Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PENERAPAN ETIKA DALAM KEWIRAUSAHAAN

PERSPEKTIF SYARIAH
(Studi Kasus Pedagang Sembako Di Pasar Sadang Serang)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Kewirausahaan dan Etika Bisnis Islam
Dosen Pengampu : Nurfahmiyati, S.E., M.Si.

Disusun Oleh:
Nurmashita 10090216022
Amelia Naya Putri 10090216032
Mira Mulyati 10090216085
Putri Lestari 100902160
Gemi Nastiti 100902160

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan
hidayahNya. Dengan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Kewirausahaan dan Etika Bisnis Islam dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa
sholawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW serta para keluarganya, sahabatnya, dan keturunannya hingga akhir jaman
aamiin.
Penulis sadar bahwa tugas analisis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa
adanya bantuan dan dukungan, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada semua pihak.
Penulis menyadari sepenuhnya Tugas Analisis ini jauh dari sempurna. Maka
dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai
pembelajaran bagi penulis kedepannya.

i
Landasan Teori

A. Etika Sebuah Usaha


Etika secara etimologi berasal dari Bahasa Yunani kuno, yaitu ethos yang dalam
bentuk tunggal mempunyai banyak arti, yaitu tempat tinggal yang biasa, padang
rumput, kendang dan habitat. Etika juga berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap dan cara berpikir. Etika dimaknai dengan ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Sedangkan arti etika secara terminology
adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika juga bisa di sebut dengan kode etik
ataupun ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk. Kata etika dan etis tidak selalu
dipakai dalam arti yang sama. Karena dua hal tersebut memiliki arti yang berbeda.
Etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang di praktikan. Etika adalah
refleksi dari pemikiran moral, misalnya ketika kita berfikir tentang apa yang boleh
untuk dilakukan dan juga apa yang tidak boleh untuk dilakukan.
Bahasan tentang etika juga kerapkali berdampingan dengan bahasan tentang
kepercayaan (Trust), seperti yang diungkapkan oleh Fauzia (2017) bahwa etika
berhubungan dengan bagaimana cara seorang wirausahawan membangun kepercayaan
dalam dirinya, dengan karyawan dan mitra kerjanya, dengan pembeli, pasar, dan juga
dengan masyarakat. Fritzsche (2005) juga menjelaskan bahwa Dalam skala yang
terkecil, bahasan tentang etika menjelaskan tentang kepercayaan yang dibangun di
antara para customer dan juga karyawan. Penerapan etika bisa terlihat dengan melihat
visi, misi dan tujuan dari berdirinya sebuah usaha, apakah sebuah usaha yang berdiri
hanya mementingkan profit semata tanpa menjunjung tinggi kemaslahatan? Jika tujuan
dari usaha seperti hal tersebut, maka bisa jadi akan banyak pelanggaran etika di
dalamnya, karena sebuah usaha tidak memperhatikan kemaslahatan pelanggan,
masyarakat, lingkungan dan beberapa pihal lainnya.

B. Etos Kerja Wirausahawan Muslim


Studi tentang etos kerja pernah dilakukan oleh max weber, yaitu ketika ia membahas
tentang sosiologi agama. Weber dalam bukunya The Protestant Ethic and Spirit of
Capitalism, menyatakan bahwa nilai-nilai yang terkandung pada agama atau budaya

