Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Budaya mutuh di tingkat personal tempat kerja dan institusional

Dosen pembimbing : Novi Kasenda, SE, Msi.


Mata kuliah : Quality Management System (QMS)

Nama-nama kelompok
1. Filysia Rembet
2. Zhefanya Caroles
3. Patrisya Padu
4. Indri raden
5. Faithly Takapaha
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan atas segala penyertaan-Nya se


hingga makalah ini dapat tersusun. Makalah ini dibuat untuk memenuhi t
ugas Quality Management System (QMS),selain itu makalah ini juga dib
uat untuk menambah pengetahuan penyusun dan sekiranya dapat berg
una bagi yang bersangkutan.

Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dala


m penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan peng
alaman kami.

Kami sangat berterima kasih kepada teman-teman yang sudah banyak


membatu kepada Tuhan yang maha esa. Semoga makalah ini kami bua
t bisa bermanfaat bagi pembaca.
Daftar isi

Kata pengantar………………………………………………………………………………..1

Daftar isi………………………………………………………………………………………..2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………………………………..3

B. Rumusan masalah……………………………………………………………………………3

C. Tujuan masalah……………………………………………………………………………..3

BAB II (ISI DAN PEMBAHASAN)

A. Pengertian budaya mutu dan etika………………………………………………………….4

B. Kebiasaan orang yang sangat efektif……………………………………………………….5

C. Perilaku mutu di tempat kerja………………………………………………………………8

D. Tanggung jawab pada perusahan dan pendekatan integrasi mutu………………………….9

E. Perilaku mutu di tingkat institusonal………………………………………………………..10

BAB III (PENUTUP)…………………………………………………………………………11


BAB I
(PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang

Pembelajaran Mata Kuliah Quality Management System melalui


kelompok 5 mengenai Budaya mutuh di tingkat personal tempat kerja dan
institusional, Dalam pengerjaan tugas kami sedikit mengalami kendala dalam
waktu maupun materi. Kelompok kami cukup konduktif kami bekerja sama
dengan cara berbagi-bagi tugas masing-masing anggota kelompok mengerjakan
satu subbab selanjutnya untuk pembahasan dikerjakan dengan cara diskusi
kelompok untuk menganalisis topik tersebut.

B. Rumusan

1. Mencari pengertian mutu dalam pikiran dan penting nya etika.


2. Apa tuju kebiasaan orang yang sangat efektif.
3. Bagaimana perilaku mutu tempat kerja.
4. Apa tanggung jawab soal perusahaan pendekatan terintegrasi pd mutu’
5. Bagaimana perilaku mutu di tingkat institusional

C. Tujuan

1. Mengetahui apa itu mutu dalam pikiran dan pentingnya etika


2. Tuju kebiasaan orang yang sangat efektif
3. Mencari tau perilaku mutu di tempat kerja
4. Mencari tau bagaimana tanggung jawab pada perusahaan pendekatan
terintegrasi pada mutu
5. Mencari tau apa saja perilaku mutu dari tingkat insti7rusional
BAB II
(Isi dan pembahasan)

A. Pengertian budaya mutu dan pentingnya etika

Budaya mutu adalah sistem nilai organisasi yang menciptakan lingkunga


n yang kondusif untuk keberlangsungan perbaikan mutu yang berkesinambunga
n. Budaya mutu terdiri dari nilai- nilai, tradisi, prosedur dan harapan tentang pro
mosi mutu. Mutu dapat didefinisikan sebagai tingkat keunggulan. Jadi mutu ada
lah ukuran relatif kebaikan. Secara operasional, produk bermutu adalah produk-
produk yang memenuhi harapan pelanggan. Tidak ada definisi mutu yang dibua
t secara universal namun dari definisi-definisi yang diungkapkan para pakar mut
u terdapat kesamaaan.

