Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ETOS KERJA ISLAMI DAN ENTERPRENEURSHIP

DISUSUN OLEH:
Nurul Nova Safitri (221001074)
Lutfa Hayatun Nufus (221001116)
Ahmad Faiz Mubarok (221001102)
Dewani Intan Sofyanita (221001086)
Titha Artha Tandahyu (221001073)

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS REKAYASA SISTEM
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada
baginda besar Nabi Muhammad SAW. Dalam menyusun makalah ini penulis
menyelesaikannya dalam waktu satu malam, yang dipenuhi tantangan dan
hambatan, akan tetapi penulis mampu mengatasi hambatan dan menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waaktu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini
maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari
pembaca sekalian, Penulis berharap semoga makalah ini dapat berman)aat bagi
siapa saja yang membacanya.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai umat Islam, kita harus meyakini bahwa berusaha dan bekerja adalah
komitmen dalam hidup karena dalam bekerja selalu ada tujuan yang luhur,manfaat
dan banyak hikmah. Seorang Muslim harus sadar akan masalah dunia di mana dia
sekarang, besok dan seterusnya. Oleh karena itu, perlu dipahami dengan jelas
kunci sukses dalam hidup ini, berpikir dengan bijak, dan memilih jenis pekerjaan
yang menarik.

Kewirausahaan memiliki nilai-nilai luhur dalam membangun dan mengatasi


permasalahan hidup yang sedang dan akan kita hadapi.Menjadi seorang wirausaha
bukanlah hal yang mudah ketika untuk hal yang perlu kitaingat tentang
berwirausaha adalah memikirkan kelemahan wirausaha yang kita lakukan. Dalam
startup, kita dapat mengetahui beberapa titik lemah seperti pendapatan
yang tidak stabil,mengambil risiko, bekerja keras selama jam kerja atau jam
kerja yang panjang, kualitas hiduptetap rendah hingga bisnis berhasil, karena itu
Anda perlu menghemat uang. Uang, terlalu banyaktanggung jawab besar, banyak
keputusan tentang apa yang harus dilakukan, bahkan jika dia tidakdapat menguasai
masalah. Ada juga beberapa manfaat dalam berwirausaha. Ini termasuk
peluangterbuka untuk mencapai tujuan yang diinginkan sendiri, peluang terbuka
untuk sepenuhnyamenunjukkan keterampilan dan potensi mereka, peluang terbuka
untuk mendapatkan manfaatdan keuntungan maksimal, peluang terbuka untuk
mendukung masyarakat melalui upaya nyatadan peluang terbuka inspirasi bisnis
apa yang kita lakukan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etos Kerja


Etos artinya suatu pandangan hidup yang khas dari sebuah golongan sosial.
Etos berasal dari kata Etos (Bahasa Yunani) yang bisa diartikan dengan sikap,
kepribadian, watak, karakter, dan juga keyakinan terhadap sesuatu. Oleh karena itu
Etos kerja adalah seperangkat nilai, sikap, dan keyakinan yang mengarahkan
seseorang dalam menjalankan aktivitas kerja dengan tekun, tanggung jawab, dan
dedikasi yang tinggi. Etos kerja mencerminkan komitmen individu terhadap
pekerjaan, integritas, kejujuran, disiplin, ketekunan, dan tanggung jawab. Dalam
konteks etos kerja islami, nilai-nilai agama Islam menjadi panduan dalam
menjalankan aktivitas kerja. Prinsip-prinsip seperti kejujuran, integritas, keadilan,
ketekunan, dan rida Allah menjadi landasan dalam setiap tindakan dan keputusan
yang diambil dalam dunia kerja.
Dalam rangka mencapai kesuksesan di dunia kerja dan kewirausahaan, penting
untuk memahami nilai-nilai dan prinsip etos kerja serta menerapkannya dalam
setiap aspek aktivitas kerja kita. Etos kerja yang kuat akan membantu kita
mencapai tujuan, membangun reputasi yang baik, dan memberikan kontribusi
positif dalam dunia kerja dan masyarakat secara luas.