ii
tertentu diyakini dapat memengaruhi pemeluk dan masyarakatnya, hal ini berhubungan
dengan kemajuan ekonomi mereka. Studi ini benar adanya, karena nilai yang
dikandung dalam suatu agama, akan diyakini oleh segenap pemeluknya. Islam
misalnya, memotivasi pemeluknya untuk bisa mempunyai etos kerja yang tinggi dan
memotivasi pemeluknya untuk berwirausaha dan berniaga, agar bisa sukses dunia
akhirat. Walau motivasi ini belum diyakini sepenuhnya oleh seluruh umat islam, atau
memang umat islam terlambat dalam mengetahui perintah tentang berbisnis yang
banyak disupport oleh rasulluloh.
Misalnya, di Indonesia mengapa penduduk madura lebih dominan etos kerjanya
dibandingkan dengan suku lainnya di jawa timur, sehingga bisa dilihat bahwa banyak
penduduk madura yang menguasai pasar di mana pun mereka berada. Atau contoh
lainnya adalah suku padang, yang mempunyai bisnis rumah makan padang di mana
pun mereka berada. Etnis Tionghoa juga merupakan salah satu etnis yang mempunyai
etos kerja yang sangat tinggi, sehingga di mana pun mereka hdup, di negara manapun
mereka berada, maka mereka akan menguasai perekonomian di sana. Beberapa nilai
dari budaya tertentu juga memotivasi penduduknya untuk bisa berwirausaha sehingga
tidak jarang etnis tertentu jauh lebih unggul dari sisi finansial dibandingkan etnis
lainnya. Etos berasal dari kata ethos yang berasal dari Yunani, berarti sikap,
kepribadian, wattak karakter dan keyakinan atas sesuatu. Etos bisa dimiliki oleh
individu dan juga masyarakat, yang dibentuk oleh suatu kebiasaan, system, budaya,
pengaruh dan nilai-nilai yang diyakini. Dalam islam, ada banyak sekali ajaran-ajaran
tentang etos kerja yang baik dan juga bersikap professional dalam bekerja. Rasullulah
sangat membenci budaya meminta-minta, dan beliau selalu memotivasi umatnya agar
selalu bekerja dengan tangannya untuk mendapatkan rezeki. Kemudian rasullulah juga
selalu memuji umatnya yang gemar bersedekah. Rasullulah sendiri merupakan sosok
pekerja keras, beliau merupakan eksportir dan importir handal, membawa barang
dagangan dari Makkah dengan tujuan ke syam dan yaman, kemudian kembali lagi ke
Makkah dengan dagangan yang memenuhi kendaraan rombongan yang bersamanya.
Al-qur’an menjelaskan dengan baik, bahwa bekerja haruslah dilakukan dengan etos
kerja yang tinggi untuk mencari keridhaan allah bekerja haruslah dilakukan untuk
mendapatkan kemaslahatan, sehingga allah selalu menyatakan bahwa ketika seseorang

iii
melakukan kerusakan dalam bekerja makai a akan mendapatkan hukuman di akhirat
nantinya. Kata dasar kerja, dengan berbagai macam bentuknya ditemukan sejumlah
602 di dalam al-qur’an, yaitu amilu, amal, ta’malun, ya ma’lun, wa’amilu dan lain
sebagainya
Usaha Syariah misalnya, merupakan suatu benchmark bahwa usaha yang dijalankan
tidak hanya menyajikan konten halal, lebih dari itu layanan dan sikap yang dipenuhi
dengan akhlak yang baik merupakan suatu hal yang harus diperjuangkan. Tauhid,
Syariah dan akhlak merupakan satu kesatuan dalam sebuah usaha, dan yang paling
tampak diantara ketiga hal tersebut bukanlah aspek tauhid atau syariahnya, akan tetapi
akhlak merupakan hal yang paling dasar dan terliihat. Beberapa etika dasar seorang
wirausahawan yang merupakan konklusi dari beberapa akhlak harus dijalankan dan
ditaati. Sebaiknya akhlak yang baik haruslah menyatu dalam keseharian seorang
wirausahawan.
Dalam spririt islam, kinerja seseorang memiliki tolak ukur pada dua hal, yaitu
integritas dan kompetensi. Surat yusuf ayat 55 menyebutkan bahwa ketika yusuf akan
dipilih untuk menjadi bendahara negara. Ia menyatakan bahhwa ia adalah seseorang
yang pandai ‘menjagga’ (hafidz) dan berpengetahuan (alim).
Hafidz merupakan inti dari integritas dan alim merupakan pusar dari kompetensi. Jadi
ketika seseorang berbisnis, menjadi pemimpin atau berada di sebuah kondisi di mana
ia harus memipin dirinya sendiri dan bawahannya, ia haruslah cakap secara integritas
dan kompetensi. Agar terhindar dari kerugian-kerugian yang diinginkan.

C. Integritas dan Kompetensi Sebagai Sikap Dasar Wirausahawan


Hartman (2011) menjelaskan bahwa dalam berbicara tentang etika, harus diawali
dengan pemaknaan tentang konsep baik (good) terlebih dahulu. Bahasan tentang etika
berkaitan erat dengan pengambilan keputusan, dengan mempertimbangkan etika dan
integritas seorang individu.

