Anda di halaman 1dari 4

NAMA : AULIA RAHMAH

NIM : 043007215

1) Jelaskan pengertian budaya akademik!

2) Jelaskan tentang bagaimana apresiasi atau penghargaan Al-quran terhadap orang-orang yang
berilmu (berbudaya akademik)?

3) Bagaimana petunjuk Al-quran untuk meningkatkan etos kerja?

4) Jelaskan tentang arti penting sikap terbuka dan jujur sebagai bagian dari cara meningkatkan
etos kerja dan meraih keberhasilan!

5) Jelaskan tentang makna sikap adil dalam Islam!

Jawab :

1. Pengertian Budaya Akademik.

Pengertian Budaya Akademik adalah adalah budaya yang dihasilkan oleh suatu komunitas yang
tindakannya didasari atas hasil ilmiah teknis dan mampu menjelaskan tindakannya itu atas dasar
logika dan ilmu pengetahuan.
Cara hidup masyarakat ilmiah yang majemuk, multikultural yang bernaung dalam sebuah
institusi yang mendasarkan diri pada nilai-nilai kebenaran ilmiah dan objektifitas.
Budaya Akademik (Academic Culture) dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan
dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat
akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.
Kehidupan dan kegiatan akademik diharapkan selalu berkembang, bergerak maju bersama
dinamika perubahan dan pembaharuan sesuai tuntutan zaman. Perubahan dan pembaharuan
dalam kehidupan dan kegiatan akademik menuju kondisi yang ideal senantiasa menjadi harapan
dan dambaan setiap insan yang mengabdikan dan mengaktualisasikan diri melalui dunia
pendidikan tinggi dan penelitian, terutama mereka yang menggenggam idealisme dan gagasan
tentang kemajuan. Perubahan dan pembaharuan ini hanya dapat terjadi apabila digerakkan dan
didukung oleh pihak-pihak yang saling terkait, memiliki komitmen dan rasa tanggung-jawab
yang tinggi terhadap perkembangan dan kemajuan budaya akademik.
Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal. Artinya, dimiliki oleh setiap orang yang
melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membangun budaya akademik bukan perkara yang
mudah. Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan akademik, sehingga terjadi kebiasaan di
kalangan akademisi untuk melakukan norma-norma kegiatan akademik tersebut.
2. Penghargaan Al-quran terhadap orang-orang yang berilmu, di antaranya adalah:

-Wahyu Al-quran yang turun pada masa awal mendorong manusia untuk memperoleh ilmu
pengetahuan.

-Tugas Manusia sebagai khalifah Allah di Bumi akan sukses kalau memiliki ilmu pengetahuan.

-Muslim yang baik tidak pernah berhenti untuk menambah ilmu.

-Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT.

Di samping memberikan apresiasi terhadap orang yang berilmu poin penting lain yang dijelaskan
Al-quran adalah bahwa:

-Iman seorang muslim tidak akan kokoh kalau tidak ditopang dengan ilmu, demikian juga
dengan amal shalih.

-Tugas kekhalifahan manusia tidak akan dapat sukses kalau tidak

dilandasi dengan ilmu.

-Karakter seorang muslim yang berbudaya akademik adalah orang yang selalu mengingat Allah
yang disertai dengan ikhtiar untuk selalu menggunakan akalnya untuk memikirkan ciptaan Allah
SWT. Serta selalu berusaha menambah ilmu dengan membuka diri terhadap setiap informasi
yang baik dan kemudian memilih yang terbaik untuk dijadikan pegangan dan diikutinya.

3. Dalam Al-Qur‟an ditemukan ayat-ayat yang dapat memberi petunjuk agar seseorang dapat
meningkatkan etos kerja, di antaranya adalah:

Pertama, manajemen waktu. Seorang Muslim dituntut untuk dapat mempergunakan waktu
seefektif mungkin untuk dapat diisi dengan segala bentuk aktivitas yang baik, terlebih apabila
sedang mengerjakan suatu pekerjaan. Berkali-kali kita temukan ayat yang berisi sumpah Allah
Swt dengan menggunakan waktu seperti, wal-„asri, wad-duha, wal-laili, wan- nahari, dan lain-
lain. Hal ini mengandung pesan bahwa setiap orang yang ingin sukses harus dapat
mempergunakan waktu sebaik mungkin, karena waktu adalah modal terbaik. Dalam ayat lain,
Allah berfirman:

“Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan
yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. (asy-Syarh: 7-8)”

Ayat tersebut memberi isyarat seorang yang ingin meraih keberhasilan dalam usahanya maka
tidak ada waktu yang disia-siakan untuk berlalu begitu saja tanpa menghasilkan suatu karya yang
bermanfaat. Karena apabila selesai suatu pekerjaan segera disusul dengan pekerjaan lain yang
baik dengan sungguh-sungguh. Ayat tersebut juga memberi isyarat tentang pentingnya sebuah
perencanaan dalam satu pekerjaan. Ayat tersebut seakan ingin mengajarkan bahwa sebelum
kalian melakukan satu pekerjaan cobalah membuat perencanaan yang baik dalam tahapan-
tahapan pekerjaan yang sistematis dengan target-target yang dapat diukur. Dan apabila satu tahap
telah selesai maka segera kerjakan tahap selanjutnya dengan bersungguh-sungguh. Inilah salah
satu petunjuk yang amat jelas bahwa seorang Muslim dalam bekerja harus memiliki etos yang
tinggi.

