu syar’i, khususnya ilmu fikih muamalah dan bisnis agar
dapat menjadi seorang pengusaha yang baik dan sukses.
10. Bagi seorang pengusaha beretos kerja Islam diharuskan memiliki sifat
yang jujur, pemurah, amanah, kasih sayang, dan akhlah islami yang
lainnya.
Sumber referensi: (https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6210187/10-
contoh-etos-kerja-dalam-islam-yang-tercermin-di-kehidupan-sehari-hari)

Untuk mencapai prestasi yang optimal dalam mengerjakan sebuah


pekerjaannya, berikut adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh Seorang
Muslim:
1. Menyeimbangkan antara kerja, aktivitas, dan amal
Keseimbangan antara kerja, aktivitas dan amal adalah perwujudan atas
rasa syukur yang kita miliki terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah
SWT.
……‫اعملوا آل داود شكرا وقليٌل ّمن عبادي الشكور‬
“……Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan
sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih”, (QS. Saba’:
13).

2. Berpedoman terhadap Pencapaian


Sebagai seorang Muslim harus berpedoman kepada hasil atau
pencapaian menurut ucapan, hasanah fi ad-dunyaa dan hasanah fi al-
Akhirah, yang memiliki maksud kebaikan di akhirat pun demikian,
mencakup surga, rahmah, ampunan, keselamatan dari neraka, dan
lainnya. Adapun yang disebutkan Ibnu ‘Athiyyah tadi (baca: surga) adalah
kebaikan akhirat yang paling besar.

8
Sumber: https://muslimah.or.id/4253-makna-ayat-rabbana-atina-fid-
dunya-hasanah-wa-fil-akhirati-hasanah.html
Copyright © 2024 muslimah.or.id

‫ِو منهم َّمن يقول رّبنا آتنا في الّدنيا حسنة وفي اآلخرة حسنة وقنا عذاب الّنار‬
“Dan di antara mereka ada orang yang bendo’a: “Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari
siksa neraka’”, (QS. Al-Baqarah: 201).

3. Memiliki karakter al-Qawwiy dan al-Amiin


Yang merupakan dua karakter utama yang harus dimiliki oleh seorang
umat Islam. Al-Qawwiy adalah sifat Allah SWT., yang memiliki arti Yang
Maha Kuat, sementara Al-Amiin adalah gelar dari Nabi Muhammad Saw
yang artinya Dapat Dipercaya. Maksud dari harus memiliki dua karakter
tersebut adalah sebagai seorang Muslim dalam bekerja diharuskan untuk
pantang menyerah dan berusaha keras dalam menyelesaikan semua
tugas atau pekerjaan yang diberikan diimbangi dengan sifat kejujuran,
integritas tinggi dan dapat dipercaya oleh orang-orang di lingkungan
bekerja kita.

‫قالت إحداُهما يا أبت استأجره إّن خير من استأجرت القوّي اأْل مين‬
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang
yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang
yang kuat lagi dapat dipercaya”, (QS. Al-Qashash: 26).

4. Melakukan Kerja Keras


Seseorang yang bekerja keras memiliki ciri yaitu pantang menyerah, dan
mau terus mencoba untuk mencapai hasil yang diharapkan. Disini kita
dapat meneladani kisah Ibunda Nabi Ismail a.s dimana seorang pekerja
keras yang tidak mengenal kata gagal sedikitpun dan memandang
sebuah kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