Integritas sangat dibutuhkan dalam bisnis, ketika menilik etika bisnis dalam
Islam, beberapa hal yang terkait dengan integritas adalah kepercayaan (al-
amanah), menjadi debitur yang baik (mudharib), menyelesaikan sesuatu dengan
cara yang adil (al-adalah), transaksi yang saling ridha (antaradhin), larangan

iv
menipu (al-khuda), menghindari penipuan (adam al-ghisy), menjaga komposisi
barang/jasa dengan tepat (ifa’Alkayl wa al-mizan), larangan memakan harta
orang lain dengan cara yang tidak baik (akl amwal an-nas bil bathil), mencari
rezeki yang halal (halal), bersyukur (al-shukr) seimbang (al-tawazan),
memaafkan dan berbelas kasih ( al-afw wa al-ghufran) dan motivasi berbisnis
adalah untuk akhirat, perlindungan terhadap alam, pemberdayaan masyarakat
miskin dengan zakat, infak, shadaqah, wakaf dan beberapa akad-akad sosial
lainnya.

Etika dasar seorang wirausahawan yang biasa dikenali dengan integritas


adalah sebagai berikut :

1. Jujur dan Amanah

Jujur dan amanah merupakan satu hal yang harus dijunjung tinggi dalam
sebuah usaha.

2. Disiplin

Seorang wirausahawan adalah disiplin. Dengan kediplinan yang tinggi,


maka seorang wirausahawan akan bisa membangun usahanya dengan baik.

3. Bertanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan suat hal yang sangat penting yang harus
dimiliki oleh seorang wirausahawan.

4. Syukur
Dengan kesyukuran yang tinggi maka seorang wirausahwan akan
mempunyai kekuatan yang berasal dari dirinya dan hal ini akan
menghasilkan kontribusi yang baik untuk masyarakat.

D. Lima Aspek Dasar Penjagaan Ketahanan Usaha

v
Lima hal yang merupakan cara untuk mendeteksi kebangkrutan secata
fini perspektif ekonomi Islam. Berikut lima aspek dasar penjagaan ketahanan
usaha dalam wirausaha :

1. Penjagaan Aspek Manajemen


2. Penjagaan Sistem Akuntansi
3. Integritas yang tinggi
4. Penggunaan struktur modal dengan tepat
5. Penjagaan dari unsur kecurangan (ghisy)

Menjaga ketahanan sebuah usaha merupakan satu hal yang sama


pentingnya dengan mengembangkan usaha itu sendiri, dengan cara lenih
mempertimbangkan sistem operasional dari usaha tersebut. Kelima pencegahan
kebangkrutan secara syariah ini bisa dilacak di dalam Al- Qur’an dan Al-Hadis
yang berkaitan dengan ajaran-ajaran tentang manajerial, akuntansi
(pencatatan), integritas, pemanfaatan modal, dan juga penipuan dan
kecurangan.

E. Implementasi Good Profit Dalam Usaha


Good profit adalah antitesa dari bad profit, yaitu laba yang dihasilkan dari
perilaku berekonomi yang tidak baik, akibat kebiasaan yang tidak ramah
lingkungan, boros dan penuh dengan ketimpangan.
Profit, people dan planet merupakan hal yang harus berjalan beriringan tanpa
mencederai dan merugikan satu sama lain. Seseorang harus menjadi
wirausahawan yang baik (good people), dengan cara menjaga kelestarian alam
dan lingkungan (good planet), untuk mendapatkan laba yang penuh dengan
keberkahan (good profit). Salah satu cara untuk mendapatkan laba yang berkah
dari sebuah usaha adalah dengan memasukkan biaya-biaya untuk menekan dan
menghapus eksternalitas, yaitu dengan cara internalisasi eksternalitas di sektor
produksi ataupun industri.