Dalam perusahaan, etika dalam suatu perusahan dapat membentuk suatu


nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan untuk menciptakan suasana
hubungan yang adil dan sehat baik itu dengan sesama rekan kerja maupun kons
umen. Dari etika itulah secara tidak langsung akan mendorong adanya sikap tan
ggung jawab dalam menjalankan bisnis sehingga segala aktivitas bisnis dapat be
rjalan dengan baik dan lancar. Perilaku bisnis yang tidak berEtika ini secara ekst
ernal akan menjatuhkan kredibilitas perusahaan. Dalam jangka panjang tentu ak
an berakibat lanjut pada kekhawatiran rekanan bisnis terhadap kemungkinan ak
an terseret dalam kasus hukum atau dirugikan secara ekonomi dan secara intern
al, akan terjadi hilangnya rasa hormat (respect) dari karyawan terhadap atasan (e
ksekutif).
B. Kebiasaan orang yang sangat efektif

Buku yang dikarang Stephen R. Covey berjudul The 7 Habits of Highly


Effective People membongkar rahasia yang harus dimiliki jika ingin menjadi
orang yang produktif. Buku ini juga sering digunakan para motivator dalam
seminar dan hampir semua orang setuju dengan ajaran yang disampaikan
Stephen R., Covey.

Bagaimana kesuksesan bisa didapat dari etika kepribadian di mana kesuk


sesan hadir karena kepribadian seseorang, citra publik, sikap, dan perilaku. Hal i
ni berbeda dengan pemahaman sebelumnya yang menitik beratkan kesuksesan p
ada etika karakter yang meliputi keberanian, kerendahan hati, kesetiaan, keadila
n, kesabaran, dan lain sebagainya. Berikut rangkuman tujuh kebiasaan yang dila
kukan seseorang yang sangat efektif dan produktif.

1. Menjadi proaktif (Be pro-active)

Bertanggung jawab atas pilihan suatu pilihan dan bagaimana cara


seseorang melanjutkan hidup. Seseorang memiliki kemampuan untuk mengaudi
t dirinya sendiri, memutuskan bagaimana cara seseorang menilai diri sendiri, da
n situasi yang ada di sekitarnya. Oleh itu, kebiasaan yang pertama diajarkan ole
h Covey adalah jadilah proaktif. Proaktif berbeda dengan reaktif. Orang reaktif
cenderung mengambil sikap pasif yang berujung pembatasan diri. Sebaliknya, o
rang proaktif biasanya mengambil sikap positif untuk membuat dirinya tetap ber
ada pada jalur pola pikir yang benar.

Contoh cara orang proaktif dan reaktif dalam merespon situasi adalah sebagai
berikut:

 Reaktif – Pekerjaan ini tidak cocok untuk saya.


 Proaktif – Saya menerima tantangan ini dan mencari cara untuk menyeles
aikannya.

Untuk bisa menjadi orang yang proaktif, seseorang bisa fokus mengerjakan hal-
hal yang dia anggap mampu untuk diselesaikan.
2. Mulai dengan tujuan terakhir (Begin with the end in mind)

Berusaha untuk menjadi lebih fokus tidak ada gunanya jika tidak tahu
mengapa seseorang melakukannya dari awal. Seseorang harus benar-benar
menyadari tujuan akhir agar bisa menyelesaikannya dengan baik dengan cara
harus tahu, alasannya bagaimana cara agar ingin lebih produktif di tempat kerja.
Dengan cara ini, seseorang bisa fokus dalam keadaan paling berisik sekalipun.

3. Dahulukan yang utama (First things first)

Fokus pada hal-hal yang menjadi prioritas, dan yang memungkinkan


mencapai target yang telah ditetapkan. Jangan terganggu dengan hal-hal
mendesak yang bersifat tidak penting. Jika ada kemauan untuk terus maju, maka
terapkan first things first ini dan bekerjalah dengan skala prioritas.