5. Menerapkan Kerja Cerdas

9
Kerja cerdas adalah kerja yang di dasari oleh ilmu dan perhitungan
matang, bukan hanya mengerjakan dengan asal-asalan. Kerja cerdas
akan menghasilkan sebuah kreativitas, terobosan-terobosan jitu, peta
manajemen yang jelas, serta sebuah konsep yang matang dan terukur
dalam setiap pekerjaan yang dilakukan.
Al-Qur'an surah Saba ayat 10-11
‫) َأِن اْع َم ْل َس اِبَغ اٍت َو َقِّدْر‬10( ‫َو َلَقْد آَت ْي َن ا َد اُو َد ِم َّنا َف ْض ال َي ا ِج َب اُل َأِّو ِبي َمَع ُه َو الَّط ْي َر َو َأَلَّن ا َلُه اْلَح ِديَد‬
)11( ‫ِفي الَّس ْر ِد َو اْع َم ُلوا َص اِلًح ا ِإِّن ي ِبَم ا َت ْع َم ُلوَن َبِص يٌر‬
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari
Kami. (Kami berfirman), "Hai gunung-gunung dan burung-burung,
bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud, " dan Kami telah
melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar
dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh.
Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.”
Penafsiran ayat tersebut yaitu Allah SWT., mengajarkan Idqon
kepada Nabi Daud dalam membuat sebuah baju besi yang akan
digunakan untuk berjihad dan disinilah kecerdasan otak diperlukan. Baju
besi tersebut tidak akan sempurna apabila mendesainnya dengan asal-
asalan.

Apa itu idqon? “Idqon” bisa juga dimaknai dengan istilah umum yang
dikenal yaitu professional, perfect, dan berdedikasi tinggi terhadap sesuatu yang
dikerjakan. Dengan menerapkan sifat Idqon dalam kerja cerdas dijamin hasilnya
akan memuaskan sesuai dengan harapan pelaku.
Sumber referensi: (https://kelsumbersari.malangkota.go.id/prinsip-dan-ciri-etos-
kerja-seorang-muslim/?amp=1)

Ciri-Ciri Etos Kerja Umat Muslim


Usai mengetahui beberapa prinsip etos kerja seorang muslim sejati di
atas, sekarang mari kita uraikan beberapa ciri etos kerja dari seorang Umat
Muslim:
-Kecanduan terhadap waktu

10
Seseorang yang kecanduan terhadap waktu biasanya menggunakan
waktunya untuk menyusun sebuah tujuan dari pekerjaan yang akan
dilakukannya, mencari relasi sebanyak-banyaknya, bekerja, melakukan
evaluasi, menjalani hidup yang hemat dan efisien, ikhlas dalam melakukan
sesuatu, dan mengutamakan kejujuran.

-Berkomitmen
Umat Muslim yang memiliki komitmen tinggi akan selalu bertekan dan
berkeyakinan jika sudah memulai sesuatu dalam pekerjaan, mereka juga tidak
akan pantang menyerah dan selalu istiqomah terhadap apapun yang terjadi.

-Disiplin
Beretos kerja tinggi sudah pasti juga memiliki kedisiplinan dalam diri untuk
selalu berhati-hati dan bertanggungjawab atas pekerjaannya, berani
menghadapi tantangan yang berada di depan mata danm konsekuen, ia juga
selalu bersikap percaya diri dan kreatif.

-Bertanggung jawab
Artinya ia menganggap sebuah pekerjaan sebagai amanah yang harus
diemban dan dikerjakan dengan sepenuh hati, berjiwa kepemimpinan dan
memiliki harga diri, berorientasi terhadap masa depan yang belum terjadi,
mandiri, dan berorientasi pada produktivitas.
Sumber referensi: (https://kelsumbersari.malangkota.go.id/prinsip-dan-
ciri-etos-kerja-seorang-muslim/?amp=1)

Bagi seorang muslim selain sebagai sarana ibadah, bekerja juga


merupakan sebuah bentuk dari pengabdian kepada Allah Swt., agar mampu
menjadi yang terbaik dikarenkan mereka memiliki keinginan untuk sadar akan
fakta bahwa bumi telah diciptakan sebagai sebuah ujian bagi umat yang memiliki
etos kerja tinggi. Hal ini berdasarkan firman Allah pada QS. Al-Kahf: 7/2, yang
memiliki arti: “Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai

11
perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang
terbaik perbuatannya.”
Ayat tersebut berhasil untuk mengetuk hati individu setiap muslim untu
merealisasikan sebuah etos kerja dalam bentuk pengerjaan sesuatu dengan
kualitas yang tidak asal-asalan.
Sumber referensi : (https://www.bsimaslahat. org/blog/etos-kerja-muslim/)