Contoh-contoh etos yang berarti sikap antara lain:

Etos Kerja Keras: Sikap yang menekankan pentingnya upaya maksimal, kegigihan,
dan ketekunan dalam mencapai tujuan. Etos ini menghargai usaha dan kualitas
kerja yang tinggi, serta menolak pemalasan dan pencarian jalan pintas.

Etos Disiplin: Sikap yang menekankan ketaatan pada aturan, rutinitas, dan
tanggung jawab. Etos ini mencerminkan komitmen untuk menjalankan tugas
dengan tepat waktu, menghormati prosedur, dan mengikuti struktur yang
ditetapkan.

Etos Integritas: Sikap yang mengutamakan kejujuran, kejuangan, dan prinsip moral
dalam setiap tindakan. Etos ini menekankan pentingnya bertindak sesuai dengan
nilai-nilai yang benar, menjaga kepercayaan orang lain, dan tidak mengambil jalan
pintas yang merugikan orang lain.

Etos Tanggung Jawab: Sikap yang menekankan kewajiban individu atau kelompok
dalam melaksanakan tugas atau peran mereka. Etos ini mencerminkan kesadaran
akan konsekuensi dari tindakan atau keputusan mereka, serta kesiapan untuk
mengambil tanggung jawab atas hasilnya.

Etos Semangat Juang: Sikap yang menekankan semangat, keteguhan, dan


keberanian dalam menghadapi tantangan atau rintangan. Etos ini mencerminkan
kegigihan dalam mencapai tujuan, optimisme dalam menghadapi kesulitan, dan
ketahanan mental dalam menghadapi kegagalan.

Penting untuk dicatat bahwa etos dapat berbeda-beda dalam konteks budaya,
organisasi, atau kelompok tertentu. Etos yang berarti sikap dapat menjadi panduan
yang kuat dalam membentuk identitas dan karakter seseorang atau kelompok
dalam menjalani kehidupan atau menghadapi tugas dan tantangan.

Istilah kerja, yang kata dasarnya dari bekerja bermakna melakukan


sesuatu yang dapat dilihat dari 3 sudut pandang :

a. Dari segi perorangan bekerja adalah gerak dari pada badan dan pikiran
orang untuk melangsungkan hidup badaniah maupun rohaniah.

b. Dari segi kemasyarakatan, bekerja merupakan melakukan sesuatu


untuk memuaskan kebutuhan masyarakat.

c. Dari segi spiritual bekerja merupakan hak dan kewajiban manusia


memuliakan dan mengabdi kepada Tuhan.

Disisi lain makna bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-
sungguh dengan menggerakkan seluruh aset pikir dan dzikirnya untuk
mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang
harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari
masyarakat yang terbaik atau dengan kata lain bahwa hanya dengan bekerja
manusia dapat memanusiakan dirinya.

2.2 Fungsi Etos Kerja

Meningkatkan Produktivitas: Etos kerja yang kuat mendorong individu atau anggota
organisasi untuk bekerja dengan giat, konsisten, dan tekun. Mereka akan memiliki motivasi yang
tinggi untuk mencapai tujuan dan melakukan tugas dengan baik. Hal ini pada akhirnya
meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.

Membentuk Kualitas Kerja yang Tinggi: Etos kerja yang baik membantu membentuk standar
kualitas yang tinggi dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab. Etos kerja yang kuat
mendorong individu atau anggota organisasi untuk mengejar keunggulan dan memberikan hasil
terbaik dalam segala hal yang mereka lakukan.

Meningkatkan Disiplin dan Keteraturan: Etos kerja yang baik melibatkan kedisiplinan dalam
melaksanakan tugas dan mengikuti prosedur yang ditetapkan. Etos ini membantu menjaga
keteraturan dalam lingkungan kerja, mengurangi hambatan, dan memastikan efisiensi
operasional yang lebih baik.

Meningkatkan Profesionalisme: Etos kerja yang kuat mendorong individu atau anggota
organisasi untuk bersikap profesional dalam perilaku dan kinerja mereka. Mereka akan
menunjukkan integritas, tanggung jawab, dan etika kerja yang tinggi. Hal ini dapat
meningkatkan reputasi individu atau organisasi dan memperkuat kepercayaan dari mitra bisnis
atau masyarakat.