F. Commonsense Dan Altruism Wirausahawan Muslim


Ketika membicarakan tentang usaha dan juga bisnis, akan banyak sekali
ditemui usaha yang tidak beretika. Hal tersebut dikarenakan sebuah usaha telah
melakukan serangkaian upaya-upaya untuk membohongi konsumen, pencurian
rahasia dagang dan lain sebagainya. Satu hal yang harus tertanam dalam diri

vi
seorang wirausahawan adalah tujuan membuka bisnis untuk menyebarkan
kebaikan bagi diri sendiri dan masyarakat.
Adapun altruisme adalah sebuah sikap yang mana seseorang berada diarea yang
mana ia mempunyai perasaan yang sama dengan orang lain. Sikap altruim atau
itsar merupakan modal sosial jika seseorang ingin berwiraudaha, karena dengan
sikap ini makan seorang wirausahawan akan menjadi pemberdaya masyarakat.
Sosok wirausahawan tersebut akan sangat berhati-hati untuk tidak merusak
sumber daya yang ada, dan ia akan bekerja dengan cara yang membangun dan
bukan merusak.

G. Given Demand Hypotesis Dalam Sebuah Usaha


Dalam berwirausaha, seorang wirausahawan akan selalu mempertimbangkan
permintaan-permintaan yang lalu Lalang disekitarnya. Membangun sebuah usaha
memerlukan sebuah riset diantaranya adalah tentang riset kebutuhan masyarakat akan
produk atau jasa yang akan dijual. Ketika permintaan akan suatu barang tinggi. Maka
bisa disimpulkan bahwa barang tersebut sangat menjajikan untuk di produksi. Dan
sebaliknya ketike permintaan barang rendah, maka wirausahwan haruslah berpikir
berapa kali terlebih dahulu untuk memproduksi barang tersebut, karena bisa jadi biaya
produksi tidak akan bisa tertutupi dengan hasil penjualan yang rendah.

vii
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif artinya metode yang digunakan adalah survai,
dengan teknik pengumpulan data berupa angket (kuisioner). Menurut Sugiyono (2009:
147), penelitian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah survei. Menurut Suharsimi Arikunto (1993: 86), studi survei
adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan untuk
pengumpulan data yang luas dan banyak. Sedangkan teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang berupa angket.
Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono, 2009: 142). Metode yang kita gunakan adalah metode skala
Likert yaitu untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai
titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan.
Setiap pertanyaan mengandung lima alternatif jawaban yang diberi bobot sebagai
berikut:
Penentuan Skor Jawaban (Skala Likert)
Pilihan Jawaban Pertanyaan Bobot (Skor)
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Cukup Setuju (CS) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5

viii
1.1. Hasil dan Pembahasan
Dari hasil penelitian yang kami lakukan di Pasar Sadang Serang sebanyak 25
responden yaitu Para penjual sembako, Para pedagang sembako sebagian besar
menerapkan etika bisnis dengan baik. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dari
25 pedagang sembako yang kami jadikan sampel dalam penelitian ini, dapat di garis
besarkan bahka para pedagang di Pasar Sadang Serang memberikan pelayanan pada
konsumen dengan baik sesuai dengan etika bisnis serta menawarkan barang dan jasa
sesuai dengan kualitas yang mereka miliki.
Kuesioner ini masing-masing berjumlah 18 item pernyataan dan 2 pertanyaan.
Lalu jumlah skor tersebut dimasukan kedalam garis kontinum, yang pengukurannya
dapat ditentukan dengan cara:
Nilai Indeks Maksimal : Skor tertinggi x Jumlah soal x Jumlah sampel
Nilai Indeks Minimum : Skor terendah x Jumlah soal x Jumlah sampel
Jarak Interval : (Nilai Maksimum – Nilai Minimum) / 5
Maka garis kontinum dalam penelitian ini adalah:
Nilai Indeks Maksimal : 5 x 1 x 20 = 100
Nilai Indeks Minimum : 1 x 1 x 20 = 20
Jarak Interval : (100-20) / 5 = 16
Sehingga, skala interpretasi dalam penelitian ini:
Pilihan Jawaban Pertanyaan Skala
Sangat Tidak Setuju (STS) 20-35
Tidak Setuju (TS) 36-51
Cukup Setuju (CS) 52-67
Setuju (S) 68-83
Sangat Setuju (SS) 84-100

ix
x
Sumber: Data Primer yang diolah

Memberikan penjelasan kepada pembeli mengenai barang yang akan dijual


merupakan satu hal yang harus diakukan oleh seorang penjual agar pembeli dapat
mengetahui kualitas barang yang dijual. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah
dibagikan kepada para pedagang dapat diketahui bahwa dari hasil pernyataan tersebut
dengan skor 80 menjawab setuju.
Penjual menimbang terlebih dahulu setiap produk yang akan dijual merupakan hal
yang harus dilakukan agar keduanya mengetahui berat produk sehingga dapat
mengetahui harga produk tersebut. Berdasarkan hasil kuisioner penjual menjawab
sangat setuju dengan skor 84.
Harga jual produk sesuai dengan kualitas produk merupakan hal utama yang sangat
penjual perhatikan karena hal ini sangat penting bagi penjual untuk menarik pelanggan.
Berdasarkan kuisioner yang telah dibagikan, para pedagang menjawab sangat setuju
dengan skor 94.
Setiap produk yang dijual memiliki harga yang tetap atau tidak bisa ditawar. Para
pedagang buah buahan relatif tidak setuju pada pernyataan ini karena pada realitanya
konsumen buah buahan di pasar cenderung menawar harga setiap produk, kecuali
produk buah buahan yang sudah ditimbang dan dikemas. Menurut kuisioner yang telah
dibagikan, pernyataan ini memiliki skor 60 dengan skala interpretasi cukup setuju.
Barang yang dijual merupakan barang halal. Pada pernyataan ini semua pedagang
menjawab sangat setuju dengan skor 100. Pada dasarnya mereka menjual buah -
buahan yang dihasilkan dari hasil panen yang kemudian mereka beli secara kontan
dengan akad yang sesuai dengan ajaran Agama Islam.
Barang yang dijual adalah hasil produksi sendiri. Pernyataan ini memiliki skor 28
karena semua pedagang buah buahan yang menjadi narasumber kami sangat tidak
setuju dengan pernyataan tersebut karena mereka mengambil produknya dari bandar
buah di pasar - pasar besar Kota Bandung dan bukan dari hasil panen lahannya sendiri.

xi
Barang yang dijual adalah barang yang diambil dari produsen. Pernyataan ini
memiliki skor 87 dengan interpretasi sangat setuju karena memang semua produk yang
dijual oleh narasumber diambil dari produsen (bandar buah).
Pedagang pernah mengalami penipuan yang dilakukan oleh komsumen contohnya
adalah uang palsu. pernyataan ini memiliki skor 68 dengan interpretasi setuju karena
sebagian pedagang pernah mengalaminya, terlebih ketika berdagang pada waktu subuh
karena kondisi yang masih gelap dan ramai maka hal itu dijadikan peluang bagi
konsumen yang licik untuk melakukan penipuan. Rata - rata uang palsu yang diterima
dipajang di jongko.
Pedagang pernah mengalami penipuan oleh produsen seperti barang yang dipesan
tidak sesuai dengan pesanan, kualitas yang berbeda, bahkan pesanan tidak dikirim.
Pernyataan ini memiliki skor 65 dengan tingkat interpretasi cukup setuju karena dalam
beberapa waktu terkadang pedagang menerima pesanannya yang dioplos dengan buah
buahan yang busuk. Hal yang dilakukan dari risiko ini adalah pedagang tersebut
menukarkan barang yang tidak sesuai, jika bandar mau mengganti dengan barang baru
mereka dengan senang hati akan menerimanya akan tetapi ada pula bandar yang tidak
peduli maka pedagang tersebut akan mencari bandar yang baru. Namun, beda hal nya
dengan pedagang yang telah berlangganan mereka hanya bisa menerima semua barang
tersebut dan membuang barang yang busuk dengan alasan harga yang diberikan oleh
bandar sudah sesuai dengan mereka.
Penjual membeli barang dari produsen dengan cara tunai / kontan. Pernyataan ini
memiliki skor 86 dengan tingkat interpretasi sangat setuju. Pedagang buah buahan
tersebut membeli barang di pasar besar Kota Bandung dengan tunai dan mereka
menjualnya dengan harga yang tidak ditentukan (bebas).

xii
Lampiran

xiii
xiv

Anda mungkin juga menyukai