Untuk memiliki sebuah etos kerta yang tinggi sudah pasti tidak akan luput
dari yang dinamakan motivasi kerja, menilik dari Jurnal Sosial Humaniora karya
Muhammad Saifulloh (2010) yang memberikan definisi mengenai motivasi dalam
bekerja mengutip dari komentar David C. Mc Clelland yaitu terdapat tiga motivasi
yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan pekerjaan, yaitu:
Pertama, motivasi yang dimiliki berdasarkan atas ketakutan yang
dirasakan di dalam diri seseorang (fear motivation). Ini artinya seseorang
melakukan sesuatu atau pekerjaan dikarenakan ia merasa takut jika terjadi
sesuatu yang buruk di masa depan, misalnya orang bersikap patuh kepada
atasannya karena ia merasa takut jika dirinya nanti dipecat.
Kedua, sebuah motivasi dikarenakan sebuah keinginan untuk mencapai
cita-citanya atau dengan tujuan tertentu (achievement motivation). Artinya
seseorang ingin melakukan pekerjaannya dalam rangka menggapai prestasi atau
cita-cita yang dimilikinya.
Ketiga, motivasi yang hadir sebab dorongan yang berasal dari kekuatan
dalam diri atau kekuatan batin (inner motivation). Yang memiliki pengertian
bahwa kekuatan menjadi dasar dari hidupnya. (Prabu Mangkunegara, 2007).
Sumber referensi: Muchammad Saifullah. 2010. Jurnal Sosial Humaniora. Etos
Kerja dalam Perspektif Islam. 3(1),57.
Jika jiwa diibaratkan dengan sebuah gelas, maka tergeraknya hati milik
seseorang dalam melakukan sesuatu bisa bersumber dari doktrin baik dari
doktrin teologi atau doktrin-doktrin lain yang ia dapatkan dan sudah pasti isi dari
gelas tersebut sangatlah beragam sesuai dengan warna yang masuk ke dalam
gelas tersebut. Begitu juga etos kerja yang dimiliki seseorang yang sudah pasti
ditentukan oleh doktrin yang ia dapatkan dan berhasil masuk ke dalam jiwa nya.
Menurut doktrin keagamaan atau teologi, setidaknya ada tiga doktrin yang
dapat memengaruhi etos kerja yang dimiliki oleh seseorang, yaitu:

12
1. Paham Jabariyah (fatalisme). Dalam paham ini terdapat opini yang
menyebutkan bahwa seorang manusia bukanlah yang menjadi pencipta
dari perbuatannya, dan apa yang dilakukan tersebut sama sekali tidak
dapat diidentikkan (dinisbahkan) kepada dirinya. Dengan inti bahwa
dalam opini ini menjelaskan kemampuan, kesanggupan dan daya yang
dimiliki manusia termasuk segala perbuatannya adalah keterpaksaan
semata yang semua itu merupakan ciptaan Yang Maha Kuasa semata.
2. Paham Qadariyah (free will). Menurut paham ini semua perbuatan yang
dilakukan oleh manusia adalah atas kehendak yang dimilikinya sendiri.
Seorang manusia bebas untuk menentukan apa yang ingin ia lakukan
tanpa adanya campur tangan dari kehendak Allah SWT. Dan semua yang
terjadi saat ini adalah ketentuan dari pihak manusia tanpa ketentuan
Allah.
3. Paham Sunni (ahli sunnah wal Jama’ah). Pada paham ini dianggap
sebagai sebuah aliran jalan tengah dari dua paham sebelumnya yang
dianggap sangat bertolak belakang antar satu sama lain. Pamahaman
yang terdapat di dalam paham Sunni yaitu bahwa semua hal yang
dilakukan oleh manusia sudah pasti ada kaitannya dengan ketentuan
yang dimiliki Allah, akan tetapi Yang Maha Agung memberikan kepada
makhluknya(manusia) sebuah potensi guna berusaha atau melakukan
ikhtiar dalam hidup. Dan apabila usaha yang dilakukannya berungguh-
sungguh, maka manusia dapat mengubah nasibnya dengan tangan
sendiri atas izin Allah SWT. (Abu Zahrah, 1996)
Sumber referensi: Muchammad Saifullah. 2010. Jurnal Sosial Humaniora.
Etos Kerja dalam Perspektif Islam. 3(1), 58-59.