Memotivasi Pertumbuhan Pribadi dan Karir: Etos kerja yang baik mendorong
pengembangan pribadi dan peningkatan keterampilan. Individu atau anggota organisasi dengan
etos kerja yang kuat cenderung mencari peluang untuk belajar dan berkembang, serta mengambil
inisiatif untuk meraih kesuksesan dalam karir mereka.

Meningkatkan Kualitas Hidup: Etos kerja yang positif dapat menciptakan kepuasan pribadi
dan memberikan rasa pencapaian yang tinggi. Ketika individu atau anggota organisasi merasa
puas dengan pekerjaan yang mereka lakukan, hal ini dapat berdampak positif pada kualitas hidup
mereka secara keseluruhan.

2.3 Ciri-ciri Etos Kerja


Beberapa ciri yang menunjukkan seseorang memiliki etos kerja yang baik di antaranya:

1. Memiliki Komitmen Tinggi


Individu yang memiliki etos kerja yang baik cenderung memiliki komitmen tinggi terhadap
pekerjaannya, sehingga lebih berdedikasi terhadap kewajibannya dan bekerja dengan sepenuh
hati.

2. Profesional
Individu yang memiliki etos kerja yang baik cenderung lebih menghormati profesi mereka dan
selalu berusaha meningkatkan kualitas pekerjaan mereka.

3. Bertanggung Jawab
Individu yang memiliki etos kerja yang baik cenderung lebih bertanggung jawab terhadap
pekerjaannya dan selalu berusaha untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik.

4. Disiplin
Individu yang memiliki etos kerja yang baik cenderung lebih disiplin dalam menjalankan
pekerjaannya dan selalu tepat waktu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

5. Selalu Belajar
Individu yang memiliki etos kerja yang baik cenderung lebih tertarik untuk belajar dan selalu
berusaha untuk meningkatkan kualitas pekerjaannya.

6. Terbuka Terhadap Perubahan


Individu yang memiliki etos kerja yang baik cenderung lebih terbuka terhadap perubahan dan
selalu berusaha untuk meningkatkan diri.

7. Teamwork
Individu yang memiliki etos kerja yang baik cenderung lebih memperhatikan peran dalam tim
dan selalu berusaha untuk bekerja sama dengan rekan kerja.

2.4 Faktor yang mempengaruhi Etos Kerja

1. Budaya
Faktor pertama yang mampu mempengaruhi etos kerja adalah budaya. Seperti yang dijelaskan di
atas, budaya menjadi fondasi penting dalam penerapan etos kerja.

Pengaruh budaya memang sangat besar dalam memberikan pengaruh disiplin dan teratur. Selain
itu, budaya dalam etos kerja dapat mempengaruhi gambaran sikap mental, disiplin, tekad, dan
semangat kerja orang-orang di sana.

2. Sosial Politik
Sosial politik memang mempengaruhi kinerja masyarakat. Dengan unsur politik dan sosial di
dalamnya, maka setiap orang selalu berusaha memberikan usaha terbaik untuk menikmati hasil
pekerjaan.

3. Pendidikan
Pada dasarnya, etos kerja sangat bergantung dengan kualitas dan tingkat pendidikan dari para
karyawan. Ketika kualitas pendidikan yang diterima semakin tinggi, maka semakin baik pula
etos kerja yang diberikan. Usaha yang diberikan menjadi semakin maksimal, sehingga hasil
pekerjaannya pun menjadi lebih baik lagi.

4. Agama
Mungkin Anda bingung mengapa ada agama di dalam faktor yang mampu memberikan pengaruh
pada etos kerja. Namun kenyataannya memang demikian. Agama menjadi sistem nilai tersendiri
yang mampu memberikan pengaruh pola hidup bagi para penganutnya. Dengan mempelajari
agama, maka individu dapat mengerti cara bersikap, berpikir, dan bertindak sesuai dengan ajaran
yang telah diserap sebelumnya.

5. Kondisi Geografis/Lingkungan
Kondisi lingkungan dan letak geografis tempat tinggal mampu memberikan pengaruh kepada
manusia dalam melakukan berbagai usaha agar mampu mengelola serta mengambil manfaatnya.
Semakin mampu mengambil manfaat dari lingkungan tempat tinggal, maka ada etos kerja yang
besar di sana.

6. Struktur Ekonomi
Tidak dapat dimungkiri bahwa struktur ekonomi memang memberikan pengaruh terhadap etos
kerja. Ketika Anda lahir di dalam keluarga dan lingkungan yang memang sudah bekerja keras
dari awal, dari sana akan tertanam etos kerja yang baik.

Etos kerja yang tertanam memang jauh lebih baik dan berdampak. Dari sana, orang-orang yang
sudah memiliki etos kerja seperti itu mau untuk bekerja lebih giat lagi dalam mencapai target.

7. Motivasi Pribadi
Setiap orang memiliki motivasi pribadi yang tentunya berbeda-beda. Individu yang memiliki
motivasi lebih tinggi akan mempunyai etos kerja tinggi juga. Begitu juga sebaliknya. Oleh
karena itu, sebaiknya Anda memang memiliki target yang tinggi agar lebih termotivasi untuk
mencapainya. Apakah lebih terasa susah dan sulit? Sudah pasti. Namun dengan memiliki
motivasi pribadi, maka semangat Anda dalam bekerja untuk mencapai hasil terbaik jauh lebih
besar.

2.5Prinsip Dasar Etos Kerja dalam Islam

1. Bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan) baik dari jenis pekerjaan maupun cara
menjalankannya. Dicontohkan orang yang berprofesi sebagai pedagang ikan di pasar. Namun
jika pedagang tersebut melakukan hal-hal yang tidak baik (membayakan orang lain) misalkan
menjual ikan berformalin, maka dapat dikatakan profesi yang semula halal menjadi haram
(‘haram lighairihi’). Berbeda dengan orang yang berprofesi menjadi PSK. Mau dengan alasan
apapun tetap profesi PSK adalah haram (‘haram lidzatihi’).

2. Bekerja agar tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’affufan an al-mas’alah).
Sebagai orang beriman dilarang menjadi beban orang lain (benalu). Rasulullah pernah
menegur seorang sahabat yang muda dan kuat tetapi pekerjaannya mengemis. Beliau
kemudian bersabda, “Sungguh orang yang mau membawa tali atau kapak kemudian
mengambil kayu bakar dan memikulnya di atas punggung lebih baik dari orang yang
mengemis kepada orang kaya, diberi atau ditolak” (HR Bukhari dan Muslim).
3. Bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi).
Karena memenuhi kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain, tidak dapat diwakilkan, dan
melaksanakannya juga termasuk dalam jihad. Hadis Rasulullah menyebutkan “Tidaklah
seseorang memperoleh hasil terbaik melebihi yang dihasilkan tangannya. Dan tidaklah sesuatu
yang dinafkahkan seseorang kepada diri, keluarga, anak, dan pembantunya kecuali dihitung
sebagai sedekah” (HR Ibnu Majah).

4. Bekerja guna meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi).


Islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi Islam melarang kaum
beriman bersikap egois. Islam menganjurkan solidaritas sosial, dan mengecam keras sikap
tutup mata dan telinga dari segala penderitaan di lingkungan sekitar.

Terdapat pada Al-Qur’an :


“Hendaklah kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian harta yang
Allah telah menjadikanmu berkuasa atasnya.” (Qs Al-Hadid: 7).

Allah bahkan menyebut orang yang rajin beribadah tetapi mengabaikan nasib kaum miskin dan
yatim sebagai pendusta-pendusta agama (Qs Al-Ma’un: 1-3)

2.6 Nilai-nilai etos kerja yang harus dijunjung tinggi.


· Kejujuran dan kesungguhan dalam menyelesaikan tugas
· Kebersamaan dalam kelompok. Yaitu mengutamakan kepentingan kelompok dari
pada kepentingan anggota kelompok.
· Menghindari persaingan dalam kelompok.
· Memandang teman-teman sekerja sebagai teman seperjuangan
· Keserasian organisasi, yaitu hubungan antar anggota organisasi baik pimpinan
dengan pimpinan, pimpinan dengan bawahan, bawahan dengan bawahan harus serasi
dan selaras. Semua anggota organisi wajib menjaga keserasian tersebut.