4. Berpikir menang-menang (Think win-win)

Berupaya untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan bagi


diri sendiri dan ketika dalam hubungan dengan orang lain, baik dalam hubungan
profesional, pekerjaan, project tertentu, dan sebagainya. Kita harus paham
bahwa kemenangan untuk semua orang akan bertahan lama dibandingkan
dengan kemenangan satu orang saja. Berpikir menang-kalah memang bisa
membuat kita merasa berhasil, namun akan berdampak negatif pada hubungan
dengan pihak yang satunya di masa yang akan datang.

5. Beusaha memahami lebih dulu baru dipahami

Berusahalah untuk mendengar dengan empati, sehingga Anda bisa


dipengaruhi oleh orang yang bercerita. Hal ini akan menimbulkan timbal balik,
Anda juga dapat mempengaruhi mereka ketika Anda berbicara. Hindari
interupsi jika pihak lain sedang menyampaikan permasalahan atau pendapat.
Menumbuhkan rasa saling menghormati, saling peduli, dan dapat memecahkan
masalah dengan positif perlu dilakukan dan dijadikan kebiasaan.
6. Sinergi (Sinergy)

Covey melihat bersinergi dengan orang lain adalah cara untuk merangkul
perbedaan. Ketika Anda bersinergi dengan rekan Anda, maka Anda dapat
mendengar satu sama lain, berempati, dan dapat bekerja sama untuk mencapai
hasil yang maksimal.

7. Mengasah gergaji (Sharpen Saw)

Mempertajam gergaji maksudnya seseorang perlu fokus pada kesehatan.


Dengan kata lain, menyeimbangkan energi yang dihabiskan untuk bekerja
dengan waktu istirahat yang sesuai, makan teratur, berolahraga, dan tetap
termotivasi, perlu terus dilakukan agar bisa bekerja dengan produktif.

Memiliki produktivitas kerja yang tinggi memang keinginan setiap orang dan
bisa dijadikan budaya kerja produktif yang dilakukan setiap hari. Oleh itu,
Stephen R. Covey membagikan 7 kebiasaan yang bisa dilakukan untuk menjadi
orang produktif, yaitu dengan cara menjadi proaktif, memiliki tujuan akhir,
dahulukan prioritas, berpikir menang-menang, pahami orang lain terlebih
dahulu, bersinergi dan mengasah gergaji atau fokus pada kesehatan diri.
C. Perilaku mutu di tempat kerja

Berperilaku mutu adalah kemampuan untuk mempertahankan nilai-nilai


moral yang tepat di tempat kerja. Ini adalah sikap yang membentuk cara
seseorang melakukan tugas pekerjaannya dengan standar moral yang tinggi.

Tidak berbeda dengan yang disebut etika kerja dikenal sebagai


keterampilan yang dapat dipindahtangankan. Ini adalah sikap yang melekat
yang dimiliki seseorang dan memungkinkan dia untuk membuat keputusan dan
melakukan tugasnya dengan nilai-nilai moral positif yang mencakup unsur-
unsur seperti integritas, tanggung jawab, kualitas tinggi, disiplin, kerendahan
hati, dan kerja tim.

Di tempat kerja, etika adalah pedoman moral yang dipatuhi oleh suatu
organisasi secara keseluruhan, dan individu-individu yang membentuknya,
untuk mematuhi aturan yang telah berlaku. Etika juga menjadi dasar kohesif,
suportifbudaya perusahaandan cara penting bagi perusahaan untuk membangun
hubungan yang kuat dengan pelanggannya. Banyak perusahaan yang
menjadikan etika kerja mereka sebagai poin pemasaran.
D. Tanggung jawab pada perusahan pendekatan terintegrasi dalam mutu

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian tanggung


jawab adalah keadaan wajib yang menanggung segala sesuatunya. Sebagai
contoh seorang karyawan menyelesaikan pekerjaan nya sebelum deadline yang
sudah ditentukan atasan nya untuk memenuhi tanggung jawab nya sebagai
pekerja di sebuah perusahan.