Pada masa sekarang ini banyak sekali golongan-golongan yang hanya


berwawasang keduniaan belaka dan mengabaikan wawasan spiritual dengan
menganggap bahwa akhirat tidaklah penting. Mereka memiliki etos kerja yang
tinggi untuk mengejar aspek fisik material untuk memenuhi nafsu dunia semata
dan lupa akan aspek spiritual yang seharusnya diseimbangkan dalam memenuhi
etos kerja. Mereka adalah penganut paham materialisme dan sekulerisme yang
tidak ingin tahu mengenai Tuhan dan agama serta tidak percaya akan adanya
hari kiamat.

13
Pendapat mengenai seberapa penting keseimbangan yang harus dimiliki
mengenai dua aspek kehidupan dari seorang manusia khususnya umat islam
yaitu material dan spiritual telah disebutkan oleh Rasulullah Muhammad Saw.,
dalam sabdanya: “Berusahalah untuk urusan duniamu seakan-akan engkau
akan hidup selamanya, dan berusahalah untuk urusan akhiratmu seakan-akan
engkau akan mati esok pagi.” (Al-Hadis: Ibnu Asakir)
Dari hadis di atas sangat dianjurkan kepada para umat Islam untuk
menyadari pentingnya dua aspek kehidupan tersebut. Pertama, mengenai
seberapa pentingnya kehidupan duniawi. Apabila seseorang ingin meraih
kesuksesan dalam menjalani kehidupan di dunia, maka ia harus bekerja keras
dan melakukan usaha semaksimal mungkin untuk mencapainya. Apa
maksudnya?
Jawabannya tidak lain adalah beretos kerja tinggi. Kedua, mengenai
pentingnya sebuah kehidupan akhirat. Apabila seorang manusia juga ingin
meraih sebuah kesuksesan di akhiratnya kelak, maka ia juga harus melakukan
kerja kera dan usaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan spiritualitasnya
dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mendapatkan
apa yang dicarinya.
Menurut Jurnal Sosial Humaniora karya Muchammad Saifulloh (2010)
mengenai Etos Kerja dalam Perspektif Islam, Hamzah Ya’qub (1992)
memaparkan mengenai adanya beberapa sikap yang menandakan kematangan
dalam hal spiritual yang perlu diperhatikan untuk menghadapi pekerjaan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Niat yang Ikhlas. Niat sendiri adalah sebuah kemantapan atas tujuan
luhur yang dimiliki oleh seseorang mengenai kegunaan atas pekerjaan
yang dilakukannya. Ini sesuai dengan falsafah dalam kehidupan seorang
muslim yang bekerja dengan tujuan untuk mengharapkan Ridha dari Allah
SWT. Agama Islam memberikan panduan kepada umatnya, hal itu guna
agar dalam setiap aktivitas dunia yang dilaksanakannya tidak
diperbolehkan untuk melenceng dari tujuan taqarrub dan ibadah.
Menurut esiklopedia Islam, arti dari taqarrub yang tadinya berasal dari
kata “qaruba” yang artinya dekat. Dan ‘taqarrub” berarti adalah
“mendekatkan diri kepada Allah SWT.”

14
2. Keinginan yang Keras (‘azam). Guna memperbanyak usaha
bagaimanapun caranya untuk bisa maju dan meraih kesuksesan, maka
diperlukan sebuah keinginan yang keras untuk maju. Kenapa? Hal ini
dikarenakan keinginan yang keras merupakan sebuah pecut untuk dapat
menggerakkan seseorang dalam berbuat atas sesuatu. Kemauan keras
(‘azam) diharuskan selalu menyertai sikap hidup dari para pekerja
muslim.
3. Ketekunan (istiqomah). Artinya yaitu mental dan kesetian dari seorang
mukmin yang melakukan sesuatu sudah direncanakan sampai ke batas
akhir dari kegiatannya. Hal ini juga berarti bahwa seseorang yang berifat
istiqomah tidak gampang untuk banting stir atau berbelok arah meskipun
dihadapkan kepada kuatnya godaan untuk mengganggu pendiriannya.
Mau sekencang apapun angin yang menerpa niatnya, ia masih tetap akan
berdiri kokoh berpegangan kepada tujuan awalnya dalam melakukan
pekerjaan tersebut. Ini adalah sebuah karakter yang sudah melekat pada
jiwa seorang muslim bersemangat tauhid tangguh, bukanlah idealisme.
(Toto Tasmara: 2004)
4. Kesabaran. Sabar adalah sebuah sikap di dalam kehidupan umat muslim
yang pada kenyataannya sangatlah berharga. Dalam hal bekerja, sikap
sabar sangatlah dibutuhkan. Bagaimana jadinya jika seseorang tidak
memiliki sikap sabar sudah pasti akan dihadapkan kepada kehancuran.
Dengan sikap ini berbagai masalah, tantangan dan hambatan akan bisa
dihadapi selama kesabaran masih melekat dan mekar dalam jiwa
manusia. Seorang ahli hikmah mengatakan bahwa rasa dari kesabaran
itu pahit laksana jadam, akan tetapi buah dari kesabaran itu sendiri
sangatlah manis bagaikan madu.
Sumber referensi: Muchammad Saifullah. 2010. Jurnal Sosial
Humaniora. Etos Kerja dalam Perspektif Islam. 3(1), 65-66.

Faktor Pengaruh Etos Kerja Seseorang


Menurut Kompasiana, ada beberaoa faktor yang dapat menjadi pengaruh
atas etos kerja yang dimiliki oleh seseorang, antara lain:
1. Faktor Internal
a. Dorongan atas kebutuhan;

15
b. Rasa frustasi dalam meraih kesuksesan;
c. Suka atau tidak suka;
d. Persepsi yang didapatkan atau dirasakan terhadap sesuatu;
e. Emosi dalam diri;
f. Rasa malas, dan lain-lain.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor fisik seseorang;
b. Lingkungan alam sekitar;
c. Lingkup pergaulan;
d. Kebudayaan;
e. Pendidikan yang didapatkan;
f. Pengalaman dan pelatihan yang pernah didapatkan;
g. Keadaan politik;
h. Tingkat ekonomi;
i. Imbalan yang didapat atas pekerjaan yang dilakukan;
j. Agama.
Sumber referensi:
(https://www.kompasiana.com/
zheta10240/60cb4e0906310e6cc812bad2/meraih-kesuksesan-dengan-
etos-kerja-menurut-islam )

Disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa manusia yang paling baik dan terpuji
ialah orang-orang yang memiliki iman dan melahirkan sebuah karya besar yang
dapat bermanfaat bagi sesamanya.

‫ِإَّن اَّلِذيَن َء اَم ُنوا َو َعِم ُلوا الَّصاِلَح اِت ُأوَلِئَك ُه ْم َخ ْيُر اْلَب ِر َّيِة‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan melakukan pekerjaan


yang baik, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (QS. al-Bayyinah, 98:7).
Sumber referensi: (https://www.nu.or.id/khutbah/anjuran-islam-tentang-etos-
kerja-dan-profesionalisme-5ElUf )

16
Mengutip dari berbagai ayat Al-Qur’an, Islam telah mengajarkan
mengenai betapa pentingnya untuk bekerja keras dimana sudah dijelaskan di
dalam firman Allah Swt., dalam berbagai ayat dan juga surat berikut ini:
1. QS. Al-An’am: 135

‫ُق ْل َي ا َق ْو ِم اْع َم ُل وا َع َل ٰى َم َك ا َن ِت ُك ْم ِإ ِّن ي َع اِم ٌلۖ َف َس ْو َف َت ْع َل ُم و َن َم ْن َت ُك وُن َل ُه َع ا ِقَب ُة ال••َّد ا ِر ۗ ِإ َّن ُه اَل‬
‫ُي ْف ِلُح ال َّظ اِلُم و َن‬

“Katakanlah(Nabi Muhammad): “Hai kaumKu, berbuatlah sepenuh


kemampuanmu. Sesungguhnya, akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan
mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang
baik dari dunia ini. Sesungguhnya, orang-orang yang dzalim itu tidak akan
mendapat keberuntungan.“

Makna dari arti surat diatas yaitu Allah Swt., menyerukan kepada Nabi
Muhammad Saw., untuk menyampaikan kepada umatnya bahwa sebagai
seorang muslim kita harus bekerja dengan seluruh kemampuan yang kita
miliki dan berlomba untuk mendapatkan hasil yang terbaik karena
sesungguhnya hasil yang terbaik sudah pasti akan diperoleh oleh orang-
orang yang bertakwa. Dan orang-orang yang memutuskan untuk
berpaling dari-Nya atau yang dibawa oleh rasul (maksudnya adalah
orang-orang kafir) hanya akan memperoleh hasil yang buruk.

2. QS. Hud: 93

‫َو َي ا َق ْو ِم اْع َم ُل وا َع َل ٰى َم َك ا َن ِت ُك ْم ِإ ِّن ي َع اِم ٌلۖ َس ْو َف َت ْع َل ُم و َن َم ْن َي ْأ ِتي••ِه َع َذ اٌب ُي ْخ ِز ي••ِه َو َم ْن ُه َو‬


‫َك اِذ ٌب ۖ َو اْر َت ِقُبوا ِإ ِّن ي َم َع ُك ْم َر ِق يٌب‬

Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu,


sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa
yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta.
Dan tunggulah azab (Tuhan), sesungguhnya akupun menunggu bersama
kamu".

17
Makna yang dapat diperoleh dari QS. Hud: 93 yaitu dalam bekerja kita
harus melakukannya sesuai dengan batas kemampuan yang kita miliki. Hal
itu dikarenakan apabila seseorang yang melakukan pekerjaannya dengan
bermalas-malasan dan tidak maksimal maka ia termassuk dalam orang
yang berdusta. Dan berdusta merupakan sikap atau sifat yang sangat
dibenci oleh Allah Swt., sehingga dianggap menjadi orang yang dzalim dan
tidak akan mendapatkan keberuntungan yang dinanti.

3. QS. Az-Zumar: 39
‫ُق ْل َي ا َق ْو ِم اْع َم ُل وا َع َل ٰى َم َك ا َن ِت ُك ْم ِإ ِّن ي َع اِم ٌلۖ َف َس ْو َف َت ْع َل ُم و َن‬

“Dan (dia berkata): “Hai kaumKu, berbuatlah menurut kemampuanmu,


sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui,“

Maknya yang dapat dipetik dari sepenggal arti surat di atas adalah bahwa
Allah Swt., menginginkan kaumNya untuk melakukan sesuatu dengan
totalitas dan kelak kita pasti akan mengetahui kebaikan di balik titahNya
tersebut. Dan disitulah kita sebagai seorang umat diharuskan dalam
bekerja dengan mindset positif thinking terhadap hasil yang akan kita
dapatkan setelah mengerahkan kemampuan yang terbaik.

4. QS. Al- Insyirah: 7


‫َف ِإ َذ ا َف َر ْغ َت َف ا ْن َص ْب‬

“Apabila sudah menyelesaikan satu pekerjaan, maka kerjakanlah


pekerjaan yang lain.“

Disini maksud dari terjemahan QS. Insyirah: 7 tersebut yaitu jangan sampai
kita membiarkan waktu senggang yang kita miliki terbuang dengan sia-sia
tanpa melakukan pekerjaan apapun. Alangkah baiknya jika waktu kosong
yang kita miliki tersebut digunakan sebaik-baiknya untuk mengerjakan
pekerjaan yang kita miliki meskipun deadline dari pekerjaan tersebut masih
lama.

18
5. Menurut Sabda Nabi muhammad Saw., “Tidak ada orang yang memakan
makanan yang lebih baik dari hasil pekerjaan tangannya sendiri. ” atau
“Sebaik-baiknya yang dimakan seseorang ialah hasil pekerjaannya
sendiri.”

Maksudnya yaitu makanan yang terbaik untuk dimakan merupakan hasil


jerih payah (usaha) kita sendiri ketimbang makanan yang bersumber dari
hasil jerih payah orang lain. Selain itu pula, disebutkan da;am HR. Bukhori
mengenai larangan atau kecaman dalam hal meminta-minta.
Berikut bunyinya: “Jika seorang dari kamu membawa tali lalu membawa
seikat kayu bakar di atas punggungnya, lalu ia jual kayu bakar tersebut,
lalu Allah menutupi malunya. Maka yang demikian itu lebih baik baginya
daripada meminta-minta kepada sesama manusia, apakah memberi atau
menolak permintaannya itu.”

Hal Yang Perlu Dilakukan oleh Seorang Muslim Dalam Rangka


Meningkatkan Etos Kerja agar Mendapatkan Prestasi yang Optimal
Dalam rangka meningkatkan etos kerja nya agar mendapatkan sebuah
prestasi yang optimal, berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan oleh
seorang muslim terlepas dari semua penjelasan yang sudah dipaparkan di atas:
1. Berkesadaran tinggi bahwa ia perlu untuk mencari rezeki guna
menghidupi dirinya sendiri maupun keluarga yang dimilikinya.
Ahmad Muhammad Al-Hufy di dalam karya tulisan yang ia hasilkan
dengan judul, “Akhlak Nabi Muhammad Saw”, dijelakan di dalamnya
bahwa Islam merupakan paket lengkap dari “Aqidah, syari’ah, dan amal.”

Lalu, apa itu yang dimaksudkan dengan amal? Dikutip dari buku tersebut,
amal meliputi ibadah, ketaatan serta kegiatan dalam usaha mencari
rezeki, keinginan dalam mengembangkan suatu produksi dan
kemakmuran yang dimiliki oleh seseorang. Dalam firman Allah Swt.,
“Apabila telah menunaikan sholat, maka bertebarlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar
kamu beruntung.“ (QS. Al-Jumu’ah: 62:10).
2. Bekerja Keras

19
Tentu saja dalam Islam sudah pasti menganjurkan para penganutnya
untuk melakukan kerja keras, dikarenakan seperti yang sudah dijabarkan
di atas, di dalam Islam terdapat sebuah latihan mengenai kesabaran,
ketekunan, sebuah keterampilan, kejujuran, keta’atan, penggunaan
pikiran yang bermanfaat, meperkuat tubuh, mempertinggi nilai dari setiap
individu dan masyarakat, dan memperkuat umat.

Bahkan, di dalam agama Islam sangatlah mencela perbuatan


menganggur, bermalas-malasan, dan sifat bodoh. Hal itu dikarenakan
semua perbuatan tercela yang disebutkan adalah awal dari kehancuran
dunia yang lambat laun akan merusak dan mematikan semua daya
kekuatan menjadi keburukan.
3. Keikhlasan
Rasulullah Saw., bersabda bahwa: “Usaha yang paling baik ialah usaha
dari orang yang bekerja dengan ikhlas.“ (HR. Ahmad).
Itu artinya dengan sebuah keikhlasan ketika menjalankan pekerjaan,
merupakan sebuah usaha terbaik dalam meraih ridha Allah Swt.
4. Kejujuran
Dalam kisah Rasulullah yang menjual dagangannya, beliau mengatakan
nilai pembelian atau harga pokok sejujurnya, apa adanya, tanpa
menambah atau menguranginya bahkan satu sen pun. Kemudian
menyerahkan kepada calon pembeli berapa kesanggupan untuk
memberikan keuntungan/kelebihan dari harga pembeliannya. Dan siapa
sangka jika ternyata si pembeli akan merasa senang dengan sistem
tersebut.
5. Melakukan kerjasama dengan sesama manusia
Perintah untuk bekerjasama terdapat dalam Islam. Hal itu dikarenakan
terciptanya sebuah kerjasama akan meringankan, mempermudah dan
mempercepat dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kerjasama ini
diperbolehkan untuk dilakukan hanya dalam hal kebaikan dan ketakwaan
saja. Seperti yang dijelaskan dalam arti surat Al-Maidah/5: 2) bahwa,
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolognlah dalam berbuat dosa dan
pelanggaran).

20
6. Menciptakan sebuah keseimbangan yang nyata antara dunia dan akhirat
Dalam hal ini, umat Islam diharuskan menjadi seorang ‘umatan wasathan‘
artinya yaitu seorang umat yang tengah, tidak menjadi seorang umat yang
ekstrim ke kiri maupun ekstrim ke kanan. Sesuai dengan firman Allah
Swt.: “Demikianlah telah Kami jadikan kamu umat yang tengah(adil),“
(QS. Al-Baqarah/2: 143)
7. Berorientai terhadap masa depan (futuristic)
Baik di dalam Al-Qur’an maupun hadits-nya, umat Islam diajarkan agar
selalu melihat kearah masa depan. Rasulullah Saw., bersabad: “Jika
kiamat datang, edang digenggaman tangan seorang diantaramu terdapat
bibit dari pohon kurma, apabila masih sempat, maka tanamlah pohon
kurma itu.” (HR. Ahmad)
Sumber referensi: Imam S Hidayat. 2006. Jurnal Mimbar. Etos Kerja
Sesuai dengan Etika Profesi Islam, 22(1), 130-142.

DAFTAR PUSTAKA

https://kumparan.com/berita-update/pengertian-etos-kerja-dalam-islam-dan-
konsepnya-21exGOBjtv7/full
https://mycompass.io/psychology/6-cara-mengetahui-kamu-kerja-keras-atau-
kerja-berlebihan/
https://www.liputan6.com/islami/read/5247792/konsep-dan-contoh-penerapan-
perilaku-etos-kerja-dalam-islam
https://bincangsyariah.com/kolom/sembilan-prinsip-dasar-etos-kerja-dalam-islam/
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6210187/10-contoh-etos-kerja-dalam-
islam-yang-tercermin-di-kehidupan-sehari-hari
https://muslimah.or.id/4253-makna-ayat-rabbana-atina-fid-dunya-hasanah-wa-fil-
akhirati-hasanah.html
https://kelsumbersari.malangkota.go.id/prinsip-dan-ciri-etos-kerja-seorang-
muslim/?amp=1
https://kelsumbersari.malangkota.go.id/prinsip-dan-ciri-etos-kerja-seorang-
muslim/?amp=1
https://www.bsimaslahat.org/blog/etos-kerja-muslim

21
Muchammad Saifullah. 2010. Jurnal Sosial Humaniora. Etos Kerja dalam
Perspektif Islam. 3(1),57.
Sumber referensi: Muchammad Saifullah. 2010. Jurnal Sosial Humaniora. Etos
Kerja dalam Perspektif Islam. 3(1), 58-59.
Muchammad Saifullah. 2010. Jurnal Sosial Humaniora. Etos Kerja dalam
Perspektif Islam. 3(1), 65-66.
https://www.kompasiana.com/zheta10240/60cb4e0906310e6cc812bad2/meraih-
kesuksesan-dengan-etos-kerja-menurut-islam
https://www.nu.or.id/khutbah/anjuran-islam-tentang-etos-kerja-dan-
profesionalisme-5ElUf )
Sumber referensi: Imam S Hidayat. 2006. Jurnal Mimbar. Etos Kerja Sesuai
dengan Etika Profesi Islam, 22(1), 130-142.

22

Anda mungkin juga menyukai