2.7 Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW.


Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari. Ketika
itu Rasul melihat tangan Sa’ad melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari. “Kenapa tanganmu?,” tanya Rasul kepada Sa’ad. “Wahai
Rasulullah,” jawab Sa’ad, “Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku”. Seketika itu
beliau mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata, “Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka”.
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW. Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para
sahabat kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah, andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah, maka alangkah baiknya.
Rasulullah SAW adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan
para sahabat untuk melakukannya. Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai
ushwatun hasanah; teladan yang baik bagi seluruh manusia. Maka saat kita berbicara
tentang etos kerja islami, maka beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan.
Dan berbicara tentang etos kerja Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara
bagaimana beliau menjalankan peran-peran dalam hidupnya. Ada lima peran penting
yang diemban Rasulullah SAW, yaitu :
1) Sebagai rasul. Peran ini beliau jalani selama 23 tahun. Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam, menerima, menghapal,
menyampaikan, dan menjelaskan tak kurang dari 6236 ayat. Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat dari mulai pembunuhan sampai perceraian.
2) Sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen. Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik
“negara-negara sahabat”. Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum
yang mampu menyatukan kaum Muslimin, Nasrani, dan Yahudi, mengatur
perekonomian, dan setumpuk masalah lainnya.
3) Sebagai panglima perang. Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul memimpin
pertempuran melawan kafir Quraisy. Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata. Harus memikirkan strategi
perang, persedian logistik, keamanan, transportasi, kesehatan, dan lainnya. sebagai
kepala rumahtangga. Dalam posisi ini Rasul harus mendidik, membahagiakan, dan
memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau, tujuh anak, dan
beberapa orang cucu. Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat perhatian terhadap
keluarganya. Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat bercanda dan menjahit
sendiri bajunya.
4) Sebagai seorang pebisnis. Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam, negeri yang saat ini meliputi
Syria, Jordan, dan Lebanon. Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit
dalam perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan
pemain pemain senior dalam perdagangan regional. Usia 20 hingga 25 tahun
merupakan titik keemasan entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan
“terpikatnya” konglomerat Mekah, Khadijah binti Khuwailid, yang kemudian
melamarnya menjadi suami.
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya
tersebut dengan sempurna, bahkan menjadi yang terbaik. Tak heran bila para
ilmuwan, baik itu yang Muslim maupun non-Muslim, menempatkan beliau sebagai
orang yang paling berpengaruh, paling pemberani, paling bijaksana, paling bermoral,
dan sejumlah paling lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian pembahasan mengenai Etos kerja untuk perubahan, dapat ditarik
beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut:

1. Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian,
watak,karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu,
tetapi juga olehkelompok bahkan masyarakat . Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos
kerja adalah semangatkerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu
kelompok.

2. Etos kerja sangat berpengaruh pada keberhasilan seseorang. Demikian juga kesuksesan
dalam pendidikan. Dengan etos kerja yang tinggi diharapkan seseorang menjadi cakap,
kreatif, mandiridan bertanggung jawab, terutama pada dirinya sendiri.

B. SARAN
Dengan sangat menyadari bahwa ada banyak kekurangan dalam makalah ini dan jauh
dari kata sempurna, sebab tidak ada satu tulisan di muka bumi ini yang terhindar dari
kecacatan selain al- Qur’an. Untuk itu penulis menyarankan kepada pembaca untuk
memberikan sumbang saran serta kritikan yang konstruktif demi kesempurnaan
makalah selanjutnya yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
https://repositori.uin-alauddin.ac.id/15694/1/MAKALAH%20HES%20HASBI.pdf
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9007/5/BAB%20II.pdf
https://www.orami.co.id/magazine/etos-kerja
https://www.detik.com/bali/berita/d-6514711/mengenal-etos-kerja-adalah-ciri-dan-cara-
memilikinya
https://www.sodexo.co.id/faktor-yang-mempengaruhi-etos-kerja/
https://maxcyber96.wordpress.com/2016/12/04/etos-kerja-dan-entrepeneurship-dalam-islam/

Anda mungkin juga menyukai