Namun yang perlu diingat bahwa kunci keberhasilan pekerjaan yang kita lakukan bukan hanya
terletak kepada etos kerja saja melainkan harus juga disandarkan kepada ridha Allah Swt. Inilah
yang diisyaratkan dalam ayat 8 surah di atas, “Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap.” Hal inilah yang juga membedakan antara etos kerja yang diajarkan oleh Al-Qur‟an
dengan etos kerja yang diajarkan lainnya.

Kedua, bekerja sesuai bidang dan kompetensinya. Etos kerja seseorang akan berlipat apabila
pekerjaan yang ia lakukan memang pekerjaan yang sesuai dengan bidang dan kompetensinya.
Tidak kalah pentingnya pula orang tersebut memang menginginkan pekerjaan itu. Apabila
seseorang melakukan pekerjaan yang bukan bidangnya, apalagi kalau tidak memiliki
kompetensi, jangan harap akan dapat memperoleh hasil yang maksimal, yang ada justru
kegagalan. Hal ini diisyaratkan dalam firman Allah:

Katakanlah (Muhammad), “Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-


masing.” Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (al-Isra‟: 84)

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari
Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui, (al-Jumu„ah: 9)”

Ayat ini memberi isyarat bahwa setiap orang telah dianugerahi oleh Allah potensi dan
kecenderungan tertentu, dalam bahasa modern bisa disebut dengan talenta atau bakat. Seseorang
yang dapat dengan baik mengenali dan menggali potensi anugerah Allah tersebut kemudian
dapat mewujudkan dalam bentuk kecakapan dan kompetensi dalam bidang tertentu, bukan suatu
yang sulit bagi orang tersebut untuk dapat meningkatkan etos kerja dan meraih hasil yang
maksimal.
4. Dengan adanya kejujuran, seseorang akan memahami bahwa setiap pekerjaan adalah amanah
dan bagian dari ibadah. Suatu pekerjaan harus dilaksanakan secara tulus dan sepenuh hati, lalu
sebuah kejujuran membuat si pekerja menjauhi perbuatan tercela.

Kejujuran akan membuat orang percaya bahwa setiap pekerjaan selalu diawasi oleh Tuhan dan
akan membuat pekerjaan itu dianggapnya sebagai rahmat dariNYA dan harus diterima tanpa
mengeluh, tanpa syarat dan penuh integritas. Hal itu akan mendorong meningkatnya etos kerja
yang positif.
Sikap terbuka dan jujur, seseorang tidak mungkin meraih keberhasilan dengan cara mempunyai etos
kerja yang tinggi kalu tidak memiliki sikap terbuka dan jujur. Karena orang yang tidak terbuka maka akan
cenderung menutup diri sehingga tidak dapat bekerjasama dengan orang lain. Apalagi kalau tidak jujur
maka energinya akan tersita untuk menutupi ketidakjujuran yang dilakukan. Maka Al-qur’an dan Hadis
memberi apresiasi yang tinggi terhadap orang yang terbuka dan jujur.
Buah dari keterbukaan seseorang maka akan melahirkan sikap adil. Makna yang diperkenalkan Al-qur’an
bukan hanya dalam aspek hukum melainkan dalam spektrum yang luas. Dari segi kepada siapa sikap adil
itu harus ditujukan Al-qur’an memberi petunjuk bahwa sikap adil disamping kepada Allah SWT dan
orang lain atau sesama makhluk juga kepada diri sendiri.

5. Adil, menurut bahasa Arab disebut dengan kata ‘adilun, yang berarti sama dengan seimbang.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, adalah diartikan tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak
pada yang benar, berpegang pada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang. Dan menurut
ilmu akhlak ialah meletakan sesuatu pada tempatnya, memberikan atau menerima sesuatu sesuai
haknya, dan menghukum yang jahat sesuai haknya, dan menghukumyang jahat sesuai dan kesalahan
dan pelanggaranya. Adil itu menempatkan sesuatu pada tempatnya, kata adil dilawankan dengan kata
dzalim yaitu menempartkan sesuatu yang bukan pada tempatnya Adil adalah memberikan hak kepada
orang yang berhak menerimanya tanpa ada pengurangan, dan meletakan segala urusan pada tempat
yang sebenarnya tanpa ada aniaya, dan mengucapkan kalimat yang benar tanpa adayang ditakuti
kecuali terhadap Allah swt saja. Islam memerintahkan kepada semua manusia, Allah SWT berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi
saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. “ (An-Nisa: 135)
.

Anda mungkin juga menyukai