Seseorang yang bertanggung jawab biasanya mempunyai integritas yang


tinggi. Hal ini penting sekali agar karyawan dalam bekerja merasa nyaman dan
aman. Bila kondisi ini tidak jelas, bisa berakibat konflik antara karyawan
dengan pihak manajemen organisasi. Guna mempengaruhi perilaku serta sikap
pekerja kepada yang diinginkan, manajer harus mengetahui sifat serta motif apa
yang mendukung mereka mau bekerja di suatu organisasi.

Dasarnya orang mau bekerja sebab didukung keinginan guna bisa


memenuhi kebutuhan fisik serta rohaninya. Di sinilah proses pengintegrasian
dibutuhkan. Maka pengintegrasian adalah aktivitas memadukan keinginan
pekerja serta kepentingan organisasi supaya tercipta kerja sama yang
memberikan kepuasan. Pekerja bisa memenuhi kebutuhannya dengan senang
hati serta organisasi mendapatkan keuntungan dengan tanpa beban moral.

Pekerja memiliki keinginan yang bersifat dinamis yang memiliki


perilaku, membawa latar belakang, sifat, harga diri, perasaan,pikiran, serta
kebutuhan yang berbeda-beda pada suatu organisasi. Organisasi terus bergerak
secara dinamis, bersaing serta mengikuti perkembangan zaman. Organisasi
menentukan sebuah visi serta misi supaya bisa mewujudkan tujuannya, dan
kemampuan itu bisa diraih apabila pekerja memaksimalkan bekerja,
mengarahkan kompetensinya ketika menyelesaikan pekerjaan, dan memiliki
keinginan guna meraih kinerja yang optimal.
E. Perilaku mutu dari tingkat institusional

Perilaku ini mendefinisikan kewarganegaraan korporasi, kode tindakan


dalam profesi dan pendekatan terintegrasi pada mutu.

1. Mendefisikan Kewarganegaraan Korporasi

Secara umum, corporate social responsibility (CSR) menjabarkan


hubungan antara bisnis dengan masyarakat. Pada tingkat yang lebih sempit, CC
atau warga perusahaan (corporate citizenship), menjabarkan peran perusahaan
di masyarakat tidak hanya pada aspek ekonomi semata.

UNGC (The UN Global Compact) adalah sebuah inisiatif sukarela warga


dalam suatu institut atau sebuah perusahan dengan agens PBB. organisasi buruh
yang independen dan aktor masyarakat sipil lainnya yang mendorong tindakan
dan kemitraan dalam usaha untuk mengejar ekonomi global yang lebih bisa
dipertahankan dan lebib inklusif.

2. Pendekatan Terintegrasi pada Mutu

Sebagai sebuah konsep manajemen, CSR harus memenuhi apa yang


disebut "tiga garis dasar", yaitu masalah-masalah ekonomi, sosial dan ekologi
yang harus disembangkan ole perusahaan untuk mencapai pengembangan
berkelanjutan organisasi secara ekonomi, sosial dan ekologi.

Penerapan sistem manajemen mutu haruslah merupakan keputusan


strategis perusahaan. Rancangan dan implementasi sistem manajemen mutu
perusahaan dipengaruhi ole berbagai kebutuhan, tujuan khusus, barang yang
disediakan, proses yang dipakai, dan ukuran serta struktur organisasi tersebut.
Tujuan Standar Intemasional in bukan untuk menyarankan keseragaman dalam
struktur sistem manajemen mutu atau keseragaman dokumentasi.

Standar Internasional ini mendorong penerapan pendekatan proses sat


membuat, menerapkan dan meningkatkan efektifitas sistem manajemen mutu,
untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi persyaratan yang
diajukan ole para pelanggan tersebut. Manfaat pendekatan proses adalah kontrol
terus menerus yang diberikannya pada hubungan antara proses individu dalam
sistem proses, sekaligus pada gabungan dan interaksinya.
BAB III

(PENUTUP)

Kami menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kami menerima kritik atau saran dari dosen
ataupun teman-teman yang dapat menambah atau memperbaiki makalah kami
ini. Untuk kesempatan yang diberikan, kami ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai